penggunaan media visual dalam pembelajaran anak autis

advertisement
PENGGUNAAN MEDIA VISUAL DALAM PEMBELAJARAN
ANAK AUTIS
Wiwik Widajati & Blitsivictoria Alfinina
(Dosen PLB FIP Unesa, e-mail:[email protected] & Guru SDLB Kerabat
Mulia Kepung Kediri, e-mail: [email protected])
Abstract; Media had important role in attracting and motivating the pupil during
entering for learning process in the class especially for special need children as
autism children. The purposes of this research were (1) to descript the application
af autism children learning in the fifth class of SDLB Kerabat Mulia Kepung
Kediri (2) to descript and analyze the usage of visual media in autism children
learning in the fifth class of SDLB Kerabat Mulia Kepung Kediri (3) to descript
the visual media used in learning for autism children in the fifth class of SDLB
Kerabat Mulia Kepung Kediri.This research used descriptive qualitative. The data
sources were primer and secondary. The data collection techniqueused interview,
documentation, and observasiton. The research location was in SDLB Kerabat
Mulia Kepung Kediri. The result data was analyzed by interactive. The results
were (1) about the application of learning to autism children in the fifth class of
SDLB Kerabat Mulia Kepung Kediri (2) about the usage of visual media in the
form of picture in autism children learning in the fifth class of SDLB Kerabat
Mulia Kepung Kediri (3) about visual media used in autism children learning in
the fifth class of SDLB Kerabat Mulia Kepung Kediri.
Abstrak; Media memiliki peran penting dalam menarik perhatian dan motivasi
anak didik dalam mengikuti pembelajaran di kelas, terutama bagi anak
berkebutuhan khusus seperti anak autis. Tujuan penelitian ini adalah (1)
mendeskripsikan tentang pelaksanaan pembelajaran anak autis di kelas V SDLB
Kerabat Mulia Kepung Kediri (2) mendeskripsikan dan menganalisis penggunaan
media visual dalam pembelajaran anak autis di kelas V Kerabat Mulia Kepung
Kediri (3) mendeskripsikan media visual yang digunakan dalam pembelajaran
bagi anak autis di kelas V SDLB Kerabat Mulia Kepung Kediri. Penelitian ini
menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian, yaitu
sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data
menggunakan wawancara, dokumentasi dan observasi. Lokasi penelitian di SDLB
Kerabat Mulia Kepung Kediri. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan
analisis interaktif. Hasil penelitian tersebut yaitu (1) tentang pelaksanaan
pembelajaran pada anak autis di kelas V SDLB Kerabat Mulia Kepung Kediri (2)
tentang penggunaan media visual berupa gambar dalam pembelajaran anak autis
di kelas V SDLB Kerabat Mulia Kepung Kediri (3) tentang media visual yang
digunakan dalam pembelajaran anak autis di kelas V SDLB Kerabat Mulia
Kepung Kediri.
Kata kunci: penggunaan media visual, program pembelajaran anak autis.
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan belajar mengajar yang menimbulkan
adanya interaksi antara siswa (anak autis) dengan guru pembimbing yang mengajar.
Dalam upaya membelajarkan anak autis tidaklah mudah. Guru pembimbing harus
memiliki kepekaan, ketelatenan, kreatif dan konsisten di dalam kegiatan pembelajaran
yang dilaksanakan (Nisa, 2009). Karena pada kenyataanya anak autis tidak mudah
dalam memahami dan mengerti orang lain. Sehingga guru pembimbing harus
memahami dan mengerti anak autis.
Widojati & Alfinina, Penggunaan Media Visual …. (26 - 34)
Secara neurologis, anak autis tersebut adalah anak yang mengalami hambatan
perkembangan otak terutama pada area bahasa, sosial, dan fantasi (Geniofam, 2010:
29). Autis atau autisme sendiri adalah salah satu dari lima tipe gangguan
perkembangan pervasive atau PDD (pervasive developmental disorders), yang
ditandai tampilnya abnormalitas pada domain interaksi sosial dan komunikasi yang
mulai muncul sejak anak berusia di bawah 3 tahun (Priyatna, 2010: 2).
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa autis
merupakan suatu gangguan neurobiologisme yang kompleks sehingga menyebabkan
gangguan pada tiga aspek yaitu kemampuan interaksi sosial, komunikasi & bahasa,
dan perilaku & minat, biasanya muncul pada anak sejak berusia sebelum tiga tahun.
Faktor penyebab anak menjadi autis belum dapat diketahui dengan pasti.
Namun banyak para ahli memaparkan beragam teori tentang penyebab autis. Salah
satunya yaitu diyakini bahwa gangguan autisme merupakan suatu sindrom perilaku
yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi yang mempengaruhi sistem saraf pusat
(Wardhani dkk, 2010: 18). Sehingga anak autis mengalami hambatan dalam
kemampuan kognitifnya, tidak seperti anak normal seusianya. Menurut Tarsidi (2001:
4) bahwa hambatan tersebut dapat diminimalisir dengan pembelajaran yang terpola,
disesuaikan dengan kebutuhan anak
Pada dasarnya proses pembelajaran menuntut para guru untuk mengendalikan
kegiatan belajar peserta didik. Hal ini merupakan salah satu tanggung jawab guru
dalam proses pembelajaran, yaitu merancang dan melaksanakan proses pembelajaran
sedemikian rupa sehingga para peserta didik dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Seperti profesionalisme guru dalam berbahasa lisan adalah modal utama
yang harus dimiliki guru dalam proses pembelajaran berlangsung, sehingga para
peserta didik dapat mengikuti pembelajaran dengan mudah, menyenangkan dan
memahami materi yang diajarkan guru (Riana, 2010: 4).
Namun pada kenyataanya, apabila dalam penyampaian materi pembelajaran
hanya menggunakan bahasa lisan saja, maka akan muncul beberapa persoalan.
Persoalan tersebut dapat muncul dari diri anak didik, terlebih anak yang berkebutuhan
khusus seperti anak autis yang ada di kelas V SDLB. Anak autis pada tingkatan
tersebut masih mengalami hambatan dalam perkembangan kognitifnya. Hal ini
berdasarkan hasil pengamatan di lapangan yang dilakukan pada bulan Desember
2010-Januari 2011 di SDLB Kerabat Mulia Kepung Kediri didapat bahwa anak autis
di kelas V yang berusia sekitar 11 tahun kemampuan koginifnya masih kurang dalam
memahami materi pada mata pelajaran tertentu yang diajarkan oleh guru yaitu Bahasa
Indonesia, Matematika, PKN, IPA, dan IPS. Ketika guru menerangkan suatu materi
pelajaran secara langsung anak terlihat bingung dengan penjelasan guru tersebut,
karena anak tersebut masih sering kesulitan untuk berpikir secara abstrak sehingga
perlu alat bantu secara nyata yang dapat memudahkan anak menjadi mengerti isi
materi yang disampaikan oleh guru.
Padahal secara psikologi, anak normal pada jenjang sekolah dasar yang terjadi
pada usia 11 tahun yang sudah memasuki sekolah di kelas V telah mengalami
perkembangan kognitif yaitu tahap konkret operasional, seperti yang diungkapkan
oleh Piaget bahwa dalam tahap ini anak sudah mulai melakukan operasi, mulai dapat
berpikir rasional (Winataputra, 2007: 3.41). Berbeda dengan keadaan perkembangan
pada anak autis meskipun memiliki persamaan usia, anak autis seusia tersebut belum
mampu berpikir secara rasional.
Terlebih apabila dilihat dalam tahapan perkembangan kognitif oleh Piaget,
perkembangan anak autis di kelas V SDLB Kerabat Mulia Kepung Kediri masih pada
tahapan preoperasional, yaitu perkembangan ranah kognitif anak tersebut masih sama
dengan anak usia 2-7 tahun. Pada tahapan ini, anak dapat menyadari eksistensi suatu
benda yang ada disekitarnya namun belum dapat mengembangkan kemampuan untuk
27
JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA,APRIL 2013,VOLUME 9, NOMOR.1
melakukan gambaran tentang benda tersebut. Sehingga perlu menciptakan suatu
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan untuk mengoptimalkan belajar anak,
salah satunya melibatkan berbagai sumber belajar, yaitu media pembelajaran dalam
mata pelajaran tertentu. Para guru dituntut agar mampu menggunakan media
pembelajaran yang telah disediakan sekolah dalam upaya untuk mencapai
pembelajaran yang diharapkan (Arsyad, 2010: 2).
Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan
pesan atau informasi (AECT, 1977 dalam Arsyad, 2010: 3). Briggs menyebut media
sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya terjadi proses belajar.
Menurut Schram (1977) sendiri (dalam Susilana & Riyana, 2008) berpendapat bahwa
media merupakan teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk
keperluan pembelajaran. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa media pembelajaran adalah alat yang digunakan sebagai penyalur pesan dalam
kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran sendiri merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlenngkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2009). Menurut Susilana &
Riyana (2008), pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang
dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan
memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Yang terpenting dalam kegiatan
pembelajaran adalah terjadinya proses belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses
belajar mengajar yang melibatkan beberapa komponen yang saling berpengaruh untuk
mencapai suatu tujuan pembelajaran salah satunya yaitu media. Sehingga peran media
pembelajaran jadi sangat penting dalam penyampaian isi materi. Seperti hasil
penelitian Jatmika (2005: 94), bahwa metode pembelajaran yang tepat ditambah
dengan pemilihan dan penggunaan media yang tepat pula akan membantu peserta
didik memahami materi yang disampaikan. Hamalik (1986) juga mengemukakan
bahwa pemakaian media pembelajaran tersebut dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi
terhadap siswa (Arsyad, 2010: 15). Sehingga peran media menjadi penting dalam
pembelajaran sebagai alat bantu menyampaikan pesan materi yang diajarkan guru
kepada anak didik.
Media pembelajaran dapat dipahami sebagai sesuatu yang dapat
menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga
tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimaannya dapat melakukan
proses belajar secara efisien dan efektif (Munadi, 2010: 7). Sehingga pembelajaran
akan lebih efektif apabila objek dan kejadian yang menjadi bahan pembelajaran dapat
divisualisasikan secara realistik menyerupai keadaan yang sebenarnya, meskipun
tidak berarti bahwa media tersebut harus selalu menyerupai keadaan yang sebenarnya.
Hal ini dimaksudkan bahwa media dapat diberikan secara nyata seperti berupa
gambar benda mirip aslinya ataupun miniatur.
Kedudukan media pembelajaran dalam proses belajar memiliki peran sangat
penting. Seperti pada tahap orientasi pembelajaran, media pembelajaran sangat
membantu keefektifan proses pembelajaran dan menyampaikan pesan dan isi materi
belajar pada saat itu (Arsyad, 2010: 16). Banyak berbagai jenis media pembelajaran
yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Setiap jenis media pembelajaran memiliki
ciri khas tersendiri. Selain itu, ketepatan penggunaan media pembelajaran dijadikan
bagian kemampuan dan keterampilan guru untuk memahami karakteristik anak
didiknya.
28
Widojati & Alfinina, Penggunaan Media Visual …. (26 - 34)
Mengingat bahwa pada umumnya anak autis memiliki karakteristik yang
spesifik yang berkaitan dengan tingkat perkembangan fungsional. Tingkat
perkembangan tersebut meliputi kemampuan dasar kognitif, komunikasi/ bahasa, bina
diri dan sosialisasi, sehingga sebelum pembelajaran diberikan pada anak autis,
terlebih dahulu seorang guru harus mengetahui karakteristik anak tersebut dengan
melakukan asesmen (Delphie, 2006: 1). Hal ini bertujuan agar pemilihan media
pembelajaran untuk anak autis tepat sesuai dengan kebutuhan anak. Selain itu, anak
autis lebih memahami suatu materi dengan penjelasan yang bersifat konkret daripada
abstrak.
Seperti penelitian yang dilakukan Dale (1969), menyatakan pemerolehan hasil
belajar melalui indera pandang dan indera dengar sangat menonjol perbedaannya.
Dale memperkirakan bahwa pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang
berkisar 75%, melalui indera dengar sekitar 13%, dan melalui indera lainnya sekitar
12% (Arsyad, 2010: 10). Penelitian tersebut membuktikan bahwa media pembelajaran
memberikan pengaruh besar terhadap proses belajar anak, teutama pada anak
berkebutuhan khusus, seperti anak autis yang memiliki kemampuan kognitif yang
kurang terhadap sesuatu yang ada di sekitarnya.
Banyak jenis media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar.
Media visual adalah salah satu jenis media pembelajaran yang dapat digunakan media
dalam proses belajar pada anak autis. Media visual ini dapat memperlancar
pemahaman dan memperkuat ingatan. Selain itu media visual dapat pula
menumbuhkan minat anak dan dapat memberikan hubungan antara isi materi
pelajaran dengan dunia nyata (Arsyad, 2010: 91). Media visual tersebut dapat berupa
gambar benda yang mirip dengan benda aslinya.
Keefektivan penggunaan media visual dalam pembelajaran tidak terlepas dari
pemahaman guru terhadap keragaman dan karakteristik dari media yang akan
digunakan. Pemilihan dan penggunaan media tersebut hendaknya disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Sehingga perlu adanya
tinjauan lebih lanjut dalam penggunaan media visual yang dipilih sebagai media
pembelajaran pada anak autis di kelas V untuk menanamkan pemahaman materi yang
diajarkan. Terutama pada materi mata pelajaran tertentu, yaitu Bahasa Indonesia,
Matematika, PKN, IPA dan IPS yang merupakan mata pelajaran pilihan yang perlu
disiapkan sejak awal di kelas V untuk menghadapi ujian nasional pada kelas
selanjutnya.
Dari pemaparan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian yang
berkaitan dengan media pembelajaran tersebut dengan judul “ Studi tentang
Penggunaan Media Visual dalam Pembelajaran Anak Autis di Kelas V SDLB Kerabat
Mulia Kepung Kediri”. Penelitian ini difokuskan pada beberapa masalah yang ada,
yaitu : (1) Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran pada anak autis di kelas V SDLB
Kerabat Mulia Kepung Kediri ?, (2) Bagaimanakah penggunaan media visual dalam
pembelajaran anak autis di kelas V SDLB Kerabat Mulia Kepung Kediri?, (3) Apa
saja media visual yang digunakan dalam pembelajaran anak autis di kelas V SDLB
Kerabat Mulia Kepung Kediri?. Tujuannya adalah (1) Mendeskripsikan tentang
pelaksanaan pembelajaran anak autis di kelas V SDLB Kerabat Mulia Kepung Kediri,
(2) Mendeskripsikan dan menganalisis penggunaan media visual dalam pembelajaran
anak autis di kelas V SDLB Kerabat Mulia Kepung Kediri, (3) Mendeskripsikan
media visual yang digunakan dalam pembelajaran anak autis di kelas V SDLB
Kerabat Mulia Kepung Kediri.
29
JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA,APRIL 2013,VOLUME 9, NOMOR.1
METODE
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Menurut Bogdan dan
Taylor (dalam Moleong, 2010: 4) metode kualitatif merupakan prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati. Pelaksanaan penelitian berlokasi di SLB
Kerabat Mulia Kepung Kediri yang terletak di Jl. Kampung Baru Kepung Kediri.
Sumber data penelitian dikategorikan menjadi dua, yaitu sumber primer dan sumber
sekunder. Sumber primer, yaitu sumber data yang diperoleh dari pihak yang diteliti.
Dalam penelitian ini sumber data primer dapat dipeoleh dari guru pembimbing anak
autis dan guru kelas V, untuk menyaring data-data tentang pembelajaran anak autis
dengan menggunakan media visual. Sumber sekunder adalah sumber data yang
diperoleh dari pihak di luar sasaran penelitian. Dalam penelitian ini, sumber data
dapat diperoleh dari Kepala SLB Kerabat Mulia Kepung Kediri. Teknik pengumpulan
data yang digunakan peneliti adalah wawancara, dokumentasi dan observasi. Analisis
data pada penelitian ini, yaitu dengan proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain (Sugiyono, 2010).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini disusun dalam tiga pokok bahasan, antara lain tentang:
1. Pelaksanaan pembelajaran anak autis di kelas V SDLB Kerabat Mulia Kepung
Kediri
Mendeskripsikan tentang pelaksanaan pembelajaran anak autis di kelas V
SDLB Kerabat Mulia Kepung Kediri dilakukan berdasarkan hasil observasi,
wawancara dan dokumentasi yang hasilnya dirinci sebagai berikut:
a. Penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di SDLB
Dalam kegiatan pembelajaran di SDLB Kerabat Mulia Kepung Kediri
mengacu pada KTSP yang dimodifikasi. Kurikulum tersebut tidak murni
digunakan karena mengingat bahwa anak didik yang ada di SDLB mengalami
hambatan dalam beberapa aspek dan tiap anak memiliki karakteristik dan
kebutuhan pembelajaran yang berbeda. Seperti anak autis sebelum di masukkan
ke SDLB setidaknya mereka sudah pernah diberikan pembelajaran individual
terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk menyiapkan keadaan anak autis
sebelum menerima pembelajaran lebih lanjut.
Kepala SLB Kerabat Mulia Kepung Kediri mengemukakan bahwa pihak
SDLB mengadakan pengelolaan kelas, yaitu secara klasikal dan individual
(lamp.10). Pengelolaan kelas secara klasikal dilakukan di kelas reguler,
sehingga dalam satu ruang kelas beberapa anak berkebutuhan khusus kurang
lebih 10 anak belajar bersama dengan seorang guru. Sedangkan pengelolaan
kelas secara individual dilaksanakan di ruang bina diri yang pelaksanaan
pembelajarannya satu anak satu guru.
Di pengelolaan kelas individual tersebut setiap anak berkebutuhan
khusus bisa mengikuti tergantung permintaan orang tua. Seperti anak autis yang
masuk sekolah di SDLB Kerabat Mulia yang masih belum pernah mendapatkan
pembelajaran sebelumnya bisa mengikuti pembelajaran individual di ruang bina
diri tersebut.
b. Pembelajaran anak autis di kelas V
30
Widojati & Alfinina, Penggunaan Media Visual …. (26 - 34)
Beberapa anak autis di kelas V SDLB Kerabat Mulia Kepung Kediri
mengikuti pembelajaran secara klasikal bersama dengan anak berkebutuhan
khusus lainnnya. Hanya saja dibedakan dalam penempatan posisi duduknya. Hal
ini menurut guru kelas (lamp.11) dengan penempatan posisi duduk yang
dikelompokkan sesuai dengan kemampuan anak dapat membantu guru kelas
dalam menetukan materi yang tepat bagi anak didiknya, karena mengingat
bahwa setiap anak berkebutuhan khusus, seperti anak autis memiliki kebutuhan
yang berbeda meskipun sudah dapat mengikuti pembelajaran di dalam kelas
reguler.
BG adalah salah satu contoh anak autis di kelas V SDLB Kerabat Mulia
Kepung Kediri yang menglami hambatan dalam kognitifnya. BG mengikuti
proses pembelajaran secara klasikal di kelas reguler dan individual di ruang bina
diri yang dilaksanakan sepulang sekolah. Di ruang bina tersebut BG diberi
pembelajaran yang materinya lebih disederhanakan lagi sesuai keadaan BG,
sehingga ketika BG mengikuti pembelajaran di kelas tidak ketinggalan materi
dengan anak lainnya. Hal serupa juga diungkapkan oleh guru pembimbing
(lamp.12) bahwa perkembangan kemampuan kognitif BG sekarang sudah jauh
lebih bagus karena mengikuti pembelajaran individual di ruang bina diri.
c. Evaluasi
Fungsi evaluasi berguna untuk mengetahui sedini mungkin kesulitan
anak didik, sehingga pencapaian kompetensi yang kurang optimal dapat segera
diperbaiki. Evaluasi ini dilakukan berdasarkan penilaian hasil perkembangan
kemampuan anak dari perbandingan perkembangan anak sebelumnya. Guru
pembimbing (lamp.12) di SDLB Kerabat Mulia Kepung Kediri mengatakan
bahwa evaluasi yang digunakan untuk anak autis, khususnya pembelajaran
individual yang dilakukan di ruang bina diri yaitu: evaluasi proses dan evaluasi
semester.
Di kelas V SDLB Kerabat Mulia Kepung evaluasi yang digunakan juga
sama seperti yang digunakan pada pembelajaran individual yang ada di ruang
bina diri. Hanya saja evaluasi yang digunakan di kelas lebih menekankan pada
evaluasi semester. Hal ini karena evaluasi semester merupakan laporan tertulis
tentang tingkat keberhasilan belajar anak yang diberikan kepada orang tua,
sehingga para orang tua bisa mengetahui sejauh mana perkembangan belajar
anaknya selama di sekolah.
2. Penggunaan media visual dalam pembelajaran anak autis di kelas V SDLB Kerabat
Mulia Kepung Kediri
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang telah
dilakukan dapat dideskripsikan dan dianalisis tentang penggunaan media visual
dalam pembelajaran anak autis di SDLB Kerabat Mulia Kepung bahwa dalam
penggunaan media visual seorang guru dituntut harus teliti dan tepat dalam
pemilihannya yang disesuaikan dengan materi mata pelajaran. Di kelas V SDLB
Kerabat Mulia Kepung Kediri penggunaan media visual sering dipakai pada mata
pelajaran tertentu, yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, PKN, IPA dan IPS. Hal
tersebut seperti yang diungkapkan oleh guru kelas V bahwa beberapa materi dari
mata pelajaran tersebut membutuhkan kehadiran media visual sebagai alat bantu
untuk menyampaikan isi materi kepada anak didik, terlebih bagi anak
berkebutuhan khusus seperti anak autis. Selain itu mata pelajaran tertentu itu
disiapkan mulai sejak awal untuk persiapan ujian nasional.
Penggunaan media visual tersebut sangat berpengaruh dalam tingkat
keberhasilan belajar anak autis. Terutama dalam hal kemampuan anak autis dalam
pemahaman materi pembelajaran di kelas. Selain itu penggunaan media visual
bertujuan untuk menarik minat dan motivasi anak autis dalam mengikuti
31
JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA,APRIL 2013,VOLUME 9, NOMOR.1
pembelajaran dengan tertib. Sehingga dalam penggunaan media visual seorang
guru kelas harus teliti dan tepat dalam menentukan materi dan media yang sesuai
dengan kondisi anak.
3. Media visual yang digunakan dalam pembelajaran anak autis di kelas V SDLB
Kerabat Mulia Kepung Kediri
Beberapa media yang digunakan dalam pembelajaran anak autis di kelas V
SDLB Kerabat Mulia Kepung Kediri, salah satunya yaitu media visual. Media
visual tersebut banyak dipilh oleh para guru SDLB dalam pembelajaran, karena
media tersebut mudah ditemukan dan memiliki sifat yang sederhana. Seperti yang
diungkapkan guru pembimbing (lamp.80) bahwa media visual terutama gambar
merupakan media pembelajaran yang paling cenderung digunakan pada awal
pembelajaran pada setiap kelas, terutama kelas I-III. Untuk kelas IV-VI media
visual ataupun media lainnya hanya digunakan apabila anak membutuhkan alat
bantu untuk memahami isi materi pelajaran.
Berdasarkan observasi lapangan dan wawancara dengan guru pembimbing
tentang fasilitas yang diberikan sekolah kepada guru dalam pembelajaran di kelas
salah satunya yaitu sekolah menyediakan fasilitas berupa media pembelajaran.
Media pembelajaran tersebut yaitu media visual. Media visual selain gambar hasil
buatan guru, sekolah menyediakan beberapa media pembelajaran anak autis di
kelas V SDLB Kerabat Mulia Kepung Kediri, diantaranya: peta, buku, modul,
papan tulis, dan benda tiruan
Setiap anak autis perlu memperoleh pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhannya. Salah satunya mendapatkan pembelajaran individual seperti di
lembaga terapi untuk mengoptimalkan kemampuan yang dimilikinya. Namun tidak
menutup kemungkinan bahwa anak autis juga memerlukan pembelajaran yang
bersifat klasikal untuk melatih kemampuan sosialisasi anak. Untuk itu anak autis tidak
hanya bisa belajar di lembaga terapi saja tetapi bisa juga mendapatkan pembelajaran
klasikal dengan masuk ke SLB yang merupakan salah satu sekolah formal yang dapat
dipilih bagi orang tua. Sehingga SLB yang menampung anak autis perlu adanya
manajemen pengelolaan sekolah luar biasa supaya pelayanan pendidikan untuk anak
autis lebih layak, proporsional, sebanding dengan layanan pendidikan secara umum,
dan disesuaikan dengan kebutuhannya yang sesuai dengan pedoman pelaksanaan
manajemen sekolah khusus untuk autistik yang ditetapkan oleh direktorat PSLB. Hal
tersebut dapat dilihat dari pelaksanaan pembelajaran anak autis di kelas V SDLB
Kerabat Mulia Kepung Kediri yang terlaksana secara klasikal. Meskipun demikian
pemberian materi pelajaran tetap berdasarkan kondisi anak autis.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala SLB Kerabat Mulia Kepung
Kediri terkait tentang pelaksanaan pembelajaran secara klasikal di SDLB tersebut,
maka kurikulum yang digunakan adalah KTSP. Sehingga anak autis di kelas V SDLB
Kerabat Mulia Kepung Kediri mengikuti pembelajaran dengan berpedoman pada
KTSP yang sudah dimodifikasi oleh guru yang disesuaikan dengan kondisi anak autis.
Hal ini sesuai dengan pendapat Tarsidi (2001: 4) bahwa pedoman umum pengajaran
untuk anak autis, kurikulumnya didasarkan atas karakteristik individual anak, bukan
atas dasar label autisme.
Pelaksanaan pembelajaran anak autis tidak terlepas dari penggunaan media
pembelajaran, salah satunya media visual. Terutama pada anak autis di kelas V SDLB
Kerabat Mulia Kepung Kediri yang mengalami hambatan dalam kemampuan
kognitifnya masih memerlukan alat bantu untuk memahami materi pelajaran tertentu
yang diajarkan oleh guru. Hal tersebut sesuai dengan Arsyad (2010: 91) bahwa media
visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan.
Media visual yang digunakan oleh guru kelas maupun guru pembimbing lebih
cenderung menggunakan media visual berupa gambar. Alasan mereka menggunakan
32
Widojati & Alfinina, Penggunaan Media Visual …. (26 - 34)
gambar tersebut karena penggunaannya yang mudah dan anak autis bisa lebih fokus
pada materi pelajaran. Namun, dalam penggunaan media ini harus disesuaikan dengan
kebutuhan anak autis dan ketepatan pemilihan media yang akan digunakan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Asmaulfauziah (2010: 8) bahwa Penggunaan media dalam
proses pembelajaran adalah untuk memudahkan anak dalam menerima materi, akan
tetapi dalam pemanfaatan atau penggunaan media harus dilihat dan dipahami
karakteristik dari media tersebut.
Terkait dengan materi pelajaran tertentu yang menggunakan media visual,
maka guru kelas (lamp.11) mengungkapkan bahwa penggunaan media visual selain
disesuaikan dengan kebutuhan anak autis juga disesuaikan dengan materi pelajaran.
Mata pelajaran yang masih sering membutuhkan kehadiran media visual diantaranya:
Bahasa Indonesia, Matematika, PKN, IPA dan IPS. Mata pelajaran tersebut disiapkan
mulai sejak awal untuk persiapan menghadapi ujian nasional. Sehubungan dengan hal
tersebut berkaitan dengan ketetapan direktorat PSLB yang menetapkan evaluasi
kegiatan pembelajaran bagi anak autis salah satunya yaitu dengan ujian nasionl yang
merupakan kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada mata
pelajaran tertentu dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan.
Media visual gambar merupakan salah satu media yang digunakan guru dalam
pembelajaran anak autis di kelas V SDLB Kerabat Mulia Kepung Kediri. Hal ini
sesuai dengan hasil wawancara dengan guru pembimbing (lamp.12) bahwa gambar
merupakan media yang sering digunakan dalam pembelajaran, khususnya bagi anak
autis. Selain gambar media visual yang ada di SDLB Kerabat Mulia Kepung Kediri
yaitu: buku, papan tulis, dan miniatur.
Adapun media pembelajaran selain media visual yang ada di SDLB Kerabat
Mulia Kepung Kediri yang berfungsi sebagai media pelengkap diantaranya media
audio berupa tape, media audio visual berupa televisi dan peralatan proyeksi berupa
OHP. Klasifikasi beberapa media tersebut sesuai dengan pengklasifikasian media
menurut Munadi (2010: 58). Namun dalam kenyataannya berdasarkan hasil observasi
media tersebut jarang digunakan, karena keterbatasan waktu dan tempat.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan yang dapat diambil adalah (1) Pelaksanaan pembelajaran anak autis
di kelas V SDLB Kerabat Mulia Kepung Kediri terlaksana secara klasikal. Anak autis
belajar bersama-sama dengan anak berkebutuhan khusus lainnya dalam satu kelas
dengan seorang guru, (2) Penggunaan media visual dalam pembelajaran anak autis di
kelas V SDLB Kerabat Mulia Kepung Kediri disesuaikan dengan kebutuhan anak dan
karakteristik media visual pada materi mata pelajaran tertentu. Terutama pada mata
pelajaran yang disiapkan untuk mengahadapi ujian nasional, yaitu : Bahasa Indonesia,
Matematika, PKN, IPA dan IPS, (3) Media visual yang digunakan dalam
pembelajaran anak autis di kelas V SDLB Kerabat Mulia Kepung Kediri selain media
visual berupa gambar juga ada beberapa media visual berupa buku, papan tulis, dan
minatur. Namun ada juga media pelengkap seperti media audio, media audio visual
dan peralatan proyeksi.
Ada beberapa saran untuk para pihak tertentu supaya diperhatikan dan
dipertimbangkan adalah sebagai berikut; (1) Para guru kelas maupun guru
pembimbing disarankan supaya lebih cermat, teliti dan tepat dalam penggunaan media
visual dalam pelaksanaan pembelajaran anak autis di kelas, sehingga hasil belajar
anak autis dapat tercapai sesuai dengan harapan yang telah diprogram sebelumnya, (2)
Secara umum kepala sekolah sebagai pemegang kebijakan di sekolah diharapkan
lebih serius dalam mengontrol setiap tahapan yang terjadi di sekolah. Khususnya yang
berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas. Selain itu diharapkan menambah
33
JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA,APRIL 2013,VOLUME 9, NOMOR.1
adanya fasilitas media pembelajaran untuk memudahkan guru dalam memberikan
pembelajaran di kelas.
DAFTAR ACUAN
Arsyad, Azhar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Asmaulfauziah. 2010. Pengaruh Penggunaan Media Visual terhadap Minat Belajar
pada Materi Biosfer dalam Mata Pelajaran Geografi. Surabaya: Unesa.
Azwandi, Yosfan. 2005. Mengenal & Membantu Penyandang Autisme. Jakarta:
Depdiknas
Delphi, Bandi. 2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. 2008. Pedoman Pelaksanaan Manajemen
Sekolah Khusus untuk Autistik (SLB-F). Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional
Fajri, Muhammad. 2009. Seberapa Pentingkah Penggunaan Media Pembelajaran di
Sekolah
Dasar?.
Media
Pembelajaran
(Online),
(http://vhajrie27.wordpress.com/2009/01/07/seberapa-pentingkahpenggunaan-media-pembelajaran-di-sekolah-dasar/, diakses 16 Februari
2011).
Geniofam. 2010. Mengasuh dan Menyukseskan Anak Berkebutuhan Khusus.
Jogjakarta: Garailmu.
Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hidayat & Asjari, Musjafak. Tanpa Tahun. Pengenalan Autisme dan Layanan
Pendidikannya. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia. (Online).
Himmaturofiah. 2010. Study Pelaksanaan Pendidikan Inklusif bagi Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) di SDN Bedali 05 Lawang Malang. Skripsi
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya Offset.
Munadi, Yudhi. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press.
Nisa. 2009. Model Pembelajaran yang Efektif bagi Penderita Autisme. (Blog Online),
(http://www.borobudurbiz.com/, diakses 19 Februari 2011).
Priyatna, Andri. 2010. Amazing Autism! (Memahami, Mengasuh, dan Mendidik Anak
Autis). Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Riana, Cepi. Tanpa Tahun. Komputer dan Media Pendidikan di Sekolah Dasar.
(Online), (http://edywihardjo.blog.unej.ac.id, diakses 30 Januari 2011).
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Susilana, Rudi & Riyana Cepi. 2008. Media Pembelajaran. Bandung: FIP UPI.
Tarsidi, Didi. 2001. Anak Penyandang Autisme dan Pendidikanya. Bandung: UPI
Wardhani, Fauzia Yurike, dkk. 2009. Apa dan Bagaimana Autisme. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi UI.
Winataputra, Udin S. 2009. Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka.
34
Download