5 TINJAUAN PUSTAKA Siaran Radio dan Perkembangannya di Indonesia Siaran radio (broadcasting) merupakan institusi kemasyarakatan seperti media massa lainnya. Institusi ini dapat dilihat dari keberadaannya sebagai suatu organisasi yang menjalankan fungsi penyiaran informasi, baik secara tunggal maupun melalui sistem jaringan (network) dengan satu pusat yang mengendalikan penyiaran informasi (Siregar, 2001). Siaran radio sebagai media massa muncul sekitar tahun 1920-an, walaupun penelitian itu jauh telah dilakukan sebelumnya. Sebagai media massa, siaran radio berkembang sangat cepat sejalan dengan perkembangan teknologi yang membantu siaran radio dalam bidang hardware yaitu dengan ditemukannya sistem FM dan radio transistor yang membuat siaran radio dapat mencapai sasaran yang lebih luas dengan daya pancar yang lebih baik. Kekuatan radio siaran dalam mempengaruhi khalayak, menurut Siregar (2001), sudah dibuktikan dari masa ke masa di berbagai negara. Salah satu contoh pada peristiwa pertempuran Surabaya tanggal 10 Nopember 1945, Bung Tomo dengan gayanya yang khas melalui mikrofon “radio pemberontak” berhasil membangkitkan semangat bertempur, bukan saja di kalangan pemuda-pemuda Jawa Timur, tetapi juga di daerah lainnya untuk melawan Belanda. Jumlah pendengar radio dan stasiun radio berkembang pesat dibandingkan media cetak dikarenakan kemampuan radio untuk menggapai mereka yang tuna aksara. Radio dapat menggapai mereka yang berada di lokasi terlalu jauh dikunjungi dan dapat menyebarluaskan informasi serta memotivasi banyak orang untuk berpartisipasi lebih aktif dalam meningkatkan kehidupan masyarakat. Program radio dapat melakukan kegiatan penyiaran dan memberikan kesempatan bagi pendengar untuk berbagi opini pendengar secara langsung dengan pendengar lainnya (Peigh, 1979). Pengembangan masyarakat merupakan usaha untuk memberikan kesempatan bagi pendengar untuk berbicara memberikan opini secara langsung dengan pendengar lainnya. Menurut Peigh (1979), pendengar diajak untuk berbicara mengenai pendapatnya tentang masalah yang terjadi di keseharian yang memungkinkan pendengar tersebut untuk meningkatkan kondisi kehidupannya 6 melalui berbagai pengalaman dengan orang lain maupun dari infromasi yang disebarluaskan melalui radio. Berkaitan dengan perkembangan siaran radio lebih jauh dijelaskan oleh Ardianto dan Erdinaya (2004), bahwa perkembangan radio siaran di Indonesia dimulai dari masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, zaman kemerdekaan dan zaman orde baru. Radio siaran mendapat julukan The Fifth Estate (kekuatan kelima). Hal ini disebabkan karena radio siaran juga dapat melakukan fungsi kontrol seperti surat kabar, di samping itu empat fungsi lainnya yakni memberi informasi, menghibur, mendidik dan melakukan persuasi. Sifat Siaran Radio Sifat siaran radio tidak banyak berbeda dengan media massa lain yaitu serempak dan cepat. Serempak adalah keserempakan kontak antara komunikator dengan komunikan yang demikian besar jumlahnya. Pada saat yang sama, media massa dapat membuat khalayak secara serempak menaruh perhatian kepada pesan yang disampaikan seorang komunikator. Cepat dalam arti kata memungkinkan pesan yang disampaikan kepada banyak orang dalam waktu yang cepat (Effendy, 1993). Siaran radio memiliki gaya tersendiri (siaran radio style). Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Effendi (1991), gaya radio siaran ini disebabkan oleh beberapa sifat radio siaran. Pertama, imajinatif, karena hanya indera pendengaran yang digunakan oleh khalayak, dan pesannya pun selintas, maka radio siaran dapat mengajak komunikannya untuk berimajinasi. Kedua, auditori yang merupakan konsekwensi dari radio siaran untuk didengar secara selintas. Ketiga, sifat radio siaran adalah akrab dan intim karena umumnya kita mendengarkan radio siaran sambil melakukan pekerjaan sesuatu. Keempat, materi siaran kata radio siaran bergaya percakapan (conversational style). Keunggulan Siaran Radio Menurut Astuti (2008), sejumlah keunggulan radio antara lain : (1) Radio dapat mendidik khalayak yang spesifik, artinya, radio memiliki kemampuan untuk berfokus pada kelompok demografis yang dikehendaki. Selain itu, untuk mengubah atau mempertajam segmen atau sasaran yang dituju, radio juga lebih 7 fleksibel dibandingkan media komunikasi massa lainnya, (2) Radio bersifat mobile dan portable. Artinya orang bisa menjinjing radio ke mana saja, sumber energinya kecil dan sama portable-nya. Radio bisa menyatu dengan fungsi alat penunjang kehidupan lainnya, mulai dari senter, mobil hingga handphone. harga radio relatif jauh lebih murah dibandingkan dengan media lain, (3) Radio bersifat intrusif, memiliki daya tembus yang tinggi. Radio bisa menembus ruang-ruang di mana media lain tidak bisa masuk, (4) Radio bersifat fleksibel, dalam arti dapat menciptakan program dengan cepat dan sederhana, dapat mengirim pesan dengan segera dan secepatnya membuat perubahan, (5) Radio itu sederhana: sederhana mengoperasikannya, mengelolanya, dan sederhana isinya. Tidak diperlukan konsentrasi tinggi untuk menyimak radio. Bahkan, orang bisa mendengarkan radio sambil menggarap pekerjaan lain. Untuk mendengar radio, hanya dibutuhkan