penerapan metode eksperimen berbasis lingkungan dalam

advertisement
Seminar Nasional Pendidikan IPA-Biologi
FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 28 September 2016
PENERAPAN METODE EKSPERIMEN BERBASIS LINGKUNGAN DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA KONSEP SISTEM
KOLOID(PTK DI KELAS XI IPA MAN 2 KOTA TANGERANG)
Buchori Muslim1, Erlinawati2
1
Program Studi Pendidikan Kimia, FITKUIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2
MAN 2 Kota Tangerang
1
Email koresponden: [email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap
siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian adalah
siswa kelas XI IPA 1 MAN 2 Kota Tangerang tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa
sebanyak 31 orang yang terdiri dari 3 siswa laki-laki dan 28 siswa perempuan. Penelitian ini
bertujuan untuk untuk meningkatkan hasil belajar kimia siswa dengan menggunakan metode
eksperimen berbasis lingkungan.Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tes
hasil belajar, lembar observasi, lembar penilaian laporan hasil praktikum, pedoman wawancara
dan catatan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode eksperimen
berbasis lingkungan dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada konsep sistem koloid.
Rata-rata nilai post-tes meningkat dari 61.87 dengan KKM 22,58% pada siklus I menjadi 81.12
dengan KKM 90,32 % pada siklus II. Hasil belajar pada aspek psikomotorik juga mengalami
peningkatan dari nilai rata-rata pada siklus I 78.35 dengan ketuntasan 93,54% meningkat
menjadi 78.81 pada siklus II dengan ketuntasan 83,87%. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa penerapan metode eksperimen berbasis lingkungan dapat meningkatkan
hasil belajar kimia siswa pada konsep sistem koloid.
Kata Kunci: penelitian tindakan kelas; hasil belajar siswa; eksperimen berbasis lingkungan
Abstract
This research is a classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consists of
planning, implementation, observation and reflection. The subjects were students of class XI
IPA 1 MAN 2 Kota Tangerang academic year 2015/2016 the number of students of 31 people
consisting of three male students and 28 female students. This study aimed to improve learning
outcomes chemistry student by using the experimental method based environment. The
instrument used in this study consisted of a test result of learning, observation sheets,
assessment sheets lab report, interview and field notes. The results showed that the application
of the experimental method based environments to improve learning outcomes chemistry
students to the concept of the colloidal system. The average post-test score increased from
61.87 with KKM 22.58% the first cycle to 81.12 with KKM 90.32% in the second cycle. Results
of study on psychomotor aspect also increased from the average value in the first cycle
completeness 78.35 with KKM 93.54% increase to 78.81 in the second cycle to the completeness
83.87%. Based on the results of this study concluded that the application of the experimental
method based environments to improve learning outcomes chemistry students to the concept of
colloidal system.
Keywords: classroom action research; student learning; experiment-based environment
PENDAHULUAN
Hasil pengalaman mengajar di MAN 2
Kota Tangerang diperoleh bahwa hasil belajar
kimia siswa kelas XI IPA selama ini sangat
Copyright © 2016, ISBN 978-602-73551-0-8
Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia
rendah. Terlihat dari rata-rata nilai ulangan
harian siswa yang masih di bawah nilai KKM
yaitu pada materi Stoikiometri mempunyai nilai
rata-rata sebesar 63,90; Larutan Penyangga dan
Hidrolisis mempunyai nilai rata-rata sebesar
57,77; serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
mempunyai nilai rata-rata sebesar 77. Mungkin
untuk materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
ini jika dilihat nilai rata-ratanya telah mencapai
nilai KKM yang ditetapkan, namun jika dilihat
berdasarkan jumlah siswa yang mencapai KKM
hanya sebesar 50% saja. Padahal saat mengajar,
peneliti sudah berusaha menggunakan model
pembelajaran yang bervariasi dengan tujuan
untuk meningkatkan hasil belajar kimia siswa
seperti: Direct Learning, Probing-Prompting,
ICARE, Inkuiri, Student Facilitator and
explaining, Explicit Intruction dan MEA.
Menurut pengamatan peneliti ketika
mengajar, rendahnya hasil belajar siswa tersebut
diduga kuat akibat motivasi, minat dan aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran sangat rendah,
sehingga terlihat siswa tidak pernah siap untuk
menerima materi pelajaran dalam setiap
pertemuannya. Hal itu terlihat ketika proses
belajar mengajar berlangsung siswa cenderung
pasif, siswa hanya mendengarkan penjelasan
dari guru dan tidak ada siswa yang berkomentar
ketika kegiatan proses belajar mengajar
berlangsung. Kalaupun guru bertanya siswa
cenderung diam dan tidak berani untuk
memberikan jawaban. Siswa juga kurang
memanfaatkan perpustakaan yang ada. Hal itu
dapat diamati dari setiap meja siswa hanya
terdapat buku tulis yang menunggu catatan dari
guru yang mengajar, padahal di perpustakaan
ada beberapa buku kimia yang bisa
dimanfaatkan untuk belajar. Selain itu juga
rendahnya motivasi, minat dan aktivitas siswa
karena kurang tersedianya sarana dan prasarana
penunjang berlangsungnya kegiatan belajar
kimia seperti: kondisi laboratorium yang kurang
kondusif terlihat dari alat dan bahan yang tidak
memadai.
Peneliti juga melakukan wawancara
kepada salah seorang siswa kelas XI IPA
sebagai kunci utama yang mengetahui penyebab
rendahnya hasil belajar siswa. Responden yang
di wawancarai mengatakan bahwa rendahnya
hasil belajar kimia siswa-siswi kelas XI IPA
MAN 2 Kota Tangerang karena menurut mereka
ilmu kimia merupakan ilmu yang bersifat
abstrak dan sulit dimengerti sehingga mereka
kurang antusias terhadap pelajaran kimia.
