PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF FLASH PADA MATERI LAJU REAKSI UNTUK SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI Oleh: Antoni Z.N.1), Syamsurizal, Asrial2) Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas jambi E-mail: [email protected] ABSTRAK Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, guru memerlukan suatu media pembelajaran yang akan digunakan untuk membantu siswanya lebih cepat mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu guru membutuhkan alternatif lain seperti ilustrasi atau animasi yang dapat menggambarkannya secara lebih dekat kepada siswa. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kelayakan multimedia pembelajaran materi Laju Reaksi yang telah dikembangkan oleh peneliti dan melihat respon siswa yang semuanya dinilai menggunakan angket deskriptif. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang mengikuti ADDIE. Yang teridiri dari: analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Instrumen teknik analisa data yang dipergunakan adalah angket validasi media, angket validasi materi, dan angket respon siswa. Hasil penelitian pengembangan ini adalah sebuah produk yakni multimedia pembelajaran berbasis Macromedia Flash pada materi Laju Reaksi yaitu berbentu adobe flash dan dilengkapi dengan beberapa video demonstrasi. Produk tersebut divalidasi oleh ahli media dan ahli materi dan dilakukan revisi produk berdasarkan saran-saran ahli, serta penilaian guru kimia dan 5 orang peserta didik kelas XI MIA 2 SMAN 10 Kota Jambi. Berdasarkan hasil penelitian pengembangan media pembelajaran interaktif flash pada materi laju reaksi kelas XI IPA SMA N 10 Kota Jambi dapat disimpulkan pada pengembangan media ini didapat hasil bentuk dari produk multimedia interaktif dengan spesifikasi sebagai berikut : adanya animasi dan simulasi yang membantu siswa dalam memahami materi, adanya soal yang dibuat sehingga siswa dapat berpikir aktif, adanya musik yang digunakan agar suasana pembelajaran lebih rileks dan tidak menjemukan. Adapun keterbatasan media ini adalah media hanya dapat di jalankan dilaptop atau dikomputer yang sebelumnya sudah menginstal aplikasi macromedia flash cs5 serta keunggulan dari media ini adalah kebutuhan hardware untuk media ini tidak terlalu tinggi, dengan hardware pentium III yang bersetting windiws XP, media sudah dapat diinstal dan dijalankan serta hasil uji coba menyatakan bahwa multimedia interaktif yang dikembangkan dinyatakan layak digunakan sebagai perangkat pembelajaran. Kata kunci : Pengembangan Media, Laju Reaksi 1) Mahasiswa pendidikan kimia 2) Dosen pendidikan kimia PENDAHULUAN Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan mengadakan peningkatan dan pembaharuan pada komponen-komponen proses belajar yakni guru, siswa, dan metode pengajaran. Guru berperan sebagai salah satu faktor penting dan memiliki tanggung jawab penuh dalam proses pembelajaran diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang melibatkan siswa aktif. Untuk itu, seorang guru harus mempunyai kreativitas dalam menjelaskan materi pembelajaran sehingga dapat menarik perhatian dan minat siswa untuk belajar, diantaranya adalah dengan membuat suatu alat bantu/media pembelajaran yang menarik dan interaktif. Mengingat akan pentingnya peran pendidikan, telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan diantaranya peningkatan kualitas guru, perbaikan dan perkembangan kurikulum, serta peningkatan sarana dan prasarana. Muara dari semua usaha tersebut adalah peningkatan mutu yang terlihat dai hasil belajar siswa. Menurut Wilson (dalam Sutrisno,2011) bahwa “tingkat keberhasilan belajar peserta didik dapat dilihat dari hasil belajar yang menyangkut ujian, tugas-tugas, dan pengamatan dimana hasil belajar yang baik menunjukkan mutu pendidikan yang baik pula”. Selain itu hasil