6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Pembelajaran Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya. Menurut Nana Sudjana (2005: 76) metode pembelajaran adalah, “Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”. Sedangkan M. Sobri Sutikno (2009: 88) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”. Berdasarkan definisi/pengertian metode pembelajaran yang dikemukakan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan. Benny A. Pribadi (2009: 11) menyatakan, “tujuan proses pembelajaran adalah agar siswa dapat mencapai kompetensi seperti yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan proses pembelajaran perlu dirancang secara sistematik dan sistemik”. Banyak metode yang digunakan seorang guru dalam pembelajaran passing bawah bolavoli, antara lain dengan menggunakan metode pembelajaran inovatif dan konvensional. 2.1.2 Hakikat Metode Pembelajaran Di era reformasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, perbaikan kegiatan belajar mengajar harus diupayakan secara maksimal agar mutu pendidikan meningkat, hal ini 7 dilakukan karena majunya pendidikan membawa impikasi meluas terhadap pemikiran manusuia dalam berbagai bidang sehingga setriap generasi muda harus belajar banyak untuk menjadi manusia terdidik sesuai dengan tuntutan zaman. Menurut Mudyahardjo (2002) arti pendidikan ada dua yaitu definisi pendidikan secara luas yaitu segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkunagn dan sepanjang hidup pendidikan berlangsung seumur hidup dalam setiap selama ada pengaruh lingkungan, baik yang khusus diciptakan untuk pendidikan maupun yang ada dengan sendirinya. Tujuan pendidikan terkandung dalam setiap pengalaman belajar, tidak ditentukan dari luar yaitu pertumbuhan sama dengan tujuan hidup. Berhasilnya suatu tujuan pendidikan tergantung pada proses belajar mengajar yang dialami siswa setiap guru dituntut untuk teliti dalam memilih dan menerapkan metode mengajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Menciptakan kegiatan belajar mengajar yang mampu menciptakan hasil belajar yang efektif merupakan tugas dan kewajiban guru. Slameto (2003). 2.1.3 Berbagai Metode Pembelajaran 1. Ceramah Metode Ceramah (Preaching Method) yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa. 2. Diskusi Moh. Uzer Usman (2005:94) menyatakan bahwa diskusi kelompok merupakan suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah. 8 Pengertian umum diskusi adalah membicarakan suatu masalah oleh para peserta diskusi dengan tujuan untuk menemukan pemecahan yang paling baik berdasarkan berbagai masukan. Sebaliknya, debat adalah pembicaraan tentang suatu masalah dengan tujuan untuk memenangkan atau mempertahankan pendapat yang dimiliki oleh peserta debat. Diskusi sebagai suatu bentuk pembelajaran umum adalah suatu cara pembelajaran di mana peserta didik (murid, mahasiswa) mendiskusikan (membicarakan, mencari jawaban bersama) dengan cara saling memberikan pendapatnya, kemudian disaring untuk ditemukan kesimpulan. Tentu saja persyaratan terjadinya pembelajaran dengan diskusi adalah bahwa bahasa benar-benar sudah sangat dikuasai oleh peserta didik. 3. Tanya jawab Pada hakekatnya metode tanya jawab berusaha menanyakan apakah siswa telah mengetahui fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan, dalam hal lain guru juga bermaksud ingin mengetahui tingkat-tingkat proses pemikiran siswa. Melalui metode tanya jawab guru ingin mencari jawaban yang tepat dan aktual.Metode tanya jawab digunakan dengan untuk melanjutkan (meninjau) pelajaran yang lalu, menyelingi pembicaraan untuk mendapatkan kerjasama siswa, memimpin pengamatan dan pemikiran siswa. Kegiatan metode Tanya jawab memiliki beberapa kelebiha yaitu: kelas lebih aktif karena siswa tidak sekedar mendengarkan saja, memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya sehingga guru mengetahui hal-hal yang belum dimengerti oleh para siswa, guru dapat mengetahui sampai di mana penangkapan siswa terhadap segala sesuatu yang diterangkan. 