Berdasarkan uraian di atas yang
dipaparkan dari hasil pengalaman mengajar
dapat dikatakan bahwa rendahnya aktivitas,
minat, dan hasil belajar kimia siswa dapat
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: (1)
Kurang tersedianya alat dan bahan untuk
pelaksanaan praktikum yang dibutuhkan; (2)
Siswa masih menganggap bahwa materi
pelajaran kimia bersifat abstrak dan sulit
dipahami; (3) Siswa kurang memanfaatkan
sumber
belajar
yang
tersedia
seperti
perpustakaan dan lain-lain. Untuk melakukan
perbaikan terhadap rendahnya aktivitas, minat
serta
hasil
belajar
siswa
disarankan
pembelajaran berlangsung sebagai berikut
(Widiasih, 2007): (1) dari konkret menuju
abstrak; (2) dari yang mudah menuju yang
sulit;(3) dari yang sederhana menuju yang rumit.
Dari saran tersebut nampak jelas bahwa metode
yang tepat untuk mencapai hal tersebut adalah
melalui metode eksperimen.
Metode
eksperimen
yang
akan
dilaksanakan merupakan salah satu metode
pembelajaran dengan pendekatan keterampilan
proses. Pendekatan keterampilan proses yang
akan diterapkan untuk membantu menyelesaikan
masalah di atas adalah keterampilan dasar proses
seperti
mengamati,
mengklasifikasi,
mengkomunikasikan,
dan
menyimpulkan.
Keterampilan dasar proses tersebut dapat
|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,82-94
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
Buchori M., Erlinawati
muncul jika siswa diberi pengalaman langsung,
misalnya dengan mengamati jalannya reaksi
kimia, perubahan-perubahan yang terjadi pada
reaksi kimia sampai dapat menyimpulkannya
sendiri. Hal ini dapat terlaksana jika digunakan
metode eksperimen atau demonstrasi maka
dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan
metode eksperimen karena semua siswa diberi
kesempatan untuk mengamati secara langsung
dari jarak dekat dan mempraktekannya sendiri
reaksi-reaksi kimia serta menyimpulkannya.
Kenyataan
menunjukan
bahwa
laboratorium yang tersedia kurang kondusif
maka disini guru dituntut untuk dapat
menunjukan
kreativitasnya
dengan
memanfaatkan lingkungan agar kendala yang
dihadapi dalam melaksanakan eksperimen dapat
di atasi. Eksperimen yang dilakukan tidak selalu
harus dilaksanakan di dalam laboratorium tetapi
dapat dilakukan pada alam sekitar (Widiasih,
2007). Namun alangkah baiknya jika seorang
guru memanfaatkan ruang laboratorium yang
sudah ada, tinggal nanti bagaimana cara
membuat atau memanfaatkan eksperimen
berbasis lingkungan yang dimaksud. Metode
eksperimen berbasis lingkungan digunakan
sebagai pengganti alat dan bahan kimia yang
harganya relatif mahal. Alat dan bahan
pengganti tersebut sangat mudah diperoleh dan
harganya jauh lebih murah, namun dapat
dijadikan sebagai bahan eksperimen kimia.
Tujuan menggunakan alat dan bahan pengganti
adalah untuk lebih meningkatkan hasil belajar
kimia yang umumnya bersifat teoritis dan
praktis, sehingga tidak ada alasan bagi guru
kimia untuk tidak melaksanakan eksperimen
atau demonstrasi dalam pembelajaran, terutama
untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
Eksperimen
berbasis
lingkungan
merupakan suatu kegiatan Eksperimen IPA
khususnya kimia dimana alat dan bahan yang
dibutuhkan dalam kegiatan ini berasal dari
lingkungan dan mudah diperolehnya (Sunyono
& Maryatun, 2007). Dari lingkungan seorang
guru bisa memanfaatkan alat dan bahan yang
sudah ada atau bisa dengan cara memodifikasi.
Sedangkan mudah diperolehnya artinya alat dan
bahan itu bisa diperoleh di rumah, di sekolah,
atau di lingkungan tempat tinggal kita (Nasution,
2005). Dalam penerapan eksperimen IPA
khususnya kimia berbasis lingkungan tidak serta
merta digunakan alat dan bahan yang berasal
dari lingkungan, terlebih lagi dalam hal
pendidikan dimana harus memberikan bukti
dalam setiap langkah dan tindakan yang
dikerjakan. Untuk mengatasi hal tersebut perlu
memperhatikan beberapa pertimbangan dalam
azas pendidikan, yaitu (Widiasih, 2007): Sesuai
dengan tujuan pembelajaran, Terjangkau oleh
kemampuan siswa, Tidak membahayakan
keselamatan siswa dan guru, Mudah digunakan,
Sifat alat sesuai dengan pemakai, Bentuk
menarik dan memiliki nilai pedagogis. Contoh
pembelajaran kimia menggunakan penerapan
metode Eksperimen berbasis lingkungan ini
berupa langkah-langkah pembelajaran disertai
lembar kerja siswa (LKS) yang bertujuan untuk
memandu siswa menemukan konsep melalui
kegiatan pengamatan dan Eksperimen (Nasution,
2007). Banyaknya bantuan dan bimbingan yang
diberikan guru kepada siswa tidak membatasi
kebebasan siswa untuk melakukan penemuan
sendiri. Tetapi hal tersebut ditentukan oleh
tujuan pembelajaran dan waktu yang tersedia
(Nasution, 2005).
Dari hasil pemaparan di atas telah
disepakati antara peneliti dengan dosen
pendamping bahwa untuk meningkatkan
aktivitas, minat dan hasil belajar siswa terhadap
materi pelajaran kimia memang perlu adanya
perbaikan dalam pembelajaran seperti yang
dikemukakan di atas, yaitu strategi pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan keterampilan
proses
melalui
metode
Eksperimen
(pengamatan,
pengumpulan
data
dan
|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,83-94
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia
penyimpulan) berbasis lingkungan, dengan
pertimbangan
bahwa
melalui
metode
Eksperimen
berbasis
lingkungan
dapat
meningkatkan aktivitas, minat serta hasil belajar
siswa. Tujuan dari pelaksanaan eksperimen ini
adalah agar siswa memahami konsep-konsep
kimia dan keterkaitannya dengan kehidupan
sehari-hari (Nasution, 2005). Untuk pelaksanaan
Eksperimen ini biasanya alat dan bahan yang
diperlukan disediakan oleh pemerintah padahal
perlu diketahui juga bahwa alat dan bahan
tersebut dapat dibuat dengan bahan yang tersedia
di lingkungan sekolah (Nasution, 2005).
Adapun konsep yang dipilih dalam
penelitian ini yaitu Sistem Koloid. Alasan
peneliti memilih konsep ini karena kebanyakan
materi ini merupakan eksperimen. Sedangkan
alat dan bahan yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan eksperimen ini tidak tersedia di lab.
Tujuan dilaksanakannya eksperimen adalah
supaya siswa dapat mengamati dan mengalami
secara langsung materi Sistem Koloid sehingga
siswa lebih mudah menguasai materi ini yamg
nanti akan dilanjutkan dengan kegiatan diskusi
hasil praktikum. Oleh sebab itu, peneliti
bermaksud mengadakan penelitian tindakan
kelas untuk mencapai harapan di atas. Adapun
judul penelitiannya yaitu: “Penerapan Metode
Eksperimen Berbasis Lingkungan Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada
Konsep Sistem Koloid”.
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian
tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan
yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki atau
meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
beberapa siklus, dimana tiap-tiap siklus terdiri
dari
empat
tahapan,
yaitu:Perencanaan
(Planning), Tindakan (Acting), Pengamatan
(Observing) dan Refleksi (Reflecting).Adapun
desain penelitian tindakan kelas digambarkan
sebagai berikut (Arikunto, 2008):
Observasi Pendahuluan:
Observasi pembelajaran
siswa
Permasalahan
Kurangnya
pemahamankonsep
yang dimiliki siswa
Perencanaan
tindakan I:
Persiapan RPP
pembelajaran
Refleksi I: analisis
kekurangan siklus 1
Permasalahan
baru hasil
refleksi
Apabila
permasalahan
belum
terselesaikan
Dilanjutkan
Perencanaan tindakan
II: Perencanaan RPP
II berdasarkan refleksi
siklus I
Pelaksanaan
tindakan I: Proses pembelajaran
menggunakan metodeeksperimen
Pengamatan/
pengumpulan data 1: pengamatan
dan analisis aktifitas belajar siswa
dan wawancara
Pelaksanaan
tindakan II; Proses pembelajaran
menggunakan metode eksperimen
Refleksi II: analisis
kekurangan siklus 1
dan faktor
penyebabnya
|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,84-94
ke siklus
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
berikutnya
Pengamatan/
pengumpulan data II: pengamatan
dan analisis aktifitas belajar siswa
dan wawancara
Buchori M., Erlinawati
Gambar 1. Alur Desain Penelitian
Instrumen
yang
digunakan
dalam
penelitian ini terdiri dari tes hasil belajar, lembar
observasi, pedoman wawancara dan catatan
lapangan. Teknik analisis data hasil belajar pada
aspek kognitif atau penguasaan konsep
menggunakan analisis deskriptif dengan
menggunakan teknik persentase dari setiap
siklus (Kunandar, 2008). Untuk analisis data
observasi berupa data kualitatif yang dikonversi
ke dalam bentuk penskoran kuantitatif
berdasarkan jumlah siswa yang memunculkan
tiap indikator. Data wawancara berupa informasi
berbentuk kalimat yang memberi gambaran
tentang sikap siswa terhadap pembelajaran kimia
dengan menerapkan metode Eksperimen.
Sedangkan data catatan lapangan untuk
memperkuat data observasi yang dibuat oleh
peneliti atau mitra peneliti yang melakukan
pengamatan atau observasi terhadap subjek atau
objek penelitian tindakan kelas.
Indikator keberhasilan ini adalah apabila
adanya peningkatan hasil belajar dengan
ketentuan sebagai yaitu : Pada aspek kognitif
rata-rata prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran kimia mencapai nilai 77 atau
mencapai nilai KKM yang ditetapkan di sekolah
tersebut dengan target 75% siswa mendapat nilai
di atas KKM.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
1.
a.
Perencanaan
1) Merancang skenario pembelajaran dengan
metode eksperimen berbasis lingkungan
meliputi silabus, rencana pembelajaran dan
Lembar Kerja Siswa.
2) Menyusun alat evaluasi untuk mengukur
penguasaan materi pelajaran baikdari segi
kognitif, afektif , maupun psikomotorik
3) Menyiapkan lembar observasi untuk
mengamati
situasi
dan
kondisi
selamakegiatan
belajar
mengajar
berlangsung. Observasi dilakukan oleh
dosen pendamping yang bertindak sebagai
observer dan peneliti tetap mengajar dan
bertugas untuk mengamati kegiatan secara
keseluruhan. Lembar observasi terdiri dari
dua jenis yaitu lembar observasi untuk
mengamati
kondisi
siswa
dan
lembarobservasi untuk mengamati kinerja
guru/peneliti.
4) Menyiapkan pedoman wawancara untuk
siswa.
b.
Pelaksanaan
1) Pada pertemuan pertama guru memberikan
informasi awal materi secara keseluruhan
dan
menjelaskan
tentang
jalannya
pembelajaran dan tugas yang harus
dilaksanakan siswa serta membagi siswa
kedalam 9 kelompok dimana tiap kelompok
terdiri dari 3-4 orang.
2) Guru membagi Lembar Kerja Siswa.
Tindakan Pembelajaran Siklus I
Dalam siklus I ini ada empat tahap yang
dilakukan
yaitu:
perencanaan, tindakan,
pengamatan dan refleksi. Adapun penjelasannya
sebagai berikut:
3) Guru memberikan tugas siswa untuk
membawa peralatan yang dibutuhkan dalam
praktikum untuk pertemuan berikutnya.
|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,85-94
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia
4) Pada pertemuan kedua dalam siklus pertama
ini guru mengajukan hipotesis dan siswa
diminta menjawab mengenai hipotesis yang
diajukan peneliti/guru.
5) Siswa melaksanakan praktikum dan guru
mengawasi jalannya praktikum
6) Pada pertemuan yang ketiga guru dan siswa
mendiskusikan hasil praktikum.
Diamati
1
2
3
4
5
6
7) Pada akhir siklus dipertemuan yang
keempat guru memberikan soal tes siklus I
serta melakukan wawancara terhadap
masing-masing ketua kelompok.
7
c.
No
Pengamatan
1) Lembar Observasi Siswa
Observer mengamati kemampuan siswa
dalam mempresentasikan hasil percobaan
dengan menggunakan lembar observasi. Adapun
hasil pengamatan/observasi aktivitas, baik
aktivitas yang diinginkan maupun yang tidak
diinginkan selama proses pembelajaran pada
siklus I dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.
Bertanya pada guru
Menjawab pertanyaan guru
Bertanya pada teman
Menjawab pertanyaan dari
teman
Memberikan pendapat dalam
diskusi
Menyelesaikan tugas yang
diberikan guru
Ketepatan
mengumpulkan
tugas
Jumlah
5
6
6
%
16,13
19,35
19,35
6
19,35
13
41,94
30
96,77
30
96,77
Tabel 2. Data Pengamatan (Observasi) Siswa dengan
Aktivitas yang Off Task
1
2
3
4
5
Komponen Off Task
Ngobrol
Mengganggu teman
Keluar masuk kelas
Mengantuk/tidur
Suka main-main
Siklus I
Jumlah
9
0
0
1
13
%
29,03
0,00
0,00
3,22
41,94
2) Lembar Observasi Guru
Lembar observasi guru dilakukan untuk
mengamati tindakan yang dilaksanakan guru
yang sedang mengajar. Berikut ini merupakan
hasil observasi guru yang sedang mengajar:
Tabel 1. Hasil Pengamatan/Observasi Aktivitas siswa
dalam Pembelajaran (Diskusi)
No
No Komponen yang
Siklus I
Tabel 3. Data hasil observasi guru yang sedang mengajar pada siklus I
No
Aspek yang Diamati
A.
Pendahuluan
1.
Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran
2.
Menghubungkan dengan pelajaran yang lalu
3.
Menghubungkan materi dengan lingkungan sehari-hari untuk
memotivasi siswa
B.
Kegiatan Inti
1.
Menguasai materi pelajaran dengan baik
2.
Ksesuaian materi yang di bahas dengan indikator
3.
Berperan sebagai fasilitator
4.
Mengajukan pertanyaan pada siswa
5.
Memberi waktu tunggu pada siswa untuk menjawab pertanyaan
6.
Memberi kesempatan siswa untuk bertanya
7.
Menguasai penggunaan alat dan bahan praktik
8.
Memberikan bimbingan pada kegiatan praktikum
9.
Kejelasan menyajikan konsep
10.
Memberi contoh konkrit penerapan kimia dalam kehidupan sehari-hari dan terkait
dengan teknologi
11.
Memberi motivasi dan penguatan
C.
Penutup
|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,86-94
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
TA
K
A
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Buchori M., Erlinawati
√
√
√
√
1.
Membimbing siswa diskusi dan membuat kesimpulan
2.
Mengaitkan materi dengan pelajaran yang akan datang
3.
Memberi tugas pada siswa
4.
Mengadakan evaluasi
Keterangan: TA = tidak ada (tidak dilakukan), A = Ada (dilakukan), K = (kurang dilakukan).
Tabel 4. Catatan Lapangan pada siklus I
Hal-hal yang teramati dalam pelaksanaan pembelajaran
Indikator
Uraian
Kegiatan siswa
 Siswa mendengarkan penjelasan guru
 Siswa antusias dalam melaksanakan praktikum.
 Siswa mendiskusikan hasil praktikum
Kegiatan guru
Guru berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan praktikum dan diskusi dengan cara
berkeliling kelas dan memantau proses pembelajaran berlangsung
Interaksi antar siswa
 Siswa bekerja sama dengan teman sekelompoknya dalam kegiatan praktikum
dan mendiskusikan permasalahan yang ada dalam LKS.
 Pada saat kegiatan diskusi dan praktikum terlihat sebagian siswa aktif mengikuti
proses pembelajaran
Interaksi siswa dengan guru  Siswa berinteraksi dengan guru selama pembelajaran berlangsung. Siswa
menanyakan prosedur LKS yang belum dipahami, cara menggunakan alat dan
bahan yang tepat maupun menanyakan permasalahan yang terdapat dalam LKS
selama diskusi kelompok.
Jenis
pertanyaan
atau Jenis penugasan yang dikerjakan siswa berupa menyelesaikan permasalahan yang
penugasan yang dikerjakan terdapat pada LKS dengan cara praktikum maupun diskusi.
siswa
Sumber
belajar
yang Sumber belajar yang digunakan berupa LKS terstruktur yang dapat membimbing
digunakan
siswa dalam menemukan konsep pelajaran tersebut secara mandiri maupun diskusi
dengan kelompoknya.
Lainnya: waktu
Penggunaan waktu pada proses belajar mengajar sudah cukup karena sudah
direncanakan sebelumnya.
3) Catatan Lapangan
Pengamatan selama proses pembelajaran
berlangsung dimuat dalam catatan lapangan.
Uraian lengkap dapat dilihat pada tabel 4.
4) Hasil Belajar
Untuk melihat ketercapaian indikator
dilakukan tes berupa soal uraian dan laporan
kegiatan praktikum. Data hasil belajar kognitif
dan psikomotorik siswa sesuai dengan table 5.
