JPPI Vol 6 No 1 (2016) 19 – 36 Jurnal Penelitian Pos dan Informatika 578/AKRED/P2MI-LIPI/07/2014 e-ISSN: 2476-9266 p-ISSN: 2088-9402 DOI: 10.17933/jppi.2016.060102 MODEL PEMBERDAYAAN RELAWAN TIK DALAM MENINGKATKAN E-LITERASI MASYARAKAT DI KOTA SUKABUMI THE DEVELOPMENT MODEL OF ICT VOLUNTEERS IN IMPROVING PUBLIC E-LITERACY IN SUKABUMI Syarif Budhirianto Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Bandung Jalan Pajajaran No. 88 Bandung 40173 - Indonesia [email protected] Naskah Diterima: : 22 Agustus 2016; Direvisi: 5 September 2016; Disetujui: 19 September 2016 Abstrak Pemberdayaan masyarakat oleh relawan TIK merupakan langkah strategis menuju e-literasi dalam meningkatkan kualitas kehidupan. Fokus penelitian adalah bagaimana model pembelajaran yang efektif diterapkan pada masyarakat, sehingga transformasi informasi yang dilakukan relawan TIK mudah diserap (absorb the lessons). Untuk membangun persepsi positif dalam pembelajaran, diperlukan paradigma konstruktivis pembelajaran dengan para pemangku kepentingan (stakeholder) di Kota Sukabumi berdasar kompetensi empirik yang dimiliki, sehingga dapat memformulasikan model pembelajaran yang diharapkan. Hasil penelitian menunjukkan model pembelajaran dalam meningkatkan e-literasi, adalah dengan melakukan kolaborasi dan koordinasi secara sinergi dengan pemangku kepentingan dan menyatukan misi pembelajaran, selanjutnya melakukan pemetaan berdasarkan karakteristik masyarakat, seperti minat belajar, kemampuan, dan gaya belajar. Model pembelajaran yang bisa diadaptasikan kepada masyarakat memerlukan media berbasis TIK yang disesuaikan dengan bahan ajar (modul), untuk memperjelas penyajian pesan yang tidak terlalu verbalistis tetapi lebih mengedepankan praktik. Sistem pemaparan yang lebih komunikatif, dengan mengeliminir istilahistilah TIK yang sulit dipahami akan menunjang percepatan proses belajar secara tepat dan dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Kata kunci: Model Pemberdayaan, Relawan TIK, e-literasi. Abstract Empowering communities by ICT volunteers is a strategic step towards e-literacy in improving the quality of life. The focus of this research is to determine the effective learning model that can be applied to society, thus the transformation of information that was already done by ICT volunteer becomes easier to be absorbed. To construct a positive perception in learning, a paradigm of constructivism involving stakeholders based on empirical competence possessed is needed in Sukabumi. so it can formulate the expected learning model. The results show learning models to improve e-literacy are to do a synergy collaboration and coordination with stakeholders and to integrate learning mission, then do the mapping based on the characteristics of the community, such as the interest in learning, abilities, and learning styles. Learning models that can be adapted to the society require ICT-based media that are tailored to teaching materials (modules), to explain the presentation of a message that is not too verbalise but emphasizes practice. Exposure systems that are more communicative, by eliminating the terms of ICT elusive will support the accelerated learning process appropriately and can overcome the passive attitude of the students. Keywords: Empowerment Model, ICT Volunteers, e-literacy. 19 Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.6 No 1 September 2016 : 19 - 36 PENDAHULUAN Salah satu organisasi masyarakat yang peduli dalam meningkatkan mau masyarakat harus bisa menguasai, karena kemampuan jika tidak akan tertinggal dari orang lain. masyarakat di bidang TIK adalah para relawan Masyarakat harus bisa memanfaatkannya dalam TIK Indonesia (Indonesian ICT Volunteers), meningkatkan taraf kehidupan yang lebih baik, yang minimal mereka mengetahui perkembangan TIK dengan kemampuannya dan keterbatasannya terpanggil untuk memberikan sebagai pendukung aktivitas kehidupannya. pengayaan di bidang TIK. Mereka berkeyakinan Walaupun di Kota Sukabumi sudah tersedia bahwa pemanfaatan TIK bagi masyarakat urgen berbagai fasilitas TIK dalam menunjang e-literasi sekali meningkatkan bagi masyarakatnya, seperti CAP, M-CAP, kualitas kehidupannya, baik dalam meningkatkan PLIK, M-PLIK, Warmasif, Rumah Pintar, Desa produktivitas kinerja maupun efisiensi proses Pintar, Desa Berdering serta lainnya, namun informasi dan komunikasi. mereka dimanfaatkan dalam menganggap masih kurang dan Didukung komitmen dan kerjasama dari memerlukan edukasi secara langsung melalui pemerintah serta para pemangku kepentingan relawan (volunteer). Keberadaan relawan juga (stakeholder) serta peran perguruan tinggi, berfungsi komunitas, dan masyarakat madani lainnya, masyarakat untuk memberikan motivasi akan peran dari relawan TIK sejak digulirkannya pemanfaatannya. tanggal 4 Juli tahun 2011 lalu (sebagai hari Dengan “jemput sebagai cara inilah, masyarakat Kota Sukabumi mulai tumbuh dan berkembang di tingkat pengetahuan dan keterampilannya, di mana salah kabupaten/kota bahkan sampai mengakar ke satu posisi relawan adalah sebagai mediasi tingkat kecamatan. (jembatan) antaranya di Kota Sukabumi. Walaupun keberadaannya sangat terbatas, tapi mereka memiliki semangat untuk ketertinggalan memfasilitasi dan mempertemukan keperluan masyarakat akan edukasi di bidang TIK, yakni dengan merangkul berbagai komunitas masyarakat. memberdayakan Meskipun aktivitasnya masih tetap bertahan masyarakatnya menjadi masyarakat yang mampu hingga sekarang (sustain), namun fenomena menggunakan perangkat TIK bagi peningkatan pemberdayaan masyarakat di Kota Sukabumi taraf hidup mereka. Mereka merasa terpanggil adalah dalam membangun penerimaan yang melihat keadaan sebagian besar masyarakatnya positif yang kehidupan selanjutnya. Tugas ini dinilai masih tidak untuk mengejar kepada lahirnya), secara lambat laun keberadaannya Relawan TIK yang sudah terbentuk di dapat bola” menguasai bahkan mengenal sehingga berdaya taraf kurang dan komunikasi. cenderung masih menggunakan cara-cara lama pengembangan masyarakat dan dalam kesehariannya meskipun telah dilakukan pemanfaatan TIK, suka tidak suka, mau tidak kegiatan pemberdayaan, dan tidak ada perubahan 20 pesatnya karena bagi pemanfaatan internet sebagai sumber informasi Dengan penampakannya guna Model Pemberdayaan