belajar sering dijadikan pedoman atau pertimbangan dalam menentukan pendidikan lanjutan. Belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Sumardi Suryabrata (dalam Sutrisno 2011) mengajar adalah segenap aktifitas kompleks yang dilakukan guru dalam mengoranisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses mengajar. Dari pengertian belajar dan mengajar yang dikemukakan oleh ahli dapat dikatakan proses belajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dan siswa, tetapi berupa interaksi interaktif. Berkenaan dengan unsur-unsur yang terdapat dalam pembelajaran guna mendukung proses belajar, maka dibutuhkan suatu alat bantu atau media belajar sebagai sarana pendukung. Penggunaan alat bantu atau media pembelajaran merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dan sudah merupakan suatu integrasi terhadap metode belajar yang dipakai. Alat bantu belajar merupakan salah satu unsur dinamis dalam belajar. Kedudukan alat bantu memiliki peranan yang penting karena dapat membantu proses belajar siswa. Penggunaan alat bantu, bahan belajar yag abstrak bisa dikongritkan dan membuat suasana belajar yang tidak menarik menjadi menarik. Banyak alat bantu media belajar diciptakan untuk belajar mandiri saat ini, namun untuk mencari suatu pilihan solusi alat bantu yang benar-benar baik agar proses belajar mandiri menjadi efektif, menarik, dan interaktif serta menyenangkan merupakan suatu permasalahan yang perlu dicari solusinya. Alat bantu atau media untuk belajar mandiri pada era kemajuan teknologi sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Hal ini dibutuhkan untuk menciptakan kualitas manusia yang tidak hanya bergantung melalui transfer ilmu secara verbal, baik yang dilakukan oleh sekolah maupun perguruan tinggi ataupun lembaga pendidikan nonformal pada saat ini. Menurut Alessi dan Trollip (dalam Sutrisno, 2011) pembelajaran berbasis TIK memiliki banyak keunggulan. Salah satunya keunggulan itu berupa penggunaan waktu yang digunakan menjadi lebih efektif, bahan materi pelajaran menjadi lebih mudah diakses, manarik, dan biayanya lebih murah. Disamping itu, peserta belajar dapat belajar dengan lebih percaya diri sesuai dengan caranya sendiri, serta peserta belajar lebih banyak memiliki kesempatan bereksplorasi karena termotivasi dengan hadirnya TIK dalam proses pembelajaran. Sejalan dengan itu, Yaverbaum, Klulkarni, dan Wood (dalam Rayandra 2010) menjelaskan bahwa dengan adanya perangkat komputer beserta koneksinya beserta koneksinya serta tersedianya multimedia dalam pembelajaran dapat memperkaya suasana pembelajaran. TIK dapat menyusun pola interaktif yang dapat meningkatkan daya retensi belajar bagi peserta belajar. Harapannya, TIK dalam pembelajaran dapat mendorong timbulnya komunikasi, kreativitas, dan mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta belajar (Ramsay,2001) TIK juga membuat pengetahuan atau materi pembelajaran yang disajikan baik berupa verbal dan menggunakan teknologi akan lebih siap menghadapi dunia kerja dan mengembangkan sikap berpikir ilmiah dan kritis lebih baik akibat dari pemberian skill yang memadai (Linn,1998). Manfaat media pembelajaran interaktif ini diharapkan akan memotivasi siswa untuk belajar mandiri, kreatif, efektif, dan efisien. Selain dengan media pembelajaran interaktif ini, diharapkan dapat mengurangi kejenuhan siswa selama proses pembelajaran yang dilakukan. KAJIAN PUSTAKA 2. 1 Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi prubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). (Roestiyah. N.K. 2001) 2. 2 Teori Belajar Teori belajar sangat banyak dan beraneka ragam. Akan tetapi setiap teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli mengacu kepada kajian-kajian tentang perilkau individu dalam proses belajar mengajar. Kajian itu pada intinya menyangkut dua hal yaitu: 1. Konsep belajar yang menganggap bahwa otak manusia terdiri atas sejumlah kemampuan potensial (daya-daya), seperti menalar, mengingat, mengkhayal, yang dapat dikembangkan dengan latihan.. 