ANALISIS SOSIOLOGIS PERILAKU KONSUMTIF

advertisement
ANALISIS SOSIOLOGIS PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWA
(Studi pada Mahasiswa FISIP Universitas Lampung)
Oleh
Dewi Aprilia, Hartoyo
*)
Mahasiswa program sarjana Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Lampung
**)
Staf Pengajar Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Lampung
ABSTRACT
This research aims to clarify the relationship between socio-economic status of
the elderly and consumer behaviour with reference to groups of students. The
research method used is the quantitative eksplanatoris. The technique of
collecting data carried out through a questionnaire. The result showed that, first
there are relations is being ( 0,544 ) between socioeconomic status in parents with
the behavior consumptive student. It showed that the higher socioeconomic status
in the old man and behavior consumptive students also increase. Second, there is
a relationship is being ( 0,516 ) between socioeconomic status in the old man with
the manners consumptive mahasiswa controlled with clusters of reference. It
showed that a factor of socioeconomic status in the old man is not the only
affecting high low-self behavior consumptive students, but also a group of
reference by which can affect behavior consumptive students. Third, there was no
correlation that means between socioeconomic status in parents with clusters of
reference. So can be concluded that high low socioeconomic status in parents
students have has huge against the influence exerted by group references in
buying goods to be desired. Fourth, there is no relationship between consumer
behaviour with reference to groups of students. In this case the students buy goods
not because of the excessive influence exerted by the reference group.
Keywords: socio-economic status of parents, groups of references and consumer
behavior of university students
PENDAHULUAN
Mahasiswa yang berperilaku konsumtif mengalami perubahan pola hidup,
dimana terdapat batas yang bias antara kebutuhan pokok dan kebutuhan tersier.
Pola hidup mahasiswa yang berubah mengakibatkan mahasiswa tidak cermat
dalam mengatur keuangan yaitu bukan berdasarkan skala prioritas, tetapi karena
dipengaruhi oleh teman dan lingkungannya. Akibatnya, hal ini menimbulkan
dilema, antara pemenuhan kebutuhan pokok yang pada kenyataanya lebih penting
dengan pemenuhan kebutuhan gaya hidup untuk memenuhi simbol yang dapat
diterima oleh lingkungan. Mahasiswa yang berasal dari keluarga yang mampu,
72
Analisis Sosiologis Perilaku Konsumtif Mahasiswa
dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya tidak akan menjadi masalah dalam
perilaku konsumtif ini, namun lain hal nya apabila orang tua mahasiswa tersebut
berpenghasilan pas-pasan.
Dalam realitasnya begitu pula yang terjadi pada mahasiswa-mahasiswa di
Bandar Lampung khususnya di FISIP Universitas Lampung, tidak sedikit dari
mereka yang memiliki perilaku konsumtif. Terlihat di mall, cafe-cafe, dan salonsalon kecantikan yang rata-rata adalah mahasiswa. Hasil dari pengamatan penulis,
mayoritas mahasiswa FISIP Universitas Lampung juga memiliki gaya hidup yang
terkesan bernewah-mewah ini terlihat pada kebiasaan mereka yang lebih memilih
“nongkrong” di mall, cafe, dan di salon dari pada harus memenuhi kewajibannya
sebagai mahasiswa. Dapat terlihat pula dari cara berpakaian, membawa
kendaraan, mempunyai Handphone lebih dari satu dan lain sebagainya.
Berdasarkan permasalahan yang diungkapkan di atas, menrik untuk dilakukan
penelitian dan kajian lebih mendalam mengenai hubungan- hubungan faktor
Sosiologis yang mempengaruhi perilaku konsumtif dikalangan mahasiswa.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Perilaku Konsumtif
Fromm (1995:23) menyatakan bahwa keinginan masyarakat dalam era
kehidupan yang modern untuk mengkonsumsi sesuatu tampaknya telah
kehilangan hubungan dengan kebutuhan yang sesungguhnya. Perilaku konsumtif
seringkali dilakukan secara berlebihan sebagai usaha seseorang untuk
memperoleh kesenangan, meskipun sebenarnya kebahagiaan yang diperoleh
hanya bersifat semu. Paraswati (Komunitas vol III (6), 1997:71) menyatakan
bahwa perilaku konsumtif merupakan perbuatan secara sadar tanpa diikuti adanya
perencanaan pembelian dan tidak adanya pertimbangan tingkat urgensinya atau
mendasar tidaknya pembelian tersebut sebagai pemenuhan keinginan semata yang
didorong oleh interaksi sosial individu tersebut.
Perilaku konsumtif adalah perilaku individu yang dipengaruhi oleh faktorfaktor sosiologis didalam kehidupannya yang ditunjukkan untuk mengkonsumsi
secara berlebihan atau pemborosan dan tidak terencana terhadap jasa dan barang
yang kurang atau bahkan tidak diperlukan.