Relawan TIK Dalam Meningkatkan E-Literasi Masyarakat di Kota Sukabumi (Syarif Budhirianto) yang berarti. Hal ini karena model pembelajaran bagi kualitas kehidupan mereka. Sedangkan yang dilakukan baik oleh para relawan TIK manfaatnya adalah bagi Kemenkominfo melalui ataupun dari komunitas TIK lainnya masih Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika yang belum efektif dijalankan. menginisiasi program Relawan TIK (RTIK), Di sisi lain, aspek minat dan motivasi masyarakat untuk mengetahui menjadi bahan kebijakan dalam lanjut membangun model pemberdayaan relawan TIK tentang manfaat TIK, juga menjadi masalah yang kepada masyarakat yang lebih efektif lagi, dihadapi dalam keberlanjutan proses belajar, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan TIK karena tanpa adanya minat yang besar dari bagi peningkatan aktivitas sehari-hari serta masyarakat kemaslahatan lainnya. Di samping itu, panduan sebagai peserta lebih dapat didik, bisa memengaruhi tingkat keberhasilan pembelajaran relawan TIK sebagai sebuah organisasi yang dilakukan relawan TIK, walaupun dengan kemasyarakatan yang mempunyai Anggaran berbagai metode pembelajaran yang mumpuni. Dasar dan Anggaran Rumah Tangga belum Tantangan ini merupakan pekerjaan rumah yang menjelaskan teknis pemberdayaan/pembelajaran perlu dilakukan relawan TIK, yakni dengan yang harus diterapkan kepada masyarakat. memformulasikan model pemberdayaan yang Pola pemberdayaan merupakan gaya strategi lebih efektif lagi sehingga bisa menghasilkan yang dilakukan oleh seorang relawan TIK dalam proses pemberdayaan yang lebih optimal. melaksanakan kegiatan pembelajaran TIK Berdasarkan kenyataan tersebut, maka fokus kepada masyarakat. Agar tujuan optimal tercapai, penelitian ini adalah model pemberdayaan seperti maka perlu suatu metode dan strategi untuk apa merealisasikannya. yang lebih efektif diterapkan pada Pemberdayaan dalam masyarakat, agar masyarakat dapat menerima perspektif komunikasi diartikan sebagai bentuk transformasi informasi yang dilakukan relawan atau pola hubungan dua orang atau lebih dalam TIK, sehingga dapat meningkatkan e-literasi proses pengiriman dan penerimaan dengan cara dalam meningkatkan taraf kehidupan sehari-hari. yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat Dengan demikian, akan terbangun persepsi dipahami (Pace & Faules, 2010). positif bagi masyarakat yang kurang memahami arti dari pesatnya kemajuan TIK di segala bidang, serta mengkonstruksi model pemberdayaan relawan yang lebih efektif lagi melalui pendapat para stakeholder berdasarkan aktivitas empirik yang pernah dilakukan sebelumnya. Tujuan tulisan ini adalah ingin mengetahui model atau pola pemberdayaan relawan TIK di Kota Sukabumi kepada masyarakatnya, yang dapat meningkatkan e-literasi dan berdaya guna Relawan TIK merupakan organisasi sosial kemasyarakatan (tenaga relawan non pemerintah) yang terbentuk sebagai bagian dari upaya pengembangan keterampilan bidang pengetahuan TIK dan masyarakat. Kelahirannya dilatarbelakangi oleh pesatnya kemajuan TIK namun pemanfaatannya oleh masyarakat Indonesia belum merata, baik infrastruktur maupun sumber daya manusia (SDM). Keadaan ini menyebabkan kesenjangan 21 Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.6 No 1 September 2016 : 19 - 36 digital (digital divide), yang harus secepatnya meningkatkan diberdayakan, agar tidak semakin tertinggal dari Penggunaan masyarakat lainnya yang telah maju. kinerja pengguna; dan 3) Penggunaan teknologi dapat Relawan TIK Indonesia yang dalam diskriminatif, dilembagakan diharapkan dengan landasan dapat pengakuan hukum maupun perlindungan pemerintah yang pada jangka panjang diharapkan berfungsi untuk ikut serta mendorong akselerasi atau percepatan program dan kebijkan pembangunan di bidang komunikasi dan informatika, yang berlandaskan prinsip: Pengembangan kapasitas; Keterlibatan multi-stakeholder; Partnership; Kepemilikan lokal; Responsive terhadap permintaan (demand responsiveness); Belajar sambil bekerja (learning by doing); dan Kesetaraan gender (Anandhita dkk., 2015) (fasilitator) bertugas memengaruhi masyarakat mampu memanfaatkan TIK bagi peningkatan kualitas kehidupannya. Fasilitator melakukan langkah-langkah terorganisir untuk inovatif mengarahkan dan kelompok masyarakat yang kemampuannya masih lemah agar lebih memperkuat berdaya dan akhirnya kesejahteraan mampu (Wrihatnolo dan Dwidjowojoto, 2007). Reaksi dan persepsi pengguna meningkatkan dapat 2) meningkatkan efisiensi proses yang Kualitas ditentukan pemberdayaan/pembelajaran oleh menggambarkan suatu tingkat kondisi yang efektivitas yang memfasilitasi peserta didik aktif berinteraksi dengan berbagai sumber belajar yang dilakukan para relawan TIK, sehingga dapat mencapai pola dan model dan pembelajaran yang efektif, efisien menyenangkan (berdaya tarik) bagi masyarakat yang mempelajarinya. Kualitas pembelajaran dilihat dari segi proses dalam upaya memperbaiki kualitas proses pembelajaran yang mengarah kepada terjadinya atau munculnya prakarsa belajar oleh peserta didik (masyarakat), dan strategi pembelajaran ini Dalam proses pembelajaran, relawan TIK agar teknologi pengguna; dilakukan pengguna. gerakannya bersifat independen, terbuka, dan non produktivitas teknologi memengaruhi sikapnya informasi dalam akan penerimaan terhadap teknologi tersebut, yakni kemudahan berangkat dari landasan teoritik yang cocok untuk memberi peluang kepada mereka yang mengalami growth of learning. Di samping itu kualitas juga ditentukan oleh lingkungan belajar yang memungkinkan peserta didik dapat melakukan kontrol pada pemenuhan kebutuhan emosionalnya yang memungkinkan keterlibatan secara fisik, emosional, dan mental proses belajar, serta lingkungan yang memberi kebebasan menentukan pilihan belajar sesuai kemampuan dan kemauannya (Degeng, 2004). Teori Model Pembelajaran penggunaan TI menjadikan tindakan perilaku dalam Acuan dasar untuk pembelajaran bidang penerimaan sebuah teknologi. Menurut Wijaya TIK bagi masyarakat dikenal dengan Teori Difusi (2006), manfaat teknologi diukur dari beberapa Inovasi yang diperkenalkan oleh tokoh-tokoh faktor: seperti Everett M. Rogers dengan karya besarnya orang 22 tersebut 1) sebagai Penggunaan tolok ukur teknologi dapat Model Pemberdayaan Relawan TIK Dalam Meningkatkan E-Literasi