2. Konsep yang menganggap bahwa manusia merupakan suatu system energi yakni suatu sistem tenaga yang dinamis yang berupaya memelihara keseimbangan dalam merespon system energi lain sehingga ia dapat berinteraksi melalui organ rasa. (Bahtiar dalam Sutrisno, 2011) Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya. Oleh sebab itu apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan tingkah laku yang positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dapat dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna. 2. 4.1 Media Secara etimologis, media berasal dari kata “medium” yang berarti “tengah, perantara, atau pengantar”. Istilah perantara atau pengantar ini menurut Bovee dalam Ariani 2010, digunakan karena fungsi media sebagai perantara atau pengantar suatu pesan dari si pengirim (sender) kepada si penerima (receiver) pesan. Dari sini, berkembang berbagai devinisi terminologis mengenai media menurut pendapat para ahli media dan pendidikan. The Association for Educational Communication dan Technology (AECT,1997) menyatakan bahwa media adalah apa saja yang digunakan untuk menyalurkan informasi. Sementara menurut suparman dalam Ariani 2010, media merupakan alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan dan informasi dari pengirim pesan. Selanjutnya McLuhan (Midun,2008) memaknai media sebagai saluran informasi. 2.4.2 Media Pembelajaran Setelah memahami kata “media” dan “pembelajaran” secara terpisah, maka dengan menggabungkan kedua istilah tersebut, pegertian “media pembelajaran” dengan mudah dapat dipahami dengan mudah, yaitu apa saja yang digunakan sebagai media dalam pembelajaran. Secara terminologis, ada berbagai definisi yang diberikan tentang media pembelajaran. Gagne dalam Rayandra 2011 mendefinisikan bahwa media adalah berbagai komponen pada lingkungan belajar yang membantu pembelajar untuk belajar. Pendapat Schramm tentang media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan (informasi) yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran (Widodo dan Jasmadi, 2009) 2.8.1.1 Definisi Laju Reaksi Definisi Laju Reaksi adalah berkurangnya jumlah pereaksi untuk satuan waktu atau bertambahnya jumlah hasil reaksi untuk setiap satuan waktu. Ukuran jumlah zat dalam reaksi kimia umumnya dinyatakan sebagai konsentrasi molar atau molaritas (M), dengan demikian maka laju reaksi menyatakan berkurangnya konsentrasi pereaksi atau bertambahnya konsentrasi zat hasil reaksi setiap satu satuan waktu (detik). Satuan laju reaksi dinyatakan dalam satuan mol dmˉ³ detˉ¹ atau mol /liter detik. 2.8.1.2 Kemolaran Kemolaran adalah satuan konsentrasi larutan yang menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam 1 liter larutan Kemolaran (M) sama dengan jumlah mol (n) zat terlarut dibagi volume (v) larutan Kemolaran (Molaritas) dinyatakan dengan lambang M, adalah jumlah mol zat terlarut dalam setiap liter larutan. 2.8.1.3 Pengenceran Larutan Larutan pekat (mempunyai kemolaran besar) dapat diencerkan dengan menambah volum pelarut, sehingga akan diperoleh larutan yang lebih encer (kemolarannya kecil). pada pengenceran berlaku rumus : V1 M1 = V2 M2 V1 = volum sebelum pengenceran M1 = kemolaran sebelum pengenceran V2 = volum sesudah pengenceran M2 = kemolaran sesudan pengenceran Dimana : V1M1 : volume dan konsentrasi larutan asal V2 M2 : volume dan konsentrasi hasil pengenceran 2.8.2 Teori Tumbukan dan Energi Aktifasi Tumbukan yang menghasilkan zat baru adalah tumbukan efektif. Tumbukan efektif dapat dicapai jika : 1. Molekul-molekul memiliki energi yang cukup agar dapat mulai bereaksi dengan memutuskan ikatan kimia lawan, dan molekul itu sendiri ikatan kimianya akan putus karena tumbukan dari molekul lain lawan. Energi yang diperlukan ini dinamakan energi aktivasi (Ea), yaitu sejumlah energi minimum yang diperlukan oleh suatu zat untuk memulai reaksi. 