Faktor Sosiologis
Status Sosial Ekonomi Orang Tua
Menurut Soekanto (2009:262-263) dalam mengukur status sosial
seseorang di masyarakat, biasanya dipakai penggolongan- penggolongan tertentu
yang berdasarkan : ukuran kekayaan, kekuasaan,
kehormatan, ilmu
pengetahuan, ketokohan, dan popularitas. Menurut Horton dan Hunt (1964:269)
status sosial ekonomi dikatakan sebagai keadaan dari tingkat pendidikan,
pekerjaan dan penghasilan adalah untuk menggolongkan seseorang
dalam
kelas-kelas sosial. Jadi dapat disimpulkan bahwa status sosial ekonomi orang tua
adalah kedudukan yang diukur dari kehormatan, ketokohan,
popularitas,
tingkat pendidikan dan pendapatan orang tua.
Jurnal Sosiologi, Vol. 15, No. 1: 72-86
73
Kelompok Referensi
Kelompok referensi (Reference group) menurut Soekanto (2009:125)
adalah kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang (bukan anggota
kelompok) untuk membentuk pribadi dan perilakunya. terdapat tiga pengaruh
kelompok referensi menurut Engel dkk (2002:170-175) adalah :
1) Pengaruh norma adalah pengaruh kelompok referensi terhadap seseorang
melalui norma-norma sosial yang harus dipatuhi dan diikuti norma
diekspresikan melalui tekanan untuk tunduk pada norma kelompok oleh
karena itu lazim untuk mengacu pada pengaruh norma.
2) Pengaruh ekspresi nilai mempengaruhi seseorang melalui fungsinya
sebagai pembawa ekspresi nilai dan mempengaruhi konsep pribadi
seseorang dengan menyamakan diri dengan kelompok referensi yang
mencerminkan makna yang diinginkan seseorang mendapatkan sebagian
makna tersebut untuk pengembangan pribadinya.
3) Pengaruh informasi adalah mempengaruhi pilihan produk atau merk dari
seseorang karena kelompok referensi tersebut sangat dipercaya sarannya
karena ia memiliki pengetahuan dan informasi yang lebih baik.
Jadi, Kelompok referensi dalam penelitian ini adalah sekumpulan orang
seperti keluarga, teman sebaya, dan tokoh idola yang memberikan pengaruh
norma, pengaruh ekspresi nilai dan pengaruh informasi sehingga menjadi
referensi bagi seseorang dalam berperilaku konsumsi.
Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Perilaku
Konsumtif Mahasiswa
Pada kenyataannya saat ini orang-orang yang mempunyai perilaku
konsumsi tinggi adalah orang-orang yang mempunyai penghasilan tinggi, karena
untuk mengkonsumsi suatu barang menghabiskan uang yang tidak sedikit. Selain
pada penghasilan yang tinggi perilaku konsumsi juga dipengaruhi oleh adanya
tingkat pendidikan seseorang sehingga bisa terlihat jelas cara seseorang dalam
mengkonsumsi suatu barang atau jasa ada pembedaan-pembedaan untuk
menunjukkan bahwa seseorang tersebut mempunyai taraf hidup yang lebih baik.
Hal ini sesuai dengan pendapat pendapat Arikunto (1989 :92) yang menyatakan
tingkat pendidikan adalah suatu proses yang berkesinambungan yang dilakukan
manusia dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya.
Dengan adanya hal tersebut maka kemungkinan besar mahasiswa yang
mempunyai orang tua dengan penghasilan dan pendidikan tinggi maka perilaku
konsumtifnya juga akan meningkat. Tidak hanya pada penghasilan dan
pendidikan yang tinggi, status sosial ekonomi orang tua yang dilihat dari penilaian
orang yang menganggap seseorang tersebut terpandang , terkenal serta kedudukan
nya di dalam suatu lingkungan, juga menentukan perilakunya dalam
mengkonsumsi suatu barang atau jasa karena untuk menunjukkan prestise dalam
pergaulannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Cohen (1983:243) status sosial
atau kelas sosial adalalah sebagai suatu unit masyarakat yang berbeda-beda dari
masyarakat lain dalam hal nilai, prestise, kegiatan, kekayaan, dan milik-milik
pribadinya serta etiket pergaulannya.
Berdasarkan beberapa pernyataan di atas dapat penulis simpulkan bahwa,
status sosial ekonomi orang tua sangat berperan dalam menentukan perilaku
74
Analisis Sosiologis Perilaku Konsumtif Mahasiswa
konsumsi mahasiswa. Jadi semakin tingginya status sosial ekonomi orang tua
maka perilaku konsumsi mahasiswa juga meningkat atau konsumtif.
Hubungan Antara Kelompok Referensi dengan Perilaku Konsumtif
Mahasiswa
Kelompok referensi (Reference group) menurut Soekanto (2009:125)
adalah kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang (bukan anggota
kelompok) untuk membentuk pribadi dan perilakunya. Jadi, seseorang itu telah
menyetujui norma-normanya, sikap-sikapnya dan tujuan dari kelompok tersebut,
artinya bahwa dia senang kepada kerangka norma-norma, sikap-sikap, dan tujuan
yang dimiliki oleh kelompok. Di dalam penelitian ini yang menjadi kelompok
referensi bagi mahasiswa adalah keluarga, teman sebaya, karena kelompok acuan
tersebut berada dalam lingkungan kehidupannya.