Masyarakat di Kota Sukabumi (Syarif Budhirianto) Diffusion of Shoemaker Innovation yang (1961); bersama F. Rogers Floyd menulis (konfirmasi) (Rogers, 1995). Kerangka acuan proses pemberdayaan TIK adalah dengan Communication of Innovation: A Cross Cultural memahami faktor-faktor yang memengaruhi Approach (1971) sampai Lawrence A. Brown diterimanya penggunaan teknologi tersebut, di yang menulis Innovation Diffusion: A New antaranya yang biasa dikenal dengan teori Perpective (1981). integrasi teknologi atau Technology Acceptance Model (TAM) yang diadaptasi dari Theory of Teori ini mengasumsikan bahwa media dan hubungan interpersonal memberikan informasi sekaligus memengaruhi opini dan penilaian seseorang terhadap inovasi tertentu. Informasi mengalir melalui jaringan dan opinion leaders yang kemudian berperan dalam menentukan tingkat penerimaaan seseorang terhadap sebuah inovasi. Rogers (1995) mendefinisikan difusi sebagai proses di mana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara para anggota suatu sistem sosial (the process by which an innovation is communicated through certain channels overtime among the members of a social system). Definisi tersebut menggambarkan bahwa difusi inovasi adalah suatu proses penyebarserapan ide-ide atau hal-hal baru dalam upaya untuk merubah suatu masyarakat, yang Reasoned Action (TRA). Pengembangan TAM mendeskripsikan dua faktor yang secara dominan memengaruhi integrasi teknologi, yaitu perasaan manfaat (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan (ease of use). Pengembangan TAM memberikan rekomendasi upaya pemberdayaan masyarakat menuju masyarakat yang melek TIK, dan meningkatkan persepsi masyarakat akan manfaaatnya. Upaya pemberdayaan memberi landasan secara jelas, apalagi didukung dengan media komunikasi dalam menumbuhkan persepsi positif masyarakat untuk mendayagunakan TIK. Dengan dukungan tersebut maka pelaksanaan pemberdayaan menuju masyarakat yang melek TIK dapat mudah dijalankan serta berimplikasi mereduksi kesenjangan digital dalam mewujudkan masyarakat yang berdaya terhadap TIK (Simanjuntak, 2011). terjadi secara terus menerus dari suatu tempat ke tempat yang lain, dari suatu kurun waktu ke Pemahaman konseptual tentang teknologi kurun waktu yang berikut, dari suatu bidang pemberdayaan tertentu ditumbuhkan, sebagai “instructional technology ke bidang yang lainnya kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Proses keputusan inovasi memiliki lima is the dan theory development, and pembelajaran practice utilization, of management perlu design, ande tahap yaitu knowledge (pengetahuan), persuasion valuation of processes and recourses for (kepercayaan), learning (Seels dan Riche, 1994)”, seperti decision (keputusan), implementation (penerapan), dan confirmation digambarkan di bawah ini. 23 Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.6 No 1 September 2016 : 19 - 36 DEVELOPMENT 1. Print Technologies 2. Audio Visual Technologies 3. Computer Based Technologiies 4. Integrated Technologies DESIGN 1. Instructional System Design 2. Massage Design 3. Instructional strategies 4. Learner Characteristic UTILIZATION 1. Media Utilization 2. Diffusion of Innovations 3. Implementation and Institusionalization 4. Policies and Regulation Theory and Practise MANAGEMENT 1. Project Management 2. Resouce Management 3. Delivery System Management 4. Information Management EVALUATION 1. Problem Analysis 2. Criterion Reference Measurement 3. Formative Evaluation 4. Summative Evaluation Gambar 1. Kawasan Teknologi Pembelajaran Sumber: (Seels & Richey, 1994) Mencermati gambar di atas, tampak jelas bahwa masyarakat sebagai peserta dari relatively permanent change in a person’s knowledge or behavior due to the experience. pemberdayaan/pembelajaran dari relawan TIK Di samping itu dalam proses pembelajaran dapat belajar (for learning) sebagai tujuan utama, perlu adanya modul sebagai penyempurnaan dari arah, dan sekaligus menjadi kriteria keberhasilan sistem pembelajaran berprogram yaitu dari dari semua kegiatan teknologi pembelajaran. teaching machine, karena pembelajaran dengan Tentu saja, proses belajar yang diberikan modul dapat menggiring siswa untuk bisa belajar berdasarkan seperti sendiri dan maju sesuai dengan tempo dan minat belajar, kemampuan awal, gaya belajar, kecepatannya sendiri (Setyosari dan Efendi, kecepatan belajar, dan lain-lain. Misalnya tatap 1990). Cara seperti ini akan lebih efektif dan muka atau jarak jauh, klasikal, kelompok atau efisien dicapai melalui hal-hal sebagai berikut, individual, dan sebagainya. Begitu pula dengan karena peserta didik (siswa) dapat berkembang sumber belajar yang dapat dipilih seperti by secara maksimal sesuai perbedaan kemampuan, design atau by utilization, baik yang berupa menyesuaikan dengan cara belajar masing- teknologi tercetak, audio visual, dan berbasis masing, lebih aktif karena sesuai dengan komputer atau terpadu. Dengan mengetahui minatnya, karakteristik masyarakat/siswa akan menjadi penggunaan ragam belajar (multimethod) dan lebih berkualitas atau mendapatkan layanan yang berbagai macam media (multimedia) sehingga optimum, perbedaan individu dapat terlayani. karakteristik sehingga individual, dalam pembelajarannya dan membuka peluang dalam menjadi lebih aktif, lebih senang, dan lebih mudah mengadopsi materi pembelajaran. Gagne (1999) menyatakan learning refers to the Dalam konteks pemberdayaan kepada masyarakat sebagai bagian dari proses belajarmengajar, dikenal teori model Dick and Carey. 