PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN SENI MUSIK BERBASIS SENI BUDAYA BERKONTEKS KREATIF, KECAKAPAN HIDUP, DAN MENYENANGKAN BAGI SISWA SD/MI Udi Utomo* Syahrul Syah Sinaga** *Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang Semarang *Jurusan Sendaratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang E-mail: [email protected]; [email protected] Abstrak Education Unit Level Curriculum (KTSP) in Elementary School / MI, the level of implementation still meet many difficulties and obstacles experienced by the teachers. The research objective is to find information to develop teaching materials based music arts and culture for elementary school children / MI that can support the development of students' creative thinking, provide supplies to the students life skills, and create a pleasant learning atmosphere (joyful learning). Based on the data obtained, it can be concluded that the current primary school teachers / MI are still experiencing difficulties and obstacles in learning the art of music. Difficulties and obstacles are: (1) the ability to translate the contents of the education unit level curriculum (KTSP) competency-based music, (2) the ability to optimize your child's music potential, (3) apply the method, (4) use of education tools and media (5) utilisation of the potential of cultural and natural environments around, and (6) develop an evaluation form. In this study developed a textbook model of music teaching materials that are expected to be implemented at the same time teachers are able to stimulate and motivate teachers to develop further music learning. Suggestions proposed is that the institutions associated with the development of learning in primary schools can develop training programs, development of sourcebook and textbook which considers the potential of art, culture, and the needs of teachers. Kata kunci : seni budaya, kreatif, kecakapan hidup dan menyenangkan PENDAHULUAN Guru SD/MI dalam melaksanakan pembelajaran kesenian sampai saat ini masih ada yang menggunakan kurikulum kerajinan tangan dan kesenian. Mata pelajaran tersebut disajikan dari kelas 1 sampai dengan kelas 6. Pada umumnya para guru SD/MI tidak dapat menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar itu sebagaimana mestinya. Berdasarkan penelitian, menunjukkan bahwa para guru merasa tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk mengajarkan materimateri seni, lebih khusus seni musik. Mereka merasa tidak berbakat, dan mereka berpendapat bahwa guru yang mengajar pendidikan seni musik harus guru yang berbakat. Disamping itu, pada umumnya mereka juga berpendapat bahwa pendidikan seni merupakan pelajaran yang tidak penting. Alasan mereka karena pelajaran seni tidak termasuk yang di-ebtanas-kan. Bahkan ada sebagian dari mereka yang setuju jika mata pelajaran seni dihapus dari struktur program kurikulum (Syafii 2003: 13). Kondisi tersebut menunjukkan betapa buruknya kegiatan pembelajaran seni lebih khusus seni musik saat ini. Pelaksanaan pembelajaran seni lebih khusus seni musik, di SD/MI pada umumnya masih menggunakan pende-katan subject-centered curriculum. Tidak jelas, kompetensi apa yang harus dicapai oleh peserta didik setelah mereka mengikuti serentetan pelajaran tersebut. Tidak jelas pula artikulasi isi mata pelajaran antara jenis dan jenjang pendidikan, sehingga sering dijumpai ucapan yang terlontar dari pendidik yang penting kegiatan pembelajaran seni musik ada, sehingga terjadi pengulangan-pengulangan pelajaran sebelumnya. Link and match lemah, sehingga terjadi pemborosan (Slamet 2001: 3). Karena kurangnya pemahaman para pendidik terhadap seni musik lebih khusus lagi tentang pendidikan seni musik, menyebabkan pelaksanaan pembelajaran kehilangan kelenturannya untuk disesuaikan dengan keadaan lingkungan setempat dan kebutuhan batin anak (Garha 1995: 4). Pendidikan seni musik dengan pendekatan seni budaya merupakan suatu alternatif solusi dan antisipasi pada persaingan global yang kompetitif. Pendidikan berbasis seni budaya penekanan kompetensi adalah pendidikan seni musik yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan atau kompetensi untuk mengerjakan atau melakukan sesuatu (ability to do something). Tentu untuk bisa mengerjakan sesuatu yang dimaksud, diperlukan penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipersyaratkan untuk mengerjakan sesuatu tersebut. Misalnya untuk bisa menyanyi, diperlukan penguasaan kompetensi yang terdiri atas