PELAKSANAANMODEL PEMBELAJARAN BERBASIS

advertisement
PELAKSANAANMODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH PADA MATA PELAJARAN PPKn KELAS XI DI
SMA NEGERI 1 BALAPULANG
SKRIPSI
Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
Oleh:
Arie Tri Wijayanto
3301411112
PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN
JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
i
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu
Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:
Hari
: Jum;at
Tanggal
: 18 Oktober
Penguji I
Penguji II
Penguji III
Drs. Slamet Sumarto, M.Pd.
Drs. Tijan, M.Si.
Andi Suhardiyanto, S.Pd.,M.Si
NIP. 196101271986011001
NIP. 196211201987021001
iii
NIP. 197610112006041002
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan hasil karya orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau karya orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip
atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 04 September 2015
Arie Tri Wijayanto
NIM. 3301411112
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
 Tidak ada keberhasilan tanpa perjuangan, dan tidak ada perjuangan tanpa
pengorbanan
 Kesulitan yang menghadang adalah yang harus dilalui bukan untuk dijauhi
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya, karya kecilku ini
kupersembahkan untuk:
 Bapak dan Ibu tercinta, Suwarto Wibowo (Alm) dan Mutomimah, terimakasih
atas pengorbanan dan do’a yang tak henti untukku.
 Kakak-kakaku tersayang, Siswo Panuto (Alm) dan Rendra Asmo Dwi Putro
yang selalu memberi do’a dan motivasi.
 Dosen-dosen ku, terutama pembimbingku yang tak pernah lelah dan sabar
memberikan bimbingan dan arahan kepada ku.
 Sahabat-sahabatku kost potret yang selalu memberikan semangatnya..
 Teman-teman PKn 2011
v
SARI
Wijayanto, Arie Tri. 2015. “Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pada Mata Pelajaran PPKn Kelas XI Di SMA Negeri 1 Balapulang”. Skripsi. Jurusan
Politik dan Kewarganegaraan. Fakultas Ilmu Sosial. Universirtas Negeri Semarang.
Pembimbing I Drs. Tijan, M.Si. Pembimbinng II Andi Suhardiyanto, S.Pd.,M.Si
Kata Kunci: Model Pembelajaran Berbasis Masalah. PPKn
Permasalahan di SMA Negeri 1 Balapulang pada mata pelajaran PPKn peserta
didik kurang aktif dalam berfikir kritis dan kurang aktif dalam mengemukakan
pendapat. Keberhasilan dalam pembelajaran PPKn terletak pada penggunaan model
pembelajaran. Model Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki spesifikasi dapat
melatih peserta didik untuk aktif berfikir kritis dalam memecahkan masalah, dan
berani untuk mengemukakan pendapat. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata pelajaran
PPKn kelas XI di SMA Negeri 1 Balapulang dan mengetahui hambatan-hambatan
dalam pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata pelajaran
PPKn kelas XI di SMA Negeri 1 Balapulang.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Lokasi penelitian di
SMA Negeri 1 Balapulang. Tekhnik pengumpulan data dengan oservasi, wawancara
dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan model analisis data
interaktif yang ditempuh melalui proses reduksi data, penyajian data, dan menarik
kesimpulan/verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan Pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis
Masalahpada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas XI
IPS 3 SMA Negeri 1 Balapulang sudah dilaksanakan sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran. Pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada
mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas XI IPS 3 SMA
Negeri 1 Balapulang meningkatkan kemampuan berfikir kritis, meningkatkan
aktivitas belajar siswa, dan meningkatkan sikap tanggung jawab. Hambatan dalam
pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah kurangnya waktu
pembelajaran, pendidik kurang menjadi fasilitator yang baik pada tahapan bimbingan
kelompok, dan terdapat peserta didik yang kurang aktif dalam diskusi kelompok.
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat penulis berikan adalah pihak
sekolah perlu melakukan sosialisasi agar lebih maksimal pelaksanaan model
Pembelajaran Berbasis Masalah, bagi guru agar lebih dapat meningkatkan kreativitas
dalam penggunaan model pembelajaran, lebih dapat mengefisiensikan waktu yang
ada selama proses kegiatan belajar mengajar, serta selama proses pembelajaran
berlangsung diharapkan pendidik aktif membimbing peserta didik dalam diskusi
kelompok.
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul “Pelaksanaan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Mata Pelajaran PPKn Kelas XI Di SMA Negeri
1 Balapulang” telah diselesaikan dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Politik dan
Kewaarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan kerja sama serta dukungan
berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis dengan tulus mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang
telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk menimba ilmu di UNNES.
2. Dr. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan yang telah memberi kemudahan administrasi dalam
perijinan penelitian.
3. Drs. Slamet Sumarto, M.Pd.,Ketua Jurusan Politik dan Kewarganegaraan yang
telah memberikan kemudahan dalam proses penyusunan skripsi ini.
4. Drs. Tijan, M.Si., Dosen Pembimbing I dan Andi Suhardiyanto,S.Pd.,M.Si., Dosen
Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk mengoreksi dan
memberikan saran-saran selama penyusunan skripsi ini.
vii
5. Segenap Dosen Jurusan Politik dan Kewarganegaraan yang telah memberi bekal
pengetahuan dan ketrampilan selama masa studi S1.
6. Keluarga besar SMA Negeri 1 Balapulang yang telah membantu selama proses
penelitian hingga skripsi ini selesai.
7. Keluarga dan teman-teman PPKn 2011 UNNES yang telah memberi semangat dan
dukungan dalam mengerjakan skripsi ini
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu-persatu yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga budi baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang
besar dari Allah SWT. Penulis menyadari adanya kekurangan dan kelemahan pada
penulisan skkripsi ini, untuk itu saran dan kritik sangat penulis harapkan. Harapan
penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, 04 September 2015
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................
ii
PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................................
iii
PERNYATAAN...............................................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................
v
SARI.................................................................................................................
vi
PRAKATA .......................................................................................................
vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xii
DAFTAR BAGAN DAN TABEL ...................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................................
5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ...............................................................................
6
E. Penegasan Istilah ..................................................................................
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Landasan Teori ..................................................................................... .
1.
2.
10
Belajar dan Pembelajaran................................................................
10
a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran........................................
10
b. Model Pembelajaran..................................................................
11
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).............................
13
ix
3.
a.
Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah................
13
b.
Karakteristik dan Ciri-Ciri PBM.............................................
14
c.
Tujuan PBM............................................................................
16
d.
Langkah-Langkah PBM..........................................................
17
e.
Kelebihan dan Kelemahan PBM.............................................
19
f.
Fungsi Pendidik dalam PBM..................................................
20
Pembelajaran PPKn
a.
Pengertian PPKn.....................................................................
21
b.
Tujuan PPKn...........................................................................
22
c.
Ruang Lingkup Mata Pelajaran PPKn....................................
23
d.
PBM dalam PPKn...................................................................
24
B. Kerangka Berfikir.................................................................................
26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Dasar Penelitian ...................................................................................
29
B. Lokasi Penelitian ..................................................................................
30
C. Fokus Penelitian ...................................................................................
30
D. Sumber Data .........................................................................................
31
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................
32
F.
Validitas Data .......................................................................................
34
G. Metode Analisis Data ...........................................................................
36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian.......................................................................................
1.
39
Gambaran Umum Lokasi Penelitian...............................................
39
a. Sejarah Umum Berdirinya SMAN 1 Balapulang......................
39
b. Letak Geografis.........................................................................
40
c. Visi dan Misi Sekolah...............................................................
41
d. Kondisi Guru dan Peserta Didik................................................
41
x
e. Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah..............
2.
43
Pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Mata Pelajaran
PPKn Kelas XI di SMA Negeri 1 Balapulang................
43
a. Perencanaan Pembelajaran Berbasis Masalah........................
43
b. Proses PelaksanaanPembelajaran Berbasis Masalah……….
46
c. Penilaian Pembelajaran Berbasis Masalah.............................
62
d. Kelebihan dan Kekurangan Pelaksanaan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah....................................................................
64
B. Pembahasan...........................................................................................
66
BAB V PENUTUP
A. Simpulan................................................................................................
71
B. Saran......................................................................................................
71
DAFTAR PUSTAKA……………..……………………….…………………
73
LAMPIRAN .................................................................................................... .
75
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Gedung SMA Negeri 1 Balapulang .............................................................
40
2. Gambar Struktur Organisasi Sekolah...........................................................
42
3. Aktivitas Pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah ...........................
51
4. Aktivitas diskusi peserta didik.....................................................................
54
5. Aktivitas konsultasi peserta didik dengan guru............................................
55
6. Rekap Permasalahan Internasional...............................................................
56
7. Hasil kerja siswa...........................................................................................
58
8. Aktivitas bertanya peserta didik...................................................................
61
xii
DAFTAR BAGAN DAN TABEL
Bagan
1.
Bagan Kerangka Berfikir ..........................................................................
28
2.
Bagan Triangulasi “Teknik” Pengumpulan Data ......................................
34
3.
Bagan Triangulasi “Sumber” Pengumpulan Data .....................................
35
4.
Bagan Komponen Analisis Data Model ..................................................
36
5.
Bagan Tahapan Berfikir............................................................................
48
Tabel
1.
Tabel Langkah-Langkah Pembelejaran Berbasis Masalah........................
17
2.
Tabel Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah..........................................
18
3.
Tabel Jumlah Siswa....................................................................................
42
4.
Tabel Rekap Data Nilai Pembelajaran.......................................................
64
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan
potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran yang bertujuan
untuk membantu peserta didik dalam pengembangan semua potensi serta
karakteristik pribadinya menuju ke arah yang lebih baik. Keberhasilan dalam
pencapaian suatu tujuan pendidikan sangat ditentukan oleh proses pembelajaran
yang sedang dilaksanakan oleh peserta didik. Dengan adanya proses
pembelajaran ini diharapkan peserta didik dapat meningkatkan aspek
pengetahuan, sikap maupun keterampilannya.
Keberhasilan belajar mengajar merupakan hal yang sangat diharapkan
pendidik dalam melaksanakan tugasnya, namun pendidik bukanlah satu-satunya
faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar tersebut. Faktor tujuan, peserta
didik, kegiatan pengajaran, alat evaluasi, bahan evaluasi dan suasana evaluasi
merupakan faktor-faktor yang dapat menentukan keberhasilan suatu proses
pembelajaran.
Proses belajar mengajar yang baik dan benar akan sangat menentukan dari
keberhasilan pendidikan. Belajar itu sendiri mempunyai pengertian aktivitas
atau kegiatan seseorang sehingga menyebabkan adanya menuju tingkah laku
yang lebih baik. Belajar mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam
membentuk karakter seseorang. Sebelum proses kegiatan belajar mengajar itu
1
2
dilaksanakan pendidik secara sadar akan merencanakan pembelajaran secara
sistematis dengan selalu memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada guna
kepentingan pembelajaran. Hal ini bertujuan agar pembelajaran yang akan
dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan dan dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah pembelajaran
masih didominasi oleh pendidik, sehingga aktivitas peserta didik dalam proses
belajar mengajar di kelas menjadi pasif. Akibatnya peserta didik menjadi acuh
terhadap apa yang sedang dijelaskan pendidik di depan kelas. Peserta didik
lebih senang bermain atau berbicara sendiri dengan teman sebangkunya. Dalam
proses pembelajaran di kelas peserta didik masih disuruh untuk menghafal,
mengingat serta mengumpulkan informasi tanpa dituntut untuk memahami apa
yang didapatkan dari informasinya tersebut. Hal ini mengakibatkan kegiatan
pembelajaran PPKn masih bersifat monoton dan cenderung kurang menarik,
sehingga setiap pelajaran berlangsung peserta didik menjadi kurang tertarik dan
minat belajar menjadi hilang dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah mata
pelajaran yang sangat penting bagi siswa. Fokus dari Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan ini adalah pembentukan warganegara yang mampu
memahami serta mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk
menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, taat pada hukum sesuai dengan
yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pendidik harus
3
mempunyai cara atau strategi pembelajaran yang tepat, supaya pembelajaran
dapat fokus terhadap peserta didik dan suasana di kelas menjadi menyenangkan
serta tidak pasif. Hal ini dimaksudkan supaya peserta didik menjadi aktif
berfikir, aktif mengeluarkan pendapatnya. Sedangkan pendidik dituntut untuk
dapat memanfaatkan berbagai macam model pembelajaran yang ada dengan
baik. Dari uraian singkat diatas, penulis memilih model pembelajaran berbasis
masalah atau yang biasa kita sebut juga dengan “Problem Based Learning”.
Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran
yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa
untuk merangsang berfikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi
pada masalah dunia nyata. Lingkungan belajar yang harus disiapkan dalam
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah lingkungan belajar yang terbuka dan
menekankan pada peran siswa aktif. Seluruh proses membantu siswa untuk
menjadi mandiri dan otonom yang percaya pada ketrampilan intelektual mereka
sendiri. Lingkungan belajar menekankan pada peran sentral peserta didik bukan
pada pendidik. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat dilakukan dengan cara
mencari permasalahan yang ada di lingkungan sekitar, dan peran guru hanya
menjadi fasilitator dalam menyelesaikan masalah yang ditemukan.
Dalam model pembelajaran berbasis masalah, masalah dapat berasal dari
peserta didik atau mungkin juga diberikan oleh pendidik. Peserta didik harus
terpusat pada masalah yang sedang dibahas, dengan seperti itu maka peserta
didik dengan sendirinya akan belajar mengenai teori serta metode ilmiah untuk
4
dapat memecahkan masalah yang sedang dibahas dengan baik dan benar.
Pemecahan masalah dalam pembelajaran ini harus sesuai dengan langkahlangkah metode ilmiah. Hal ini mengakibatkan efek positif pada peserta didik,
yakni peserta didik memecahkan masalah secara sistematis dan terencana.
Pemilihan masalah yang akan disajikan dalam proses pembelajaran harus tepat.
Hal ini mempunyai pengertian bahwa pemilihan masalah yang cakupannya
kurang luas, masalah yang tidak sesuai dengan materi yang sedang dipelajari
akan menghambat tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Oleh karena itu,
pendampingan pendidik dalam hal ini sangat besar tanggung jawabnya.
Pendidik tidak diperkenankan mengintervensi terhadap masalah, akan tetapi
pendidik lebih memfokuskan melalui pertanyaan-pertanyaan agar peserta didik
merefleksi lebih dalam tentang masalah yang dipilih.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti dengan pendidik
mata pelajaran PPKn di SMA Negeri 1 Balapulang, diketahui bahwa di SMA
Negeri 1 Balapulang pendidik mata pelajaran PPKn sudah menerapkan model
pembelajaran berbasis masalah. Berdasarkan wawancara yang dilakukan
peneliti dengan pendidik diketahui bahwa pada saat pendidik menerapkan
model pendekatan berbasis masalah, keberhasilan pembelajaran dapat tercapai
dengan baik, peserta didik menjadi aktif dalam pembelajaran. Sehingga peneliti
bermaksud untuk mengetahui lebih jauh pelaksanaan mengenai proses
pembelajaran berbasis masalah di SMA Negeri 1 Balapulang.
5
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengambil judul
penelitian tentang “Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada
Mata Pelajaran PPKn Kelas XI DI SMA Negeri 01 Balapulang”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah dalam mata
pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas XI Di SMA Negeri
1 Balapulang?
2. Adakah hambatan-hambatan dalam penerapan model pembelajaran berbasis
masalah pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas
XI Di SMA Negeri 1 Balapulang?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pelaksanaan model pembelajaran masalah dalam mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas XI Di SMA Negeri 1
Balapulang.
2. Mengetahui hambatan-hambatan dalam penerapan model pembelajaran
masalah pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
kelas XI Di SMA Negeri 1 Balapulang.
6
D. MANFAAT
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut.
1.
Manfaat Teoretis
Secara teoritis hasil dari penelitian bermanfaat memberikan kontribusi dalam
pengembangan model-model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran. Khususnya untuk pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan guna memperbaiki kelemahan serta kekurangan dalam proses
pembelajaran.
2.
Manfaat Praktis
a) Bagi pendidik, hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan
kemampuan, keterampilan, serta kualitas mengajar yang lebih
berkualitas dan interaktif, dalam hal pemilihan model pembelajaran
yang sesuai dengan materi yang akan di sampaikan dalam proses
pembelajaran.
b) Bagi sekolah, Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
sumbangan yang baik dalam rangka perbaikan proses pembelajaran di
SMA
Negeri
1
Balapulang
pembelajaran berbasis masalah.
E. PENEGASAN ISTILAH
sehubungan
dengan
penggunaan
7
Upaya yang dilakukan agar penelitian ini lebih terarah diperlukan adanya
batasan yang berkenaan dengan judul skripsi. Berikut beberapa istilah yag penulis
gunakan dalam rumusan judul penelitian, yaitu:
1.
Implementasi atau pelaksanaan adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan,
atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas,
tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan
(Usman,2002:70). Dari pengertian tersebut, dapat diartikan bahwasanya
implementasi adalah bukan sekedar aktivitas yang hanya dijalankan secara
secara sadar, akan tetapi suatu kegiatan yang sudah direncanakan dan dilakukan
secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu yang sudah
diterapkan untuk mencapai tujuan kegiatan yang ingin dikehendaki.
2.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk
belajar tentang cara berfikir dan keterampilan penyelesaian masalah serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep essensial dari mata pelajaran (Kunandar,
2007:35) Hakikat masalah dalam pembelajaran ini adalah kesenjangan antara
situasi nyata dengan kondisi yang diharapkan. Oleh karena itu materi pelajaran
tidak terbatas pada sumber dari buku saja, tetapi dapat mengacu pada peristiwaperistiwa tertentu yang bersangkutan dengan materi pelajaran.
Berdasarkan
pengertian
tersebut,
pembelajaran
berbasis
masalah
merupakan model pembelajaran dengan menggunakan tim kecil, yaitu antara 4
8
sampai 6 orang. Dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan
dari setiap peserta didik dalam menganalisa serta mencari penyelesaian
permasalahan nyata yang dijadikan kajian belajar sesuai dengan materi yang
sedang dipelajari. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan berfikir
secara kritis dalam memberikan pendapatnya mengenai permasalahan nyata
yang sedang menjadi bahan diskusi kelompok. Setiap individu akan saling
memberikan masukan mengenai sebab serta penyelesaian dari permasalahan
yang sedang dibahas.
3.
Pembelajaran PPKn
Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan
maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan
(Syaiful Sagala, 2009:61). Dengan menggunakan asas serta teori yang sudah
ada, perubahan yang dihasilkan dari proses belajar bersifat progresif, baik
mencakup aspek pengetahuan, ketrampilan maupun sikap. Misal dari yang tidak
mengerti menjadi mengerti.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran
yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga
Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh
Pancasila dan UUD 1945.
Dengan demikian, Pembelajaran PPKn adalah membelajarkan siswa
dengan menggunakan asas-asas yang sudah ada, agar terjadi perubahan kearah
9
yang lebih baik. Dengan demikian, siswa akan mampu melaksanakan hak-hak
dan kewajibannya untuk menjadi warga Indonesia yang cerdas, terampil dan
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1.
Belajar dan Pembelajaran
a.
Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan
(Syaiful Bahri Djamarah, 2002:11). Menurut Winkel belajar adalah aktivitas
mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan
yang maknanya adalah pengalaman (Darsono, 2000:4). Banyak ahli yang
mengemukakan pendapatnya mengenai belajar.
Beberapa pendapat ahli tentang belajar, sebagai berikut:
1)
Belajar menurut James O.Whittaker adalah merumuskan belajar
sebagai dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui
latihan atau pengalaman.
2)
Belajar menurut Cronbach adalah Learning is shown by change in
behavior as aresult of ex perience. Belajar sebagai suatu aktivitas
yang ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman.
3)
Slameto merumuskan pengertian belajar sebagai suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
10
11
4)
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman individu it sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Syaiful Bahri Djamarah 2012:12)
Dari definisi di atas belajar merupakan kegiatan aktif peserta didik
dalam membangun sebuah makna dan pemahaman ke arah yang lebih baik
serta perubahan tingkah laku yang terbentuk karena pengalaman ataupun
ilmu
pengetahuan.
Pendidik
mempunyai
peran
untuk
mendorong
kemampuan peserta didik dalam membangun gagasan atau ide-ide. Pendidik
harus mengenal sifat-sifat yang khas pada setiap peserta didiknya, hal ini
sangat berguna untuk memberikan dorongan yang sesuai kepada peserta
didik.
Pembelajaran adalah suatu persiapan yang dipersiapkan oleh guru guna
menarik dan memberi informasi kepada siswa, sehingga persiapan yang
dirancang oleh guru dapat membantu siswa dalam menghadapi tujuan
(Dimyati dan Mudjiono, 2009:7). Definisi pembelajaran menurut Oemar
Hamalik (2005:57) adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsurunsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
Dari definisi di atas, pembelajaran adalah proses interaksi yang terjadi
antara pendidik dan peserta didik dalam lingkungan belajar untuk mencapai
tujuan belajar yang diharapkan.
12
b. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan memiliki fungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran (Joyce dan Weil dalam Mulyani
Sumantri, dkk: 1999:42). Sedangkan menurut Arends (dalam Trianto,
2010:51) model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang
akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap
dalam kegiatan pengajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur
sistematik dalam proses pembelajaran untuk mengorganisasikan pengalaman
belajar sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dan
berfungsi sebagai pedoman bagi para pendidik dalam merancang dan
melaksanakan proses belajar mengajar.
Menurut Trianto (2010:53) fungsi dari model pembelajaran adalah
sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam
melaksanakan pembelajaran. Dalam pemilihan model pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh materi yang akan di ajarkan dan juga tujuan pembelajaran
yang akan dicapai serta tingkat kemampuan dari peserta didik itu sendiri.
13
Menurut Kardi dan Nur dalam Trianto (2011:142) istilah model
pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode
atau prosedur.
2.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah
a.
Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah menurut (Tan dalam Rusman, 2010:229)
merupakan inovasi dalam pembelajaran karena didalam PBM kemampuan
berfikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok
atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah,
menguji
dan
mengembangkan
kemampuan
berfikirnya
secara
berkesinambungan.
Arends (2007:43) menyatakan bahwa esensinya PBL menyuguhkan
berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang
dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan.
Berdasarkan pengertian di atas, pembelajaran berbasis masalah
merupakan model pembelajaran dengan menggunakan masalah riil sebagai
konteks pembelajaran serta sistem kerja individu atau pengelompokkan
peserta didik menjadi tim-tm kecil. Dimana keberhasilan kerja sangat
ditentukan oleh keaktifan dari setiap anggota kelompok. Dengan demikian
setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab terhadap masalah
yang sedang dipelajari. Untuk mencapai pembelajaran secara optimal,
14
pembelajaran berbasis masalah perlu dirancang dengan baik, mulai dari
mempersiapkan
masalah
yang
sesuai
dengan
materi
yang
akan
dikembangkan di kelas, memunculkan masalah dari peserta didik serta
instrumen penilaian yang diperlukan.
b. Karakteristik dan Ciri-ciri Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai suatu rangkaian
aktvitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian
masalah yang dihadapi dengan kemampuan berfikir dan kemampuan analisis
secara ilmiah. Menurut Mattews melalui aktivitas secara fisik pengetahuan
siswa secara aktif dibangun berdasarkan pengalaman atau bahan yang
dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan ini berlangsung secara
mental (Suparno, 1997-56)
Kemampuan berfikir dapat didefinisikan sebagai proses kognitif yang
dipecah-pecah kedalam langkah-langkah nyata yang kemudian dijadikan
pedoman berfikir. Satu contoh kemampuan berfikir adalah menarik
kesimpulan, yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghubungkan
berbagai petunjuk serta fakta atau informasi dengan teori yang telah dimiliki
untuk membuat hasil akhir yang sudah terumuskan.
Bridges dan Charlin menggariskan beberapa ciri-ciri utama model
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah Pembelajaran berpusat
dengan
masalah, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia yang
sebenarnya, pengetahuan yang diharapkan dicapai oleh siswa saat proses
15
pembelajaran, serta para siswa bertanggung jawab terhadap proses
pembelajaran mereka sendiri (Suparno, 1997:65).
Terdapat tiga ciri utama dari pembelajaran berbasis masalah. Pertama,
pembelajaran berbasis masalah merupakan serangkai aktivitas pembelajaran.
Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.
Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan mengunakan pendekatan
berpikir secara ilmiah.
1) Pembelajaran berbasis masalah merupakan serangkaian aktivitas
pembelajaran. Dalam implementasi pembelajaran berbasis masalah ada
sejumlah kegiatan yang dilakukan peserta didik. Peseta didik tidak
hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal, akan
tetapi peserta didik aktif berfikir, berkomunikasi, mencari serta
mengolah data dan akhirnya menyimpulkan masalah yang sedang
menjadi kajian materinya.
2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.
Pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah pada proses
pembelajarannya. Artinya tanpa adanya masalah yang disajikan dalam
proses pembelajaran, maka tidak mungkin adanya proses pembelajaran
yang berlangsung.
3) Pemecahan masalah yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan
berfikir secara ilmiah.
16
Berfikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berfikir
deduktif dan induktif. Proses berfikir ini dilakukan secara sistematis dan
empiris. Sistematis artinya berfikir ilmiah dilakukan melalui tahapantahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian
masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah menurut Wardhani (dalam
Supinah dan Sutanti, 2010:45) adalah sebagai berikut:
1) Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pertanyaan dan masalah
yang diajukan pada awal kegiatan pembelajaran adalah yang secara
sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa.
2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Masalah yang diangkat
hendaknya dipilih yang benar-benar nyata sehingga dalam
pemecahannya siswa dapat meninjaunya dari banyak mata
pelajaran.
3) Penyelidikan autentik. Penyelidikan autentik, berarti Peserta didik
dituntut untuk menganalisis dan mendefinisikan masalah,
mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan
dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika
diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.
Metode yang digunakan tergantung pada masalah yang dipelajari.
4) Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya. Peserta
didik dituntut untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk
karya nyata atau artefak. Artefak yang dihasilkan antara lain dapat
berupa transkrip debat, laporan, model fisik, video, program
komputer. Siswa juga dituntut untuk menjelaskan bentuk
penyelesaian masalah yang ditemukan. Penjelasan antara lain dapat
dilakukan dengan presentasi, simulasi, peragaan.
c.
Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru
memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik seperti
pada pembelajaran langsung dan ceramah, tetapi pembelajaran berbasis
17
masalah dikembangkan untuk membantu peserta didik mengembangkan
kemampuan berpikir, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah,
keterampilan intelektual, dan menjadi siswa yang mandiri.
d. Langkah-langkah Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Ada lima tahapan dalam model pembelajaran berbasis masalah (Problem
Based Learning-PBL) dan perilaku yang dibutuhkan oleh guru (Sugiyanto,
2010:159-160)
Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran berbasis masalah
Fase
Fase 1 Memberikan
orientasi tentang
permasalahan kepada
peserta didik
Perilaku pendidik
Pendidik
membahas tujuan
pembelajaran,
mendeskripsikan
dan memotivasi
peserta didik untuk
terlibat dalam
kegiatan mengatasi
masalah
Perilaku peserta didik
Peserta didik
memahami bahwa
pembelajaran berbasis
masalah bukan untuk
memperoleh informasi
sebanyaknya, tetapi
melakukan
penyelidikan terhadap
masalah-masalah
penting dan menjadi
siswa yang mandiri
Fase II
Mengorganisasikan
siswa untuk meneliti
Pendidik
membantu peserta
didik untuk
mendefinisikan
dan
mengorgansasikan
tugas-tugas belajar
yang terkait
dengan
permasalahannya
Pendidik
mendorong peserta
didik untuk
Peserta didik secara
mandiri atau
berkelompok saling
bekerjasama dan saling
Fase III Membantu
menyelidiki secara
mandiri atau
membantu untuk
menyelidiki masalah
secara bersama
Peserta didik bertukar
ide dan gagasan dengan
peserta didik lain serta
18
kelompok
Fase IV
Mengembangkan dan
mempresentasikan
hasil kerja
Fase V : Menganalisis
dan mengevaluasi
proses mengatasi
masalah
mendapatkan
informasi yang
tepat,
melaksanakan
eksperimen
mencari penjelasan
dan solusi
Pendidik
membantu peserta
didik untuk
menyiapkan hasil
belajar seperti
laporan atau
rekaman viideo
untuk
menyampaikan
pada yang lain
Pendidik
membantu peserta
didik untuk
melakukan refleksi
terhadap
investigasinya dan
proses yang peserta
didik jalankan
pendidik
Peserta didik aktif
melakukan
penyelidikan terhadap
masalah yang dibahas
Peserta didik secara
mandiri atau kelompok
membuat produk hasil
belajar serta
menyajikannya untuk
kemudian peserta didik
atau kelompok lain
memberikan tanggapan
terhadap hasil karya
temannya.
Peserta didik
berkewajiban untuk
bertanya kepada
pendidik akan hal-hal
yang masih belum
untuk dipahami.
Berikut Adalah Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah
Tabel 2. SINTAKS PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Tahap
Tahap 1
Orientasi siswa pada
masalah
Tingkah Laku Guru
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
memotivasi siswa untuk terlibat pada
aktivitas
Tahap 2
Mengorganisasi siswa
untuk belajar
pemecahan masalah yang dipilihnya.
Guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasi tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tertentu
19
Tahap 3
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan
Mamandu
menyelidiki secara
mandiri atau
kelompok
informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan
dan
Tahap 4
pemecahan masalah.
Guru membantu siswa dalam merencanakan
Mengembangkan
dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
dan menyajikan
laporan dan membantu mereka untuk
berbagi
hasil kerja
Tahap 5
tugas dengan temannya.
Guru membantu siswa untuk melakukan
Menganalisis dan
refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mengevaluasi hasil
mereka dan proses-proses yang mereka
pemecahan masalah
gunakan.
e.
Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah
Kelebihan pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu model
pembelajaran (http://digilib.uinsby.ac.id/8742/5/bab2.pdf) adalah sebagai
berikut:
1) Peserta didik lebih memhami konsep yang diajarkan, sebab peserta
didik sendiri yang menemukan konsep tersebut.
2) Peserta didik dapat merasakan manfaat pembelajaran yang lebih riil,
sebab masalah yang diselesaikan dalam pembelajaran berkaitan
dengan kehidupan nyata.
20
3) Dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis.
4) Proses pembelajaran melalui pembelajaran berbasis masalah dapat
menjadikan kebiasaan baik pada peserta didik untuk dapat
memecahkan masalah secara terampil.
5) Membantu peserta didik untuk menyalurkan pengetahuan pada
situasi-situasi baru.
Di samping kelebihan, pembelajaran berbasis masalah juga memiliki
kelemahan, sebagai berikut:
1) Menentukan masalah dengan tingkat kesulitan sesuai dengan
kemampuan berfikir peserta didik, serta pengetahuan yang dimiliki
oleh
peserta
didik,
sangat
memerlukan
keterampilan
dan
kemampuan pendidik.
2) Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah memerlukan waktu yang lama.
3) Mengubah kebiasaan peserta didik dari yang terbiasa mendengarkan
dan menerima informasi menjadi aktif berfikir untuk dapat
memecahkan masalah merupakan kesulitan tersendiri bagi peserta
didik.
f.
Peran atau Fungsi Pendidik dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Peran guru dalam Pembelajaran Berbasis Masalah berbeda dengan peran
guru di dalam kelas (Rusman, 2010:234). Pendidik dalam pembelajaran ini
berfikir aktif akan beberapa hal, yaitu:
21
1) Pendidik harus dapat merancang dan menggunakan permasalahan
yang ada disekitar maupun dunia nyata, agar peserta didik dapat
belajar pembelajaran berbasis masalah dengan baik.
2) Pendidik harus dapat menjadi pelatih peserta didik dalam
pemecahan masalah, pengarahan peserta didik serta belajar dengan
teman sebaya.
3) Pendidik harus dapat menjadikan pandangan peserta didik
bahwasanya diri mereka sendiri sebagai pemecah masalah yang
utama.
Pendidik dalam Pembelajaran Berbasis Masalah juga memusatkan
perhatiannya pada:
1) Memfasilitasi proses belajar mengajar, yaitu dengan cara mengubah
cara berfikir peserta didik, mengembangkan keterampilan inkuiri,
menggunakan pembelajaran kooperatif.
2) Melatih peserta didik tentang pemecahan suatu masalah, yakni
pemberian alasan mendalam tentang berfikir secara kritis dan
berfikir secara ilmiah.
3) Menjadi perantara proses penyampaian informasi “meneliti
lingkungan informasi, mengakses sumber informasi yang beragam,
dan mengadakan koneksi”.
3.
Pembelajaran PPKn
a.
Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
22
Aziz Wahab, dkk (dalam Cholisin, 2004:10) mengemukakan bahwa,
“Pendidikan Kewarganegaraan ialah media pengajaran yang akan mengIndonesiakan para siswa secara sadar, cerdas dan penuh tanggung jawab”.
Indonesia yang terkenal keberanekaragaman budaya, agama, serta bahasa
akan sangat sulit jikalau tidak ada pelajaran yang materinya berisikan hal-hal
tersebut untuk menjadikan pembentukan diri warga negara sesuai dengan
Pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan salah satu
upaya untuk membangkitkan rasa nasionalisme kebangsaan penerus bangsa,
dalam menghadapi tekanan gejolak dari dalam negeri maupun luar negeri.
Pendidikan ini lebih mengajarkan tentang konsep atau materi saja,
implementasi dari pelajaran ini dapat dilaksanakan dalam kehidupan seharisehari.
b. Tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.
22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menjelaskan bahwa tujuan mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah sebagai berikut:
1) Berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan
2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertangguung jawab, serta
bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara.
23
3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar
dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain
4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia
secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan
tekhnologi informasi dan komunikasi.
Terdapat beberapa aspek penting dalam tujuan yang ingin diwujudkan
dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan diatas,
yaitu menjadikan warga negara yang cerdas dengan memiliki pengetahuan
kewarganegaraan yang baik, terampil dan berfikir kritis serta aktif dalam
partisipasi kehidupan berbangsa dan bernegara serta memiliki sikap dan
keterampilan yang baik sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
c.
Ruang Lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.
22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan adalah sebagai berikut:
1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam
perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai Bangsa
Indonesia, Sumpah Pemuda. Keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif
terhadap Negara Kesatuan Negara Indonesia, Keterbukaan dan
jaminan keadilan.
2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam lingkungan
keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat,
Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, Sistem hukum dan Peradilan Nasional,
Hukum dan peradilan internasional.
24
3) Hak asasi manusia, meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan
kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan
internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan
HAM.
4) Kebutuhan warga negara, meliputi: Hidup gotong-royong, Harga
diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi,
Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan
bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara
5) Konstitusi Negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan
konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah
digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi.
6) Kekuasaan dan politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,
Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintahan pusat, Demokrasi
dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju
masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat
demokrasi.
7) Pancasila, meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara,
Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
Pancasila sebagai ideologi terbuka
8) Globalisasi, meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar
negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan
internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi
globalisasi.
4.
Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Mata Pelajaran
PPKn
Cogan dalam Somantri (2001) menyatakan pembelajaran PPKn merupakan
proses pendidikan secara utuh dan menyeluruh terhadap pembentukan karakter
individu sebagai warga negara yang cerdas dan baik. Strategi pembelajaran PKn
yaitu dengan menerapkan model pembelajaran. Model pembelajaran merupakan
bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan
secara khas oleh guru (Winarno, 2013:71-75). Model yang digunakan dalam
25
pembelajaran PPKn adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah yang
dirancang untuk meningkatkan keaktifan dan keefektifan pembelajaran di kelas.
a.
Perencanaan pembelajaran PKn
Perencanaan merupakan salah satu faktor yang sangat mendukung dan
memegang peranan penting guna menciptakan sebuah kondisi yang kondusif
dalam kegiatan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran PKn hendaknya
dapat mendorong guru lebih siap melakukan pembelajaran yang matang.
Oleh karena itu, setiap akan melakukan persiapan pembelajaran guru wajib
melakukan persiapan pembelajaran. Persiapan tersebut bertujuan agar guru
sebelum kegiatan belajar mengajar (KBM) mengetahui proses belajar dan
hasil belajar peserta didik. Persiapan yang harus dilakukan oleh guru PKn
dalam proses pembelajaran adalah dengan membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran.
1) RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
RPP adalah sebuah kewajiban yang harus dibuat oleh setiap guru yang
mengampu mata pelajaran. RPP dikembangkan berdasarkan silabus
untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya
mencapai kompetensi dasar (Kurniasih dan Sani, 2014:1). Dari
pernyataan ahli di atas, guru wajib membuat RPP supaya kegiatan
pembelajaran yang akan dijalankan dapat berjalan dengan baik sesuai
26
dengan model pembelajaran yang akan diterapkan, serta dapat mencapai
kompetensi dasar yang ingin dicapai.
RPP itu sendiri mencakup: 1) data sekolah, mata pelajaran dan
kelas/semester; 2) materi pokok; 3) alokasi waktu; 4) tujuan
pembelajaran; 5) KD dan indikator pencapaian kompetensi; 6) materi
pembelajaran, metode pembelajaran; 7) media, alat dan sumber belajar;
8) langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan 9) penilaian (Kurniasih
dan Sani, 2014:3)
2) Pelaksanaan Pembelajaran PPKn
Pelaksanaan proses pembelajaran mencakup kegiatan persyaratan
pelaksanaan proses pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran.
Persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran meliputi hal-hal seperti;
ketentuan rombongan belajar, beban kerja minimal guru, buku teks
pelajaran, dan pengelolaan kelas. Kegiatan pelaksanaan pembelajaran
meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup
(Winarno, 2013: 218).
3) Penilaian Pembelajaran PPKn
Penilaian pembelajaran adalah penilaian dilakukan oleh guru
terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian
kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan
laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses pembelajaran.
27
Penilaian dalam PPKn dapat dinyatakan sebagai proses pengumpulan,
analisis, dan interpretasi informasi yang dilakukan oleh guru PKn untuk
menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik pada bidang studi
PPKn (Winarno, 2013:218).
B. KERANGKA BERFIKIR
Penggunaan pendekatan pembelajaran yang sesuai merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam proses belajar mengajar di kelas.
Masalah-masalah yang ada dalam proses belajar mengajar di kelas seperti,
peserta didik kurang aktif dalam proses belajar mengajar merupakan masalah
lama yang masih ada sampai sekarang. Dengan penggunaan Model Pembelajaran
Berbasis masalah diharapkan dapat mengatasi berbagai masalah pembelajaran
yang ada di kelas. Karena Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang baik untuk digunakan
dalam proses pembelajaran tersebut. Pembelajaran Berbasis Masalah dalam
pelaksanaannya terdapat 5 tahapan yang harus dilaksanakan agar tercapainya
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Dalam implementasi pembelajaran berbasis masalah, pendidik akan
memberikan orientasi kepada peserta didik mengenai permasalahan yang akan
dijadikan sebagai bahan kajian belajar, dalam hal ini peserta didik memahami
bahwasanya Pembelajaran Berbasis masalah lebih menekankan kepada belajar
aktif dan berfikir kritis. Peserta didik akan dibiasakan berinteraksi dengan teman
28
melalui belajar mandiri atau dengan belajar berkelompok. Kegiatan belajar yang
dijalani peserta didik akan lebih aktif dan menyenangkan, karena peserta didik
dapat mengeluarkan ide atau gagasannya terhadap masalah yang sedang menjadi
kajian belajar. Pendidik harus selalu memberikan bimbingannya agar peserta
didik tidak melakukan salah pemahaman ide atau gagasan dalam mengkaji
masalah.
Bimbingan selama proses belajar mengajar sangat penting, karena jika
peserta didik salah pemahaman dari awal, maka hasil atau produk dari proses
belajar mengajar menjadi salah. Penyajian dari hasil atau produk belajar dapat
dilakukan untuk menggairahkan semangat peserta didik dalam mengeluarkan
pendapatnya mengenai hasil belajar dari peserta didik yang lain. Dalam kegiatan
ini pendidik mengamati setiap hasil belajar yang disampaikan dan pendapat yang
dikeluarkan dari peserta didik, guna untuk dilakukan evaluasi secara bersama
diakhir proses belajar mengajar.
29
Kerangka berfikir tersebut adalah sebagai berikut:
PPKN
1. Peserta didik pasif dalam
proses pembelajaran
2. Proses pembelajaran hanya
terfokus kepada pendidik
Pemberian orientasi tentang
permasalahan kepada peserta
didik
Pengorganisasian siswa untuk
meneliti
Pembelajaran
Berbasis Masalah
Bimbingan
individu/kelompok
Mengembangkan dan
mempresntasikan hasil kerja
Evaluasi proses mengatasi
masalah
Bagan I. Kerangka berfikir
1. Peserta didik
aktif dalam
proses
pembelajaran
2. Belajar
mengajar
menjadi lebih
efektif
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Dasar Penelitian
Penelitian
ini
menggunakan
metode
penelitian
kualitatif
dengan
menggunakan pendekatan deskriptif analisis. Pendekatan deskriptif analisis
adalah suatu pengumpulan data secara banyak dari fenomena yang ada untuk
dijadikan bahan analisa, sehingga dapat diperoleh gambaran-gambaran terhadap
apa yang sedang diteliti. Data yang dikumpulkan bisa berupa kata ataupun
gambar. Hal ini dipertegas oleh Kaelan (2005:20) dalam penelitian kualitatif
pengumpulan data deskriptif, bukan menggunakan angka-angka sebagai alat
metode utamaya. Data-data yang dikumpulkan berupa teks, kata-kata, simbol,
gambar, walaupun demikian juga dapat dimungkinkan terkumpulnya data-data
yang bersifat kuantitatif.
Metode penelitian ini akan digunakan untuk mengkaji tentang pelaksanaan
model Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan siswa kelas XI IPS 3. Pendekatan kualitatif dalam penelitian
ini digunakan untuk memperoleh data berbentuk kata-kata berdasarkan temuan di
SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal baik yang diperoleh melalui
observasi ataupun wawancara mengenai pelaksanaan model Pembelajaran
Berbasis Masalah, sehingga dalam penyajian data ataupun dalam pembahasan
30
31
data berisi laporan hasil observasi dan wawancara serta bukti-bukti yang
disajikan dalam bentuk deskriptif.
Peneliti dalam penelitian kualitatif secara langsung mengadakan hubungan
dengan informan untuk memperoleh data mendalam guna menjawab rumusan
permasalahan mengenai pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah
pada mata pelajaran PPKn siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 1 Balapulang, serta
hambatan-hambatan yang ada dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis
Masalah.
B. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di SMA Negeri 01
Balapulang Kabupaten Tegal. Alasan peneliti mengambil lokasi di SMA Negeri
01 Balapulang, karena pada saat observasi awal diketahui pendidik mata
pelajaran PPKn sudah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah. Hal ini lah yang menjadikan penelitian memilih
lokasi ini, untuk mengetahui pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis
Masalah pada mata pelajaran PPKn di SMA Negeri 01 Balapulang dan
hambatan-hambatan dalam pelaksaaan model pembelajaran tersebut.
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan persoalan apa yang menjadi pusat perhatian,
terdapat dua tujuan dalam fokus penelitian. Pertama, penetapan fokus dapat
membatasi studi. Kedua, penetapan fokus berfungsi untuk memenuhi kriteria
32
inklusif-eksklusif atau memasukkan-mengeluarkan suatu informasi yang
diperoleh di lapangan (Meleong, 2000:237).
Yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah pelaksanaan Pembelajaran
Berbasis
Masalah
pada
mata
pelajaran
pendidikan
pancasila
dan
kewarganegaraan Di SMAN 1 Balapulang.
1.
Pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam mata
pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas XI IPS 3 di
SMA Negeri 1 Balapulang yang terdiri dari
a) Peencanaan Pembelajaran
b) Pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah
c) Penilaian Pembelajaran
2.
Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis
Masalah
pada
mata
pelajaran
Pendidikan
Pancasila
dan
Kewarganegaraan
D. Sumber Data Penelitian
Dalam penelitian kualitatif orang-orang yang menjadi sumber data disebut
informan (Nana, 2009:285) dan nantinya akan dijadikan sebagai data primer
dalam penelitiaini. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
:
1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung di lapangan oleh orang yang
melakukan penelitian. Informan tersebut meliputi :
a) Pendidik mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
33
b) Peserta didik pada saat pembelajaran berlangsung
2. Data Sekunder adalah data tentang pelaksanaan pembelajaran berbasis
masalah pada mata pelajaran ppkn di SMAN 1 Balapulang yang diperoleh
secara tidak langsung, yang diambil dari sumbernya yaitu tugas-tugas,
catatan-catatan dan dokumen lain yang relevan.
E. Tekhnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah langkah yang paling strategis, karena tujuan utama
penelitian ini adalah mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan pada
kondisi yang alamiah, sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih
banyak pada observasi berperan serta, wawancara mendalam, dan dokumentasi
(Rachman, 2011:162). Alat dan teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam
penelitian ini adalah metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
1.
Observasi
Pembelajaran yang dipersiapkan, media pembelajaran, interaksi antara
guru dengan peserta didik, aktivitas peserta didik, kegiatan evaluasi.
2.
Wawancara
Wawancara adalah dialog atau percakapan yang dilakukan untuk
memperoleh informasi. Percakapan itu dilakukan oleh kedua belah pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
diwawancarai (interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu
(Meleong, 2000:135). Penelitian ini akan menggunakan wawancara
34
mendalam untuk mendapatkan data yang valid dalam penelitian.
Wawancara mendalam dimaksudkan untuk mendapatkan data secara
mendalam mengenai pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah
pada mata pelajaran PPKn siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Balapulang.
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus wawancara adalah guru Mata
Pelajaran PPKn Kelas XI dan peserta didik kelas XI SMA Negeri 1
Balapulang.
3.
Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mencari data
mengenai hal-hal variabel yang berupa transkip,notulen, dan sebagainya
(Arikunto, 2010:201). Metode ini digunakan untuk mencari dan
mengumpulkan data serta informasi tertulis yang berhubungan dengan
penelitian. Penelitian ini, peneliti akan mengambil atau mengutip dokumen
berhubungan dengan pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah,
data tersebut digunakan untuk mendukung kelengkapan data penelitian.
Dokumentasi tersebut seperti perangkat pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan meliputi RPP. Dokumentasi dalam proses pembelajaran,
Gambar yang diperoleh akan dideskripsikan secara jelas dengan
menggabungkan hasil wawancara yang dilaksanakan.
F. Validitas Data
35
Keabsahan data merupakan faktor penting dalam penelitian, sebab itulah
perlu dilakukan pemeriksaan data sebelum analisis dilakukan. Hal ini berguna
untuk menentukan tingkat kepercayaan data yang diperoleh. Adanya tingkat
kepercayaan yang tinggi menjadikan data yang digunakan semakin baik karena
teruji kebenarannya. Menurut Lincoln dan Guba (dalam Meleong, 2000:231)
untuk memeriksa keabsahan dalam penelitian kualitatif, maka digunakan taraf
kepercayaan data dengan tekhnik yang digunakan untuk memeriksa keabsahan
data adalah tekhnik triangulasi. Triangulasi adalah tekhnik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu (Meleong, 2000:178).
Peneliti dalam penelitian ini akan memfokuskan diri dalam pengumpulan
data dengan cara Triangulasi yang terbagi menjadi 2 cara yaitu:
1.
Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan
data yang berbeda-beda (observasi, wawancara dokumentasi) untuk
mendapatkan data dari sumber yang sama (Sugiyono, 2010:330).
Observasi
Informan
Wawancara
Bagan 2. Triangulasi “Teknik” Pengumpulan Data
36
Teknik pemeriksaan data yang pertama akan dilakukan dengan
membandingkan data hasil pengamatan, wawancara dan dokumen yang
diperoleh dari sumber yang sama. Pada lokasi penelitian, peneliti akan
mengamati
proses
belajar
mengajar
dengan
menggunakan
model
Pembelajaran Berbasis Masalah dilakukan oleh guru kelas XI IPS 3.
Kemudian untuk mendapatkan keabsahan data peneliti juga akan melakukan
melakukan wawancara kepada guru mata pelajaran PPKn kelas XI.
2.
Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber merupakan teknik untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber.
Informan A
wawancara
Informan B
Bagan 3. Triangulasi “Sumber” Pengumpulan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data juga akan dilakukan pada
informasi yang diperoleh dari informan dengan cara membandingkan hasil
wawancara dengan beberapa informan. Dalam peneltian ini, wawancara
akan dilakukan kepada guru mata pelajaran PPKn kelas XI sebagai kunci
37
yakni Ibu Rokhmiati. Untuk melihat informasi yang diterima oleh guru,
peneliti juga akan melakukan wawancara kepada peserta didik kelas XI IPS
3 (Irfan Muzaki, Ismi Ismawati, Nazrul Aziz, Selvi Suciana, Muh.
Budiman). Hasil wawancara yang diperoleh dari Ibu Rokhmiati akan
dibandingkan dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada Irfan Muzaki,
Ismi Ismawati, Nazrul Aziz, Selvi Suciana, Muh. Budiman (peserta didik
kelas XI IPS 3). Ketika data yang diperoleh melalui sumber yang berbeda
tetapi tetap menggunakan teknik yang sama telah mengalami kesamaan,
maka data tersebut dapat dinyatakan valid atau terpercaya.
G. Metode Analisis Data
Analisis data proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam
pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja yang dirumuskan oleh data (Meleong. 2000:103).
Data yang diperoleh dari lapangan berupa data kualitatif. Data kualitatif tersebut
akan diolah dengan model interaksi. Adapun langkah-langah dalam model
interaksi adalah sebagai berikut:
Pengumpulan
Penyajian Data
Reduksi Data
Verivikasi/Simpulan
Bagan 4. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2009:92)
38
1.
Pengumpulan
Dalam hal ini peneliti melakukan pencatatan data secara objektif dan
apa adanya sesuai dengan hasil observasi di lapangan, yaitu pencatatan data
yang diperlukan terhadap berbagai jenis data dan berbagai bentuk data yang
ada di lapangan. Peneliti mencatat semua kegiatan pada saat observasi tidak
berperanserta, yakni kegiatan pada saat proses kegiatan belajar mengajar
berlangsung, serta wawancara yang dilakukan dengan pendidik Mata
Pelajaran PPKn dan peserta didik yang diajar pada saat pelajaran PPKn
dengan menggunakan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah.
2.
Reduksi Data
Reduksi data berarti merangkum memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, mncari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2010:338). Dengan proses
pemilihan, serta pemfokusan dan transformasi data kasar yang diperoleh dari
lapangan akan memberikan gambaran yang lebih jelas, mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya
bila diperlukan. Data yang direduksi yaitu data yang diperoleh melalui
wawancara dengan Ibu Rokhmiati selaku pengajar mta pelajaran PPKn kelas
XI SMA Negeri 1 Balapulang mengenai pelaksanaan model Pembelajaran
Berbasis Masalah pada mata pelajaran PPKn. Setelah data diperoleh,
39
kemudian digolongkan berdasarkan sub-sub kajian yang dipelajari. Hal ini
dilakukan karena data yang didapat tidak urut. Jika data kurang lengkap
maka peneliti mencari kembali data yang diperlukan di lapangan
3.
Penyajian Data
Penelitian kualitatif Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya
(Sugiyono, 2010:95). Dalam hal ini menurut Miles dan Huberman (dalam
Sugiyono, 2010:95) menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifta
naratif.
4.
Verifikasi Data
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan
dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya
masihbelum jelas atau remang-remang sehingga setelah diteliti
menjadi jelas dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis
atau teori (Sugiyono, 2010:99).
Ketiga kegiatan dalam analisis data tersebut memperkuat dalam
penelitian kualaitatif yang dilakukan oleh peneliti, sehingga sifat data
dikumpulkan dalam bentuk laporan, uraian dan proses untuk mencari
makna sehingga mudah difahami kondisinya, baik oleh peneliti maupun
orang.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pembahasan yang telah dilakukan
dapat diambil berapa simpulan yaitu:
1.
Pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 1
Balapulang sudah dilaksanakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran. Pelaksanaan model Pembelajarn Berbasis Masalah pada mata
pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas XI IPS 3
SMA Negeri 1 Balapulang meningkatkan kemampuan berfikir kritis,
meningkatkan aktivitas belajar siswa, dan meningkatkan sikap tanggung
jawab.
2. Terdapat hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Hambatan yang terjadi
adalah kurangnya waktu pembelajaran, pendidik sulit menjadi fasilitator
yang baik, terdapat beberapa peserta didik yang kurang aktif dalam diskusi
kelompok
B. Saran
1. Sekolah perlu melakukan sosialisasi model Pembelajaran Berbasis
Masalah agar lebih maksimal dalam pelaksanaan model Pembelajaran
74
75
Berbasis
Masalah
dan
memperbaiki
kualitas
pembelajaran
yang
dilaksanakan oleh guru di SMA Negeri 1 Balapulang.
2. Terkait dengan proses pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas, guru harus dapat lebih memanfaatkan
waktu pembelajaan agar lebih efisien, serta selama proses pembelajaran
berlangsung diharapkan guru untuk aktif membimbing peserta didik dalam
melaksanakan diskusi kelompok.
76
Kumpulan Daftar Pustaka:
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.(Edisi Revisi).
Jakarta: Rineka Cipta.
Cholisis. (2004). Diktat Pendidikan Kwarganegaraan (Civic Education). Yogyakarta:
UNY Press.
Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. (2005), Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Ibrahim, M. Dan Nur, M. (2002). Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya:
UNESA University Press.
Iskandar. (2009). Metodologi penelitian pendidikan dan sosial. Jakarta: Gaung
Persada Press.
Kaelan. (2005). Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat. Yogyakarta:
Paradigma.
Kunandar. (2007). Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Meleong, Lexy J. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyani Sumantri dkk. (1999). Strategi Belajar Mengajar. Depdikbup Dirjen
Pendidikan Tinggi.
77
Nana Syaodih Sukmadnata. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
remaja Rosdakarya
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006
Tentang Standar Isi.
Rusman. (2010). Model-Model Pembelajarn Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sagala, Syaiful. (2009). Kemampuan Profesionalisme dan Tenaga Kependidikan.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyanto. (2010). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT.Rineka Cipta.
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta :
Kencana Prenada Group.
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif. Jakarta Kencana
Prenada Group.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
79
Lampiran 1
80
Lampiran 2
81
Lampiran 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
I.
II.
IDENTITAS
Nama Sekolah : SMA N 1 Balapulang
Mata Pelajaran : PKn
Materi Pokok : Peran Mahkamah Internasional
Menyelesaikan Sengketa
Kelas/Program : XI/2
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit
dalam
STANDAR KOMPETENSI/KOMPETENSI DASAR
1. Standar Kompetensi
5. Menganalisis sistem hukum dan peradilan internasional
2. Kompetensi Dasar
5.2. Menjelaskan penyebab timbulnya sengketa internasional dan cara
penyelesaian oleh Mahkamah Internasional
III.
INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
No
Indikator Pencapaian
Nilai Budaya dan Karakter
Kompetensi
Bangsa
1
2
Mengidentifikasi penyebab
timbulnya sengketa
internasional
Menguraikan cara penyelesaian
sengketa internasional oleh
Mahkamah internasional
Religius, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta
tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, tanggun jawab
Mandiri
82
Kewirausahaan/ Ekonomi Kreatif :




Percaya diri (Kteguhan hati, optimis)
Berorientasi pada tugas (bermotivasi, tekun/tabah, bertekad, enerjik)
Pengambil resiko (suka tantangan, mampu memimpin)
Orientasi ke masa depan (punya perspektif untuk masa depan)
IV.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pokok pembelajaran adalah agar siswa mampu dan dapat :
 Mengidentifikasi penyebab timbulnya sengketa internasional
 Menguraikan cara penyelesaian sengketa internasional oleh Mahkamah
internasional
V.
STRATEGI PEMBELAJARAN
No.
Kegiatan Belajar
Waktu
(Menit)
1.
Pendahuluan
 Memberikan salam
siswa
 Mengabsen dan
mengetahui kondisi
siswa
15’
Aspek lifeskill
yang
dikembangkan



Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan
eksplorasi :
 Menguraikan
tujuan dan nilai
konstitusi
 Menjelaskan
pengertian dasar
negara dan
55’




Nilai
Budaya dan
Karakter
Bangsa
Religius,
jujur,
toleransi,
disiplin,
kerja keras,
mandiri,
demokratis,
rasa ingin
tahu,
semangat
Kerjasama
Kesungguhan kebangsaan,
cinta tanah
Disiplin
air,
Uji Diri
menghargai
prestasi,
bersahabat,
cinta damai,
gemar
Disiplin
Kerjasama
Keterampilan
83
konstitusi negara
 Pemberian
orientasi tentang
permasalahan
kepada siswa
Elaborasi
Dalam kegiatan
elaborasi,
 Membagi siswa
dalam kelompokkelompok kecil
@4-5 orang. Jika
jumlah siswa 30
orang, berarti
terdapat 6
kelompok.
 Guru
menyampaikan
tugas-tugas yang
harus dikerjakan
masing-masing
kelompok (tiap
kelompok
diminta mencari
permasalahan
sengketa
internasional).
 Kelompok yang
sudah
mendapatkan
permasalahan
wajib
dikonsultasikan
kepada guru dan
ditulis di papan
tulis.
 Guru
memberikan
bimbingan
kepada kelompok
terkait diskusi
membaca,
peduli
lingkungan,
peduli
sosial,
tanggun
jawab
Mandiri
84
yang sedang
dijalankan
 Setelah selesai
melakukan
diskusi
kelompok, setiap
kelompok
mempresentasika
n hasil kerjanya
 Guru
memfasilitasi jika
terdapat
kelompok yang
mengalami
kesulitan dalam
mempresentasika
n hasil kerja serta
memberikan
klarifikasi jika
terjadi kesalahan
konsep atau
jawaban terhadap
pertanyaan yang
masuk.
 Evaluasi proses
mengatasi
masalah dalam
diskusi (guru
melakukan
refleksi terhadap
proses dan hasil
investigasi)
Konfirmasi
Dalam kegiatan
konfirmasi, siswa:
 Menyimpulkan
tentang hal-hal
yang belum
diketahui
 Menjelaskan
tentang hal-hal
85
yang belum
diketahui
3
Penutup
 Tanya jawab
 Penenangan

20’
VI.
PERANGKAT PEMBELAJARAN
1. Buku Paket PKn Kelas XI
2. UUD 1945 yang Telah Diamandemen
3. Buku-buku sumber yang relevan
4. Lembar Kerja Siswa
5. Majalah, Koran dan Internet
VII.
PENILAIAN DAN TINDAK LANUUT
 Penilaian Kognitif
 Penilaian Afektif
 Penilaian Psikomotorik
Pengendalian
diri
Balapulang,....,.....................2015
Mengetahui
Kepala SMA N 1 Balapulang
Guru Mata Pelajaran
Ahmad, S.Pd
Rokhmiati, S.Pd
NIP. 19640828 198803 1 006
NIP. 19741127 2008012 005
Download