2.1.4 Metode Pembelajaran Kerja Kelompok Secara kata “metodik” itu berasal dari kata “metode” (method), metode berarti suatu cara kerja yang sistematik dan umum, seperti cara kerja ilmu pengetahuan. Kata metode dalam bahasa berasal dari bahasan Greek (Yunani). “Meths” yang berarti melalui atau melewati dan “Hodos” yang berarti jalan atau cara, jadi metode berarti jalan atau cara yang harus ditempuh atau dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. 9 Istilah kerja kelompok mengandung arti bahwa siswa-siswa dalam suatu kelas dibagi dalam beberapa kelompok balk kelompok yang kecil maupun kelompok yang besar. Pengelompokan biasanya didasarkan atas prinsip untuk mencapai tujuan bersama. Ada beberapa definisi lain yang dimaksud oleh oleh para pakar pendidikan mengenai pengertian kerja kelompok ini, antara lain : 1) Metode kerja kelompok adalah penyajian metode dengan cara pembagian tugas-tugas untuk mempelajari suatu keadaan kelompok belajar yang sudah ditentukan dalam rangka mencapai tujuan. 2) Metode kerja kelompok ialah suatu cara menyajikan materi pelajaran dimana guru mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok atau grup tertentu untuk menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan dengan cara bersama-sama dan bergotong-royong. Jadi metode kerja kelompok ialah kerja kelompok dari beberapa individu yang bersifat pedagogik yang di dalamnya terdapat hubungan timbal balik (kerja sama) antara individu saling mempercayai. 1. Langkah-langkah Metode Kerja Kelompok Ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan metode kerja kelompok, yaitu : a. Menentukan kelompok : Hal ini dapat dilakukan oleh guru atau murid atau secara bersama-sama antara guru dan murid. Aspek-aspek kelompok yang perlu diperhatikan dalam kerja kelompok yaitu : Tujuan, sebelum siswa mengerjakan tugas, seorang guru hendaknya menerangkan tujuan pembelajaran terlebih dahulu dan harus mengetahui persis bagaimana cara mengerjakannya. 1) Tidak mengabaikan asas individual, dimana siswa dalam kelompoknya dapat dipandang sebagai pribadi yang berbeda dari segi kemampuan dan minatnya masing-masing. 10 2) Mempertimbangkan fasilitas yang tersedia atau yang dimiliki.Dimaksudkan untuk memperoleh dan mempebesar peran atau parisipasi siswa dalam kelompoknya. b. Memberi tugas-tugas kepada kelompok : Dalam hal ini seorang guru memberikan tugas-tugas pada kelompok masing-masing dan guru juga memberikan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas tersebut. Metode Kerja Kelompok - Kelompok merupakan salah satu pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda (Anonim, 2004:11). Sedangkan menurut Ibrahim, dkk (2000: 5-6) pembelajaran kelompok merupakan pembelajaran yang dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kelompok. Siswa bekerja dalam situasi pembelajaran kelompok didorong atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas dan mereka harus mengkoordinasi usahanya menyelesaikan tugasnya. Menurut Ibrahim, dkk (2000: 6) model pembelajaran kooperatif biasanya memiliki unsur-unsur sebagai berikut: a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka sehidup dan sepenanggungan bersama. b. Para siswa memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka memilki tujuan yang sama. d. Para siswa harus berbagi tugas dan tanggung jawab yang sama besarnya dengan anggota kelompok lain. e. Para siswa akan diberikan suatu penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok. 2.1.5 Belajar Belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap. Belajar dimulai dari masa kecil sampai akhir hayat seseorang. Proses belajar 11 mengajar pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan antara siswa dengan guru dan antar sesama siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Thorndike (Asri Budiningsih 2005:21) belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar. Sedangkan menurut Martinis Yamin (2007:98) belajar adalah perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang ia dapat pengamatan, pendengaran, membaca dan meniru. Menurut Gagne dalam kutipan Martinis Yamin belajar merupakan kegiatan yang kompleks, dimana setelah belajar tidak hanya memilki pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai akan tetapi siswa harus mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mengembangkan pemikiranya karena belajar proses kognitif Martinis Yamin(2007:106). Selain itu belajar Menurut Watsot dalam kutipan Asri Budiningsih adalah proses interaksi antara stimulus dan respon , namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur(Asri Budiningsih 2005:22). Sedangkan menurut Nana Sudjana 2008:28) definisi belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu. Dari beberapa definisi belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan interaksi antar individu untuk memperoleh perubahan kemampuan, perubahan tingkah laku yang didapat dari pengalaman dan akan bertahan lama. 2.1.6 Hasil Belajar Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran seperti yang diakses melalui Menurut Woordworth (dalam Ismihyani 2000), hasil belajar merupakan perubahan 12 tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Woordworth juga mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan aktual yang diukur secara langsung. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Menurut Ahmad Tafsir (2008: 34-35) dalam kutipan Yahya Asnawi, hasil belajar adalah bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan itu merupakan suatu target atau tujuan pembelajaran yang meliputi 3 (tiga) aspek yaitu: 1) tahu, mengetahui (knowing); 2) terampil melaksanakan atau mengerjakan yang ia ketahui itu (doing); dan 3) melaksanakan yang ia ketahui itu secara rutin dan konsekwen (being). Dalam setiap usaha atau kejadian yang dilakukan, manusia selalu mendambakan keberhasilan. Begitu juga dalam proses pembelajaran di sekolah seorang siswa melakukan kegiatan pembelajaran selalu mendambakan keberhasilan belajar. Hasil belajar merupakan wujud dari keberhasilan siswa dalam belajar untuk menumbuhkan kecakapan penguassaan materi pelajaran yang menuntut keseluruhan dan sesungguhan dalam belajar. Menurut Makmun (2002:167), pengertian hasil belajar adalah perubahan perilaku seseorang pada kawasan kognitif, efektif dan priskomotorik. Kawasan kognitif terdiri dari pengamatan, pemahaman, aplikasi, analisis (menguraikan dan mengklasifikasikan) dan sistesis (menghubungkan dan menyimpulkan). Kawasan afektif meliputi penerimaan, sambutan, apresiasi (penghargaan), interalisasi (pendalaman) dan karakterisasi (penghayatan). Sedangkan kawasan priskomotorik terdiri dari ketrampilan bergerak dan ketrampilan ekspresi verbal maupaun non verbal. Sedangkan menurut Sukmadinata (2003:102) hasil belajar merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. 13 Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, ketramppilan berfikir maupun kemampuan motorik. Hampir sebagian besar dari perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan pelajaran yang akan ditempuhnya. Pengertian hasil belajar tidak jauh berbeda dengan prestasi belajar. Purwo Darminto (1998:70), prestasi adalah hasil yang dicapai dari yang dilakukan atau dikerjakan. Sedangkan prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya disampaikan dengan nilai tes atau angka yang diiberikan oleh guru. Tirto Negoro (1994:48) juga menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka maupun huruf yang mencerminkan hasil yang dicapai anak dalam periode tertentu. Sedangkan menurut Djamarah (1999:23) menerangkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah pencerminan hasil belajar yang telah dicapai berupa seperangkat pengetahuan, perubahan sikap, peningkatan ketrampilan setelah proses pembelajaran. 