L atar B elakang - sistem registrasi alat berat

advertisement
Kajian Rantai Pasok Baja Konstruksi Untuk Mendukung Investasi Infrastruktur
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kajian Rantai Pasok Baja Konstruksi Untuk
Mendukung Investasi Infrastruktur
Latar Belakang
Ketersediaan Infrastruktur yang baik merupakan salah satu faktor utama yang diperlukan dalam
mendorong perekonomian suatu negara. Berdasarkan The Global Competitiveness Report 20112012 yang diterbitkan oleh World Economic Forums, daya saing Indonesia berada pada peringkat46
dari 142 negara yang dinilai(menurun 2 peringkat dari Tahun 2010-2011). Salah satupenyebab
rendahnya daya saing dan terhambatnya percepatan pertumbuhan ekonomi tersebut adalah
ketersediaan infrastruktur yang kurang memadai. Kondisi tersebut juga menyebabkan beberapa
calon investor pada sektor ekonomi strategis mengalihkan investasinya ke negara tetangga yang
kondisi infrastrukturnya relatif lebih memadai. Untuk memperbaiki hal ini, diperlukan percepatan
pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Agar pembangunan infrastruktur tersebut dapat berjalan dengan lancar, maka perlu ditunjang oleh
sumber daya material dan peralatan yang memadai. Salah satu material utama yang sangat
diperlukan dalam pembangunan infrastruktur adalah Baja.
Perkembangan penggunaan material baja dalam dunia konstruksi baja di tanah air akhir-akhir ini
mengalami kemajuan yang cukup pesat. Di masa lalu penggunaan baja terfokus pada pembesian
untuk konstruksi beton, gelagar baja untuk jembatan, rangka baja untuk jembatan, dan struktur
atap pergudangan. Namun sejak merebaknya isu pemanasan global, hasil penebangan hutan
berupa kayu sebagai material konstruksi menjadi sangat terbatas dan harganya pun menjadi mahal.
Kondisi ini membuat masyarakat mulai beralih untuk menggunakan konstruksi rangka atap baja
ringan yang harganya semakin bersaing dengan kayu. Disamping itu, seiring pesatnya
pertumbuhan ekonomi dan penduduk serta terbatasnya lahan,terutama pada wilayah perkotaan
telah membuat kecenderungan penyelenggaraan konstruksi ke arah bidang bangunan yang lebih
kompleks, misalnya: bangunan bertingkat tinggi, gedung pertemuan dan olahraga dengan ukuran
super besar, pembangunan jembatan dengan bentang panjang sebagai alternatif solusi transportasi
yang lebih ekonomis, pengembangan jaringan perpipaan dalam sistem penyediaan air minum dan
sebagainya. Perkembangan penggunaan baja tersebut menyebabkan kenaikan tingkat konsumsi
baja dalam jumlah yang cukup besar. Tingkat konsumsi baja suatu negara pada saat ini telah
menjadi salah satu tolak ukur dalam kemajuan negara tersebut. Semakin makmur suatu Negara,
yang ditunjukkan dengan nilai PDB per kapita, cenderung memiliki konsumsi baja yang semakin
tinggi
Tingkat konsumsi baja perkapita Indonesia pada saat itu tercatat hanya sebesar 38,7 kg, berada
dibawah konsumsi baja gabungan rata-rata di tiga negara, yaitu: Vietnam, Thailand, dan Malaysia
pada tahun 2008 sebesar 198 kg/kapita/tahun. Dengan asumsi pertumbuhan konsumsi baja di
ketiga negara tersebut 5%/tahun, maka konsumsi baja rata-rata pada tahun 2025 diestimasikan
sebesar 453 kg/kapita/tahun. Dengan demikian, jika ingin bersaing dengan ketiga negara tersebut,
Ringkasan Eksekutif - 1
Kajian Rantai Pasok Baja Konstruksi Untuk Mendukung Investasi Infrastruktur
maka industri baja nasional perlu meningkatkan kapasitas produksinya sebesar 14%/tahun sejak
saat ini, agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia, pemerintah telah merencanakan
percepatan peningkatan investasi infrastruktur dalam beberapa tahun ke depan. Hal ini tertuang
dalamProgram Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI),
dimana di dalamnya terdapat alokasi dana yang sangat besar pada sektor infrastruktur.
Seiring dengan rencana pengembangan infrastruktur tersebut, dapat dipastikan kebutuhan baja
sebagai material konstruksi di Indonesia akan semakin meningkat pula. Selain digunakan sebagai
bahan bangunan, baja juga sangat dibutuhkan dalam
mendukung industri manufaktur
permesinan, misalnya industri alat otomotif dan alat berat. Industri alat berat nasional saat ini
mengalami kemajuan yang cukup pesat, yaitu 15% pertahun. Berdasarkan informasi yang
diperoleh dari Asosiasi Industri Alat Besar Indonesia (HINABI), tercatat beberapa merek alat berat
ternama seperti Komatsu, Sakai, Bomag dan produsen lainnya yang tergabung dalam HINABI telah
mampu memproduksi alat berat di dalam negeri dengan persentase kandungan lokal yang
berbeda-beda.
Sebagian dari local content tersebut masih memerlukan raw material yang berasal dari impor,
antara lain: weld wire, steel bar, wiring cable, dan material baja lainnya, khususnya baja mutu
tinggi. Kebutuhan baja yang masih besar, baik material baja lokal maupun impor merupakan
peluang yang hendaknya dapat dimanfaatkan para produsen baja nasional, sehingga ketahanan
industri baja nasional untuk mendukung penyelenggaraan konstruksi dan industri manufaktur
berbasis baja menjadi lebih kuat.
