BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 1

advertisement
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
1. Kesimpulan Umum
Berdasarkan sejumlah temuan penelitian yang telah diuraikan di atas
tampak bahwa Pendidikan Kewarganegaraan berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap tingkat kesadaran berkonstitusi warga negara muda di Kota
Tasikmalaya. Hal tersebut dikarenakan: a) Pendidikan Kewarganegaraan yang
dilaksanakan dipersekolahan tidak hanya menitikberatkan pada penguasaan meteri
pembelajaran secara kognitif saja, tetapi meliputi pula pada pengembangan sikap
dan perilaku siswa selaku warga negara muda. b) Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan sudah dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran
yang tidak bersifat indoktrinatif, sehingga mendorong penguatan peran dan
kedudukan
Pendidikan
Kewarganegaraan
sebagai
pendidikan
kesadaran
berkonstitusi bagi warga negara; dan c) Materi pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan pada dasarnya merupakan pengejawantahan prinsip-prinsip
konstitusionalisme Indonesia.
Hakikat
kesadaran
berkonstitusi
yang
merupakan
pencerminan
pengetahuan, pemahaman, sikap dan perilaku setiap warga negara terhadap hak
dan kewajiban konstitusionalnya baik sebagai sebagai individu maupun kelompok
dapat diinternalisasikan melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Hal tersebut dapat
terwujud apabila dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa
dibekali pengetahuan untuk menjadi warga negara yang melek politik dan hukum
213
214
serta dilatih untuk menciptakan suasana kehidupan yang demokratis serta
mencerminkan kehidupan warga negara Indonesia yang melek politik dan hukum
Kondisi
di
atas
telah
memperkokoh
kedudukan
Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai wahana pendidikan kesadaran berkonstitusi. Akan
tetapi pada kenyataannya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masih
dihadapkan pada beberapa kondisi empirik yang sifat kontraproduktif dengan
kedudukan
pembelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan
sebagai
peningkatan kesadaran berkonstitusi warga negara, diantaranya: 1)
wahana
masukan
instrumental (instrumental input) terutama yang berkaitan dengan kualitas guru
serta keterbatasan fasilitas dan sumber belajar; dan 2) masukan lingkungan
(enviromental input) terutama yang berkaitan dengan kondisi dan situasi
kehidupan politik yang kurang demokratis. Oleh karena itu, untuk mengatasi
kendala tersebut, Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu program atau
kegiatan akademik harus diimplementasikan dengan mengembangkan modelmodel pembelajaran yang mengelaborasikan muatan-muatan yang terdapat dalam
kurikulum
dengan
pengalaman
hidup
siswa.
Selain
itu,
Pendidikan
Kewarganegaraan juga harus ditempatkan sebagai suatu gerakan sosiokultural,
serta sebagai suatu pendidikan politik dan pendidikan karakter kebangsaan yang
harus diimplementasikan pemerintah beserta seluruh stakeholders Pendidikan
Kewarganegaraan.
215
2. Kesimpulan Khusus
Adapun yang menjadi kesimpulan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang selalu dikaitkan
dengan pengalaman dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan
kehidupan siswa, serta merangsang siswa untuk menganalisis berbagai
peristiwa atau permasalahan yang terjadi di sekitar lingkungan kehidupannya,
secara langsung akan berpengaruh besar terhadap pengembangan kompetensi
kewarganegaraan, yang pada akhirnya akan melahirkan warga negara ideal,
yaitu warga negara yang bertanggungjawab, berpartisipasi secara bermutu
dalam berbagai bidang kehidupan, serta mampu bersaing dengan warga dunia
lainnya dalam percaturan kehidupan yang semakin mengglobal.
2. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang menggunakan berbagai
model pembelajaran yang demokratis serta merangsang siswa untuk terlibat
dalam proses penyelesaian masalah, dan didukung oleh ketersedian fasilitas
belajar yang memadai secara langsung akan berpengaruh secara positif tingkat
kesadaran berkonstitusi siswa selaku warga negara muda yang ditandai dengan
semakin meningkatnya pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap nilainilai Konstitusi negara, serta semakin terlihat pula pola sikap dan perilaku
siswa yang mencerminkan pengimlepementasian nilai-nilai Konstitusi negara.
3. Kompetensi kewarganegaraan yang dimiliki oleh seorang warga negara muda
sangat mempengaruhi tingkat kesadaran berkonstitusi mereka yang tercermin
dari pengetahuan, pemahaman, sikap dan perilaku mereka sebagai hasil
internalisasi nilai-nilai dan prinsip-prinsip konstitusionalisme Indonesia.
216
4. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dilaksanakan secara
demokratis, berintikan nilai dan prinsip-prinsip konstitusionalisme Indonesia
serta didukung oleh kualitas kompetensi kewarganegaraan yang baik, secara
langsung berpengaruh besar terhadap perwujudan warga negara yang memiliki
tingkat kesadaran berkonstitusi yang tinggi, yaitu warga negara yang mampu
memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk
menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD NRI 1945.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, penelitian ini merekomendasikan
beberapa hal berkaitan dengan pengembangan warga negara yang memiliki
kesadaran berkosntitusi yang tinggi.