2. Posisi tumbukan harus tepat mengenai sasaran, sehingga ikatan kimia lawan dan molekul itu sendiri dapat putus. Jadi putusnya ikatan kimia memerlukan 2 hal penting, yaitu tumbukan dengan Ea dan posisi yang tepat. walaupun energi cukup, namun jika posisinya tidak tepat, tidak semua energi mengenai ikatan, sehingga terjadi pemborosan energi. Sebaliknya walaupun posisinya tepat mengenai sasaran, namun jika energi molekul belum mencapai Ea, tumbukannya akan pelan, sehingga gaya tarik pada ikatan kimia tidak dapat diputus. 2.8.2.1 Energi Aktifasi Pada kenyataannya molekulmolekul dapat bereaksi jika terdapat tumbukan dan molekul-molekul mempunyai energi minimum untuk bereaksi. Energi minimum yang diperlukan untuk bereaksi pada saat molekul bertumbukan disebut energi aktivasi. Energi aktivasi digunakan untuk memutuskan ikatan-ikatan pada pereaksi sehingga dapat membentuk ikatan baru pada hasil reaksi. Misalnya energi aktivasi pada reaksi gas hidrogen dan iodium dengan persamaan reaksi: H2(g) + I2(g) → 2 HI(g), digambarkan pada grafik sebagai berikut : 2.8.3 Faktor – Faktor yang mempengaruhi Laju Reaksi Faktor lain yang mempengaruhi laju reaksi adalah luas permukaan, temperatur, konsentrasi, dan katalis : 2.8.3.1 Konsentrasi Larutan dengan konsentrasi yang besar (pekat) mengandung partikel yang lebih rapat, jika dibandingkan dengan larutan encer. Semakin tinggi konsentrasi berarti semakin banyak molekul-molekul dalam setiap satuan luas ruangan, akibatnya tumbukan antar molekul makin sering terjadi dan reaksi berlangsung semakin cepat. Semakin tinggi konsentrasi suatu larutan, makin besar laju reaksinya. 2.8.3.2 Temperatur Setiap partikel selalu bergerak. Dengan naiknya suhu, energi gerak (kinetik) partikel ikut meningkat sehingga makin banyak partikel yang memiliki energi kinetik di atas harga energi aktivasi (Ea). Kenaikan suhu akan memperbesar laju reaksi. Untuk setiap kenaikan temperatur sebesar 10oC, laju reaksi menjadi dua sampai tiga kali lebih cepat dari semula. 2.8.3.3 Luas Permukaan Suatu zat akan bereaksi apabila bercampur dan bertumbukan. Pada pencampuran reaktan yang terdiri dari dua fasa atau lebih, tumbukan berlangsung pada bagian permukaan zat. Padatan berbentuk serbuk halus memiliki luas permukaan bidang sentuh yang lebih besar daripada padatan berbentuk lempeng atau butiran. Semakin luas permukaan partikel, maka frekuensi tumbukan kemungkinan akan semakin tinggi sehingga reaksi dapat berlangsung lebih cepat. Laju reaksi berbanding lurus dengan luas permukaan reaktan 2.8.3.4 Katalis Katalis adalah zat yang dapat memperbesar laju reaksi, tetapi tidak mengalami perubahan kimia secara permanen, sehingga pada akhir reaksi zat tersebut dapat diperoleh kembali. Katalis mempercepat reaksi dengan cara menurunkan harga energi aktivasi (Ea). 2.8.4 Persamaan Laju Reaksi Pada umumnya hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi zat-zat pereaksi hanya diturunkan dari data eksperimen. Bilangan pangkat yang menyatakan hubungan konsentrasi zat pereaksi dengan laju reaksi disebut orde reaksi. Untuk reaksi a A + b B → c C + d D, persamaan laju reaksi ditulis: r = laju reaksi k = tetapan laju reaksi [A] = konsentrasi zat A dalam mol per liter [B] = konsentrasi zat B dalam mol per liter m = orde reaksi terhadap zat A n = orde reaksi terhadap zat B 2.8.5 Grafik Orde Reaksi Ada 3 Orde reaksi yang harus kita pelajari : 2.8.5.1 Orde Nol Laju reaksi tidak dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi pereaksi. Persamaan laju reaksinya ditulis: r = k.