Sebagaimana kita ketahui, Indonesia merupakan salah satu konsumen sekaligus produsen baja
yang besar. Kapasitas produksi baja nasional pada tahun 2011 tercatat sebesar 18,9 juta ton,
sedangkan konsumsi baja nasional pada tahun 2011 diperkirakan mencapai 12 juta ton. Dari sisi
supply dan demand, seharusnya kebutuhan baja nasional telah dapat dipenuhi. Akan tetapi,
ternyata masih ditemukan berbagai permasalahan terkait dengan pemenuhan baja nasional.Dari
berbagai informasi yang diperoleh, tercatat bahwa Indonesia masih memenuhi sebagian besar
kebutuhan baja dalam negeri melalui impor sebanyak 4-5 juta ton per tahunnya.
Berbagai permasalahan seperti fluktuasi harga masih sering kali terjadi, terutama pada masa
puncak proyek (Oktober-Desember) sehingga produk baja standar seringkali tidak terjangkau oleh
pelaksana konstruksi dalam menyelesaikan pekerjaannya. Penggunaan baja non standar (ukuran
‚banci‛) kemudian menjadi alternatif pilihan dalam situasi tersebut. Dengan terjadinya keruntuhan
beberapa bangunan jembatan dalam satu tahun terakhir ini semakin menyadarkan kita akan
pentingnya perhatian terhadap kualitas baja yang digunakan, terutama dengan adanya beberapa
rencana pembangunan mega proyek infrastruktur kedepan yang menuntut baja dengan kualitas
tinggi.
Untuk menjawab tantangan tingkat konsumsi baja Nasional yang cenderung meningkat serta
berbagai permasalahan yang dihadapi tersebut, khususnya baja untuk keperluan material
konstruksi dan material alat berat konstruksi kedepan, maka diperlukan suatu sinergi diantara para
pemangku kepentingan untuk melakukan pengelolaan rantai pasok baja konstruksi yang lebih baik
agar penyelenggaraan infrastruktur di Indonesia dapat berjalan dengan lancar. Kesiapan produsen
nasional terhadap rencana proyek-proyek infrastruktur strategis, seperti rencana pembangunan
Ringkasan Eksekutif - 2
Kajian Rantai Pasok Baja Konstruksi Untuk Mendukung Investasi Infrastruktur
Jembatan Selat Sunda dan kesiapan dalam menghadapi ACFTA yang akan berlaku secara penuh
pada tahun 2018 sangat diperlukan, sehingga diharapkan produsen baja lokal dapat memegang
peranan yang lebih besar dalam memenuhi kebutuhan baja konstruksi nasional. Dengan
dipenuhinya pasokan dari dalam negeri, diharapkan kontinyuitas pasokan dan kestabilan harga
dapat lebih terjamin. Disamping itu tentunya akan semakin mengurangi pengeluaran devisa untuk
impor dan dapat meningkatkan perekonomian nasional. Dalam hal ini, sistem Informasi yang cepat
dan terupdate mengenai kebutuhan jangka menengah dan jangka panjang, standar dan katalog
produk, kapasitas produksi, tingkat konsumsi, serta perkembangan harga baja terbaru sangat
diperlukan untuk dapat dimanfaatkan secara luas, baik oleh masyarakat, kalangan industri baja,
investor yang berencana melakukan investasi di Indonesia, maupun pihak pemerintah sebagai
sumber pertimbangan untuk membuat dan mengambil kebijakan.
Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, Pusat Pembinaan Sumber Daya Investasi bermaksud
menyelenggarakan kegiatan Kajian Rantai Pasok Baja Konstruksi Untuk Mendukung Investasi
Infrastruktur. Hasil dari kegiatan ini diharapkan dapat memperoleh informasi terkait kondisi dan
permasalahan rantai pasok semensertamembangun kesepahaman diantara pemangku kepentingan
yang terkait untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian,diharapkan
penyelenggaraan infrastruktur di Indonesia dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien.
Permasalahan
Hingga saat ini Indonesia masih terus melakukan import terhadap material dasar untuk
pengolahan baja. Kebutuhan akan material mentah tersebut seluruhnya didatangkan dari negri luar
khususnya untuk pellet dan bijih besi. Kebijakan importasi scrap pada setiap negara berbeda-beda
dalam hal kualitas dan tingkat kebersihan scrap. Hal ini menjadi masalah, ketika kebijakan scrap
negara lain ternyata berbeda dengan kebijakan di negara ini. Akibat perbedaan tersebut, barang
yang sudah diimport ada yang tidak dapat diterima. Hal ini selanjutnya akan menyulitkan pihak
pabrikan baja di Indonesia yang ujung-ujungnya akan meningkatkan harga baja dan kekosongan
baja.
Seperti yang telah diuraikan di atas, bahan mentah industri baja Indonesia sangat tergantung pada
importasi. Sehingga ketika ada masalah dalam importasi, maka hal tersebut akan secara langsung
berdampak pada harga dan hal lainnya. Begitu sensitifnya industri baja di Indonesia sehingga
kestabilan kondisi baja global dapat mempengaruhi arah pertumbuhan industri baja di Indonesia.
Hal lainnya adalah, pihak penyedia jasa konstruksi pemerintah Indonesia belum menyediakan
informasi yang akurat dan jelas tentang kebutuhan baja di sektor konstruksi untuk keperluan
pembangunan di Indonesia. Pemerintah dirasa kurang dalam melakukan terobosan khususnya
terkait perlindungan terhadap penggunaan material dalam negri dalam proyek-proyek khusus
multi negara yang didanai lewat pinjaman asing.