Lingkungan (keluarga dan teman sebaya) berperan penting dalam
pembentukan pribadi seseorang, karena dalam pergaulan sehari-hari seseorang
akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkunganya. Hal
ini sesuai dengan pendapat Luckman (dalam Dwi, 2009:6) menyatakan bahwa
realitas kehidupan sehari-hari adalah realitas yang dibangun oleh pribadi dengan
orang-orang di sekeliling dalam lingkungannya. Selain kelompok referensi yang
ada dalam lingkungan kehidupannya seperti keluarga dan teman sebaya, pada
kehidupan mahasiswa sekarang ini banyak yang mempunyai acuan terhadap tokoh
idola. Hal ini disebabkan oleh banyak nya iklan-iklan tentang barang atau jasa
yang dipromosikan melalui artis atau model (tokoh idola) sehingga apabila barang
atau jasa yang dirasa oleh seseorang tersebut nyaman atau sesuai maka iya akan
mencotohnya.
Kecenderungan mahasiswa untuk selalu meniru atau mencontoh
perilakunya dengan kelompok acuan sehingga dapat terhindar dari celaan maupun
keterasingan sehingga dapat menyebabkan perilaku konsumsi mahasiswa
meningkat (konsumtif). berdasarkan pada pernyataan di atas dapat penulis
simpulkan bahwa, seseorang yang mempunyai kelompok acuan atau referensi
perilaku konsumsinya juga meningkat (konsumtif) karena seseorang tersebut
selalu menyesuaikan dan mengikuti kelompok acuannya tersebut dalam
kehidupannya.
Kerangka Pikir
Kerangka pikir dalam penelitian ini yaitu orang tua yang memiliki tingkat
pendidikan tinggi maka semakin tinggi pendapatan yang diperoleh, selain itu
apabila seseorang yang orangtua nya memiliki tingkat pendidikan dan pendapatan
yang tinggi maka akan menyebabkan perilaku konsumsi seorang mahasiswa
menjadi lebih tinggi atau berperilaku konsumtif. Tidak hanya itu, mahasiswa yang
mempunyai orang tua dengan kehormatan, ketokohan dan popularitas akan
mempengaruhi perilaku konsumsinya. Hal ini merupakan bagian dari status sosial
ekonomi orang tua mahasiswa yang mempengaruhi perilaku konsumtif
Faktor lain yang mempengaruhi perilaku konsumtif mahasiswa yaitu
kelompok referensi. Kelompok referensi adalah sekolompok orang yang menjadi
acuan seorang mahasiswa dalam berperilaku konsumsi. Kelompok refrensi terdiri
dari keluarga, teman sebaya, dan tokoh idola. Perilaku konsumsi yang dipengaruhi
Jurnal Sosiologi, Vol. 15, No. 1: 72-86
75
oleh faktor kelompok referensi dikarenakan kelompok referensi tersebut
memperlihatkan perilaku dan gaya hidup baru atau pola hidup dalam konsumsi.
Adapun hipotesis yang diajukan yakni:
Ha:
Ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dan kelompok
referensi dengan perilaku konsumtif mahasiswa
Ho: Tidak ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dan kelompok
referensi dengan perilaku konsumtif mahasiswa
METODE PENELITIAN
Tipe penelitian ini adalah kuantitatif eksplanatoris, yaitu untuk
memperoleh kejelasan atau menjelaskan suatu fenomena, menjelaskan hubungan
dan menguji hubungan antar variabel yang diteliti. Penelitian eksplanasi ini
dilakukan untuk menguji hipotesis dengan statistik korelasional untuk generalisasi
data sampel pada populasi dengan menarik sampel random dari suatu populasi
yang diteliti. jumlah besaran sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 100
responden dengan asumsi bahwa jumlah tersebut mampu mewakili karakteristik
populasi yang ditetapkan. Teknik penentuan responden dilakukan dengan metode
accidental sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuisioner.
Kuisioner yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan daftar isian atau
daftar pertanyaan tertulis yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa
sehingga responden tinggal mengisi dan menandainya dengan cepat.Adapun
tujuannya ialah: untuk memproleh informasi yang relevan dengan tujuan
penelitian, untuk memperoleh reabilitas dan validitas setinggi-tingginya (Masri
Singarimbun, 1981:171).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Status Sosial Ekonomi Orang Tua
Dilihat dari status sosial ekonomi orang tua maka dapat diketahui jumlah
responden yang orang tua nya mempunyai status sosial ekonomi “tinggi”
sebanyak 52 orang (52%). Sedangkan untuk responden yang mempunyai orang
tua yang status sosial ekonomi “sedang” sebanyak 32 orang (32%). Sisanya
adalah 16 orang (16%) responden yang mempunyai orang tua yang status sosial
ekonomi “rendah”.
Status sosial ekonomi orang tua yang digolongkan tinggi dalam penelitian
ini adalah seseorang yang memiliki pendidikan minimal S1, pendapatan yang
cukup dalam sebulan yaitu lebih dari Rp.4.000.000, dinilai terpandang,
menduduki posisi penting dalam masyarakat dan terkenal, sehingga hal ini dinilai
bahwa orang tersebut mempunyai status sosial ekonomi tinggi. Sedangkan status
sosial ekonomi rendah adalah seseorang yang pendidikannya menamatkan sekolah
maksimal pada sekolah menengah pertama, memiliki pendapatan kurang dari
Rp.2.500.000 dan dinilai tidak terpandang, tidak menduduki posisi penting dalam
masyarakat serta dianggap tidak terkenal atau biasa saja.
76
Analisis Sosiologis Perilaku Konsumtif Mahasiswa
Tabel 1. Status Sosial Ekonomi Orang Tua
Kategori
Tinggi
Sedang
Rendah
Total
Frekuensi
52
32
16
100
Persentase
52
32
16
100
Sumber: Olahan data primer, 2013
Kelompok Referensi
Berdasarkan data hasil penelitian diketahu bahwa jumlah responden yang
mempunyai kelompok referensi “tinggi” sebanyak 14 orang. Sedangkan untuk
responden yang mempunyai kelompok referensi “sedang” sebanyak 57 orang
(57%). Sisanya adalah responden yang mempunyai kelompok referensi “rendah”
sebanyak 29 orang (29%).
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pengaruh kelompok referensi
dengan kategori tinggi adalah seseorang yang merasa cocok dan setuju dengan
perilaku orang lain yang dijadikan sebagai kelompok referensinya sehingga
sangat sering meniru dan mencontoh yang dilakukan, dan intensitas yang sangat
sering inilah yang menyebabkan pengaruh kelompok referensi “tinggi”.
Sedangkan kelompok referensi dengan kategori sedang adalah seseorang yang
merasa cocok dan setuju dengan perilaku orang lain yang dijadikan sebagai
kelompok referensinya tetapi intensitas orang tersebut untuk meniru dan
mencontoh hanya kadang-kadang inilah yang menyebabkan pengaruh kelompok
referensi “sedang”. Pengaruh kelompok referensi dengan kategori rendah adalah
seseorang yang tidak meniru atau mencontoh orang lain dalam perilaku
konsumsinya sehingga hanya mengikuti keinginan sendiri hal ini menyebabkan
kelompok referensi “rendah”.
Tabel 2. Kelompok Referensi
Kategori
Tinggi
Sedang
Rendah
Total
Frekuensi
14
57
29
100
Persentase
14
57
29
100
Sumber: Olahan data primer, 2013
Dilihat dari hasil penelitian diketahui bahwa responden yang mempunyai
kelompok referensi adalah “keluarga” sebanyak 30 orang (30%). Sedangkan,
responden yang mempunyai kelompok referensi adalah “teman sebaya” sebanyak
50 orang (50%). Sisanya adalah responden yang mempunyai kelompok referensi
“tokoh idola” sebanyak 20 orang (20%). Dapat diambil kesimpulan bahwa jenis
kelompok referensi yang lebih besar pengaruhnya adalah teman sebaya. Hal ini
disebabkan oleh teman sebaya dianggap dapat mempengaruhi pilihan produk atau
merk karena teman sebaya dianggap sangat dipercaya sarannya, karena memiliki
pengetahuan dan informasi yang baik serta dapat meyakini mahasiswa dalam
mengkonsumsi barang.
Jurnal Sosiologi, Vol. 15, No. 1: 72-86
77
Tabel 3. Kategori Kelompok Referensi
Kategori
Keluarga
Teman Sebaya
Tokoh Idola
Total
Frekuensi
30
50
20
100
Persentase
30
50
20
100
Sumber: Olahan data primer, 2013
Perilaku Konsumtif Mahasiswa
Dalam penelitian ini yang dapat digolongkan perilaku konsumtif tinggi adalah
responden yang membeli makanan dengan harga yang mahal, mempunyai jam
tangan, tas dan sepatu dengan harga yang mahal dan dalam jumlah yang banyak,
serta memiliki handphone lebih dari satu dengan harga yang mahal, yang juga
banyak menghabiskan pulsa, terdapat 16 responden yang termasuk dalam kategori
perilaku konsumtif tinggi. Terdapat 56 responden yang termasuk dalam kategori
perilaku konsumtif sedang, yaitu mahasiswa yang membeli jam tangan, tas dan
sepatu tidak selalu dengan harga yang mahal, tetapi memiliki barang tersebut
dengan jumlah yang banyak. Sisanya adalah 28 responden mempunyai perilaku
konsumtif rendah yaitu mahasiswa membeli barang-barang yang jumlahnya tidak
banyak dan harga yang tidak mahal.