pengetahuan, keterampilan, dan sikap terhadap musik. Pendeknya, untuk dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan seni musik, diperlukan kom-petensi yang mencakup aspek-aspek kognitif, psikomotor dan afektif (Slamet 2001: 4). Dalam kaitannya dengan pendidikan seni, Nursito (2000: 9-11) menyatakan bahwa permasalahan rendahnya pengembangan kreatifitas siswa lebih banyak disebabkan oleh ketidakmampuan guru dalam mengembangkan kreativitas siswa. Keadaan ini lebih diperburuk dengan kekurangmantapan keterampilan dalam berkarya seni dan minimnya wawasan guru terhadap materi, tujuan dan hakikat pendidikan seni, serta kurangnya sarana yang ada di sekolah. Kelemahan ini seringkali menyebabkan pengambilan keputusankeputusan kurikuler atau kependidikan menjadi kurang tepat. Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional, pendidikan seni musik sangat memberi kontribusi yang besar dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Untuk itu perlu merumuskan materi pembelajaran seni musik yang lebih matang. Tujuan pendidikan seni musik berbasis seni budaya adalah salah satu alternatifnya, karena bertujuan untuk: (1)mendekatkan pendidikan seni dan dunia kerja seni; (2) menjamin adanya common basis pendidikan seni; (3) memfokuskan pada hasil dan proses sekaligus; (4) mengenalkan pembelajaran yang luwes; (5) mengakui pembelajaran sebelumnya; dan (6) menjamin adanya multiple entry and exit (Slamet, 2001: 4). Konsep pendidikan seni berbasis seni budaya untuk SD/MI, telah diaktu-alisasikan dalam bentuk desain kuriku-lum pendidikan seni musik tingkat satuan pendidikan (KTSP) SD/ MI yang diterbitkan oleh Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. Tentunya kita menyambut baik dan menaruh harapan yang sangat besar dengan dimunculkannya kurikulum tersebut. Selanjutnya dengan dimunculkannya kurikulum seni budaya ini dipandang perlu untuk mengetahui sejauh mana kemungkinan optimalisasi penerapannya dalam pembelajaran seni. Oleh karena itu melalui penelitian ini, peneliti akan mengkaji secara lebih mendalam aplikasi kurikulum seni budaya di SD/MI yang dapat mendorong creative thinking siswa, memberi bekal life-skills kepada siswa, dan menciptakan suasana belajar siswa yang menyenangkan (joyfull learning) dengan memperhatikan (1) kemampuan guru menterjemahkan isi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) seni musik berbasis kompetensi, (2) kemampuan guru mengoptimalkan potensi seni musik anak (menjadi kreatif dan aktif), (3) metode guru yang digunakan dalam pembelajaran seni musik, (4) kemam-puan akademis musik anak, (5) ketersediaan sarana pembela-jaran musik (6) pemanfaatan lingkungan alam sekitar dalam menunjang kegiatan pembelajaran musik, (7) evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran musik. PENDIDIKAN SENI MUSIK SD/ MI Pendidikan kesenian, sebagaimana yang dinyatakan Ki Hajar Dewantara (dalam Bastomi, 1993: 20), merupakan salah satu faktor penentu dalam membentuk kepribadian anak. Pendidikan seni di sekolah, dapat dijadikan sebagai dasar pendidikan dalam membentuk jiwa dan kepribadian (berakhlak karimah). Hal ini sejalan sebagaimana yang dinyatakan oleh Plato (dalam Rohidi, 2000: 5), bahwa pendidikan seni dapat dijadikan dasar pendidikan, karena untuk membentuk suatu kepribadian yang baik dilakukan melalui pendidikan seni. Arti lainnya yaitu bahwa kesenian merupakan elemen yang esensial dalam pembentukan watak setiap individu dan faktor yang mendasari setiap penciptaan karya seni, oleh kaena itu pendidikan seni; sebagai subsistem dalam pendidikan nasional tidak dapat diabaikan. Pendidikan seni sebagai mata pelajaran di sekolah karena pendidikan seni memiliki sifat multilingual, multidimensional, dan multikultural. Multilingual berarti seni bertujuan mengembangkan kemampuan mengekspresikan diri dengan berbagai cara seperti melalui bahasa rupa, bunyi, gerak dan paduannya. Multidimensional berarti seni mengembangkan kompetensi kemampuan dasar siswa yang mencakup persepsi, pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi, apresiasi dan produktivitas dalam menyeimbangkan fungsi otak kanan dan kiri, dengan memadukan unsur logika, etika dan estetika, dan multikultural berarti seni bertujuan menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan berapresiasi terhadap keragaman budaya lokal dan global sebagai pembentukan sikap menghargai, toleran, demokratis, beradab dan hidup rukun dalam masyarakatdan budaya yang majemuk (Depdiknas 2001: 7). Pendidikan seni di sekolah memiliki fungsi dan tujuan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan agar siswa mampu berkreasi dan peka dalam berkesenian, atau memberikan kemampuan dalam berkarya dan berapresiasi seni. Kedua jenis kemampuan ini menjadi penting artinya karena dinamika kehidupan sosial manusia dan nilai-nilai estetis mempunyai sumbangan terhadap kebahagiaan manusia di samping mencerdaskannya. Materi pen-didikan seni di sekolah mencakup seni musik, seni tari, seni drama, dan seni rupa. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tahun 2006 pendidikan kesenian di SD/MI dilaksanakan melalui mata pelajaran seni budaya dan ketrampilan, yang didalamnya mencakup sub mata pelajaran seni rupa, seni musik, seni tari, dan ketrampilan. Sedangkan standar kompetensi lulusan pembelajaran seni musik sebagai salah satu mata pelajaran seni budaya dan ketrampilan di SD/MI adalah: (1) mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni musik dengan memperhatikan dinamika melalui berbagai ragam lagu daerah dan wajib dengan alat iringan alat musik sederhana daerah setempat; (2) mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni musik dengan ansambel sejenis dan gabungan terhadap berbagai musik/ wajib, daerah, dan nusantara; dan (3) mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni musik dengan menyanyikan lagu wajib, daerah, dan nusantara dengan memainkan alat musik seder- hana daewrah setempat (Tim Pustaka Yustisia 2007: 95-96). Oleh karena itu setelah mengikuti pembelajaran seni musik sebagai salah satu aspek dalam mata pelajaran seni budaya di SD/MI, siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk menguasai olah vokal, memainkan alat musik, apresiasi karya musik serta berketerampilan yang mencakup segala aspek kecakapan hidup (life skills) yang meliputi keterampilan personal, keterampilan sosial, keterampilan vokasional dan keterampilan akademik. SENI BUDAYA Seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan. Dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan, aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. Karena itu, mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya. Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan memiliki peranan dalam pembentukan pribadi peserta didik yang harmonis dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai multi kecerdasan yang terdiri atas kecerdasan intrapersonal, visual spasial, musikal, linguistik, logik matematik, naturalis, kecerdasan adversitas, kecerdasan kreativitas, kecerdasan spiritual dan moral, dan kecerdasan emosional. Bidang musik, memiliki kekhasan tersendiri sesuai dengan kaidah keilmuan kesenimusikan. Dalam pendidikan aktivitas berkesenian, harus menampung kekhasan tersebut yang tertuang dalam pemberian pengalaman mengembangkan konsepsi, apresiasi, dan kreasi. Semua ini diperoleh melalui upaya eksplorasi elemen, prinsip, proses, dan teknik berkarya dalam konteks budaya masyarakat yang beragam. Mata pelajaran Seni Budaya bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan : (1) memahami konsep dan pentingnya seni budaya dan keterampilan; (2) menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya dan keterampilan; (3) menampilkan kreativitas melalui seni budaya dan keterampilan; dan (4) menampilkan peran serta dalam seni budaya dan keterampilan dalam tingkat lokal, regional, maupun global. STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PEMBELAJARAN SENI MUSIK DI SD/MI Standar kompetensi seni musik untuk SD/MI yaitu mengapresiasi karya seni musik dan mengekspresikan diri melalui karya seni musik. Sedang kompetensi dasar seni musik mencakup (1) mengidentifikasi unsur/elemen musik dari berbagai sumber bunyi yang dihasilkan tubuh manusia; (2) mengelompokkan bunyi berdasarkan sumber bunyi yang dihasilkan tubuh manusia; (3) menunjukkan sikap apresiatif terhadap sumber bunyi yang dihasilkan tubuh manusia; (4) menampilkan permainan pola irama sederhana; (5) mengekspresikan diri melalui vokal; (6) mengekspresikan diri melalui alat musik atau sumber bunyi yang dihasilkan tubuh manusia; (7) melafalkan lagu anak-anak; (8) menyanyikan lagu anak-anak secara individual, kelompok maupun klasikal. Sedang elemennya terdiri atas empat unsur yakni: (1) pitch (nada, melodi, harmoni); (2) tempo (irama); (3) warna suara; dan (4) dinamika(keras-lembut). Dinamik adalah semua hal yang berhubungan dengan perbandingan volume nada (keras lembut). Sumber bunyi yang dihasilkan tubuh manusia