24 Model Pemberdayaan Relawan TIK Dalam Meningkatkan E-Literasi Masyarakat di Kota Sukabumi (Syarif Budhirianto) Model ini sangat cocok dan sesuai dengan kelompok maupun individual. Model Dick and karakteristik pembelajaran TIK oleh masyarakat Carey menulis 8 (delapan) langkah menghasilkan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat bahan pembelajaran yang baik, seperti dalam karena memiliki sturktur yang lengkap dan bagan berikut: sesuai dengan kebutuhan belajarnya baik secara Melakukan analisis pembelajaran (2) Identifikasi tujuan umum pembelajaran (1) Merumuskan tujuan performansi (4) Mengembangkan tes acuan patokan (5) Mengembangkan strategi pembelajaran (6) Mendesain dan mengembangk an evaluasi formatif (8) Mengemban gkan materi pembelajar an (7) Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik peserta didik (3) Gambar 2. Model Pembelajaran Sumber: Dick and Carey (2001) fokus METODE Secara epistimologi, penelitian memakai dimensi paradigma pembelajaran yang pada mencari pembelajaran, informasi, mendiskusikan, merancang konstruktivisme dalam mengumpulkan dan mengolah memandang realitas mendiskusikan solusi dengan model, data, serta penyelesaian pembelajaran oleh relawan terbentuk dari hasil masalah; 3) Tahap pengajuan eksplanasi dan konstruksi, bagaimana solusi yang dilakukan di antara siswa, baik peristiwa tersebut dijadikan suatu model yang secara individu maupun kelompok. Kegiatan ini ideal sebagai faktor sentral dalam proses belajar berlangsung dengan guru mengomunikasikan mengajar. (1991) informasi dengan menjelaskan model, me-review dan mengupas pendekatan konstruktivisme terdiri dari 4 (empat) penyelesaian atau solusi dengan pengetahuan dan tahap, yaitu: 1) Tahap invitasi, diperlukan untuk pengalaman; dan 4) Tahap taking action atau mengidentifikasi konsep awal pembelajaran yang pengambilan tindakan merupakan tahap akhir harus dilakukan, yakni mengamati keingintahuan pembelajaran. Pada tahap ini diberikan evaluasi siswa dan mengenali situasi yang diharapkan dengan siswa; 2) Tahap eksplorasi, pembelajaran dengan diajukan, baik lisan atau tulisan untuk membuat melibatkan keputusan, yakni menemukan Robert mengemukakan E. tahap siswa Yager pembelajaran secara aktif, menggali informasi-informasi baru untuk mengajak siswa dan cara ide-ide, menjawab menggunakan membangun pertanyaan pengetahuan dan yang dan keterampilan (Hudoyo, 1998). 25 Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.6 No 1 September 2016 : 19 - 36 Adapun hasil konstruksi pembelajaran TI dan Aptel (Barlian Hadi, S.Kom), dideskripsikan secara rinci dan mendalam dalam Pengurus/Ketua Relawan TIK Kota Sukabumi suatu model pembelajaran ideal berdasarkan (Indriyatno Banyumurti), anggota relawan (Agus solusi yang dikemukakan para stakeholder Hermawan),pelaku TIK/peserta pembelajaran sebagai (Hadi organisasi di pihak yang memiliki kompetensi. Susilo), bidang Sedangkan langkah penyelenggaraan penelitian pengembangan TIK/ICT Watch (Armansyah), dengan pendekatan studi kasus ini terutama Komunitas TIK Sukabumi (Hadi Purnomo), dan mengacu unsur perguruan yinggi Politeknik Bina Budaya pada kegiatan mulai persiapan pengumpulan data, pelaksanaan pengumpulan data, tahap analisis, selanjutnya Sukabumi (Masnir Alwi). dilakukan generalisasi (induktif), yang tujuan akhirnya HASIL DAN PEMBAHASAN menghasilkan pengertian-pengertian dan model. Sedangkan teknik pengumpulan data adalah Deskripsi Relawan TIK Relawan TIK Kota Sukabumi merupakan wawancara, literatur/dokumen, arsip berkaitan salah satu organisasi sosial kemasyarakatan penelitian ini, dan observasi langsung. Lokus penelitian adalah relawan TIK di dalam upaya pengembangan pengetahuan, Kota Sukabumi, di mana berdasarkan Keputusan keterampilan di bidang TIK yang dirintis awal Kepala Diskominfo Provinsi Jawa Barat Tahun tahun 2013 lalu, dengan penasihat dari Dinas 2015 Komunikasi dan Informatika Kota Sukabumi dan lalu memperoleh predikat komunitas relawan terbaik di Provinsi Jawa Barat dan sering didukung oleh beberapa stakeholder yang ada. Dalam perkembangannya tergolong cukup menjadi rujukan bagi relawan TIK lainnya. Terlebih peran Sukabumi menggerakkan para stakeholder di Kota baik, bahkan di tingkat Provinsi Jawa Barat mempunyai andil dalam mendapat penilaian komunitas TIK terbaik ke-3, aktivitas relawan kepada bahkan sering dijadikan pilot project bagi kabupaten/kota lainnya. Di sisi lain, masyarakat masyarakat. Subjek penelitian sebagai informan adalah 8 (delapan) stakeholder yang dipandang Kota Sukabumi pemanfaatan TIK, belum terutama merata dalam dari segmen memahami betul fokus penelitian ini, serta masyarakat menengah ke bawah. Fenomena ini mempunyai kompetensi usaha lebih didasarkan pada kebiasaan (social cultur) pemberdayaan masyarakat TIK, yang dianut selama ini, tanpa beradaptasi dengan model dinamika perkembangan TIK yang sangat cepat, pemberdayaan yang efektif kepada masyarakat sehingga terjadi kesenjangan digital (digital melalui relawan TIK. Penentuan informan divide). sehingga mampu dalam di bidang memformulasikan teknik Untuk memfasilitasi berdirinya relawan TIK purposive sampling, di mana yang terpilih adalah pada waktu itu, Kepala Kantor Komunikasi dan Kepala Kantor Komunikasi dan Informatika Kota Informasi (Kominfo) Kota Sukabumi, telah Sukabumi (Drs. Majid Sukarman, M.Pd), Kabid menginisiasi aktivitasnya dengan menghadirkan dilakukan 26 dengan menggunakan Model Pemberdayaan Relawan TIK Dalam Meningkatkan E-Literasi Masyarakat di Kota Sukabumi (Syarif Budhirianto) beberapa akademisi tinggi, Untuk membangun persepsi positif terhadap pejabat/pegawai instansi pemerintah daerah, manfaat keberadaan TIK yang sangat pesat, para swasta, dan berbagai elemen masyarakat lainnya relawan beserta seluruh stakeholder di Kota agar keberadaan relawan dihadirkan di tengah- Sukabumi bersepakat bahwa sebagai kerangka tengah masyarakat yang membutuhkan, sehingga acuan proses belajar TIK diperlukan asas perlu dibentuk kepengurusan tingkat cabang manfaat (perceived usefulness) untuk menunjang Kota dan kemaslahatan hidupnya serta proses yang mudah mempersiapkan kegiatan organisasi satu tahun ke diserap (ease of use), yang dapat membentuk depan persepsi masyarakat akan manfaatnya. Untuk itu Sukabumi sekaligus bantuan, perguruan guna mengawal diharapkan kontribusi, dan memberikan donasi untuk keberlangsungannya. melakukan aktivitas, diperlukan sosialisasi tentang pentingnya memasyarakatkan Dengan memberikan edukasi, sosialisasi, dan advokasi untuk mengenalkan pemanfaatan dan sebelum pembelajaran TIK dalam rangka dan memberdayakan pemanfaatan TIK (e- literasi) untuk masyarakat. Program TIK yang dijalankan pada pengembangan literasi informasi seluruh segmen dasarnya telah bertujuan meningkatkan kualitas masyarakat Kota Sukabumi, Kepala Kominfo hidup berharap relawan TIK menjadi interoperabilitas pembelajaran dan masyarakat, roadshow interkonektivitas antarmasyarakat yang masyarakat seperti TIK ke pelatihan berbagai dan elemen penggunaan TIK ke membutuhkan. Interoperabilitas memungkinkan sekolah-sekolah, penyebaran informasi melalui informasi serta web dan media sosial, penggunaan TIK untuk kebutuhan UKM, dan lain-lain. Dalam realisasi program masyarakat yang lebih efektif sehingga menjadi yang akan dijalankan, diperlukan suatu pemetaan solusi dalam mengatasi permasalahan sosial berdasarkan karakteristik masyarakat, dengan ekonomi yang dihadapi. jumlah penduduk dan wilayah kota yang cukup dapat ditindaklanjuti Peran diakses, untuk mereka diolah, berbagai sangat strategis untuk besar, sehingga proses pembelajaran lebih mengoptimalkan kontribusi dan pemahaman para terfokus pada masyarakat yang benar-benar pakar, praktisi, dan akademisi, yang menguasai membutuhkan keberadaan TIK. Pendapat yang pemanfaatan serupa TIK, bagi kemajuan daerah juga Sukabumi, dan masyarakat, serta sebagai gerakan pendekatan preventif bidang untuk mencegah terjadinya kesenjangan digital. pengembangkan pemberdayaan perlu Surianto, bahwa (empowerment) disesuaikan dengan karakteristik komunitas di wilayahnya untuk Inisiasi tersebut diharapkan mampu menjadi platform TIK diungkapkan program mengintervensi segala hambatan yang dihadapi, seperti rendahnya 1) Tingkat pemahaman pemberdayaan masyarakat di bidang TIK yang komunitas terhadap nilai teknologi informasi, 2) lebih bermanfaat. Jaringan informasi dan komunikasi dengan pihak Proses Pemberdayaan luar, 3) Kepedulian terhadap sarana prasarana 27 Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.6 No 1 September 2016 : 19 - 36 TIK yang dimiliki, dan 4) Memahami lintasan dan para pemangku kepentingan lainnya (Buku peluang (Surianto, 2014). Panduan, 2011). Dengan karakteristik tersebut, peran relawan Transformasi teknologi TIK baru yang bisa mengondisikan bahan ajar atau modul yang merupakan upgrade dari cara tradisional/lama tepat untuk masing-masing anak didiknya. membawa Mereka dituntut memiliki gaya mengajar yang untuk mengadakan pemberdayaan yang lebih lebih lugas, persuasif, dan berkesinambungan intensif dengan pola aplikasi yang lebih mudah (sustainable). proses dipahami masyarakat. Masyarakat dibiarkan pengajaran lebih bisa beradaptasi dengan sarana untuk berinteraksi dengan perangkat komputer TIK yang dimiliki yang dapat mewujudkan sampai batas familiar tertentu. Sebagai trigger fungsinya pembelajaran lebih lanjut, diperlukan dukungan efektif. Begitu pula dalam sebagai wahana pembelajaran yang Sama halnya dalam suatu sistem konsekuensi persiapan-persiapan media komunikasi agar masyarakat mudah pembelajaran lainnya (SOP), program modul menumbuhkan diperlukan mendayagunakan TIK, yakni: relawan sebagai basis pembelajarannya, seperti pembuatan semacam kurikulum bimbingan teknis serta berbagi pengetahuan (sharing knowledge). persepsi positif untuk 1. Media motivasional berfungsi menggugah perasaan dan mendorong masyarakat merefleksikan sikap nilai hidupnya. Media Seluruh stakeholder bersepakat bahwa agar motivasional menimbulkan semangat untuk pemberdayaan masyarakat berhasil, diperlukan bertindak dan memecahkan masalah yang kerjasama secara sinergis untuk menyaring terjadi dalam situasi nyata masyarakat.seperti segmen poster, film, komik, powerpoint, layar dan masyarakat yang benar-benar membutuhkan kehadiran TIK. Mereka dituntut proyektor. memiliki paradigma ataupun pola pikir yang 2. Media instruksional berfungsi memberikan lebih maju tentang pentingnya nilai sebuah informasi tahap demi tahap cara penggunaan informasi TIK dan sesuatu yang terjadi jika tahapan dan kehidupan komunikasi yang aktivitas Atau diikuti. Media penggunaan TIK ini akan mentransformasi cara pemanfaatan yang biasa menimbulkan persepsi masyarakat terhadap dilakukan secara manual ke arah digitalisasi yang kemudahan menggunakan TIK, seperti leaflet, lebih praktis dan efisien. Dalam Buku Panduan powepoint, atau layar proyektor yang sangat Relawan efektif untuk menyampaikan pesan yang TIK, menjalankan lebih bagi berkualitas. dinyatakan kegiatannya, bahwa relawan untuk TIK singkat dan mudah mendayagunakan program kerjasama, disebarluaskan dan dapat dibawa pulang. dengan instansi pemerintah pusat dan daerah, organisasi yang bergerak di bidang pengembangan TIK, komunitas TIK, perusahaan atau lembaga donor, 3. Media praktik pengalaman berfungsi pendayagunaan mudah memberikan TIK bagi masyarakat, yang akan menimbulkan persepsi masyarakat 28 karena cara memerlukan dukungan dari berbagai pihak dalam yakni TIK mengenai terhadap kemudahan dan Model Pemberdayaan Relawan TIK Dalam Meningkatkan E-Literasi Masyarakat di Kota Sukabumi (Syarif Budhirianto) manfaatnya. Seperti pada perangkat keras dirasakan oleh masyarakat. Seperti melontarkan (hardware), perangkat lunak (software), dan pertanyaan jaringan sikap/renungan terhadap masalah kebutuhan dan akses informasi (netware) (Simanjuntak, 2011). Dengan kunci yang bersifat refleksi potensi informasi bagi masyarakat Relawan TIK akan sebagai fasilitator melakukan curah pendapat pentingnya pemanfaatan TIK melalui media, secara interaktif dan menyenangkan untuk pelaksanaan menghimpun literasi) adanya pemahaman pemberdayaan oleh pelaksanaan relawan akan masyarakat TIK pada membangun (etahap pemihakan gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman dari semua masyarakat terhadap pendayagunaan TIK, seperti sebagai landasan pemberdayaan yang sesuai melontarkan pertanyaan kunci yang bersifat aspirasi atau kebutuhan masyarakat sehingga refleksi para relawan yang berfungsi sebagai fasilitator pengalaman pendayagunaan TIK. dan mediator dalam pemberdayaan secara mudah dan persuasif, yakni dengan pemaparan mengenai Kolaborasi Pembelajaran Pola pembelajaran TIK kepada masyarakat diperlukan penguatan-penguatan sesuai dengan interaktif. Adanya persepsi positif masyarakat paradigma TIK yang dibutuhkan, yakni dengan dengan pengembangan media, partisipatif (renungan) dan dukungan yang nilai dapat melakukan diskusi bersama warga masyarakat memberi sikap akan memberi jaringan kerjasama para kemudahan penyadaran dan keampuhan TIK stakeholder berkompeten sebagai pendamping, berbasis internet dalam memenuhi kebutuhan agar dalam aktivitas komunikasi lebih terarah, di informasi yang sesuai dengan kebutuhan nyata mana masyarakat, yakni meningkatkan produktivitas diberdayakan berasal dari berbagai lapisan dan kinerja. masyarakat (stratification social) sebagai ciri Pemberdayaan dalam bentuk pemaparan umumnya masyarakat masyarakat perkotaan dilakukan dengan mengungkap permasalahan keterbatasan baik kebutuhan dan potensi kebutuhan yang dialami pendidikan dan sebagainya. yang yang modal, perlu memiliki pengetahuan, masyarakat, ditindaklanjuti dengan memberi Kerjasama dengan para stakeholder yang penayangan media instruksional dalam rangka sudah dibentuk merupakan konsepsi komunikasi mengajarkan masyarakat menggunakan teknologi untuk penguatan dan pemberdayaan relawan TIK yang mudah dan menyenangkan; menayangkan dalam rekaman pemberdayaan/komunikasi penggunaan TIK. Cara kerangka pengembangan yang pola lebih mendemonstrasikan/peragaan penggunaan TIK profesional, di mana salah satu pilarnya adalah serta melakukan pendampingan untuk melatih komunikasi yang sinergi antara masyarakat dan meningkatkan kesadaran serta kemampuan sebagai peserta didik dengan para stakeholder dalam mendayagunakan TIK. (pemerintah Pendampingan nyata yang memberikan diperoleh dan pengalaman bisa dikembangkan dan lagi swasta), yaitu bahkan dengan lebih institusi langsung 29 Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.6 No 1 September 2016 : 19 - 36 perguruan tinggi, pers, dan lembaga swadaya langsung masyarakat. dipengaruhi sesuai dengan isu dan permasalahan, Stakeholder diperlukan untuk mendukung Seperti karena dapat tergambar memengaruhi dari pola atau kebutuhan rencana pemberdayaan dari relawan TIK, yang pemberdayaan TIK yang melibatkan berbagai memiliki elemen sosial di bawah ini, kepentingan langsung atau tidak Tabel.1 Peran Elemen Sosial (Stakeholder) dalam Pemberdayaan TIK Elemen Sosial Peran Keterlibatan Dalam Pemberdayaan TIK Pemerintah Pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Komunikasi dan Informatika berperan dalam memfasilitasi pengembangan dan pemberdayaan (empowerment) para relawan TIK melalui aktivitas yang disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan daerah masing-masing dalam menyukseskan eliterasi sebagai program pemberdayaan. Swasta Memfasilitasi aktivitas relawan TIK dalam aspek-aspek teknologi informasi dan komunikasi terutama dalam pengembangan digital divide kepada masyarakat, meliputi kemitraan usaha, dukungan modal, pengembangan SDM, dan pengembangan e-literasi dalam menunjang kualitas kehidupannya. Media Massa (Pers) Mengakses informasi dari berbagai sumber, termasuk media massa, maka kualitas informasi yang disajikan akan memengaruhi akses informasi oleh masyarakat sebagai peserta didik. Oleh karena itu diperlukan peranan media dalam merekonstruksi isi informasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik masyarakatnya. Diharapkan media lokal atau media komunikasi memiliki program pemberdayaan TIK. Lembaga (ICT Watch dan Perguruan Tinggi) Peran agen pembaharu dan inovator sangat penting untuk turut mengembangkan dan memberdayakan masyarakat di bidang TIK. Diperlukan adanya perhatian dan kepedulian organisasi tersebut untuk memberi pendidikan dan masukan konstruktif dengan relawan TIK dalam rangka empowerment informasi dan komunikasi masyarakat yang lebih berkualitas. Sumber: hasil wawancara 2016 (diolah). Sebagai awal proses pemberdayaan, bekerja, karena adanya support dari para kolaborasi dengan para stakeholder tersebut pemangku kepentingan. urgen dilakukan sebagai modal transformasi Transformasi pemberdayaan komunikasi dan informasi dalam meningkatkan berkolaborasi SDM masyarakat di bidang e-literasi TIK yang kepentingan menguntungkan. Masyarakat, akan merasakan manual/konvensional dampak positif dalam peningkatan pengetahuan menghasilkan output yang berdaya guna bagi sekaligus diaplikasikan dalam aktivitas sehari- masyarakat sebagai bekal perubahan budaya hari. Di sisi lain, para relawan yang terpanggil kerja, sebagaimana tergambar di bawah ini. dalam program pemberdayaan lebih fokus 30 dengan mulai para yang dari ke pemangku cara arah kerja modern, Model Pemberdayaan Relawan TIK Dalam Meningkatkan E-Literasi Masyarakat di Kota Sukabumi (Syarif Budhirianto) PEMBELAJARAN RELAWAN TIK E-LITERASIMENINGKATKAN TARAF HIDUP MASYARAKAT TRANSFORMASI Transformasi: Pemanfaatan TIK - Perubahan budaya kerja - Leadership - Perubahan proses kerja Peningkatan e-literasi Pola pikir (mind set) meningkat Penggunaan internet Penggunaan infrastruktur Telematika Penggunaan sistem aplikasi Standardisasi metadata Transaksi dan pertukaran data Gambar 3. Transformasi Melalui Pemberdayaan dan Pemanfaatan TIK Sumber: Kantor Komunikasi dan Informasi Kota Sukabumi 2015. Model pemberdayaan TIK dengan sistem menyangkut dengan perbaikan mental pembelajaran memerlukan paradigma khusus masyarakat atau mindset terhadap TIK. Hal ini untuk memberikan solusi terbaik untuk bisa karena menyangkut perubahan paradigma lama diterima secara efektif oleh masyarakat, bukan ke baru yang memerlukan interval waktu yang sekadar memberi informasi tanpa ada kelanjutan tidak sebentar, apalagi masalah gaya kultur sosial tetapi dan stratifikasi sosial di Kota Sukabumi antara dalam tataran berdaya guna bagi peningkatan kualitas hidup. Untuk itu, diperlukan satu dengan yang lain berlainan. koordinasi dan sinergitas relawan TIK dengan Untuk menggambarkan model seluruh stakeholder yang ada guna melakukan pemberdayaan yang bisa diadaptasikan kepada pendataan dan bantuan teknis lainnya untuk masyarakat, memerlukan media pembelajaran kelancaran proses belajar. berbasis TIK berupa perangkat lunak maupun Prinsip kepentingan kerjasama perlu dengan dilakukan pemangku sehingga ada perangkat keras. Dalam teori difusi inovasi Rogers (1995) mengasumsikan bahwa media pemahaman dan persepsi yang sama pada tataran akan teori dalam memengaruhi opini dan penilaian seseorang menerjemahkan implementasi pembelajaran TIK terhadap inovasi tertentu. Informasi mengalir di lapangan. Serta harmoni dan hubungan di melalui jaringan dan opinion leader yang antara kedua pihak, baik dari sisi internal kemudian berperan dalam menentukan tingkat maupun pendamping. Komunikasi tidak hanya penerimaan seseorang terhadap sebuah inovasi. terfokus pada sekadar informasi dan komunikasi Selanjutnya difusi sebagai proses di mana suatu saja, inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dan tetapi empirik diikuti di lapangan motivasi kuat untuk diaplikasikan di lapangan. memberikan informasi sekaligus dalam jangka waktu tertentu di antara para Penguatan model pembelajaran relawan, anggota suatu sistem sosial (the process by which secara komprehensif harus dilakukan secara an innovation is communicated through certain perlahan dan hati-hati, terutama kalau itu 31 Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.6 No 1 September 2016 : 19 - 36 channels overtime among the members of a kompleks dan tidak mudah untuk dipahami, social system). apalagi masyarakat yang basis pengetahuan Dengan didukung media komunikasi dalam menumbuhkan persepsi positif menuju komputernya minim. 