Penguasaan teknologi sendiri menjadi salah satu isu utama dalam industri baja nasional. Lemahnya
penguasaan teknologi, kurangnya riset dan pengembangan turut membatasi perkembangan
industri baja nasional. Belum lagi akhir-akhir ini Indonesia kedatangan mesin-mesin produksi baja
generasi lama dari luar negeri. Di negeri asalnya mesin-mesin ini telah dilarang penggunaannya
karena suddah tidak sesuai dari segi efisiensi konsumsi bahan bakar dan kapasitas produksinya
Ringkasan Eksekutif - 3
Kajian Rantai Pasok Baja Konstruksi Untuk Mendukung Investasi Infrastruktur
yang terkait dengan teknologi yang sudah tua. Lebih parahnya lagi, mesin-mesin yang masuk ke
Indonesia ini ternyata justru digunakan untuk memproduksi produk-produk baja dengan kualitas
rendah dan tidak sesuai spesifikasi. Bahkan ada indikasi bahwa perusahaan-perusahaan yang
menggunakan mesin –mesin ini tidak membayar pajak pada pemerintah Indonesia.
Menumpuknya para produsen baja di pulau Jawa menyebabkan tingginya harga jual baja untuk
daerah-daerah di luar pulau Jawa, khususnya di daerah Indonesia timur. Hal ini menyebabkan
meningkatnya biaya pengiriman dan waktu pengiriman, lebih lanjut dengan lamanya waktu
pengiriman, maka resiko yang dihadapi juga meningkat. Arah investasi para produsen baja saat ini
masih terfokus pada peningkatan kapasitas produksi saja, tanpa berpikir untuk ekspansi
perusahaan ke luar pulau Jawa.
Bagi pihak fabrikator, sering juga mengalami kelangkaan bahan baku dari produsen. Hal ini
merupakan rentetan permasalahan dari kelangkaan bahan baku pada pihak produsen baja. Selain
itu ditemukan juga adanya pihak fabrikator yang melakukan ‛modifikasi ukuran‛ pada produk
baja tertentu dengan maksud meningkatkan profit tapi tanpa memikirkan pengaruh yang akan
ditimbulkannya pada masyarakat luas. Infrastruktur menjadi masalah lainnya terutama untuk
distribusi produk baja dari pulau Jawa ke luar daerah. Pengiriman yang umum dilakukan adalah
dengan menggunakan jalur laut, dan di sinilah masalahnya berada. Di daerah kelengkapan dari
bangunan pelabuhan sangat minim dan kondisinya sudah tidak layak, belum lagi sejumlah
pungutan-pungutan liar yang terjadi di sepanjang jalur distribusi.
Bagi konsumen, sebagai pemakai masalah utama yang dihadapi adalah, hilangnya produk baja
konstruksi pada waktu-waktu tertentu. Hal ini karena waktu pengerjaan proyek di Indonesia
dilaksanakan pada waktu yang bisa dikatakan pendek. Sehingga secara tiba-tiba pihak produsen
kebanjiran pesanan besi beton (over demand) yang menyebabkan kewalahan dan
ketidaksanggupan produsen dalam menyediakan besi beton tersebut. Hal ini pada akhirnya
menyebabkan perusahaan kontraktor mengambil jalan alternatif lain yaitu melakukan importasi.
Beredarnya penggunaan baja ‛banci‛ di pasaran khususnya penggunaannya pada masyarakat luas
semakin memprihatinkan. Isu ini hanya ada pada kontraktor kecil yang membeli baja banci (besi
beton dengan ukuran yang tidak sesuai standart) dari distributor baja. Celakanya banyak
penggunaanya yang salah yang menyebabkan sejumlah kegagalan bangunan khususnya rumah
saat terjadi gempa. Karena berhubungan dengan masyarakat luas, isu ini menjadi sangat penting,
ditambah lagi sejumlah pabrikan kecil yang memproduksi baja banci ini tidak dilarang beroperasi.
Maksud dan Tujuan
Maksud dari kajian studi ini adalah mengkaji keseimbangan ketersediaan dan kebutuhan serta tata
niaga baja konstruksi untuk mendukung program penyelenggaraan infrastruktur. Adapun
tujuannya adalah merumuskan rekomendasi kebijakan peningkatan efektifitas dan efisiensi rantai
pasok dan tata niaga baja konstruksi nasional
Lingkup Pekerjaan dan Keluaran
Ringkasan Eksekutif - 4
Kajian Rantai Pasok Baja Konstruksi Untuk Mendukung Investasi Infrastruktur
Lingkup dari kajian rantai pasok baja konstruksi ini (1). meliputi mengidentifikasi para pemangku
kepentingan baik personal maupun kelembagaan yang terkait dengan kajian kebutuhan dan
ketersediaan material dan peralatan konstruksi untuk mendukung peningkatan investasi
infrastruktur; (2) melakukan brainstorming dengan para pemangku kepentingan untuk membahas
berbagai topik terkait dalam rangka mencapai maksud, tujuan dan sasaran paket pekerjaan ini
secara efisien dan efektif, (3) menyusun katalog produk baja yang diperlukan dalam dunia
konstruksi katalog dan katalog produk baja yang diperlukan untuk mendukung industri alat
beratnasional; (4) mengidentifikasi trend penggunaan baja konstruksi dan siklus hidup baja
konstruksi di Indonesia; (5) melakukan kajian kebutuhan dan ketersediaan baja konstruksi di
Indonesia (6) mengidentifikasi kondisi rantai pasok baja konstruksi dan berbagai permasalahan
yang dihadapi dalam memenuhi kebutuhan nasional, meliputi volume impor, ekspor, pasokan
bahan baku, sistem produksi, sistem distribusi dan fluktuasi harga baja konstruksi (termasuk baja
ringan); (7) mengidentifikasi kesiapan produsen baja nasional dalam mendukung investasi
infrastruktur, meliputi: peta sebaran produsen baja di Indonesia, jenis baja yang diproduksi beserta
kapasitas produksinya; (8) merumuskan persentase penggunaan baja konstruksi terhadap
konsumsi baja secara keseluruhan; (9) merumuskan potensi pengembangan industri baja dan
pengelolaan rantai pasok baja konstruksi yang efektif dan efisien dalam mendukung investasi
infrastruktur di Indonesia; (10) mengidentifikasi standar yang berlaku untuk produk baja dan
permasalahan yang dihadapi dalam penerapannya; (11) mengidentifikasi kebutuhan terhadap
sistem informasi baja yang terpadu dan up to date mengenai produksi, distribusi dan harga baja di
Indonesia; (12) merumuskan rekomendasi kebijakan strategis yang diperlukan dalam upaya
peningkatan efektifitas dan efisiensi rantai pasok dan tata niaga baja konstruksi nasional
Pelaksanaan Pekerjaan
Studi kajian rantai pasok baja konstruksi untuk mendukung investasi instrukstruktur, dalam
pengerjaannya direncanakan ke dalam empat tahapan. Tahapan pekerjaan ini didasarkan pada
maksud dan tujuan kajian studi ini, lingkup pekerjaan serta keluaran dari kajian studi ini.
