Seminar Nasional Pendidikan IPA-Biologi FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 28 September 2016 PENERAPAN METODE EKSPERIMEN BERBASIS LINGKUNGAN DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA KONSEP SISTEM KOLOID(PTK DI KELAS XI IPA MAN 2 KOTA TANGERANG) Buchori Muslim1, Erlinawati2 1 Program Studi Pendidikan Kimia, FITKUIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2 MAN 2 Kota Tangerang 1 Email koresponden: [email protected], [email protected] Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA 1 MAN 2 Kota Tangerang tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa sebanyak 31 orang yang terdiri dari 3 siswa laki-laki dan 28 siswa perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk untuk meningkatkan hasil belajar kimia siswa dengan menggunakan metode eksperimen berbasis lingkungan.Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tes hasil belajar, lembar observasi, lembar penilaian laporan hasil praktikum, pedoman wawancara dan catatan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode eksperimen berbasis lingkungan dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada konsep sistem koloid. Rata-rata nilai post-tes meningkat dari 61.87 dengan KKM 22,58% pada siklus I menjadi 81.12 dengan KKM 90,32 % pada siklus II. Hasil belajar pada aspek psikomotorik juga mengalami peningkatan dari nilai rata-rata pada siklus I 78.35 dengan ketuntasan 93,54% meningkat menjadi 78.81 pada siklus II dengan ketuntasan 83,87%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode eksperimen berbasis lingkungan dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada konsep sistem koloid. Kata Kunci: penelitian tindakan kelas; hasil belajar siswa; eksperimen berbasis lingkungan Abstract This research is a classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consists of planning, implementation, observation and reflection. The subjects were students of class XI IPA 1 MAN 2 Kota Tangerang academic year 2015/2016 the number of students of 31 people consisting of three male students and 28 female students. This study aimed to improve learning outcomes chemistry student by using the experimental method based environment. The instrument used in this study consisted of a test result of learning, observation sheets, assessment sheets lab report, interview and field notes. The results showed that the application of the experimental method based environments to improve learning outcomes chemistry students to the concept of the colloidal system. The average post-test score increased from 61.87 with KKM 22.58% the first cycle to 81.12 with KKM 90.32% in the second cycle. Results of study on psychomotor aspect also increased from the average value in the first cycle completeness 78.35 with KKM 93.54% increase to 78.81 in the second cycle to the completeness 83.87%. Based on the results of this study concluded that the application of the experimental method based environments to improve learning outcomes chemistry students to the concept of colloidal system. Keywords: classroom action research; student learning; experiment-based environment PENDAHULUAN Hasil pengalaman mengajar di MAN 2 Kota Tangerang diperoleh bahwa hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA selama ini sangat Copyright © 2016, ISBN 978-602-73551-0-8 Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia rendah. Terlihat dari rata-rata nilai ulangan harian siswa yang masih di bawah nilai KKM yaitu pada materi Stoikiometri mempunyai nilai rata-rata sebesar 63,90; Larutan Penyangga dan Hidrolisis mempunyai nilai rata-rata sebesar 57,77; serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan mempunyai nilai rata-rata sebesar 77. Mungkin untuk materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan ini jika dilihat nilai rata-ratanya telah mencapai nilai KKM yang ditetapkan, namun jika dilihat berdasarkan jumlah siswa yang mencapai KKM hanya sebesar 50% saja. Padahal saat mengajar, peneliti sudah berusaha menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar kimia siswa seperti: Direct Learning, Probing-Prompting, ICARE, Inkuiri, Student Facilitator and explaining, Explicit Intruction dan MEA. Menurut pengamatan peneliti ketika mengajar, rendahnya hasil belajar siswa tersebut diduga kuat akibat motivasi, minat dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sangat rendah, sehingga terlihat siswa tidak pernah siap untuk menerima materi pelajaran dalam setiap pertemuannya. Hal itu terlihat ketika proses belajar mengajar berlangsung siswa cenderung pasif, siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru dan tidak ada siswa yang berkomentar ketika kegiatan proses belajar mengajar berlangsung. Kalaupun guru bertanya siswa cenderung diam dan tidak berani untuk memberikan jawaban. Siswa juga kurang memanfaatkan perpustakaan yang ada. Hal itu dapat diamati dari setiap meja siswa hanya terdapat buku tulis yang menunggu catatan dari guru yang mengajar, padahal di perpustakaan ada beberapa buku kimia yang bisa dimanfaatkan untuk belajar. Selain itu juga rendahnya motivasi, minat dan aktivitas siswa karena kurang tersedianya sarana dan prasarana penunjang berlangsungnya kegiatan belajar kimia seperti: kondisi laboratorium yang kurang kondusif terlihat dari alat dan bahan yang tidak memadai. Peneliti juga melakukan wawancara kepada salah seorang siswa kelas XI IPA sebagai kunci utama yang mengetahui penyebab rendahnya hasil belajar siswa. Responden yang di wawancarai mengatakan bahwa rendahnya hasil belajar kimia siswa-siswi kelas XI IPA MAN 2 Kota Tangerang karena menurut mereka ilmu kimia merupakan ilmu yang bersifat abstrak dan sulit dimengerti sehingga mereka kurang antusias terhadap pelajaran kimia. Berdasarkan uraian di atas yang dipaparkan dari hasil pengalaman mengajar dapat dikatakan bahwa rendahnya aktivitas, minat, dan hasil belajar kimia siswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: (1) Kurang tersedianya alat dan bahan untuk pelaksanaan praktikum yang dibutuhkan; (2) Siswa masih menganggap bahwa materi pelajaran kimia bersifat abstrak dan sulit dipahami; (3) Siswa kurang memanfaatkan sumber belajar yang tersedia seperti perpustakaan dan lain-lain. Untuk melakukan perbaikan terhadap rendahnya aktivitas, minat serta hasil belajar siswa disarankan pembelajaran berlangsung sebagai berikut (Widiasih, 2007): (1) dari konkret menuju abstrak; (2) dari yang mudah menuju yang sulit;(3) dari yang sederhana menuju yang rumit. Dari saran tersebut nampak jelas bahwa metode yang tepat untuk mencapai hal tersebut adalah melalui metode eksperimen. Metode eksperimen yang akan dilaksanakan merupakan salah satu metode pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses yang akan diterapkan untuk membantu menyelesaikan masalah di atas adalah keterampilan dasar proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengkomunikasikan, dan menyimpulkan. Keterampilan dasar proses tersebut dapat |The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,82-94 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 Buchori M., Erlinawati muncul jika siswa diberi pengalaman langsung, misalnya dengan mengamati jalannya reaksi kimia, perubahan-perubahan yang terjadi pada reaksi kimia sampai dapat menyimpulkannya sendiri. Hal ini dapat terlaksana jika digunakan metode eksperimen atau demonstrasi maka dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan metode eksperimen karena semua siswa diberi kesempatan untuk mengamati secara langsung dari jarak dekat dan mempraktekannya sendiri reaksi-reaksi kimia serta menyimpulkannya. Kenyataan menunjukan bahwa laboratorium yang tersedia kurang kondusif maka disini guru dituntut untuk dapat menunjukan kreativitasnya dengan memanfaatkan lingkungan agar kendala yang dihadapi dalam melaksanakan eksperimen dapat di atasi. Eksperimen yang dilakukan tidak selalu harus dilaksanakan di dalam laboratorium tetapi dapat dilakukan pada alam sekitar (Widiasih, 2007). Namun alangkah baiknya jika seorang guru memanfaatkan ruang laboratorium yang sudah ada, tinggal nanti bagaimana cara membuat atau memanfaatkan eksperimen berbasis lingkungan yang dimaksud. Metode eksperimen berbasis lingkungan digunakan sebagai pengganti alat dan bahan kimia yang harganya relatif mahal. Alat dan bahan pengganti tersebut sangat mudah diperoleh dan harganya jauh lebih murah, namun dapat dijadikan sebagai bahan eksperimen kimia. Tujuan menggunakan alat dan bahan pengganti adalah untuk lebih meningkatkan hasil belajar kimia yang umumnya bersifat teoritis dan praktis, sehingga tidak ada alasan bagi guru kimia untuk tidak melaksanakan eksperimen atau demonstrasi dalam pembelajaran, terutama untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Eksperimen berbasis lingkungan merupakan suatu kegiatan Eksperimen IPA khususnya kimia dimana alat dan bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan ini berasal dari lingkungan dan mudah diperolehnya (Sunyono & Maryatun, 2007). Dari lingkungan seorang guru bisa memanfaatkan alat dan bahan yang sudah ada atau bisa dengan cara memodifikasi. Sedangkan mudah diperolehnya artinya alat dan bahan itu bisa diperoleh di rumah, di sekolah, atau di lingkungan tempat tinggal kita (Nasution, 2005). Dalam penerapan eksperimen IPA khususnya kimia berbasis lingkungan tidak serta merta digunakan alat dan bahan yang berasal dari lingkungan, terlebih lagi dalam hal pendidikan dimana harus memberikan bukti dalam setiap langkah dan tindakan yang dikerjakan. Untuk mengatasi hal tersebut perlu memperhatikan beberapa pertimbangan dalam azas pendidikan, yaitu (Widiasih, 2007): Sesuai dengan tujuan pembelajaran, Terjangkau oleh kemampuan siswa, Tidak membahayakan keselamatan siswa dan guru, Mudah digunakan, Sifat alat sesuai dengan pemakai, Bentuk menarik dan memiliki nilai pedagogis. Contoh pembelajaran kimia menggunakan penerapan metode Eksperimen berbasis lingkungan ini berupa langkah-langkah pembelajaran disertai lembar kerja siswa (LKS) yang bertujuan untuk memandu siswa menemukan konsep melalui kegiatan pengamatan dan Eksperimen (Nasution, 2007). Banyaknya bantuan dan bimbingan yang diberikan guru kepada siswa tidak membatasi kebebasan siswa untuk melakukan penemuan sendiri. Tetapi hal tersebut ditentukan oleh tujuan pembelajaran dan waktu yang tersedia (Nasution, 2005). Dari hasil pemaparan di atas telah disepakati antara peneliti dengan dosen pendamping bahwa untuk meningkatkan aktivitas, minat dan hasil belajar siswa terhadap materi pelajaran kimia memang perlu adanya perbaikan dalam pembelajaran seperti yang dikemukakan di atas, yaitu strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses melalui metode Eksperimen (pengamatan, pengumpulan data dan |The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,83-94 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia penyimpulan) berbasis lingkungan, dengan pertimbangan bahwa melalui metode Eksperimen berbasis lingkungan dapat meningkatkan aktivitas, minat serta hasil belajar siswa. Tujuan dari pelaksanaan eksperimen ini adalah agar siswa memahami konsep-konsep kimia dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari (Nasution, 2005). Untuk pelaksanaan Eksperimen ini biasanya alat dan bahan yang diperlukan disediakan oleh pemerintah padahal perlu diketahui juga bahwa alat dan bahan tersebut dapat dibuat dengan bahan yang tersedia di lingkungan sekolah (Nasution, 2005). Adapun konsep yang dipilih dalam penelitian ini yaitu Sistem Koloid. Alasan peneliti memilih konsep ini karena kebanyakan materi ini merupakan eksperimen. Sedangkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan eksperimen ini tidak tersedia di lab. Tujuan dilaksanakannya eksperimen adalah supaya siswa dapat mengamati dan mengalami secara langsung materi Sistem Koloid sehingga siswa lebih mudah menguasai materi ini yamg nanti akan dilanjutkan dengan kegiatan diskusi hasil praktikum. Oleh sebab itu, peneliti bermaksud mengadakan penelitian tindakan kelas untuk mencapai harapan di atas. Adapun judul penelitiannya yaitu: “Penerapan Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Sistem Koloid”. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa siklus, dimana tiap-tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu:Perencanaan (Planning), Tindakan (Acting), Pengamatan (Observing) dan Refleksi (Reflecting).Adapun desain penelitian tindakan kelas digambarkan sebagai berikut (Arikunto, 2008): Observasi Pendahuluan: Observasi pembelajaran siswa Permasalahan Kurangnya pemahamankonsep yang dimiliki siswa Perencanaan tindakan I: Persiapan RPP pembelajaran Refleksi I: analisis kekurangan siklus 1 Permasalahan baru hasil refleksi Apabila permasalahan belum terselesaikan Dilanjutkan Perencanaan tindakan II: Perencanaan RPP II berdasarkan refleksi siklus I Pelaksanaan tindakan I: Proses pembelajaran menggunakan metodeeksperimen Pengamatan/ pengumpulan data 1: pengamatan dan analisis aktifitas belajar siswa dan wawancara Pelaksanaan tindakan II; Proses pembelajaran menggunakan metode eksperimen Refleksi II: analisis kekurangan siklus 1 dan faktor penyebabnya |The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,84-94 ke siklus Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 berikutnya Pengamatan/ pengumpulan data II: pengamatan dan analisis aktifitas belajar siswa dan wawancara Buchori M., Erlinawati Gambar 1. Alur Desain Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tes hasil belajar, lembar observasi, pedoman wawancara dan catatan lapangan. Teknik analisis data hasil belajar pada aspek kognitif atau penguasaan konsep menggunakan analisis deskriptif dengan menggunakan teknik persentase dari setiap siklus (Kunandar, 2008). Untuk analisis data observasi berupa data kualitatif yang dikonversi ke dalam bentuk penskoran kuantitatif berdasarkan jumlah siswa yang memunculkan tiap indikator. Data wawancara berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang sikap siswa terhadap pembelajaran kimia dengan menerapkan metode Eksperimen. Sedangkan data catatan lapangan untuk memperkuat data observasi yang dibuat oleh peneliti atau mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi terhadap subjek atau objek penelitian tindakan kelas. Indikator keberhasilan ini adalah apabila adanya peningkatan hasil belajar dengan ketentuan sebagai yaitu : Pada aspek kognitif rata-rata prestasi belajar siswa dalam pembelajaran kimia mencapai nilai 77 atau mencapai nilai KKM yang ditetapkan di sekolah tersebut dengan target 75% siswa mendapat nilai di atas KKM. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 1. a. Perencanaan 1) Merancang skenario pembelajaran dengan metode eksperimen berbasis lingkungan meliputi silabus, rencana pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa. 2) Menyusun alat evaluasi untuk mengukur penguasaan materi pelajaran baikdari segi kognitif, afektif , maupun psikomotorik 3) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati situasi dan kondisi selamakegiatan belajar mengajar berlangsung. Observasi dilakukan oleh dosen pendamping yang bertindak sebagai observer dan peneliti tetap mengajar dan bertugas untuk mengamati kegiatan secara keseluruhan. Lembar observasi terdiri dari dua jenis yaitu lembar observasi untuk mengamati kondisi siswa dan lembarobservasi untuk mengamati kinerja guru/peneliti. 4) Menyiapkan pedoman wawancara untuk siswa. b. Pelaksanaan 1) Pada pertemuan pertama guru memberikan informasi awal materi secara keseluruhan dan menjelaskan tentang jalannya pembelajaran dan tugas yang harus dilaksanakan siswa serta membagi siswa kedalam 9 kelompok dimana tiap kelompok terdiri dari 3-4 orang. 2) Guru membagi Lembar Kerja Siswa. Tindakan Pembelajaran Siklus I Dalam siklus I ini ada empat tahap yang dilakukan yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Adapun penjelasannya sebagai berikut: 3) Guru memberikan tugas siswa untuk membawa peralatan yang dibutuhkan dalam praktikum untuk pertemuan berikutnya. |The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,85-94 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia 4) Pada pertemuan kedua dalam siklus pertama ini guru mengajukan hipotesis dan siswa diminta menjawab mengenai hipotesis yang diajukan peneliti/guru. 5) Siswa melaksanakan praktikum dan guru mengawasi jalannya praktikum 6) Pada pertemuan yang ketiga guru dan siswa mendiskusikan hasil praktikum. Diamati 1 2 3 4 5 6 7) Pada akhir siklus dipertemuan yang keempat guru memberikan soal tes siklus I serta melakukan wawancara terhadap masing-masing ketua kelompok. 7 c. No Pengamatan 1) Lembar Observasi Siswa Observer mengamati kemampuan siswa dalam mempresentasikan hasil percobaan dengan menggunakan lembar observasi. Adapun hasil pengamatan/observasi aktivitas, baik aktivitas yang diinginkan maupun yang tidak diinginkan selama proses pembelajaran pada siklus I dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2. Bertanya pada guru Menjawab pertanyaan guru Bertanya pada teman Menjawab pertanyaan dari teman Memberikan pendapat dalam diskusi Menyelesaikan tugas yang diberikan guru Ketepatan mengumpulkan tugas Jumlah 5 6 6 % 16,13 19,35 19,35 6 19,35 13 41,94 30 96,77 30 96,77 Tabel 2. Data Pengamatan (Observasi) Siswa dengan Aktivitas yang Off Task 1 2 3 4 5 Komponen Off Task Ngobrol Mengganggu teman Keluar masuk kelas Mengantuk/tidur Suka main-main Siklus I Jumlah 9 0 0 1 13 % 29,03 0,00 0,00 3,22 41,94 2) Lembar Observasi Guru Lembar observasi guru dilakukan untuk mengamati tindakan yang dilaksanakan guru yang sedang mengajar. Berikut ini merupakan hasil observasi guru yang sedang mengajar: Tabel 1. Hasil Pengamatan/Observasi Aktivitas siswa dalam Pembelajaran (Diskusi) No No Komponen yang Siklus I Tabel 3. Data hasil observasi guru yang sedang mengajar pada siklus I No Aspek yang Diamati A. Pendahuluan 1. Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran 2. Menghubungkan dengan pelajaran yang lalu 3. Menghubungkan materi dengan lingkungan sehari-hari untuk memotivasi siswa B. Kegiatan Inti 1. Menguasai materi pelajaran dengan baik 2. Ksesuaian materi yang di bahas dengan indikator 3. Berperan sebagai fasilitator 4. Mengajukan pertanyaan pada siswa 5. Memberi waktu tunggu pada siswa untuk menjawab pertanyaan 6. Memberi kesempatan siswa untuk bertanya 7. Menguasai penggunaan alat dan bahan praktik 8. Memberikan bimbingan pada kegiatan praktikum 9. Kejelasan menyajikan konsep 10. Memberi contoh konkrit penerapan kimia dalam kehidupan sehari-hari dan terkait dengan teknologi 11. Memberi motivasi dan penguatan C. Penutup |The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,86-94 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 TA K A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Buchori M., Erlinawati √ √ √ √ 1. Membimbing siswa diskusi dan membuat kesimpulan 2. Mengaitkan materi dengan pelajaran yang akan datang 3. Memberi tugas pada siswa 4. Mengadakan evaluasi Keterangan: TA = tidak ada (tidak dilakukan), A = Ada (dilakukan), K = (kurang dilakukan). Tabel 4. Catatan Lapangan pada siklus I Hal-hal yang teramati dalam pelaksanaan pembelajaran Indikator Uraian Kegiatan siswa Siswa mendengarkan penjelasan guru Siswa antusias dalam melaksanakan praktikum. Siswa mendiskusikan hasil praktikum Kegiatan guru Guru berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan praktikum dan diskusi dengan cara berkeliling kelas dan memantau proses pembelajaran berlangsung Interaksi antar siswa Siswa bekerja sama dengan teman sekelompoknya dalam kegiatan praktikum dan mendiskusikan permasalahan yang ada dalam LKS. Pada saat kegiatan diskusi dan praktikum terlihat sebagian siswa aktif mengikuti proses pembelajaran Interaksi siswa dengan guru Siswa berinteraksi dengan guru selama pembelajaran berlangsung. Siswa menanyakan prosedur LKS yang belum dipahami, cara menggunakan alat dan bahan yang tepat maupun menanyakan permasalahan yang terdapat dalam LKS selama diskusi kelompok. Jenis pertanyaan atau Jenis penugasan yang dikerjakan siswa berupa menyelesaikan permasalahan yang penugasan yang dikerjakan terdapat pada LKS dengan cara praktikum maupun diskusi. siswa Sumber belajar yang Sumber belajar yang digunakan berupa LKS terstruktur yang dapat membimbing digunakan siswa dalam menemukan konsep pelajaran tersebut secara mandiri maupun diskusi dengan kelompoknya. Lainnya: waktu Penggunaan waktu pada proses belajar mengajar sudah cukup karena sudah direncanakan sebelumnya. 3) Catatan Lapangan Pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dimuat dalam catatan lapangan. Uraian lengkap dapat dilihat pada tabel 4. 4) Hasil Belajar Untuk melihat ketercapaian indikator dilakukan tes berupa soal uraian dan laporan kegiatan praktikum. Data hasil belajar kognitif dan psikomotorik siswa sesuai dengan table 5. Tabel 5. Prosentase Siswa yang Mencapai Ketuntasan Belajar dan Kriteria Keberhasilan Tindakan (Hasil Belajar Siklus I) Siklus I Nilai Nilai % Siswa Rata-rata mencapai KKM Kognitif Psikomotorik 61.87 78.35 22,58 93,54 Dalam tabel 5 menunjukan bahwa hasil belajar siklus I pada aspek kognitif belum tercapai keberhasilan indikator yang diharapkan dimana pada siklus 1 prosentase kelulusannya hanya sebesar 22,58% dengan nilai rata-rata pada siklus 1 ini yaitu: 61,87 dengan materi campuran dan efek tyndal. Sedangkan pada aspek psikomotorik telah tercapai keberhasilan indikator yang diharapkan dengan prosentase kelulusannya sebesar 93,54% dengan nilai ratarata pada siklus 1 ini yaitu: 78,35. d. Refleksi |The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,87-94 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Pada siklus pertama ini tidak menunjukkan hasil yang baik pada aspek kognitif maka refleksi perlu dilakukan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1) Merancang skenario pembelajaran dengan metode eksperimen berbasis lingkungan meliputi rencana pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa. 1) Guru sudah baik dalam mengajar, praktikum perlu ditambahkan karena siswa jadi diberi penguatan. 2) Menyusun alat evaluasi untuk mengukur penguasaan materi pelajaran baikdari segi kognitif, afektif , maupun psikomotorik. 2) Guru mengajak siswa untuk lebih interaksi dalam proses pembelajaran. 3) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati situasi dan kondisi selamakegiatan belajar mengajar berlangsung. 3) LKS membantu siswa dalam melaksanakan praktikum. e. Keputusan Berdasarkan hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada sub konsep campuran dan efek tyndal belum memenuhi indikator yang peneliti harapkan pada aspek kognitif. Hasilnya, jumlah siswa yang mencapai nilai KKM pada aspek kognitif yaitu 22,58 % dengan nilai rata-ratapada siklus I ini yaitu: 61,87 yang masih jauh dari target yang peneliti harapkan yaitu: sebanyak 75% siswa memiliki nilai di atas KKM sekolah yaitu 77. Oleh karena itu peneliti memutuskan untuk melanjutkan penelitian tindakan kelas ini ke siklus II. Adapun perbaikan-perbaikan pada siklus II yang dianggap perlu oleh peneliti antara lain: 1) Guru menambah pelaksanaan praktikum. 2) Aktivitas siswa lebih ditingkatkan dalam metode praktikum. 3) Guru menyiapkan LKS untuk membantu siswa dalam melaksanakan praktikum. 2. Tindakan Pembelajaran Siklus II Dalam siklus II ini ada empat tahap yang dilakukan yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Adapun penjelasannya sebagai berikut: a. Perencanaan 4) Menyiapkan pedoman wawancara untuk siswa. b. Pelaksanaan 1) Pada pertemuan siklus II guru memberikan informasi awal materi secara keseluruhan dan menjelaskan tentang jalannya pembelajaran dan tugas yang harus dilaksanakan siswa serta membagi siswa kedalam 9 kelompok dimana tiap kelompok terdiri dari 3-4 orang. 2) Guru membagi Lembar Kerja Siswa. 3) Guru memberikan tugas siswa untuk membawa peralatan yang dibutuhkan dalam praktikum untuk pertemuan berikutnya. 4) Pada pertemuan kedua dalam siklus kedua ini guru mengajukan hipotesis dan siswa diminta menjawab mengenai hipotesis yang diajukan peneliti/guru. 5) Siswa melaksanakan praktikum dan guru mengawasi jalannya praktikum 6) Pada pertemuan yang ketiga guru dan siswa mendiskusikan hasil praktikum. 7) Pada akhir siklus guru memberikan soal tes siklus I serta melakukan wawancara terhadap masing-masing ketua kelompok. c. Pengamatan 1) Lembar Observasi Siswa |The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,88-94 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 Buchori M., Erlinawati Observer mengamati kemampuan siswa dalam mempresentasikan hasil percobaan dengan menggunakan lembar observasi. Adapun hasil pengamatan/observasi aktivitas, baik No 1 2 3 4 5 6 7 aktivitas yang diinginkan maupun yang tidak diinginkan selama proses pembelajaran pada siklus II dapat dilihat pada tabel 6 dan tabel 7. Tabel 6. Hasil Pengamatan/Observasi Aktivitas siswa dalam Pembelajaran (Diskusi) Siklus Siklus No Komponen yang Diamati I II Jumlah % Jumlah % Bertanya pada guru 5 16,13 9 29,03 Menjawab pertanyaan guru 6 19,35 8 25,81 Bertanya pada teman 6 19,35 9 29,03 Menjawab pertanyaan dari teman 6 19,35 9 29,03 Memberikan pendapat dalam diskusi 13 41,94 17 54,84 Menyelesaikan tugas yang diberikan guru 30 96,77 30 96,77 Ketepatan mengumpulkan tugas 30 96,77 30 96,77 1 2 3 4 5 Tabel 7. Data Pengamatan (Observasi) Siswa dengan Aktivitas yang Off Task Siklus Siklus Komponen Off Task I II Jumlah % Jumlah Ngobrol 9 29,03 7 Mengganggu teman 0 0,00 0 Keluar masuk kelas 0 0,00 0 Mengantuk/tidur 1 3,22 0 Suka main-main 13 41,94 7 No Tabel 8. Data hasil observasi guru yang sedang mengajar. Aspek yang Diamati No % 22,58 0,00 0,00 0,00 22,58 K A TA A. 1. 2. 3. B. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. C. Pendahuluan Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran Menghubungkan dengan pelajaran yang lalu Menghubungkan materi dengan lingkungan sehari-hari untuk memotivasi siswa Kegiatan Inti Menguasai materi pelajaran dengan baik Ksesuaian materi yang di bahas dengan indikator Berperan sebagai fasilitator Mengajukan pertanyaan pada siswa Memberi waktu tunggu pada siswa untuk menjawab pertanyaan Memberi kesempatan siswa untuk bertanya Menguasai penggunaan alat dan bahan praktik Memberikan bimbingan pada kegiatan praktikum Kejelasan menyajikan konsep Memberi contoh konkrit penerapan kimia dalam kehidupan sehari-hari dan terkait dengan teknologi Memberi motivasi dan penguatan Penutup √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ |The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,89-94 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia 1. Membimbing siswa diskusi dan membuat kesimpulan 2. Mengaitkan materi dengan pelajaran yang akan datang 3. Memberi tugas pada siswa 4. Mengadakan evaluasi Keterangan: TA = tidak ada (tidak dilakukan), A = Ada (dilakukan), K = (kurang dilakukan). 2) Lembar Observasi Guru Lembar observasi guru dilakukan untuk mengamati tindakan yang dilaksanakan guru yang sedang mengajar. Berikut ini merupakan hasil observasi guru yang sedang mengajar: 3) Catatan Lapangan Pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dimuat dalam catatan lapangan. Uraian lengkap pada lembar catatan lapangan dapat dilihat pada tabel 9. 4) Hasil Belajar Untuk melihat ketercapaian indikator dilakukan tes berupa soal uraian dan laporan √ √ √ √ kegiatan praktikum. Data hasil belajar kognitif dan psikomotorik siswa sesuai dengan tabel10. Dalam tabel di atas menunjukan bahwa siklus II telah tercapai keberhasilan indikator yang diharapkan, baik pada aspek kognitif maupun psikomotorik dimana pada siklus II prosentase kelulusannya pada aspek kognitif sebesar 90,32% dengan nilai rata-rata pada siklus II ini yaitu: 81,12. Sedangkan pada aspek psikomotorik sebesar 83,87% dengan nilai ratarata pada siklus II ini yaitu: 78,81. d. Refleksi Pada siklus kedua ini sudah menunjukkan hasil yang baik, maka refleksi tidak perludilakukan. Ada beberapa hal yang mempertimbangkannya yaitu: Tabel 9. Catatan Lapangan pada siklus II Hal-hal yang teramati dalam pelaksanaan pembelajaran Indikator Uraian Kegiatan siswa Siswa mendengarkan penjelasan guru Siswa antusias dalam melaksanakan praktikum. Siswa mendiskusikan hasil praktikum Kegiatan guru Guru berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan praktikum dan diskusi dengan cara berkeliling kelas dan memantau proses pembelajaran berlangsung Interaksi antar siswa Siswa bekerja sama dengan teman sekelompoknya dalam kegiatan praktikum dan mendiskusikan permasalahan yang ada dalam LKS. Pada saat kegiatan diskusi dan praktikum terlihat sebagian siswa aktif mengikuti proses pembelajaran Interaksi siswa dengan guru Siswa berinteraksi dengan guru selama pembelajaran berlangsung. Siswa menanyakan prosedur LKS yang belum dipahami, cara menggunakan alat dan bahan yang tepat maupun menanyakan permasalahan yang terdapat dalam LKS selama diskusi kelompok. Jenis pertanyaan atau penugasan Jenis penugasan yang dikerjakan siswa berupa menyelesaikan permasalahan yang dikerjakan siswa yang terdapat pada LKS dengan cara praktikum maupun diskusi. Sumber belajar yang digunakan Sumber belajar yang digunakan berupa LKS terstruktur yang dapat membimbing siswa dalam menemukan konsep pelajaran tersebut secara mandiri maupun diskusi dengan kelompoknya. Lainnya: waktu Penggunaan waktu pada proses belajar mengajar sudah cukup karena sudah direncanakan sebelumnya. |The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,90-94 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 Buchori M., Erlinawati Tabel 10. Prosentase Siswa yang Mencapai Ketuntasan Belajar dan Kriteria Keberhasilan Tindakan (Hasil Belajar Siklus II) Siklus II Siklus I Nilai Kognitif Psikomotorik Nilai Rata-rata 61.87 78.35 % Siswa mencapai KKM 22,58 93,54 1) Guru sudah bagus dalam mengajar dan praktikumnya ditambahkan hingga 4x pelaksanaan praktikum sehingga siswa lebih tertarik, berminat serta termotivasi terhadap ilmu kimia dan siswa jadi lebih diberi penguatan terhadap teori yang ada. 2) LKS sangat membantu melaksanakan Praktikum. siswa e. 3. a. Sebanyak 10 siswa atau 100% memberikan pendapat bahwa pembelajaran dengan metode yang diterapkan saat ini lebih interaktif dibanding dengan pembelajaran sebelumnya dimana mereka menganggap lebih diberi kesempatan untuk bertanya dan memberikan pendapat. b. Dengan pembelajaran saat ini sebanyak 10 siswa atau 100% lebih berminat untuk belajar kimia karena pelajaran kimia kali ini diawali dengan penemuan yaitu dengan melakukan kegiatan praktikum dan disediakan waktu yang cukup untuk mendiskusikan hasil praktikum yang telah mereka kerjakan. c. Penerapan metode eksperimen berbasis lingkungan ini dapat memotivasi seluruh siswa kelas XI IPA MAN 2 KOTA TANGERANG karena mereka menganggap proses pembelajaran saat ini lebih hidup. d. Senyak 10 siswa atau 100% pula siswa percaya bahwa dengan diterapkannya metode eksperimen ini dapat menggantikan bahan kimia sintetik dan mereka menganggap alat dan bahan yang digunakan mudah mereka peroleh dilingkungan sekitar mereka. e. Kerena mereka menganggap perlu untuk mendapatkan data hasil praktikum yang valid maka 10 siswa atau 100% mengulangi percobaan yang telah mereka kerjakan. Keputusan Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada konsep system koloid telah memenuhi indikator yang peneliti tetapkan. Indikator yang ditetapkan adalah sebanyak 75% siswa memiliki nilai di atas KKM sekolah yaitu 77. Oleh karena itu peneliti memutuskan untuk menghentikan pemberian tindakan berupa pembelajaran yang menerapkan metode eksperimen berbasis lingkungan pada konsep sistem koloid. Respon siswa terhadap pembelajaran dengan metode eksperimen berbasis lingkungan Pada akhir siklus 1 dan II peneliti mewawancarai 10 orang siswa yang mewakili siswa lainnya untuk memberikan komentar, pendapat atau masukan terhadap pelaksanaan praktikum. Hal ini dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan metode 81.12 78.81 % Siswa mencapai KKM 90,32 83,87 eksperimen berbasis lingkungan. Wawancara ini terdiri dari 7 pertanyaan yang dapat dilihat pada lampiran dengan hasil sebagai berikut: dalam 3) Terjadi peningkatan hasil hasil belajar pada aspek kognitif dari 22,58% pada siklus I menjadi 90,32% pada siklus II siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM yang ditetapkan yaitu 77 dengan target 75%. Nilai Rata-rata |The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,91-94 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia f. g. Sebanyak 5 siswa atau 50% mengatakan jika mereka dibimbing oleh 2-3 orang guru mereka tidak setuju karena dikhawatirkan terjadi perbedaan pendapat antar pembimbing satu dengan yang lainnya. Pada pernyataan mereka di pointer wawancara yang terakhir, sebanyak 7 siswa atau 70% siswa meminta agar siswa lebih aktif dalam diskusi Pembahasan Dari hasil observasi selama siklus I didapatkan data aktivitas yang On Task dan Off Task siswa pada pembelajaran (Tabel 4.2 dan 4.3) yang terdiri dari bertanya pada guru 5 siswa atau 16,13%, menjawab pertanyaan guru 6 siswa atau 19,35%, bertanya pada teman 6 orang atau 19,35%, menjawab pertanyaan dari teman 6 siswa atau 19,35%, memberikan pendapat dalam diskusi 13 siswa atau 41,94%, menyelesaikan tugas yang diberikan guru 30 siswa atau 96,77% dan ketepatan mengumpulkan tugas 30 siswa atau 96,77%. Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan aktifitas yang positif seperti yang terlihat pada tabel 4.7, yaitu: bertanya pada guru 9 siswa atau 29,03%, menjawab pertanyaan guru 8 siswa atau 25,81%, bertanya pada teman 9 orang atau 29,03%, menjawab pertanyaan dari teman 9 siswa atau 29,03%, memberikan pendapat dalam diskusi 17 siswa atau 54,84%, menyelesaikan tugas yang diberikan guru 30 siswa atau 96,77% dan ketepatan mengumpulkan tugas 30 siswa atau 96,77%. Data ini menunjukkan bahwa siswa cukup antusias dalam pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini. Dilihat dari ketetapatan mengumpulkan tugas untuk membawa alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum oleh guru menunjukkan bahwa minat dan motivasi belajar siswa sangat tinggi. Ketetapatan mengumpulkan tugas ditentukan melalui ketepatan waktu dan kelengkapan alat dan bahan yang dibawa, yaitu pada saat masuk kelas sebelum pembelajaran dimulai tugas harus sudah dikumpulkan sehingga praktikum dapat dilaksanakan. Adapun untuk data aktivitas yang Off Task terdiri dari ngobrol 9 siswa atau 29,03%, mengganggu teman 0%, keluar masuk kelas 0%, mengantuk/tidur 1 siswa atau 3,22% dan suka main-main 13 siswa atau 41,94%. Sedangkan pada siklus II terjadi penurunan aktifitas yang negatif seperti yang terlihat pada tabel 4.8, yaitu: ngobrol 7 siswa atau 22,58%, mengganggu teman 0%, keluar masuk kelas 0%, mengantuk/tidur 0% dan suka main-main 7 siswa atau 22,58%. Data ini menunjukkan bahwa siswa masih belum menyadari bahwa setiap aktivitas yang mereka lakukan diamati oleh observer. Hasil wawancara dengan siswa diperoleh 50,00% siswa (pointer 6) merasa tidak setuju jika dalam proses pembelajaran dibimbing oleh 2-3 orang guru atau pembimbing karena dikhawatirkan terjadi perbedaan pendapat antar pembimbing satu dengan yang lainnya. Pada pertanyaan terakhir sebanyak 7 siswa atau 70% siswa meminta agar siswa lebih aktif dalam diskusi. Setelah proses pembelajaran pada selesai, selanjutnya pada akhir siklus dilakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa (tes) untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyerap materi yang telah dibahas dan sebelum soal digunakan telah diuji cobakan terlebih dahulu pada mahasiswa pendidikan kimia UIN Jakarta