[A]0 Bilangan dipangkatkan nol sama dengan satu sehingga persamaan laju reaksi menjadi: r = k. Jadi, reaksi dengan laju tetap mempunyai orde reaksi nol. Grafiknya digambarkan seperti gambar berikut : 2.8.5.2 Orde Satu Untuk orde satu, persamaan laju reaksi adalah: r = k[A]1. Persamaan reaksi orde satu merupakan persamaan linier berarti laju reaksi berbanding lurus terhadap konsentrasinya pereaksinya. Jika konsentrasi pereaksinya dinaikkan misalnya 4 kali, maka laju reaksi akan menjadi 41 atau 4 kali lebih besar. Grafiknya digambarkan seperti gambar berikut: 2.8.5.3 Orde Dua Persamaan laju reaksi untuk reaksi orde dua adalah: r = k[A]2. Apabila suatu reaksi berorde dua terhadap suatu pereaksi berarti laju reaksi itu berubah secara kuadrat terhadap perubahan konsentrasinya. Apabila konsentrasi zat A dinaikkan misalnya 2 kali, maka laju reaksi akan menjadi 22 atau 4 kali lebih besar. Grafiknya digambarkan seperti gambar berikut: METODE PENGEMBANGAN 3.1 Model Pengembangan Penelitian dan pengembangan multimedia pembelajaran berbasis Macromedia Flash pada materi Laju Reaksi ini menggunakan model pengembangan ADDIE dengan alur Analisis, Desain, Development (pengembangan), Implementasi, dan Evaluasi. 1. Analisis Tujuan Tujuan analisis ini adalah untuk menetapkan arah dasar yang dibutuhkan dalam pengembangan perangkat pembelajaran. Langkah awal yang dilakukan pada analisis ini yaitu melihat kurikulum yang digunakan oleh sekolah tersebut untuk menyesuaikan isi multimedia yang dikembangkan dengan kompetensi yang harus dikuasai siswa. 3.2 Prosedur Pengembangan 3.2.1 Analisis 2. Analisis kebutuhan Analisis kebutuhan ini menunjukkan apa saja yang dibutuhkan untuk mendukung terlaksananya penelitian pengembangan ini. Terutama hal-hal mendasar yang erat hubungannya dengan pengembangan multimedia pembelajaran menggunakan software Adobe Flash CS5 ini. Analisis kebutuhan bertujuan untuk mengidentifikasi sarana dan prasarana disekolah yang menunjang pembelajaran seperti infokus, speaker, LCD Projector, dan lain-lain. Selain itu, pada analisis kebutuhan peneliti melakukan survey untuk mengetahui apakah siswa di sekolah yang hendak dilakukan penelitian membutuhkan suasana belajar baru dengan media pembelajaran yang lebih menarik untuk memudahkan mereka dalam memahami dan menerapkannya pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari serta melakukan analisis tentang keahlian dan dokumen yang dimiliki siswa. 3. Analisis karakteristik siswa Pada analisis karakter siswa ini yang dianalisis adalah latar belakang pengetahuan siswa dalam mengoperasikan komputer dan pengetahuan awal siswa tentang pembelajaran Laju Reaksi. Pada tahap pengembangan produk, prosedur yang dilakukan adalah pembuatan produk awal dengan terlebih dahulu mempersiapkan bahan, penetapan kompetensi dasar, uraian materi dan evaluasi. Tahap ini merupakan tahap pembuatan produk pembelajaran yang berbasis komputer dalam bentuk media flash. Adapun langkah selanjutnya adalah: a. Mengumpulkan gambar dan animasi dari internet yang akan dimasukkan di dalam multimedia pembelajaran. b. Menetapkan teks yang akan dijadikan model dalam media pembelajaran. c. Menetapkan animasi-animasi yang sesuai dengan materi. d. Mengumpulkan musik-musik instrumen sebagai musik pengiring. Setelah produk awal selesai maka langkah selanjutnya adalah validasi dari tim ahli dan kemudian baru tahap uji coba. HASIL DAN PEMBAHASAN PENGEMBANGAN 4.1 Deskripsi Hasil Pengembangan LKPD Non Eksperimen Hasil dari penelitian ini berupa (1) sebuah lembar kerja peserta didik (LKPD) non eksperimen yang dilengkapi dengan video demonstrasi dan animasi pada materi Laju Reaksi, (2) penilaian LKPD oleh ahli materi dan media, dan (3) penilaian peserta didik dan guru kimia SMA N 10 Kota Jambi terhadap LKPD yang telah dikembangkan. LKPD yang dikembangkan ini menggunakan model pengembangan ADDIE.Model pengembangan ADDIE yang digunakan terdiri atas 3 tahap utama yaitu analysis (analisis), design (desain), dan development (pengembangan). 