Meretas Budaya Literasi Melalui Copy The Master

advertisement
Meretas Budaya Literasi
Melalui Copy The Master Dan Pohon Cinta
Manjarreki Kadir,S.Pd
“Menulislah! Karena dengan menulis engkau bisa keliling dunia”
kalimat ini diucapkan Ahmad Fuadi penulis trilogy novel Negeri 5 Menara,
Ranah 3 Warna, dan Rantau 1 Muara di hadapan peserta dan
pendamping workshop lomba menulis cerpen Festival dan Lomba Seni
Siswa Nasional (FLS2N) tingkat SMP di Palembang Sumatera Selatan
23–29 Agustus 2015. Kalimat itu diucapkan dengan lugas dan terdengar
sederhana di telinga para pendengarnya namun sarat dengan makna
mendalam yang mampu menyulut emosi literasi siapa saja yang memiliki
kecintaan pada dunia kepenulisan.
Pada tahun 2015 lalu SMP Negeri 3 Labakkang patut berbangga
hati karena salah seorang siswanya berhasil menjadi pemenang pertama
lomba menulis cerpen FLS2N tingkat provinsi, dan berhak menjadi duta
Sulawesi Selatan ke tingkat nasional. Irnawati nama
gadis mungil itu,
anak ke 5 dari 7 bersaudara berasal dari keluarga sangat sederhana
dimana ayahnya hanya berprofesi sebagai buruh tanitambak dan ibunya
seorang ibu rumah tangga biasa. Terbang ke Negeri Sriwijaya ibarat
sebuah mimpi di siang bolong, tidak pernah terpikirkan olehnya bisa naik
pesawat gratis melalui keterampilan yang dimilikinya
dalam mengolah
kata. Ia terus berupaya merawat mimpinya untuk kembali merajut mimpi
besarnya mengembara di negeri asing lewat menulis.
Melihat semangat literasi yang dimiliki Irnawati begitu menggebugebu dan mendengar sendiri apa yang disampaikan penulis yang akrab
disapa bang Fuadi sang novelis yang bukunya Negeri 5 Menara sempat
menjadi box office film tanah airsemakin melecutkan keinginan hati ini
untuk berupaya mengembangkan budaya literasi siswa di SMP Negeri 3
Labakkang terutama dalam hal menulis sastra dengan harapan lahir
generasi-generasi baru Irnawati yang kembali akan mengharumkan nama
1
2
sekolah dan berupaya menumbuhkan budaya literasi menulis bagi
seluruh siswa SMP Negeri 3 Labakkang.
Menumbuhkan kecintaan siswa terhadap dunia kepenulisan
terutama bidang kepenulisan sastra tidak semudah membalikkan telapak
tangan, apalagi di tempat tugas penulis mengabdikan diri sebagai guru
bahasa Indonesia yang lokasinya berada di daerah pesisir dimana
mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani tambak dan nelayan
yang minim fasilitas dan intake siswa yang di bawa dari sekolah dasar
sangat rendah. Untuk menemukan siswa berbakat dalam hal kepenulisan
ibarat mencari jarum di dalam tumpukan jerami, sungguh sangat berat,
sehingga butuh kerja ekstra bagi kami guru pembimbing membentuk
siswa untuk menjadi seorang penulis.
Keberhasilan siswa SMP Negeri 3 Labakkang itu untuk pertama
kalinya lolos ke tingkat nasional
tidak bisa menjadi tolok ukur
kemampuan menulis sastra siswa SMP Negeri 3 Labakkang secara umum
sudah baik, hal ini terbukti dari
selama ini
pengamatan yang dilakukan penulis
khusus pada pelajaran menulis puisi terlihat
kemampuan
menulis siswa masih kurang baik terutama mereka yang duduk di kelas
VII Hal tersebut terlihat dari rata-rata nilai siswa yang hanya mencapai 60,
dari nilai minimal yang telah ditetapkan yaitu 70. Pembelajaran menulis
puisi sudah diajarkan akan tetapi kenyataannya keterampilan menulis
puisi siswa masih rendah. Siswa masih kurang terampil dalam menulis
puisi yang dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
Faktor internal berasal dari siswa itu sendiri yang meliputi (1) siswa
sulit mengembangkan kosa kata dalam menulis puisi; (2) siswa kurang
terampil dan sulit berimajinasi dalam menulis puisi dan (3) siswa kurang
mendapat pengalaman secara langsung dalam mengamati contoh puisi.
