PENGAKUAN DAN KEWARISAN ANAK LUAR KAWIN DALAMPERSPEKTIF HUKUM PERDATA ( BW ), HUKUM ADAT, DANKOMPILASI HUKUM ISLAM ( KHI ) Oleh: MUHAMMAD MU`TASYAM ( 00120028 ) Syariah Dibuat: 2009­08­06 , dengan 5 file(s). Keywords: pengakuan,kewarisan,anak luar kawin ABSTRAK Pembagian tentang kewarisan baik menurut Hukum Perdata, Hukum Adat, maupun Kompilasi Hukum Islam lebih diutamakan terhadap orang yang mempunyai hubungan hukum atau nasab dengan pewaris. Hal ini sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 862­873 KUHPer yang menyebutkan tentang pewarisan dalam hal adanya anak luar kawin. Di dalam Hukum Adat, masalah kewarisan tiap­tiap daerah tidak terdapat pandangan yang sama artinya kewarisan anak luar kawin tersebut tergantung dengan daerah dimana ia dilahirkan. Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam, tentang kewarisan anak luar kawin ini diatur dalam Pasal 186. Namun yang menjadi persoalan adalah tentang masalah pengakuan serta ketentuan kewarisan terhadap anak luar kawin, dikarenakan antara Hukum Perdata, Hukum Adat, dan Kompilasi Hukum Islam terdapat adanya perbedaan mengenai asas yang dipakai. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti dapat merumuskan tentang masalah tersebut yaitu: Bagaimanakah pandangan Hukum Islam tentang pengakuan anak luar kawin oleh kedua orang tuanya, serta bagaimana aturan hukum waris anak luar kawin jika ditinjau dari Hukum Perdata, Hukum Adat, dan Kompilasi Hukum Islam. Penelitian ini bertujuan: 1) Untuk mengetahui pengakuan anak luar kawin oleh kedua orang tuanya dalam Hukum Islam.2) Untuk mengetahui aturan hukum waris anak luar kawin dalam Hukum Perdata, Hukum Adat, dan Kompilasi Hukum Islam. Untuk menjawab permasalahan di atas serta nantinya dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, maka peneliti menggunakan sumber keputakaan (library research), yakni dalam menganalisa data penelitian berdasarkan pada buku­buku pustaka yang relevan sesuai dengan tema yang diangkat, dan juga dengan menggunakan tiga sumber data, diantaranya yaitu: Pertama, Sumber data primer, yaitu sumber data yang diambil dari sumber hukum yang mengikat, seperti Al­Qur’an dan hadist untuk Hukum Islam dan peraturan­peraturan yang berlaku di masyarakat sebagai Hukum Adat maupun dalam Negara yang berkaitan dengan Hukum Perdata (BW). Kedua, Sumber data sekunder, yaitu sumber data yang diambil dari hasil­ hasil penelitian lewat berbagai literatur, majalah, jurnal, surat kabar, dan karya ilmiah. Ketiga, Sumber data tertier, yaitu penjelasan terhadap sumber data yang diambil dari bahan primer dan bahan sekunder seperti ensklopedi dan kamus. Dari hasil analisa data dapat disimpulkan bahwa Anak yang lahir diluar perkawinan dalam Islam disebut dengan mula’anah yang kedudukannya sama dengan anak hasil zina yaitu hanya mempunyai hubungan nasab dan saling mewarisi dengan ibunya dan dari garis ibunya saja. Sedangkan mengenai pembagian kewarisan anak luar kawin sama bagiannya dengan anak sah dengan melalui pewarisan dari garis ibu dan bukan dari garis bapak. Adapun ketentuan yang mengatur tentang bagian seorang anak hanya membedakan jenis kelamin seperti yang terdapat dalam keterangan Surat An­Nisa’ ayat 11. Hubungan anak luar kawin dengan bapak dan ibunya serta pembagian kewarisannya bila ditinjau dari segi Hukum Perdata adalah hanya mempunyai hubungan secara biologis, kecuali jika kedua orang tuanya mengakui anak tersebut Sehingga antara anak dan kedua orangtuanya dapat saling mewarisi. Di dalam Hukum Adat maupun pembagian kewarisan, mengenai hubungan anak luar kawin ini terdapat perbedaan pandangan sesuai dengan adat yang mengatur dalam masyarakat tersebut. Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam, anak luar kawin hanya mempunyai hubungan hukum dan saling mewarisi dengan ibu maupun dari garis kekerabatan ibunya saja. Pada akhir penulisan skripsi ini terdapat beberapa saran yang mungkin dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan. Terhadap masalah pengakuan dan ketentuan kewarisan anak luar kawin hendaknya dilakukan sesuai dengan hukum maupun adat istiadat yang berlaku, dikarenakan untuk mencegah adanya pertentangan yang terjadi dalam hal pengakuan maupun pembagian kewarisan anak luar kawin. ABSTRACT Division of inheritance both according to civil law, custom law, and Islamic law compilation is considered more on people who have law relation or lineage with the heir. It is appropriate with that regulated in Section 862­873 Civil Code stating that inheritance in the case of unwed­child. In custom law, inheritance matters in each area have different views. It means that unwed­child inheritance depends on the area where she/he was born. While according to Islamic Law Compilation, this unwed­child inheritance matter is arranged in Section 186. Yet, the problem is about the admission of unwed­child and also about inheritance provision on unwed­child, because there is difference on the applied principles among civil law, custom law, and Islamic law compilation. Based on the background above, researcher can formulate the research problems: How the Islamic Law judgment about unwed­child admission by parents is, and how the hereditary law rules for unwed­child if it is reviewed from civil law, custom law, and Islamic Law Compilation are. This research has purposed (1) to know the admission to unwed­child by both parents in Islamic law. (2) To know the hereditary law rules for unwed­child if it is reviewed from civil law, custom law, and Islamic Law Compilation. To answer the problem above and later it answerable scientifically, hence the researcher uses library research that uses the relevant literatures to analyze data. It also uses three data sources: first, primary data that represent data sources adopted from the binding law sources, such as Holy Koran and Hadist for Islamic law and the valid regulation in public both as common law and as national law in associated with civil law (BW). Second, secondary data sources that represents data sources adopted from the results of study through many literatures, magazines, journals, newspapers, and thesis. Third, tertiary data sources that represents the explanation for data sources taken from primary and secondary materials such as encyclopedia and dictionary. From data analysis result, it can be drawn a conclusion that Unwed­child in Islamic Law is referred to Mula’anah that has the same position with lovechild. It means that he/she has lineage relation and mutually inherits only with mother and just from maternal portion. While for inheritance share, unwed­child has the same portion with legal child through mother lineage and not from father. Clause that arranged about children portion is only by differentiating child’s sex as explained in An­Nisa’: 11. Relation between unwed­child with his/her parents and inherits share according to civil law is only has biological relation only, except that both parents admit the child, thus the child and parents can mutually inherit. In custom law and in inheritance share, there is opinion dissimilarity about this unwed­child relation accord with the custom ruled in the society. While in Islamic Law Compilation, unwed­child is only has law relation and mutually inherits with mother and has portion only from mother lineage. Finally, there is some suggestion, which can be used as consideration materials. For admission and inheritance rule matters for unwed child should be done appropriate with the valid law and custom, in order to prevent the raise of conflict occurred in the case of admission and inheritance share for unwed­child.