ton (66 persen) dan hati 2.295,4 ton (18,7 persen). Artinya, jika berat jantung sekitat 3 kilogram diperoleh dari seekor sapi, Indonesia secara tidak langsung melakukan impor jantung dari 2,7juta ekor sapi potong per tahun. Pertanyaannya, mungkinkah sapi-sapi sebanyak itu dipotong secara halal di USA?Pemotongan secara halal di USA cukup mahal dan sangat sedikit. Bayangkan sajajika pemotongan tersebut halal, artinya harus dipotong 7.500 ekor sapi per hari. Sebagai bahan perbandingan, di Indonesia hanya memotong sapi 2 juta ekor sapi per tahun untuk memenuhi konsumen di dalam negeri atau ratarata sekitar 5.500 ekor per hari. Pertanyaan berikut, kemanakahjantung impor tersebut beredar setelah berada di Indonesia? Konsumenterbesardaridaging sapi adalah pedagang baso, tidak kurang dari 60 persen pangsa pasar untuk Bandung dan sekitarnya. Dengan harga daging sekitar Rp 50.000 (bone less) per kilogram, sedangkan hargajantung impor sekitar Rp 15.000 per kilogram, dengan mudah dapat dijawab, sebagian pedagang diduga mencampur adonan basonya denganjantung impor tersebut untuk memperoleh keuntungan yang besar. Dampaknya Terungkapnya modus operandi masuknya sapi ilegal memberikan indikasi bahwa masuknya daging ilegal kurang lebih sama seperti masuknya sapi ilegal. Konkretnya, diduga kuat akibat lemahnya sistem administrasi perizinan yang tidak mengaitkan antara perizinan daging sa. pi dengan sapi hidup dan sistem pengawasan masuknya daging ke negeri ini. Dampak dari pengetatan impor sapi dan tidak terkendali masuknya daging impor, kenaikan harga daging pada periode Lebaran (Idulfitri dan Iduladha), Natal, dan Tahun Baru, tidak akan memberikan insentifbagi peternak sapi potong rakyat. Padahal momentum tersebut merupakan waktu yang sangat ideal dalam memberikan dampak iklim usaha yang kondusif terhadap jatuhnya harga sapi di awal tahun ini. Selain itu, dikhawatirkan pula berdampak terhadap masyarakat konsumen daging sapi. Jika timbul ketidakpercayaan terhadap daging, terutama daging impor, tentu dampaknya akan dirasakan pula oleh seluruh bangsa ini. Tidak saja terhadap penurunan konsumsi protein hewani asal sapi, tetapijuga terhadap peternak sapi di dalam negeri. Oleh karena itu,jika daging impor ilegal ini tidak segera ditangani, dikhawatirkan kerugian besar bagi pembangunan petemakan nasional akan terjadi, khususnya bagi industri peternakan sapi potong rakyat yang telah dibina selama ini. *** Penulis, dosen Fakultas Peternakan Unpad dan Sekjen DPPPerhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKJ). 1