Tahap pertama dari kegiatan ini adalah melakukan kajian terhadap kondisi eksisting dari baja yang
digunakan pada konstruksi di Indonesia dan mengidentifikasi komoditas dari masing-masing baja
konstruksi. Tujuan dari tahapan ini adalah untuk mengetahui peta akan kebutuhan pasar baja
konstruksi secara nasional dalam pengembangan sistem rantai pasok baja konstruksi. Tahap kedua
adalah menyusun draft model rantai pasok baja konstruksi, menyusun perancangan survei dengan
tujuan sebagai dasar pelaksanaan survei dan merencanakan pemetaan rantai pasok serta
perencanaan struktur katalog baja konstruksi. Tahap ketiga meliputi kegiatan menganalisa hasil
dari survei dengan dasar beberapa hal yaitu melakukan identifikasi pihak-pihak (pelaku dan
pembuat kebijakan), mengidentifikasi hubungan antar pihak-pihak (pengadaan dan kontrak),
channel structure (variasi channel dan faktor yang menyebabkan) dan kapasitas pihak-pihak (level
rantai pasok, kapasitas supply, tingkat penyerapan, komposisi, importasi, harga dan masalah yang
berhubungan dengan tata niaga
Ringkasan Eksekutif - 5
Kajian Rantai Pasok Baja Konstruksi Untuk Mendukung Investasi Infrastruktur
Kajian Rantai Pasok Baja
Konstruksi Untuk Mendukung
Investasi Infrastruktur
Mengidentifikasi kondisi
eksisting sebagai dasar
kajian
Menyusun draft
pemodelan struktur
rantai pasok
TahapI
Kajian pasar baja di
Indonesia
Melakukan kajian
literatur
Perencanaan struktur
katalog
Identifikasi komoditas
baja
Menyusun perancangan
survei
Melakukan survei
Pemetaan rantai pasok
baja
T a h a p II
Melakukan analisa rantai pasok baja
Pengembangan struktur
rantai pasok baja
konstruksi
Pengembangan katalog
baja konstruksi
Rekomendasi struktur
rantai pasok dan
katalog konstruksi
T a h a p IV
a. Identifikasi pihak-pihak (pelaku dan pembuat
kebijakan)
b. Identifikasi hubungan antar pihak-pihak
(pengadaan dan kontrak)
c. Channel Structure (variasi channel dan faktor
yang menyebabkan)
d. Kapasitas pihak-pihak (level rantai pasok,
kapasitas supply, tingkat penyerapan, komposisi,
importasi, harga dan masalah yang berhubungan
dengan tata niaga
T a h a p III
Gambar 1. Tahapan Pelaksanaan Kajian Rantai Pasok Baja Konstruksi Untuk Mendukung Investasi
Infrastruktur
Analisa Kondisi Eksisting
Baja yang diproduksi dari masing-masing produsen memiliki karakteristik dan tipe yang berbeda,
sehingga di pasaran akan dijumpai berbagai macam produk baja. Perbedaan dari karakteristik dan
tipe yang berbeda dapat disebabkan pula karena permintaan dari pasar sehingga produsen akan
memproduksi sesuai dengan permintaan tersebut. Baja bukan hanya digunakan untuk keperluan
Ringkasan Eksekutif - 6
Kajian Rantai Pasok Baja Konstruksi Untuk Mendukung Investasi Infrastruktur
konstruksi tetapi pemakaiannya dapat di berbagai sektor lain seperti packaging, furniture, home
appliance, office equipment, arts equipment, educational equipment ataupun sport equipment.
Sementara pemetaan pemakaian baja konstruksi yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik terbagi
menjadi tiga yaitu konstruksi bangunan gedung, konstruksi bangunan sipil dan konstruksi khusus.