adalah siulan, tepukan tangan, dsb. Alat musik: Alat musik dapat dibedakan atas: (1) alat musik Nusantara atau biasa pula disebut alat musik tradisional yakni alat musik yang dianggap milik etnis di wilayah Nusantara seperti suling bambu, talempong, dsb.; (2) alat musik konvensional yakni alat musik nontradisional seperti gitar, piano, biola, drum, saxophone, dan lain-lain (3) alat musik non konvensional yakni segala alat/bahan yang dapat menjadi sumber bunyi seperti batu, kayu, logam, plastik, dan sebagainya. Kompetensi dasar lain untuk tingkatan lebih tinggi: (1) mengidentifikasi unsur/elemen musik dari berbagai sumber bunyi yang dihasilkan alam; (2) mengelompokkan bunyi berdasarkan sumber bunyi yang dihasilkan alam; (3) mengidentifikasi irama dan melodi sederhana; (4) menampilkan permainan pola irama dan melodi sederhana, (5) memeragakan dinamik sederhana; (6) mengekspresikan diri melalui vokal, alat musik atau sumber bunyi sederhana; (7) menyanyikan lagu anak-anak dan lagu wajib. Sumber bunyi yang dihasilkan alam: bunyi tetesan air, kicauan burung. Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya kompetensi yang diharapkan dari pendidikan seni musik untuk siswa SD/MI adalah: (1) agar siswa mampu memadukan unsur etika, logika dan estetika, meliputi: pengetahuan, pemahaman, persepsi, analisis, evaluasi, apresiasi, dan berproduksi; (2) memiliki kepekaan inderawi, perasaan estetis dan artistik melalui pengalaman bereksplorasi, berekspresi dan berkreasi dalam mendukung kecerdasan emosional, intelektual, moral, spiritual dan adversitas sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak; (3) mampu berkreasi dalam mengembangkan kemampuan perseptual, pemahaman, apresiasi, kreativitas, dalam berproduksi; (4) memiliki keterampilan dasar dan mampu berkreasi berdasarkan inspirasi yang bersumber pada alam dan lingkungan sekitar anak dalam mengolah medium seni musik; (5) mampu menghargai karya sendiri dan karya orang lain serta keragaman seni budaya setempat dan nusantara; (6) mampu mempergelarkan, menyajikan karya seni dan atau merancang, memamerkannya di kelas dan atau di lingkungan sekolah (Depdiknas, 2001: 8) METODE Penelitian pengembangan model ini di lakukan dengan menggunakan desain reaearch and development. Penelitian ini dilakukan di Jawa Tengah, sedangkan wilayah yang dipilih ditentukan secara purposive. Subyek penelitiannya adalah para guru, kepala sekolah, dan pakar yang berkompeten dalam pembelajaran seni musik. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket, pengamatan, dan wawancara. Sedangkan teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif-kualitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Meskipun sejak tahun 2006 telah diberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SD/MI, namun demikian berdasar data yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pola pembelajaran pendidikan kesenian khususnya pembelajaran seni musik tidak jauh berbeda dengan masa pemberlakuan kurikulum sebelumnya. Pada umumnya para guru SD/MI mengalami kesulitan dan kendala dalam mengembangkan pelaksanaan pembelajaran seni musik. Kesulitan dan kendala yang yang dialami mencakup : (1) kemampuannya dalam menterjemahkan isi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) seni musik berbasis kompetensi; (2) kemampuannya dalam mengoptimalkan potensi seni musik anak (anak menjadi kreatif dan aktif); (3) menerapkan metode yang digunakan dalam pembelajaran seni musik; (4) memanfaatkan sarana dan media pembelajaran musik, (5) memanfaatkan potensi lingkungan budaya dan alam sekitar dalam pembelajaran musik, dan (6) mengem-bangkan bentuk evaluasi dalam pembe-lajaran musik. Kemampuan Guru Menterjemahkan Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidik-an (KTSP) Mata Pelajaran Seni Budaya Materi Kajian Seni Musik Standar kompetensi dan kompe-tensi dasar menjadi arah dan landasan dalam mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi belajar. Oleh karena itu pemahaman guru dalam menterjemahkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang diberla-kukan pada saat ini menjadi sangat penting. Berkaitan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) khususnya dalam pembelajaran seni musik berdasarkan data yang diperoleh menunjukan bahwa para guru pada umumnya memiliki pemahaman yang posistif. Kurikulum tersebut sebagai pedoman pembelajaran yang memberi-kan arahan dalam proses pengembangan pembelajaran dari segi tujuan, standar kompetensinya, dan