1. Pendidikan
Kewarganegaraan
berpengaruh
dan
berkonstribusi
secara
signifikan terhadap tingkat kesadaran berkonstitusi warga negara muda. Oleh
karena
pengembangan
Pendidikan
Kewarganegaraan
sebagai
wahana
pendidikan kesadaran berkonstitusi harus terus dilakukan, sehingga perlu
dilakukan langkah-langkah yang dilakukan secara berkesinambungan dan
komprehensif yang meliputi:
a. Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai wahana pendidikan
kesadaran berkonstitusi harus dilakukan secara sadar dan terencana dalam
suatu proses pembelajaran yang
dirancang untuk meningkatkan
217
pengetahuan, pemahaman, sikap dan perilaku siswa yang mencerminkan
tingkat kesadaran berkonstitusi yang tinggi.
b. Implementasi Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai
wahana pendidikan kesadaran berkonstitusi harus dikemas juga dalam
sebuah gerakan sosio-kultural kewarganegaraan yang medorong siswa
selaku warga negara mampu memahami dan mengaktualisasikan hak dan
kewajiban konstitusionalnya dalam konteks sosial-budayanya, sehingga
pada
akhirnya
nilai-nilai
konstitusi
akan
terinternalisasi
dalam
kehidupannya di masyarakat. Gerakan sosio-kultural kewarganegaraan ini
harus didukung oleh berbagai komponen masyarakat salah satunya melalui
media massa, baik media massa cetak maupun elektronik, atau mediamedia
lain
yang
berperan
untuk
menyebarluaskan
paham
konstitusionalisme dan kesadaran berkonstitusi kepada semua lapisan
masyarakat termasuk siswa.
c. Pengembangan kurikulum pendidikan nasional harus memasukkan
muatan-muatan konstitusi tidak hanya pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan saja, tetapi pada kurikulum mata pelajaran lainnya baik
secara implisit maupun eksplisit. Hal ini dikarenakan pengembangan
kesadaran
berkonstitusi
tidak
hanya merupakan
tanggung jawab
Pendidikan Kewarganegaraan saja, tetapi mata pelajaran lainnya juga,
sehingga pengembangan kesadaran berkonstitusi akan berlansung secara
berkesinambungan dan komprehensif.
218
2. Pembelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan
berpengaruh
positif
dan
signifikan terhadap tingkat kesadaran berkonstitusi warga negara muda. Oleh
karena itu guru Pendidikan Kewarganegaraan harus mengembangkan model
pembelajaran kreatif demokratis seperti model Law-Related Education atau
Pendidikan Terkait Hukum (PTH); Jurisprudential Inquiry; Model We the
People...Project Citizen; Model Teaching with Primary Source Documents
atau
Model Belajar Berbantuan Arsip Negara. Model-model tersebut
membantu guru untuk menghindari indoktrinasi dalam proses pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan, sehingga pada akhirnya mendorong penguatan
peran dan kedudukan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan
kesadaran berkonstitusi bagi warga negara.
3. Kompetensi Kewarganegaraan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
tingkat kesadaran berkonstitusi warga negara muda. Oleh karena itu
pengembangan kompetensi kewarganegaraan mutlak dilakukan salah satunya
melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berbasis kontekstual,
yaitu pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dikaitkan dengan
peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan kehidupan siswa, terutama yang
mendukung proses internalisasi nilai-nilai konstitusi dalam kehidupan seharihari.
4. Penelitian ini masih memiliki sejumlah keterbatasan dalam lingkup metode
penelitian, fokus permasalahan,
dan setting penelitian. (1) Pendekatan
kuantitatif yang yang digunakan dalam penelitian ini tidak dapat
mengeksplorasi secara mendalam dan holistik terhadap persepsi siswa dalam
219
memaknai program Pendidikan Kewarganegaraan yang sedang mereka ikuti
dan tingkat kesadaran berkonstitusi mereka , serta apa yang tidak terungkap di
permukaan. Pendekatan kuantitatif, untuk sebagian,
terpaksa
mereduksi
”kedalaman” makna ini. Untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan
pendekatan kualitatif untuk untuk mendapatkan gambaran yang holistik dan
mendalam mengenai pengaruh Pendidikan Kewarganegaraan terhadap tingkat
kesadaran berkonstitusi warga negara muda.; (2) fokus permasalahan dalam
penelitian ini yaitu Pendidikan Kewarganegaraan, belum ditempatkan sebagai
citizenship education tetapi dimaknai sebagai civic education, sehingga yang
diteliti hanya pada setting mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Oleh
karena itu, penelitian yang akan dilakukan ke depan tidak hanya berkaitan
dengan pengaruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tetapi juga iklim
sekolah,
organisasi
kesiswaan,
organisasi
kepemudaan,kegiatan
ekstrakurikuler, program pembiasaan, peer group, keluarga, dan terpaan
media massa terhadap tingkat kesadaran berkonstitusi warga negara; (3)
setting penelitian belum menjangkau sampel sekolah berbasis agama
(Madrasah Aliyah), sekolah kejuruan (SMK) dan belum membandingkan
kontribusi
Pendidikan
Kewarganegaraan
terhadap
tingkat
kesadaran
berkonstitusi bedasarkan status sekolah (negeri atau swasta) dan
letak
geografis (perkotaan-pedesaan atau pegunungan-pantai). Oleh karena itu,
penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode komparatif atau studi kasus
untuk mengkaji pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan
220
kontribusinya terhadap tingkat kesadaran berkonstitusi warga negara muda
berdasarkan karakteristik status sekolah dan letak geografis.
Download