2.1.7 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) IPA dalam bahasa Inggris berasal dari kata sains yang berarti alam. Menurut Abdullah (1998:18), IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain”. Selain itu Sains dapat diartikan sebagai pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal demikian menurut Suyoso (1998:23) 14 Pendidikan IPA bukan hanya sekedar teori akan tetapi dalam setiap bentuk pengajarannya lebih ditekankan pada bukti dan kegunaan ilmu tersebut. Bukan berarti teori-teori terdahulu tidak digunakan, ilmu tersebut akan terus digunakan sampai menemukan ilmu dan teori baru. Teori lama digunakan sebagai pembuktian dan penyempurnaan ilmu-ilmu alam yang baru. Hanya saja teori tersebut bukan untuk dihapal namun di terapkan sebagai tujuan proses pembelajaran. Melihat hal tersebut di atas nampaknya pendidikan IPA saat ini belum dapat menerapkannya. Dalam usaha untuk menggunakan tingkah laku siswa hingga siswa memahami proses-proses IPA, memiliki nilai-nilai dan sikap yang baik terhadap IPA serta menguasi materi IPA berupa fakta, konsep, prinsip, hokum dan teori IPA demikian menurut Tohari (1978:3). Dalam dunia pendidikan IPA menjadi suatu bidang ilmu yang bertujuan untuk melatih para siswa memiliki pribadi yang baik serta menerapkan sikap ilmiah juga mengembangkan potensi yang ada di alam untuk dijadikan sumber ilmu dan dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Samiaji (1998:46) berpendapat IPA sebagai suatu ilmu pegetahuan social yang merupakan gabungan antara disiplin ilmu yang bersifat produktif.Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.Dengan demikian, IPA memiliki peran yang sangat penting. Kemajuan IPTEK yang begitu pesat sangat mempengaruhi perkembangan dalam dunia pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju. 2.1.8 Hakekat Penbelajaran IPA di SD 15 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsipsaja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan. Asy’ari, Muslichah (2006: 22) menyatakan bahwa ketrampilan proses yang perlu dilatih dalam pembelajaran IPA meliputi ketrampilan proses dasar misalnya mengamati, megukur, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta ketrampilan proses terintegrasi misalnya merancang dan melakukan eksperimen yang meliputi menyusun hipotesis, menentukan variable, menyusun definisi operasional, menafsirkan data, menganalisis dan mensintesis data. Poedjiati (2005:78) menyebutkan bahwa ketrampilan dasar dalam pendekatan proses adalah observasi, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, dan membuat hipotesis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketrampilan proses dalam pembelajaran IPA di SD meliputi keterampilan dasar dan ketrampilan terintegrasi. Kedua keterampilan ini dapat melatih siswa untuk menemukan dan menyelesaikan masalah secara ilmiah untuk menghasilkan produk-produk IPA yaitu fakta, konsep, generalisasi, hukum dan teori-teori baru. Sehingga perlu diciptakan kondisi pembelajaran IPA di SD yang dapat mendorong siswa untuk aktif dan ingin tahu. Dengan demikian, pembelajaran merupakan kegiatan investigasi terhadap permasalahan alam di sekitarnya. Setelah melakukan investigasi akan terungkap fakta atau diperoleh data. Data yang diperoleh dari kegiatan investigasi tersebut perlu digeneralisir agar siswa memiliki pemahaman konsep yang baik. Untuk itu 16 siswa perlu di bimbing berpikir secara induktif. Selain itu, pada beberapa konsep IPA yang dilakukan, siswa perlu memverifikasi dan menerapkan suatu hukum atau prinsip. Sehingga siswa juga perlu dibimbing berpikir secara deduktif. Kegiatan belajar IPA seperti ini, dapat menumbuhkan sikap ilmiah dalam diri siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi beberapa aspek yaitu faktual, keseimbangan antara proses dan produk, keaktifan dalam proses penemuan, berfikir induktif dan deduktif, serta pengembangan sikap ilmiah. Pelaksanaan pembelajaran IPA seperti diatas dipengaruhi oleh tujuan apa yang ingin dicapai melalui pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran IPA di SD telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku di Indonesia. Kurikulum yang sekarang berlaku di Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam kurikulum KTSP selain dirumuskan tentang tujuan pembelajaran IPA juga dirumuskan tentang ruang lingkup pembelajaran IPA, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan arah pengembangan pembelajaran IPA untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Sehingga setiap kegiatan pendidikan formal di SD harus mengacu pada kurikulum tersebut. 2.1.9 Ruang Lingkup Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah meliputi kegiatan penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah. Lingkup pemahaman konsep dalam Kurikulum KTSP relatif sama jika dibandingkan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang sebelumnya digunakan. Secara terperinci lingkup materi yang terdapat dalam Kurikulum KTSP adalah: 1) makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2) benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. 17 3) energi dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. 4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Dengan demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kedua aspek tersebut saling berhubungan. Aspek kerja ilmiah diperlukan untuk memperoleh pemahaman atau penemuan konsep IPA. 2.1.10 Fungsi dan Tujuan Pendidikan IPA Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi dijelaskan bahwa mata pelajaranIPA di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) berfungsi untuk menguasai konsep dan manfaat IPA dalam kehidupan sehari-hari serta untuk melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs), serta bertujuan: (1) Menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep sains yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari; (2) Menanamkan rasaingin tahu dan sikap positip terhadap sains dan teknologi; (3) Mengembangkanketerampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah danmembuat keputusan; (4) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikanlingkungan alam; (5) Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yangsaling mempengaruhi antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat; dan (6)Menghargai alam dan segala ketera-turannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.Secara global dimensi yang hendak dicapai oleh serangkaian tujuankurikuler pendidikan IPA dalam kurikulum pendidikan dasar adalah mendidik anak agar memahami konsep IPA, memiliki keterampilan ilmiah, bersikap ilmiahdan religius. Keilmiah dan tujuan transendental pendidikan IPA sebagaimanadipaparkan di atas sudah barang tentu tidak serta merta dapat dicapai oleh materipelajaran IPA, melainkan oleh cara melibatkan siswa ke dalam kegiatan didalamnya (Galton & Harlen, 1990:2). Dengan demikian pengertian, karakteristik dan tujuan pendidikan IPA SD dalam kurikulum menuntut proses belajar-mengajar IPA yang tidak terlalua akademis yakni 18 penekanan pada penyampaian konsep-konsep dengan sistimatika yang ketak berdasarkan buku teks dan lebih-lebih sekedar verbalistik semata. Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs. 2.1.11 Pembelajaran IPA dengan Metode Kerja Kelompok Pengelompokan biasanya didasarkan atas prinsip untuk mencapai tujuan bersama. Ada beberapa definisi lain yang dimaksud oleh oleh para pakar pendidikan mengenai pengertian kerja kelompok ini, antara lain : a. Metode kerja kelompok adalah penyajian metode dengan cara pembagian tugas-tugas untuk mempelajari suatu keadaan kelompok belajar yang sudah ditentukan dalam rangka mencapai tujuan. b. Metode kerja kelompok ialah suatu cara menyajikan materi pelajaran dimana guru mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok atau grup tertentu untuk menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan dengan cara bersama-sama dan bergotong-royong. Jadi metode kerja kelompok ialah kerja kelompok dari beberapa individu yang bersifat pedagogik yang di dalamnya terdapat hubungan timbal balik (kerja sama) antara individu saling mempercayai. 19 1. Langkah-langkah Metode Kerja Kelompok Ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan metode kerja kelompok, yaitu : a. Menentukan kelompok : Hal ini dapat dilakukan oleh guru atau murid atau secara bersama-sama antara guru dan murid. Aspek-aspek kelompok yang perlu diperhatikan dalam kerja kelompok yaitu : Tujuan, sebelum siswa mengerjakan tugas, seorang guru hendaknya menerangkan tujuan pembelajaran terlebih dahulu dan harus mengetahui persis bagaimana cara mengerjakannya. Tidak mengabaikan asas individual, dimana siswa dalam kelompoknya dapat dipandang sebagai pribadi yang berbeda dari segi kemampuan dan minatnya masing-masing. b. Mempertimbangkan fasilitas yang tersedia atau yang dimiliki. Dimaksudkan untuk memperoleh dan mempebesar peran atau parisipasi siswa dalam kelompoknya. c. Memberi tugas-tugas kepada kelompok : Dalam hal ini seorang guru memberikan tugas-tugas pada kelompok masing-masing dan guru juga memberikan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas tersebut. Metode Kerja Kelompok - Kelompok merupakan salah satu pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda (Anonim, 2004:11). Sedangkan menurut Ibrahim, dkk (2000: 5-6) pembelajaran kelompok merupakan pembelajaran yang dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kelompok. Siswa bekerja dalam situasi pembelajaran kelompok didorong atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas dan mereka harus mengkoordinasi usahanya menyelesaikan tugasnya. 20 Sedangkan menurut Roger dan David Johnson dalam Lie (2007: 31-35) mengatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif terdapat lima unsur pembelajaran yang harus diterapkan, yaitu: a) Saling ketergantungan positif Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikain rupa sehingga anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.. b) Tanggung jawab perseorangan Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Dimana tugas dan penilaian dibuat menurut rancangan pembelajaran kooperatif dan setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode ini adalah persiapan guru dan penyusunan tugasnya. c) Tatap muka Setiap kelompok harus diberikan kesempatan bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi akan memberikan kesempatan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. d) Komunikasi antar anggota Unsur ini juga menghendaki pelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dalam mengutarakan pendapat mereka. e) Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka, agar bisa bekerjasama dengan lebih efektif. 1. Tahap-Tahap Metode Kerja Kelompok Adapun tahap-tahap dalam pembelajaran dengan metode kelompok antara lain dapat dilihat pada tabel di bawah ini : 21 No 1 2 3 1) 4 5 6 Guru Tabel 2. 1 : Tahap-tahap dalam pembelajaran kerja kelompok Fase Tingkah laku guru Fase – 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Fase – 2 Menyajikan informasi Fase – 3 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar. Fase – 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar. Fase – 5 Evaluasi Fase – 6 Memberikan penghargaan menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar. 2) Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan. 3) Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan tansisi secara efisien. 4) Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. 5) Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masingmasing kelompok mempresentasikan hasil belajarnya. 6) Guru mencari cara untuk menghargai upaya-upaya hasil belajar individu maupun kelompok 7) Berdasarkan tahap-tahap di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode kerja kelompok harus dilakukan secara teratur agar prestasi belajar dapat meningkat. 8) Kerja kelompok dapat diartikan sebagai suatu kegiatan belajar - mengajar dimana siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi atas kelompok - kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan pengajaran tertentu. Sebagai metode mengajar, kerja kelompok dapat dipakai untuk mencapai bermacam - macam tujuan pengajaran. Pelaksanaannya tergantung pada beberapa faktor misalnya tujuan khusus yang akan dicapai, umur, kemampuan siswa, serta fasilitas pengajaran di dalam keIas. 22 Penggunaan metode kerja kelompok : 1) Pengelompokan untuk mengatasi kekurangan alat-alat pelajaran : Dalam sebuah kelas, guru akan mengajarkan Sejarah Mesir kuno; Ia tidak mempunyai bahan bacaan yang cukup untuk tiap siswa. Maka untuk memberi kesempatan yang sebesar - besarnya kepada siswa, kelas dibagi atas beberapa kelompok. Tiap kelompok diberi sebuah buku untuk dibaca dan menjawab pertanyaanpertanyaan yang telah disediakan guru. 2) Pengelompokan atas dasar perbedaan kemampuan belajar : Di suatu kelas, guru dihadapkan pada persoalan bagai mana melaksanakan tugas sebaik-baiknya terhadap kelas yang sifatnya heterogen, yakin berbeda-beda dalam kemampuan belajar. Pada waktu pelajaran matematika, Ia menemukan bahwa ada lima orang siswa tidak sanggup memecahkan soal seperti teman - teman lainnya. Guru menyadari bahwa ia tidak mungkin rnengajar kelas dengan menyamaratakan seluruh siswa, karena ada perbedaan dalam kesanggupan belajar. Maka ia membagi para siswa dalam beberapa kelompok dengan anggota yang mempunyai kemampuan setaraf kemudian diberi tugas sesuai dengan kemampuan mereka. Sekali-kali ia meninjau secara bergilir untuk melihat kelompok mana yang membutuhkan pertolongan atau perhatian sepenuhnya. 3) Pengelompokan atas dasar perbedaan minat belajar : Pada suatu saat para siswa perlu mendapat kesempatan untuk memilih suatu pokok bahasan yang sesuai dengan minatnya. Untuk keperluan ini guru memberikan suatu pokok bahasan yang terdiri dari beberapa sub - pokok bahasan. Siswa yang berminat sama dapat berkumpul pada suatu kelompok untuk mempelajari sub - pokok bahasan yang dimaksud. 4) Pengelompokan untuk memperbesar partisipasi tiap siswa : Di suatu kelas, guru sedang mengajarkan kesusastraan. Ia memilih suatu masalah tentang lahirnya sastra baru. Dikemukakanlah masalah - masalah khusus, satu diantaranya ialah mengapa ada pendapat yang mengatakan bahwa kesadaran 23 kebangsaanlah yang menjadi perbedaan hakiki antara kesusastraan Melayu dengan kesusastraan Indonesia. Guru tidak mempunyai waktu yang berlebihan, akan tetapi ia mengingjnkan setiap siswa berpartisipasi secara penuh. Untuk setiap masalah diperlukan pendapat atau diskusi. Maka dipecahkan kesatuan kelas itu menjadi kelompok - kelompok yang lebih kecil dengan tugas membahas permasalahan tersebut dalam waktu yang sangat terbatas. Selesai pembahasan kelompok, setiap kelompok rnengemukakan pendapat yang dianggap pendapat kelompok tersebut. Cara mengajar ini dimaksudkan untuk merangsang tiap siswa agar ikut serta dalam setiap masalab secara intensif. Tak ada seorangpun diantara mereka yang merasa mendapat tugas lebih berat dari pada yang lain. Pengelompokkan sementara dan pendek semacam ini disebut juga rapat kilat. 5) Pengelompokan untuk pembagian pekerjaan : Pengelompokkan ini didasarkan pada luasnya masalah, serta membutuhkan waktu untuk mem peroleh berbagal informasi yang dapat menunjang pemecahan persoalan. Untuk keperluan ini pokok persoalan harus diuraikan dahulu menjadi beberapa aspek yang akan dibagikan kepada tiap kelompok ( tiap kelompok menyelesaikan satu aspek persoalan ). Siswa harus mengumpulkan data, baik dari lingkungan sekitar maupun melalui bahan kepustakaan. Oleh karena itu proyek ini tidak mungkin diselesaikan dalam waktu dekat seperti halnya rapat kilat, melainkan kemungkinan membutuhkan waktu beberapa minggu. Jadi pengelompokkan disini bertujuan membagi pekerjaan yang mempunyai cakupan agak luas. Kerja kelonipok ini membutuhkan waktu yang panjang. 6) Pengelompokan untuk belajar bekerja sama secara efisien menuju ke suatu tujuan: Langkah pertama adalah menjelaskan tujuan dari tugas yang harus dikerjakan siswa, kemudian membagi siswa menurut jenis dan sifat tugas, mengawasi jalannya kerja kelompok, dan menyimpulkan kemajuan kelompok. Di sini jelas walaupun siswa bekerja dalam kelompok masing-masing dan melaksanakan bagiannya sendiri-sendiri, namun mereka harus memusatkan perhatian pada tujuan yang akan dicapai, dan 24 menjaga agar jangan sampai keluar dan persoalan pokok. Lain halnya dengan pengelompokkan untuk pembagian pekerjaan seperti tersebut di atas, tugas kelompok di sini tidak penlu diselesaikan dalam jangka waktu panjang, guru dapat memilih persoalan yang dapat didiskusikan di kelas. Kelebihan dan kelemahan kerja kelompok : Kelebihan: 1) Dapat memupuk rasa kerjasama. 2) Suatu tugas yang luas dapat segera diselesaikan. 3) Adanya persaingan yang sehat. Kelemahan: Adanya sifat-sifat pribadi yang ingin menonjolkan diri atau sebaliknya yang lemah merasa rendah diri dan selalu tergantung kepada orang lain. Bila kecakapan tiap anggota tidak seimbang, akan rnenghambat kelancaran tugas, atau didominasi oleh seseorang. 