pendengaran. Mendengarkan radio tidak dibutuhkan kemampuan baca dan abstraksi tingkat tinggi. Kelebihan media radio siaran yaitu pesan yang dibawakan oleh komunikator dapat ditata menjadi satu kisah yang dihiasi dengan musik sebagai ilustrasi dan efek sebagai unsur dramatisasi. Radio siaran juga dapat dinikmati khalayak dalam segala situasi, misalnya sambil makan, bekerja, menyetir kendaraan dan sebagainya (Ardianto dan Erdinaya, 2004). Menurut Effendi (1991), radio memiliki kelebihan dibandingkan dengan televisi yaitu daya jangkau yang luas (tanpa satelit komunikasi), dan penyampaian pesan yang mudah. Kelebihan lain dari radio ialah (1) Sifatnya santai, (2) Lebih mudah menyampaikan pesan dalam bentuk acara menarik dan, (3) Daya pikat untuk dapat melancarkan pesan. Beberapa kelemahan radio adalah pesan yang disampaikan hanya sekilas dan arus balik (feedback) tertunda (Effendy, 1991). Di samping itu terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kekuatan siaran radio yaitu daya langsung, daya tembus, dan daya tarik. Daya langsung radio siaran berkaitan dengan proses penyusunan dan penyampaian pesan pada pendengarnya yang relatif cepat, sekalipun terbentang jarak yang jauh. Daya tarik radio siaran disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang ada padanya, yakni musik, kata-kata dan efek suara (sound effect). 8 Selanjutnya tiga sifat siaran radio lainnya yang mendukung kelebihan radio dalam penyebaran informasi (Effendy 1993), yaitu (1) langsung, maksudnya suatu pesan yang akan disampaikan dapat dilakukan tanpa proses yang rumit, (2) tidak mengenal jarak dan rintangan, baik jarak waktu maupun ruang, (3) memeliki daya tarik, maksudnya memiliki tiga unsur yang melekat padanya yaitu kata-kata lisan, musik dan efek suara yang membuat acara siaran radio lebih hidup. Sifatsifat tersebut menjadi keunggulan siaran radio. Keunggulan lainnya adalah dapat mengatasi hambatan ketidakmampuan baca tulisannya lebih dari 70% penduduk Asia tidak disentuh oleh media massa lain kecuali siaran radio dalam bahasa mereka sendiri. Keunggulan siaran radio tersebut juga dimiliki siaran televisi, tetapi terdapat keunggulan lain yang tidak dimiliki siaran televisi yaitu siaran radio dapat digunakan sambil lalu, maksudnya siaran radio dapat didengarkan di mana saja, tidak harus duduk menetap di suatu tempat, misalnya orang yang sedang memasak di dapur atau mengemudikan mobilpun tetap dapat menikmati siaran radio (Siregar 2001). Oleh sebab itu Moses yang dikutip Jahi (1988) dikatakan bahwa siaran radio dapat mencapai berjuta-juta manusia secara serentak, termasuk khalayak yang tinggal di daerah yang jauh, dengan biaya yang relatif murah. Pengaruh radio dalam menggerakkan partisipasi masyarakat dalam mengembangkan masyarakat yaitu membantu masyarakat menghadapi masalah, mencoba memberitahukan kepada rakyat banyak yang hidup di pedalaman dan tidak berpendidikan atau buta huruf tentang ide-ide baru, pelayanan atau produk yang dapat memperbaiki taraf hidup mereka, maka salah satu cara yang menjadi solusi adalah melalui radio. Setiap tahun jumlah dan kualitas dari radio meningkat (Peigh, 1979). Sebagian besar orang atau hampir semua pendengar mendengarkan radio sebagai sumber informasi, mereka menganggap radio dapat dipercaya dan informasi yang disajikan mempunyai kredibilitas, lebih dari setengah siaran radio dalam musik ini adalah hiburan yang ingin didengar oleh pendengar. Selanjutnya Peigh (1979), menambahkan bahwa akses terhadap media massa radio cukup mudah karena masyarakat tidak perlu mengeluarkan biaya yang cukup besar karena hanya bermodalkan baterai saja yang harganya tidak terlalu mahal sehinga 9 petani dapat menjangkau. Siaran radio pun menjangkau daerah yang jauh dan terpencil untuk dikunjungi yang berada di pedalaman. Radio memiliki sejumlah peranan dan fungsi, seperti mentransmisikan pesan, mendidik, membujuk, dan menghibur. Radio dalam penyampaian pesannya, bisa mengambil model komunikasi apa saja, model satu arah, maupun dua arah. model satu arah mengasumsikan radio sebagai komunikator tunggal yang menyampaikan pesan kepada khalayak pasif. Model dua arah memposisikan radio sebagai komunikator yang melakukan interaksi timbal balik dengan khalayak aktif. Radio dapat mencapai pendengar dalam jumlah besar dengan lebih cepat dan lebih murah daripada sarana komunikasi yang lain. Hal ini dikuatkan oleh hasil penelitian De Fleur (1983), tentang bagaimana radio memegang peranan penting dari dulu hingga sekarang. Cerita drama radio yang begitu meyakinkan para pendengarnya tentang berita adanya monster dari planet Mars yang akan meluluhlantahkan dunia yang membawa akan berakhirnya kehidupan di dunia, Namun demikian cerita drama radio tentang berita akan adanya monster dari planet Mars yang dapat meluluhlantahkan dunia dan membawa pada berakhirnya kehidupan di dunia begitu meyakinkan pendengarnya. Cerita tersebut mampu membuat kepanikan di Amerika. Cerita tentang akan datangnya monster dari Mars tidaklah terjadi sebenarnya, karena hanya merupakan siaran drama yag diadaptasi dari fiksi karangan H.G. Wells yang berjudul war of the world. Hal ini terjadi karena dramatisasi yang disajikan begitu jelas, disertai dengan trik yang sangat pandai, sehingga banyak pendengar percaya bahwa Martians benar-benar adanya. Melalui mendengar drama radio itu, banyak orang yang berpikir dan percaya bahwa dunia ini akan berakhir. Banyak orang yang bersedih, berdoa dan lari ke daerah yang mereka anggap aman. Banyak kecemasan para wartawan radio akibat model primer komunikasi massa dan entertainment pada akhir tahun 1930 an, seiring dengan hal tersebut, maka popularitas wartawan media cetak perlahan berkurang. Diperkirakan pada tahun 1938, ada sekitar 32 juta keluarga di Amerika dan ada sekitar 27 juta radio. Sebagian besar orang menghabiskan banyak waktunya untuk mendengar radio, dari pada untuk hal lainnya seperti telepon, mobil, elektronik, koran dan majalah. Kepemilikan radio selalu meningkat, berganda setiap lima tahun 10 Berdasarkan beberapa uraian tentang kejadian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa radio benar-benar telah melekat di kehidupan masyarakat Amerika. Radio mampu menyajikan hiburan dan memberikan berita dunia pada publik hampir serentak dengan kejadian sebenarnya di dunia. Banyak sekali contohnya, misalnya, Perdana Menteri Inggris yang menjelaskan mengenai konsesi Munich, Presiden Roosevelt meningkatkan kepercayaan diri masyarakat Amerika dengan pidatonya di radio, popularitas banyak artis diawali dari kemunculannya di radio. Seorang peneliti dari Princeton University telah melakukan penelitian berdasarkan kepanikan masyarakat Amerika yang disebabkan oleh siaran mengenai invasi monster Mars ke Bumi. Metode yang digunakan dalam penelitian tentang efek siaran radio terhadap keyakinan audien di Amerika adalah personal interview, survey, informasi dari kliping koran dan juga dari akun surat. Penemuan dari penelitian ini menjelaskan bahwa banyaknya audiens yang mendengar siaran akan berpengaruh, berapa banyak yang ketakutan, mengapa ada pendengar yang ketakutan dan ada pula yang tidak berpengaruh sama sekali, kepercayaan agama dan faktor personal juga sangat berpengaruh disini. Selain itu, faktor lain yang berpengaruh juga adalah faktor penyebab perilaku ekstrim yang dilakukan masyarakat juga mempengaruhi. Kelemahan Siaran Radio Menurut Meeske dalam Astuti (2003), tentang kelemahan radio. (1) Radio is aural only. Satu-satunya cara yang diandalkan radio untuk menyampaikan pesan adalah bunyi (sound). Radio tidak dilengkapi dengan kemampuan untuk menyampaikan pesan lewat gambar. Orang pada dasarnya untuk membayangkan kejadian sesungguhnya, menggunakan teater imajinasinya sendiri. (2) Radio message are short lived. Pesan radio hidupnya hanya sebentar-short lived. Pesan radio bersifat satu arah, sekilas dan tidak dapat ditarik lagi begitu diudarakan. Penyampaian pesan melalui radio bukan pekerjaan main-main. tetapi harus dilakukan dengan hati-hati dan penuh tanggung jawab, (3) Radio listening is prone to distraction. Mendengarkan radio itu rentan gangguan. Begitu pendengaran terganggu, maka tak ada lagi cerita radio dalam kehidupan 11 seseorang. Orang juga kerap mendengarkan radio sambil melakukan pekerjaan lain. Akibatnya, konsentrasi kerap terpecah. Radio, selain memiliki kekuatan yang cukup tinggi juga mempunyai kelemahan. Siaran radio dalam menyampaikan pesan, hanya sekilas dan arus balik (feedback) bersifat tertunda, karena komunikasi yang terjadi hanya dalam waktu sesaat. Efektivitas Siaran Radio Efektivitas penggunaan media massa, dalam menyebarkan informasi dipengaruhi oleh desain media tersebut (Cooke, 2006). Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kesadaran pengguna media, yaitu demografik, karakteristik pribadi, tujuan pemanfaatan media (Olmsted, 2006). Siaran radio dalam beberapa dasa warsa terakhir ini sangat membantu kemajuan pembangunan di negaranegara yang sedang berkembang. Jenkins, sebagaimana di sitir oleh Jahi (1988) mengemukakan bahwa siaran radio dalam pembangunan biasanya digunakan untuk mengembangkan sumberdaya manusia melalui pendidikan untuk anak-anak dan para guru. Media ini digunakan juga untuk meningkatkan kualitas pengajaran, maksudnya memberi kesempatan kepada guru yang terbaik dipilih untuk mengajar melalui media. Guru dapat memperkenalkan metode-metode baru mengajar dan kurikulum baru pendidikan. Berbagai macam program siaran radio di Indonesia telah didesain untuk khalayak tertentu. Program siaran didesain dari yang agak formal, seperti program latihan dan pendidikan bahasa untuk guru, sampai yang kurang formal seperti latihan bagi petani dan belajar membaca. Hasil-hasil penelitian mencatat pula keberhasilan sekolah pertanian di udara yang menarik minat sejumlah besar petani untuk mengikuti siaran tentang cara menanam padi dan gandum, beternak sapi dan ayam serta memelihara ikan. Siaran radio dalam pembangunan di Filipina difungsikan sebagai: (1) legitimator program pembangunan. Komunikasi siaran dapat memusatkan perhatian rakyat pada program-program tersebut, dan menimbulkan suatu suasana kebenaran, sehingga dapat menggalang dukungan sosial bagi pelaksanaan program tersebut, (2) Guru yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan baru yang dituntut oleh teknologi baru, (3) Katalis 12 perubahan, dengan mempengaruhi sikap katup penyelamat untuk menghilangkan perasaan tertekan yang timbul dalam proses perubahan (Songco 1978). Dampak Siaran Radio bagi Pembangunan Pertanian Siaran radio sudah sejak lama digunakan untuk media komunikasi, termasuk salah satu adalah untuk pembangunan pertanian. Hilbrink dalam Depari (1998) mengemukakan bahwa sejak tahun 1969 siaran radio sudah digunakan secara intensif dalam siaran khusus di bidang pertanian. Program tersebut terus dikembangkan dan dikenal dengan acara siaran pedesaan. Keberhasilan penggunaan siaran radio dalam pembangunan sudah banyak dibuktikan oleh para peneliti, akan tetapi ternyata juga menimbulkan beberapa masalah. Masalah pertama terdapat pula peralatan untuk menerima dan menerima pesan. Radio transisitor sebagai pesawat penerima yang dianggap murah ternyata di banyak negara sedang berkembang masih tetap di luar jangkauan rata-rata keluarga pedesaan dalam pemilik radio transistor di pedesaan. Stasiun radio sebagai pengirim pesan, dituntut untuk memperbaiki peralatan transmisi terutama pemancar, agar kualitas penerimaannya dapat lebih baik. Kedua hal ini tidak dapat dikesampingkan, karena dapat mempengaruhi nilai potensi siaran radio. Potensinya akan tinggi kalau sejumlah khalayak dapat dijangkau untuk mendengarkan dengan baik pesan-pesan pembangunan yang disampaikan dan potensi siaran radio akan kecil nilainya, jika tidak banyak yang dapat dijangkau untuk menerima dengan jelas pesan-pesan yang disampaikan (Moses 1974, Jenkins 1982 yang dikutip Jahi 1988) khalayak siaran radio sangat beragam pendidikan dan sikapnya. Oleh karena itu, Fontgalland menyarankan upaya untuk mengatasinya, yaitu dengan memahami siapa memahami siapa khalayaknya, termasuk kebutuhan, masalah dan pola perilaku sosio psikologi mereka dengan baik (fontgalland 1976 yang dikutip Jahi, 1988). Fenomena lain yang menjadi masalah dan harus diperhatikan adalah penggunaan siaran radio sebagai media penghibur yang sudah banyak dibuktikan kebenarannya oleh beberapa ahli. Masalah lain dalam siaran radio yang menjadi hambatan adalah waktu penyiaran program pendidikan yang tidak sesuai dengan waktu luang yang dimiliki khalayak sasarannya dan acara lain yang lebih menarik 13 perhatian, sehingga memungkinkan pendengar dengan mudah mematikan radionya atau memilih saluran yang diminati. Radio seakan mudah berada di tengah masyarakat, pesan disampaikan melalui kecepatan transistor, dan sekelompok orang mendengarkannya. Radio bukan hanya menyiarkan hal-hal yang bersifat hiburan tapi mempunyai fungsi dalam penyebaran informasi. Penduduk kota (urban) mendengarkan radio untuk mendapatkan laporan lalu lintas di jalan kota, para petani untuk harga komoditi pertanian, teknologi pengolahan, inovasi terbaru, serta informasi lainnya. Saluran komuniksi interpersonal memliki ciri dan sifat yang berbeda dengan saluran media massa dalam membawa pesan dan mempengaruhi audensinya. Namun kombinasi dari keduanya merupakan cara yang sangat efektif dalam memperkenalkan ide-ide dan mempengaruhi masyarakat agar menggunakan ide tersebut. Forum media memanfaatkan salah satu bentuk media massa untuk membawa pesan-pesan inovasi kepada forum diskusi. Forum-forum diskusi itu umumnya berupa kelompok tani (biasanya terdiri 10 sampai 20 orang) yang bertatap saluran media massa dan berpartisipasi dalam pembahasan pesan-pesan yang disampaikan saluran tersebut. Semua program media tampak efektif dalam membangkitkan/menciptakan pengetahuan, membentuk dan merubah sikap serta perubahan tingkah laku para penggunanya. Radio awalnya cenderung diremehkan dan perhatian kepada penemuan baru itu hanya terpusat sebagai alat teknologi transmisi. Radio lebih banyak digunakan oleh militer dan pemerintahan untuk kebutuhan penyampaian informasi dan berita. Radio lebih banyak dimanfaatkan para penguasa untuk tujuan yang berkaitan dengan idiologi dan politik secara umum. Peran radio dalam penyampaian pesan mulai diakui pada tahun 1909, ketika informasi yang dikirimkan melalui radio berhasil menyelamatkan seluruh penumpang kapal laut yang mengalami kecelakaan dan tenggelam. Radio menjadi medium yang teruji dalam menyampaikan informasi yang cepat dan akurat sehingga kemudian semua orang mulai melirik media radio. Media massa memiliki pengaruh yang sangat besar, jika para anggota berminat menghadiri dan berpartisipasi. Perubahan sikap terjadi jika seseorang berada dalam kelompok, keputusan kelompok akan lebih mungkin diterima jika 14 kelompok dan pembahasan topik (inovasi) itu dengan sesama anggota, memungkinkan pula besarnya pengaruh forum media itu karena saluran itu masih baru dan kredibilitasnya tinggi. Pada forum media itu pesan-pesan pembaruan dapat disebarluaskan dalam waktu relatif singkat dengan jangkauan sasaran yang sangat luas dalam saluran interpersonal (pertemuan-pertemuan kelompok melipat gandakan dan mengembangkannya). Memperkuat pengaruh pesan-pesan media massa itu. Forum media dapat mengurangi selective exposure (kecenderungan seseorang memperhatikan pesan-pesan yang sesuai dengan kebutuhannya) dan selective perception (kecenderungan seseorang menafsirkan pesan sesuai dengan sikap dan kepercayaan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya). Pengaruh siaran radio dalam proses penyebaran informasi teknologi pertanian dapat dinilai dengan tingkat pencapaian tujuan komunikasi inovasi pertanian melalui siaran radio. Hal ini diperjelas dengan pernyataan bahwa dalam komunikasi inovasi, media massa digunakan pada tahap pengenalan dengan efek yang diharapkan adanya perubahan pengetahuan. Siaran radio yang merupakan salah satu dari media massa juga mempunyai tujuan terdapatnya perubahan pengetahuan pada penerima dalam proses komunikasi inovasi pertanian yang diselenggarakannya. Konsep tersebut menjadi acuan untuk penelitian ini sehingga peranan siaran radio dinyatakan dalam tingkat pengetahuan petani terhadap penyampaia infomasi teknologi pertanian yang sudah disiarkan melalui radio. Menurut Morison (2005), program siaran radio merupakan materi penyiaran radio yang diterima dan didengar khalayak pendengar sebagai suatu hasil kegiatan perencanaan dan kegiatan produksi penyiaran suatu stasiun radio. program siaran harus berorientasi pada selera khalayak., karena khalayak merupakan sasaran atau konsumen dari program siaran. Pengelola penyiaran radio harus dapat mengatur jenis program siarannya sesuai dengan target khalayak dan kegiatan yang dilakukan khalayak pendengar pada saat setiap program siaran berlangsung. Sementara itu, masih menurut Morison (2005), dalam perencanaan program perlu dipertimbangkan produk; yaitu materi program yang dipilih, harga; yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi program, tempat; yaitu kapan waktu siaran yang tepat, dan promosi; yaitu bagaimana memperkenalkan dan menjual program siaran. 15 Pembangunan Pertanian di Maluku Utara Menurut Syahbuddin dan Sugihono (2009), Maluku Utara merupakan salah satu Provinsi baru di kawasan timur Indonesia yang memiliki total wilayah 140.256,36 km. Luas wilayah daratan sebesar 33.278 km (30,92 persen). Dari luas daratan, sekitar 70 persen merupakan lahan perkebunan dan sisanya lahan sawah, tegal, perumahan, dan pekarangan. Tahun 2007 jumlah penduduk Provinsi Maluku Utara adalah 930.715 jiwa dengan rata-rata laju pertumbuhan 2,60 persen pertahun, sehingga kedepan, pertumbuhan penduduk ini harus diimbangi dengan penciptaan lapangan kerja, salah satunya adalah melalui sektor pertanian. Syahbuddin dan Sugihono (2009) menyatakan sektor pertanian di Maluku Utara merupakan sektor yang memegang peranan penting sebagai penggerak perekonomian, karena memberikan kontribusi PDRB tertinggi yaitu sebesar 37,67 persen (Rp. 894.218,-) kemudian disusul sektor perdagangan, hotel, dan restoran 22,36 persen (Rp. 530.774,-). Selain itu sebagian besar penduduk Maluku Utara bekerja pada sektor pertanian yaitu sebesar 64,03 persen dari total yang bekerja disektor ini, 9,36 persen merupakan petani gurem (luas lahannya < 0,5 ha). Rumah tangga petani terbesar berada di subsektor perkebunan sebesar 31,77 persen. Rata-rata berpendidikan tamat sekolah dasar sebesar 43,08 persen Menurut Syahbuddin dan Sugihono (2009), pemanfaatan lahan di Provinsi Maluku Utara umumnya didominasi oleh penggunaan lahan hutan dan kawasan suaka alam, kemudian pemanfaatan lahan yang dominan kedua adalah sektor perkebunan. Penggunaan lahan untuk pertanian secara umum dapat dikelompokkan menjadi lahan persawahan seluas 7.955 ha, lahan perkebunan 218.033 ha, pada sub sektor tanaman pangan sebaran luas panen untuk satu komoditi pada masing-masing wilayah kabupaten/kota cukup berbeda, misalnya untuk komoditas padi lebih terkonsentrasi di Kabupaten Halmahera Timur, Halmahera Barat dan Halmahera Utara dibandingkan kabupaten lainnya. Sektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan, seperti padi, jagung, ketela pohon, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau, sayur-sayuran, buahbuahan, kentang dan tanaman pangan lainnya. Beberapa tantangan bagi dunia pertanian Maluku Utara kedepan yaitu ketahanan pangan dan keamanan energi, peningkatan kesejahteraan petani, 16 perubahan iklim dan pemanasan global, serta penyelamatan dan pemanfaatan sumberdaya plasma nutfah. Peningkatan produktivitas harus senantiasa dilakukan dalam mewujudkan swasembada pangan di samping penganekaragaman pangan perlu juga terus diusahakan untuk mengurangi tingginya konsumsi beras perkapita/tahun. Pemanfaatan energi alternatif/bioenergi juga perlu dipikirkan secara bersama-sama terutama untuk menjangkau daerah kepulauan yang terpencil dan butuh investasi yang tinggi untuk membangun jaringan listrik. Pengembangan kebun jarak Pagar di Kepulauan Sula sebagai target wilayah mandiri energi perlu juga dikaji lebih mendalam. Peningkatan kesejahteraan petani merupakan agenda yang sudah lama diusahakan meskipun hasilnya masih belum optimal. Mau tidak mau pemasyarakatan budaya agribisnis dan agroindustri harus dilakukan untuk menderaskan peningkatan pendapatan petani. Tantangan berikutnya yang tidak kalah penting adalah perubahan iklim global. Meskipun dampaknya secara lokal belum banyak dirasakan di Maluku Utara tetapi disparitas iklim kering dan basah yang tidak menentu merupakan tanda-tanda perubahan iklim tersebut. Dampaknya pada perubahan pola tanam, munculnya organisme pengganggu tanaman yang baru, maupun ancaman gagal panen. Kegiatan antisipasi merupakan hal yang perlu di lakukan oleh semua pihak. Tantangan berikutnya adalah penyelamatan dan pemanfaatan sumberdaya Plasma Nutfah. Pembangunan sarana dan prasarana di Maluku Utara yang sangat pesat, maka dikhawatirkan pada saatnya nanti plasma nutfah pertanian unggul spesifik lokasi akan hilang bahkan punah, sehingga harus dilestarikan melalui kegiatan konservasi plasma nutfah spesifik. Maluku Utara merupakan wilayah penghasil rempah utama di Indonesia terutama untuk pala dan cengkeh. Status Provinsi rempah harus terus dipertahankan dengan melakukan usaha-usaha secara berkelanjutan. Terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah peningkatan kapabilitas SDM penyuluh pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa Penyuluh pertanian merupakan ujung tombak pembangunan pertanian. Saat ini kemampuan dan keahlian penyuluh pertanian relatif stagnan sejak era BIMAS. Kegiatankegiatan peningkatan kapabilitas secara kolektif dan terpadu belum banyak di usahakan. Peluang untuk mengembangkan pusat pelatihan bersama sekaligus 17 sebagai wahana kampus penyuluhan di KP. Bacan cukup terbuka mengingat di daerah Halmahera Selatan juga terdapat Houlding Ground sebagai Pusat Peternakan KTI, dan Sekolah Tinggi Pertanian (STP). Oleh karena itu peningkatan kapabilitas PPL di Maluku Utara perlu dijadikan isu utama. Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil penelitian Saleh (2006), dinyatakan bahwa peran komunikasi anggota kelompok peternak dalam jaringan komunikasi penyuluhan adalah pendidikan formal, kelas ekonomi, kepemilikan media massa. Adanya hubungan nyata (tidak langsung) antara karakteristik personal dengan peran komunikasi peternak dalam jaringan komunikasi sapi potong. Pendidikan formal memiliki jalur yang menunjukkan kebermaknaan nyata tidak langsung sampai ke peran komunikasi peternak dalam jaringan komunikasi sapi potong. Kelas ekonomi dan kepemilikan media massa masing-masing punya tiga jalur yang menunjukkan kebermaknaan nyata langsung ke peran komunikasi. Selain karakteristik personal dan pendidikan formal, menurut Hapsari (2008), ada hal lain yang mempengaruhi peranan siaran radio terhadap pendengarnya. Penelitian Hapsari mengenai Radio Pertanian Ciawi yang berada di bawah naungan Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Ciawi Bogor, yang memiliki dua gelombang siaran yaitu 95,3 FM dan 846 AM merupakan media komunikasi dalam rangka pengembangan masyarakat pertanian, khususnya bagi petani provinsi Jawa Barat. Hingga saat ini, RPC telah menunjukkan komitmennya sebagai media penyebar informasi yang partisipatif agar khalayak pendengar (masyarakat) tidak lagi didominasi oleh informasi yang bersifat manipulatif dan monopolistik. Hal tersebut ditunjukkan dengan: (1) Pengelolaan RPC dengan kebijakan program siaran RPC mengedepankan prinsipprinsip partisipatif, dimana pendengar diberikan kesempatan menyampaikan pendapat atau aspirasi. Hal ini ditunjukkan dengan pembuatan diagram alur pikir program acara yang dilakukan secara partisipatif yaitu dengan terjun langsung ke lapangan dan menampung pendapat atau aspirasi petani (pendengar RPC), (2) RPC melibatkan khalayak pendengar (masyarakat) dalam penyususnan program siaran. Hal ini ditunjukkan dengan keterlibatan pendengar RPC dalam 18 memberikan aspirasi dan pendapat penyusunan program siaran RPC melalui anjangsono yaitu silaturahmi RPC dengan mendatangi masyarakat langsung, kegiatan off air yang dilakukan oleh RPC maupun mitra RPC, dan pertemuan rutin mitra RPC setiap hari minggu. Radio yang bersifat audio memungkinkan pendengar untuk mendengarkan siaran sambil melakukan aktivitas lain. Responden yang mendengarkan radio mengalami peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Perubahan sikap dan keterampilan ini tentunya dengan bantuan pendampingan dari penyuluh. Keefektifan siaran radio ini berhubungan dengan berbagai komponen yaitu sumber, pesan, saluran dan penerima (Syarchie 2006). Sedangkan Berlo (1960) mengemukakan bahwa salah satu faktor yang menentukan keefektifan proses komunikasi dari sumber adalah tingkat pengetahuan, baik pengetahuan tentang materi yang akan disampaikan, sikapnya sendiri maupun tentang ciri-ciri penerimanya. Faktor-faktor dari komponen pesan yang menentukan adalah (1) tingkat kesesuaian isi pesan dengan kebutuhan informasi penerima, (2) tingkat kesesuaian bentuk penyajian pesan dengan bentuk yang diharapkan penerima, (3) tingkat kesesuaian waktu penyajian pesan dengan waktu yang diharapkan penerima (Lionberger dan Gwin 1982). Komponen saluran komunikasi yang diduga berpengaruh pada tingkat keefektifan siaran radio adalah (1) frekuensi penggunaan siaran radio sebagai media komunikasi pembangunan pertanian, (2) frekuensi penggunaan media massa lain yaitu siaran televisi, surat kabar dan media komunikasi intrapersonal. Kajian Hardi, dkk (2005), mengatakan bahwa; (a) Penyampaian pesan inovasi pertanian melalui radio, sangat efektif dalam mendukung langkah awal dari kegiatan penyuluhan, (b) Banyaknya stasiun televisi yang tertangkap siarannya sampai ke pedesaan, ternyata tidak mengurangi minat masyarakat untuk mendengarkan radio. Hal menarik minat petani dari siaran radio adalah adanya interaksi antara penyiar dengan petani/audiennya. Sedangkan media televisi saat ini lebih menekankan komunikasi satu arah, (c) Sebagai media penyuluhan melalui radio, sebagian besar pesan inovasi teknologi yang disampaikan secara searah, karena penyiar tidak dapat berhadapan dan langsung dengan petani sasaran. Media ini dapat memberikan kesempatan kepada petani sasarannya untuk 19 menyampaikan informasi/tanggapannya dalam acara kontak-pendengar yang dibacakan dan ditanggapi langsung oleh penyiar, (d) Acara “kontak pendengar”, sifat penyuluhan dengan menggunakan metode radio ini dapat diterapkan tidak hanya dengan pendekatan massal, tetapi dapat dengan pendekatan kelompok maupun perorangan, (e) Penyebaran inovasi teknologi pertanian melalui radio, hanya mampu menyampaikan informasi secara lisan, dalam waktu singkat mampu mencapai sasaran yang sangat luas, sehingga efektif serta relatif murah untuk mempengaruhi pengetahuan dan sikap petani sasaran, (f) Kelemahan dari penyampaian inovasi teknologi pertanian melalui siaran radio, adalah relatif sulit menangkap dan memahami pesan-pesan yang hanya diterima melalui pendengaran saja. Hal demikian sangat mudah dilupakan, seandainya petani sasaran tidak mencatat dan mendiskusikannya dengan orang-orang disekitarnya. Selain itu, gangguan (noise) selama penyiarannya, baik gangguan dari studio siaran, di udara, maupun ditempat siaran itu diterima oleh masyarakat sasaran. Menurut Rimadias (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi mendengar siaran radio KISI meliputi, kontak dengan media massa selain radio, kontak dengan orang lain, kontak dengan radio selain kisi dan penilaian kemampuan penyiar. Sementara itu, faktor-faktor yang tidak memliki hubungan dengan frekwensi mendengar siaran radio kisi meliputi, jenis kelamin, ranking kelas, tingkat pendidikan ayah, tingkat pendidikan ibu, jenis pekerjaan kepala keluarga, penelitian materi siaran, aspek kognitif dan aspek afektif. Faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi pilihan acara dalam mendengar siaran radio kisi meliputi, kontak dengan media massa selain radio, kontak dengan orang lain, kontak dengan radio selain KISI dan penilaian kemampuan penyiar. Berdasarkan hasil wawancara kelompok, ditemukan bahwa program siaran KISI mampu menghasilkan penambahan pengetahuan pada remaja setelah mendengar program tersebut, yaitu sebagai bimbingan praktis terhadap berbagai permasalahan remaja. Siaran radio masih tinggi tingkat keefektifannya sebagai media komunikasi inovasi pertanian bagi petani. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Mumpuni (2003), bahwa siaran radio masih banyak dimanfaatkan oleh petani sayuran di Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang pada saat penelitian 20 dilaksanakan. Media massa yang relatif murah ini dapat diandalkan untuk menyampaikan inovasi pertanian kepada petani di pedesaan. Tingkat keefektifan siaran radio berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan tingkat pengetahuan sumber inovasi, karakteristik petani, frekuensi penggunaan saluran komunikasi dan kesesuaian inovasi pertanian. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Kerangka Pemikiran Penelitian tentang pengaruh siaran radio dalam penyebaran informasi teknologi budidaya padi sawah ini menggunakan acuan konsep proses komunikasi Rogers (2003). Komponen komunikasi inovasi pertanian yang akan diteliti meliputi sumber, pesan, saluran, penerima dan efek. Penelitian ini yang dimaksud (1) sumber inovasi adalah sumber yang mengkomunikasikan inovasi pertanian melalui siaran radio, (2) pesan adalah inovasi pertanian, (3) saluran komunikasi adalah media yang dapat digunakan petani untuk memperoleh inovasi pertanian yang terdiri siaran radio, media massa lain yaitu siaran televisi, surat kabar dan media komunikasi interpersonal,(4) penerima adalah petani dalam hal ini adalah kelompok tani, (5) efek adalah keefektivan siaran radio sebagai media diseminasi komunikasi pembanguan pertanian. Pengaruh siaran radio dalam proses penyebaran informasi adalah tingkat pencapaian tujuan komunikasi tentang inovasi pertanian melalui siaran radio. Rogers dan Shoemaker (2003) mengemukakan bahwa apabila sumber atau komunikator hanya berkeinginan untuk memberitahu seseorang tentang suatu inovasi, maka lebih tepat kalau memilih media massa sebagai saluran komunikasi, karena lebih cepat, efisien dan pendengarnya banyak tersebar di wilayah yang luas. Pendapat ini diperjelas dengan pernyataan bahwa dalam komunikasi inovasi, media massa digunakan pada tahap pengenalan dengan efek yang diharapkan adanya perubahan pengetahuan. Peranan siaran radio yang merupakan salah satu dari media massa juga mempunyai tujuan terdapatnya perubahan pengetahuan pada penerima dalam proses komunikasi inovasi pertanian yang diselenggarakannya. Konsep tersebut menjadi acuan untuk penelitian ini sehingga 21 peranan siaran radio dalam tingkat pengetahuan petani terhadap inovasi pertanian yang sudah disiarkan radio. Munthe (1996), mengungkapkan bahwa penggunaan siaran radio amat praktis. Seseorang yang menghidupkan pesawat radionya dapat segera mendengarkan. Apabila seseorang tidak menyenangi program yang didengar, pendengar dapat memutar atau menekan tombol pengubah gelombang dan mencari siaran yang memenuhi seleranya. Demikian banyak khalayak stasiun pemancar radio, terutama di perkotaan, sehingga memberikan kemudahan bagi khalayak untuk mencari program yang disukai. Selanjutnya salah satu khalayak yang merupakan penikmat media elektronik radio adalah kalangan muda, yang biasa disebut remaja. Pada kenyataannya, banyak kalangan usia muda menjadi pendengar setia acara siaran radio. Hal ini dikarenakan radio berfungsi sebagai alat memberikan informasi (fungsi informatif; artinya melalui isinya seseorang dapat mengetahui dan memahami sesuatu), sebagai alat mendidik (fungsi edukatif; artinya dapat meningkatkan pengetahuan, keterempilan, dan moral seseorang), dan sebagai alat menghibur (fungsi entertainment; yakni melalui siaran isinya seseorang dapat disenangkan hatinya, dipenuhi hobinya dan mengisi waktu luangnya). Peranan siaran radio ini berhubungan dengan berbagai komponen komunikasi yaitu sumber, pesan, saluran dan penerima. Berlo (1960) mengemukakan bahwa salah satu faktor yang menentukan efektivitas proses komunikasi dari sumber adalah tingkat pengetahuan, baik pengetahuan tentang materi yang akan disampaikan, sikapnya sendiri maupun tentang ciri-ciri penerimanya. Faktor-faktor dari komponen pesan yang menentukan adalah (1) tingkat kesesuain isi pesan dengan kebutuhan informasi penerima, (2) tingkat kesesuain bentuk penyajian dengan bentuk yang diharapkan penerima, (3) tingkat kesesuain waktu penyajian pesan dengan waktu yang diharapkan penerima (Lionberger dan Gwin 1982). Komponen saluran komunikasi yang diduga berpengaruh pada tingkat efektivitas siaran radio adalah (1) frekuensi penggunaan siaran radio sebagai media komunikasi inovasi pertanian, (2) frekuensi penggunaan media massa lain yaitu siaran televisi, surat kabar dan media komunikasi interpersoanal. Media massa lain dan komunikasi 22 interpersonal ini dapat mempengaruhi tingkat efektivitas siaran radio seperti hasil penelitian Shingi dan Mody dalam Rogers (1985), yang berhubungan dengan siaran televisi di India. Kedua pakar komunikasi tersebut menyatakan bahwa petani yang tidak akrab dengan lembaga-lembaga sosial, jarang mendengarkan radio dan kurang radio dan kurang kontak dengan pihak lain ternyata menjadikan mereka membutuhkan informasi dari siaran televisi dan memperoleh lebih banyak manfaat dari acara televisi pertanian yang ditontonnya. Penelitian berkaitan dengan siaran radio, maka saluran komunikasi lainnya yang diduga berpengaruh adalah siaran televisi, surat kabar dan interpersonal. Komponen penerima yang diduga ikut membantu efektivitas siaran radio adalah umur, pendidikan baik formal maupun non formal, keikutsertaan dalam anggota kelompok dan pemilikan media massa. X1.1. Faktor internal - Umur - Pendidikan - Kelas ekonomi X2.2. Faktor eksternal - Akses sumber informasi - Dukungan kelembagaan UT X3. Keterdedahan petani terhadap media lain X3.1.PPL X3.2.Televisi X3.3.Media cetak Y1 Perilaku petani mendengar radio Y.1.1. Frekuensi mendengarkan radio Y1.2.Waktu mendengarkan Y1.3.Substansi yang dipilih untuk didengar. Y3. Y2. Penilaian petani terhadap siaran radio Y2.1. Isi siaran Y2.2. Waktu Siaran Y2.3. Format siaran. Y2.3. Gaya penyampaian pesan Pengaruh radio dalam berusahatani padi sawah Y3.1. Kognitif Y3.2. Afeksi. Gambar 1: Hubungan Variabel Pengaruh Siaran Radio dalam Penyebaran Informasi Teknologi Budidaya Padi Sawah terhadap Peningkatan Pengetahuan Petani. 23 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berfikir dapat disusun hipotesis kerja dari penelitian sebagai berikut: 1. Umur petani berhubungan dengan perilaku mendengarkan siaran radio berusaha tani padi sawah. 2. Pendidikan petani berhubungan dengan perilaku mendengarkan siaran radio berusaha tani padi sawah. 3. Status sosial berhubungan dengan perilaku mendengarkan siaran radio berusahatani padi sawah. 4. Kepemilikan media massa berhubungan dengan perilaku mendengarkan radio dalam berusaha tani padi sawah. 5. Isi siaran berhubungan dengan perilaku mendengarkan siaran radio dalam berusaha tani padi sawah. 6. Waktu siaran berhubungan secara nyata dengan perilaku dari mendengarkan siaran radio dalam berusaha tani padi sawah. 7. Format siaran berhubungan dengan perilaku mendengarkan siaran radio dalam berusaha tani padi sawah 8. Gaya penyampaian pesan berhubungan dengan perilaku mendengarkan siaran radio dalam berusaha tani padi sawah. 9. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) berhubungan dengan perilaku mendengarkan siaran radio dalam berusaha tani padi sawah. 10. Televisi berhubungan dengan perilaku mendengarkan siaran radio dalam berusaha tani padi sawah. 11. Media cetak berhubungan dengan perilaku mendengarkan siaran radio dalam berusaha tani padi sawah. 12. Durasi mendengarkan berhubungan dengan perilaku mendengarkan siaran radio dalam berusa tani padi sawah. 13. Waktu mendengarkan berhubungan dengan perilaku mendengrakan siaran radio dalam berusaha tani padi sawah. 14. Pilihan mendengarkan berhubungan dengan perilaku mendengarkan siaran radio dalam berusaha tani padi sawah.