2. Membuat analogi atau ilustrasi dan simulasi, masyarakat yang berdaya, maka media tersebut dengan pendekatan yang komprehensif, perlu disesuaikan dengan karakteristik masing- sehingga peserta didik merasa diperhatikan masing bahan ajar dan peserta didiknya. Secara dan bisa diikuti tingkat pemahamannya. umum media ini mempunyai kegunaan untuk 3. Yang relevan dan kontekstual, mengandung memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu arti kesempatan kepada bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata atau masyarakat didik untuk bisa memberi lisan) tetapi lebih mengedepankan praktik, kreativitas seperti untuk mengatasi keterbatasan ruang, menyalahkannya tetapi memberi arah dan waktu dan intelijensia, maka digantikan dengan jalan. realita gambar, film bingkai atau model/diagram 4. memberi dan inisiatifnya tanpa Memberi umpan balik korektif secara yang mudah diabsorbsi masyarakat. Hal ini persuasif kepada mereka. karena tingkat kompleksitas pemahaman TIK Adapun peran dari media sebagai bentuk memerlukan pengetahuan dasar komputer, mulai perantara dalam kegiatan berkomunikasi (selain dari praktik cara menggunakan sampai sistem operasinya. face to face), diperlukan sebagai penunjang percepatan proses belajar, sehingga Agar pembelajaran lebih interaktif sebagai dengan menggunakannya secara tepat dan ciri adanya feedback positif antara relawan dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik anak didik (sebagai tanda dipelajarinya bahan dan dapat menimbulkan kegairahan belajar. Ini ajar yang diberikan), untuk segera melakukan diperlukan karena karakteristik setiap anak didik komunikasi saling (masyarakat) ditambah dengan lingkungan dan bertukarpikiran tentang kegiatan belajar yang pengalaman yang berlainan, sedangkan materi mereka lakukan. Interaksi pembelajaran secara pemberdayaan TIK ditentukan sama untuk setiap face to face lebih efektif dibanding dengan peserta, yakni: memberikan perangsang yang sistem sama; secara verbal atau (computer langsung dan pendidikan jarak jauh conferencing system). Beberapa mempersamakan pengalaman; dan menimbulkan persepsi yang sama. media Dengan metode pembelajaran melalui media pembelajaran TIK kepada masyarakat yang pembelajaran maka seorang relawan TIK tidak dinilai paling tepat, adalah melalui: akan banyak mengalami kesulitan dan tidak 1. Sistem pemaparan yang lebih komunikatif, selalu harus diatasi sendiri, apalagi bila latar dengan gaya bahasa dan cara penyampaian belakang lingkungan seorang relawan TIK dan yang lebih sederhana sehingga lebih mudah, masyarakat sebagai peserta didik berbeda. Dari nyaman dipahami. hal ini karena istilah- pandangan tersebut, media sebagai stimulan bagi istilah pada masyarakat yang dapat memungkinkan untuk stakeholder 32 menyatakan bahwa pembelajaran TIK sangat Model Pemberdayaan Relawan TIK Dalam Meningkatkan E-Literasi Masyarakat di Kota Sukabumi (Syarif Budhirianto) lebih mengerti dan memahami sesuatu dengan bisa dipakai sebuah modem untuk memberi mudah dan dapat mengingatnya dalam waktu kemungkinan bagi peserta didik melakukan yang sama, di samping dengan penyampaian komunikasi dan saling bertukarpikiran tentang materi pelajaran secara tatap muka dan ceramah kegiatan belajar yang dilakukan. tanpa alat bantuan. Diiringi dengan karakteristik tersebut, maka anak didik akan Interaksi pembelajaran dengan lebih menggunakan jaringan komputer tidak hanya mendapatkan lagi layanan pendidikan belajar dapat dilakukan secara individual, tetapi juga yang lebih optimal, sehingga menjadi lebih untuk menunjang kegiatan belajar kelompok. proaktif dan nyaman menghadapinya. Ini sesuai Bagi pembelajaran di segmen pendidikan dasar dengan pendapat Gagne (1999), menyatakan sampai perguruan tinggi, pemanfaatan jaringan learning refers to the relatively permanent komputer dapat digunakan change in a person’s knowledge or behavior due pendidikan jarak jauh, yaitu dapat memperkaya to the experience. model-model tutorial yang dapat memecahkan dalam sistem Beberapa kriteria yang paling utama dalam masalah belajar yang dihadapi siswa/mahasiswa pembelajaran TIK kepada masyarakat adalah dalam waktu yang lebih singkat dan dapat pemilihan media yang disesuaikan dengan tujuan mengatasi hambatan ruang dan waktu dalam pemberdayaan itu sendiri atau kompetensi yang memperoleh informasi. Bahkan dapat melakukan ingin dicapai, yakni penggunaan media berbasis interaksi pembelajaran langsung antarindividu, TIK seperti komputer atau LCD proyektor/power individu point yang telah didesain/dirancang sedemikian dengan kelompok. dengan kelompok, dan kelompok rupa agar dapat dimanfaatkan sesuai dengan Berdasarkan kajian tersebut maka dapat pemahamannya, apalagi sudah terkoneksi dengan digambarkan pola atau model pembelajaran internet sebagai basis pembelajarannya. Dan relawan TIK dalam meningkatkan e-literasi bagi kalaupun jaringan internet belum tersedia maka masyarakat, di bawah ini: Pemetaan (mapping) STAKEHOLDER Kolaborasi dan koordinasi RELAWAN TIK 1.Ruang lingkup 2.Wilayah 3. Karakteristik sosial 4.Sarana belajar Pendekatan Media Belajar • • • Pemanfaatan TIKK sebagai basis net working (komputer, power point, LCD, dll. • Face to face Persuasif Kata/kalima t simpel Practice Evaluasi • Analisis problem • Tes skill/practise • Adaptasi TIK Gambar 4. Model Pemberdayaan Relawan TIK 33 Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.6 No 1 September 2016 : 19 - 36 Model pembelajaran yang digambarkan di atas, terlihat pemberdayaan yang baru dalam upaya merubah suatu masyarakat masyarakat, terjadi secara terus menerus dari diperlukan sistem pendampingan (kolaborasi dan