Tabel 4. Perilaku Konsumtif Mahasiswa
Kategori
Tinggi
Sedang
Rendah
Total
Frekuensi
16
56
28
100
Persentase
16
56
28
100
Sumber: Olahan data primer, 2013
Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi dengan Perilaku Konsumtif
Mahasiswa
Untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel tersebut digunakan
tabel silang sebagai berikut
Tabel 5. Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan
Perilaku Konsumtif Mahasiswa
Status Sosial
Ekonomi
Orang Tua
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
Perilaku Konsumtif Mahasiswa
Rendah
Sedang
Tinggi
12 (12%)
11 (11%)
5 (5%)
28 (28%)
4 (4%)
20 (20%)
32 (32%)
56 (56%)
0 (0%)
1 (1%)
15 (15%)
16 (16%)
Sumber: Olahan data primer, 2013
78
Analisis Sosiologis Perilaku Konsumtif Mahasiswa
Total
16 (16%)
32 (32%)
52 (52%)
100 (100%)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa adanya hubungan antara
status sosial ekonomi orang tua dengan perilaku konsumtif mahasiswa 32 (32%)
responden yang status sosial ekonomi orang tuanya tergolong “tinggi” berperilaku
konsumtif “sedang”. Berdasarkan uraian di atas dan gambaran pada tabel silang
menunjukkan adanya hubungan yang sedang antar kedua variabel. Dengan
demikian secara umum dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara variabel
status sosial ekonomi orang tua (X) dengan perilaku konsumtif mahasiswa (Y).
Hubungan tersebut terjadi karena seseorang yang orang tuanya memiliki
status sosial ekonomi yang tinggi yaitu orang tua dengan pendidikan tinggi,
pendapatan yang tinggi dan dinilai oleh orang sebagai orang yang terpandang,
menduduki posisi penting dan terkenal, dalam mengkonsumsi barang cenderung
untuk membeli barang-barang yang harganya mahal. Hal ini dilakukan untuk
memperlihatkan kehidupan ekonominya kepada orang lain, karena sesuatu yang
dihargai dalam masyarakat biasanya berupa berupa benda yang bernilai, terlihat
mewah dan elegan sehingga dapat terlihat bahwa individu tersebut berasal dari
keluarga yang mempunyai status sosial ekonomi tinggi. Hal ini lah yang
menyebabkan perilaku konsumtif mahasiswa juga meningkat. Dalam penelitian
ini didapat bahwa sebagian besar mahasiswa yang mempunyai status sosial
ekonomi tinggi perilaku konsumtif sedang. Hal ini berarti bahwa mahasiswa yang
mempunyai orang tua dengan status sosial tinggi dalam membeli barang lebih
mempertimbangkan kuantitas dari pada kualitas sehinga hal ini menyebabkan
perilaku konsumtif mahasiswa tergolong sedang.
Untuk lebih jelasnya penulis melakukan uji hipotesis mengenai hubungan
antara status sosial ekonomi orang tua dengan perilaku konsumtif mahasiswa
melalui SPSS, yaitu sebagai berikut:
Tabel 6. Nilai Korelasi Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan
Perilaku Konsumtif Mahasiswa
Correlations
Kategori
Kategori
Perilaku
Status Sosial Konsumtif
Ekonomi Mahasiswa
Spearman's rhoKategori Status Sosial
Correlation Coefficient
1.000
.544**
Ekonomi
Sig. (2-tailed)
.
.000
N
100
100
Kategori Perilaku Correlation Coefficient
.544**
1.000
Konsumtif Mahasiswa
Sig. (2-tailed)
.000
.
N
100
100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: Olahan data primer, 2013
Pada analisis korelasi spearman didapat koefisien sebesar
0,544menunjukkan bahwa hubungan antara status sosial ekonomi orang tua
dengan perilaku konsumtif adalah sedang. Angka koefisien positif menunjukkan
yang searah, yaitu jika semakin tinggi status sosial ekonomi orang tua, maka
perilaku konsumtif juga akan meningkat. Hipotesis yang dujikan yakni:
Ho : Tidak ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan perilaku
konsumtif mahasiswa.
Jurnal Sosiologi, Vol. 15, No. 1: 72-86
79
Ha : Ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan perilaku
konsumtif mahasiswa.
Adapun kriteria pengujian, yaitu:
Jika signifikansi >0,05, maka Ho diterima
Jika signifikansi <0,05 maka Ho ditolak
Keputusan
Dari perhitungan di atas diketahui bahwa pada kolom Sig. (2-tailed) adalah
0,000, atau probabilitas di bawah 0,05 (0,000 < 0,05). Maka Ho ditolak atau ada
hubungan (korelasi) antara status sosial ekonomi orang tua dengan perilaku
konsumtif mahasiswa.
Dari kedua analisis di atas dapat di ambil kesimpulan yang sama, yaitu Ho
ditolak, atau ada hubungan (Korelasi) antara status sosial ekonomi orang tua
dengan perilaku konsumtif mahasiswa. Jika dilihat dari hasil perhitungan korelasi
antara variabel status ekonomi dengan variabel perilaku konsumtif mahasiswa
menunjukkan angka 0,544. Angka tersebut menunjukkan adanya korelasi yang
sedang antarvariabel tersebut atau hubungan antara status sosial ekonomi orang
tua dengan perilaku konsumtif mahasiswa.
Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi dengan Kelompok Referensi
Untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel tersebut digunakan
tabel silang sebagai berikut
Tabel 7. Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan
Kelompok Referensi
Status Sosial
Ekonomi
Orang Tua
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
Kelompok Referensi
Rendah
Sedang
Tinggi
2 (2%)
8 (8%)
19 (19%)
29 (29%)
8 (8%)
20 (20%)
29 (29%)
57 (57%)
6 (6%)
4 (4%)
4 (4%)
14 (14%)
Total
16 (16%)
32 (32%)
52 (52%)
100 (100%)
Sumber: Olahan data primer, 2013
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kurang adanya hubungan
antara status sosial ekonomi dan kelompok referensi. Hal ini bisa dilihat dari 29
(29%) responden yang status sosial ekonomi orang tua “tinggi” dan kelompok
referensi “sedang”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kurang adanya
hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan kelompok referensi.