Tabel 5. Prosentase Siswa yang Mencapai
Ketuntasan Belajar dan Kriteria Keberhasilan
Tindakan (Hasil Belajar Siklus I)
Siklus I
Nilai
Nilai
% Siswa
Rata-rata
mencapai KKM
Kognitif
Psikomotorik
61.87
78.35
22,58
93,54
Dalam tabel 5 menunjukan bahwa hasil
belajar siklus I pada aspek kognitif belum
tercapai keberhasilan indikator yang diharapkan
dimana pada siklus 1 prosentase kelulusannya
hanya sebesar 22,58% dengan nilai rata-rata
pada siklus 1 ini yaitu: 61,87 dengan materi
campuran dan efek tyndal. Sedangkan pada
aspek psikomotorik telah tercapai keberhasilan
indikator yang diharapkan dengan prosentase
kelulusannya sebesar 93,54% dengan nilai ratarata pada siklus 1 ini yaitu: 78,35.
d.
Refleksi
|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,87-94
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia
Pada siklus pertama ini tidak menunjukkan
hasil yang baik pada aspek kognitif maka
refleksi perlu dilakukan. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan:
1) Merancang skenario pembelajaran dengan
metode eksperimen berbasis lingkungan
meliputi rencana pembelajaran dan Lembar
Kerja Siswa.
1) Guru sudah baik dalam mengajar, praktikum
perlu ditambahkan karena siswa jadi diberi
penguatan.
2) Menyusun alat evaluasi untuk mengukur
penguasaan materi pelajaran baikdari segi
kognitif, afektif , maupun psikomotorik.
2) Guru mengajak siswa untuk lebih interaksi
dalam proses pembelajaran.
3) Menyiapkan lembar observasi untuk
mengamati
situasi
dan
kondisi
selamakegiatan
belajar
mengajar
berlangsung.
3) LKS membantu siswa dalam melaksanakan
praktikum.
e.
Keputusan
Berdasarkan
hasil
refleksi
dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada sub
konsep campuran dan efek tyndal belum
memenuhi indikator yang peneliti harapkan pada
aspek kognitif. Hasilnya, jumlah siswa yang
mencapai nilai KKM pada aspek kognitif yaitu
22,58 % dengan nilai rata-ratapada siklus I ini
yaitu: 61,87 yang masih jauh dari target yang
peneliti harapkan yaitu: sebanyak 75% siswa
memiliki nilai di atas KKM sekolah yaitu 77.
Oleh karena itu peneliti memutuskan untuk
melanjutkan penelitian tindakan kelas ini ke
siklus II. Adapun perbaikan-perbaikan pada
siklus II yang dianggap perlu oleh peneliti antara
lain:
1) Guru menambah pelaksanaan praktikum.
2) Aktivitas siswa lebih ditingkatkan dalam
metode praktikum.
3) Guru menyiapkan LKS untuk membantu
siswa dalam melaksanakan praktikum.
2.
Tindakan Pembelajaran Siklus II
Dalam siklus II ini ada empat tahap yang
dilakukan
yaitu:
perencanaan, tindakan,
pengamatan dan refleksi. Adapun penjelasannya
sebagai berikut:
a.
Perencanaan
4) Menyiapkan pedoman wawancara untuk
siswa.
b.
Pelaksanaan
1) Pada pertemuan siklus II guru memberikan
informasi awal materi secara keseluruhan
dan
menjelaskan
tentang
jalannya
pembelajaran dan tugas yang harus
dilaksanakan siswa serta membagi siswa
kedalam 9 kelompok dimana tiap kelompok
terdiri dari 3-4 orang.
2) Guru membagi Lembar Kerja Siswa.
3) Guru memberikan tugas siswa untuk
membawa peralatan yang dibutuhkan dalam
praktikum untuk pertemuan berikutnya.
4) Pada pertemuan kedua dalam siklus kedua
ini guru mengajukan hipotesis dan siswa
diminta menjawab mengenai hipotesis yang
diajukan peneliti/guru.
5) Siswa melaksanakan praktikum dan guru
mengawasi jalannya praktikum
6) Pada pertemuan yang ketiga guru dan siswa
mendiskusikan hasil praktikum.
7) Pada akhir siklus guru memberikan soal tes
siklus I serta melakukan wawancara
terhadap masing-masing ketua kelompok.
c.
Pengamatan
1) Lembar Observasi Siswa
|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,88-94
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
Buchori M., Erlinawati
Observer mengamati kemampuan siswa
dalam mempresentasikan hasil percobaan
dengan menggunakan lembar observasi. Adapun
hasil pengamatan/observasi aktivitas, baik
No
1
2
3
4
5
6
7
aktivitas yang diinginkan maupun yang tidak
diinginkan selama proses pembelajaran pada
siklus II dapat dilihat pada tabel 6 dan tabel 7.
Tabel 6. Hasil Pengamatan/Observasi Aktivitas siswa dalam Pembelajaran (Diskusi)
Siklus
Siklus
No Komponen yang Diamati
I
II
Jumlah
%
Jumlah
%
Bertanya pada guru
5
16,13
9
29,03
Menjawab pertanyaan guru
6
19,35
8
25,81
Bertanya pada teman
6
19,35
9
29,03
Menjawab pertanyaan dari teman
6
19,35
9
29,03
Memberikan pendapat dalam diskusi
13
41,94
17
54,84
Menyelesaikan tugas yang diberikan guru
30
96,77
30
96,77
Ketepatan mengumpulkan tugas
30
96,77
30
96,77
1
2
3
4
5
Tabel 7. Data Pengamatan (Observasi) Siswa dengan Aktivitas yang Off Task
Siklus
Siklus
Komponen Off Task
I
II
Jumlah
%
Jumlah
Ngobrol
9
29,03
7
Mengganggu teman
0
0,00
0
Keluar masuk kelas
0
0,00
0
Mengantuk/tidur
1
3,22
0
Suka main-main
13
41,94
7
No
Tabel 8. Data hasil observasi guru yang sedang mengajar.
Aspek yang Diamati
No
%
22,58
0,00
0,00
0,00
22,58
K
A
TA
A.
1.
2.
3.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
C.
Pendahuluan
Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran
Menghubungkan dengan pelajaran yang lalu
Menghubungkan materi dengan lingkungan sehari-hari untuk
memotivasi siswa
Kegiatan Inti
Menguasai materi pelajaran dengan baik
Ksesuaian materi yang di bahas dengan indikator
Berperan sebagai fasilitator
Mengajukan pertanyaan pada siswa
Memberi waktu tunggu pada siswa untuk menjawab pertanyaan
Memberi kesempatan siswa untuk bertanya
Menguasai penggunaan alat dan bahan praktik
Memberikan bimbingan pada kegiatan praktikum
Kejelasan menyajikan konsep
Memberi contoh konkrit penerapan kimia dalam kehidupan sehari-hari dan terkait
dengan teknologi
Memberi motivasi dan penguatan
Penutup
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,89-94
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia
1.
Membimbing siswa diskusi dan membuat kesimpulan
2.
Mengaitkan materi dengan pelajaran yang akan datang
3.
Memberi tugas pada siswa
4.
Mengadakan evaluasi
Keterangan: TA = tidak ada (tidak dilakukan), A = Ada (dilakukan), K = (kurang dilakukan).
2) Lembar Observasi Guru
Lembar observasi guru dilakukan untuk
mengamati tindakan yang dilaksanakan guru
yang sedang mengajar. Berikut ini merupakan
hasil observasi guru yang sedang mengajar:
3) Catatan Lapangan
Pengamatan selama proses pembelajaran
berlangsung dimuat dalam catatan lapangan.
Uraian lengkap pada lembar catatan lapangan
dapat dilihat pada tabel 9.
4) Hasil Belajar
Untuk melihat ketercapaian indikator
dilakukan tes berupa soal uraian dan laporan
√
√
√
√
kegiatan praktikum. Data hasil belajar kognitif
dan psikomotorik siswa sesuai dengan tabel10.
Dalam tabel di atas menunjukan bahwa
siklus II telah tercapai keberhasilan indikator
yang diharapkan, baik pada aspek kognitif
maupun psikomotorik dimana pada siklus II
prosentase kelulusannya pada aspek kognitif
sebesar 90,32% dengan nilai rata-rata pada
siklus II ini yaitu: 81,12. Sedangkan pada aspek
psikomotorik sebesar 83,87% dengan nilai ratarata pada siklus II ini yaitu: 78,81.
d.
Refleksi
Pada siklus kedua ini sudah menunjukkan
hasil yang baik, maka refleksi tidak
perludilakukan. Ada beberapa hal yang
mempertimbangkannya yaitu:
Tabel 9. Catatan Lapangan pada siklus II
Hal-hal yang teramati dalam pelaksanaan pembelajaran
Indikator
Uraian
Kegiatan siswa
 Siswa mendengarkan penjelasan guru
 Siswa antusias dalam melaksanakan praktikum.
 Siswa mendiskusikan hasil praktikum
Kegiatan guru
Guru berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan praktikum dan diskusi
dengan cara berkeliling kelas dan memantau proses pembelajaran
berlangsung
Interaksi antar siswa
 Siswa bekerja sama dengan teman sekelompoknya dalam kegiatan
praktikum dan mendiskusikan permasalahan yang ada dalam LKS.
 Pada saat kegiatan diskusi dan praktikum terlihat sebagian siswa aktif
mengikuti proses pembelajaran
Interaksi siswa dengan guru
 Siswa berinteraksi dengan guru selama pembelajaran berlangsung.
Siswa menanyakan prosedur LKS yang belum dipahami, cara
menggunakan alat dan bahan yang tepat maupun menanyakan
permasalahan yang terdapat dalam LKS selama diskusi kelompok.
Jenis pertanyaan atau penugasan Jenis penugasan yang dikerjakan siswa berupa menyelesaikan permasalahan
yang dikerjakan siswa
yang terdapat pada LKS dengan cara praktikum maupun diskusi.
Sumber belajar yang digunakan
Sumber belajar yang digunakan berupa LKS terstruktur yang dapat
membimbing siswa dalam menemukan konsep pelajaran tersebut secara
mandiri maupun diskusi dengan kelompoknya.
Lainnya: waktu
Penggunaan waktu pada proses belajar mengajar sudah cukup karena sudah
direncanakan sebelumnya.
|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,90-94
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
Buchori M., Erlinawati
Tabel 10. Prosentase Siswa yang Mencapai Ketuntasan Belajar dan Kriteria Keberhasilan Tindakan (Hasil Belajar
Siklus II)
Siklus II
Siklus I
Nilai
Kognitif
Psikomotorik
Nilai Rata-rata
61.87
78.35
% Siswa mencapai
KKM
22,58
93,54
1) Guru sudah bagus dalam mengajar dan
praktikumnya ditambahkan hingga 4x
pelaksanaan praktikum sehingga siswa lebih
tertarik, berminat serta termotivasi terhadap
ilmu kimia dan siswa jadi lebih diberi
penguatan terhadap teori yang ada.
2) LKS sangat membantu
melaksanakan Praktikum.
siswa
e.
3.
a.
Sebanyak 10 siswa atau 100% memberikan
pendapat bahwa pembelajaran dengan
metode yang diterapkan saat ini lebih
interaktif dibanding dengan pembelajaran
sebelumnya dimana mereka menganggap
lebih diberi kesempatan untuk bertanya dan
memberikan pendapat.
b.
Dengan pembelajaran saat ini sebanyak 10
siswa atau 100% lebih berminat untuk
belajar kimia karena pelajaran kimia kali ini
diawali dengan penemuan yaitu dengan
melakukan
kegiatan
praktikum
dan
disediakan waktu yang cukup untuk
mendiskusikan hasil praktikum yang telah
mereka kerjakan.
c.
Penerapan metode eksperimen berbasis
lingkungan ini dapat memotivasi seluruh
siswa kelas XI IPA MAN 2 KOTA
TANGERANG karena mereka menganggap
proses pembelajaran saat ini lebih hidup.
d.
Senyak 10 siswa atau 100% pula siswa
percaya bahwa dengan diterapkannya
metode eksperimen ini dapat menggantikan
bahan kimia sintetik dan mereka
menganggap alat dan bahan yang digunakan
mudah mereka peroleh dilingkungan sekitar
mereka.
e.
Kerena mereka menganggap perlu untuk
mendapatkan data hasil praktikum yang
valid maka 10 siswa atau 100% mengulangi
percobaan yang telah mereka kerjakan.
Keputusan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa
pada konsep system koloid telah memenuhi
indikator yang peneliti tetapkan. Indikator yang
ditetapkan adalah sebanyak 75% siswa memiliki
nilai di atas KKM sekolah yaitu 77. Oleh karena
itu peneliti memutuskan untuk menghentikan
pemberian tindakan berupa pembelajaran yang
menerapkan metode eksperimen berbasis
lingkungan pada konsep sistem koloid.
Respon siswa terhadap pembelajaran
dengan metode eksperimen berbasis
lingkungan
Pada akhir siklus 1 dan II peneliti
mewawancarai 10 orang siswa yang mewakili
siswa lainnya untuk memberikan komentar,
pendapat atau masukan terhadap pelaksanaan
praktikum. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
respon siswa terhadap penerapan metode
81.12
78.81
% Siswa mencapai
KKM
90,32
83,87
eksperimen berbasis lingkungan. Wawancara ini
terdiri dari 7 pertanyaan yang dapat dilihat pada
lampiran dengan hasil sebagai berikut:
dalam
3) Terjadi peningkatan hasil hasil belajar pada
aspek kognitif dari 22,58% pada siklus I
menjadi 90,32% pada siklus II siswa yang
mendapatkan nilai di atas KKM yang
ditetapkan yaitu 77 dengan target 75%.
Nilai Rata-rata
|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,91-94
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia
f.
g.
Sebanyak 5 siswa atau 50% mengatakan
jika mereka dibimbing oleh 2-3 orang guru
mereka tidak setuju karena dikhawatirkan
terjadi
perbedaan
pendapat
antar
pembimbing satu dengan yang lainnya.
Pada pernyataan mereka di pointer
wawancara yang terakhir, sebanyak 7 siswa
atau 70% siswa meminta agar siswa lebih
aktif dalam diskusi
Pembahasan
Dari hasil observasi selama siklus I
didapatkan data aktivitas yang On Task dan Off
Task siswa pada pembelajaran (Tabel 4.2 dan
4.3) yang terdiri dari bertanya pada guru 5 siswa
atau 16,13%, menjawab pertanyaan guru 6 siswa
atau 19,35%, bertanya pada teman 6 orang atau
19,35%, menjawab pertanyaan dari teman 6
siswa atau 19,35%, memberikan pendapat dalam
diskusi 13 siswa atau 41,94%, menyelesaikan
tugas yang diberikan guru 30 siswa atau 96,77%
dan ketepatan mengumpulkan tugas 30 siswa
atau 96,77%. Sedangkan pada siklus II terjadi
peningkatan aktifitas yang positif seperti yang
terlihat pada tabel 4.7, yaitu: bertanya pada guru
9 siswa atau 29,03%, menjawab pertanyaan guru
8 siswa atau 25,81%, bertanya pada teman 9
orang atau 29,03%, menjawab pertanyaan dari
teman 9 siswa atau 29,03%, memberikan
pendapat dalam diskusi 17 siswa atau 54,84%,
menyelesaikan tugas yang diberikan guru 30
siswa
atau
96,77%
dan
ketepatan
mengumpulkan tugas 30 siswa atau 96,77%.
Data ini menunjukkan bahwa siswa cukup
antusias
dalam
pembelajaran
yang
dikembangkan dalam penelitian ini. Dilihat dari
ketetapatan mengumpulkan tugas untuk
membawa alat dan bahan yang dibutuhkan
dalam praktikum oleh guru menunjukkan bahwa
minat dan motivasi belajar siswa sangat tinggi.
Ketetapatan mengumpulkan tugas ditentukan
melalui ketepatan waktu dan kelengkapan alat
dan bahan yang dibawa, yaitu pada saat masuk
kelas sebelum pembelajaran dimulai tugas harus
sudah dikumpulkan sehingga praktikum dapat
dilaksanakan.
Adapun untuk data aktivitas yang Off Task
terdiri dari ngobrol 9 siswa atau 29,03%,
mengganggu teman 0%, keluar masuk kelas 0%,
mengantuk/tidur 1 siswa atau 3,22% dan suka
main-main 13 siswa atau 41,94%. Sedangkan
pada siklus II terjadi penurunan aktifitas yang
negatif seperti yang terlihat pada tabel 4.8, yaitu:
ngobrol 7 siswa atau 22,58%, mengganggu
teman 0%, keluar masuk kelas 0%,
mengantuk/tidur 0% dan suka main-main 7
siswa atau 22,58%. Data ini menunjukkan
bahwa siswa masih belum menyadari bahwa
setiap aktivitas yang mereka lakukan diamati
oleh observer.
Hasil wawancara dengan siswa diperoleh
50,00% siswa (pointer 6) merasa tidak setuju
jika dalam proses pembelajaran dibimbing oleh
2-3 orang guru atau pembimbing karena
dikhawatirkan terjadi perbedaan pendapat antar
pembimbing satu dengan yang lainnya. Pada
pertanyaan terakhir sebanyak 7 siswa atau 70%
siswa meminta agar siswa lebih aktif dalam
diskusi.
Setelah proses pembelajaran pada selesai,
selanjutnya pada akhir siklus dilakukan evaluasi
terhadap hasil belajar siswa (tes) untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam menyerap
materi yang telah dibahas dan sebelum soal
digunakan telah diuji cobakan terlebih dahulu
pada mahasiswa pendidikan kimia UIN Jakarta
smester 4 yang telah memperoleh materi sistem
koloid. Soal yang tidak memenuhi syarat
dibuang dan yang memenuhi syarat digunakan.
Berdasarkan pada tabel 4.11 dapat
diketahui bahwa setelah diterapkan metode
eksperimen berbasis lingkungan, hasil belajar
kognitif dan psikomotorik siswa mengalami
peningkatan. Dari nilai rata-rata materi Larutan
|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,92-94
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
Buchori M., Erlinawati
Penyangga dan Hidrolisis mempunyai nilai ratarata sebesar 57,77 dengan ketuntasan klasikal
sebesar 0%; meningkat menjadi 61,87 dengan
ketuntasan klasikal sebesar 22,58% pada aspek
kognitif dan nilai rata-rata sebesar 78,35 dengan
ketuntasan klasikal sebesar 93,54% dengan
materi campuran dan efek tyndal. Besarnya
ketuntasan belajar pada siklus I ini belum
memenuhi target yang ditetapkan dalam
indikator keberhasilan pada aspek kognitif yakni
sekurang-kurangnya 75% siswa mendapat nilai
KKM yaitu ≥77. Siklus I berlangsung selama 3 x
2 x 45 menit atau tiga kali pertemuan. Materi
yang diajarkan dalam proses pembelajaran ini
adalah sub materi pokok: Campuran dan Efek
Tyndal. Praktikum yang dilaksanakan pada
siklus I sebanyak 1 kali eksperimen, yaitu
tentang Campuran dan Efek Tyndal. Karena
dianggap belum mencapai indikator keberhasilan
yang ditetapkan maka pemberian tindakan
dilanjutkan pada siklus II.
Hasil belajar pada siklus II terjadi
peningkatan pada aspek kognitif menjadi 81,12
dengan ketuntasan klasikal sebesar 90,32% dan
nilai rata-rata sebesar 78,81 dengan ketuntasan
klasikal
sebesar
83,87%
pada
aspek
psikomotorik. Besarnya ketuntasan belajar pada
siklus II ini sudah memenuhi target yang
ditetapkan dalam indikator keberhasilan. Siklus
II berlangsung selama 3 x 2 x 45 menit atau tiga
kali pertemuan. Materi yang diajarkan dalam
proses pembelajaran ini adalah sub materi
pokok: sifat-sifat koloid, koagulasi dan
penjernihan air. Praktikum yang dilaksanakan
pada siklus II sebanyak 4 kali eksperimen, yaitu
tentang emulsi, koagulasi, koloid liofil dan
liofob serta penjernihan air. Karena dianggap
sudah mencapai indikator keberhasilan yang
ditetapkan maka pemberian tindakan yang
berupa pembelajaran yang menerapkan metode
eksperimen berbasis lingkungan dihentikan.
SIMPULAN
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan
dapat
disimpulkan
bahwa
penerapan
metode
eksperimen
berbasis
lingkungan pada mata pelajaran kimia
khususnya pada pokok bahasan sistem koloid
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI
IPA MAN 2 Kota Tangerang. Hal ini ditandai
dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar
siswa jika dibandingkan pada materi-materi
sebelumnya yaitu dari nilai rata-rata pada materi
Stoikiometri 63,90 dengan ketuntasan klasikal
sebesar 10%; Larutan Penyangga dan Hidrolisis
mempunyai nilai rata-rata sebesar 57,77 dengan
ketuntasan klasikal sebesar 0%; serta Kelarutan
dan Hasil Kali Kelarutan mempunyai nilai ratarata sebesar 76,67 dengan ketuntasan klasikal
sebesar 50% meningkat menjadi 61,87 dengan
ketuntasan klasikal sebesar 22,58% pada aspek
kognitif dan nilai rata-rata sebesar 78,35 dengan
ketuntasan klasikal sebesar 93,54% pada aspek
psikomotorik di siklus 1. Kemudian pada siklus
II mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata
81,12 dengan ketuntasan klasikal sebesar
90,32% pada aspek kognitif dan nilai rata-rata
sebesar 78,81 dengan ketuntasan klasikal sebesar
83,87% pada aspek psikomotorik.
SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, peneliti mengajukan beberapa saran
yaitu: kreativitas guru perlu ditingkatkan dalam
penerapan
metode
eksperimen
berbasis
lingkungan
karena
dengan
kreativitas
memanfaatkan alat dan bahan yang ada di
lingkungan itu metode eksperimen berbasis
lingkungan ini akan berjalan dengan sempurna
sesuai dengan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,93-94
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia
Arikunto, Suharsimi., Suhardjono., Supardi.
2008. Penelitian Tindakan Kelas Cetakan
Ke-6. Jakarta: Bumi Aksara
Kunandar.2009.Langkah Mudah Penelitian
Tindakan Kelas sebagai Pengembangan
Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Nasution, Noehi. 2005. Pendidikan IPA di SD
Cetakan Ke-1. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Sunyono & Siti Maryatun. 2007. Optimalisasi
Pembelajaran Kimia Kelas XI Semester
1SMA Swadhipa Natar Melalui Penerapan
Metode
Eksperimen
Berwawasan
Lingkungan.
(http://blog.unila.ac.id/sunyono/files/2009/
06/mklh-seminar-bandung-07-12.pdf.
diakses 11 Desember 2010).
Sunyono & Siti Maryatun. 2007. Penerapan
Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan
dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar
Siswa kelas X semester 1 SMA Swadhipa
Natar. Jurnal Proceeding of The Firts
International
Seminar
of
Science
Education-UPI,
2007.
(http://blog.unila.ac.id/sunyono/files/2009/
06/makalah-seminar-bandung_081.pdf.
diakses 14 Desember 2010).
Widiasih. 2007. Penggunaan Peralatan dari
Lingkungan Sekitar untuk Pembelajaran
IPA di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan,
Volume 8, Nomor 2, September 2007, 92100.
|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,94-94
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
Download