2.2 Penelitian yang Relevan Skripsi Pendidikan matematika : Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Kerja Kelompok Dengan Penilaian Portofolio Pada Pembelajaran Pecahan Desimal, Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas MIPA. Universitas Negeri Semarang. Hasil penelitian menunjukkan, adanya peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas VI SD Bumirejo I Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang dengan penerapan kerja kelompok melalui penilaian portofolio pada pembelajaran pecahan desimal. Hasil evaluasi diperoleh ketuntasan belajar siswa meningkat dari siklus 1 58,33% dan siklus 2 mencapai ketuntasan 87,5%, sedangkan daya serap siklus 1adalah 66,3% daya serap siklus 2 mencapai 79%. Pembelajaran melalui penerapan kerja kelompok dengan penilaian portofolio dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI pada pokok bahasan operasi hitung pecahan desimal maka seyogyanya guru dapat 25 mempergunakannya dalam pembelajaran sehingga potensi siswa dapat ditumbuhkembangkan. Hendaknya guru selalu berkreasi untuk membuat pendekatan pembelajaran yang lebih benyak melibatkan siswa aktif dalam belajar mengajar sehingga dapat membantu siswa dalam belajar metematika. ESTI RAHARDJO. Meningkatkan Kemampuan Bicara Melalui Kerja Kelompok (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa-siswa Bilingual Kelas Delapan SMP Negeri 1 Tawangmangu pada Tahun Ajaran 2010/2011) Thesis. Surakarta. Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Pasca Sarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Pembimbing I Dr. Sujoko, M.A., and Pembimbing II Drs. H. Tarjana, M.A., 2011. Penerapan metode kerja kelompok dapat meningkatkan proses belajar mengajar di mana guru tidak lagi mendominasi proses pengajaran dan pembelajaran. Para siswa memiliki lebih banyak waktu dan kesempatan untuk belajar. Mereka menjadi lebih aktif dan antusias untuk belajar dan mengatasi kesulitan belajar. Melalui kolaborasi dan interaksi yang aktif, para siswa dapat menyelesaikan tugas dan kegiatan belajar, dan mencapai tujuan dan hasil belajar dengan lebih baik. Dapat disimpulkan bahwa kerja kelompok dapat meningkatkan kemampuan bicara para siswa, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa kerja kelompok memiliki lebih banyak kekuatan daripada kelemahan untuk meningkatkan kemampuan bicara para siswa. Kata Kunci: Peningkatan, Kemampuan bicara, Menghasilkan Ujaran, Memahami Ujaran, Mengungkapkan Makna, Kerja Kelompok, Kekuatan, dan Kelemahan. 2.3 Kerangka Berpikir Pembelajaran IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdanpak buruk terhadap lingkungan. Pembelajaran IPA ditekankan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi belajar ilmiah secara bijaksana. Oleh karena itu guru sebagai fasilitator diharapkan dapat menerapkan 26 model dan media yang variatif dalam proses pembelajarn IPA secara konkrit sehingga tercipta hasil pembelajaran yang optimal dan menyenangkan. Untuk itu melalui metode kerja kelompok diharapkan dapat memberikan manfaat dalam kegiatan pembelajaran., seperti siswa mampu berfikr kreatif dan imajinatif, siswa lebih aktif dalam pembelajaran, memudahkan pemahaman siswa sehingga kualitas pembelajaran meningkat serta hasil belajar siswa memuaskan. Berdasarkan hal di atas dilakukan memecahan masalah melalui kerja kelompok untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA serta menjelaskan langkah-langkahnya. Kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagai berikut: Hasil belajar siswa masih dibawah KKM Kondisi awal Guru masih metode Konvensional Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Menyajikan informasi Tindakan Guru: menggunakan metode kerja kelompok Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar. Membimbing kelompok bekerja dan belajar. Evaluasi Hasil belajar siswa mengalami Memberikan penghargaan peningkatan Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir Penggunaan Metode Kerja Kelompok 27 2.4 Hipotesis Tindakan Melalui metode kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi cahaya dan sifat-sifatnya di kelas V SD Negeri Wonomerto 02 Kecamatan Bandar Kabupaten Batang semester II Tahun Pelajaran 2011/2012.