Faktor eksternal yang menyebabkan kurangnya nilai siswa pada
keterampilan menulis puisi adalah (1) guru hanya memberikan penjelasan
saja tanpa acuan yang jelas dalam pembelajaran menulis puisi sehingga
3
membosankan karena pembelajaran hanya berjalan satu arah; (2)
kurangnya contoh puisi yang diberikan oleh guru sebagai latihan dalam
menulis puisi dan (3) sedikitnya waktu yang tersedia dalam pembelajaran
sastra terutama menulis puisi sehingga membatasi kreatifitas siswa.
Faktor lain yang menyebabkan rendahnya nilai siswa pada keterampilan
menulis puisi adalah faktor ketersediaan sarana publikasi
kreatif bagi
puisi-puisi karya siswa yang tidak memadai ikut memicu terciptanya
pembelajaran yang kurang menyenangkan dan membuat siswa kurang
berminat
dalam
mengikuti
pembelajaran
menulis
puisi
sehingga
mengakibatkan kemampuan menulis puisi siswa menjadi kurang baik. Hal
ini yang menjadikan siswa malas untuk menulis dan susah untuk
menuangkan idenya ke dalam bentuk tulisan.
Seorang guru diharapkan dapat memilih strategi dan model yang
lebih menekankan pada pembelajaran langsung yang konkret, sehingga
kemampuan menulis siswa lebih meningkat. Salah satu strategi alternatif
adalah strategi pembelajaranCopy The Masteryaitu strategi pembelajaran
yang mengembangkan daya imajinasi siswa dalam menulis. Melalui
strategi pembelajaran Copy The Master siswa meniru atau mencontoh
master atau model dari seorang ahli. Dalam pembelajaran menulis, siswa
langsung disajikan sebuah contoh tulisan yang paling baik (master)
kemudian siswa meniru bentuk tulisan tersebut Marahimin, (Eva 2013:44).
Strategi Copy The Master sangat efektif untuk mengasah
kemampuan menulis puisi siswa karena langkahnya yang mudah. Siswa
disajikan sebuah contoh puisi master, kemudian siswa diminta untuk
melanjutkan penggalan puisi yang telah dihilangkan. Hal ini akan
memudahkan seorang siswa mengungkapkan ide menjadi puisi.
Kemudian pada tahap akhir penulis akan menggunakan model
pembelajaran pohon cinta sebagai sarana publikasi kreatif bagi puisi-puisi
yang telah di buat oleh para siswa. Pohon cinta adalah pohon yang
dijadikan media pameran puisi-puisi karya terbaik siswa.
4
Sehubungan hal tersebut berikut ini
penulis akan memaparkan
beberapa dasar teori yang berkaitan dengan judul yang disajikan.
A. Pengertian Keterampilan Menulis Puisi
Puisi (dari bahasa Yunani Kuno : poieo/poio) adalah seni tertulis di
mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau
selain arti semantiknya. Menurut Wahyuni Ristri (2014: 12) “puisi
merupakan salah satu bentuk karya sastra yang diwujudkan dengan katakata indah dan bermakna dalam. Dibanding karya-karya sastra yang lain,
puisi termasuk dalam kategori karya sastra paling tua. Sedangkan
menurut Suyuti (Padi 2013: 21) mengatakan bahwa:
Puisi adalah pengucapan bahasa yang memperhitungkan
adanya
aspek-aspek
bunyi
di
dalamnya,
yang
mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional dan
intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individu dan
sosialnya, yang diungkapkan dengan teknik tertentu,
sehingga puisi itu dapat membangkitkan pengalaman
tertentu pula dalam diri pembaca atau pendengarnya.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa puisi adalah seni
tertulis yang
merupakan salah satu bentuk karya sastra diwujudkan
dengan kata-kata indah, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif,
emosional dan intelektual penyair ditimba dari kehidupan individu dan
sosialnya, diungkapkan dengan teknik tertentu, sehingga puisi itu dapat
membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri pembaca atau
pendengarnya.
Keterampilan atau kemampuan menulis puisi adalah kemampuan
mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain
dengan menggunakan bahasa tulis yang bersifat literer Depdiknas (Eva
2013: 38).
B. Tujuan Menulis Puisi
Jabrohim(Eva 2013: 39) berpendapat bahwa“tujuan yang dicapai melalui
pengembangan penulisan kreatif, yaitu yang bersifat apresiatif dan yang
5
bersifat
ekspresif”. Apresiatif
maksudnya
bahwa
melalui kegiatan
penulisan kreatif orang dapat mengenal, menyayangi, menikmati, dan
mungkin menciptakan kembali secara kritis berbagai hal yang dijumpai
dalam teks-teks kreatif karya orang lain dengan caranya sendiri. Ekspresif
dalam
arti
bahwa
mengungkapkan
kita
berbagai
dimungkinkan
pengalaman
mengekspresikan
atau
berbagai
atau
hal
yang
menggejala dalam diri kita untuk dikomunikasikan kepada orang lain.
C. Unsur-Unsur Puisi
Menurut Rahayu, dkk (2009: 131) Dalam menulis puisi perlu mengetahui
unsur-unsur yang membangun sebuah puisi. Unsur yang membangun
sebuah puisi dibedakan menjadi dua yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik.
a) Unsur Instrinsik
Unsur intrinsik merupakan unsur yang membangun puisi dari
dalam. Unsur intrinsik sebuah puisi meliputi :
1. Irama dan Rima
Irama ialah keselarasan bunyi yang ada pada puisi yang
dibentuk oleh pergantian tekanan kata.Sedangkan rima adalah
persamaan bunyi yang ada dalam baris-baris puisi (sajak).Menurut
Aminuddin (2011: 137) “irama merupakan paduan bunyi yang
menimbulkan unsur musikalitas, baik berupa alunan keras-lunak,
tinggi-rendah,
keseluruhannya
panjang-pendek
mampu
dan
menumbuhkan
kuat
lemah
yang
kemerduan,
kesan
suasana serta nuansa makna tertentu”.Sedangkan, “rima adalah
bunyi yang berselang/berulang, baik di dalam larik puisi maupun
pada akhir larik-larik puisi”.
2. Diksi atau Pilihan Kata yang Tepat
Suwadah Rimang (2013: 79) mengemukakan bahwa “diksi
ialah pilihan kata. Maksudnya, seseorang dapat memilih kata yang
tepat untuk menyatakan sesuatu.Pilihan merupakan unsur yang
sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun
dalam dunia tutur setiap hari”. Menurut Rahayu, dkk (2009: 132)
6
“Diksi merupakan pilihan kata yang tepat dari penulis (dapat berupa
gaya bahasa, citraan, makna konotasi)”.
3. Baris dan Bait
Baris dalam bait digunakan untuk menentukan bentuk puisi.
Menurut Aminuddin (2011: 145) “baris dalam puisi, pada dasarnya
merupakan pewadah, penyatu dan pengembang ide penyair yang
diawali lewat kata”. Sedangkan, “bait merupakan satuan yang lebih
besar dari larik”.
4. Tema dan Amanat
Tema merupakan ide pokok yang menjiwai sebuah puisi.
Menurut Aminuddin (2011: 151) “Tema adalah ide dasar dari suatu
puisi yang menjadi inti dari keseluruhan makna dalam suatu puisi”.
Wicaksono (2014: 31) “Amanat dalam puisi merupakan hal yang
mendorong penyair untuk menciptakan puisinya amanat berbeda
dengan tema. Dalam puisi, tema berkaitan dengan arti sedangkan
amanat berkaitan dengan makna karya sastra”.
5. Rasa dan Nada
Tarigan (Wicaksono 2014: 31) “Rasa adalah sikap sang
penyair terhadap pokok permasalahan yang terkandung dalam
puisinya”.
Sedangkan,
“nada
sikap
sang
penyair
terhadap
pembacanya atau dengan kata lain sikap sang penyair terhadap
para penikmat karyanya”.
6. Tipografi dan Kata Konkret
“Tipografi adalah cara penulisan suatu puisi sehingga
menampilkan bentuk-bentuk tertentu yang dapat diamati secara
visual” Aminuddin, (2011: 146). Menurut Suharianto (Evan Kristian
2013:
31)
“Peranan
tipografi
dalam
puisi
adalah
untuk
menampilkan aspek artistik visual dan untuk menciptakan nuansa
makna
tertentu.
Selain
itu,
tipografi
juga
berperan
untuk
menunjukkan adanya loncatan gagasan serta memperjelas adanya
satuan-satuan
makna
tertentu
yang
ingin
dikemukakan
7
penyair”.Sedangkan, Menurut Wicaksono (2014: 25) “kata konkret
merupakan
kata-kata
yang
digunakan
penyair
untuk
menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin
dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca”.
b) Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik puisi adalah unsur yang berada di luar naskah
puisi. Bisa saja berasal dari dalam diri penulis puisi atau lingkungan
tempat sang penyair tersebut menulis puisinya. Menurut Hedi
Sasrawan (2012) Unsur ekstrinsik sebuah puisi meliputi :
1. Unsur Biografi
Unsur biografi adalah latar belakang atau riwayat hidup
penyair.
2. Unsur Nilai
Unsur nilai dalam cerita meliputi: ekonomi, politik, sosial,
adat-istiadat, budaya dan lain-lain.
3. Unsur Kemasyarakatan
Unsur kemasyarakatan adalah situasi sosial ketika puisi itu
dibuat.
D. Pengertian Strategi Copy The Master
Menurut Wicaksono (2014) “strategi copy the master adalah strategi
pembelajaran yang mengembangkan daya imajinasi siswa dalam menulis.
Berimajinasi
merupakan
kebutuhan
alamiah
dan
bukan
bentuk
kemalasan.Imajinasi siswa bisa saja lahir sebagai hasil imitasi, meniru dari
tayangan yang di tontonnya atau pengaruh dari dongeng yang di
dengarnya”. Sedangkan Salim (Eva 2013: 44-45) mengatakan bahwa :
Strategicopy the master berasal dari pemikiran orang Cina.
Pada zaman dahulu di Cina, orang yang ingin menjadi pelukis
akan diberi sebuah lukisan yang sudah jadi dan baik.
Biasanya lukisan yang dibuat oleh seorang master, yaitu
orang yang ahli melukis atau pelukis terkenal. Sang calon
pelukis disuruh meniru lukisan master tadi sampai bisa.
Dengan cara itu, calon pelukis akhirnya mampu melukis
sendiri, dan mulai menemukan bentuk yang khas sesuai
dengan kepribadiannya. Strategi ini dinamakan copy the
8
master, yang artinya meniru sang master. Strategicopy the
master ini tidak lantas terus-menerus dilakukan. Strategi ini
hanya sebagai “perangsang” seseorang untuk bisa memulai
berkarya. Dengan metode ini diharapkan seseorang bisa
menemukan gaya tulisannya yang orisinal.
Marahimin (Eva 2013: 44) mengatakan bahwa:
Strategi copy the master adalah suatu Strategi dalam
pembelajaran menulis yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk meniru atau mencontoh master atau model dari
seorang ahli. Dalam pembelajaran menulis, siswa langsung
disajikan sebuah contoh tulisan yang baik (master) kemudian
siswa meniru bentuk tulisan tersebut. Strategi ini merupakan
suatu rangkaian kegiatan dalam proses belajar mengajar yang
menuntut siswa meniru sebuah model tulisan dan
mengembangkannya berdasarkan ide kreatif masing-masing
siswa.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi Copy
The Master adalah strategi yang menghadirkan contoh master atau orang
yang sudah ahli dibidangnya, kemudian meniru ide, cara, atau teknik dari
master yang sudah ada. Meniru bukan berarti menjiplak dari sebuah
master, melainkan master tersebut sebagai contoh untuk memberi
pengalaman dan sarana untuk mengembangkan imajinasi kepada siswa
secara nyata atau konkret.
Berikut akan dipaparkan bagaimana penerapan strategi pembelajaran
copy the master dan model pembelajaran pohon cinta dalam menulis puisi
A. Penggunaan StrategiCopy The Master
Menulis puisi bagi seorang pemula akan menjadi hal yang
sangat sulit baginya jika ia hanya mendapatkan penjelasan secara
teoretis tentang puisi tanpa diberikan contoh nyata mengenai puisi
yang diharapkan mampu ditulis oleh seorang siswa. Dalam
penulisan puisi, copy the master berarti menulis yang dimulai
dengan meniru puisi-puisi yang sudah ada. Peniruan bisa dilakukan
dengan cara memenggal sebagian puisi lalu kita ubah sebagian
9
dan puisi itu dilanjutkan dengan puisi hasil tulisan kita sendiri.
Sebagai contoh dapat dilihat pada halaman berikut :
“Dengan Puisi, Taman Bungaku” Karya Ni Komang Juniari
Taman bungaku
Taman bungaku
Bila kupandang
Bila kutatap
Hatipun senang
Hatipun riang
Tamanku cantik
Tamanku indah
Sangatlah menarik
Sangatlah menawan
Taman bungaku
Taman bungaku
Berserilah selalu
Mekarlah tiap waktu
Jangan pernah kau layu
Jangan pernah kau ragu
Karena aku kan bersedih sendu
Tuk menebar harummu
Oh angin dari segala rindu
Mampirlah ke tamanku
Sebarkanlah harum bungaku
Kesegala penjuru
Oh senja dari segala rindu
Teduhkanlah tamanku
Jangan kau buat layu
Agar aku tak bersedih
sendu
Menggunakan strategi copy the master dalam pembelajaran
menulis puisi, perlu adanya sebuah master yang sesuai untuk
memudahkan guru dalam memberi contoh dalam menulis puisi.
Master yang ditampilkan bukan hanya master yang biasa saja,
melainkan ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam
memilih master menurut Eva (2013:48) yaitu:
1) Master yang dipilih adalah seorang penulis puisi yang
ahli dalam menulis puisi, bukan hanya sekadar orang
yang bisa menulis puisi.
2) Master yang dipilih adalah seorang penulis puisi yang
sudah sering menjadi juara dalam lomba menulis puisi.
10
3) Master dapat pula seorang sastrawan terkenal yang
ahli dalam menulis puisi.
4) Master yang dipilih harus sesuai dengan tingkat
kemampuan siswa dalam menulis puisi.
Dalam pelaksanaan pengajaran menulis puisi dengan strategi copy
the master perlu diperhatikan langkah-langkah pembelajaran
seperti berikut ini :
a) Guru membagikan teks puisi master kepada siswa dan
menyuruh siswa
memperhatikan serta membaca puisi tersebut dalam hati.
b) Setelah siswa selesai membaca dan mengerti tentang puisi
tersebut, guru dan siswa secara bersama-sama menentukan
langkah-langkah dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam
menulis puisi.
c) Guru memberikan penguatan tentang langkah-langkah menulis
puisi dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis puisi
(siswa tidak boleh menjiplak atau menulis puisi sama persis
dengan puisi master).
d) Setelah siswa mengerti, guru membagikan puisi master yang
nantinya siswa akan menulis puisi sesuai dengan puisi master.
e) Setelah selesai menulis, guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk membacakan hasil karyanya di depan kelas. Siswa
yang tidak maju memberikan tanggapan tentang hasil puisi yang
dibacakan temannya.
f) Guru melakukan penilaian terhadap puisi yang telah ditulis oleh
siswa.
B.
Penggunaan Media Pohon Cinta
Di SMP Negeri 3 Labakkang Kabupaten Pangkep akan diadakan
penilaian akreditasi, sehubungan dengan hal tersebut Kepala sekolah
mengeluarkan kebijakan tidak boleh menempelkan apa pun di dindingdinding kelas termasuk menempel hasil karya siswa. Berdasarkan
11
kebijakan tersebut guru mengalami kesulitan menyediakan aktifitas
publikasi untuk karya-karya siswa.Padahal publikasi merupakan hal yang
sangat urgen dalam pembelajaran menulis. Hasil karya dan publikasi
ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan.
Sebenarnya Penulis sudah berupaya melakukan beberapa langkah
inovasi untuk memublikasikan karya siswa, misalnya memuat puisi karya
siswa dalam buletin sekolah yang terbit 1 bulan sekali namun upaya ini
kurang efektif karena karya yang di muat dalam bulletin tersebut terbatas
dan frekwensi terbitnya juga terlalu lama. Upaya yang lain yang pernah
dilakukan penulis adalah membuat klipping hasil karya siswa kemudian
klipping tersebut di gantung di dalam kelas, upaya ini juga kurang
responsif dari segi publikasi karena karya-karya itu hanya bisa dinikmati
oleh mereka yang duduk di kelas tersebut tidak mampu menjangkau
keseluruhan warga sekolah.
Berdasarkan hal tersebut penulis mencari cara agar semua karya siswa
dapat dipublikasikan dengan baik dan dapat dibaca oleh banyak orang.
Melalui publikasi kita dapat mengetahui bagaimana kualitas sebuah karya
dilihat dari respon pembacanya. Selain itu publikasi akan meningkatkan
minat siswa dalam belajar menulis puisi. Kesadaran bahwa karyanya akan
dibaca banyak orang menambah siswa lebih bersungguh-sungguh untuk
menghasilkan karya terbaik.
Akhirnya penulis mempormulasikan pohon sebagai media untuk publikasi
karya puisi siswa.Pemilihan pohon didasarkan alasan yang logis bahwa di
bawah pohonlah tempat yang paling disenangi oleh banyak siswa
berkumpul
di
sela-sela
rutinitas
mereka
belajar
di
kelas.Penulis
mengistilahkannya dengan pohon cinta karena pohon yang digunakan
untuk memamerkan puisi hasil imajinasi siswa dan harapan penulis
melalui media pohon cinta ini tumbuh kecintaan yang besar dalam diri
siswa untuk menulis sastra secara umum dan puisi secara khusus.
12
Adapun langkah-langkah pembuatan pohon cinta adalah sebagai
berikut:
a. Cari pohon yang rindang di halaman atau sekitar lingkungan
sekolah. Upayakan pohonnya yang berukuran sedang.
b. Tulislah puisimu pada lembaran kertas karton, kertas warna, atau
kertas lainnya dan sudah diberi hiasan.
c. Gantungkan lembaran kertas puisi dengan menggunakan benang,
tali, atau pengikat lainnya pada dahan atau ranting pohon.
d. Gantungkan aksesoris lainnya agar terlihat lebih indah.
e. Ingat jangan menggunakan lem, paku, atau benda sejenisnya
untuk menggantungkan karyamu agar tetap ramah lingkungan.
f. Umumkan kepada seluruh warga sekolah tentang keberadaan
pohon cinta.
Adapun kegiatan yang dilakukan selama pameran karya puisi adalah
sebagai berikut:
a. Setiap siswa membaca karya yang dipamerkan.
b. Memilih satu karya puisi terbaik dari kelompok mana pun
(Boleh dari kelompok sendiri maupun kelompok lain).
c. Menganalisis kelebihan puisi terbaik yang dipilihnya.
d. Secara acak guru meminta siswa (bergantian) membaca puisi
terbaik yang dipilihnya.
e. Siswa lain memberikan komentar terhadap puisi yang dibacakan
tersebut.
Penggunaan strategi copy the
master yang memberikan contoh-
contoh puisi master mampu meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.
Hal ini sangat berbeda dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya
ketika guru hanya mengajarkan puisi berpatokan pada dasar-dasar teori
saja.
13
Penggunaan pohon cinta sebagai media publikasi puisi karya
siswa juga terbukti mampu membuat minat dan hasil belajar siswa
meningkat karena siswa menjadi lebih bersungguh-sungguh, terbukti
dengan kreatifitas mereka yang luar biasa memamerkan hasil karya
mereka walau hanya dari alat dan bahan sederhana.
Berikut disajikan ringkasan perbandingan hasil belajar siswa sebelum dan
sesudah menggunakan strategi Copy The Master dan media Pohon Cinta
Tabel Data Hasil Belajar Siswa Sebelum Menggunakan strategi Copy
The Master dan Media Pohon Cinta
No
1.
2.
3.
4.
5.
Perolehan Nilai
85-100
70-84
55-69
46-54
0-45
Jumlah
Frekuensi
5
5
10
4
1
25
Persentase
20%
20%
40%
16%
4%
100%
Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
Tabel Data Hasil Belajar Siswa Setelah Menggunakan Strategi Copy
The Master dan Media Pohon Cinta
No
1.
2.
3.
4.
5.
Perolehan Nilai
85-100
70-84
55-69
46-54
0-45
Jumlah
Frekuensi
9
15
1
25
Persentase
36%
60%
4%
0%
0%
100%
Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
Hasil lain yang dapat diobservasi dalam pembelajaran menulis puisi
dengan menggunakan copy the master dan pohon cinta adalah sebagai
berikut:
a. Strategicopy the master sangat tepat diterapkan bagi penulis
pemula. Puisi master yang dibagikan dapat memancing imajinasi,
sehingga memberikan energy positif bagi setiap
menuangkan ide-idenya.
siswa untuk
14
b. Menumbuhkan kepercayaan diri yang tinggi pada diri setiap siswa
untuk mampu menulis puisi. Master yang menjadi rujukan bagi para
siswa dalam menulis puisi sangat membantu dan memudahkan
siswa menuangkan imajinasinya sehingga timbul rasa percaya diri
untuk mrnghasilkan sebuah karya.
c. Pameran puisi melalui media pohon cinta menjadi sarana publikasi
baru yang memberikan ruang gerak terbuka bagi para siswa untuk
mengembangkan kreatifitas yang dimilikinya, serta menjadi ajang
kompetisi sehat untuk melihat bagaimana kerjasama tim yang solid
bagi setiap kelompok menggelar sebuah pameran.
d. Pameran puisi memberikan kesempatan pada siswa untuk
membacakan puisi karyanya sendiri di depan seluruh pengunjung
pameran. Siswa yang tampil membacakan puisinya adalah siswa
yang karyanya dinilai oleh para pengunjung sebagai puisi terbaik.
e. Pameran puisi dengan pohon cinta dapat dijadikan salah satu
gerakan
literasi
sekolah.
Pameran
yang
dilakukan
mampu
menyedot animo warga sekolah untuk membaca puisi-puisi hasil
karya siswa yang dipamerkan. Bukan hanya siswa dari kelompok
pameran yang berkunjung, siswa dari kelas lain pun ikut serta
bahkan guru-guru juga ikut berpartisipasi menghadiri pameran. Tak
hanya membaca sekilas mereka ada yang bertanya tentang
bagaimana proses kreatif itu tercipta.
f. Dari proses pembelajaran ini terlahir sebuah kelompok kegiatan
ekstrakurikuler sastra siswa yang diberi nama BELISTRA (Bengkel
Menulis Sastra SMP Negeri 3 Labakkang).
g. Dampak yang paling signifikan dari metode pembelajaran copy the
master dan media pohon cinta adalah telah melahirkan siswa
berbakat dalam bidang cipta puisi. Handayani Mursalim siswa yang
duduk di kelas VIIB menjadi pemenang pertama lomba cipta puisi
FLS2N tingkat kabupaten Pangkep dan berhak menjadi duta
kabupaten ke tingkat provinsi Sulawesi Selatan, namun sayang di
15
tingkat provinsi hanya mampu menjadi terbaik kedua sehingga
gagal lanjut ke tingkatnasional. Judul puisi siswa tersebut adalah
“Ganrang Bulo Dimanakah Engkau” dari puisi master Dayak-dayak
Dimanakah Kamu” karya Korrie Layun Rampan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas VII
SMP Negeri 3 Labakkang dalam menulis puisi akan meningkat bila
menggunakan strategi Copy The Master dan media pohon cinta
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah diperoleh,
maka dapat dikemukakan beberapa harapan penulis sebagai berikut:
1. Metode Copy The Master dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif pembelajaran menulis puisi mata pelajaran bahasa
Indonesia atau mata pelajaran lainnya guna lebih memudahkan
siswa dalam memahami materi dan meningkatkan hasil belajar
siswa.
2. Pohon cinta dapat menjadi salah satu media alternatif untuk
memublikasikan karya siswa ketika guru tidak memiliki fasilitas dan
siswa pun telah jenuh dengan media-media publikasi yang telah
ada sebelumnya.
3. Pohon
cinta
hanyalah
sebuah
media
sederhana
untuk
memublikasikan karya siswa, tidak hanya untuk mata pelajaran
bahasa Indonesia, pohon cinta juga dapat digunakan oleh guru
mata pelajaran lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin.2011.Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Eva
Kristian Andriani.2013.Peningkatan KeterampilanMenulis Puisi
Melalui Metode Copy The Master Dengan Bantuan Vcd Berbasis
Pendidikan Karakter Pada Siswa Kelas VIII-A Smp 1 Antam,
Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara Tahun Ajaran 2011/2012.
Skripsi:Universitas Negeri Semarang.
Hedi
Sasrawan.blogspot.com/2012/12/unsur-instrinsik-dan-ekstrinsikpuisi.html
(diakses 25 februari 2016)
Komaidi didik. 2007. Panduan Lengkap Menulis Kreatif Teori Dan Praktek.
Yogyakarta: Sabda Media
Padi. 2013. Sastra Indonesia. Jakarta: CV. Ilmu Padi Infra Pustaka
Makmur
Rimang Siti Suwadah. 2013. Aku Cinta Bahasa Indonesia. Yogyakarta:
Aura Pustaka.
Sayuti, A. Suminto, dkk. 2002. Cara MenulisKreatif. Jakarta: Pustaka
Pelajar Offset.
Suriamiharja Agus, d.k.k. 1996. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta:
Depdikbud.
Tarigan Henry
Guntur. 1986. Menulis Sebagai SuatuKeterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Wahyuni Ristri.2014. Kitab Lengkap Puisi, Prosa Dan Pantun Lama.
Jogjakarta: Saufa
Wicaksono Andri. 2014.Menulis
KreatifSastra
dan
Model Pembelajarannya. Yogyakarta: Garudhawaca.
Beberapa
Download