Artinya, seseorang yang mempunyai orang tua dengan status sosial ekonomi
tinggi biasanya bergaul dengan orang yang memiliki kedudukan yang sama,
sehingga dapat membuat dirinya terpengaruh juga untuk meniru atau
menyeimbangkan lingkungannya.Hal ini menunjukkan bahwa orang yang
mempunyai status sosial tinggi bisa terpengaruh untuk meniru atau mencontoh
orang lain yaitu temannya hanya untuk menyeimbangkan kesetaraan atau
kedudukan yang dimiliki oleh mereka yang sama-sama berstatus sosial tinggi.
80
Analisis Sosiologis Perilaku Konsumtif Mahasiswa
Tetapi, ada pula yang mempunyai status sosial ekonomi tinggi dalam membeli
barang tidak terpengaruh dengan kelompok referensi tersebut untuk membeli
barang yang diinginkan tetapi ada faktor lainnya yang mempengaruhi.
Untuk lebih jelasnya penulis melakukan uji hipotesis mengenai hubungan
antara status sosial ekonomi orang tua dengan kelompok referensi melalui SPSS,
yaitu sebagai berikut:
Tabel 38. Nilai Korelasi Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan
Kelompok Referensi.
Correlations
Spearman's rho
Kategori Status
Sosial Ekonomi
Kategori kelompok
referensi
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Kategori
Kategori
Status Sosial
kelompok
Ekonomi
referensi
1.000
-.267**
.
.007
100
100
-.267**
1.000
.007
.
100
100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: Olahan data primer, 2013
Pada analisis korelasi spearman didapat koefisien sebesar 0,267. Angka
koefisien negatif menunjukkan hubungan yang tidak searah, yaitu jika semakin
tinggi status sosial ekonomi orang tua , maka kelompok referensi semakin rendah.
Hipotesis yang diujikan yakni:
Ho : Tidak ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan kelompok
referensi.
Ha : Ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan kelompok
referensi.
Adapun kriteria pengujian, yaitu:
Jika signifikansi >0,05, maka Ho diterima
Jika signifikansi <0,05 maka Ho ditolak
Keputusan
Dari perhitungan di atas diketahui bahwa pada kolom Sig. (2-tailed) adalah
0,007, atau probabilitas di bawah 0,05 (0,007< 0,05). Maka Ho ditolak atau ada
hubungan (korelasi) antara status sosial ekonomi orang tua dengan kelompok
referensi.
Dari kedua analisis di atas dapat di ambil kesimpulan yang sama, yaitu Ho
ditolak, atau ada hubungan (Korelasi) antara status sosial ekonomi orang tua
dengan kelompok referensi. Jika dilihat dari hasil perhitungan korelasi antara
variabel status ekonomi dengan variabel kelompok referensi menunjukkan angka
0,267. Angka tersebut menunjukkan adanya korelasi yang rendah antarvariabel
tersebut.
Jurnal Sosiologi, Vol. 15, No. 1: 72-86
81
Hubungan Antara Kelompok Referensi dengan Perilaku Konsumtif
Mahasiswa
Untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel tersebut digunakan tabel silang
sebagai berikut:
Tabel 8. Kelompok Referensi dengan Perilaku Konsumtif Mahasiswa
Kelompok
Referensi
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
Perilaku Konsumtif Mahasiswa
Rendah
Sedang
Tinggi
5 (5%)
17 (17%)
7 (7%)
15 (15%)
36 (36%)
6 (6%)
8 (8%)
29 (29%)
3 (3%)
28 (28%)
56 (56%)
16 (16%)
Total
29 (29%)
57 (57%)
52 (14%)
100 (100%)
Sumber: Olahan data primer, 2013
Pada uraian dan gambaran pada tabel silang di atas, dapat disimpulkan
bahwa kurang adanya hubungan antara kedua variabel tersebut. Hal ini dapat
dilihat dari 36 (36%) responden yang kelompok referensi “sedang” dan perilaku
konsumtif “sedang”. Mahasiswa yang suka membeli barang-barang dengan
mempertimbangkan kualitas dan kuantitas dapat dipengaruhi oleh orang lain atau
kelompok referensinya untuk meniru perilaku tersebut dan dapat pula mahasiswa
tersebut membeli barang-barang dengan mempetimbangkan kualitas dan kuantitas
bukan terpengaruh oleh orang lain tetapi karena faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya. Untuk lebih jelasnya penulis melakukan uji hipotesis
mengenai hubungan antara kelompok referensi dengan perilaku konsumtif
mahasiswa melalui SPSS, yaitu sebagai berikut:
Tabel 9. Nilai Korelasi Variabel Kelompok referensi dengan Perilaku
Konsumtif Mahasiswa
Correlations
Spearman's rho
Kategori kelompok
referensi
Kategori Perilaku
Konsumtif Mahasiswa
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Kategori
kelompok
referensi
1.000
.