kompetensi dasarnya dinilai sangat jelas. Bahkan karena karakteristik fleksibilitasnya mereka menganggap kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) memberi keleluasaan bagi guru dalam pengembangan pembelajarannya. Meskipun demikian, karena keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan para guru, maka pada saat menetapkan materi dan indikator keberhasilan belajarnya pada umumnya mengalami kesulitan Kemampuan Guru Mengoptimalkan Potensi Seni Musik Anak (anak menjadi aktif dan kreatif ) Kemampuan guru dalam mengoptimalkan potensi seni musik siswa yang ditandai dengan kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran seni musik menjadi tuntutan dalam implementasi-kan kurikulum tingkat satuan pendi-dikan. Keduanya sekaligus menjadi prasarat apabila pembelajaran seni musik diharapkan dapat menumbuhkan dan mengembangkan kreatifitas siswa, yang tentu saja dalam prosesnya ditandai dengan proses pembelajaran siswa aktif. Berkaitan dengan kemampuan tersebut berdasarkan data yang diperoleh ternyata menunjukkan bahwa para guru pada umumnya masih mengalami kesulitan dalam melaksanakan pembe-lajaran seni musik yang diharapkan mampu menciptakan kondisi tersebut. Hambatan yang mendasar mencakup: (1) penguasaan materi pelajaran; (2) merancang kegiatan pembelajaran;dan (3) memanfaatkan dan mengembangkan media pembelajaran yang diperlukan dalam pembelajaran seni musik. Metode yang Digunakan Pembelajaran Seni Musik dalam Pemilihan metode pembelajaran diperlukan oleh guru pada saat merancang proses kegiatan belajar mengajar. Karena, ketepatan pemilihan metode pembelajaran akan berdampak terhadap efektifitas pencapaian kompetensi pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam pembelajaran seni musik gabungan dari berbagai metode sangat diperlukan, apalagi kalau pembelajaran yang dilakukan menekankan pada pemberian pengalaman musik kepada siswa. Pemilihan metode pembelajaran yang dilakuakan oleh para guru berdasarkan hasil penelitian menunjuk-kan bahwa pada umumnya mereka menggunakan metode ceramah, de-monstrasi, dan latihan (drill). Metode ceramah digunakan oleh para guru pada saat menyampaikan berbagai informasi yang terkait dengan materi pembelajar-an. Sedangkan metode demonstrasi, dilakukan oleh para guru pada saat membelajarkan materi praktek musik baik pada saat kegiatan bernyanyi maupun praktek instrumen musik. Karena proses pembelajaran praktek musik yang berlangsung lebih menekankan pada strategi ear training, maka pada saat ada materi baru siswa sangat tergantung pada contoh guru yang dilakukan dengan metode demonstrasi. Kemampuan Akademis Musik Anak Kesulitan guru dalam pelaksana-an pembelajaran seni musik yang disebabkan karena keterbatasan kemam-puan guru dalam menginterpretasi kurikulum serta kendala-kendala yang menyangkut terbatasnya sarana dan media pembelajaran musik yang ada mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa. Akibatnya setiap guru dengan kemampuannya masingmasing secara berbeda menentukan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Sehingga jenis materi dan kedalaman materi yang dicapai siswa pada setiap kelas dan setiap sekolah pun berbeda. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) pembelajaran seni musik yang ditentukan oleh para guru berkisar antara 60 sampai dengan 70. Sedangkan hasil belajar yang dicapai siswa berkisar antara 60 sampai dengan 90. Dari ana-lisis data yang ada menunjukan bahwa beberapa kelas ada yang hasil akhir pencapaian belajar siswa di bawah kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan oleh guru. Sedangkan upaya perbaikan yang dilakuakan melalui pembelajara remidial terhadap para siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran seni musik hanya dilakukan oleh beberapa orang guru saja. Ketersediaan Sarana Pembelajaran Musik Ketersedian sarana pembelajaran sangat diperlukan guru dalam meran-cang dan melaksanaan pembelajaran. Apalagi dalam pembelajaran seni musik, yang mana berdasarkan karakteristik dan standar kompetensi menuntut kreatifitas guru dalam memanfaatkan dan mengembangkannya. Berkaitan dengan sarana pembelajaran seni musik yang dikaji dalam dalam penelitian ini, berikut ini akan diuraikan tentang ketersediaan buku sumber dan buku ajar, alat musik, dan media pendukung pembelajaran seni musik lainnya. Buku Sumber dan Buku Ajar Pemberlakuan kurikulum tingkat satuan pendidikan di sekolah saat ini memberikan otoritas sekolah dan guru dalam mengembangkan kurikulum. Sehingga