3.3 Uji Coba Produk 3.3.1 Desain Uji Coba Desain pengembangan multimedia video tutorial sebagai media pembelajaran kimia memiliki beberapa tahap yaitu sebagai berikut: 1. Menyiapkan area kerja software Adobe Flash CS5. 2. Pengumpulan bahan-bahan yang akan dimasukan ke dalam media pembelajaran yang akan dibuat meliputi materi, animasi, simulasi, soal-soal latihan. 3. Melakukan pengembangan atau pembuatan media pembelajaran. Pada tahap ini akan dilakukan impor bahan-bahan ke dalam suatu dokumen tertentu. Adapun langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut: a. Memisahkan bahan ajar setiap pertemuan dalam folder masingmasing. b. Membuat tampilan media pembelajaran menggunakan software Adobe Flash CS5. c. Membuat animasi, simulasi dan gambar dengan software pendukung Adobe Photoshop CS6 d. Mengedit video dengan menggunakan software Camtasia Studio 8 e. Menyatukan materi dengan simulasi dan animasi dengan software Adobe Flash CS5. 4. Mempublish hasil media pembelajaran yang telah dibuat. 3.3.2 Subjek Uji Coba Uji coba produk multimedia pembelajaran pada materi Laju Reaksi dilakukan di SMA Negeri 10 Kota Jambi yang akan diujicobakan pada kelompok kecil siswa/i di SMA Negeri 10 Kota Jambi. 3.3.3 Jenis Data Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data ini diperoleh dari lembar validasi berupa saran-saran dan komentar ahli media dan ahli materi terhadap macromedia flash yang dikembangkan dan dari uji coba lapangan yang digunakan untuk mengetahui tanggapan guru dan peserta didik terhadap produk yang dihasilkan. 3.4 Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian pengembangan ini berupa angket deskriptif. Angket yang digunakan ada empat, yakni angket validasi ahli materi dan media, serta angket respon peserta didik dan guru. 3.5 Teknik Analisis Data Setelah data diperoleh, selanjutnya adalah menganalisis data tersebut secara deskriptif. Data lembar validasi dari ahli yang berisi tanggapan, saran dan masukan dipertimbangkan dan dianalisis untuk perbaikan produk. Data tanggapan guru dan peserta didik dipertimbangkan dan dianalisis untuk mengetahui kemenarikan produk yang dikembangkan. 4.4 Pembahasan Pengembangan 4.4.1 Pembahasan Produk Pengembangan Hasil Hasil dari penelitian ini berupa (1) Sebuah media flash tentang laju reaksi (2) penilaian media flash oleh ahli materi dan media, dan (3) penilaian peserta didik dan guru kimia SMA N 10 Kota Jambi terhadap media flash yang telah dikembangkan. Adapun Media flash hasil pengembangan ini terdiri dari beberapa pembahasan, yaitu 1) pengertian laju reaksi, 2) teori tumbukan 3) persamaan reaksi, 4) faktor –faktor yang mempengaruhi laju reaksi 5) orde reaksi,serta ada juga petunjuk penggunaan media ini sendiri.di dalam pembahasan teori tumbukan terdapat animasi – animasi yang membedakan antara tumbukan yang berenergi cukup dan berenergi tidak cukup untuk melakukan tumbukan, serta juga terdapat animasi – animasi lain di dalam pembahasan faktor – faktor yang mempengaruhi laju reaksi, juga terdapat beberapa video praktikum yang membantu siswa untuk lebih memahami pelajaran Dan terakhir ada Quiz secara keseluruhan untuk melihat kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diberikan. 