Dalam 5 tahun (2004-2009) terakhir, untuk konstruksi bangunan sipil menunjukkan peningkatan
yang signifikan terutama dari tahun 2007 ke tahun 2008, apabila dibandingkan dengan konstruksi
bangunan gedung. Sebagai analisa awal, bahwa yang dimaksud dengan konstruksi bangunan sipil
meliputi ketersediaan infrastruktur. Hal ini berarti bahwa adanya peningkatan nilai konstruksi
untuk infrastruktur memberikan kontribusi yang sangat signifikan dalam mendukung laju investasi
di Indonesia. Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa kebutuhan material baja untuk
menunjang ketersediaan infrastruktur juga akan meningkat. Nilai konstruksi bangunan gedung
memang menunjukkan peningkatan, besar kemungkinan diperkirakan adanya dukungan dari
sektor perumahan yang sedang berkembang. Pada sektor ini kontribusi baja terbesar diprediksi
dari meningkatnya penggunaan baja ringan sebagai komponen pada struktur atap. Proses
konstruksi yang dilaksanakan baik pada commercial & industrial buildings, residential & housing
buildings, heavy construction ataupun infrastruktur tidak dapat dilepaskan dari penggunaan alat
berat. Penggunaan alat berat ini didasarkan pada beberapa pertimbangan seperti kondisi
geografis/alam, tingkat kesulitan dari jenis konstruksi yang dikerjakan dan waktu yang dibutuhkan
untuk penyelesaian konstruksi. Pada umumnya ketersediaan alat berat pada proses konstruksi
dilakukan dengan menyewa pada pihak ketiga, tentunya dengan pertimbangan bahwa kepemilikan
alat berat membutuhkan investasi yang sangat mahal. Namun demikian keberadaan industri yang
memproduksi alat berat juga sangat dibutuhkan sebagai penopang produktivitas bagi negara yang
menjadi indikator untuk dapat berkompetisi dengan negara lain. Segmentasi dari industri peralatan
berat bukan saja melayani pada sektor konstruksi saja tetapi peralatan berat ini juga melayani pada
sektor pertambangan, kehutanan, kelautan dan sektor-sektor lain.
Berdasarkan MP3EI, jumlah kebutuhan alat berat di sektor konstruksi juga menunjukkan tren yang
terus meningkat terutama potensi penggunaan alat berat di sektor kontruksi. Namun pada sisi yang
lain, tantangan terhadap ketersediaan untuk menyediakan alat berat ini adalah bagaimana
menyediakan bahan material baja sebagai material utama pembentuk alat berat.
Gambaran dari penggunaan baja yang merupakan pengembangan dari baja konvensional adalah
baja ringan merupakan baja mutu tinggi yang memiliki sifat ringan dan tipis, namun memililki
fungsi setara baja konvensional. Rangka atap baja ringan diciptakan untuk memudahkan perakitan
dan konstruksi. Desain stuktur karena perilaku strukturnya yang berbeda, struktur rangka atap
baja ringan tidak bisa dihitung menggunakan software analisis struktur untuk konstruksi baja tebal
yang umum dipakai.
Sistem pengaku/bracing dan murplat (top plate) rangka atap baja ringan dibuat dari baja tipis,
Meskipun telah dibuat menjadi bentuk profil yang kokoh, kekuatannya tinggi tetapi kekakuannya
lemah (dibanding balok kayu misalnya). Dengan kekakuan yang lemah, struktur rangka atap baja
ringan harus dilengkapi dengan batang pengaku/bracing yang cukup. Banyak kasus rangka atap
baja ringan yang roboh akibat kurangnya batang pengaku/bracing ini.
Penggunaan baja ringan sebagai material pada konstruksi atap sangat berkembang dan signfikan
dalam satu decade ini. Salah satu yang mendasarinya adalah harga kayu yang semakin naik, begitu
juga dengan harga besi. Dahulu atap-atap rumah banyak menggunakan kayu sebagai penyangga
untuk memasang genteng (atap). Sekarang hal tersebut mulai beralih pada penggunaan rangka baja
ringan yang lebih kuat, dan harganya pun terjangkau. Produk-produk baja ringan banyak tersebar
Ringkasan Eksekutif - 7
Kajian Rantai Pasok Baja Konstruksi Untuk Mendukung Investasi Infrastruktur
di pasaran dengan berbagai merek dan kualitas. Selain itu, produk baja ringan umumnya akan
memberikan garansi 5 tahun dalam pemasangannya. Hal ini juga salah satu alasan semakin
meningkatnya penggunaan baja ringan sebagai penyangga atap.
Tren baja ringan pada mulanya digunakan untuk rumah-rumah berskala besar dan gedunggedung. Kini, rumah-rumah sederhana juga sudah banyak yang menggunakan baja ringan,
termasuk di antaranya sekolah. Pendek kata, hampir semua bangunan yang tadinya menggunakan
kayu sebagai penyangga atap genteng, dan seng, kini beralih menggunakan material baja ringan.
Salah satu keunggulan baja ringan dalam aplikasinya pada pemasangan rangka atap adalah
kecepatan instalasinya yang lebih cepat dibanding menggunakan material kayu. Hal ini membuat
baja ringan menjadi salah satu material pilihan yang dapat digunakan untuk merenovasi konstruksi
khususnya di daerah pedesaan saat terserang bencana alam.
Sehingga berdasarkan uraian dan data di atas, maka komoditas yang akan dijadikan sebagai
sampling adalah baja tulangan dengan rincian berbagai diameter yang lazim digunakan pada sub
strucutre dan upper structure, baja profil baik untuk atap, gelagar pada jembatan ataupun profil lain
seperti pipa untuk jaringan air minum, baja dalam bentuk lembaran atau plat, yang banyak
digunakan untuk profil yang dibuat khusus, penutup rangka atap atau plat lantai sebagai
pengganti plat beton, baja ringan yang diperuntukkan untuk konstruksi atap dan baja untuk
material peralatan konstruksi
Analisa Kebutuhan Baja Konstruksi
Peran sektor konstruksi dalam perkembangan ekonomi Indonesia memberikan kontribusi yang
terus meningkat seperti yang tercatat dalam data yang dikeluarkan oleh BPS setiap tahunnya,
dimana sektor konstruksi memberikan sumbangsih tehadap PDB. Hal ini terbukti dari catatan BPS,
dimana nilai konstruksi yang diselesaikan pada tahun 2004 – 2009 mengalami peningkatan rata-rata
sebesar 12.5%. Hal ini juga didukung oleh pemerintah yang melakukan peningkatan pembangunan
infrastruktur seperti jembatan, jalan tol, dermaga, sarana telekomunikasi dan gedung-gedung
sebagai penunjang untuk mempercepat perkembangan ekonomi.
Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa
yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama
satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan.
Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan
penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.
Sektor konstruksi memegang peranan sangat penting dalam menunjang kegiatan perekomonian
Indonesia karena produk dalam sektor konstruksi merupakan pusat kegiatan ekonomi seperti
bangunan gedung, dan juga sarana dan prasarana infrastruktur seperti pelabuhan, jembatan,
bandar udara, jalan, dan bangunan-bangunan irigasi. Meskipun sektor konstruksi bukan sektor
utama yang paling banyak membentuk GDP Indonesia, namun sebagian besar pembentuk GDP
terbesar di Indonesia seperti kegiatan industri dan manufaktur dilakukan dengan bantuan produk
dari sektor konstruksi.
Percepatan pembangunan infrastruktur tersebut di atas dipengaruhi oleh material yang dipilih
berdasarkan tujuan pembangunan konstruksi tersebut. Pemilihan akan material pembentuk
konstruksi didasarkan kepada kelebihan dan kekurangan material utama dengan berbagai aspek
Ringkasan Eksekutif - 8
Kajian Rantai Pasok Baja Konstruksi Untuk Mendukung Investasi Infrastruktur
tinjauan sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan material tersebut, selain didasarkan atas kebutuhan,
juga perkembangan teknologi yang memungkinkan untuk melakukan inovasi di dunia konstruksi,
termasuk inovasi dalam pemilihan dan pemakaian material utama pembentuk suatu konstruksi.
Namun penggunaan baja sebagai material utama pembentuk komponen struktural maupun non
struktural belum terlalu popular di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan konsumsi baja Indonesia
yang maih rendah dibandingkan negara-negara lain di ASEAN dengan konsumsi baja
32.9kg/kapita (Republika, 2007). Kemungkinan belum populernya penggunaan baja dibandingkan
dengan beton bertulang yang sudah popular di Indonesia kemungkinan disebabkan oleh biaya
yang dibayar untuk suatu komponen strultural baja lebih mahal dibandingkan dengan beton
bertulang karena upah tenaga kerja untuk aplikasi beton bertulang di Indonesia masih murah jika
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk baja. Biaya total yang dibutuhkan untuk baja
lebih besar dari pada biaya total untuk beton bertulang.
Meskipun demikian, penggunaan baja sebagai material utama dalam suatu konstruksi tidak
menutup kemungkinan untuk mengalami perubahan dan peningkatan apabila dilakukan inovasi
terhadap perencanaan konstruksi dan material itu sendiri. Inovasi yang dilakukan oleh para
pemasok baja sebagai penyedia material konstruksi sangat dipengaruhi oleh trend jenis dan profil
yang banyak digunakan dalam konstruksi-konstruksi tertentu yang pada umumnya menggunakan
baja sebagai salah satu material utamanya. Kebutuhan untuk mengetahui konsumsi baja tersebut
dapat dilakukan dengan melakukan kajian terhadap data historis dalam sektor konstruksi.
Berdasarkan jenis konstruksi menurut BPS, yang menjadi objek kajian adalah konstruksi
infrastruktur dan non infrastrukstur yang terdiri dari gedung bertingkat dan konstruksi rumah,
maka menurut Abduh, M (2011) diperoleh bahwa persentase rata-rata nilai baja terhadap nilai
proyek konstruksi gedung tinggi adalah 25.92%. Nilai konsumsi baja per tingkat bangunan dan per
m² berbeda-beda ditentukan oleh fungsi gedung, lokasi dan tahun pembangunan gedung,
persentase rata-rata nilai material baja dalam suatu proyek jembatan adalah 34.99%. Nilai konsumsi
baja untuk masing-masing jembatan ditentukan oleh tipe jembatan, lokasi jembatan dan tahun
pelaksanaan konstruksi jembatan dan persentase nilai rata-rata baja dalam suatu proyek dermaga
adalah 16.08%. Nilai konsumsi baja untuk masing-masing dermaga ditentukan oleh jenis dermaga
(fungsi dermaga), lokasi dermaga, kapasitas rencana dan tahun pelaksanaan konstruksi dermaga
Sementara apabila dilihat berdasarkan kebutuhan baja, maka di pulau Jawa membutuhkan lebih
dari 50% total kebutuhan baja nasional, hal ini mencerminkan pembangunan di Indonesia masih
terpusat di wilayah pulau Jawa. Sebagian besar demand (kebutuhan) akan material baja nasional
berada di wilayah Barat Indonesia (Jawa dan Sumatra). Sedangkan wilayah timur Indonesia
kebutuhannya sangat sedikit, hal tersebut dikarenakan pembangunan di Indonesia belum merata
(masih terfokus di Jawa). Adapun kebutuhan atau demand baik untuk proyek infrastruktur dan non
infrastruktur pada masing-masing wilayah dapat dilihat pada Tabel 1.
Ringkasan Eksekutif - 9
Kajian Rantai Pasok Baja Konstruksi Untuk Mendukung Investasi Infrastruktur
Tabel 1. Sebaran Kebutuhan Baja di Setiap Wilayah
Region
Nilai Konstruksi
Nilai Material Baja
Demand Baja (ton)
Sumatera
22,659,818
9,779,664
1,222,458
Jawa
93,402,603
40,311,270
5,038,909
Kalimantan
12,366,576
5,337,243
667,155
Sulawesi, Maluku, Papua
11,740,596
5,067,079
633,385
Bali & Nustra
8,120,615
3,504,745
438,093
Material baja dalam konstruksi non infrastruktur = 43%
Region
Nilai Konstruksi
Nilai Material Baja
Demand Baja (ton)
Sumatera
41,568,851
11,736,012
1,467,001
Jawa
55,551,402
15,683,665
1,960,458
Kalimantan
25,356,826
7,158,918
894,865
Sulawesi, Maluku, Papua
21,349,431
6,027,522
753,440
Bali & Nusa Tenggara
6,353,917
1,793,883
224,235
Material baja dalam konstruksi infrastruktur = 28%
Sumber: data diolah (nilai konstruksi-material dalam juta)
Sedangkan kemampuan yang dapat disediakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, juga masih
berfokus di pulau Jawa sehingga pengaruh dari ketersediaan ini akan banyak faktor yang
mempengaruhi diantaranya tranportasi dan keberadaan infrastruktur pendukung. Salah satu akibat
dari kondisi ini, harga per kilo baja untuk wilayah Indonesia bagian timur akan sangat mahal.
Berikut ini merupakan peta dari supply baja.
Gambar 2. Peta Sebaran Pasokan Baja Konstruksi Nasional
Sumber: Direktori IISIA (2012)
Ringkasan Eksekutif - 10
Kajian Rantai Pasok Baja Konstruksi Untuk Mendukung Investasi Infrastruktur
Analisa RantaI Pasok Baja Konstruksi dan Katalog Produk
Survei yang dilakukan dari keenam kota dan dari keenam komoditas baja. Secara umum, proses
dari pembuatan baja dimulai dari bahan baku yang terdiri dari biji besi dan scrap (besi bekas).
Sumber dari bahan baku baik biji besi dan scrap berasal dari impor dan lokal. Menurut hasil survei
yang dilakukan komposisi antara impor dan lokal adalah 70% berasal dari impor dan 30% dari
lokal. Para pelaku dari bahan baku ini biasanya dilakukan oleh para trader atau pengepul kemudian
akan didistribusikan ke produsen. Tahap berikutnya adalah proses peleburan dari biji besi atau
scrap akan diolah menjadi sponge iron. Hasil dari sponge iron dapat dibagi menjadi 2 yaitu long
product dan slab product. Long product menjadi bahan dasar untuk pembuatan baja tulangan, baja
profil, dan steel wire. Sedangkan produk dari slab product adalah baja dalam bentuk lembaran.
Untuk komoditas baja tulangan, sumber bahan baku masih sama dengan yang harus diperoleh
produsen yaitu scrap atau biji besi. Asal sumber bahan dasar pun berasal dari impor dan lokal.
Komposisi impor dan lokal berbanding 70:30. Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa
suatu produsen dapat memiliki fungsi yaitu produsen dan fabrikator. Istilah produsen ini mengacu
pada produk yang dihasilkan untuk tier berikutnya, dalam hal ini produk yang dimaksud adalah
long product dan slab product. Rantai pasok yang memiliki kompleksitas pada masing-masing tier
dimiliki oleh rantai pasok baja tulangan yang dapat dilihat pada Gambar 3.
Raw Material
Supllier
Produsen
Produsen
Fabrikator
Distributor
Service
Ekspor
Ekspor
PP
Fabrikator
1
Produsen 1
600,000
150,000
HK
Fabrikator
2
Lokal
Perusahaan
Pengumpul
Konsumen
200,000
WK
Produsen 2
230,000
Produsen 3
Import
Trader
NK
360,000
Produsen 4
Distributor
360,000
BUMN
Fabrikator
3
250,000
Import
Kontraktor
Kecil
Retail
Gambar 3. Rantai Pasok Baja Tulangan
Sumber: Diolah dari hasil survei Kajian Rantai Pasok Baja Konstruksi, 2012
Komoditas berikutnya adalah komoditas baja profil. Demikan halnya yang berkaitan dengan bahan
dasar masih sama yaitu scrap atau biji besi. Kedua bahan dasar ini pun masih diperoleh dengan cara
impor dan lokal. Entitas dari rantai pasok baja profil tidak sebanyak pada baja tulangan. Sebagai
contoh pada rantai pasok baja profil, entitas nya hanya terdiri dari raw material, supplier produsen,
produsen, fabrikator dan konsumen. Rantai pasok pada baja profil tidak memiliki kompleksitas
Ringkasan Eksekutif - 11
Kajian Rantai Pasok Baja Konstruksi Untuk Mendukung Investasi Infrastruktur
yang panjang apabila dibandingkan dengan rantai pasok baja tulangan. Adapun rantai pasok baja
profil dapat dilihat pada Gambar 4.
Raw Material
Supllier
Produsen
Produsen
Fabrikator
Distributor
Service
Konsumen
PP
Lokal
Import
Perusahaan
Pengumpul
Krakatau
Steel
K.
Wajatama
HK
Gunung
Garuda
G. Group
WK
Trader
NK
Gambar 4. Rantai Pasok Baja Profil
Sumber: Diolah dari hasil survei Kajian Rantai Pasok Baja Konstruksi, 2012
Pipa baja merupakan komoditas baja konstruksi yang masih menjadi bagian dari kajian studi ini.
Karakteristik dari jaringan rantai pasok pipa baja hampir tipikal dengan rantai pasok baja profil,
dari segi entitas atau pelaku pada jaringan rantai pasok sama tidak ada distribusi atau retail. Jenis
komoditas baja konstruksi berikutnya adalah steel wire. Steel wire ini banyak digunakan pada
pekerjaan jembatan yang menggunakan beton prestress. Rantai pasok pada steel wire ini memiliki
keunikan yaitu masih diperlukan entitas ‘service center’ sebagai pelengkap hasil akhir produk yaitu
untuk melakukan pekerjaan stressing atau penarikan kabel.
Komoditas baja ringan juga menjadi bagian kajian dari studi ini. Baja ringan ini menjadi bagian
kajian karena sudah menjadi material alternative yang digunakan sebagai bahan pengganti kayu,
sehingga jumlah demandnya menunjukkan kenaikan. Hal ini dapat dilihat banyaknya property yang
menggunakan baja ringan sebagai rangka atap. Dalam jalur distribusinya pun tidak sekomplek
pada komoditas baja konstruksi yang lain, artinya siapa pun dapat memperoleh dengan mudah.
Komoditas lain yang dikaji dalam studi ini adalah komoditas baja untuk alat berat. Salah satu
produsen yang disurvei adalah PT. Komatsu Indonesia. Fungsi dari PT. Komatsu Indonesia ini
adalah sebagai fabrikator alat berat. Adapun jenis alat berat yang difabrikasi oleh PT. Komtasu
Indonesia adalah: hydraulic excavator, dump truck dan bulldozer. Berdasarkan hasil survei yang
dilakukan proses fabrikasi dari alat berat tersebut, sumber bahan baku dari masing-masing
komponen dapat dibagi 3 (tiga) yaitu lokal, import dan in house.
Selain mengenai komoditas produk baja yang dikaji, bagian lain yang menjadi obyek dalam survei
adalah katalog produk. Tiap-tiap produsen mempunyai katalaog produk yang berbeda pula baik
dari informasi spesifikasi produk maupun bentuk fisik dari informasi yang mereka berikan kepada
para pengguna. Ada produsen yang menerbitkan dalam bentuk buku katalog tetapi juga ada dalam
bentuk brosur. Pentingnya katalog menjadi kajian adalah mempertemukan kepentingan informasi
yang diberikan oleh produsen dan apa yang dibutuhkan oleh konsumen, sehingga setiap informasi
yang diberikan oleh produsen baik melalui katalog ataupun bentuk lain dapat memberikan
manfaat secara langsung kepada konsumen.
Ringkasan Eksekutif - 12
Kajian Rantai Pasok Baja Konstruksi Untuk Mendukung Investasi Infrastruktur
K e s i m p u l a n d a n R e k o m e n d a si
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan baik melalui kajian literatur maupun survei yang telah
dilakukan maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu: (1) sebagai salah satu negara produsen baja
di dunia, Indonesia berkontribusi sebesar 0.35% dari total baja dunia sebesar 5,21 Mega Ton, dan
berada pada peringkat ke 37 di dunia (2) sektor konstruksi sebagai salah satu pembentuk PDB,
memiliki porsi 67.6% dari total produk yang dihasilkan sebesar 5.500.000 ton, (3) berdasarkan peta
sebaran supply dan demand diperoleh bahwa supply baja lebih banyak berada di pulau Jawa,
sekalipun ada juga yang berada di luar Jawa seperti Sumatera Utara tetapi kapasitas produksi yang
dimiliki kecil, ada juga yang berada di Lampung khusus untuk produk pipa, sedangkan demand
hampir tersebar di seluruh Indonesia Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi,
Maluku dan Papua dan jumlah demand masih lebih besar daripada supply dari dalam negeri; (4)
berdasarkan hasil kajian studi rantai pasok, komoditas yang paling banyak didominasi oleh baja
tulangan dengan persentase 27.5% dibanding komoditas lain (steel wire, steel plate, steel pipe, profil
dan CRC) (5) kompleksitas dari masing-masing komoditas rantai pasok beragam yaitu rantai pasok
yang kompleks dimiliki oleh baja tulangan dan rantai pasok yang sederhan dimiliki oleh baja profil.
Sedangkan rekomendasi yang dapat dikembangkan untuk rantai pasok baja konstruksi ini terdiri
dari (1) Kementrian PU harus mendefinisikan dan menginformasikan kebutuhan baja konstruksi
dengan lebih jelas dan terinci dari segi waktu, jenis dan wilayah sebagai hasil forecast serta
mengadakan model estimasi konseptual kebutuhan; (2) mengidentifikasi dan mempercepat
pembangunan infrastruktur untuk distribusi material konstruksi yang dibutuhkan di seluruh
Indonesia; (3) kebutuhan akan standarisasi produk baja perlu dikaji untuk memastikan jumlah
demand ; (4) menyampaikan hasil kajian kepada kementerian-kementerian yang terkait dengan
industri baja baik yang terkait dengan produksi, distribusi, perdagangan dan bahan mentah; (5)
membuat forum komunikasi pertemuan antara konsumen dan produsen baja konstruksi secara
periodik untuk menunjang pembangunan infrastruktur; (6) memberikan edukasi kepada
masyarakat khususnya mengenai produk baja untuk konstruksi umum non struktural (baja ringan
dan baja banci); (7) mensosialisasikan manajemen rantai pasok kepada perusahan konstruksi terkait
material baja agar terjadi efisiensi; (8) memberikan edukasi kepada kontraktor-kontraktor terutama
kontraktor kecil terkait dengan rantai pasok untuk mengurangi pengunaan produk tidak standar
dan mutu yang sesuai spesifikasi; (9) memberikan edukasi kepada masyarakat khususnya
mengenai produk baja untuk konstruksi umum non struktural; (10) mendukung penggunaan
produk baja dalam negeri dengan menerapkan TKDN dalam proses pengadaan pekerjaan
konstruksi.
Ringkasan Eksekutif - 13
Download