100
-.218*
.029
100
Kategori
Perilaku
Konsumtif
Mahasiswa
-.218*
.029
100
1.000
.
100
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Sumber: Olahan data primer, 2013
Pada analisis korelasi spearman didapat koefisien sebesar 0,218 maka
hubungan antara kelompok referensi dengan perilaku konsumtif adalah sangat
rendah. Hipotesis yang diujikan yakni:
Ho : Tidak ada hubungan antara kelompok referensi dengan perilaku konsumtif
mahasiswa.
Ha : Ada hubungan antara kelompok referensi dengan perilaku konsumtif
mahasiswa.
82
Analisis Sosiologis Perilaku Konsumtif Mahasiswa
Adapun kriteria pengujian, yaitu:
Jika signifikansi >0,05, maka Ho diterima
Jika signifikansi <0,05 maka Ho ditolak
Keputusan
Dari perhitungan di atas diketahui bahwa pada kolom Sig. (2-tailed) adalah
0,029, atau probabilitas di bawah 0,05 (0,029 < 0,05). Maka Ho ditolak atau ada
hubungan (korelasi) antara kelompok referensi dengan perilaku konsumtif
mahasiswa.
Dari kedua analisis di atas dapat di ambil kesimpulan yang sama, yaitu Ho
ditolak, atau ada hubungan (Korelasi) antara kelompok referensi dengan perilaku
konsumtif mahasiswa. Jika dilihat dari hasil perhitungan korelasi antara variabel
kelompok referensi dengan variabel perilaku konsumtif mahasiswa menunjukkan
angka 0,218. Angka tersebut menunjukkan adanya korelasi yang sangat rendah
antarvariabel tersebut.
Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Kelompok
Referensi dengan Perilaku Konsumtif Mahasiswa
Untuk mengetahui hubungan antara ketiga variabel tersebut maka digunakan tabel
silang sebagai berikut:
Tabel 10. Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan
Kelompok referensi dengan Perilaku Konsumtif Mahasiswa.
Kelompok
Referensi
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
Status Sosial Ekonomi Orang Tua
Sedang
Tinggi
Perilaku Konsumtif
1
2
3
1
2
3
1
2
3
11
7
2
2
6
1
0
0
0
12,5%
6,3% 18,8%
1,9% 21,2% 13,5%
4
4
7
12
1
4
20
5
0
25% 25%
21,9% 37,5% 3,1% 7,7% 38,5% 9,6%
6
2
2
1
3
0
0
0
0
37,5%
6,3% 6,3%
1,9% 5,8%
16
32
52
16%
32%
52%
Rendah
Total
29
29%
57
57%
14
14%
100
100%
Sumber: Olahan data primer, 2013
Dari penjelasan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
mahasiswa yang mempunyai status sosial ekonomi tinggi, kelompok referensi
sedang dan perilaku konsumtifnya sedang. Artinya, seseorang sangat tergantung
dengan kondisi yang ada, yaitu: seseorang dengan status sosial ekonomi tinggi
dalam membeli barang dapat percaya dengan informasi yang diberikan oleh
kelompok referensi sehingga dapat mendorong mahasiswa tersebut membeli
barang – barang yang dapat menyebabkan perilaku konsumtif. Adapula, seseorang
dengan status sosial ekonomi tinggi dalam membeli barang tidak terlalu
terpengaruh oleh orang lain atau seseorang yang menjadi kelompok referensinya,
Jurnal Sosiologi, Vol. 15, No. 1: 72-86
83
tetapi seseorang tersebut memang menyukai barang tersebut kemudian
membelinya dan menyebabkan perilaku konsumtif.
Untuk lebih jelasnya penulis melakukan uji hipotesis mengenai hubungan
antara status sosial ekonomi orang tua dan kelompok referensi dengan perilaku
konsumtif mahasiswa melalui SPSS yaitu sebagai berikut:
Tabel 41. Nilai Korelasi Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan
Variabel Kelompok Referensi Dengan Variabel
Perilaku Konsumtif Mahasiswa.
Correlations
Control Variables
-none- a
Kategori Perilaku
Konsumtif Mahasiswa
Kategori Status Sosial
Ekonomi
Kategori kelompok
referensi
Kategori kelompok
referensi
Kategori Perilaku
Konsumtif Mahasiswa
Kategori Status Sosial
Ekonomi
Correlation
Significance (2-tailed)
df
Correlation
Significance (2-tailed)
df
Correlation
Significance (2-tailed)
df
Kategori
Perilaku
Konsumtif
Mahasiswa
1.000
.
0
.544
.000
98
-.211
.035
Correlation
Significance (2-tailed)
df
Correlation
Significance (2-tailed)
df
Kategori
Status Sosial
Ekonomi
.544
.000
98
1.000
.
0
-.287
.004
Kategori
kelompok
referensi
-.211
.035
98
-.287
.004
98
1.000
.
98
98
0
1.000
.
0
.516
.000
97
.516
.000
97
1.000
.
0
a. Cells contain zero-order (Pearson) correlations.
Sumber: Olahan data primer, 2013
Jika dilihat dari hasil perhitungan maka korelasi antara variabel “status
sosial ekonomi orang tua” dengan “perilaku konsumtif mahasiswa” menunjukkan
angka sebesar 0.544; angka ini menunjukkan adanya korelasi yang sedang dan
searah. Ini berarti jika variabel status sosial ekonomi orang tua tinggi maka
variabel perilaku konsumtif semakin tinggi. Hipotesis yang ajukan yakni:
Ho
: Tidak ada hubungan antara variabel status sosial ekonomi orang tua
dengan perilaku konsumtif mahasiswa
Ha
: Ada hubungan antara variabel status sosial ekonomi orang tua dengan
perilaku konsumtif mahasiswa
Adapun kriteria pengujian, yaitu:
Jika signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Jika signifikansi >0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Keputusan
Angka probabilitas dari hasil perhitungan sebesar 0,00<0,05 maka Ho
ditolak. Artinya, ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan
perilaku konsumtif mahasiswa.
Setelah hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dan perilaku
konsumtif mahasiswa dikontrol dengan menggunakan variabel bebas kelompok
referensi maka perhitungan korelasi antara variabel status sosial ekonomi orang
tua dan perilaku konsumtif mahasiswa menjadi 0,516 dari semula sebesar 0,544
atau mengalami penurunan. Artinya, perilaku konsumtif mahasiswa tidak
84
Analisis Sosiologis Perilaku Konsumtif Mahasiswa
dipengaruhi oleh status sosial ekonomi orang tua saja, tetapi juga faktor kelompok
referensi turut mempengaruhi perilaku konsumtif mahasiswa.
Kesimpulan yang dapat diambil dari masalah tersebut ialah faktor status
sosial ekonomi orang tua bukanlah satu-satunya yang mempengaruhi tinggi
rendahnya perilaku konsumtif mahasiswa, melainkan juga kelompok referensi
yang dapat mempengaruhi perilaku konsumtif mahasiswa. Mahasiswa yang
mempunyai status sosial ekonomi tinggi akan meniru perilaku orang yang ada di
dalam sekitarnya untuk dapat menyetarakan kehidupannya dalam membeli
barang-barang yang dimiliki dan biasanya orang-orang yang mempunyai status
sosial tinggi akan membeli barang-barang dengan harga mahal ditempat yang
mewah dan sebagainya sehingga hal ini menyebabkan perilaku konsumtif.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijabarkan, maka dapat diambil
kesimpulan berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
1. Terdapat hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan perilaku
konsumtif mahasiswa sebesar 0,544 (hubungan yang sedang). Data ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi status sosial ekonomi orang tua maka
perilaku konsumtif mahasiswa juga meningkat.
2. Terdapat hubungan antara status sosial ekonomi dengan kelompok
referensi sebesar 0,267 (hubungan yang rendah).
3. Terdapat hubungan antara kelompok referensi dengan perilaku konsumtif
mahasiswa sebesar 21,8 (hubungan yang rendah).
4. Terdapat hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan perilaku
konsumtif mahasiswa dikontrol dengan kelompok referensi sebesar 0,516
(hubungan yang sedang). Data ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
status sosial ekonomi orang tua perilaku konsumtif mahasiswa juga
meningkat dengan pengaruh yang diberikan oleh kelompok referensi.
Saran
Setelah mengadakan penelitian pada mahasiswa dan mahasiswi FISIP
Universitas Lampung tentang analisis sosiologis perilaku konsumtif mahasiswa,
maka penulis bermaksud memberikan saran sebagai berikut:
1. Mahasiswa hendaknya tidak membeli suatu barang secara berlebihan dan
mengupayakan menyisakan uang pemberian orang tua untuk ditabung
serta tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan yang pada akhirnya
menjerumuskan diri ke hal-hal yang kurang bermanfaat.
2. Dengan adanya beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, peneliti
mengharapkan agar penelitian ini dapat berguna bagi mahasiswa yang
melakukan penelitian serupa atau melakukan penelitian lanjutan atas topik
yang sama dengan mengambil wilayah penelitian yang lebih luas,
responden yang lebih banyak dan beragam.
Jurnal Sosiologi, Vol. 15, No. 1: 72-86
85
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suhaimi. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi
keempat, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Cohen, J.B. dan Simamora, S. 1983. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Bima
Aksara
Engel, James F. dkk. 1994. Perilaku Konsumen. Jakarta: Binarupa Aksara.
Fromm, E. 1995. Masyarakat Yang Sehat. Alih bahasa Sutrisno. Jakarta Yayasan
Obor Indonesia.
Horton, Paul B. dan Chester L Hunt. 1996. Sosiologi. Jakarta: Erlangga.
Paraswati D.M. 1997. Korelasi antara Perilaku Konsumtif dengan Status
Ekonomi Sosial Pembantu Rumah Tangga di Perumahan Perkotaan.
Komunitas, volume III (6). Halaman 68-75.
Singarimbun, Masri dan Sofian, Efendi. 1987. Metode Penelitian Sosial. Jakarta :
LP3ES.
Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
86
Analisis Sosiologis Perilaku Konsumtif Mahasiswa
Download