sebagai konsekuensinya diper-lukan adanya kemandirian sekolah dan guru dalam menentukan materi pem-belajaran yang sesuai dengan stándar kompetensi, kebutuhan siswa, dan sum-ber daya yang ada. Oleh karena itu ketersediaan buku sumber dan buku ajar sebagai salah satu kebutuhan guru harus harus menjadi prioritas pertama bagi sekolah. Untuk mata pelajaran matematika, Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Sosial, Sains, Pendidikan Agama, dan Bahasa Jawa, berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukan bahwa beberapa penerbit telah menyusunnya dalam bentuk buku ajar maupun lembar kerja siswa (LKS). Namun demikian untuk pembelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan termasuk di dalamnya pendidikan seni musik belum mendapat perhatian. Akibatnya para guru mengalami kesulitan dalam mengembangkan materi pembelajarn seni musik yang sesuai dengan stándar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada. Beberapa buku sumber yang dimiliki sekolah pada umumnya hanya berupa buku kumpulan lagu dan buku paket pembelajaran kesenian yang diterima pada saat masa pemberlakuaan kurikulum sebelumnya. Sehingga para guru mengalami kesulitan ketika harus memanfaatkannya dalam mengembang-kan pembelajaran seni musik yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Alat Musik Apabila dikelompokan, jenis alat musik yang diperlukan dalam pembe-lajaran seni musik di SD terdiri atas kelompok alat musik ritmis dan kelompok alat musik melodis. Alat musik ritmis digunakan mulai dari kelas 1 sampai dengan 6, sedangkan alat musik melodis mulai digunakan mulai dari kelas 4 sampai dengan kelas 6. Ketersedian alat musik sebagai sarana pembelajaran di sekolah dasar yang di jadikan sampel dalam penelitian ini sangat beragam. Beberapa sekolah ada yang memiliki dua jenis kelompok alat musik tersebut, sedangkan diantaranya hanya memiliki salah satu jenis alat musik. Alat musik ritmis yang dimiliki antara lain seperti seperangkat alat musik rebana, seperangkat alat musik drum band, snar drum dan bas drum. Sedangkan kelompok alat musik melodis yang dimiliki diantaranya seperti recorder sopran, pianika, belira, dan keyborad. Sarana Pendukung Lainnya Ada beberapa sarana pendukung yang diperlukan guru dalam pelak-sanaan pembelajaran seni musik seperti ruang praktek musik, perlengkapan elektronik (tape recorder , CD/VCD play-er, televisi, dan lain-lain ). Ketersedian sarana pembelajaran tersebut berdasar-kan data yang diperoleh menunjukkan bahwa semua sekolah yang dijadikan sampel dalam penelitian tidak memiliki ruang khusus pembelajaran seni musik. Sedangkan perlengkapan elektronik yang ada seperti tape recorder, CD/VCD player , dan televisi yang dimiliki oleh beberapa sekolah keberadaannya tidak pernah digunakan sebagai sarana apalagi media dalam pembelajaran seni musik. Hal ini terbukti bahwa pada umumnya sekolah-sekolah tersebut tidak memiliki kaset maupun CD/VCD yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran musik. Pemanfaatan Lingkungan Budaya dan Alam Sekitar dalam Menunjang Kegiaatan Pembelajaran Musik Muatan mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan. Dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan, aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. Karena itu, mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya. Pemanfaatan lingkungan budaya dan alam sekitar dalam kegiatan pembelajaran seni musik tentu saja diperlukan adanya kreatifitas guru. Karena betapapun besarnya potensi budaya dan alam di sekitar sekolah manakala guru tidak mampu me-nangkap dan mengaktualisasikannya ke dalam desain pembelajaran, maka pelaksanaan pembelajaran seni musik sebagai salah satu pendidikan seni budaya menjadi kurang bermakna. Pemanfaatan lingkungan budaya dan alam sekitar dalam menunjang kegiatan pembelajaran musik belum banyak dilakukan oleh para guru. Hal ini terbukti bahwa kekayaan lagu-lagu daerah di jawa tengah, jenis-jenis instrumen musik tradisional (calung, angklung, gamelan jawa dan lain-lain), serta potensi alam yang ada belum mendapatkan perhatian di kalangan para guru. Meskipun diantaranya ada yang telah memanfaatkan salah satu perangkat alat musik tradisional (rebana). Sayangnya, instrumen musik tersebut hanya digunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler yang tentu saja hanya diikuti oleh beberapa orang siswa. Padahal sebagai salah satu jenis alat musik ritmis, sebenarnya secara leluasa alat tersebut dapat pula digunakan sebagai media pembelajaran di dalam kelas (intrakurikuler). Evaluasi yang Digunakan Pembelajaran Musik dalam Evaluasi pembelajaran merupakan kegiatan guru yang dimaksudkan untuk mengetahui apakah proses pembelajaran yang dilakuakan dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Salah satu diantaranya dapat dilakukan dengan mengukur (asess) tingkat penca-paian belajar siswa yang dilakukan pada ujian tengah semester maupun pada ujian akhir semester. Keberhasilan siswa dalam pembelajaran seni musik di sekolah yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditentukan tentu saja bergantung pada kemampuan guru dalam menginter-pretasi kurikulum, penguasaan materi pembelajaran, pemanfaatan media pem-belajaran, dan rancangan proses kegiat-an belajar-mengajar. Oleh karena itu kesulitan dan kendala yang dialami guru dalam pelaksanaan pembelajaran seni musik menyebabkan keberagaman strategi guru dalam melakukan penilaian hasil belajar. Keragaman tersebut baik dalam hal penetapan kompetensi pembelajaran yang akan di ukur mapun jenis tes yang digunakan. Kompetensi yang Diukur Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa para guru dalam menetapkan kompetensi yang akan diukur menyesuaikan dengan penge-tahuan dan ketrampilan musik yang dimilikinya. Bagi guru yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan pembe-lajaran seni musik pada umumnya hanya memfokuskan pada kompetensi bernyanyi. Namun demikian pilihan jenis lagu yang dijadikan materi pembe-lajaran tetap mengacu pada lagu-lagu yang ditetapkan oleh kurikulum. Se-dangkan bagi guru yang tidak menga-lami kesulitan dalam pembelajaran seni musik, kompetensi yang diukur menca-kup materi teori musik dan praktek musik. Meskipun pengembangan penca-paian kompetensi yang ditetapkan belum memenuhi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada. Jenis Tes Berkaitan dengan kompetensi yang akan diukur dalam pembelajaran seni musik sebagaimana telah diuraikan, maka jenis tes yang dipilih oleh guru mencakup tes tertulis dan praktek. Tes tertulis dilakukan oleh para guru untuk mengukur pengetahuan seni musik siswa terhadap materi pembelajaran yang di kembangkan. Sedangkan tes praktek dilakukan oleh guru untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa dalam penguasaan materi praktek ber-nyanyi dan praktek instrumen musik yang dikembangkan oleh siswa. Tes tertulis dilakukan oleh para guru mulai dari guru kelas 1 sampai dengan kelas 6, sedangkan tes tertulis mulai dilakukan oleh para guru kelas 4 sampai dengan kelas 6. Sedangkan yang melakukan bentuk penilaian pembela-jaran dengan menggunakan kedua jenis tes tersebut hanya dilakukan oleh beberapa guru kelas 4, 5, dan kelas 6. Berkaitan dengan hasil penelitian tersebut maka untuk mengembangkan buku ajar seni musik SD/MI berbasis seni budaya yang diharapkan dapat mendukung pengembangan creative thin-king siswa, memberi bekal life skill kepada siswa, dan menciptakan suasana belajar joyful learning harus bertolak dari berbagai kesulitan dan kendala yang dialami para guru. Sedangkan dalam proses pengembangannya harus mempertimbangkan potensi lingkungan budaya, alam sekitar, sarana yang tersedia di sekolah, serta kondisi dan kebutuhan guru. Sehingga buku ajar yang dikembangkan akan mudah diimplementasikan oleh guru SD/MI (aplicable), dapat memberikan panduan pembelajaran yang komperhensif, serta berguna sebagai media dan sumber belajar bagi guru. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pada saat ini para guru SD/MI masih mengalami kesulitan dan kendala dalam pembelajaran seni musik. Kesulitan dan kendala tersebut menca-kup (1) kemampuannya dalam men-terjemahkan isi kuruikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) seni musik berbasis kompetensi, (2) kemampuan-nya dalam mengoptimalkan potensi seni musik anak (anak menjadi kreatif dan aktif) (3) menerapan metode yang digunakan dalam pembelajaran seni musik, (4) memanfaatan sarana dan media pembelajaran musik (5) memanfaatkan potensi lingkungan budaya dan alam sekitar dalam pembelajaran musik, dan (6) mengembangkan bentuk evaluasi dalam pembelajaran musik. Bertolak dari temuan tersebut maka dalam penelitian ini dikembangkan sebuah model buku ajar materi pembelajaran seni musik yang diharapkan dapat diimplementasikan oleh para guru sekaligus mampu menstimulasi dan memotivasi guru dalam mengembangan pembelajaran seni musik selanjutnya. Saran Berdasarkan berbagai kesulitan dan kendala yang dialami guru SD/MI dalam pembelajaran seni musik tersebut maka disarankan agar lembaga-lembaga yang terkait dengan pembinaan dan peningkatan mutu pembelajaran di sekolah dasar mengembangkan pro-gram-program peningkatan kemampuan guru dalam pembelajaran seni musik. Programprogram tersebut dapat berupa kegiatan pelatihan, bantuan sarana dan media pembelajaran seni musik, pengembangan buku sumber dan buku ajar yang sesuai dengan kurikulum dan kebutuhan para guru. DAFTAR PUSTAKA Atkinson, Rita L. and Ernest R. 1983. Hilgart, Introduction to Psichology. Har-court Brace Jovanovich. Inc. London. Bastomi, Suwaji. 1993. Proses Apresiasi, Kreasi, dan Belajar. Semarang: IKIP Semarang Press. Chapman, Laura H. 1978. Approaches to Art in Education, New York: Harcourt Brace Jovanovich. Inc. Compbell, Don. 2001. Efek Moart Memanfaatkan Kekuatan Musik untuk Mempertajam Pikir, Mening-katkan Krea-tivitas, dan Menyehat-kan Tubuh. Jakarta: Gramedia putaka Utama. Depdiknas. 2001. Kurikuum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Seni Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas. Dick W dan Caarey, L. 1985. The Systematic Design of Instruction. Glen-view. Scoot. Foresman and Company. Djohar, M.S. 1999. "Menuju Otonomi Pendidikan", Makalah. Mencari Paradikma Baru Sistem Pendidikan Nasional. Mengha-dapi Milenium Ketiga. Yogya-karta: ISPI. Garha, Oho. 1990. “Corak Pendidikan Seni Indonesia”, dalam Warta Scienta. Edisi khusus. Januari. ___________. 1995. “Mata Pelajaran Menggambar dan Pelaksanaannya di Sekolah Dasar”. Makalah Seminar Nasional Konsep dan Implementasi Pendidikan. Dalam rangka Lustrum VI IKIP Semarang. Semarang. 7 April 1995. Kasbulah, Kasihani. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Depdikbud. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta. Mamannoor. 1995. “Mencari Orientasi Pendidikan Seni Rupa di Indonesia”. Makalah Seminar Nasi-onal Konsep dan Implementasi Pendidikan. Dalam rangka Lustrum VI IKIP Semarang. Semarang. 7 April 1995. Milles dan Huberman. Analisis Data Kualitaatif. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: Univer-sitas Indonesia Press. Munandar, S.C. Utami. 1987. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Gramedia. Jakarta. Nopirin. 1999. "Organisasi Universitas" Makalah Seminar Nasional Mana-jemen Pendidikan Tinggi. Yogya-karta: Universitas Gajah Mada. Nursito. 2000. Kiat Menggali Kreativitas. Mitra gama Widya. Priyono, Andreas. 1999 “Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas”. Makalah Seminar Action Re-search. Semarang. Rohidi, T.R. 1992. “Pendidikan Seni Rupa Sebagai Pengembangan Potensi dan Pelestarian Nilainilai Estetik”. Makalah. Semarang. 26 September 1992. Rohidi, Tjetjep.R. 1994. “Pendekatan Sistem Budaya dalam Penelitian Seni dan Pendidikan Seni (Sapuan Kuas Besar dalam Kerangka Ilmu Sosial)”, makalah Seminar Nasional Pendekatanpendekatan dalam Pene-litian Seni dan Pendidikan Seni, dalam rangka Dies Natalis XXIX IKIP Semarang. Semarang. Tanggal 11 April 1994. -------------.1993. Pendekatan Sistem Sosial Budaya dalam Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press. ------------.1999. “Fungsi Seni dan Pendidikan Serta Implikasinya dalam Pengembangan Kebudayaan”. Makalah dalam Penlok Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan Seni Rupa. 14-16 April, 1999. -------------. 2000. Kesenian dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung: STSI Bandung. Semiawan, Conny. 2001. “Pendidikan Guru di Masa Yang Akan Datang”. Makalah Reformasi Pendidikan Nasional. Yogyakarta. 1617 Maret 2001. Slamet, PH. 2001. “Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan Seni”. Makalah Lokakarya dan Seminar Nasional Pendidikan Seni. Jakarta. 18-20 April 2001. Sudarso. 1972. Buku Petunjuk Metode Mengajar Seni Rupa di Sekolah Dasar. Proyek PKMM. Yogyakarta. Sunaryo, Aryo. 1992. “Peranan Guru Pendidikan Seni rupa Yang Berkualitas dalam Pendidikan”. makalah pada Seminar dan Pameran Seni Lukis Sanggar Budaya Kabupaten Tegal. Tanggal 13-15 November 1992. Suwarsih, Madya. 1999. “Mencari Paradigma Baru Sistem Pendidikan Nasional Mengha-dapi Milenium Ketiga”. Makalah Semi-nar Pendidikan Nasional Yogya-karta. Tim Pustaka Yustisia. 2007. Panduan Lengkap KTSP. Yogyakarta: Pus-taka Yustisia. Usman. Kompetensi Guru. Semarang : IKIP Semarang Press. Walter R. Borg & Meredith Damien Gall. Educational Research: An Introduction. Fifth Edition. London: Logman. Yusuf, Samsu,L.N. 1989. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja.