1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kegiatan jual beli secara online merupakan suatu kegiatan transaksi yang menggunakan media elektronik sebagai alat penghubungnya antara pelaku usaha dengan konsumen, sehingga kesepakatan atau perjanjian yang tercipta adalah melalui online. Namun, dengan adanya kegiatan jual beli yang dilakukan secara online dengan menggunakan media transaksi elektronik maka sering terjadi kesalahpahaman antara pelaku usaha dengan konsumen. Salah satu contoh barang yang banyak diperjualbelikan secara online adalah alat kesehatan (ALKES) baik berupa alat atau bahan obat-obatan. Beberapa tahun terakhir ini, banyak diberitakan di beberapa situs berita online bahwa terjadi penjualan obat-obatan ilegal dan palsu secara online oleh beberapa situs penjualan online. 1 1. https://nasional.kompas.com/read/2020/08/12/15261351/data-kependudukan2020pendudukindonesia268583016jiwa?page=all#:~:text=JAKARTA%2C%20KO MPAS.com%20%2D%20Kementerian,Juni%20sebanyak%20268.583.016%20jiw a 2 Lemahnya kedudukan konsumen atas kegiatan jual beli yang dilakukan secara online dibandingkan pihak produsen, maka perlindungan hukum terhadap para konsumen dirasa sangat perlu khususnya dalam masalah penjualan ALKES ilegal yang dijual secara online. Ruang lingkup hukum perlindungan konsumen cukup luas, sehingga banyak peraturan hukum lainnya yang masih berkesinambungan dengan Undang Undang Perlindungan Konsumen (UUPK). Dengan semakin berkembangnya bisnis jual beli online, maka Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UUITE) juga mengatur dan menjelaskan mengenai hak-hak konsumen, tetapi dalam undang-undang ini tidak dijelaskan secara pasal-perpasal melainkan hanya sekedar hak-hak konsumen secara umum. Begitu juga dengan Undang-undang kesehatan nomor 36 tahun 2009. Kesehatan sangat penting bagi semua manusia di dunia. Jika terjadi penjualan alat kesehatan ilegal dan banyak yang membeli alat kesehatan tersebut maka diperlukan perlindungan hukum terhadap konsumen sebagi pihak yang membeli alat kesehatan tersebut. Maraknya penjualan online khususnya alat Kesehatan mempunyai keuntungan dan kerugian tersendiri. Keuntungannya adalah pilihannya menjadi bervariasi, harganya menjadi murah karena tidak melalui banyak 3 pihak, serta memudahkan pembelian. Kerugiannya adalah rendahnya pengontrolan kualitas dari produk tersebut sehingga dapat mengakibatkan para tenaga medis yang menggunakan alat dan bahan tersebut beresiko terinfeksi bahkan kematian. Contoh kasus yang terakhir dimana pada masa pandemi covid-19, semua alat proteksi diri (apd) seperti masker, sarung tangan, baju hazmat, surgical gown, menjadi barang langka sehingga memicu gelombang kepanikan dalam membeli produk tersebut. Sebaliknya dari sisi usaha, semua pabrik alat Kesehatan, pengusaha bahkan ibu rumah tangga beralih profesi menjadi produsen, importir dan penjual alat Kesehatan ini. Ada sisi baiknya dari sudut pandang ekonomi, tetapi kalau di tinjau dari resiko tenaga Kesehatan (nakes) yang langsung berhubungan dengan pasien terinfeksi covid-19, hal tersebut menjadi berbahaya buat tenaga kesehatannya. Sejumlah media di amerika sendiri seperti washinton post tanggal 14 april 2020 melaporkan bahwa hampir 9000 lebih tenaga kesehatan terpapar virus covid-19 dan yang meninggal akibat virus tersebut mencapai lebih dari 4 100 orang. Di Indonesia sendiri, sejumlah laporan perihal meniggalnya nakes dan terpaparnya sejumlah besar nakes juga memprihatinkan. Hal yang diduga salah satu sebab banyaknya tenaga kesehatan yang terpapar dari covid-19 karena disebabkan ketidaklayakan dari alat proteksi diri yang digunakan. Melihat dari banyaknya pelaku usaha yang menjual alat dan bekal kesehatan tanpa mempunyai ijin edar dan legalitas lainnya sementara tidak ada langkah yang diambil oleh pihak aparat baik melalui tindakan preventif maupun represif dalam upaya memberantas penjual alat Kesehatan online. Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini mengenai tinjauan hukum tindakan jual beli alat dan perbekalan kesehatan secara online menurut hukum positif di Indonesia, diantaranya Undang-undang Perlindungan Konsumen, Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik, Undang Undang Industri, Undang Undang Perdagangan dan Undang-undang Kesehatan. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi konsumen, pelaku usaha maupun penegak hukum. Berdasarkan 5 uraian diatas maka penulis berminat meneliti permasalahan ini dan akan dituangkan dalam bentuk tesis dengan mengambil judul : “TINJAUAN HUKUM TINDAKAN JUAL BELI ALAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN SECARA ONLINE” B. POKOK PERMASALAHAN 1 Bagaimana kajian yuridis tindakan jual beli alat dan bekal kesehatan secara online? 2 Bagaimana konstruksi hukum penangganan jual beli alat dan bekal kesehatan secara online? C. TUJUAN PENELITIAN 1 Untuk mengkaji dan menganalisa tidakan jual beli alat dan bekal kesehatan secara online 2 Untuk mengkaji dan menganalisa konstruksi hukum penanganan jual beli alat dan bekal kesehatan secara online. D. MANFAAT PENELITIAN 1 Manfaat Teoreitis 6 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu dan sumbangan kepustakaan hukum pada umumnya, terutama tinjauan hukum tidakan jual beli alat dan bekal kesehatan secara. 2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan saran bagi pejabat yang terkait dengan penegakan hukum dalam pembuatan keputusan pengadilan tentang tinjauan hukum tindakan jual beli alat dan bekal kesehatan secara online di Indonesia. E. KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL 1. kerangka teori Kerangka teori merupakan adalah abstraksi hasil pemikiran atau kerangka acuan atau dasar yang relevan untuk pelaksanaan suatu penelitian ilmiah, khususnya penelitian hukum. Berdasarkan pernyataan di atas maka teori yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 7 a. Teori Perlindungan Konsumen Menurut pandangan teori kontrak tentang tugas usaha bisnis terhadap konsumen, hubungan antara perusahaan dengan konsumen pada dasarnya merupakan hubungan kontraktual, dan kewajiban moral perusahaan pada konsumen adalah seperti yang diberikan dalam hubungan kontraktual. Teori ini memberikan gambaran bahwa perusahaan memiliki empat kewajiban moral utama: kewajiban dasar untuk mematuhi isi perjanjian penjualan, dan kewajiban untuk memahami sifat produk , menghindari misrepesentasi, dan menghindari penggunaan paksaan atau pengaruh . Dengan bertindak sesuai kewajibankewajiban tersebut, perusahaan berarti menghormati hak konsumen untuk diperlakukan sebagai individu yang bebas dan sederajat atau dengan kata lain,sesuai dengan hak mereka untuk memperoleh perlakuan yang mereka setuju untuk dikenakan pada mereka.2 b. Teori yang berhubungan dengan transaksi elektronik 2. Velazquez 1998: 327 8 Pada dasarnya, perdagangan/transaksi e-commerce dapat dikelompokan menjadi 2 (dua) bagian besar, yaitu: transaksi Business to Business (B to B), dan Bussiness to Consumer (B to C). Dua kelompok inilah yang menyelimuti hampir semua transaksi e-commerce yang ada. Business to Business merupakan sistem komunikasi bisnis on-line antar pelaku bisnis.3 Business to Business (B to B) merupakan transaksi antara perusahaan (baik pembeli maupun penjual adalah perusahaan). Biasanya antara mereka telah saling mengetahui satu sama lain dan sudah terjalin hubungan yang cukup lama. Pertukaran informasi hanya berlangsung diantara mereka dan pertukaran informasi itu didasarkan pada kebutuhan dan kepercayaan. Perkembangan b to b lebih pesat jika dibandingkan dengan perkembangan jenis ecommerce yang lainnya. Transaksi e-commerce yang lain dikenal dengan b to c atau Business to Customer adalah transaksi antara perusahaan dengan konsumen atau individu. Contohnya adalah eBay.com, tokobagus.com, beberapa situs e-commerce yang besar dan terkenal. Pada 3. Dikdik M.Arif Mansur dan Elisatris Gultom, 2009:150-151 9 jenis ini transaksi disebaran secara umum, dan konsumen yang berinisiatif melakukan transaksi. Produsen harus siap menerima respon dari konsumen tersebut. Biasanya yang digunakan adalah system web karena system ini yang 35 sudah umum dipakai dikalangan masyarakat.4 2. Kerangka Konseptual Definisi Operasional Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan kerangka konsepsi yang diambil dari sumber pustaka seperti Undang-Undang dan buku-buku. Adapun beberapa kerangka konsepsi yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut: 1. Perlindungan Konsumen ”Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen”. 2. Konsumen 4. Edmon Makarim, 2005:259- 260 10 ”Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”. 3. Pelaku Usaha “Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”. 4. Barang “Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen”. 11 5. Jasa “Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen”. 6. Impor Barang “Impor barang adalah kegiatan memasukan barang ke dalam daerah pabean”. 7. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat “Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat adalah lembaga non pemerintah yang terdaftar dan diakui oleh pemerintah yang mempunyai kegiatan menangani perlindungan konsumen”. 8. Konsumen Kesehatan “Konsumen Kesehatan adalah masyarakat konsumen di Indonesia yang mengkonsumsi berbagai jasa dan produk kesehatan secara umum, yang berkaitan dengan segala upaya dan usaha untuk menyembuhkan penyakit 12 F. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian metode penelitian yang digunakan adalah metode yuridis normatif. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan konstruksi yang dilakukan dengan metode tertentu, bersifat sistematis dan konsisten untuk mengungkapkan kebenaran. 2. Pendekatan Dalam penulisian penelitian ini digunakan metode pendekatan perundang undangan, pendekatan historis dan pendekatan komparatif. Data yang digunakan adalah data sekunder, antara lain sebagai berikut: a. Bahan hukum primer merupakan bahan yang berupa peraturan perundang-undangan, dalam penulisan ini bahan hukum primer yang digunakan adalah Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 13 Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Peraturan-Peraturan Menteri Kesehatan, dan Surat Edaran Menteri Kesehatan atau Direktur Jenderal Departemen Kesehatan yang berkaitan dengan obyek penelitian. Turunan dari UU tersebut adalah Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan. Kemudian, ada pula Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang tidak mempunyai kekuatan mengikat tapi bersifat membahas/menjelaskan bukubuku, artikel dalam majalah/harian. Laporan penelitian, makalah yang disajikan dalam pertemuan ilmiah, catatan kuliah. c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang isinya memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer maupun sekunder. 14 3. Metode Pengumpulan Data Dalam penulisan penelitian ini penulis mengunakan bahan hukum primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari masyarakat. Selain itu, digunakan juga bahan hukum sekunder yang berupa buku, artikel, makalah dan lain sebagainya. 4. Analisis Data Dalam menganalisa data, penulisan tesis ini mengunakan metode deskriptif yang bersifat kualitatif, yaitu suatu metode yang berusaha untuk memaparkan data disertai analisis yang mendalam. 5. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini terbagi dalam 5 (lima) bab yang terdiri dari beberapa sub bab yang tersusun secara sistematis. Adapun Sistematika Penulisan antara lain sebagai berikut: Bab 1, merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika tesis ini Bab 2, merupakan suatu pembahasan yang meliputi tinjauan umum hukum perlindungan konsumen yang terbagi dalam beberapa sub bab 15 yang antara lain, yaitu definisi perlindungan konsumen, hukum konsumen dan hukum perlindungan konsumen, asas dan tujuan hukum perlindungan konsumen, pengertian dasar dalam hukum perlindungan konsumen, hak dan kewajiban sebagai konsumen dan pelaku usaha, tahapan-tahapan transaksi, perbuatan yang dilarang sebagai pelaku usaha, tanggung jawab pelaku usaha, peran pemerintah dalam hukum perlindungan konsumen, penyelesaian sengketa, sanksi-sanksi dalam hukum perlindungan konsumen. Bab 3, merupakan suatu penjabaran yang meliputi tinjauan umum penjualan alat dan bahan kesehatan serta pengaturannya. Lalu hak konsumen atas informasi, macam-macam sumber informasi, peraturan perundang-undangan yang mengatur peredaran alat dan bahan kedokteran impor di Indonesia, badan pengawas obat dan makanan, dinas kesehatan, sistem pengawasan obat dan makanan, badan pengawas obat dan makanan sebagai pengawas peredaran alat dan bahan kedokteran di Indonesia. Bab 4, penulis mencoba memaparkan serta menjelaskan mengenai perlindungan hukum bagi konsumen yang membeli alat dan bahan kesehatan ilegal secara online, pelanggaran hukum yang dilakukan oleh pelaku usaha terhadap pengaturan perundang-undangan mengenai peredaran obat dan bahan kedokteran ilegal, pelaku usaha mana yang bertanggung jawab terhadap konsumen yang mengalami 16 kerugian akibat membeli alat dan bahan, dan tanggung jawab pelaku usaha terhadap konsumen yang mengalami kerugian akibat membeli barang ilegal tersebut. Bab 5, merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Dalam bab ini penulis mencoba menyimpulkan dan memberikan usulan-usulan mengenai permasalahan yang telah dibahas dalam penulisan tesis ini. Bisa di simpulkan bahwa sediaan farmasi dan alat kesehatan harus aman, berkhasiat atau bermanfaat, bermutu, dan terjangkau ditambah lagi sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar oleh penyalur yang memiliki izin sebagai penyalur alat dan bahan Kesehatan.