smester 4 yang telah memperoleh materi sistem koloid. Soal yang tidak memenuhi syarat dibuang dan yang memenuhi syarat digunakan. Berdasarkan pada tabel 4.11 dapat diketahui bahwa setelah diterapkan metode eksperimen berbasis lingkungan, hasil belajar kognitif dan psikomotorik siswa mengalami peningkatan. Dari nilai rata-rata materi Larutan |The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,92-94 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 Buchori M., Erlinawati Penyangga dan Hidrolisis mempunyai nilai ratarata sebesar 57,77 dengan ketuntasan klasikal sebesar 0%; meningkat menjadi 61,87 dengan ketuntasan klasikal sebesar 22,58% pada aspek kognitif dan nilai rata-rata sebesar 78,35 dengan ketuntasan klasikal sebesar 93,54% dengan materi campuran dan efek tyndal. Besarnya ketuntasan belajar pada siklus I ini belum memenuhi target yang ditetapkan dalam indikator keberhasilan pada aspek kognitif yakni sekurang-kurangnya 75% siswa mendapat nilai KKM yaitu ≥77. Siklus I berlangsung selama 3 x 2 x 45 menit atau tiga kali pertemuan. Materi yang diajarkan dalam proses pembelajaran ini adalah sub materi pokok: Campuran dan Efek Tyndal. Praktikum yang dilaksanakan pada siklus I sebanyak 1 kali eksperimen, yaitu tentang Campuran dan Efek Tyndal. Karena dianggap belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan maka pemberian tindakan dilanjutkan pada siklus II. Hasil belajar pada siklus II terjadi peningkatan pada aspek kognitif menjadi 81,12 dengan ketuntasan klasikal sebesar 90,32% dan nilai rata-rata sebesar 78,81 dengan ketuntasan klasikal sebesar 83,87% pada aspek psikomotorik. Besarnya ketuntasan belajar pada siklus II ini sudah memenuhi target yang ditetapkan dalam indikator keberhasilan. Siklus II berlangsung selama 3 x 2 x 45 menit atau tiga kali pertemuan. Materi yang diajarkan dalam proses pembelajaran ini adalah sub materi pokok: sifat-sifat koloid, koagulasi dan penjernihan air. Praktikum yang dilaksanakan pada siklus II sebanyak 4 kali eksperimen, yaitu tentang emulsi, koagulasi, koloid liofil dan liofob serta penjernihan air. Karena dianggap sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan maka pemberian tindakan yang berupa pembelajaran yang menerapkan metode eksperimen berbasis lingkungan dihentikan. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan metode eksperimen berbasis lingkungan pada mata pelajaran kimia khususnya pada pokok bahasan sistem koloid dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA MAN 2 Kota Tangerang. Hal ini ditandai dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa jika dibandingkan pada materi-materi sebelumnya yaitu dari nilai rata-rata pada materi Stoikiometri 63,90 dengan ketuntasan klasikal sebesar 10%; Larutan Penyangga dan Hidrolisis mempunyai nilai rata-rata sebesar 57,77 dengan ketuntasan klasikal sebesar 0%; serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan mempunyai nilai ratarata sebesar 76,67 dengan ketuntasan klasikal sebesar 50% meningkat menjadi 61,87 dengan ketuntasan klasikal sebesar 22,58% pada aspek kognitif dan nilai rata-rata sebesar 78,35 dengan ketuntasan klasikal sebesar 93,54% pada aspek psikomotorik di siklus 1. Kemudian pada siklus II mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata 81,12 dengan ketuntasan klasikal sebesar 90,32% pada aspek kognitif dan nilai rata-rata sebesar 78,81 dengan ketuntasan klasikal sebesar 83,87% pada aspek psikomotorik. SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa saran yaitu: kreativitas guru perlu ditingkatkan dalam penerapan metode eksperimen berbasis lingkungan karena dengan kreativitas memanfaatkan alat dan bahan yang ada di lingkungan itu metode eksperimen berbasis lingkungan ini akan berjalan dengan sempurna sesuai dengan yang diharapkan. DAFTAR PUSTAKA |The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,93-94 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Arikunto, Suharsimi., Suhardjono., Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas Cetakan Ke-6. Jakarta: Bumi Aksara Kunandar.2009.Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Nasution, Noehi. 2005. Pendidikan IPA di SD Cetakan Ke-1. Jakarta: Universitas Terbuka. Sunyono & Siti Maryatun. 2007. Optimalisasi Pembelajaran Kimia Kelas XI Semester 1SMA Swadhipa Natar Melalui Penerapan Metode Eksperimen Berwawasan Lingkungan. (http://blog.unila.ac.id/sunyono/files/2009/ 06/mklh-seminar-bandung-07-12.pdf. diakses 11 Desember 2010). Sunyono & Siti Maryatun. 2007. Penerapan Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa kelas X semester 1 SMA Swadhipa Natar. Jurnal Proceeding of The Firts International Seminar of Science Education-UPI, 2007. (http://blog.unila.ac.id/sunyono/files/2009/ 06/makalah-seminar-bandung_081.pdf. diakses 14 Desember 2010). Widiasih. 2007. Penggunaan Peralatan dari Lingkungan Sekitar untuk Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan, Volume 8, Nomor 2, September 2007, 92100. |The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,94-94 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8