suatu tempat ke tempat yang lain dan dari suatu koordinasi) yang tidak dapat dipisahkan antara bidang tertentu ke bidang yang lainnya dari pemangku kepentingan dengan para relawan sekelompok anggota sistem sosial. TIK. Dengan cara seperti itulah akan diketahui Tergabungnya suatu wadah pemberdayaan pendekatan dan media belajar yang tepat yang digerakkan relawan TIK dan diinisiasi diterapkan kepada peserta didik berdasarkan pemerintah, ke depan akan menjadi sarana karakteristiknya. Asumsi sistem pendampingan pembelajaran dan pengetahuan informal yang dengan pemangku sangat strategis dan urgen untuk meningkatkan kepentingan sebagai opinion leader di daerah pemanfaatan TIK oleh masyarakat. Bahkan memberikan masukan dan informasi penerimaan pembelajaran seseorang terhadap inovasi pemanfaatan TIK masyarakat (Budhirianto, 2015). pentingnya pemanfaatan TIK menjadi suatu stakeholder, di mana ini menjadi untuk stimulan mengetahui lebih bagi lanjut Hal yang perlu diperhatikan relawan TIK tuntutan dan kebutuhan, tanpa adanya paksaan dalam proses pembelajaran adalah bagaimana dari pihak luar. Hal ini selaras dengan teori TAM menerapkan konsepnya sebagai pilihan dalam yang dideskripsikan oleh dua faktor yang secara pendekatan komunikasi agar selaras, mulai dari dominan memengaruhi integrasi teknologi, yaitu tataran konseptual sampai tataran praktiknya perasaan manfaat (perceived usefulness) dan berdasarkan modul dan kurikulum yang telah kemudahan dalam penggunaan (ease of use). disusun. Oleh karena itu diperlukan aksi bersama dan pengawalan kegiatan antara konsep dan PENUTUP praktik pembelajaran TIK untuk mengetahui progress e-literasi yang diserap masyarakat dan bisa dimanfaatkan dalam kemaslahatan Simpulan Model pembelajaran meningkatkan sebagai basic networking yang akan lebih kerjasama dan kolaborasi secara sinergi dengan memudahkan pemangku untuk mengabsorbsi kepentingan adalah dalam hidupnya. Apalagi ditunjang oleh media TIK mereka e-literasi efektif melakukan (stakeholder) dan menyatukan misi pembelajaran. Selanjutnya pembelajaran yang disampaikan relawan TIK. Dengan penunjang media TIK tersebut, dilakukan pemetaan berdasarkan karakteristik akan memberikan percepatan informasi sekaligus masyarakat memengaruhi di transformasi pengetahuan TIK terjadi interaksi dalamnya, sekaligus memengaruhi opini dan positif, komunikasi dilakukan secara persuasif penilaiannya Sesuai dengan gaya bahasa dan cara penyampaian yang dengan tingkat penerimaan sebuah difusi inovasi lebih sederhana sesuai kemampuan (kapasitas) dari Rogers (1995), yang mengambarkan bahwa anak didik serta bentuk penyajian pesan yang suatu proses penyebarserapan ide-ide atau hal tidak 34 hubungan terhadap interpersonal pembelajaran. sebagai terlalu peserta verbalistis didik. tetapi Agar lebih Model Pemberdayaan Relawan TIK Dalam Meningkatkan E-Literasi Masyarakat di Kota Sukabumi (Syarif Budhirianto) mengedepankan praktik. Peran media sebagai perantara dalam proses pembelajaran diperlukan sebagai penunjang percepatan transformasi pengetahuan. Menggunakannya secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik dan dapat menimbulkan kegairahan belajar. Dengan ditunjang pendekatan praktik TIK secara face to face akan lebih memudahkan interaksi Budhirianto, Syarif. (2015). Pola Komunikasi untuk Pemberdayaan KIM dalam Menyukseskan Program Swasembada Pangan. Jurnal Pekommas, Vol. 18 No.2. BBPPKI Makasar. Buku Panduan. (2011). Relawan TIK Indonesia Bersama Membangun Masyarakat Indonesia Informatif. Dirjen Aplikasi Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika. Jakarta dan pemahaman anak didik. Degeng, Nyoman Sudana.(2004). Teori Pembelajaran. Malang, Jawa Timur: UM Press. Saran Peran relawan TIK di masyarakat sangat strategis dalam memberdayakan masyarakat di bidang TIK, sehingga keberlangsungannya perlu dilembagakan landasan secara sustainable dengan hukum maupun pengakuan perlindungan pemerintah dalam jangka panjang, dan diharapkan berfungsi untuk ikut serta mendorong akselerasi atau percepatan program dan kebijakan pembangunan di bidang komunikasi dan informatika, yang berlandaskan prinsip pengembangan kapasitas, keterlibatan multi-stakeholder, partnership, kepemilikan lokal, Responsif terhadap permintaan (demand Dick, Walter, Lou Carey, & James O. Carey. (2001). The Systematic Design of Instruction. USA. Harper Collins Publisher. Gagne, Robert M., (1999). The Condition of Learning, New York: Holt, Rinehart and Winston Hudoyo, Herman. (1998). Pembelajaran Matematika Menurut Pandangan Konstruktivistik. Dalam https://binham.wordpress.com/2012/04/07/paradi gma-konstruktivisme-dalam-pembelajaran/. Diakses tanggal 7 April 2016. Pace, R. Wayne dan Faules,F.Don. (2010). Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kerja Perusahaan. Bandung: PT. Rosda Karya. responsiveness). Rogers, Everett M. (1995). Diffusion of Innovation. New York: Free Press UCAPAN TERIMA KASIH Seels, Barbara B, dan Richey. (1994). Instructional Technology: The Definitions and Domains of The Field, Washington DC: AECT Peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Andhita, Vidyantina Heppy. Susanto, Anton. Sari, Diana. Dan Wardahnia. (2015). Pemanfaatan dan Pemberdayaan TIK Pada Petani dan Nelayan. Puslit PPI, Badan Litbang Kemenkominfo. Setyosari dan Efendi. (1990). Pengajaran Modul. Proyek Operasi dan Perawatan Fasilitas: IKIP Malang. Sharma, Ravi, dan Mokhtar, Intan Azura. (2005). Bridging the Digital Divide in Asia. Australia: International Journal of Technology, Knowledge and Society. Simanjuntak, Oliver Samuel. (2011). Pengembangan Technology Acceptance Model (TAM) Sebagai Upaya Pemberdayaan 35 Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.6 No 1 September 2016 : 19 - 36 Masyarakat Menuju Masyarakat Informasi. Diakses pada http://www.jurnal.upnyk.ac.id/index.php/telemati ka/artikcle/view/438/399. Tanggal 15 April 2016. Wrihatnolo dan Dwi Djowojoto. (2007). Manajemen Pemberdayaan: Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 36 Wijaya, Stevanus Wisnu. 2006. Kajian Teoritis Technology Acceptance Model Sebagai Model Pendekatan untuk Menentukan Strategi Mendorong Kemauan Pengguna Dalam Menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Prosiding Konferensi Nasional Sistem Informasi. Yogyakarta.