1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Berdasarkan data PBB pada tahun 2008, Indonesia memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 95.181 km, serta lautan seluas 5,8 juta km2 yang merupakan 70% dan seluruh wilayahnya. Sejak dulu, kekayaan sumberdaya pesisir dan lautan khususnya ikan, telah menjadi sumber makanan dan protein utama bagi rakyat Indonesia. Fungsi dan peran wilayah pesisir dan lautan kini berkembang pesat dan lebih bervariasi. Hal ini disebabkan sepanjang garis pantai dan bentangan perairan laut ini terkandung kekayaan sumber daya alam yang berlimpah, mulai dari sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable) seperti ikan, rumput laut, kayu bakau dan hewan karang, sampai yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable) termasuk minyak dan gas bumi, bahan tambang serta mineral. Jasa-jasa lingkungan (environmental services) berupa pemandangan pantai dan laut yang indah dalam dekade terakhir juga telah tumbuh sektor baru yaitu pariwisata. Krisis multi dimensi yang terjadi dimasa pasca orde baru menunjukkan bahwa dibutuhkan sektor yang dengan segera menghasilkan devisa dengan memanfaatkan potensi perikanan dan kelautan, maka roda perekonomian dapat ditumbuhkan. Permintaan dunia akan ikan yang berasal dari laut Indonesia merupakan salah satu sumber pemulihan ekonomi nasional yang berasal dari laut. Paling tidak ada 5 (lima) alasan pokok yang dapat menjadikan perikanan sebagai andalan untuk pemulihan krisis ekonomi serta mendorong pertumbuhan, yaitu: (1) Ketersediaan sumber daya perikanan yang melimpah, (2) Laju pertumbuhan PDB perikanan menunjukkan trend yang meningkat, (3) Permintaan dunia akan ikan meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk dunia. (4) Pergeseran pola konsumsi menuju pada ikan sebagai pilhan utama dan sehat, (5) Pasar domestik yang terus meningkat permintaannnya. Potensi perikanan laut Indonesia cukup besar yang tersebar di berbagai perairan diperkirakan sebesar 6,7 juta ton per tahun dengan 4,4 juta ton per 2 tahun di perairan teritorial dan perairan Nusantara, serta 2,3 juta ton per tahun di perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Namun demikian, posisi perairan Indonesia yang berbatasan dengan berbagai negara seperti India, Thailand, Malaysia, Singapura, Philipina, Papua New Guinea, Timor Leste, Australia dan Vietnam menjadikan wilayah-wilayah perbatasan menjadi potensi kegiatan pencurian ikan oleh negara lain. Sehingga, tingkat pemanfaatan ikan yang masih rendah di dalam negeri belum menjamin kelestarian ikan jika tingkat pencurian oleh nelayan asing tinggi. Kondisi ini tentunya perlu mendapatkan perhatian dari kita semua. Pembangunan di wilayah perbatasan menjadi keharusan agar potensi sumberdaya alam terjaga. Salah satu kabupaten yang mempunyai wilayah perairan perbatasan adalah Kabupaten Kepulauan Talaud. Wilayah perairan Kabupaten Kepulauan Talaud berbatasan dengan wilayah perairan Philipina. Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki sumber daya alam yang potensial terutama sumber daya perikanan karena hampir seluruh daerah Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan daerah laut. Potensi sumberdaya perikanan di Kabupaten Kepulauan Talaud Sulawesi Utara mempunyai cadangan potensi yang masih dapat dimanfaatkan sangat besar baik untuk ikan pelagis maupun ikan demersal (Tabel 1). Tabel 1 Potensi perikanan di Kabupaten Kepulauan Talaud tahun 2007 No. Jenis Komoditi Potensi (Ton/Tahun) 1 Ikan pelagis 38.720 2 Ikan demersal 38.280 Jumlah Eksploitasi (Ton) 4.896,6 893,3 Cadangan Potensi (Ton) 33.823,7 37.389,7 Sumber : Renstra Kabupaten Kepulauan Talaud 2005 – 2009 Jenis alat tangkap dominan yang dapat digunakan untuk pemanfaatan sumber daya ikan di perairan kabupaten Kepulauan Talaud adalah pancing tonda, jaring insang hanyut dan pancing ulur (Tabel 2). Pukat cincin baru mulai berkembang untuk menangkap ikan pelagis kecil. 3 Tabel 2 No. 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah alat tangkap perikanan di Kabupaten Kepulauan Talaud pada Desember 2007 Jenis Alat Tangkap Jumlah (unit) Pukat cicin Jaring insang a. Jaring insang hanyut b. Jaring insang lingkar c. Jaring insang tetap Pancing a. Rawai hanyut b. Rawai tetap dasar c. Pancing tonda d. Pancing ulur e. Pancing tegak f. Pancing cumi g. Pancing lainnya Perangkap a. Bubu b. Perangkap lainnya Alat pengumpul dan alat penangkap a. Alat penangkap teripang Lain-lain a. Muro ami b. Jala tebar Garpu, tombak dan lain-lain 25 601 122 280 316 55 1.029 518 340 56 450 260 155 95 2 150 171 Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Talaud, 2009 Dalam kondisi potensi sumberdaya yang besar, sementara sistem pemanfaatan sumberdaya di dalam negeri yang belum baik, menjadikan kondisi pemanfaatan sumberdaya ikan di Kabupaten Kepulauan Talaud belum optimal. Kondisi armada dalam negeri yang masih rendah, perdagangan ikan yang kurang menguntungkan nelayan dan penegakan hukum yang belum sempurna, pemanfaatan sumberdaya ikan belum mampu memsejahterakan nelayan lokal, tetapi justru menguntungkan nelayan Philipina. Kerjasama perbatasan Indonesia dan Filipina sebenarnya telah dirintis sejak 14 September 1965 melalui penandatanganan Border Crossing Agreement hingga tercapainya Border Crossing Agreement 1975. Dengan persetujuan tersebut, maka penduduk perbatasan diberikan kemudahan untuk melakukan kunjungan yang bersifat sosial–budaya. Kerjasama ini telah diperbaharui beberapa kali, guna menyesuaikannya dengan situasi dan perkembangan keadaan di lapangan. Sementara itu, untuk kegiatan perdagangan di daerah perbatasan, kedua negara pada tahun 1971 telah menyepakati Border Trade Agreement. Pada kedua 4 persetujuan tersebut ditetapkan bahwa sebagian pulau-pulau di Kabupaten Sangihe dan Kabupaten Talaud sebagai wilayah kerjasama perbatasan Indonesia dan Filipina. Selain itu, sesuai dengan kesepakatan lintas perbatasan ini maka ditetapkan 3 Border Crossing Station (BCS) di wilayah Indonesia (Miangas, Marore, Tarakan) dan 3 Border Station di wilayah Filipina (Tibanban, Batuganding, Bungau). Dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Kepulauan Talaud, timbul permasalahan jika hasil pembangunan yang dicapai tidak sesuai dengan tujuan pengelolaan yang diharapkan. Tujuan pengelolaan yang diharapkan adalah agar sumberdaya yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan, dalam arti kesejahteraan masyarakat dapat meningkat tanpa menimbulkan terjadinya kerusakan lingkungan yang dapat merugikan kelangsungan hidup generasi yang akan datang. Namun demikian, kondisi perikanan di Kabupaten Talaud belum optimal seperti yang diharapkan. Secara umum pemanfaatan sumber daya perikanan di perairan kabupaten Kepulauan Talaud masih belum optimal dan masih dapat ditingkatkan. Keadaan masa kini menunjukkan bahwa perikanan tangkap sangat banyak diperhadapkan pada berbagai permasalahan antara lain illegal fishing, kurangnya sarana produksi dan belum adanya kebijakan pembangunan perikanan tangkap yang dikaitkan dengan status kabupaten Kepulauan Talaud sebagai kawasan perbatasan. 1.2 Perumusan Masalah Hasil pengamatan di wilayah studi menunjukkan bahwa, belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kepulauan Talaud hal ini disebabkan : kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah, lemahnya penegakan hukum, Perda yang belum mendukung, kemiskinan, sarana dan prasarana masih terbatas dan belum adanya kebijakan perbatasan. Disamping hal-hal tersebut maka sangat menonjol terjadinya illegal unreported and unregulated (IUU) fishing atau kegiatan yang tidak dilaporkan dan tidak diatur di daerah ini. Hal ini disebabkan karena Kabupaten Kepulauan Talaud berbatasan langsung dengan perairan Philipina. Perbatasan tersebut dibentuk oleh Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Philipina. Keadaan seperti ini dimanfaatkan oleh armada Philipina 5 yang masuk ke daerah ZEE Indonesia termasuk perairan Kabupaten Kepulauan Talaud. Disisi yang lain, rendahnya kemampuan armada lokal Kabupaten Kepulauan Talaud menyebabkan armada penangkapan ikan dari Philipina dapat dengan leluasa melakukan illegal fishing. Fakta-fakta tersebut di atas menunjukkan indikasi bahwa keterpaduan dan koordinasi dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Kepulauan Talaud belum sepenuhnya terlaksana. Ketidak-terpaduan dan kurangnya koordinasi tersebut antara lain disebabkan karena pelaksanaan pembangunan dan peraturan perundangan yang digunakan masih bersifat sektoral serta belum adanya kejelasan fungsi dan wewenang dan lembaga-lembaga yang terlibat. Kemudian, untuk mengembangkan perikanan tangkap di perairan Kabupaten Kepulauan Talaud, tentu akan menghadapi beberapa kendala atau permasalahan utama yang perlu dianalisis dan dijawab. Dari latar belakang masalah tersebut diatas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : (1) Apa jenis atau komoditi sumberdaya ikan yang dominan dimanfaatkan dari perairan laut Kabupaten Kepulauan Talaud, serta berapa ketersediaan atau daya dukung optimum dari sumberdaya ikan tersebut? (2) Apa jenis teknologi penangkapan yang tepat digunakan untuk memanfaatkan komoditi ikan tersebut dan berapa alokasi optimumnya? (3) Berapa kerugian yang dialami oleh Pemerintah Kepulauan Talaud yang disebabkan oleh IUU Fishing dan bagaimana mengatasi kerugian akibat IUU fishing ? (4) Bagaimana tahapan pengembangan perikanan tangkap yang optimum dan komprehensif ? (5) Komponen apa saja yang menjadi penggerak utama dan yang sangat menentukan keberhasilan pengembangan sub-sektor perikanan tangkap di Kabupaten Kepulauan Talaud Sulawesi Utara ? (6) Kebijakan apa saja yang dapat diterapkan untuk pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Kepulauan Talaud Sulawesi Utara ? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan utama adalah menyusun rancangbangun pengembangan perikanan tangkap di kawasan perbatasan Kabupaten Kepulauan Talaud. Tujuan khusus : 6 (1) Menganalisis kondisi sumberdaya ikan (2) Menganalisis keragaan finansial perikanan tangkap (3) Menganalisis illegal fishing (4) Optimasi perikanan tangkap (5) Menyusun strategi pembangunan perikanan tangkap di kawasan perbatasan kabupaten Kepulauan Talaud 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang didapat dari dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Sebagai sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud dalam upaya pemberdayaan nelayan dan pembangunan daerah melalui pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Kepulauan Talaud. (2) Di bidang IPTEK sebagai dasar penelitian lebih lanjut dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang perikanan. (3) Bagi pelaku bisnis sebagai acuan dalam perencanaan maupun implementasi investasi di bidang usaha perikanan tangkap di Kabupaten Kepulauan Talaud. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Dalam rangka melakukan penelitian dengan judul "Kebijakan Pembangunan Perikanan di Kawasan Perbatasan Kabupaten Kepulauan Talaud" maka penelitian ini dibatasi sampai dengan penyusunan alternatif kebijakan pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Kepulauan Talaud. Selanjutnya ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada aspek - aspek sebagai berikut: (1) Inventarisasi terhadap faktor-faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Kepulauan Talaud. (2) Formulasi strategi pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Kepulauan Talaud. 1.6 Kerangka Pemikiran Dalam upaya pemecahan masalah yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka diperlukan satu pemikiran konseptual untuk memberikan 7 solusi optimal terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan. Pengelolaan sumberdaya perikanan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan produksi perikanan dengan tetap menjaga kelestariannya. Pada umumnya pelaksanaan pengelolaan sumberdaya perikanan tersebut lebih cenderung pada usaha pengaturan aktivitas penangkapan dan perbaikan kondisi lingkungan. Pemanfaatan sumberdaya perikanan, khususnya perikanan tangkap saat ini dihadapkan pada kenyataan yang agak sulit dan penuh tantangan. Hal ini disebabkan sebagian besar sumberdaya perikanan tersebut dimanfaatkan oleh usaha perikanan berskala kecil atau perikanan rakyat. Keadaan usaha perikanan rakyat yang pada umumnya masih sangat tradisional tersebut, memiliki jangkauan usaha penangkapan yang masih terbatas pada perairan pantai, dimana produktivitas yang dihasilkan sangat rendah. Menurut Barus et al. (1991) produktivitas nelayan yang masih sangat rendah ini pada umumnya diakibatkan oleh rendahnya keterampilan dan pengetahuan serta penggunaan alat tangkap maupun perahu yang masih sederhana, sehingga efektif dan efisiensi alat tangkap maupun perahu belum optimal. Keadaan ini berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima nelayan, keadaan ekonomi dan kesejahteraan nelayan. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup atau pendapatan nelayan antara lain dengan meningkatkan produksi hasil tangkapannya. Peningkatan produksi ini sangat erat hubungannya dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh nelayan dan sarana penangkapan pendukung lainnya. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi perikanan tersebut adalah dengan mengusahakan unit penangkapan yang produktif, yakni yang tinggi dalam jumlah dan nilai hasil tangkapan. Selain itu unit penangkapan tersebut haruslah bersifat ekonomis dan menggunakan teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat serta tidak merusak kelestarian lingkungan. Mengingat begitu kompleksnya permasalahan pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Kepulauan Talaud Sulawesi Utara, diperlukan kajian strategi pengembangan perikanan tangkap dalam pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap secara optimal berdasarkan pertimbangan bahwa potensi sumberdaya perikanan laut yang tersedia belum dimanfaatkan secara optimal. Dengan adanya suatu studi yang mendasar dan mencakup aspek perencanaan 8 dalam pengembangan usaha perikanan tangkap maka akan didapatkan suatu strategi pengembangan perikanan tangkap yang matang, sehingga sumberdaya perikanan laut yang tersedia di Kabupaten Kepulauan Talaud Sulawesi Utara dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat. Sebelum melakukan pengkajian yang mendalam tentang pengembangan perikanan tangkap untuk menjawab permasalahan yang sedang dihadapi, perlu disusun suatu diagram alir tahap penelitian agar tujuan dapat dicapai. Diagram alir tahap penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Langkah pemikiran selanjutnya, dilakukan analisis optimasi untuk kriteria yang terdiri atas keterlibatan masyarakat, sarana produksi, unit penangkapan, unit pengolahan, sumberdaya, peraturan, aspek legal dan unit pasarnya. Optimasi ini menggunakan beberapa analisis dengan tujuan untuk memperoleh nilai optimal kapasitas atau daya dukungnya dan juga untuk pengambilan keputusan dalam pola pengembangan perikanan tangkap secara terpadu dan terarah di perairan Kabupaten Kepulauan Talaud Sulawesi Utara. PERMASALAHAN - Kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah. - Lemahnya penegakan hukum. - Perda yang belum mendukung - Kemiskinan. - Sarana dan prasarana masih terbatas. - Belum adanya kebijakan perbatasan - IUU Fisheries Kinerja Sektor Kelautan dan Perikanan (PDRB, PAD, Penyerapan Tenaga Kerja, Devisa) Pemanfaatan Sumberdaya Komoditi SDI Dominan Jenis Teknologi IUU Fisheries Komponen Penggerak Utama Perikanan Perikanan Tangkap Optimum Penyusunan Kebijakan RANCANG BANGUN PENGEMBANGAN mbar 1 Kerangka pemikiran PERIKANAN TANGKAP Gambar 1 Kerangka Pemikiran 9