4.2.1 Bentuk media pembelajaran interkatif flash Media interaktif yang dikembangkan adalah sebuah program multimedia dan animasi interaktif dengan menggunakan secara optimal kemampuan fasilitas menggambar dan bahasa pemrograman pada flash (action Script) ini kita mampu membuat game-game yang menarik dalam (Ramadianto, 2008) Adapun bentuk media flash yang dikembangkan adalah sebagai berikut: a. Dapat membuat animasi gerak (motion tween), perubahan bentuk (shape tween), dan perubahan dan transparansi warna (color effect tween). b. Dapat membuat aplikasi masking (menutupi sebagian objek yang terlihat) dan animasi motion guide (animasi mengikuti jalur) c. Dapat membuat tombol interaktif dengan sebuah movie atau objek yang lain d. Dapat membuat animasi logo, animasi form, presentasi multimedia, game, kuis interaktif, simulasi/visualisasi e. Dapat dikonversi dan dipublish kedalam beberapa tipe seperti *swf, *.html, *.gif, *.exe, dan *.mov Pengembangan pembelajaran kimia pada materi Laju Reaksi Menggunakan Software Adobe Flash CS5 untuk kelas XI IPA SMA Negeri 10 Kota Jambi dilakukan sesuai dengan prosedur pengembangan.Yang mana menurut ( ramadianto,2008) beberapa hal untuk membuat bentuk suatu hasli media flash adalah animasi ( swf, gif ), tombol interaktif, musik dan gambar – gambar pendukung lainnya sudah ada di dalam media flash yang dikembangkan ini. a. Hasil validasi ahli media Media divalidasi oleh ahli media yaitu Drs. Epinur, M.Si. Tim validasi ini adalah dosen kimia yang mengajar di bidang pendidikan kimia. Analisis angket validasi dilakukan dengan menggunakan angket deskriptif. Validasi dilakukan untuk menyempurnakan produk media ajar yang masih banyak kekurangan. di sini ahli memberi komentar agar ada penambahan tombol “ulang” dalam media dan sesuaikan animasi dengan reaksi yang ada, karena belum ada nya tombol ulang pada media yang dikembangkan, dan revisi yang dilakukan adalah sebanyak dua kali sehinggan mendapat sesuai dan layak di ujicobakan oleh ahli media. Suatu produk dikatakan layak jika ahli berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa produk tersebut layak dan dalam operasionalnya model tersebut memberikan hasil yang sesuai dengan harapan. (Widjajanti, 2008).kelayakan media ini sudah dinilai dari ahli media, sehingga media ini layak untuk di uji cobakan. b. Hasil validasi ahli materi Materi divalidasi oleh ahli materi yaitu Drs. Epinur, M.Si. Tim validasi ini adalah dosen kimia yang mengajar di bidang pendidikan kimia. Analisis angket validasi dilakukan dengan Menggunakan angket deskriptif. Validasi dilakukan untuk menyempurnakan produk bahan ajar yang masih banyak kekurangan.adapun beberapa saran dari ahli untuk media ini adalah penambahan contoh soal yang masi sangat minim pada media ini khususnya pada materi persamaan laju reaksi, revisi yang dilakukan adalah sebanyak satu kali sehingga tim ahli memberikan komentar materi yang ada dalam media sudah cukup bagus dan siap untuk di uji cobakan. Suatu produk layak jika ahli berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa materi yang ada, dapat dimengerti dan memberikan hasil yang positif (Widjajanti, 2008). Kesiapan materi ini sudah dinilai oleh ahli, sehingga layak untuk di ujicobakan 4.2.2 Presepsi siswa tentang media pembelajaran interaktif flash Sebelum melakukan uji coba kepada siswa peneliti melakukan uji coba produk melalui angket guru untuk mengetahui respon guru terhadap media flash yang dikembangkan. Angket diberikan kepada guru kimia SMAN 10 Kota Jambi, yaitu bu Indrawati, S.Pd kemudian guru menilai produk yang dikembangkan peneliti dan didapatlah komentar : “Media ini sudah bagus dan memenuhi syarat untuk digunakan, namun pada materi persamaan laju reaksnya perlu di perdalam”. Berdasarkan analisis data tanggapan guru, Media flash ini menarik, materi mudah dipahami, memudahkan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar dan video demonstrasi dan animasinya sangat membantu dalam memahami konsep yang sebelumnya tidak dapat dipraktikumkan. Dan berdasarkan analisis data tanggapan peserta didik, media flash ini dinyatakan menarik, mudah dipahami namun harus di tambah lagi animasi yang menarik, mampu membuat siswa aktif dan memotivasi siswa untuk lebih giat belajar kimia. Media flash yang dikembangkan ini dinyatakan menarik untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran karena sesuai teori yang dikemukakan oleh lambert neuer (dalam soemardi 2010), Media flash dilihat dari segi pengguna. Media flash dikatakan menarik jika praktisi/guru menyatakan bahwa media flash mudah diterapkan pada siswa dan siswa menyatakan bahwa media flash menarik dan mudah dipahami. Suatu produk dikatakan layak jika ahli berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa produk tersebut layak dan dalam operasionalnya model tersebut memberikan hasil yang sesuai dengan harapan. (Widjajanti, 2008). Kelayakan media flash yang dikembangkan ini dinilai karena penelitian diuji coba kelompok kecil. Namun media flash ini mendapat tanggapan positif dari praktisi maupun siswa sekolah. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pengembangan dan pembahasan tentang desain multimedia pembelajaran dengan menggunakan software Adobe Flash CS5 pada materi Laju reaksi, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil dari pengembangan produk multimedia interaktif flash ini didapat dalam bentuk spesifikasi sebagai berikut : adanya animasi dan simulasi yang membantu siswa dalam memahami materi, adanya soal yang dibuat sehingga siswa dapat berpikir aktif, adanya musik yang digunakan agar suasana pembelajaran lebih rileks dan tidak menjemukan. Adapun keterbatasan media ini adalah media hanya dapat di jalankan dilaptop atau dikomputer yang sebelumnya sudah menginstal aplikasi macromedia flash cs5 serta keunggulan dari media ini adalah kebutuhan hardware untuk media ini tidak terlalu tinggi, dengan hardware pentium III yang bersetting windiws XP, media sudah dapat diinstal dan dijalankan. 2. Hasil uji coba menyatakan bahwa multimedia interaktif yang dikembangkan dinyatakan layak digunakan sebagai perangkat pembelajaran. 6.2 Saran Pemanfaatan 1. Peneliti menyarankan kepada guru mata pelajaran kimia untuk menggunakan Multimedia Pembelajaran ini pada saat mengajar materi laju reaksi, karena dengan menggunakan Multimedia pembelajaran seperti ini akan membuat siswa lebih termotivasi dalam belajar kimia dan siswa lebih mudah memahami materi pelajaran yang disampaikan. 2. Peneliti juga menyarankan untuk para peneliti di bidang pengembangan selanjutnya agar dapat mengembangkan media pembelajaran berbasis multimedia pada materi mata pelajaran kimia lainnya dengan program aplikasi komputer lainnya. 3. Multimedia Laju reaksi ini dapat dikembangkan lagi untuk para peneliti dibidang pengembangan selanjutnya dengan menambahkan beberapa video dan animasi lainnya lagi. 4. Multimedia pembelajaran ini dapat dijadikan sebagai variasi sarana pembelajaran dalam rangka meningkatkan kreativitas dan motivasi siswa untuk terus belajar kimia. DAFTAR RUJUKAN Alma, Buchari.2008.Guru Profesional. Bandung: Alfa Beta Anonim, 2008. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ Ariani, N & Haryanto D. 2010. Pembelajaran Multimedia Di Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher Arsyad, Azhar. 2010.Media Pembelajaran.Jakarta: Raja Grafindo Persada Asyhar, R. 2010. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: GP Press Belawati, tian dkk.2007. Pengembangan bahan ajar. Jakarta: Universitas terbuka. Purwanto, Ngalim., Drs., M. 1999. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Roestiyah.N.K, 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Novrielman, Reza. Universitas Jambi 2008. Skripsi Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Sukmadinata, N. S. (2010). Metode PenelitianPendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sutrisno, 2011. Prngantar Pembelajaran Inovatif. Jakarta: GP Press Sutrisno, 2012. Kreatif Mengembangkan Aktivitas Pembelajaran Berbasis TIK. Jakarta: Referensi Warsita, . Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan & Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta