Pelaksanaan Penilaian Portofolio dalam Mata Pelajaran PPKn

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi merupakan suatu
proses untuk merencanakan, memperoleh, dan
menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat beberapa alternatif
dalam mengambil keputusan. Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus mengambil
keputusan apakah seorang peserta didik harus mengulang materi pelajaran atau tidak.
Di dalam melakukan pekerjaan tersebut diperlukan berbagai pertimbangan yang mana
agar tidak merugikan peserta didik, dan untuk mendapatkan keputusan yang tepat,
diperlukan informasi yang kongkrit tentang siswa, seperti penguasaan materi, sikap,
dan perilaku. Dalam konsteks inilah evaluasi memiliki peran yang cukup penting. Bila
guru dapat melakukan evaluasi secara baik maka dapat dipastikan guru tersebut
memiliki kemampuan yang sangat baik.
Menurut Kusaeri (2012; 4) evaluasi
merupakan komponen utama dalam tugas dan pekerjaan guru. Dalam praktek evaluasi
ada beberapa istilah yang sering disalahartikan antara lain : tes, pengukuran dan
penilaian. Secara konsepsional istilah tersebut berbeda satu sama lain, tetapi
mempunyai hubungan yang sangat erat.
2.1.1. Tes
Menurut Kusaeri (2012; 5) tes merupakan alat ukur berbentuk satu set
pertanyaan untuk mengukur sampel tingkah laku dari peserta tes. Menurut Zainal
(2009; 2) istilah “tes” berasal dari bahasa latin “Testum” yang berarti sebuah piring
atau jembangan dari tanah liat. Istilah tes ini kemudian dipergunakan dalam lapangan
psikologi dan selajutnya hanya dibatasi sampai metode psikologi, yaitu suatu cara
untuk menyelidiki seseorang. Penyelidikan tersebut dilakukan mulai dari pemberian
suatu tugas kepada seseorang atau untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu.
Kemudian Sax (Zainal, 2009; 2) menekankan bahwa tes sebagai suatu tugas atau
rangkaian tugas. Istilah tugas dapat berbentuk soal atau perintah/suruhan lain yang
harus dikerjakan oleh peserta didik. Lebih lanjut lagi menurut Cece dan Didi (2001;
15) tes merupakan sebuah alat atau prosedur sistematik bagi pengukuran sebuah
sampel perilaku (menjawab pertanyaan seberapa baikkah seorang siswa melakukan
tugas pelajaran, baik dibandingkan dengan siswa lainnya, maupun dibandingkan
dengan tolak ukur pekerjaan sebuah tugas pelajaran.
Berdasarkan dari beberapa pengertian tes yang dikemukakan diatas, dapat
disimpulkan bahwa tes merupakan suatu alat yang berisi serangkaian tugas yang harus
dikerjakan atau soal-soal yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur suatu
aspek perilaku tertentu.
2.1.2. Pengukuran
Menurut Cece dan Didi (2001; 16) pengukuran adalah proses pemerolehan
sebuah penggambaran dengan angka mengenai sejauh mana seorang individu
memperoleh sebuah karakteristik tertentu. Selanjutnya Kusaeri (2012; 4)
pengukuran (measurement) merupakan cabang ilmu statistika terapan yang bertujuan
untuk membangun dasar-dasar pengembangan tes yang lebih baik sehingga dapat
menghasilkan tes yang berfungsi secara optimal, valid, dan reliabel. Hal itu
diperjelas oleh Guilford (dalam Mimin, 2007; 14) pengukuran adalah proses
penetapan angka terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran
adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan hasil belajar peserta didik
dengan penggambaran melalui angka.
2.1.3. Penilaian
2.1.3.1.
Pengertian penilaian
Menurut Zainal (2009; 4) istilah penilaian merupakan alih bahasa dari
istilah assessment, bukan dari istilah evaluation. Depdikbud mengemukakan
“penilaian adalah suatu kegiatan untuk memberikan berbagai informasi secara
berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai
siswa. Kata “menyeluruh” mengandung arti bahwa penilaian tidak hanya
ditunjukkan pada penguasaan salah satu bidang tertentu saja, tetapi mencakup
aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai. Selanjutnya Cece dan
Didi (2001; 16) penilaian merupakan salah satu dari sejumlah prosedur yang
digunakan untuk memperoleh informasi mengenai penampilan siswa. Mencakup
tes tertulis tradisional disamping jawaban-jawaban panjang (seperti esei), tes
perbuatan yang otentik (seperti percobaan laboratorium). Kemudian menurut
Popham (dalam Eko, 2009; 3) penilaian (assessment) dalam konteks pendidikan
sebagai sebuah usaha secara formal untuk menentukan status siswa berkenaan
dengan berbagai kepentingan pendidikan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan penilaian adalah suatu
proses
atau
kegiatan
yang
sistematis
dan
berkesinambungan
untuk
mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam
rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan
tertentu.
Berdasarkan pengertian tentang tes, pengukuran, dan penilaian yang telah
dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa ketiga istilah tersebut memiliki
hubungan yang sangat erat. Kegiatan penilaian dapat menggunakan pengukuran,
yang antara lain dapat berupa tes. Selain pengukuran, penilaian dapat pula
menggunakan alat-alat non-pengukuran seperti pengamat informal. Dengan
demikian, penilaian merupakan konsep yang lebih luas dibandingkan
pengukuran. Pengukuran, sesuai dengan definisi di atas, hanya terbatas pada
pemberian atau penggambaran kuantitatif mengenai diri siswa.
2.1.3.2.
Prinsip-prinsip penilaian
Menurut Adi (2008; 10) agar penilaian dapat memberi gambaran yang
sebenarnya tentang pencapaian hasil belajar siswa maka dalam melakukan
penilaian perlu memperhatikan prinsip-prinsip penilaian sebagai berikut :
a. Berorientasi pada pencapaian kompetensi
Penilaian yang dilakukan harus berfungsi untuk mengukur ketercapaian
siswa dalam pencapaian kompetensi seperti yang telah ditetapkan dalam
kurikulum.
b. Valid
Penilaian yang dilakukan harus dapat mengukur apa yang seharusnya
diukur. Untuk itu diperlukan alat ukur yang dapat menghasilkan hasil
pengukuran yang valid dan reliabel.
c. Adil
Penilaian yang dilakukan harus adil untuk seluruh siswa. Siswa harus
memperoleh kesempatan dan perlakukan yang sama.
d. Objektif
Dalam penilaian hasil belajar siswa harus dapat menjaga objektivitas proses
dan hasil penilaian.
e. Berkesinambungan
Penilaian yang dilakukan harus terencana, bertahap, teratur, terus menerus
dan berkesinambungan untuk memperoleh informasi hasil belajar dan
perkembangan belajar siswa.
f. Menyeluruh
Prinsip menyeluruh dalam penilaian mengandung arti bahwa penilaian yang
dilakukan harus mampu menilai keseluruhan kompetensi yang terdapat
dalam kurikulum yang mungkin meliputi ranah kognitif, afektif, dan
prikomotor.
g. Terbuka
Kriteria penilaian harus terbuka bagi berbagai kalangan sehingga keputusan
hasil belajar siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
h. Bermakna
Hasil penilaian hendaknya mempunyai makna bagi siswa dan juga bagi
pihak-pihak
yang
berkepentingan.
Hasil
belajar
hendaknya
dapat
memberikan gambaran mengenai tingkat pencapaian hasil belajar siswa,
keunggulan dan kelemahan siswa, minat, serta potensi siswa dalam
mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan prinsip-prinsip penilaian
sangatlah penting untuk jalannya suatu penilaian, karena prinsip penilaian
berisikan tentang berorientasikan pada pencapaian kompetensi, valid, adil,
objektif, berkesinambungan, dsb.
2.1.3.3.
Tahap Penilaian
Menurut Adi (2008; 39) ada empat tahap penilaian antara lain sebagai
berikut : (1) Penilaian dimulai dengan menetapkan kriteria penilaian yang
disepakati bersama antara guru dengan siswa pada awal pembelajaran. (2)
Kriteria penilaian yang telah disepakati diterapkan secara konsisten. Bila ada
perubahan atau ada persepsi yang berbeda dalam menerjemahkan kriteria
tersebut maka masalah tersebut harus dibiarakan bersama-sama antara guru
dengan murid pada waktu pertemuan berkala yang telah dirancang. (3) Hasil
penilaian selajutnya digunakan sebagai penentuan tujuan pembelajaran
berikutnya. (4) Penilaian dan assessmen portofolio pada dasarnya dilakukan
secara terus menerus atau berkesinambungan. Pada setiap pertemuan guru dapat
melakukan penilaian. Penilaian pada setiap pertemuan merupakan rangkaian
penilaian yang saling berhubungan.
Berdasarkan tahap penilaian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
penilaian harus memperhatikan dan memahami beberapa tahap penilaian diatas
untuk kesuksesan suatu penilaian.
2.2. Penilaian Portofolio
2.2.1. Pengertian penilaian portofolio
Menurut Peraturan Pemerintahan No 20 tahun 2007, penilaian pendidikan
adalah proses pengumpulan data pengolahan informasi untuk menentukan
pencapaian hasil belajar peserta didik. Di samping tes tertulis yang lazim digunakan
dalam penilaian hasil belajar, guru perlu juga mengadakan penilaian dengan cara
lain, diantaranya portofolio. Menurut Pophan (dalam Sunarti dan Selly, 2013; 22)
penilaian portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam
bidang tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan
prestasi, dan kreativitas peserta didik. Sedangkan menurut Elni (Erma 2011; 35)
penilaian portofolio merupakan kumpulan pekerjaan siswa yang menunjukkan usaha
perkembangan dan kecakapan mereka dalam satu bidang atau lebih. Selanjutnya
menurut Sumarna dan M. Hatta (2004 : 21) penilaian portofolio merupakan
penilaian berbasis kelas terhadap sekumpulan karya peserta didik yang tersusun
secara sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran dalam
kurun waktu tertentu, digunakan oleh guru dan peserta didik untuk memantau
perkembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik dalam mata
pelajaran tertentu.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan penilaian portofolio
merupakan kumpulan dokumen, karya yang menunjukkan perkembangan dan
kegiatan peserta didik dari waktu ke waktu.
2.2.2. Tujuan dan Fungsi penilaian portofolio
Tujuan Penilaian Porotofolio
2.2.2.1.
Menurut Zainal (2013; 199) pada hakikatnya tujuan penilaian portofolio
adalah untuk memberikan informasi kepada orang tua tentang perkembangan
peserta didik secara lengkap dengan dukungan data dan dokumen yang akurat.
Selanjutnya menurut Sunandar, (2006; 286) tujuan peniaian portofolio antara
lain : (1) Meningkatkan kemampuan para siswa dalam mengevaluasi kemajuan
belajar mereka. (2) Bagi guru untuk menilai siswa, bagi siswa untuk
merefleksi terhadap proses dan kemajuan belajarnya. (3) Koleksi dari karya
siswa dapat membantu guru dan siswa dalam menentukan perkembangan atau
kemajuan belajar siswa yang sesungguhnya secara berkesinambungan. Hal
tersebut diperjelas oleh Jon Mueller (dalam Adi, 2008; 34) tujuan penilaian
portofolio adalah untuk mencapai salah satu dari tiga tujuan berikut : (1)
menunjukkan perkembangan hasil belajar siswa, (2) menunjukkan kemampuan
siswa secara langsung, dan (3) menilai secara keseluruhan pencapaian belajar
siswa.
2.2.2.2.
Fungsi Penilaian Portofolio
Sumarna dan M. Hatta, (2004 ;73) menyatakan bahwa Portofolio berfungsi
untuk mengetahui perkembangan pengetahuan peserta didik dan kemampuan
dalam mata pelajaran tertentu, serta pertumbuhan kemampuan peserta didik.
Selain itu portofolio juga berfungsi sebagai alat untuk melihat perkembangan
tanggung jawab peserta didik dalam belajar, perluasan dimensi belajar,
pembaharuan kembali proses belajar mengajar, penekanan pada pengembangan
pandangan peserta didik dalam belajar. Selanjutnya menurut Zainal (2013; 201)
fungsi penilaian portofolio dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu : (1) portofolio
sebagai sumber informasi bagi guru dan orang tua untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik, tanggung jawab
dalam belajar, peluasan dimensi belajar, dan inovasi pembelajaran. (2)
portofolio sebagai alat pembelajaran merupakan komponen kurikulum, karena
portofolio mengharuskan peserta didik untuk mengoleksi dan menunjukkan
hasil kerja mereka. (3) portofolio sebagai alat penilaian autentik (authentic
assessment). (4) portofolio sebagai sumber informasi bagi peserta didik untuk
melakukan self-assessment. Maksudnya, peserta didik mempunyai kesempatan
yang banyak untuk menilai diri sendiri dari waktu ke waktu.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan fungsi dan tujuan penilaian adalah
sebagai pedoman untuk seorang guru dalam mengajar, sebagai alat ukur atau
bahan evaluasi bagi guru untuk pembelajaran kedepan dll.
2.2.3. Karakteristik portofolio
Menurut Adi (2008; 33) karakteristik portofolio antara lain : (a) asesmen
portofolio adalah asesmen yang menuntut adanya kerja sama antara murid dengan
guru, (b) asesmen portofolio tidak hanya sekedar kumpulan hasil karya siswa tetapi
yang terpenting adalah adanya proses seleksi yang dilakukan berdasarkan kriteria
tertentu untuk dimasukkan ke dalam kumpulan hasil karya siswa, (c) hasil karya
siswa dikumpulkan dari waktu ke waktu. Kumpulan karya tersebut digunakan oleh
siswa untuk melakukan refleksi sehingga siswa mampu mengenal kelemahan dan
kelebihan karya yang dihasilkan. Kelemahan tersebut akan digunakan sebagai
bahan pembelajaran berikutnya, (d) kriteria penilaian yang digunakan harus jelas
baik bagi guru ataupun bagi siswa dan diterapkan secara konsisten.
Jadi dapat disimpulkan karakterristik portofolio adalah adanya kerjasama
antara siswa dan guru untuk melihat perkembangan siswa dilihat dari kumpulan
tugas yang dikumpulkan dari waktu ke waktu.
2.2.4. Langkah-langkah penilaian portofolio
Menurut Mimin (2007; 59) model/teknik penilaian portofolio memerlukan
lahkah-langkah sebagai berikut :
1. Menjelaskan kepada peserta didik bahwa tidak hanya merupakan kumpulan
karya/tugas yang dipergunakan oleh guru untuk penilaian, melainkan
digunakan juga oleh peserta didik itu sendiri. Dengan melihat portofolionya
peserta didik dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, bakat dan minat
yang dimiliki terhadap suatu mata pelajaran. Proses ini akan terjadi secara
spontan, memerlukan waktu untuk belajar memahami dan meyakini hasil
penilaian mereka sendiri.
2. Menentukan bersama antar peserta didik dengan guru terhadap sampel-sampel
portofolio apa saja yang akan dibuat. Kemungkinannya portofolio antara
peserta didik yang satu dengan yang lain bisa berbeda. Misal untuk
mengetahui kemampuan penulis peserta didik mengumpulkan karangankarangannya, sedangkan untuk mengetahui kemampuan menggambar maka
peserta didik mengumpulkan hasil gambar-gambarnya.
3. Kumpulkan dan simpanlah semua portofolio masing-masing peserta didik
dalam satu map folder dirumah masing-masing atau loker masing-masing
sekolah.
4. Berilah identitas waktu dari setiap bahan informasi perkembangan peserta
didik sehingga bisa terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.
5. Sebaiknya tentukan kriteria penilaian sampel portofolio beserta bobotnya
dengan para peserta didik sebelum mereka membuat karyanya. Kemudian
diskusikan cara penilaian kwalitas tugas belajar/karya dengan peserta didik
sehingga mengetahui standar dan guru harus berusaha mencapai standar itu.
6. Seorang guru meminta kepada peserta didik untuk menilai hasil karyanya
secara berkesinambungan. Guru dapat membimbing peserta didik bagaimana
cara menilai dengan memberi keterangan tentang kelebihan dan kekurangan
karya/tugas belajar tersebut serta bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini
dapat dilakukan pada saat membahas portofolio.
7. Setelah portofolio dinilai dan hasilnya belum memuaskan maka peserta didik
diberi kesempatan untuk memperbaikinya (remedial). Namun antara guru dan
peserta didik terlebih dahulu di buat perjanjian tentang batas maksimal
remedian serta njangka waktunya.
8. Akan lebih baik jika dibuat jadwal untuk membahas portofolio dengan
mengundang orang tua/ wali peserta didik untuk menjelaskan batapa
pentingnya
portofolio
supaya
orang
tua/wali
dapat
mengetahu
perkembangan/pertumbuhan belajarnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah penilaian portofolio
merupakan pedoman dalam melaksanakan penilaian portofolio, agar tercapanya
suatu tujuan penilaian portofolio harus mengikuti langkah-langkah penilaian
portofolio.
2.2.5. Perencanaan portofolio
Pada saat menggunakan portofolio sebagai alat asesmen, perlu perencanaan
yang cermat, Shaklee (dalam Adi, 2008; 36) memberikan delapan pedoman yang
harus diperhatikan pada saat merencanakan portofolio, yaitu sebagai berikut: (1)
Menentukan kriteria atau standar yang akan digunakan sebagai dasar asesmen
portofolio. Ini merupakan langkah awal yang harus dilakukan. (2) Menerjemahkan
kriteria atau standar tersebut ke dalam rumusan-rumusan haris belajar yang harus
diamati. Kriteria atau standar tersebut harus tepat untuk umur, kelas dan materi
siswa yang akan dinilai. (3) Menggunakan kriteria, memeriksa ruang lingkup, dan
urutan materi dalam kurikulum untuk menetukan perkiraan waktu yang
diperlukanuntuk mengumpulkan bukti-bukti portofolio dan melengkapi penilaian.
(4) Menentukan orang-orang yang berkepentingan scara langsung (stakeholders)
dengan portofolio siswa. Stakeholders yang penting dalam portofolio siswa adalah
guru, siswa itu sendiri, teman sekelas, orang lain yang mengetahui persis
kemampuan siswa. (5) Menentukan jenis-jenis bukti yang harus dikumpulkan. (6)
Menentukan cara yang akan digunakan untuk mengambil keputusan berdasarkan
bukti yang dikumpulkan. (7) Menentukan sistem yang akan digunakan untuk
membahas hasil portofolio, pelaporan informasi dan keputusan asesmen portofolio.
(8) Mengatur bukti-bukti portofolio berdasar umur, kelas, atau isi agar kita dapat
membandingkan.
Jadi perencanaan adalah sesuatu yang sengaja dibuat dengan sistematis untuk
dilaksanakan dalam kegiatan tertentu guna mencapai sebuah tujuan yang sudah
ditentukan.
2.2.6. Pelaksanaan portofolio
Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dan disepakati dengan siswa maka
tugas guru selanjutnya adalah melaksanakan asesmen portofolio sesuai dengan apa
yang telah direncanakan. Menurut Adi (2008; 37) dalam pelaksanaan portofolio,
tugas guru adalah :
a) Mendorong dan memotivasi siswa
Memberikan dorongan, semangat dan motivasi kepada siswa untuk
menghasilkan karya terbaik. Tugas portofolio merupakan tugas yang diberikan
sesuai dengan kondisi riil kehidupan siswa sehingga guru perlu menyakinkan
siswa bahwa tugas portofolio bukan merupakan tugas yang sama sekali baru.
Tugas tersebut pasti dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu yakinlah bahwa
mereka mampu mengerjakan dengan baik.
b) Memonitor pelaksanaan tugas
Selama pelaksanaan tugas, guru harus memonitor perkembangan
penyelesaian tugas. Guru perlu melakukan pertemuan rutin dengan siswa guna
mendiskusikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa. Hasil
monitoring yang dilakukan oleh guru akan dapat dijadikan sebagai bahan bagi
pembelajaran berikutnya. Agar guru memperoleh gambaran yang utuh
mengenai kemampuan siswa, guru perlu guru mengadakan ertemuan dengan
orang tua siswa. Guru dapat meminta masukan dari orang tua siswa tentang
aktivitas siswa di rumah. Orang tua dapat memberi masukan tersebut secara
lisan atau tertulis.
c) Memberikan umpan balik
Berikanlah umpan balik secara berkesinambungan. Dalam setiap
pertemuan guru dapat memberikan umpan balik kepada siswa. Umpan balik
dapat berupa komentar terhadap karya siswa yang bersifat kritis dengan tujuan
untuk memperbaiki atau meningkatkan kemampuan siswa. Umapn balik yang
berkesinambungan merupakan upaya terus menerus untuk meningkatkan
kemampuan siswa.
d) Memamerkan hasil portofolio siswa
Pamerkanlah hasil karya siswa dengan memandang stakeholders yang
berhubungan langsung dengan portofolio siswa seperti guru, murid itu sendiri,
teman sekelas, orang lain di luar kelas yang mengetahui persis kemampuan
siswa, serta orang tua siswa.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan pelaksanaan portofolio terdiri dari
mendorong dan memotivasi siswa, memonitor pelaksanaan tugas, memberikan
umpan balik, dan memamerkan hasil portofolio siswa.
Dalam pelaksanaan penilaian portofolio menurut Dasim (2002; 117) ada dua
jenis tes (sumatif, formatif), dan tugas terstruktur. Adapun format penilaiannya, tes
sumatif, formatif menjadi satu tabel, dengan mencantumkan kapan tes dilaksanakan,
mengenai pokok bahasan apa, dan berapa nilai yang diperoleh oleh siswa. sedangkan
tugas terstruktur format tersendiri, dalam tugas terstruktur aspek yang nilai meliputi :
pemahaman, argumentasi, kejelasan dam informasi.
Di samping itu ada juga penilaian yang berkaitan dengan aktivitas siswa yaitu
catatan perilaku harian siswa yang pertama-tama dibuat oleh guru pada catatan anekdot.
Dalam catatan tersebut tertulis dengan jelas nama siswa, perilaku yang muncul (positif
dan negatif), dan keterangan mengenai tempat kejadian dan waktunya (hari, tanggal,
dan jam). Kemudian secara berkala perilaku siswa dicatat oleh guru pada portofolio
siswa masing-masing. Selain catatan perilaku harian siswa ada juga laporan aktivitas
diluar sekolah. aspek yang dinilai meliputi signifikasi, maksudnya seberapa besar
tingkat kebermaknaan aktivitas tersebut bagi mata pelajaran, selanjutnya intensitas,
yakni seberapa intensif aktivitas tersebut dilakukan, yang terakhir frekuensi, yakni
seberapa sering aktivitas tersebut dilakukan. Adapun format penilaian tes formatif,
sumatif, tugas terstruktur, catatan perilaku harian siswa dan laporan aktivitas di luar
sekolah sebagai berikut :
Format tes sumatif dan formatif menurut Dasim Budimansyah (2002; 118)
Jenis tes
No
Tgl
Formatif (a)
1.
2.
Dst.
Jumlah
Rata-rata
Tabel 1.1
Pokok
Nilai
bahasan
Paraf guru
Ket
Sumatif (b)
Jumlah A dan B
Rata-rata A dan B
Format Tugas-tugas terstruktur menurut Dasim Budimansyah (2002; 119)
No
Jenis tugas
Tabel 1.2
Aspek penilaian
Nilai
Pemahaman :
Seberapa
baik
tingkat
pemahaman siswa terhadap
tugas yang dikerjakan
Argumentasi :
Seberapa baik alasan yang
diberikan
siswa
dalam
menjelaskan
persoalanpersoalan dalam tugas yang
dikerjakan.
Kejelasan :

Tersusun
dengan
baik

Tertulis dengan baik

Mudah dipahami
Informasi :

Akurat

Memadai
Paraf guru
ket

Penting
Format catatan perilaku harian menurut Dasim Budimansyah (2002; 121)
Tabel 1.3
Perilaku yang muncul
No Nama siswa
1.
2.
Dst
Tempat dan waktu
Kemudian secara berkala, misalnya 1 minggu sekali perilaku siswa dicatat oleh guru pada
portofolio siswa masing-masing, format yang dapat dipergunakan adalah sebagai berikut :
Tabel 1.4
no Perilaku yang muncul
Penilaian
Positif
Paraf guru
Tempat
waktu
dan
Negatif
format laporan aktivitas di luar sekolah menurut Dasim (2002; 122)
No
1.
Jenis aktivitas
Tabel 1.5
Aspek penilaian
Nilai Paraf guru
Signifikasi :
Seberapa besar tingkat
kebermaknaan aktivitas
tersebut
bagi
mata
pelajaran.....
Intensitas :
Seberapa
intensif
aktivitas
tersebut
dilakukan
Frekuensi :
Seberapa
sering
aktivitas
tersebut
dilakukan.
Jumlah :
2.2.7. Kelebihan dan kekurangan penilaian portofolio
Ket
Menurut Zainal (2013; 205) setiap konsep atau model penilaian tentu ada
kelebihan dan kekurangannya. Begitu juga dengan penilaian portofolio. Kelebihan
dan kekurangan penilaian portofolio antara lain :
2.2.7.1.
Kelebihan penilaian portofolio
Kelebihan model penilaian portofolio, antara lain sebagai berikut: (1)
Dapat melihat pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik dari
waktu ke waktu berdasarkan feed-back dan refleksi diri. (2) Membantu guru
nelakukan
penilaian
secara
adil,
objektif,
transparan
dan
dapat
dipertanggungjawabkan tanpa mengurangi kreatifitas peserta didik di kelas. (3)
Mengajak peserta didik untuk belajar bertanggung jawab terhadap apa yang
telah mereka kerjakan, baik di kelas mauapun di luar kelas dalam rangka
implementasi program pembelajaran. (4) Meningkatkan peran serta peserta
didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dan penilaian. (5) Memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk meningkatkan kemampuan mereka. (6)
Membantu guru mengklarifikasi dan mengidentifikasi program pembelajaran.
(7) Terlibatnya berbagai pihak, seperti orang tua, guru, komite sekolah, dan
masyarakat lainnya dalam melihat pencapaian kemampuan peserta didik. (8)
Memungkinkan peserta didik melakukan penilaian diri (self-assessment),
refleksi, dan mengembangkan kemampuan berfikir kritis (critical thingking).
(9) Memungkinkan guru melakukan penilaian secara fleksibel, tetapi tetap
mengacu pada kompetensi dasar dan indikator hasil belajar yang dirtentukan.
(10) Guru dan peserta didik sama-sama bertanggung jawab untuk merancang
dan menilai kemajuan belajar. (11) Dapat digunakan untuk menilai kelas yang
heterogen antara peserta didik yang pandai dan kurang pandai. (12)
Memungkinkan guru memberikan memberikan hadiah terhadap setiap usaha
belajar peseta didik.
2.2.7.2.
Kekurangan penilaian portofolio
Disamping ada kelebihan dalam penilaian portofolio ada kekurangaannya,
yaitu :
(1) Membutuhkan waktu dan kerja ekstra. (2) Penilaian portofolio
dianggap kurang reliabel dibandingkan dengan bentuk penilaian yang lain. (3)
Ada kecenderungan guru hanya memperhatikan pencapaian akhir sehingga
proses penilaian kurang mendapat perhatian. (4) Jika guru melaksanakan proses
pembelajaran yang bersifat teacher-oriented, kemungkinan besar inisiatif dan
kreatifitas peserta didik akan terbelenggu sehingga penilaian portofolio tidak
dapat dilaksanakan dengan baik. (5) Orang tua peserta didik sering berfikir
skeptis karena laporan hasil belajar anaknya tidak berbentuk angka. (6)
Penilaian portofolio masih relatif baru sehingga banyak guru, orang tua dan
peserta didik yang belum mengetahui dan memahaminya. (7) Tidak
tersediannya kriteria penilaian yang jelas. (8) Analisis terhadap penilaian
portofolio agak sulit dilakukan sebagai akibat dikuranginya penggunaan angka.
(9) Sulit dilakukan terutama menghadapi ujian dalam skala nasional. (10) Dapat
menjebak peserta didik jika terlalu sering menggunakan format yang lengkap
dan detail.
Jadi dapat disimpulkan kelebihan dalam penilaian portofolio dapat
menjadi acuan untuk melakukan penilaian dan kekurangan penilaian portofolio
digunakan sebagai acuan agar tidak mengalami kesulitan yang di jabarkan
dalam kekurangan penilaian portofolio.
2.3. Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan (PPKn)
2.3.1. Pengertian PPKn
Menurut Daryono (2011; 1) PPKn adalah nama dari suatu mata pelajaran
yang terdapat dalam kurikulum sekolah. PPKn berusaha membina perkembangan
moral anak didik sesuai dengan nilai-nilai pancasila, agar dapat mencapai
perkembangan secara optimal dan dapat mewujudkan dalam kehidupannya seharihari. Selanjutnya menurut Noor (2009; 3) pendidikan kewarganegaraan adalah
usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam mengembangkan kecintaan,
kesetiaan, keberanian untuk berkorban membela bangsa dan tanah air Indonesia.
jadi PPKn adalah nama dari suatu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum
yang di bertujuan untuk mengembangkan kecintaan, kesetiaan kepada setiap
peserta didik untuk berkorban membela bangsa dan tanah air Indoneisa.
2.3.2. Tujuan PPKn
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik
Indonesia Nomor 22 tentang Standar Isi, dinyatakan bahwa tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut : (1)
berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
(2) berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi. (3)
berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsabangsa lainnya. (4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia
secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi. Selanjutnya menurut Daryono (2011; 29) tujuan PPKn untuk
membentuk manusia seutuhnya sebagai perwujudan kepribadian pancasila, yang
mampu melaksanakan pembangunan masyarakat pancasila. Tanpa PPKn, segala
kepintaran atau akal, ketinggalan ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan
dan kecekatan, tidak memberi jaminan pada terwujudnya masyarakat pancasila
(GBPP-PMP Kurikulum 1984). Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa PPKn
mempunyai kedudukan yang sangat penting sekali, khususnya dalam pembentukan
kepribadian manusia Indonesia, yakni suatu kepribadian yang dijiwai oleh nilainilai pancasila. Karena itu PPKn sama sekali tidak bisa dilepaskan dari pendidikan
nasional, dalam arti merupakan satu kesatuan dalam sistem pendidikan nasional
untuk mewujudkan pendidikan nasional. Selanjutnya Noor (2009; 3) menyatakan
tentang pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran
berbangsa dan bernegara serta berjiwa demokrasi yang berkeadaban.
Berdasarkan tujuan PPKn diatas dapat disimpulkan Tujuan PPKn adalah
membentuk peserta didik menjadi manusia yang mampu mengembangkan potensi
dirinya, demokratis, bertanggung jawab, dan memiliki rasa cinta tanah air.
2.3.3. Ruang Lingkup PPKn di SMA
Dalam BNSP (PermendiknasNo. 22 tahun 2006) lingkup mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan,
Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda,
Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan
negara,
Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Keterbukaan dan jaminan keadilan
2.
Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga,
Tata tertib di sekolah,
Norma yang berlaku di masyarakat,
Peraturan-
peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
Sistim hukum dan peradilannasional, Hukum dan peradilan internasional
3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak,
Hak dan kewajiban
anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,
penghormatan dan perlindungan HAM
4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai
warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan
pendapat,
Menghargai keputusan bersama,
Prestasi diri,
Persamaan
kedudukan warga negara
5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama,
Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di
Indonesia,
Hubungan dasar negara dengan konstitusi
6. Kekuasan dan Politik,
meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,
Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem
politik,
Budaya politik,
Budaya demokrasi menuju masyarakat madani,
Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi
7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilainilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
Pancasila sebagai ideologi
terbuka
8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya,
Politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan
organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.
2.4. Penelitian Relevan
a. Penelitian Meila Tri Wahyuni (2009) dengan judul Peranan penilaian portofolio
dalam mengoptimalkan kemampuan berfikir siswa pada pembelajaran PKn di
SDN BI Tlogowaru Malang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) peranan penilaian portofolio pada
pembelajaran PKn yaitu digunakan sebagai landasan mencapai level penguasaan
berikutnya dengan memberikan tugas kliping maupun mading pada siklus 1&2,
sehingga siswa dapat memahami tugas serta dapat beralih kepenguasaan
kompetensi berikutnya; dan berperan sebagai ranah yang harus dikembangkan
yaitu pembelajaran dilakukan dengan mengacu pada tahapan kemampuan berfikir;
serta sebagai pencatatan kemampuan yang telah dicapai siswa sehingga yang
dapat digunakan sebagai umpan balik (feed back) bagi siswa; (2) penilaian
ortofolio dapat mengoptimalkan kemampuan berfikir siswa terbukti dengan
perbaikan atau peningkatan ketuntasan belajar siswa dari 48% meningkat pada
siklus berikutnya mencapai 84% untuk tugas kliping, mading dan LKS; (3)
hambatan yang dihadapi dalam penelitian ini meliputi hambatan yang berasal dari
guru yaitu pelaksanaan penilaian proses menuntut perhatian yang lebih kepada
siswa, waktu terbatas dan penentuan kriteria penilaian atau rubrik penilaian;
sedangkan hambatan dari diri siswa yaitu siswa ramai saat pelajaran, dan
ketidaklengkapan siswa dalam membawa bahan yang ditugaskan; (4) untuk
mengatasi hambatan tersebut yaitu dengan meminta bantuan kepada guru kelas III
untuk melakukan penilaian proses di kelas, pengkondisian waktu, melakukan
koordinasi dalam penentuan kriteria penilaian, meningkatkan siswa untuk lebih
memperhatikan, pengorganisasian yang lebih matang.
b. Penelitian Uny Widyawati (2006) dengan judul pelaksanaan penilaian portofolio
pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan kelas X SMA N 2 Semarang
tahun pelajaran 2005/2005.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan yang dilakukan oleh guru
dalam melaksanakan penilaian portofolio, meliputi: (1) menyusun perangkat
pembelajaran dan sistem penilaian; (2) menyusun instrumen penilaian yang akan
digunakan dalam melaksanakan penilaian; (3) menyusun format rekapitulasi
penilaian portofolio. Pelaksanaan penilaian portofolio berpedoman pada
perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan penilaian portofolio
menggunakan jenis tagihan dan bentuk penilaian yang disesuaikan dengan
kebutuhan. Jenis tagihan yang digunakan meliputi : kuis, pertanyaan lisan,
ulangan harian, dan tugas kelompok, sedangkan bentuk instrumen yang dipakai,
meliputi: soal pilihan ganda dan uraian. Perencanaan dilakukan dengan
menetapkan tujuan dan memilih alat yang tepat. Pemilihan alat penilaian
disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Hambatan yang dihadapi oleh guru
oleh melaksanakan penilaian portofolio adalah: pemisahan jam pelajaran 2x45’
menjadi 1x45’ dan 1x45’ serta terlalu banyaknya siswa dalam satu kelas, yaitu 45
siswa.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian portofolio
di SMA N 2 Semarang belum bisa dikatakan ideal. Hal ini disebabkan masih ada
beberapa hambatan yang dialami guru dalam melaksanakan penilaian ini.
Download