STUDI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN IDENTIFIKASI FRAKSI

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STUDI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN IDENTIFIKASI
FRAKSI TERAKTIF DAUN MIMBA (Azadirachta indica A. Juss)
Disusun oleh :
RISKHA KURNIA MURTI
M0306055
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Sains
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Oktober, 2011
commit to user
i
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STUDI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN IDENTIFIKASI
FRAKSI TERAKTIF DAUN MIMBA (Azadirachta indica A. Juss)
RISKHA KURNIA MURTI
Jurusan Kimia, Fakultas MIPA. Universitas Sebelas Maret
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri fraksi daun
mimba (Azadirachta indica A. Juss) terhadap beberapa bakteri patogen dan
mengidentifikasi fraksi teraktifnya. Serbuk daun mimba dimaserasi dengan etanol
dan difraksinasi dengan kromatografi vakum cair berturut-turut menggunakan
eluen heksana, etil asetat, dan etanol. Aktivitas antibakteri dilakukan dengan
metode difusi agar, kemudian fraksi teraktif antibakteri ditentukan berdasarkan
Diameter Daerah Hambat (DDH). Fraksi teraktif antibakteri ditentukan
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan nilai bandingnya terhadap amoksisilin
dan kloramfenikol. Selanjutnya fraksi ini diidentifikasi menggunakan skrining
fitokimia dan Kromatografi Gas-Spektrofotometer Massa (GC-MS).
Fraksi daun mimba hasil pemisahan KVC mempunyai aktivitas antibakteri
terhadap Staphylococcus epidermidis, Bacillus cereus, dan Shigella flexneri.
Fraksi etil asetat menunjukkan fraksi teraktif antibakteri terhadap semua bakteri
uji. Fraksi etil asetat memiliki KHM 0,075% terhadap bakteri Staphylococcus
epidermidis, 0,05% terhadap bakteri Bacillus cereus dan Shigella flexneri.
Aktivitas antibakteri fraksi etil asetat dibandingkan dengan amoksisilin adalah
0,01% untuk bakteri S. epidermidis, 0,02% untuk bakteri B. cereus, dan 0,02%
untuk bakteri S. flexneri, sedangkan dibandingkan dengan kloramfenikol adalah
0,04% untuk bakteri S. epidermidis, 0,02% untuk bakteri B. cereus, dan 0,06%
untuk bakteri S. flexneri. Identifikasi dengan skrining fitokimia menunjukkan
bahwa fraksi etil asetat mengandung senyawa alkaloid, terpenoid, steroid, tanin
(polifenolik), antrakuinon, dan asam lemak. Hasil GC-MS menunjukkan bahwa
fraksi etil asetat mengandung senyawa asam palmitat, etil linoleolat, asam stearat,
trans-fitol, DOF (di oktil ftalat), dan dimungkinkan 1 senyawa golongan asam
lemak serta 5 senyawa golongan triterpenoid.
Kata Kunci : Azadirachta indica A. Juss, fraksi etil asetat, aktivitas antibakteri,
identifikasi fraksi teraktif
commit to user
iii
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STUDY OF ANTIBACTERIAL ACTIVITY AND IDENTIFICATION THE
MOST ACTIVE FRACTION OF NEEM LEAVES
(Azadirachta indica A. Juss)
RISKHA KURNIA MURTI
Department of Chemistry. Faculty of Mathematics and Natural Sciences
Sebelas Maret University
ABSTRACT
The purpose of this research was to evaluate antibacterial activity of Neem
(Azadirachta indica A. Juss) leaves fraction against some pathogenic bacterial and
to identificate the most active fraction. Leaves powder of Neem was macerated
with ethanol and factionated by vacuum liquid chromatography using hexane,
ethyl acetate and ethanol as eluent, respectively. The antibacterial activity of the
fraction was evaluated by diffusion method, then the most active fraction of
antibacterial was evaluated by zone of inhibition. The most active fraction of
antibacterial was evaluated for Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and
equivalent value, compared with amoxicillin and chloramphenicol, then identified
using phytochemical screening and Gass Chromatography-Mass Spectroscopy
(GC-MS).
The fraction of Neem leaves fractionated by vacuum liquid
chromatography had antibacterial activity against Staphylococcus epidermidis,
Bacillus cereus, and Shigella flexneri. The ethyl acetate fraction showed the most
active fraction of antibacterial against all bacterial tested. The ethyl acetate
fraction had MIC 0.075% against Staphylococcus epidermidis 0.05% against
Bacillus cereus and Shigella flexneri. The antibacterial activity of ethyl acetat
fraction compared to amoxicillin was 0.01% for S. epidermidis, 0.02% for B.
cereus, and 0.02% for S. flexneri. Then compared to chloramphenicol was 0.04%
for S. epidermidis, 0.02% for B. cereus, and 0.06% for S. flexneri. Identification
using phytochemical screening showed that the ethyl acetate fraction contained
alkaloids, terpenoids, steroids, tannins (polyphenolics), anthraquinones, and fatty
acid. The result of GC-MS showed that the ethyl acetate fraction contained
palmitic acid, ethyl linoleolate, stearic acid, trans-phytol, DOP (di octyl
phthalate), and suggested 1 class of compound fatty acid and 5 classes of
compound triterpenoids.
Keywords : Azadirachta incica A. Juss, ethyl acetate fraction, antibacterial
activity, identification the most active fraction
commit to user
iv
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu
telah selesai dari sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
urusan yang lain”
“ Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Quran dan
dirikanah Sholat. Sesungguhnya Sholat itu mencegah perbuaan
keji dan mungkar”
“ Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba,
karena di dalam mencoba kita menemukan dan belajar membangun
kesempatan untuk berhasil”
commit to user
v
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya kecilku ini kupersembahkan untuk :
“Bapak dan Ibu” atas kasih sayang, dukungan,
motivasi, dan doa yang tiada henti…
“Rima”…terimakasih atas supportnya selama ini…
…thanks for everything…keep spirit!!!
commit to user
vi
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT atas limpahan
rahmat dan karunia dan ridho-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Studi Aktivitas
Antibakteri dan Identifikasi Fraksi Teraktif Daun Mimba (Azadirachta indica A.
Juss) ini dapat terselesaikan dengan baik.
Dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini, khususnya kepada :
1. Bapak Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc.,PhD selaku Dekan FMIPA UNS.
2. Bapak Dr. Eddy Heraldy, M.Si selaku Ketua Jurusan Kimia FMIPA UNS.
3. Ibu Nestri Handayani, M.Si, Apt selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama menyelesaikan skripsi.
4. Bapak M. Widyo Wartono, M.Si selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama menyelesaikan skripsi.
5. Bapak Dr. rer.nat Fajar Rakhman Wibowo, M.Si selaku pembimbing
akademik yang telah memberikan saran dan motivasi kepada penulis
selama masa studi.
6. Bapak I.F. Nurcahyo, M.Si. selaku Ketua Laboratorium Kimia Dasar
FMIPA UNS dan Bapak Tjahjadi Purwoko, M.Si. selaku Ketua Sub
Laboratorium Biologi Laboratorium Pusat FMIPA UNS.
7. Seluruh Dosen Jurusan Kimia FMIPA UNS atas ilmu yang berguna dalam
penyusunan skripsi ini.
8. Para Laboran di Laboratorium Kimia FMIPA UNS dan Sub Laboratorium
Biologi atas bantuan dan kerjasamanya dengan baik.
9. Bapak, Ibu dan Rima, terimakasih atas motivasi, dukungan, dan doanya
selama ini, sehingga terciptalah karya kecil ini.
10. Untuk teman-teman seperjuangan “Anne, Marsih, Idul, Isna, Ester, Eva,
Mb Esmy” terimakasih atas kebersamaan dan persabatannya selama ini.
Untuk “Ovi, Nurul” terimakasih atas bantuannya.
commit to user
vii
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11. Teman-teman Kimia’06, kakak dan adik tingkat yang tidak mungkin
disebutkan
satu
persatu, terimakasih
atas
semua
dukungan dan
persahabatannya selama ini.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan serta
penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu- persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat
dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca pada umumnya dan penulis
pada khususnya.
Surakarta, Oktober 2011
Riskha Kurnia Murti
commit to user
viii
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................
iii
ABSTRAK ................................................................................................
iv
ABSTRACT .............................................................................................
v
MOTTO ....................................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................
vii
KATA PENGANTAR ..............................................................................
viii
DAFTAR ISI ............................................................................................
x
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xiv
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................
1
B. Perumusan Masalah ........................................................................
3
1. Identifikasi Masalah ..............................................................
3
2. Batasan Masalah ...................................................................
4
3. Rumusan masalah .................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
5
D. Manfaat Penelitian .........................................................................
5
BAB II. LANDASAN TEORI ...................................................................
6
A. Tinjauan Pustaka ...........................................................................
6
1. Mimba (Azadirachta indica A. Juss) .....................................
6
a. Klasifikasi Tanaman ..........................................................
6
b. Deskripsi Tanaman ...........................................................
7
c. Manfaat Tanaman .............................................................
7
d. Kandungan Kimia Tanaman ................................................
7
2. Bakteri dan Klasifikasi Bakteri Uji .......................................
11
3. Metode Pengujian Aktivitas Antibakteri ...............................
15
commit to user
ix
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Antibiotik .............................................................................
16
5. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Uji Banding .. ....
19
6. Ekstraksi ...............................................................................
20
7. Skrining Fitokimia ............................................................. .....
20
8. Kromatografi Vakum Cair (KVC) .........................................
21
9. Kromatografi Gas-Spektrofotometer Massa (GC-MS) ...........
21
B. Kerangka Pemikiran ...... ................................................................
22
C. Hipotesis .......................................................................................
23
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ..................................................
25
A. Metode Penelitian ..........................................................................
25
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................
25
C. Alat dan Bahan ..............................................................................
25
1. Alat .......................................................................................
25
2. Bahan ...................................................................................
26
D. Prosedur Penelitian ........................................................................
26
1. Identifikasi Sampel ...............................................................
26
2. Preparasi dan Ekstraksi Sampel .............................................
27
3. Pengujian Golongan Senyawa Ekstrak Etanol .......................
27
4. Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol .....................
30
5. Pemisahan Ekstrak Etanol ......................................................
31
6. Pengujian Aktivitas Antibakteri Fraksi-Fraksi Hasil Pemisahan
KVC .....................................................................................
32
7. Pengujian Golongan Senyawa Fraksi Teraktif Antibakteri .....
32
8. Kromatografi Gas-Spektrofotometer Massa (GC-MS) ...........
32
E. Teknik Analisa dan Pengumpulan Data .........................................
33
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................
34
A. Identifikasi Sampel .......................................................................
34
B. Persiapan dan Ekstraksi Sampel ....................................................
34
C. Pengujian Golongan Senyawa Ekstrak Etanol ...............................
36
D. Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol ..............................
36
E. Pemisahan Ekstrak Etanol .............................................................
38
commit to user
x
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Pengujian Aktivitas Antibakteri Fraksi-Fraksi Hasil Pemisahan KVC
............... ........................................................................................
39
G. Penetapan KHM dan Nilai Banding .................. .............................
40
1.
Penetapan KHM Fraksi Etil Asetat .........................................
40
2.
Penetapan KHM Amoksisilin dan Kloramfenikol ..................
42
3.
Penetapan Nilai Bandung Fraksi Etil Asetat dengan Amoksisilin
dan Kloramfenikol ..................................................................
45
H. Pengujian Golongan Senyawa Fraksi Teraktif Antibakteri ............
46
I.
Kromatografi Gas-Spektrofotometer Massa (GC-MS) ...................
48
BAB V. PENUTUP ..................................................................................
58
A. Kesimpulan ...................................................................................
58
B. Saran ............................................................................................
58
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
59
LAMPIRAN LAMPIRAN ........................................................................
66
commit to user
xi
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Skrining Fitokimia (Uji Tabung) Ekstrak Etanol .............. .
35
Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia (Uji KLT) Ekstrak Etanol ................. ..
36
Tabel 3. Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol ................
37
Tabel 4. Hasil Pemisahan Kromatografi Vakum Cair Ekstrak Etanol Daun
Mimba .......................................................................................
39
Tabel 5. Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri Fraksi-Fraksi Hasil Pemisahan
KVC .............................................................................................
39
Tabel 6. Hasil Uji Penetapan KHM Fraksi Etil Asetat ............................ ..
41
Tabel 7. Hasil Uji Penetapan KHM Amoksisilin .................................... ..
43
Tabel 8. Hasil Uji Penetapan KHM Kloramfenikol ................................ ..
44
Tabel 9. Hasil Penetapan Nilai Banding Fraksi Etil Asetat terhadap
Amoksisilin dan Kloramfenikol ............................................... ...
46
Tabel 10. Hasil Skrining Fitokimia (Uji Tabung) Fraksi Etil Asetat ...........
47
Tabel 11. Hasil Skrining Fitokimia (Uji KLT) Fraksi Etil Asetat .............. .
47
Tabel 12. Fragmentasi Senyawa Puncak 3 Dibandingkan dengan Standar
......................................................................................................
50
Tabel 13. Fragmentasi Senyawa Puncak 4 Dibandingkan dengan Standar
......................................................................................................
52
Tabel 14. Fragmentasi Senyawa Puncak 6 Dibandingkan dengan Standar
................................................................................. ....................
53
Tabel 15. Fragmentasi Senyawa Puncak 7 Dibandingkan dengan Standar
................................................................................. ....................
54
Tabel 16. Fragmentasi Senyawa Puncak 9 Dibandingkan dengan Standar
................................................................................. ....................
commit to user
xii
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Tanaman Mimba (Azadirachta indica A.Juss) ......................
6
Gambar 2.
Bakteri Staphylococcus epidermidis ......................................
12
Gambar 3.
Bakteri Bacillus cereus ..........................................................
13
Gambar 4.
Bakteri Shigella flexneri.........................................................
15
Gambar 5.
Struktur Kimia Amoksisilin ...................................................
16
Gambar 6.
Struktur Kimia Kloramfenikol ...............................................
17
Gambar 7.
Kromatogram GC Fraksi Etil Asetat Daun Mimba .................
49
Gambar 8.
Spektra Senyawa 1 .................................................................
50
Gambar 9.
(a) Spektra Senyawa 3…………………………………. ........
50
(b) Spektra Massa Senyawa Asam Palmitat ………………….. 50
Gambar 10. (a) Spektra Senyawa 4…………………………………. ........
51
(b) Spektra Massa Senyawa Etil Linoleolat..………………….. 51
Gambar 11. Senyawa Puncak 5 ................................................................
52
Gambar 12. (a) Spektra Senyawa 6…………………………………. ........
53
(b) Spektra Massa Senyawa Asam Stearat..…………………..
53
Gambar 13. (a) Spektra Senyawa 4…………………………………. ........
54
(b) Spektra Massa Senyawa Etil Linoleolat..…………………
54
Gambar 14. Spektra Senyawa 8 ................................................................
55
Gambar 15. (a) Spektra Senyawa 9 .........................................................
55
(b) Spektra Massa Senyawa DOP......................................... ...
55
Gambar 16. Spektra Senyawa 10.................................................................
56
Gambar 17. Spektra Senyawa 11.................................................................
56
Gambar 18. Spektra Senyawa 12............................................................. ....
57
commit to user
xiii
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Diagram Alir Prosedur Penelitian………………………..….. 66
Lampiran 2.
Hasil Determinasi Tanaman Mimba......................................... 69
Lampiran 3.
Perhitungan Rendemen Ekstrak Etanol dan Fraksi-Fraksi Hasil
Pemisahan KVC……………………………………………… 70
Lampiran 4.
Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun
Mimba....................................................................................... 72
Lampiran 5.
Out Put Analisa One way ANOVA Pengaruh Variasi Bakteri
pada Masing-Masing Konsentrasi Ekstrak Etanol…………… 73
Lampiran 6.
Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri Fraksi-Fraksi Hasil
Pemisahan KVC………………………………………………. 76
Lampiran 7.
Out Put Analisa One way ANOVA Pengaruh Variasi Fraksi pada
Masing-Masing Bakteri pada Uji Aktivitas Antibakteri FraksiFraksi Hasil Pemisahan KVC................................................... 78
Lampiran 8.
Hasil Pengujian Penetapan KHM Fraksi Etil Asetat………… 84
Lampiran 9.
Analisa One Way ANOVA Pengaruh Variasi Bakteri pada
Masing-Masing Konsentrasi Fraksi terhadap Penentuan KHM
Fraksi Etil Asetat…………………………………………….. 85
Lampiran 10. Hasil Pengujian Penetapan KHM Amoksisilin........................ 88
Lampiran 11. Analisa One Way ANOVA Pengaruh Variasi Konsentrasi
Amoksisilin pada Masimg-Masing Bakteri Pada Uji Penetapan
KHM Amoksisilin.................................................................... 89
Lampiran 12. Analisa One Way ANOVA Pengaruh Variasi Bakteri Pada
Masing-Masing Konsentrasi Amoksisilin pada Uji Penetapan
KHM Amoksisilin.................................................................... 94
Lampiran 13. Perhitungan
Nilai Banding
Fraksi
Etil
Asetat
terhadap
Amoksisilin.............................................................................. 97
Lampiran 14. Hasil Pengujian Penentuan KHM Kloramfenikol.................... 102
commit to user
xiv
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 15. Analisa One Way ANOVA Pengaruh Variasi Konsentrasi
Kloramfenikol pada Masing-Masing Bakteri pada Uji Penetapan
KHM Kloramfenikol ........................................................... 103
Lampiran 16. Analisa One Way ANOVA Pengaruh Variasi Bakteri pada
Masing-Masing Konsentrasi Kloramfenikol terhadap Penentuan
KHM Kloramfenikol ........................................................... 108
Lampiran 17. Perhitungan
Nilai Banding Fraksi Etil Asetat Terhadap
Kloramfenikol ..................................................................... 111
Lampiran 18. Hasil Uji KLT Ekstrak Etanol dan Fraksi Etil Asetat……….. 115
Lampiran 19. Analisis GC-MS Ekstrak Etil Asetat Daun Mimba………..... 116
commit to user
xv
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemanfaatan tanaman obat untuk mengobati suatu penyakit semakin
diminati seiring dengan semakin meningkatnya perhatian masyarakat dunia
terhadap gerakan “kembali ke alam” (back to nature), tidak terkecuali masyarakat
Indonesia. Hal ini dikarenakan efek samping dari tanaman obat jauh lebih aman
dibandingkan obat-obat kimia (Djauharia dan Hernani, 2004). Namun supaya obat
tradisional dapat diterima dalam pengobatan modern, beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi, terutama adalah kandungan zat aktifnya. Sehingga khasiat dan
tingkat keamanannya dapat diketahui dengan mudah (Atamini, 2001).
Mimba (Azadirachta indica A. Juss) merupakan tanaman yang banyak
ditemukan di Negara Tropis, salah satunya adalah Indonesia. Di Indonesia
tanaman mimba tumbuh di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Bali dan Nusa
Tenggara (Herawati, 2004). Tanaman ini memiliki manfaat yang sangat banyak
bagi kehidupan manusia. Daun mimba dimanfaatkan untuk penambah nafsu
makan, disentri, borok, malaria dan antibakteri (Sudarsono dkk., 2002). Selain itu
daun mimba juga dapat digunakan untuk menurunkan gula darah (Csurhes, 2008),
menurunkan total kolesterol dalam darah, LDL- dan VLDL-kolesterol, trigliserid
dan total lipid dalam serum (Chattopadhyay dkk., 2005). Khasiat daun mimba
dipengaruhi oleh kandungan metabolit sekundernya. Daun mimba diketahui
mengandung senyawa golongan terpenoid, flavonoid, alkaloid, saponin, tanin (Biu
dkk., 2009), asam lemak (Khan dkk., 2010), steroid dan triterpenoid (Aslam dkk.,
2009). Ekstrak etanol dari biji mimba dilaporkan mengandung asam palmitat,
asam stearat, asam oleat, etil oleat, asam oktadekanoat, etil ester oktadekanoat dan
ester dioktil heksadioat (Suirta dkk., 2007). Penelitian lain menyebutkan bahwa
ekstrak air daun mimba mengandung senyawa azadirachtin A, B, D, H, I,
desacetylnimbin, azadiradione, nimbin, salanin, azadirone, nimbolin, nimbinen,
dan nimbolide (Sadeghian, 2007).
commit to user
1
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun mimba yang dilakukan
terhadap bakteri Staphylococcus aureus menunjukkan bahwa pada konsentrasi
10%, 20%, 30%, 40% dan 50% dengan DDH rata-rata
0,580; 0,670; 0,818;
0,972; 1,013 cm (Nugraheni, 2007). Selain itu Pritima dan Pandian (2008) juga
menyebutkan bawa ekstrak daun mimba mampu menghambat Bacillus cereus,
Enterococcus faecalis, Eschericihia coli, Kleibsiella pneumoniae, Neisseria
gonohorreae, Proteus mirabilis, dan Staphylococcus aureus. Menurut ElMahmood (2010) ekstrak heksan biji mimba memiliki KHM 6,25 mg/ml terhadap
bakteri E. coli, 50 mg/ml terhadap P. aeruginosa, 12,5 mg/ml terhadap S.
pyogenes, dan 12,5 mg/ml terhadap S. aureus. Sedangkan aktivitas antibakteri
fraksi daun mimba terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis, Bacillus cereus,
dan Shigella flexneri belum pernah dilakukan penelitian secara ilmiah.
Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri gram positif yang
menyebabkan penyakit melalui kemampuannya berkembang biak dan menyebar
luas dalam jaringan (Jawetz dkk., 2005). Bakteri ini terdapat pada kulit, selaput
lendir, bisul, jerawat dan luka. Bacillus cereus merupakan bakteri gram positif
yang dapat tumbuh pada makanan dan menghasilkan enterotoksin yang
menyebabkan
keracunan
makanan.
Bakteri
ini
kadang-kadang
dapat
menyebabkan penyakit meningitis, endokarditis, endoftalmitis, konjugtivis atau
gastroenteritis akut. Shigella flexneri merupakan bakteri yang menyebabkan
penyakit disentri basiler, yaitu suatu penyakit yang ditandai dengan peradangan
usus, terutama kolon dan disertai nyeri perut, tenesmus dan buang air besar yang
sering mengandung darah dan lendir (Plezar dkk., 1986). Selain itu juga dapat
menyebabkan demam tinggi, nyeri kepala, dan kejang-kejang.
Penyakit infeksi sampai saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan
masyarakat Indonesia. Pengobatan terhadap penyakit infeksi biasanya digunakan
antibiotik sintetis dan telah banyak dikembangkan. Namun penggunaan antibiotik
sintetis ini kadang-kadang memberikan efek samping terhadap tubuh yang tidak
diinginkan (Aliero dkk., 2008). Situasi ini menunjukkan perlunya dilakukan
penelitian untuk mengembangkan obat antibakteri baru yang berasal dari tanaman.
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
Penelitian in bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri fraksi daun
mimba terhadap Staphylococcus epidermidis, Bacillus cereus, dan Shigella
flexneri dan mengidentifikasi komponen kimia fraksi teraktifnya. Hasil dari
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bukti ilmiah untuk
mengembangkan antibiotik baru dari bahan alam khususnya daun mimba.
B. Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Tanaman mimba merupakan tanaman obat tradisional Indonesia yang
tumbuh di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Bali dan Nusa Tenggara.
Tanaman ini mempunyai kandungan kimia yang berbeda-beda pada setiap
bagiannya. Biji mimba dilaporkan mengandung senyawa golongan asam lemak,
sedangkan daun mimba mengandung senyawa golongan terpenoid. Penelitian uji
aktivitas antibakteri tanaman mimba menunjukkan bahwa pada setiap bagiannya
mempunyai aktivitas antibakteri yang berbeda-beda.
Isolasi senyawa daun mimba dapat dilakukan dengan metode maserasi,
shokletasi, dan perkolasi. Penggunaan pelarut yang berbeda pada waktu isolasi
akan menghasilkan senyawa yang berbeda, sehingga akan mempengaruhi aktivitas
antibakteri yang dihasilkan. Dari hal tersebut perlu diperhatikan cara isolasi
senyawa daun mimba dengan pelarut yang tepat.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa daun mimba mempunyai
aktivitas antibakteri, sehingga perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui
potensi ekstrak tersebut terhadap beberapa bakteri patogen. Bakteri yang
digunakan untuk pengujian aktivitas antibakteri sangat beragam antara lain
Salmonella typhimurium, Shigella flexneri, Pseudomonas aeruginosa dan Proteus
mirabilis untuk bakteri gram negatif. Sedangkan untuk bakteri gram positif antara
lain Staphylococcus epidermidis, Bacillus cereus, Streptococcus pyogenes,
Bacillus subtilis dan Enterococcus faecalis.
Uji potensi suatu zat antibakteri bertujuan untuk mengetahui potensi zat
tersebut apabila dibandingkan dengan suatu zat pembanding yaitu antibiotik
sintetik. Beberapa antibiotik sintetik yang sering digunakan adalah antibiotik
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
golongan penisilin dan turunannya. Untuk mengetahui potensi zat antibakteri
dilakukan dengan mencari nilai banding zat tersebut terhadap antibiotik sintetik
yang digunakan.
2. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian
ini dibatasi pada :
1. Penelitian ini menggunakan daun tanaman mimba yang berasal dari daerah
Klaten, Jawa Tengah.
2. Isolasi senyawa pada daun mimba dilakukan dengan cara maserasi
menggunakan pelarut etanol, kemudian dilanjutkan pemisahan dengan
Kromatografi Vakum Cair (KVC) menggunakan pelarut heksana, etil asetat,
dan etanol secara berurutan.
3. Bakteri yang digunakan untuk pengujian aktivitas antibakteri fraksi daun
mimba adalah Staphylococcus epidermidis, Bacillus cereus, dan Shigella
flexneri serta dilakukan penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
terhadap fraksi teraktif antibakterinya.
4. Uji potensi fraksi teraktif antibakteri daun mimba dilakukan dengan mencari
nilai banding antara fraksi tersebut terhadap amoksisilin dan kloramfenikol.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah fraksi daun mimba hasil pemisahan KVC mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis, Bacillus cereus, dan Shigella
flexneri dan fraksi mana yang teraktif antibakteri dilihat dari parameter DDH
(Diameter Daerah Hambat)?
2. Bagaimana potensi antibakteri fraksi teraktif antibakteri daun mimba
dibandingkan dengan amoksisilin dan kloramfenikol?
3. Komponen kimia apa sajakah yang terkandung dalam fraksi teraktif antibakteri
daun mimba?
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui aktivitas antibakteri fraksi daun mimba hasil pemisahan KVC dan
mengetahui fraksi teraktif daun mimba terhadap Staphylococcus epidermidis,
Bacillus cereus, dan Shigella flexneri.
2. Mengetahui potensi antibakteri fraksi teraktif daun mimba dibandingkan
dengan amoksisilin dan kloramfenikol.
3. Mengetahui komponen kimia fraksi teraktif daun mimba.
D. Manfaat Penelitian
1. Segi praktis, dapat memberikan informasi ilmiah untuk pengembangan obat
tradisional terutama tentang khasiat daun mimba sebagai antibakteri.
2. Segi teoritis, diharapkan dapat bermanfaat untuk ilmu pengetahuan, yaitu
memberikan informasi tentang analisis kulitatif tentang aktivitas antibakteri
fraksi teraktif daun mimba terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis,
Bacillus cereus, dan Shigella flexneri dan komponen kimia fraksi teraktifnya.
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Mimba (Azadirachta Indica A. Juss)
Mimba (Azadirachta Indica A. Juss) adalah tanaman asli dari India yang
saat ini telah banyak dibudidayakan di Indonesia, tanaman ini memiliki banyak
manfaat bagi manusia (Kardinan dan Agus, 2003). Mimba tumbuh di daerah
panas, di ketinggian 1-700 meter dari permukaan laut dan tahan tekanan air
(Kardinan, 2000). Tanaman mimba dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tanaman Mimba
a. Klasifikasi tanaman
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas
: Dycotiledonae
Ordo
: Rutales
Family
: Meliaceae
Genus
: Azadirachta
Jenis
: Azadirachta indica A. Juss (sinonim : Melia azadirachta)
(Rukmana dan Oesman, 2002)
commit to user
6
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
b. Deskripsi tanaman
Mimba merupakan pohon dengan ketinggian 10-15 m. Batang tegak,
berkayu, berbentuk bulat, permukaan kasar, percabangan simpoidal dan
berwarna cokelat. Daun majemuk, letak berhadapan, berbentuk lonjong, tepi
bergerigi, ujing lancip, pangkal meruncing, pertulangan menyirip, panjang 5-7
cm, lebar 3-4 cm, tangkai daun panjangnya 8-20 cm dan berwarna hijau. Bunga
majemuk, berkelamin dua, letak di ujung cabang, tangkai silindris, panjang 815 cm. Kelopak berwarna hijau. Mahkota halus dan berwarna putih. Benang
sari silindris dan berwarna putih kekuningan. Putik lonjong dan berwarna
cokelat muda. Buah bulat telur dan berwarna hijau. Biji bulat, diameter sekitar
1 cm, dan berwarna putih. Akar tunggang. Mimba tumbuh baik didaerah panas,
di ketinggian 1-700 m, dan tahan cekaman ait. Di daerah yang banyak hujan
bagian vegetatif sangat subur, tapi sulit untuk menghasilkan biji (generatif).
Perbanyakan melalui biji (Kardinan, 2000).
c. Manfaat Tanaman
Tanaman mimba mempunyai beberapa kegunaan antara lain digunakan
untuk pembangkit selera makan, obat disentri, borok, malaria. Minyaknya
digunakan untuk mengobati eksema, kepala kotor, kudis, dan kulitnya untuk
mengatasi gangguan lambung (Mardisiswojo dan Rajakmangunsudarso, 1985).
Sudarsono dkk. (2002) mengatakan bahwa daun mimba digunakan untuk
penambah nafsu makan, menanggulangi disentri, borok, malaria dan
antibakteri. Beberapa penelitian lain juga menyebutkan bahwa daun mimba
dapat menurunkan gula darah, menyembuhkan penyakit kulit (Csurhes, 2008),
memiliki efek gastro protektif pada mukosa lambung terhadap ulkus peptikum
(Ofusori dkk., 2008), menurunkan total kolesterol dalam darah, LDL dan
VLDL-kolesterol, trigliserid dan total lipid dalam serum (Chattopadhyay dkk.,
2005).
d. Kandungan Kimia Tanaman
Dari beberapa penelitian daun mimba diketahui mengandung senyawa
golongan terpenoid, flavonoid, alkaloid, saponin, tanin (Biu dkk., 2009), asam
lemak (Khan dkk., 2010), steroid dan triterpenoid (Aslam dkk., 2009).
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
1. Terpenoid
Terpenoid berasal dari molekul isoprene (CH2=C(CH 3)-CH=CH 2
dan kerangka karbonnya dibangun oleh penyambungan dua atau lebih
satuan C 5 ini. Terpenoid ini dibagi menjadi beberapa macam, yaitu
monoterpena dan siskuiterpena (C 10 dan C 15) yang mudah menguap dan
biasanya menjadi komponen utama penyusun minyak atsiri, triterpenoid
dan steroid (C30) yang tidak mudah menguap, dan pigmen karotenoid
(C 40). Mekanisme terpenoid sebagai antibakteri tidak begitu jelas, tetapi
kemungkinan berhubungan dengan pengrusakan membran sel oleh
senyawa lipofilik (Cowan, 2000).
Senyawa terpenoid yang berhasil diisolasi dari bagian daun
tanaman mimba antara lain azadirachtin A, B, D, H, I, desacetylnimbin,
azadiradione, nimbin, salanin, azadirone, nimbolin, nimbinene, dan
nimbolide (Shadeghian, 2007). Senyawa-senyawa tersebut masuk dalam
golongan triterpenoid. Senyawa triterpenoid lain yang berhasil diisolasi
dari biji mimba dan kulit batang mimba yaitu nimonol, epoxyazadirodione,
azadirechterpinol A, azaditerpinol B (Moslem dan El-Kholie, 2009; Trag
dkk., 2005).
Minyak atsiri bunga mimba juga diketahui mengandung sejumlah
-candinen, copaen,
-cububen, dan fitol (Aromdee dan Sriubolmas, 2005). Senyawa
steroid yang pernah diisolasi dari kulit batang mimba adalah stigmas-5,7dien-
-ol- -D-glukosida (Trag dkk., 2005), selain itu Govind (2011) juga
-sitosterol. Terpenoid dapat
menghambat aktivitas enzim autolisin dengan cara membentuk interaksi
yang kuat dengan sisi aktif dari residu enzim autolisin (Daisy dkk., 2008).
2. Flavonoid
Flavonoid merupakan golongan senyawa yang digambarkan
sebagai deretan senyawa C6-C 3-C6, yang artinya kerangka karbonnya
terdiri atas dua gugus C 6 (cincin benzene tersubstitusi) disambungkan oleh
rantai alifatik tiga-karbon. Sesuai dengan struktur kimianya yang termasuk
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
flavonoid yaitu flavonol, flavon, flavanon, katekin, antosianidin dan
kalkon
(Harborne,
1984).
Pengelompokan
flavonoid
dibedakan
berdasarkan cincin heterosiklik-oksigen tambahan dan gugus hidroksil
yang tersebar menurut pola yang berlainan pada rantai C3.(Robinson,
1995).
Bunga tanaman mimba dilaporkan mengandung senyawa flavanon
terprenilasi antara lain 5,4 -dihydroxy-7-metoxy-8-prenylflavanone, 5,7,4 trihydroxy-3,8 -diprenylflavanone,
5,7,4 -trihydroxy-8-prenylflavanone,
5,7,4 -trihydroxy-3 -5 -diprenylflavanone (Nakahara dkk., 2003). Tanaman
mimba juga disebutkan mengandung flavonoid rutin dan quersetin yang
mempunyai aktivitas antiborok dan antiinflamatori (Dorababu dkk., 2006).
Aktivitas
antibakteri
flavonoid
dimungkinkan
karena
kemampuan
flavonoid membentuk kompleks dengan ekstraseluler, protein terlarut dan
dinding sel bakteri dan semakin lipofilik suatu flavonoid, berarti semakin
merusak membran mikroba (Cowan, 2000).
3. Alkaloid
Alkaloid merupakan golongan senyawa aktif tumbuhan yang
mengandung atom nitrogen yang sering kali terdapat dalam cincin
heterosiklik. Penggolongan alkaloid didasarkan pada sistem cincinnya,
misalnya piridina, piperidina, indol, isokuinolina, dan tropana. Senyawa
ini biasanya terdapat dalam tumbuhan sebagai garam berbagai senyawa
organik dan sering diisolasi dalam bentuk garamnya dengan asam
hidrokloroda dan asam sulfat (Robinson, 1995).
Di dalam penelitian Muhtadi (2008) tanaman mimba dilaporkan
mengandung senyawa alkaloid jenis -karbolin, antara lain 4-metoksi-1vinil-karbolin dan 4,8-dimetoksi-1-vinil karbolin. Mekanisme alkaloid
menjadi senyawa antibakteri berhubungan dengan tingginya senyawa
aromatik quarterner dari alkaloid.
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
4. Saponin
Saponin merupakan glikosida terpenoid dan sterol (Robinson,
1995), terdiri dari gugus gula yang berikatan dengan aglikon atau
sapogenin.
Saponin mempunyai sifat polar, jadi saponin dapat larut dalam air
dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter. Saponin dapat berfungsi sebagai
antibakteri karena adanya gugus monosakarida dan turunannya (Cheeke,
2000).
5. Tanin
Tanin merupakan golongan senyawa aktif tumbuhan yang bersifat
fenol, artinya mempunyai rasa sepat dan mempunyai kemampuan
menyamak kulit. Tanin bisa dijumpai dalam jumlah banyak pada
tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam
jaringan kayu (Harborne, 1984).
Secara kimia senyawa tanin dibagi menjadi 2 golongan utama yaitu
tanin terkondensasi yang biasanya terdapat dalam paku-pakuan dan
gimnospermae, serta tersebar luas dalam angiospermae, khususnya pada
tumbuhan berkayu. Jenis tanin yang kedua adalah tanin terhidrolisis yang
biasa ditemukan pada tumbuhan berkeping dua. Tanin bersifat antibakteri
melalui aktivitas molekulnya yaitu membentuk kompleks dengan protein
melalui ikatan hydrogen dan ikatan hidrofobik (Cowan, 2000).
6. Asam lemak
Asam lemak yang ditemukan di alam, biasanya merupakan
monokarboksilat dengan rantai tidak bercabang dan mempunyai jumlah
atom karbon genap (Winarno, 2002). Asam lemak terdapat dua golongan
yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh sederhana dengan
panjang rantai C16 atau C18 (Harborne, 1984). Asam lemak tidak jenuh
berbeda dalam jumlah dan posisi ikatan rangkapnya, serta dalam bentuk
molekul keseluruhannya dengan asam lemak jenuh (Winarno, 2002).
Biji mimba dilaporkan mengandung senyawa-senyawa asam lemak
antara lain asam palmitat, asam stearat, asam oleat, etil oleat, asam
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
oktadekanoat, etil ester oktadekanoat, ester dioktil heksadioat (Suirta dkk.,
2007). Penelitian lain juga menyebutkan bahwa kulit buah mimba
mengandung
senyawa
etil
palmitat,
etil
oleat,
metil
14-metil
pentadekanoat (Siddiqui dkk., 2003). Kemampuan asam lemak sebagai
antibakteri dikarenakan asam lemak bersifat hidrofobik, sehingga dapat
menyebabkan kerusakan struktur membran sel bakteri dan membran
menjadi permeabel, kemudian akan menyebabkan kerusakan membran
sitoplasma, sehingga terjadi koagulasi pada nukleoid (Nalina dan Rahim,
2007; Hornitzky, 2003).
2. Bakteri dan Klasifikasi Bakteri Uji
Bakteri merupakan protista tingkat rendah dan banyak tersebar di udara,
air, tanah, kulit, dan lain-lain. Suatu sifat taksonomi utama bakteri adalah reaksi
pewarnaan gram. Bakteri dibagi menjadi dua golongan yaitu bakteri gram positif
dan bakteri gram negatif. Bakteri gram positif adalah bakteri yang tahan terhadap
alkohol tetapi dapat mengikat warna pertama pertama (kristal violet) sehingga
berwarna ungu. Sedangkan bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak tahan
terhadap alkohol sehingga warna pertama yang diberikan luntur dan akan
mengikat warna kedua sehingga bakteri berwarna merah (Bonang dkk., 1982).
Dalam bekerja, bakteri meningkatkan kemampuannya untuk bertahan dan
meningkatkan kemungkinan penyebaran. Bagian di dalam tubuh, dimana bakteri
harus menempel atau melekat pada sel inang biasanya adalah sel epitel. Setelah
bakteri mempunyai kedudukan yang tetap untuk menginfeksi, mereka mulai
memperbanyak diri dan menyebar secara langsung melalui jaringan atau lewat
sistem limfatik ke aliran darah. Infeksi sementara atau menetap (Jawetz dkk.,
2005).
a. Sthapylococcus epidermidis
Klasifikasi
Kingdom
: Bacteria
Phylum
: Firmicutes
Class
: Bacilli
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
Order
: Bacillales
Family
: Staphylococcaceae
Genus
: Staphylococcus
Spesies
: Staphylococcus epidermidis (Salle, 1961)
Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri gram positif yang
berbentuk bola atau kokus berkelompok yang tidak teratur dan bersifat
fakultatif aerobik. Bakteri ini mempunyai diameter 0,8membentuk spora,tidak bergerak dan koloni berwarna putih.
Staphylococcus epidermidis terdapat pada kulit, selapu lendir, bisul,
jerawat, dan luka. Bakteri ini dapat menimbulkan penyakit melalui
kemampuannya berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan (Jawetz
dkk., 2005). Secara klinis, bakteri ini menyerang orang-orang yang rentan atau
imunitas rendah, seperti penderita AIDS, paseien yang kritis, pengguna obatobat terlarang, bayi yang baru lahir, dan pasien rumah sakit yang dirawat dalam
waktu lama. Gambar bakteri Staphylococcus epidermidis ditunjukkan pada
Gambar 2.
Gambar 2. Staphylococcus epidermidis
b. Bacillus cereus
Klasifikasi
Kingdom
: Bacteria
Phylum
: Firmicutes
Class
: Bacilli
Order
: Bacillales
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
Family
: Bacillaceae
Genus
: Bacillus
Species
: Bacillus cereus (Salle, 1961)
Bacillus cereus merupakan bakteri yang berbentuk batang besar, tergolong
dalam gram positif, dan bersifat fakultatif aerob. Kebanyakan anggota spesies
ini adalah organisme saprofit yang lazim terdapat dalam tanah, air, udara, dan
tumbuh-tumbuhan. Bakteri ini menggunakan sumber nitrogen dan karbon
sederhana untuk energi dan pertumbuhannya.
Bacillus cereus dapat tumbuh pada
makanan dan menghasilkan
enterotoksin yang menyebabkan keracunan makanan. Keberadaan B. Cereus
dalam jumlah besar (lebih dari 106 organisme/g) dalam makanan merupakan
indikasi adanya pertumbuhan dan pembelahan sel bakteri secara aktif dan
berpotensi membahayakan kesehatan. Organisme ini kadang-kadang dapat
menimbulkan penyakit pada orang dengan fungsi imun yang terganggu
(misalnya
meningitis,
endokarditis,
endoftalmitis,
konjungtivis,
atau
gastroenteritis akut).
Gejala keracunan bahan makanan yang tercemar oleh bakteri Bacillus
cereus dibedakan menjadi dua yaitu mual disertai muntah dan kejang perut
yang hebat disertai diare. Spora bakteri ini resisten terhadap perubahan
lingkungan, tahan terhadap panas kering dan desinfektan kimia tertentu dalam
waktu yang cukup lama dan dapat bertahan selama bertahun-tahun pada tanah
yang kering (Jawetz dkk., 2005). Gambar bakteri Bacillus cereus ditunjukkan
pada Gambar 5.
Gambar 3. Bacillus cereus
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
c. Shigella flexneri
Klasifikasi
Kingdom
: Bacteria
Phylum
: Proteobacteria
Class
: Gamma Proteobacteria
Order
: Enterobacteriales
Family
: Enterobacteriaceae
Genus
: Shigell
Species
: Shigella flexneri (Salle, 1961)
Shigella flexneri merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang dan
bersifat fakultatif aerobik. Genus Shigella dapat tumbuh pada suhu 37°C dan
sensitif terhadap panas dan tahan terhadap konsentrasi garam 5-6%. Koloni
shigella cembung, bundar, transparan dengan diameter sampai kira-kira 2 mm
dalam 24 jam (Jawetz dkk., 2005). Habitat bakteri ini adalah terbatas pada
saluran pencernaan manusia dan primata lainnya dimana sejumlah spesies
menimbulkan shigellosis atau sering disebut disentri basiler. Disentri basiler
merupakan salah satu dari berbagai gangguan yang ditandai dengan
peradangan usus, terutama kolon dan disertai nyeri perut, tenesmus dan buang
air besar yang sering mengandung darah dan lendir (Plezcar dkk., 1986).
Shigella flexneri dapat membentuk enterotoksin yang dapat diresorpsi ke
dalam darah dan menimbulkan gejala hebat seperti demam tinggi, nyeri kepala,
dan kejang-kejang. Genus Shigella mempunyai susunan antigen yang
kompleks. Terdapat banyak tumpang tindih dalam sifat serologic berbagai
spesies dan sebagian besar kuman ini mempunyai antigen O yang juga dimiliki
oleh kuman enteric lainnya. Antigen somatik O dari Shigella adalah
lipopolisakarida. Gambar bakteri Shigella flexneri ditunjukkan pada gambar 4.
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
Gambar 4. Shigella flexneri
3. Metode Pengujian Aktivitas Antibakteri
Antibakteri adalah zat yang membunuh atau menekan pertumbuhan atau
reproduksi bakteri (Dorland, 2002). Zat antibakteri dapat diperoleh dari hasil
fermentasi, sintetik dan dapat diperoleh dari hasil isolasi tanaman. Metode
pengujian aktivitas antibakteri yang biasa dilakukan adalah metode difusi agar,
dilusi dan turbidimetri. Metode difusi agar dibagi menjadi dua bagian yaitu
metode perforasi (lubang) dan metode gores silang.
a. Metode lubang (perforasi)
Bakteri uji yang umurnya 18-24 jam disuspensikan ke dalam media agar
pada suhu sekitar 45°C. Suspensi bakteri dituangkan ke dalam cawan petri
steril. Setelah agar memadat, dibuat lubang-lubang dengan diameter 6-8 mm.
Kedalam lubang tersebut dimasukkan larutan zat yang akan diuji aktivitasnya
udian diinkubasikan pada suhu 37°C selama 18-24 jam.
Aktivitas antibakteri dapat dilihat dari daerah bening yang mengelilingi lubang
perforasi.
b. Metode gores silang
Zat yang akan diuji diserapkan kedalam kertas saring dengan cara
meneteskan pada cakram kertas kosong larutan antibakteri sejumlah volume
tertentu dengan kadar tertentu juga. Kertas saring diletakkan diatas permukaan
agar padat, kemudian digores dengan suspensi bakteri 90% pada agar
mengenai/melalui kertas saringnya, diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu
37°C. Aktivitas antibakteri dapat dilihat dari daerah bening yang tidak
ditumbuhi bakteri di dekat kertas saring.
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
4. Antibiotik
Beberapa infeksi disebabkan oleh bakteri yang secara umum dianggap
patogen tidak menampakkan gejala (asimptomatik). Suatu penyakit terjadi jika
bakteri atau reaksi imunologi yang ditimbulkannya menyebabkan suatu bahaya
bagi seseorang. Maka untuk menghambat daya infeksi agar tidak berkelanjutan
lebih tinggi, bahkan kematian, perlu adanya antibakteri atau antibiotik sebagai
obatnya (Jawetz dkk., 2005).
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri
yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan bakteri,
sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Antibiotik dapat dibuat dengan
cara fermentasi, semi sintetis dan sintesis. Penggunaan antibiotika khususnya
berkaitan dengan penyakit infeksi.
Amo
-laktam dengan spektrum luas,
digunakan untuk pengobatan infeksi pada saluran nafas, saluran empedu dan
saluran seni, gonorhoe, gastroenteritis, meningitis dan infeksi karena Salmonella
sp., seperti demam tipoid (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Amoksisilin
mempunyai spektrum antibiotik serupa dengan ampisilin. Beberapa keuntungan
amoksisilin dibanding ampisilin adalah absorbsi obat dalam saluran cerna lebih
sempurna, sehingga kadar darah dalam plasma dan saluran seni lebih tinggi. Efek
terhadap Bacillus dysentery amoksisilin lebih rendah dibanding ampisilin karena
lebih banyak obat yang diabsorbsi oleh saluran cerna (Siswandono dan Soekardjo,
2000). Amoksisilin dapat juga menyebabkan gangguan-gangguan usus dan kulit
tetapi lebih jarang dibandingkan ampisilin (Tjay dan Rahardja, 2002). Struktur
amoksisilin ditunjukkan pada gambar 5.
NH2
H
NH
O
HO
N
O
COOH
Gambar 5. Struktur kimia amoksisilin
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
Amoksisilin merupakan turunan dari penisilin semi sintetik dan stabil
dalam suasana asam lambung. Amoksisilin diabsorpsi dengan cepat dan baik pada
saluran pencernaan, tidak tergantung adanya makanan. Amoksisilin terutama
diekskresikan dalam bentuk tidak berubah di dalam urin. Ekskresi Amoksisilin
dihambat saat pemberian bersamaan dengan probenesid sehingga memperpanjang
efek terapi (Siswandono dan Soekardjo, 2000).
Kloramfenikol adalah antibiotik yang dihasilkan oleh Steptomyces
venezuelae (Perlman, 1970). Antibiotik ini mempunyai spektrum kerja seperti
tetrasiklin namun sekarang sudah jarang dipakai. Indikasi kloramfenikol untuk
mengobati tifus, paratifus dan menginitis (Mutschler, 1991). Kloramfenikol
termasuk antibiotik spesifik untuk bakteri gram negatif dan juga masih sensitif
terhadap
golongan
anaerob.
Golongan
bakteri
yang
sensitif
terhadap
kloramfenikol adalah Streptococcus, Proteus, Klebsiella, Neiseria.
OH
NO2
C
H
O
H
C
NH
C
CH2OH
Cl
CH
Cl
Gambar 6. Struktur kimia kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan penghambat sintesis protein yang kuat pada
mikroorganisme. Obat ini menghalangi pelekatan asam amino pada rantai peptide
yang baru timbul pada unit 50S pada ribosom, dengan mengganggu daya kerja
peptidil transferase. Kloramfenikol pada dasarnya bersifat bakteriostatik,
spektrum, dosis serta kadarnya dalam darah mirip dengan tetrasiklin. Resistensi
kloramfenikol merupakan akibat dari perusakan obat oleh suatu enzim yang
dikendalikan oleh plasmid (Jawetz dkk., 2005).
Kloramfenikol kadang menyebabkan gangguan saluran pencernaan, mual,
muntah. Efek toksin lain yang jarang terjadi adalah terjadi reaksi hipersensitivitas
dan penglihatan yang kabur. Pada pemberian pada jangka waktu yang lama,
kloramfenikol
menekan
perkembangan
sel
sumsum
tulang
dan
dapat
menyebabkan anemia aplastik yang bersifat ireversibel dan biasanya fatal.
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
Pemberian kloramfenikol pada bayi dapat menyebabkan gray sindrome karena
mekanisme normal detoksifikasi belum terbentuk (Jawetz dkk., 2005)
Antibakteri obat atau senyawa kimia yang digunakan untuk membasmi
bakteri, khususnya bakteri yang merugikan manusia. Berdasarkan sifat toksisitas
selektif, ada antibakteri yang bersifat menghambat pertumbuhan bakteri, dikenal
aktivitas bakteriostatik. Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat
pertumbuhan bakteri atau membunuhnya, masing-masing dikenal dengan Kadar
Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM). Antibakteri tertentu
aktivitasnya dapat meningkatkan kemampuan bakterisida. Aktivitas antibakteri
dibagi dalam lima kelompok :
a. Antibakteri yang menghambat metabolisme sel bakteri
Pada mekanisme ini diperoleh efek bakteriostatik. Antibakteri yang
termasuk dalam golongan ini adalah sulfonamide, trimetoprim, asam paminosalisilat
dan sulfon.
Kerja
antibakteri ini adalah
menghambat
pembentukan asam folat, bakteri membutuhkan asam folat untuk kelangsungan
hidupnya dan bakteri memperoleh asam folat dengan mensintesis sendiri dari
asam para amino benzoat (PABA). Sulfonamid dan sulfon bekerja bersaing
dengan PABA dalam pembentukan asam folat. Sedang trimetoprim bekerja
dengan menghambat enzim dihidrofolat reduktase (Setiabudy dan Gan, 1995).
b. Antibakteri yang menghambat sintesis dinding sel bakteri
Dinding sel bakteri terdiri dari peptidoglikan, sintesis peptidoglikan akan
dihalangi oleh adanya antibiotik seperti penisilin, sefalosporin, basitrasin,
vankomisin, sikloserin. Sikloserin akan menghambat reaksi paling dini dalam
proses sintesis dinding sel sedang yang lainnya menghambat di akhir sintesis
peptidoglikan, sehingga mengakibatkan dinding sel menjadi tidak sempurna
dan tidak mempertahankan pertumbuhan sel secara normal, sehingga tekanan
osmotik dalam sel bakteri lebih tinggi daripada tekanan di luar sel maka
kerusakan dinding sel bakteri akan menyebabkan lisis, yang merupakan dasar
efek bakterisidal pada bakteri yang peka (Setiabudy dan Gan, 1995).
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
c. Antibakteri yang mengganggu membran sel bakteri
Sitoplasma dibatasi oleh membran sitoplasma yang merupakan penghalang
dengan
permeabilitas
yang
selektif.
Membran
sitoplasma
akan
mempertahankan bahan-bahan tertentu di dalam sel serta mengatur aliran
keluar-masuknya bahanbahan lain. Jika terjadi kerusakan pada membran ini
akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel (Pelczar
dkk., 1986).
d. Antibakteri yang menghambat sintesis protein sel bakteri
Kehidupan sel bakteri tergantung pada terpeliharanya molekul-molekul
protein dan asam nukleat dalam keadaan alamiah. Jika kondisi atau substansi
yang dapat mengakibatkan terdenaturasinya protein dan asam nukleat dapat
merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali. Suhu tinggi dan konsentrasi pekat
beberapa zat kimia dapat mengakibatkan koagulasi (denaturasi) yang bersifat
irreversible terhadap komponen-komponen seluler yang vital ini (Pelczar
dkk.,1986).
e. Antibakteri yang menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel bakteri
Protein, DNA, dan RNA berperan penting dalam proses kehidupan normal
sel bakteri. Apabila terjadi gangguan pada pembentukan atau pada fungsi zatzat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel (Pelczar dkk.,1986).
5.
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Uji Banding
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) adalah konsentrasi terendah bahan
antimikroba yang masih dapat menghambat partumbuhan mikroba. KHM
merupakan
petunjuk
konsentrasi
antibiotik
yang
mampu
menghambat
pertumbuhan mikroorganisme dan juga memberikan petunjuk mengenai dosis
yang diperlukan dalam pengobatan penyakit. Umumnya batas keamanan
penggunaan antibiotik untuk pengobatan penyakit adalah sepuluh kali dosis KHM
(Lay, 1994).
Nilai banding merupakan kesetaraan aktivitas antibakteri ekstrak yang
diuji dengan antibakteri sintetik. Uji banding bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana daya aktivitas antibakteri sampel bila dibandingkan dengan suatu zat
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
pembanding. Uji banding suatu zat antibakteri dilakukan dengan cara membuat
suatu grafik atau kurva standar dari zat pembanding, dimana konsentrasi diplotkan
terhadap sumbu-x dan diameter hambatan diplotkan terhadap sumbu-y.
berdasarkan kurva tersebut dapat diperoleh konsentrasi sampel pada diameter
hambatan yang dihasilkan dan nilai diameter hambatan sampel pada konsentrasi
yang ditetapkan, sehingga dapat ditetapkan nilai uji banding sampel terhadap zat
pembanding, yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Nilai uji banding
Konsentrasi sampel dari kurva
x 100 %
Konsentras i sampel sebenarnya
6.
Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan untuk mengisolasi komponen senyawa kimia yang
terdapat dalam suatu tumbuhan. Suirta dkk. (2007) melakukan ekstraksi dengan
metode maserasi serbuk biji mimba menggunakan pelarut etanol teknis sampai
semua komponen habis terekstraksi. Selanjutnya ekstrak etanol yang diperoleh
diuapkan pelarutnya dengan vacuum rotary evaporator sampai diperoleh ekstrak
kental etanol.
Sokletasi terhadap daun mimba pernah dilakukan Biu dkk. (2009)
menggunakan air suling pada suhu 60ºC selama 8 jam. Ekstrak kemudian
diletakkan pada nampan aluminium dan disimpan pada suhu kamar (27ºC).
7.
Skrining Fitokimia
Tujuan penapisan fitokimia sendiri adalah untuk mengetahui kandungan
senyawa suatu tumbuhan yang berguna untuk pengobatan (Fransworth, 1966).
Senyawa-senyawa tersebut adalah senyawa organik, oleh karena itu penapisan
fitokimia biasanya dilakukan terhadap alkaloid, flavonoid, antrakuinon, terpenoid,
kumarin, saponin, tanin (polifenolat), dan sebagainya.
Skrining fitokimia uji tabung telah dilakukan oleh Biu dkk. (2009)
terhadap golongan senyawa terpenoid, flavonoid, alkaloid, saponin, tanin.
Senyawa alkaloid dideteksi dengan menggunakan pereaksi Dragendorrf, terpenoid
dengan pereaksi Liberman-Buchard, flavonoid dengan uji Pew, saponin dengan
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
uji buih, dan tanin dideteksi dengan pereaksi FeCl 3. Analisis kandungan senyawa
dalam fraksi ekstrak metanol kulit kayu mimba dilakukan dengan uji fitokimia
KLT menggunakan plat KLT silika GF254. Deteksi senyawa dilakukan dengan
reagen penampak noda yang spesifik untuk masing-masing senyawa,selain itu
juga diamati pada lampu UV 254 nm dan 366 nm (Muhtadi, 2008).
8. Kromatografi Vakum Cair (KVC)
Teknik pemisahan dengan KVC sering digunakan untuk memisahkan
fraksi bersasarkan tingkat kepolarannya. Pemisahan ini biasanya dilakukan pada
tahap awal pemisahan, misalnya pemisahan terhadap ekstrak mentah yang
diperoleh langsung dari proses ekstraksi.
Contoh penggunaan metode pemisahan KVC adalah pemisahan ekstrak
metanol kulit kayu mimba menggunakan fase diam silika gel GF254. Caranya
adalah ekstrak metanol kulit kayu mimba dilarutkan dalam aseton secukupnya dan
diimpregnasi ke dalam siliki G 60 (30 mesh-70 mesh). Kemudian sampel yang
telah diimpregnasi dimasukkan ke dalam kolom KVC dan dielusi dimulai dengan
pelarut heksana-etil asetat dengan perbandingan 1:1, 4:6, 2:8, etil asetat 100%,
dan metanol-etil asetat 8-2. Masing-masing fraksi ditampung sebanyak 150 mL,
dan setelah dipekatkan, dilakukan analisa KLT menggunakan plat KLT silika
GF254 untuk dilakukan penggabungan fraksi-fraksi yang memiliki kromatogram
yang
sama.
Fraksi-fraksi yang diperoleh dilakukan pengujian aktivitas
antiplasmodium (Muhtadi, 2008).
9. Kromatografi Gas-Spektrometer Massa(GC-MS)
Kromatografi gas berfungsi sebagai alat pemisah berbagai campuran
komponen dalam sampel sedangkan spektrofotometer massa berfungsi untuk
mendeteksi masing-masing komponen yang telah dipisahkan pada kromatografi
gas (Agusta, 2000).
Aromdee dan Sriubolmas (2005) pernah menggunakan GC-MS untuk
mengidentifikasi kandungan senyawa yang ada dalam minyak atsiri dari bunga
mimba. Kolom yang digunakan memiliki panjang 30 m dengan diameter 2,5 mm
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
adalah 40ºC dan setelah 5 menit suhu dinaikkan 3ºC/menit sampai suhu 250ºC
dan pada suhu 250ºC ini suhu dipertahankan selama 10 menit. Gas pembawa yang
digunakan adalah gas helium dengan tekanan 50 Kpa dan detektor MS
dioperasikan pada 70 eV dengan temperatur sumber ion 250ºC. Sedangkan
identifikasi komponennya dilakukan dengan membandingkan dengan standar
library NIST dan nilai indeks retensi linear (Davies, 1990).
B. Kerangka Pemikiran
Tanaman mimba (Azadirachta indica A. Juss) merupakan salah satu
tanaman obat tradisional. Daun mimba dapat dimanfaatkan untuk penambah nafsu
makan, disentri, borok, malaria, dan antibakteri. Daun mimba diketahui
mengandung senyawa golongan terpenoid, flavonoid, alkaloid, saponin, tanin,
asam lemak, steroid dan triterpenoid. Dari berbagai penelitian dikatahui bahwa
ekstrak daun mimba mampu menghambat bakteri yang menyebabkan infeksi pada
kulit, mulut, saluran pencernaan, saluran pernafasan, dan saluran kencing.
Berdasarkan hal tersebut diperkirakan fraksi daun mimba mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis, Bacillus cereus, dan Shigella
flexneri.
Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri gram positif yang
menyebabkan penyakit melalui kemampuannya berkembang biak dan menyebar
luas dalam jaringan. Bakteri ini terdapat pada kulit, selaput lendir, bisul, jerawat
dan luka. Bacillus cereus merupakan bakteri gram positif yang dapat tumbuh pada
makanan dan menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan keracunan makanan.
Bakteri ini kadang-kadang dapat menyebabkan penyakit meningitis, endokarditis,
endoftalmitis, konjugtivis atau gastroenteritis akut. Shigella flexneri merupakan
bakteri yang menyebabkan penyakit disentri basiler, yaitu suatu penyakit yang
ditandai dengan peradangan usus, terutama kolon dan disertai nyeri perut,
tenesmus dan buang air besar yang sering mengandung darah dan lendir.
Senyawa-senyawa antibakteri dalam daun mimba dapat diisolasi dengan
maserasi menggunakan pelarut etanol. Namun kandungan senyawa yang terdapat
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
dalam ekstrak etanol masih sangat kompleks. Oleh karena itu perlu dilakukan
pemisahan menggunakan pelarut dengan kepolaran yang semakin meningkat.
Pemisahan dilakukan dengan metode kromatografi vakum cair dan pelarut yang
digunakan berturtut-turut adalah heksana, etil asetat, dan etanol. Pemisahan
tersebut menyebabkan senyawa-senyawa yang terdapat dalam ekstrak etanol
terpisah ke dalam masing-masing fraksi hasil pemisahan dan mempengaruhi
aktivitas antibakteri masing-masing fraksi. Dalam hal ini etil asetat merupakan
pelarut semi polar sehingga dia dapat menarik senyawa-senyawa metabolit
sekunder yang bersifat polar ataupun non polar, sehingga fraksi etil asetat
diperkirakan memiliki aktivitas antibakteri yang paling tinggi.
Berdasarkan sifat kepolaran senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam
daun mimba diperkirakan bahwa fraksi teraktif antibakteri daun mimba
mengandung senyawa tanin, terpenoid, steroid, dan asam lemak. Terpenoid,
steroid, dan asam lemak merupakan senyawa-senyawa non polar, sehingga
diperkirakan dapat tertarik oleh etil asetat yang bersifat semi polar. Tanin
merupakan senyawa polar dan diketahui kandungannya dalam daun mimba cukup
tinggi.
Potensi
antibakteri
suatu
bahan
alam
dapat
diketahui
dengan
membandingkan aktivitas antibakterinya dengan antibiotik sintesis. Amoksisilin
merupakan antibiotik sintetis yang berspektrum luas, sedangkan kloramfeniko l
merupakan antibiotik sintesis yang digunakan untuk mengobati infeksi saluran
pencernaan. Beberapa penelitian mengenai aktivitas antibakteri dari bahan alam
disebutkan bahwa potensi antibakteri bahan alam lebih kecil dibandingkan dengan
antibiotik sintesis.
C. Hipotesis
1. Fraksi daun mimba hasil pemisahan dengan KVC mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis, Bacillus cereus, dan
Shigella flexneri dan fraksi teraktif antibakteri daun mimba adalah fraksi etil
asetat.
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
2. Potensi antibakteri fraksi teraktif antibakteri daun mimba lebih kecil
dibandingkan dengan amoksisilin dan kloramfenikol.
3. Komponen kimia yang terkandung dalam fraksi teraktif antibakteri daun
mimba adalah tanin, terpenoid, steroid dan asam lemak.
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental di
laboratorium. Tahap pertama adalah pembuatan serbuk simplisia sampel. Serbuk
simplisia sampel dimaserasi dengan menggunakan pelarut etanol. Ekstrak etanol
kemudian dipisahkan dengan menggunakan kolom Kromatografi Vakum Cair
(KVC) menggunakan eluen dengan tingkat kepolaran semakin meningkat, yaitu
heksana, etil asetat dan etanol.
Fraksi-fraksi yang diperoleh kemudian dilakukan pengujian aktivitas
antibakteri. Fraksi yang memiliki aktivitas antibakteri yang paling tinggi
kemudian dilakukan uji golongan senyawa dengan uji tabung lalu ditegaskan
dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan analisis data Gas ChromatographyMass Spectroscopy (GC-MS). Penentuan potensi aktivitas antibakteri fraksi
teraktif antibakteri dilakukan dengan mencari nilai Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM) fraksi dan nilai banding fraksi terhadap amoksisilin dan kloramfenikol.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Dasar FMIPA Universitas
Sebelas Maret, Sub. Lab. Biologi Laboratorium Pusat Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta selama bulan November
2010 – Juli 2011.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah blender, neraca timbang
(Denver INST.TL603D dan Mettler Toledo AT400), vacuum rotary evaporator
(Bibby RE 200B), statif dan klem, kolom Kromatografi Vacum Cair (KVC),
penyaring Buchner, penangas air, lumping porselen, selang, heating mantle (J.P.
SELETA., s.a), selang air, water pump, hotplate-stirer (RCT Basic Labortechnik),
commit to user
25
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
oven (Memmert Model 500), autoklaf (Presoclave 75 P-Selecta), perforator
diameter 6 mm, cawan petri, jarum ose, pembakar spirtus, spatula logam, laminar
air flow (Minihelik II, dwyer), mikropipet 10-
hand mixer (Vortex mixer
VM 300), incubator (Hotcold M P-Selecta), bejana KLT, botol semprot, lemari
asam, pipa kapiler, UV (PUV/BDH), GC-MS (QP2010S SHIMADZHU) dan
peralatan gelas lainnya yang biasa digunakan dilaboratorium.
2. Bahan
a. Bahan yang Diteliti
Bahan yang diteliti adalah daun mimba yang berasal dari Klaten, Jawa Tengah.
b. Bahan-Bahan yang Digunakan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain etanol 96%, heksana
(redestilasi), etil asetat (redestilasi), aseton teknis, akuades, silika GF254, silika
adsorb G 60, plat KLT silika GF254 (E. Merck), metanol (pro analisis), H 2SO 4
pekat, asam formiat (pro analisis), asam asetat glasial (pro analisis), serbuk
AlCl3, HCL 2M, serbuk NaCl, toluen (pro analisis), dietil amin (pro analisis),
serbuk Bismuth nitrat, serbuk KI, Iodin, dietil eter (pro analisis), serbuk SbCl3,
kloroform (pro analisis), etanol absolute (pro analisis),serbuk FeCl3, serbuk
KOH, benzena (pro analisis), Nutrien Agar (E. Merck), Amoksisilin,
Kloramfenikol, Dimetil Sulfoksida (DMSO), dan buffer phospat pH 7 (Merck),
dan alkohol 70%.
c. Bakteri Uji
Bakteri uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Staphylococcus
epidermidis, Bacillus cereus, dan Shigella flexneri yang diperoleh dari
Universitas Setiabudi, Surakarta.
D. Prosedur Penelitian
1. Identifikasi Sampel
Daun mimba diperoleh dari Klaten, Jawa Tengah. Daun mimba
sebelumnya diidentifikasi di Bagian Biologi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah
Mada.
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
2. Preparasi dan Ekstraksi Sampel
Daun mimba yang sudah kering dihaluskan dengan blender untuk
memberoleh simplisia serbuk. Kemudian serbuk daun mimnba dimaserasi dengan
pelarut etanol selama 3x24 jam. Ekstrak etanol yang diperoleh selanjutnya
diuapkan dengan vacuum rotary evaporator dengan suhu 50ºC sampai diperoleh
ekstrak pekat etanol.
3. Pengujian Golongan Senyawa Ekstrak Etanol
Skrining fitokimia terhadap ekstrak etanol dilakukan dengan uji tabung
dan uji secara KLT. Skrining fitokimia dilakukan terhadap alkaloid, flavonoid,
terpenoid dan steroid, antrakuinon, saponin, tanin(polifenolik), dan asam lemak.
Metode skrining uji tabung yang digunakan berdasarkan Pedrosa (1978),
Harborne (1987), dan Sofiana (2009).
a. Alkaloid
Ekstrak diambil sebanyak 20 mg, ditambah dengan HCL 2M, dipanaskan
diatas penangas air sambil diaduk, kemudian didinginkan hingga suhu ruang.
NaCl serbuk ditambahkan, diaduk, dan disaring, kemudian filtrat ditambah HCl
2M sampai volume tertentu. Filtrat dibagi dalam 2 tabung reaksi, tabung 1
ditambah reagen wagner dan tabung lainnya sebagai blangko. Tabung 1
diamati terbentuknya endapan dan dibandingkan dengan larutan blangko pada
tabung satunya. Jika tidak terbentuk endapan, berarti bahan tidak mengandung
alkaloid dan jika terbentuk endapan berarti bahan mengandung alkaloid.
b. Flavonoid
Sebanyak 0,3 g ekstrak ditambah dengan methanol 30%, kemudian
dipanaskan selama kurang lebih 5 menit. Larutan disaring dan filtrat ditambah
dengan larutan H2SO 4. Terbentuknya warna merah mengindikasikan adanya
flavonoid.
c. Terpenoid dan Steroid
0,1 g ekstrak ditambah dengan 5 mL etanol 30%, lalu dipanaskan selama 5
menit. Larutan disaring dan filtrat yang diperoleh diuapkan. Kemudian filtrat
ditambah dengan eter. Lapisan eter diambil dan ditambah dengan Liberman
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
Buchard. Terpenoid dan steroid menunjukkan hasil positif jika terbentuk warna
merah sampai ungu atau hijau.
d. Antrakuinon
Ekstrak ditambah 5 mL H 2SO 4 2 N, lalu dipanaskan sebentar dan
didinginkan. Kemudian ditambahkan 10 ml benzene, dikocok dan didiamkan.
Lapisan
benzene
dipisahkan
dan
disaring.
Filtrat
berwarna
kuning
menunjukkan adanya antrakuinon.
e. Saponin
Ekstrak diambil sebanyak 0,1 g, lalu ditambah dengan 5 mL akuades dan
dipanaskan selama kurang lebih 5 menit. Kemudian larutan dikocok dan
didiamkan. Jika terbentuk buih yang stabil setinggi kurang lebih 1 cm dan jika
ditambah HCl buih tetap stabil maka bahan mengandung saponin.
f. Tanin(Polifenolik)
0,1 g ekstrak ditambah dengan 5 mL akuades, kemudian didihkan selama 5
menit. Larutan disaring dan filtrat yang diperoleh ditetesi dengan FeCl3 1%.
Jika terbentuk warna biru tua sampai kehitaman berarti bahan mengandung
senyawa tanin(polifenolik).
g. Asam Lemak
5 mL ekstrak diuapkan sampai kering, lalu ditambahkan 5 mL KOH 0,5 N
dalam etanol, direfluks sehingga tidak terlihat tetesan minyak pada permukaan
cairan. Etanol dihilangkan dengan cara dipanaskan pada suhu 80ºC. sisa
dilarutkan dalam air panas dan diekstraksi dengan eter 2x10 mL. Fraksi air
diasamkan dengan HCl dan diekstrak lagi dengan eter. Ekstrak eter diuapkan,
jika sisa berminyak maka mengandung asam lemak.
Uji KLT menggunakan plat silika gel F254 (E. Merck). Ekstrak ditotolkan
pada plat dan dielusi dengan larutan pengembang tertentu, selanjutnya disemprot
dengan reagen spesifik dan bercak diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm, dan
UV 365 nm. Uji KLT yang digunakan berdasarkan metode Wagner (1983) dan
Harborne (1996). Uji KLT hanya dilakukan terhadap golongan senyawa yang
mempunyai hasil positif terhadap uji tabung.
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
a. Alkaloid
Larutan pengembang yang digunakan adalah toluena : etil asetat : dietil
amin (7 : 2 : 1). Plat kemudian dideteksi dengan reagen penyemprot pereaksi
Dragendorrf. Kemudian plat diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm, dan UV
365 nm. Alkaloid akan memberikan warna coklat dibawah sinar tampak dan
pada UV 365 nm akan memberikan warna fluorosens kuning atau biru.
b. Terpenoid dan Steroid
Larutan pengembang yang digunakan untuk analisa terpenoid dan steroid
adalah heksana : etil asetat (95% : 5%). Plat kemudian dideteksi dengan reagen
penyemprot SbCl3 dalam kloroform untuk steroid dan Liberman Buchard untuk
terpenoid. Terpenoid dan steroid akan memberikan warna ungu jika diamati
pada cahaya tampak dan dibawah sinar UV 254 nm.
c. Antrakuinon
Larutan pengembang yang digunakan adalah etil asetat : metanol : air (100
: 13,5 : 10). Plat dikeringkan kemudian disemprot dengan pereaksi KOH
etanolik 5%. Selanjutnya plat diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm, dan
UV 365 nm. Antrakuinon akan memberikan warna kuning pada cahaya tampak
dan fluorosens kuning jika diamati pada UV 365 nm.
d. Tanin(Polifenolik)
Fase gerak yang digunakan adalah etil asetat : metanol : air (100: 13,5 :
10). Deteksi menggunakan reagen penyemprot FeCl3 1%. Kemudian plat
diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm.
e. Asam Lemak
Uji asam lemak menggunakan eluen benzene : dietil eter (95% : 5%).
Deteksi asam lemak menggunakan reagen penyemprot 0,5 % rodamin B
dalam etanol. Kemudian plat diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm, dan
UV 365 nm. Asam lemak akan memberikan warna ungu pada UV 254 nm dan
365 nm.
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
4. Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol
Ekstrak etanol dibuat konsentrasi tertentu dengan pelarut dimetil
sulfoksida (DMSO). Pengujian menggunakan metode difusi agar yaitu metode
perforasi dengan tahap kerja sebagai berikut :
a. Sterilisasi alat
Alat-alat yang akan digunakan untuk uji aktivitas antibakteri disterilkan
dalam autoklaf dengan suhu 121ºC selama kurang lebih 20 menit.
b. Pembuatan media agar miring
Sebanyak 1 g NA (Nutrien Agar) dilarutkan dalam 50 mL akuades, lalu
larutan tersebut dipanaskan dan distirrer diatas hotplate-stirrer sampai larutan
menjadi kuning bening. Kemudian sebanyak 5 mL larutan NA tersebut
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tabung reaksi tersebut ditutup dengan
kapas dan aluminium foil, kemudian distrelisasi pada suhu 121ºC selama 20
menit. Selanjutnya tabung reaksi diletakkan ditempat yang miring dan
dibiarkan memadat pada suhu kamar.
c. Pembuatan biakan bakteri
Sebanyak 1 ose bakteri uji digoreskan pada media agar miring dengan pola
zig zag. Proses ini dilakukan dalam keadaan steril pada ruang isolasi yang telah
disinari dengan sinar UV. Biakan diinkubasi selama kurang lebih 18 sampai 24
jam pada suhu 37ºC.
d. Pembuatan suspensi bakteri uji
Sebanyak 1 ose bakteri dimasukkan kedaalam tabung reaksi yang telah
diisi dengan 3 mL akuades steril.
e. Pengujian aktivitas antibakteri
Sebanyak 3 g NA (Nutrien Agar) dilarutkan dalam 150 mL akuades, lalu
larutan tersebut dipanaskan dan distirrer diatas hotplate-stirrer sampai larutan
menjadi kuning bening. larutan NA tersebut disterilisasi pada suhu 121ºC
kedalam cawan petri steril, kemudian ditambahkan 15 mL larutan NA steril.
Cawan petri digoyang supaya bakteri dan larutan NA tarcampur rata dan
didiamkan sampai agar memadat. Setelah agar membeku, dibuat lubang
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
sampel yang telah dibuat konsentrasi tertentu menggunakan pelarut DMSO.
Langkah ini dilakukan 3 kali pengulangan, kemudian cawan petri dibungkus
dengan kertas dan diinkubasi dalam inkubator selama 18-24 jam pada suhu
37ºC. Setelah itu diameter daerah hambat diukur menggunakan jangka sorong.
Diameter daerah hambat ini ditunjukkan dengan daerah bening disekitar lubang
yang berisi sampel.
5. Pemisahan Ekstrak Etanol
Pemisahan ekstrak pekat etanol dilakukan dengan menggunakan
Kromatografi Vakum Cair (KVC). Kolom KVC yang digunakan memiliki
diameter 6 cm. Sebelum dilakukan pemisahan, perlu dilakukan persiapan kolom
KVC dan persiapan sampel. Sebanyak 35 g silika Gel F254 dimasukkan kedalam
kolom KVC, silika tersebut dipadatkan dengan cara divakum dan ditekan-tekan.
Sebanyak 5 g sampel dilarutkan dengan aseton, lalu diimpregnasi dengan silika
adsorb G 60 sebanyak 10 g sampai tercmpur rata. Setelah homogen sampel
dibiarkan beberapa saat sampai kering. Proses ini diulangi sebanyak 5 kali untuk
memaksimalkan hasil rendemen.
Sampel yang sudah kering selanjutnya dimasukkan kedalam kolom KVC
yang sebelumnya telah diisi dengan silika Gel F254. Kemudian sampel dielusi
dengan menggunakan pelarut heksana, etil asetat dan etanol secara berurutan.
Eluen yang digunakan sebanyak 200 mL heksana, 200 mL etil asetat, dan 200 mL
etanol.
Fraksi-fraksi yang diperoleh dari hasil pemisahan kemudian diuapkan
pelarutnya menggunakan vacum rotary evaporator dengan suhu kurang lebih
50ºC. Sehingga diperoleh fraksi pekat heksana, fraksi pekat etil asetat,dan fraksi
pekat etanol.
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
6. Pengujian Aktivitas Antibakteri Fraksi-Fraksi Hasil Pemisahan KVC
a. Uji aktivitas antibakteri fraksi-fraksi hasil KVC
Fraksi-fraksi hasil KVC dilakukan pengujian aktivitas antibakteri
menggunakan tahapan kerja seperti pada pengujian aktivitas antibakteri ekstrak
etanol untuk mendapatkan fraksi teraktif antibakteri.
b. Penetapan KHM fraksi teraktif antibakteri
Penetapan KHM dilakukan untuk mengetahui konsentrasi terkecil sampel
uji yang masih bisa menghambat pertumbuhan bakteri uji. Penetapan KHM ini
dilakukan dengan metode yang sama dengan pengujian aktivitas antibakteri,
yaitu dengan melakukan variasi konsentrasi sampel. Penetapan KHM
dilakukan terhadap fraksi yang mempunyai aktivitas antibakteri tertinggi.
c. Penetapan KHM pembanding
Pembanding yang digunakan adalah amoksisilin dan kloramfenikol
dengan perlakuan yang sama dengan sampel uji. Tetapi dalam pengenceran
Amoksisilin digunakan buffer fosfat pH 7, sedangkan kloramfenikol
menggunakan DMSO dalam pengencerannya.
7. Pengujian Golongan Senyawa Fraksi Teraktif Antibakteri
Pengujian golongan senyawa dalam fraksi teraktif antibakteri dilakukan
dengan metode yang sama dengan ekstrak etanol.
8. Kromatografi Gas-Spektrofotometer Massa (GC-MS)
Analisis GC-MS dilakukan untuk mengidentifikasi komponen kimia fraksi
teraktif antibakteri daun mimba. Kondisi alat GC-MS adalah sebagai berikut :
Jenis pengion
: EI (Electron Impact)
Jenis kolom
: Rastex RXi-5MS
Panjang kolom
: 30 meter
Diameter kolom
: 0,25 milimeter
Suhu kolom
: 60°C
Suhu injektor
: 310°C
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
E. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Penelitian ini akan dihasilkan berbagai data. Pada tahap pengujian
aktivitas antibakteri ekstrak, fraksi-fraksi, amoksisilin, dan kloramfenikol akan
diperoleh data diameter hambat untuk masing-masing bakteri uji pada berbagai
konsentrasi tertentu. Dari uji aktivitas antibakteri ini dapat diketahui fraksi mana
yang mempunyai aktivitas antibakteri paling tinggi terhadap bakteri uji, yaitu
didasarkan dari perolehan data diameter hambat. Fraksi yang mempunyai aktivitas
antibakteri paling tinggi tersebut kemudian dilakukan uji penentuan KHM
(Konsentrasi Hambat Minimum) dan uji banding. Selanjutnya fraksi tersebut
dianalisis dengan uji tabung dan KLT (Kromatografi Lapis Tipis) dan GC-MS
(Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa).
Pada penentuan konsentrasi hambat minimum diperoleh data nilai KHM.
Pada uji banding potensi fraksi terhadap standar amoksisilin dan kloramfenikol
diperoleh nilai potensi fraksi terhadap ketiga bakteri uji. Pada analisis KLT
diperoleh golongan senyawa pada fraksi teraktif. Pada analisis GC-MS akan
diperoleh data berupa kromatogram GC yang akan diperoleh informasi jumlah
senyawa yang terdeteksi dan persentase komponen senyawa sedangkan dari MS
akan dilakukan analisis data untuk menentuka struktur senyawa dengan
membandingkan dengan data sekunder dari literatur. Data-data diameter hambat
dan variasi kosentrasi hasil pengujian aktivitas antibakteri dilakukan analisa
menggunakan One Way ANOVA.
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi Sampel
Identifikasi tanaman mimba yang berasal dari daerah Klaten, Jawa Tengah
dilakukan di Bagian Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.
Hasil
identifikasi menunjukkan
bahwa
sampel
yang
digunakan
adalah
Azadirachta indica A. Juss. Hasil determinasi dapat dilihat pada Lampiran 2.
B. Preparasi dan Ekstraksi Sampel
Daun mimba yang sudah kering dilakukan penyerbukan dengan blender,
sehingga diperoleh bentuk serbuk. Luas permukaan simplisia dalam bentuk serbuk
lebih luas, sehingga memungkinkan interaksi antara sampel dengan pelarut lebih
banyak dan senyawa yang terekstrak lebih banyak. Kemudian sebanyak 1,23 kg
serbuk daun mimba dimaserasi selama 3x24 jam menggunakan pelarut etanol
96% sebanyak 560 mL. Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi dengan
cara perendaman sampel dalam waktu tertentu. Pada proses ini pelarut akan
menembus dinding sel sampel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung
senyawa aktif. Hal ini terjadi karena perbedaan konsentrasi senyawa aktif di
dalam sel dan di luar sel. Larutan terpekat didesak keluar sel (Anonim, 1986).
Penggunaan etanol sebagai pelarut karena alkohol merupakan pelarut universal
yang baik untuk mengekstraksi semua golongan senyawa metabolit sekunder
(Kristanti, 2008). Kemudian ekstrak etanol yang diperoleh diuapkan pelarutnya
menggunakan vacuum rotary evaporator dengan suhu 50ºC, sehingga diperoleh
eksrak pekat etanol sebanyak 58,182 g dengan rendemen 4,73%. Perhitungan
rendemen dapat dilihat pada Lampiran 3.
C. Pengujian Golongan Senyawa Ekstrak Etanol
Proses identifikasi senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam
ekstrak etanol dilakukan dengan skrining fitokimia. Skrining fitokimia ekstrak
etanol yang dilakukan dapat memberikan informasi mengenai ada tidaknya
commit to user
34
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
senyawa metabolit sekunder dalam daun mimba yang berpotensi sebagai zat
antibakteri.
Skrining fitokimia dilakukan dengan uji tabung dan uji penegasan KLT.
Uji penegasan KLT hanya dilakukan terhadap senyawa metabolit sekunder yang
memberikan hasil positif terhadap uji tabung. Hasil skrining fitokimia dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Skrining Fitokimia (Uji Tabung) Ekstrak Etanol
No.
Kandungan
Senyawa
1.
Alkaloid
2.
Flavonoid
3.
Trepenoid dan
Steroid
Warna Hijau
4.
Saponin
Tidak terbentuk buih
Hasil Uji
Teori
Kesimpulan
Warna orange dan
Terbentuk endapan
Warna hijau
kehitaman
Terbentuknya suatu
endapan1)
+
Warna merah2)
-
Warna merah, ungu
atau hijau2)
Adanya buih yang
stabil setinggi ±1 cm2)
+
-
Warna biru
Biru tua, hitam2)
+
kehitaman
3)
6.
Antrakuinon
Warna kuning keruh
Warna kuning
+
7.
Asam Lemak
Sisa berminyak
Sisa berminyak2)
+
2)
Keterangan : (+) = Ada golongan senyawa kimia
= Harborne (1987)
3)
(-) = Tidak ada golongan senyawa kimia
= Sofiana (2009)
5.
Tanin(Polifenolik)
1)
= Pedrosa (1978)
Hasil skrining fitokimia uji tabung menunjukkan bahwa ekstrak etanol
mengandung
senyawa
metabolit
sekunder
alkaloid,
terpenoid,
steroid,
tanin(polifenolik), antrakuinon, dan asam lemak. Selanjutnya senyawa-senyawa
tersebut dilakukan uji penegasan KLT menggunakan eluen yang sesuai dan
disemprot dengan reagen penyemprot yang spesifik untuk masing-masing
senyawa. Hasil skrining fitokimia uji penegasan KLT dapat dilihat pada Tabel 2.
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia (Uji KLT) Ekstrak Etanol Setelah
Dideteksi dengan Pereaksi Spesifik
No Kandungan
Sinar Tampak
UV 254
UV 365
Rf
.
Senyawa
Hasil
Teori Hasil
Teori
Hasil
Teori
1.
Alkaloid
0,88
Tidak Coklat,
terlihat orange1)
-
Fluoresens Fluoresens
biru
kuning/biru 1)
-
Ungu 2)
Ungu 2)
Hijau,
Tanin
merah,
4.
0,9 Hijau
(Polifenolik)
ungu,
1)
biru
5. Antrakuinon 0,48 Kuning Kuning 1) Ungu Flouresens1)
0,12
Asam
6.
0,31
Ungu
Ungu2)
Lemak
0,53
Keterangan : (+) = Ada golongan senyawa kimia
(-) = Tidak ada golongan senyawa kimia
2.
3.
Kesim
pulan
Terpenoid 0,18 Ungu
Steroid
0,16 Ungu
-
-
+
+
-
-
+
-
-
+
Ungu
Ungu 2)
+
1)
2)
= Wagner (1983)
= Harborne (1996)
Hasil skrining fitokimia uji penegasan KLT menunjukkan bahwa di dalam
ekstrak etanol mengandung senyawa metabolit sekunder alkaloid, terpenoid,
steroid, tanin(polifenolik), antrakuinon, dan asam lemak. Beberapa hasil yang
diperoleh ini sama dengan hasil skrining fitokimia ekstrak etanol daun mimba
yang dilakukan oleh Aslam dkk. (2009), dan yang sebelumnya dilakukan oleh
Nugraheni (2007).
D. Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol
Ekstrak etanol hasil maserasi dilakukan pengujian aktivitas antibakteri.
Pengujian aktivitas antibakteri ini bertujuan untuk mengetahui potensi antibakteri
ekstrak etanol awal terhadap bakteri yang digunakan sebelum dilakukan langkah
selanjutnya.
Pengujian
dilakukan
terhadap
+
beberapa
konsentrasi dengan
menggunakan metode difusi agar khususnya perforasi. Konsentrasi dibuat dengan
mengencerkan ekstrak dalam DMSO (Dimetil Sulfoksida) dan konsentrasi yang
digunakan adalah 100%, 75%, 50%, dan 25%. Digunakannya DMSO sebagai
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
pelarut dikarenakan DMSO mampu melarutkan ekstrak dengan sempurna. Selain
itu DMSO juga tidak mempunyai daya antibakteri terhadap bakteri uji yang
digunakan, sehingga tidak mempengaruhi hasil uji antibakteri (Kustyaningsih,
2004). Bakteri yang digunakan pada penelitian ini adalah Staphylococcus
epidermidis, Bacillus cereus, dan Shigella Flexneri.
Hasil uji menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun mimba mampu
menghambat pertumbuhan ketiga bakteri uji. Hasil pengujian aktivitas antibakteri
dapat dilihat pada Tabel 3, sedangkan hasil pengujian selengkapnya ditunjukkan
pada Lampiran 4. Kemampuan suatu zat antibakteri dalam menghambat ataupun
membunuh bakteri tergantung pada konsentrasi zat antibakteri (Schlegel dan
Schmidt, 1994). Semakin besar konsentrasi zat antibakteri maka semakin besar
juga daerah hambat pertumbuhan bakteri.
Tabel 3. Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol
Konsentrasi
Diameter Daerah Hambat Rata-Rata (mm)
(g/mL)
S. epidermidis
B. cereus
S. Flexneri
100
14,02±0,19
14,61±0,05
14,41±0,11
75
13,66±0,09
14,36±0,10
14,08±0,10
50
13,45±0,04
13,97±0,16
13,60±0,30
25
13,05±0,27
13,04±0,34
12,58±0,39
Keterangan : Diameter lubang = 6 mm
Dari hasil pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol selanjutnya
dilakukan analisis data statistik untuk mengetahui secara pasti apakah terdapat
perbedaan aktivitas antibakteri yang nyata diantara keempat konsentrasi ekstrak
etanol diatas. Metode analisa yang digunakan adalah metode One Way ANOVA.
Data hasil analisa dapat dilihat pada Lampiran 5. Hasil uji ANOVA menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh variasi bakteri terhadap penghambatan bakteri uji untuk
konsentrasi 100%, 75%, dan 50% karena sig < 0,05. Sedangkan pada konsentrasi
25% variasi bakteri tidak berpengaruh terhadap penghambatan bakteri uji.
Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan aktivitas antibakteri antar bakteri
dilakukan analisa LSD. Hasil analisa LSD disimpulkan bahwa pada konsentrasi
100%
bakteri S. epidermidis
menunjukkan perbedaan aktivitas yang nyata
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
terhadap semua bakteri uji, sedangkan B. cereus dan S. flexneri hanya
menunjukkan perbedaan aktivitas yang nyata terhadap bakteri S. epidermidis saja.
Pada konsentrasi 75%
bakteri S. epidermidis, B. cereus, dan S. flexneri
menunjukka perbedaan aktivitas yang nyata terhadap semua bakteri uji. Pada
konsentrasi 50% hanya S. flexneri yang tidak menunjukkan perbedaan aktivitas
yang nyata terhadap semua bakteri uji, sedangkan B. cereus menunjukka
perbedaan aktivitas yang nyata terhadap S. epidermidis, begitu juga sebaliknya.
Pada konsentrasi 25% bakteri S. epidermidis, B. cereus, dan S. Flexneri
mempunyai pengaruh yang beda terhadap semua bakteri uji.
E. Pemisahan Ekstrak Etanol
Berdasarkan hasil uji antibakteri ekstrak etanol, diketahui bahwa ekstrak
etanol daun mimba dapat menghambat ketiga bakteri uji, sehingga daun mimba
bisa dikembangkan sebagai antibiotik baru. Namun kandungan senyawa ekstrak
etanol masih terlalu kompleks, sehingga perlu dilakukan pemisahan untuk
mengetahui zat-zat yang aktif sebagai antibakteri. Pemisahan dilakukan dengan
KVC (Kromatografi Vakum Cair). KVC merupakan kromatografi yang
dimodifikasi dengan pompa vakum untuk mempercepat proses elusi.
Dalam penelitian ini digunakan perbandingan antara sampel dengan fase
diam adalah 1 : 7. Sebanyak 5 g sampel dilarutkan dengan aseton, kemudian
diimpregnasi dengan silika adsorb G 60 sebanyak 10 g dan dibiarkan sampai
kering. Selanjutnya sampel dimasukkan pada bagian atas fase diam yang telah
dipadatkan. Fase diam yang digunakan disini adalah silika GF254 dan jumlah yang
digunakan adalah 35 g. Pemisahan dilakukan sebanyak 5 kali, sehingga jumlah
total sampel yang dipisahkan adalah 25 g.
Eluen yang digunakan untuk mengelusi sampel adalah heksana, etil asetat,
dan etanol. Proses elusi dimulai dengan eluen yang paling non polar sampai polar
dan setiap fraksi yang diperoleh ditampung (Hostettman dkk., 1986). Eluen yang
digunakan adalah 200 mL heksana, 200 mL etil asetat, dan 200 mL etanol. Hasil
fraksinasi ekstrak etanol dapat dilihat pada Tabel 4, sedangkan hasil perhitungan
rendemen dapat dilihat pada Lampiran 3.
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
Tabel 4. Hasil Pemisahan Kromatografi Vakum Cair Ekstrak Etanol Daun Mimba
Pelarut
Heksana
Etil asetat
Etanol
Berat Fraksi (g)
0,480
10,560
8,058
Warna
Kuning
Hijau kehitaman
Coklat kehitaman
Persentase (%)
1,92
42,24
32,23
F. Pengujian Aktivitas Antibakteri Fraksi-Fraksi Hasil Pemisahan KVC
Fraksi-fraksi hasil pemisahan
KVC
diuji aktivitas antibakterinya
menggunakan metode yang sama dengan pengujian aktivitas antibakteri ekstrak
etanol awal. Tujuannya adalah untuk mencari fraksi yang mempunyai aktivitas
antibakeri yang paling tinggi untuk selanjutnya dilakukan analisis lebih lanjut.
Hasil uji aktivitas antibakteri fraksi-fraksi hasil pemisahan KVC ditunjukkan pada
Tabel 5, sedangkan hasil pengujian selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 6.
Tabel 5. Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri Fraksi-Fraksi Hasil
Pemisahan KVC
Konsentrasi (g/mL)
DDH (mm)
F
100
75
50
25
1
6,00±0,00
6,00±0,00 6,00±0,00 6,00±0,00
S. epidermidis
2
12,74±0,19
12,20±0,16 11,61±0,35 10,72±0,23
3
9,58±0,34
9,24±0,25 8,38±0,14 7,67±0,23
1
6,00±0,00
6,00±0,00 6,00±0,00 6,00±0,00
B. cereus
2
12,76±0,15
12,18±0,14 11,63±0,31 11,13±0,04
3
11,14±0,09
9,72±0,09 8,97±0,21 8,16±0,20
1
6,83±0,12
6,55±0,14 6,23±0,06 6,00±0,00
S. flexneri
2
13,32±0,21
12,75±0,24 12,13±0,11 11,13±0,07
3
8,88±0,13
8,05±0,06 7,67±0,27 7,16±0,23
Keterangan : Diameter lubang = 6 mm
F 1 = Fraksi heksana
F 2 = Fraksi etil asetat
F 3 = Fraksi etanol
Hasil uji aktivitas antibakteri fraksi-fraksi hasil pemisahan KVC
menunjukkan bahwa fraksi etil asetat mempunyai aktivitas antibakteri paling
tinggi dibandingkan dengan fraksi lainnya. Berdasarkan hasil pengujian aktivitas
fraksi-fraksi daun mimba hasil pemisahan KVC selanjutnya dilakukan analisis
data ststiatik untuk mengetahui secara pasti apakah terdapat pengaruh perbedaan
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
aktivitas antibakteri yang nyata diantara masing-masing fraksi. Hasil pengujian
ANOVA yang ditunjukkan pada Lampiran 7 dapat disimpulkan bahwa semua
fraksi yaitu fraksi heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi etanol terdapat perbedaan
yang nyata terhadap ketiga bakteri uji. Kemudian selanjutnya dilakukan pengujian
lebih lanjut menggunakan LSD untuk mengetahui perbedaan aktivitas antibakteri
antar fraksi. Hasil uji menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antara fraksi
heksana dengan fraksi etil asetat dan fraksi etanol dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S. epidermidis, B. cereus, dan S. flexneri. Berdasarkan
analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa fraksi etil asetat mempunyai aktivitas
antibakteri tertinggi dan nyata terhadap bakteri S. epidermidis, B. cereus, dan S.
flexneri. Setelah diketahui bahwa fraksi etil asetat yang mempunyai aktivitas
antibakteri tertinggi, selanjutnya dilakukan uji penetapan KHM terhadap ketiga
bakteri uji tersebut.
Berdasarkan hasil pengujian aktivitas antibakteri fraksi-fraksi daun mimba
dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol mempunyai aktivitas antibakteri yang
lebih besar dibandingkan dengan fraksi-fraksi hasil pemisahan KVC. Jawetz dkk.
(2005) menyatakan bahwa aktivitas kerja gabungan beberapa senyawa antibakteri
bisa lebih efektif dibandingkan dengan aktivitas kerja dari masing-masing
senyawa.
G. Penetapan KHM dan Nilai Banding
1. Penetapan KHM Fraksi Etil Asetat
Fraksi etil asetat daun mimba diketahui memiliki aktivitas antibakteri
tertinggi, sehingga dilakukan penetapan KHM terhadap ketiga bakteri uji. KHM
merupakan konsentrasi terkecil zat antibakteri yang masih mampu menghambat
pertumbuhan bakteri uji. Penetapan KHM dilakukan dengan memvariasi
konsentrasi etil asetat secara menurun. Konsentrasi dimulai dari 0,75% sampai
dengan 0,025%. Hasil penetapan KHM fraksi etil asetat dapat dilihat pada Tabel
6, sedangkan hasil pengujian selengkapnya terdapat pada Lampiran 8.
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
Tabel 6. Hasil Uji Penetapan KHM Fraksi Etil Asetat
Konsentrasi
Diameter Daerah Hambat Rata-Rata (mm)
(g/mL)
S. epidermidis
B. cereus
S. Flexneri
0,75
7,80±0,12
7,94±0,01
7,91±0,06
0,5
7,48±0,13
7,66±0,03
7,65±0,10
0,25
7,15±0,02
7,35±0,03
7,34±0,09
0,1
6,96±0,09
7,21±0,08
7,21±0,09
0,075
6,32±0,24
6,93±0,21
6,83±0,20
0,05
6,00±0,00
6,44±0,21
6,83±0,20
0,025
6,00±0,00
6,00±0,00
6,00±0,00
Keterangan : Diameter lubang = 6 mm
Hasil uji penetapan KHM menunjukkan bahwa KHM fraksi etil asetat
terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis adalah 0,075% dengan diameter
hambat rata-rata 6,32±0,24 mm, sedangkan untuk bakteri Bacillus cereus adalah
0,05% dengan diameter hambat rata-rata 6,44±0,21 mm dan Shigella flexneri
adalah 0,05% dengan diameter hambat rata-rata 6,83±0,20 mm. Dari data dapat
disimpulkan bahwa fraksi etil asetat mempunyai nilai KHM paling kecil untuk
bakteri B. cereus dan S. flexneri. Ini artinya bahwa fraksi etil asetat mempunyai
aktivitas antibakteri yang lebih besar terhadap bakteri B. cereus dan S. flexneri
dibandingkan dengan bakteri S. epidermidis. Sedangkan potensi fraksi etil asetat
terhadap bakteri S. flexneri> B. cereus> S. epidermidis.
Adanya perbedaan aktivitas antibakteri tersebut di atas kemungkinan
karena adanya perbedaan komponen penyusun dinding sel antara bakteri gram
positif dan negatif. Menurut Pelczar dkk. (1986), dinding sel bakteri gram positif
relatif lebih sederhana, sehingga senyawa antibakteri lebih mudah masuk ke
dalam sel dan menemukan sasaran untuk merusak struktur dinding sel. Sedangkan
struktur dinding sel bakteri gram negatif lebih kompleks yang terdiri dari 3
lapisan, yaitu lapisan luar yang berupa lipoprotein, lapisan tengah yang berupa
lipopolisakarida, dan lapisan dalam yang berupa peptidoglikan. Lapisan luar yang
terdapat dalam bakteri gram negatif berfungsi sebagai lapisan pelindung bakteri
terhadap zat-zat yang bersifat racun termasuk zat antibakteri yang dapat
menghambat sintesis peptidoglikan. Hal ini menyebabkan bakteri gram negatif
lebih resistan terhadap zat antibakeri dibandingkan bakteri gram positif. Selain hal
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
tersebut perbedaan aktivitas antibakteri suatu zat antibakteri tergantung pada tipe
ekstrak, spesies tanaman, dan spesies bakteri itu sendiri (Durmas dkk., 2006).
Dari hasil diatas di atas kemudian dilakukan analisis statistik untuk
mengetahui perbedaan secara pasti antara konsentrasi fraksi dengan bakteri uji.
Metode analisa yang digunakan adalah analisa One Way ANOVA, hasilnya
ditunjukkan pada Lampiran 9. Hasil uji ANOVA disimpulkan bahwa 0,75% dan
0,5% tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata. Analisis
lebih lanjut
menggunakan LSD diketahui bahwa secara umum terdapat perbedaan yang nyata
antara konsentrasi satu dengan yang lain. Namun ada beberapa yang tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata yaitu antara konsentrasi 0,25% dengan 0,1%
dan konsentrasi 0,05% dengan 0,025% terhadap bakteri S. epidermidis.
Konsentrasi 0,25% dengan 0,1% juga tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
terhadap bakteri B. cereus. Sedangkan terhadap bakteri S. flexneri konsentrasi
0,25% dengan 0,1% juga tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
2. Penetapan KHM Amoksisilin dan Kloramfenikol
Zat pembanding yang digunakan dalam penelitian aktivitas antibakteri
daun mimba adalah amoksisilin dan kloramfenikol. Pemilihan amoksisilin sebagai
zat pembanding dikarenakan amoksisilin merupakan antibiotik dengan spektrum
luas dan biasa digunakan untuk mengobati untuk pengobatan infeksi pada saluran
nafas, saluran empedu dan saluran seni, gonorhoe, gastroenteritis, meningitis dan
infeksi karena Salmonella sp., seperti demam tipoid (Siswandono dan Soekardjo,
2000). Selain itu Mutschler (1991) menyebutkan bahwa amoksisilin mampu
meghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan negatif seperti Staphylococcus
aureus, Bacillus cereus, Psudomonas aeruginosa, dan Eschericia coli. Hasil uji
penetapan KHM amoksisilin ditunjukkan pada Tabel 7, hasil selengkapnya
terdapat pada Lampiran 10.
Amoksisilin dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara
menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding
sel mikroba. Dinding sel bakteri yang terhambat adalah komponen peptidoglikan,
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
yang merupakan komponen dinding sel yang penting dalam menstabilkan sel
bakteri (Khan, 2011).
Penetapan KHM
amoksisilin
dilakukan dengan
membuat
variasi
konsentrasi amoksisilin. Pelarut yang digunakan adalah buffer phospat pH 7. Hal
ini dikarenakan buffer phospat pH 7 dapat melarutkan amoksisilin dengan
sempurna tidak memiliki hambatan terhadap mikroba, sehingga dapat berfungsi
sebagai blanko ( Downes dan Ito, 2001).
Tabel 7. Hasil Uji Penetapan KHM Amoksisilin
Konsentrasi
Diameter Daerah Hambat Rata-Rata (mm)
ppm
(g/mL)
S. epidermidis B. cereus
S. flexneri
2
2,0.10 -4
10,05±0,07
9,07±0,08
9,83±0,07
1,75
1,75.10 -4
9,57±0,06
8,69±0,06
9,32±0,09
-4
1,5
1,5.10
9,23±0,30
8,42±0,09
8,82±0,08
1,25
1,25.10 -4
9,05±0,08
7,72±0,35
8,29±0,14
1
1,0.10 -4
8,76±0,05
7,92±0,13
7,11±0,04
-5
0,75
7,5.10
7,91±0,04
6,00±0,00
7,15±0,16
0,5
5,0.10 -5
6,85±0,05
6,00±0,00
6,00±0,00
0,25
2,5.10 -5
6,00±0,00
6,00±0,00
6,00±0,00
Keterangan : Diameter lubang = 6 mm
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa KHM amoksisilin untuk
bakteri Staphylococcus epidermidis adalah 5,0.10-5% dengan diameter hambat
rata-rata 6,85±0,05 mm, terhadap Bacillus cereus adalah 1,0.10 -4% dengan
diameter hambat rata-rata 7,11±0,04 mm, dan terhadap Shigella flexneri adalah
7,5.10 -5% dengan diameter hambat rata-rata 7,15±0,16 mm.
Dari data yang diperoleh, selanjutnya dilakukan analisis data statistik
menggunakan metode One Way ANOVA. Hasil uji yang terdapat pada Lampiran
12 diketahui bahwa terdapat perbedaan yang nyata untuk semua konsentrasi
terhadap ketiga bakteri uji. Analisis lebih lanjut menggunakan LSD diketahui
bahwa secara umum terdapat perbedaan yang nyata antara konsentrasi satu
dengan yang lain. Beberapa tidak menunjukkan perbedaan yang nyata yaitu antara
konsentrasi 5,0.10-5% dengan 2,5.10 -5% terhadap bakteri S. flexneri. Konsentrasi
7,5.10 -5% dengan 5,0.10-5% dan 7,5.10-5% dengan 2,5.10 -5% juga tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap bakteri B. cereus.
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
Zat pembanding kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kloramfenikol. Kloramfenikol dipilih sebagai zat pembanding dikarenakan
kloramfenikol mempunyai spektrum kerja antibakteri terhadap bakteri S.
pyogenes, S. viridians, Neisseria, Bacillus spp., dan kebanyakan bakteri anaerob
lainnya. Selain itu kloramfenikol juga mempunyai spektrum kerja seperti
tetrasilkin. Menurut Tjay dan Rahardja (2002), tetrasiklin adalah obat yang
digunakan untuk mengobati disentri basiler. Hasil uji penetapan KHM
kloramfenikol dapat dilihat pada Tabel 8, sedangkan hasil selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 14. Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis
protein bakteri. Antibiotik ini terikat pada ribosom sub unit 50S dan menghambat
enzim peptida transferase sehingga ikatan peptida tidak terbentuk pada proses
sintesis protein bakteri (Gunawan dkk., 2007).
Penetapan KHM kloramfenikol dilakukan dengan variasi konsentrasi
mulai dari konsentrasi 2,0.10-3% sampai dengan konsentrasi 7,5.10-5%. Pelarut
yang digunakan adalah DMSO. Hal ini dikarenakan DMSO mampu melarutkan
kloramfenikol dengan sempurna, selain itu DMSO juga tidak menunjukkan
penghambatan terhadap ketiga bakteri uji.
Tabel 8. Hasil Uji Penetapan KHM Kloramfenikol
Konsentrasi
Diameter Daerah Hambat Rata-Rata (mm)
ppm
(g/mL)
S. epidermidis
B. cereus
S. Flexneri
20
2,0.10 -3
13,24±0,10
12,99±0,12 11,18±0,09
15
1,5.10 -3
12,20±0,02
11,60±0,10 10,79±0,09
10
1,0.10 -3
11,62±0,03
11,40±0,10
9,63±0,13
5
5,0.10 -4
9,60±0,02
10,32±0,13
8,94±0,05
-4
2,5
2,5.10
7,91±0,02
9,51±0,08
7,45±0,03
1,25
1,25.10 -4
8,10±0,10
6,00±0,00
6,79±0,03
1
1,0.10 -4
6,00±0,00
6,00±0,00
7,12±0,11
-5
0,75
7,5.10
6,00±0,00
6,00±0,00
6,00±0,00
Keterangan : Diameter lubang = 6 mm
Konsentrasi
hambat
minimum
kloramfenikol
terhadap
bakteri
Staphylococcus epidermidis adalah 1,25.10 -4% dengan diameter hambat rata-rata
6,79±0,03 mm, terhadap Bacillus cereus adalah 1,0.10 -4% dengan diameter
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
hambat rata-rata 7,12±0,11 mm, dan terhadap Shigella flexneri 2,5.10 -4% dengan
diameter hambat rata-rata 7,45±0,03 mm.
Data yang diperoleh di atas, selanjutnya dilakukan analisis data statistik
menggunakan metode One Way ANOVA. Tujuannya adalah untuk mengetahui
perbedaan secara pasti antara konsentrasi kloramfenikol dengan semua bakteri uji.
Dari hasil uji ANOVA dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata
untuk semua konsentrasi terhadap ketiga bakteri uji. Analisa lebih lanjut
menggunakan LSD diperoleh kesimpulan bahwa secara umum terdapat perbedaan
yang nyata antara konsentrasi satu dengan yang lain. Namun konsentrasi 1,0.10 4
% dengan 7,5.10 -5% tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap bakteri S.
epidermidis. Selain itu antara konsentrasi 1,25.10 -4% dengan 1,0.10 -4%, 1,25.10 4
% dengan 7,5.10-5% dan 1,0.10-4% dengan 7,5.10 -5% juga tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata terhadap bakteri S. flexneri.
3. Penetapan Nilai Banding Fraksi Etil Asetat terhadap Amoksisilin dan
Kloramfenikol
Penetapan nilai banding dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
potensi antibakteri fraksi etil asetat apabila dibandingkan dengan antibiotik
sintetis. Antibiotik sitnetis yang digunakan dalam penelitian ini adalah amoksisilin
dan kloramfenikol. Perhitungan nilai banding dilakukan dengan cara membuat
grafik antara konsentrasi antibiotik vs rata-rata diameter daerah hambat antibiotik
untuk masing-masing bakteri uji. Dari grafik didapatkan persamaan garis linier.
Kemudian salah satu diameter daerah hambat fraksi etil asetat hasil pengujian
aktivitas antibakteri diplotkan pada persamaan garis linier yang diperoleh.
Konsentrasi fraksi etil asetat yang digunakan adalah 0,75%. Diameter daerah
hambat fraksi etil asetat konsentrasi 0,75% disubstitusikan sebagai nilai y pada
persamaan garis linier, sehingga diperoleh nilai x. Nilai x merupakan konsentrasi
fraksi etil asetat yang setara dengan antibiotik. Konsentrasi fraksi etil asetat yang
setara dengan antibiotik kemudian dibagi dengan konsentrasi fraksi etil asetat
yang diplotkan dan dikalikan dengan faktor 100%, sehingga diperoleh nilai
banding fraksi etil asetat terhadap antibiotik yaitu amoksisilin dan kloramfenikol.
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
Hasil penetapan nilai banding amoksisilin dan kloramfenikol dapat dilihat pada
Tabel 9. Hasil uji penetapan nilai banding faksi etil asetat terhadap amokisilin
selengkapnya terdapat pada Lampiran 13, sedangkan terhadap kloramfenikol
selengkapnya terdapat pada Lampiran 17.
Tabel 9. Hasil Penetapan Nilai Banding Fraksi Etil Asetat terhadap
Amoksisilin dan Kloramfenikol
Nilai banding fraksi etil asetat terhadap antibiotik
Antibiotik
S. epidermidis
B. cereus
S. flexneri
Amoksisilin
0,01%
0,02%
0,02%
Kloramfenikol
0,04%
0,02%
0,06%
Berdasarkan hasil uji penetapan nilai banding diatas disimpukan bahwa
nilai banding fraksi etil asetat terhadap amoksisilin untuk bakteri S. epidermidis
adalah 0,01%, B. cereus adalah 0,02%, dan untuk S. flexneri adalah 0,02%.
Sedangkan nilai banding fraksi etil asetat terhadap kloramfenikol untuk bakteri S.
epidermidis adalah 0,04%, B. cereus adalah 0,02%, dan S. flexneri adalah 0,06%.
Nilai banding fraksi etil asetat terhadap amoksisilin secara umum lebih
kecil dibanding kloramfenikol untuk bakteri semua bakteri uji. Hal ini
dikarenakan setiap bakteri mempunyai sifat dan ketahanan yang yang berbedabeda terhadap suatu antibiotik. Berdasarkan hasil penetapan uji banding
disimpulkan bahwa fraksi etil asetat mempunyai aktivitas antibakteri yang lebih
rendah dibandingkan amoksisilin dan kloramfenikol, namun masih bisa digunakan
sebagai alternatif antibakteri baru.
H. Pengujian Golongan Senyawa Fraksi Teraktif Antibakteri
Hasil uji aktivitas antibakteri fraksi-fraksi pemisahan dengan KVC
menunjukkan bahwa fraksi etil asetat memiliki aktivitas antibakteri tertinggi
terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis, Bacillus cereus, dan Shigella
flexneri dibandingkan dengan fraksi yang lainnya. Sehingga dilakukan skrining
fitokimia dengan uji tabung dan uji penegasan KLT terhadap fraksi etil asetat.
Pada uji KLT plat disemprot dengan reagen penyemprot yang spesifik untuk
masing-masing golongan senyawa.
Hasil skrining fitokimia
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
uji tabung
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
ditunjukkan pada Tabel 10, sedangkan hasil uji penegasan KLT ditunjukkan pada
Tabel 11.
Tabel 10. Hasil Skrining Fitokimia (Uji Tabung) Fraksi Etil Asetat
No.
Kandungan Senyawa
1.
Alkaloid
2.
Flavonoid
3.
Trepenoid dan Steroid
Warna Hijau
4.
Saponin
Tidak terbentuk buih
5.
6.
7.
No.
1.
2.
3.
4.
6.
7.
Hasil Uji
Warna orange dan
Terbentuk endapan
Warna hijau
kehitaman
Teori
Terbentuknya suatu
endapan1)
Kesimpulan
Warna merah2)
-
Warna merah, ungu
atau hijau2)
Adanya buih yag
stabil setinggi ±1 cm2)
+
+
-
Warna biru
Biru tua, hitam2)
+
kehitaman
Antrakuinon
Warna kuning keruh
Warna kuning
+
2)
Asam Lemak
Sisa berminyak
Sisa berminyak
+
1)
Keterangan : (+) = Ada golongan senyawa kimia
= Pedrosa (1978)
2)
(-) = Tidak ada golongan senyawa kimia
= Harborne (1987)
Tanin(polifenolik)
Tabel 11. Hasil Skrining Fitokimia (Uji KLT) Fraksi Etil Asetat Setelah
Dideteksi dengan Pereaksi Spesifik
Sinar Tampak
UV 254
UV 365
Kandungan
Kesim
Rf
Senyawa
pulan
Hasil
Teori Hasil
Teori
Hasil
Teori
Tidak Coklat,
Fluoresens Fluoresens
Alkaloid 0,88
+
terlihat orange1)
biru
kuning/biru 1)
Terpenoid 0,23 Ungu Ungu 2)
+
2)
Steroid
0,13 Ungu Ungu
+
Hijau,
Tanin
merah,
0,88 Hijau
+
(polifenolik)
ungu,
1)
biru
Antrakuinon 0,88 Kuning Kuning 1) Ungu Flouresens1)
+
0,04
Asam
0,12
Ungu
Ungu 2)
Ungu
Ungu 2)
+
Lemak
0,29
1)
Keterangan : (+) = Ada golongan senyawa kimia
= Wagner (1983)
2)
(-) = Tidak ada golongan senyawa kimia
= Harborne (1996)
Hasil uji skrining fitokimia menunjukkan bahwa fraksi etil asetat daun
mimba mengandung senyawa alkaloid, terpenoid, steroid, tanin(polifenolik),
antrakuinon, dan asam lemak. Hal tersebut terjadi karena pemisahan yang kurang
baik pada saat KVC, sehingga ada komponen senyawa non polar. Alkaloid di
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
dalam daun mimba mempunyai aktivitas antibakteri dikarenakan alkaloid
mempunyai kontribusi membentuk interkhelat dengan DNA bakteri (Cowan,
2000). Selain itu Alkaloid dapat mengganggu terbentuknya jembatan silang
komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel
tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut (Ajizah,
2004).
Terpenoid yang terkandung dalam fraksi etil asetat daun mimba
mempunyai aktivitas antibakteri melalui perusakan membran sel bakteri (Cowan,
2000). Steroid merupakan senyawa yang mempunyai aktivitas antibakteri,
mekanismenya adalah dengan cara mendesak ke dalam membran lipid sel bakteri
sehingga menyebabkan kebocoran liposom sel bakteri (Raquel, 2007). Tanin
mempunyai aktivitas antibakteri melalui aksi molekulernya yaitu dengan
membentuk kompleks dengan protein melalui ikatan hidrogen dan ikatan
hidrofobik (Cowan, 2000). Senyawa kuinon dapat menyebabkan protein bakteri
menjadi inaktif dan kehilangan fungsinya (Cowan, 2000). Asam lemak dapat
bersifat antibakteri karena asam lemak bersifat hidrofobik, sehingga dapat
menyebabkan kerusakan struktur membran sel bakteri dan membran menjadi
permeabel, kemudian akan menyebabkan kerusakan membran sitoplasma,
sehingga terjadi koagulasi pada nukleoid (Nalina dan Rahim, 2007; Hornitzky,
2003).
I.
Kromatografi Gas-Spektrofotometer Massa (GC--MS)
Hasil pengujian aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa fraksi etil asetat
mempunyai aktivitas tertinggi diantara fraksi yang lain. Oleh karena itu, untuk
mengetahui komponen kimia yang terdapat dalam fraksi etil asetat dilakukan
analisis menggunakan GC-MS. Dari hasil analisis diperoleh data Kromatogram
yang berasal dari analisis GC dan spektra massa dari analisis MS. Hasil
kromatogram GC menunjukkan adanya 12 puncak. Kromatogram GC dari fraksi
etil asetat ditunjukkan pada Gambar 11.
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
Gambar 7. Kromatogram GC fraksi etil asetat daun mimba
Identifikasi
senyawa
lebih
lanjut
dilakukan
dengan
analisis
spektrofotometer massa. Masing-masing puncak dari kromatogram akan
diterjemahkan oleh spektrofotometer massa menjadi suatu spektra massa. Analisis
dilakukan dengan membandingkan spektra massa dari senyawa target dengan
standar yang ada pada library alat yaitu Willey 229.LIB, NIST62.LIB, dan
penelusuran pustaka sebelumnya.
Berikut ini adalah analisis spektra massa senyawa dalam fraksi etil asetat
daun mimba yang teridentifikasi dengan GC-MS beserta dengan spektra
massanya.
1. Senyawa Puncak 1
Spektra massa senyawa puncak 1 dengan waktu retensi 20,770 menit dan
kelimpahan 0,41% ditampilkan pada Gambar 8. Dari spektra massa senyawa 1
diperkirakan bahwa senyawa ini memiliki m/z 449 [M+-H], dari literatur
sebelumnya diketahui bahwa ekstrak air daun mimba mengandung senyawa
azadiradione (Sadeghian, 2007). Senyawa ini merupakan senyawa golongan
triterpenoid dan memiliki m/z 450 [M+]. Sehingga diperkirakan senyawa puncak 1
ini adalah senyawa golongan triterpenoid.
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
Gambar 8. Spektra senyawa 1
2. Senyawa puncak 3
Spektra massa senyawa puncak 3 dengan waktu retensi 22,306 menit dan
kelimpahan 28,27% ditampilkan pada Gambar 9a, sedangkan spektra massa dari
senyawa standar dari library ditampilkan pada Gambar 9b.
(a)
(b)
Gambar 9. (a). Spektra senyawa 3, (b). Spektra massa senyawa asam palmitat
Spektra tersebut di atas dibuat tabel fragmentasi sebagai berikut :
Tabel 12. Fragmentasi senyawa puncak 3 dibandingkan dengan standar asam
palmitat (WILEY229.LIB)
No.
Senyawa
Puncak Fragmentasi
1. Senyawa puncak 3 41 43 60 73 85 98 115 129 143 157 171 185 199 213 227 256
Standar asam
2.
41 43 60 73 85 98 115 129 143 157 171 185 - 213 227 256
palmitat
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
Terlihat pada Gambar 9a dan Tabel 12, spektra massa puncak 3 mirip
dengan Gambar 9b yang merupakan spektra massa dari senyawa asam palmitat,
dengan Simillarity indeks 95%. Senyawa ini mempunyai berat molekul m/z 256
dengan rumus molekul C16H 32O 2. Pada penelitian sebelumnya senyawa asam
palmitat juga pernah diisolasi dari biji mimba (Suirta dkk., 2007). Asam palmitat
disebutkan dapat menghambat pertumbuhan bakteri Propionobacterium acnes
(Yang dkk., 2009).
3. Senyawa puncak 4
Spektra massa puncak 4 dengan waktu retensi 23,551 menit dan
kelimpahan 1,72% memiliki fragmen yang mirip dengan spektra massa senyawa
etil linoleolat. Spektra massa senyawa puncak 4 dapat dilihat pada Gambar 10a
dan spektra massa etil linoleolat dapat dilihat pada Gambar 10b.
(a)
(b)
Gambar 10. (a). Spektra senyawa 4, (b). Spektra senyawa etil linoleolat
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
Spektra tersebut di atas dapat dibuat tabel fragmentasi sebagai berikut :
Tabel 13. Fragmentasi senyawa puncak 4 dibandingkan dengan standar etil
linoleolat (WILEY229.LIB)
No.
1.
2.
Senyawa
Senyawa
puncak 4
Standar
etil
linoleolat
Puncak Fragmentasi
41
55
67
79
93
108 121
135
149 163
173
41
55
67
79
95
108 121
135
149 163
173
191 236
-
Tampak pada Gambar 10a dan Tabel 13 spektra massa puncak 4 mirip
dengan Gambar 10b yang merupakan spektra massa etil linoleolat dengan
Simillarity indeks 89%. Etil linoleolat memiliki berat molekul m/z 308 dengan
rumus molekul C20H 36O 2.
4. Senyawa puncak 5
Gambar 11. Spektra senyawa 5
Spektra massa puncak 5 dengan waktu retensi 24,091 menit dan
kelimpahan 45,06% memiliki [M +] 264. Dari literature sebelumnya diketahui
bahwa daun dan ranting mimba mengandung senyawa asam heksadekatrienoatmetil ester, senyawa ini juga memiliki [M+] 264 dan termasuk golongan asam
lemak tidak jenuh. Spektra massa puncak 5 dapat dilihat pada Gambar 11.
Sehingga diperkirakan senyawa 5 termasuk dalam golongan asam lemak.
5. Senyawa puncak 6
Spektra massa puncak 6 dengan waktu retensi 24,229 menit dan
kelimpahan 8,39% memiliki fragmen yang mirip dengan senyawa asam stearat.
Spektra massa puncak 6 dapat dilihat pada Gambar 12a dan spektra massa dari
asam stearat dapat dilihat pada Gambar 12b.
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
(a)
(b)
Gambar 12. (a). Spektra Senyawa 6, (b). Spektra massa senyawa asam stearat
Spektra tersebut di atas dapat dibuat tabel fragmentasi sebagai berikut :
Tabel 14. Fragmentasi senyawa puncak 6 dibandingkan standar asam stearat
(NIST62.LIB)
No. Senyawa
1.
2.
Senyawa
puncak 6
Standar
asam
stearat
Puncak Fragmentasi
41 43 60 73 85 98 115 129 143 157 171 185 199 213 227 241 255 284
41 43 60 73 85 98 115 129 143 - 171 185 199 213 - 241 256 284
Tampak pada Gambar 12a dan Tabel 16, spektra massa puncak 6 mirip
dengan gambar 12b yang merupakan spektra massa dari senyawa asam stearat
dengan Simillarity indeks 93. Senyawa ini mempunyai berat molekul m/z 284
dengan rumus molekul C18H 36O 2. Asam stearat juga merupakan senyawa yang
pernah diisolasi dari biji mimba (Suirta dkk., 2007). Asam stearat dikatakan
mempunyai aktivitas antijamur dan antibakteri (Agoramoorthy, 2007).
6. Spektra puncak 7
Spektra massa puncak 7 dengan waktu retensi 24,614 menit dan
kelimpahan 1,02% memiliki fragmen yang mirip dengan senyawa trans-fitol.
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
Spektra massa puncak 7 dapat dilihat pada Gambar 13a dan spektra massa dari
senyawa standar dari library dapat dilihat pada Gambar 13b.
(a)
(b)
Gambar 13. (a). Spektra senyawa 7, (b) Senyawa standar trans fitol
Spektra tersebut dapat dibuat tabel fragmentasi sebagai berikut :
Tabel 15. Fragmentasi senyawa puncak 7 dibandingkan dengan standar trans-fitol
(WILEY229.LIB)
No.
1.
2.
Senyawa
Senyawa
puncak 7
Standar
trans- fitol
Puncak Fragmentasi
41 43 68 81 95 109 123 137 152 165 179
41 43 68 82 95 109 123 137 151
-
-
278
179 208 278
Tampak bahwa pada Gambar 13a dan Tabel 15, senyawa puncak 7 mirip
dengan Gambar 13b yang merupakan spektra massa dari senyawa trans-fitol
dengan Simillarity indeks 86%. Senyawa ini memiliki berat molekul m/z 296
dengan rumus molekul C20H 40. Senyawa fitol dilaporkan pernah ditemukan dalam
minyak atsiri bunga mimba (Aromdee dan Sriubolmas, 2005), senyawa ini
merupakan kelompok senyawa diterpen yang mempunyai fungsi sebagai
antibakteri, antideuretik, antiinflamatori, dan antikanker (Uma dkk., 2011).
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
7. Senyawa puncak 8
Gambar 14. Spektra Senyawa 8
Spektra massa puncak 8 mempunyai waktu retensi 26,739 menit dan
kelimpahan relatif 0,74%. Dari spektra massa puncak 8 diperkirakan senyawa ini
memiliki m/z 385 [M +-H], sedangkan dari literature sebelumnya diketahui bahwa
senyawa nimolactone memiliki m/z 386 [M +]. Senyawa nimolactone yaitu
senyawa triterpenoid yang pernah diisolasi dari kulit buah segar mimba dan dapat
dilihat bahwa senyawa puncak 8 memiliki M+ yang sama dengan nimolacton.
Sehingga senyawa 8 diperkirakan termasuk dalam golongan triterpenoid. Spektra
massa puncak 8 ditampilkan pada Gambar 14.
8. Senyawa puncak 9
Spektra massa puncak 9 dengan waktu retensi 27,532 menit dan
kelimpahan relatif 0,96% memiliki fragmen yang mirip dengan senyawa DOP (Di
Oktil Ptalat). Spektra massa puncak 9 dapat dilihat pada Gambar 15a, sedangkan
senyawa standarnya dapat dilihat pada Gambar 15b.
(a)
(b)
Gambar 15. (a). Spektra senyawa 9, (b). Senyawa standar DOP
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
Spektra tersebut di atas dapat dibuat tabel fragmentasi sebagai berikut :
Tabel 16. Fragmentasi senyawa puncak 9 dibandingkan dengan standar DOP
(WILEY229.LIB)
No.
1.
2.
Senyawa
Senyawa
puncak 9
Standar DOP
Puncak Fragmentasi
41
57
71
84
104
132
149
167
168
279
41
57
71
84
104
132
149
167
-
279
Terlihat bahwa pada Gambar 15a dan Tabel 16, senyawa puncak 9 mirip
dengan Gambar 15b yang merupakan spektra massa dari senyawa DOF (Di Oktil
Ftalat) dengan Simillarity indeks 97%. Senyawa ini memiliki berat molekul m/z
279 dengan rumus molekul C 24H 38O 4.
9. Senyawa puncak 10
Gambar 16. Spektra senyawa 10
Senyawa puncak 10 dengan waktu retensi 29,800 menit dan kelimpahan
relatif 4,81% dapat dilihat pada Gambar 16. Dari spektra massa senyawa 10
terlihat bahwa senyawa 10 memiliki M+ 424, dan dari literatur yang diperoleh
senyawa ini memiliki kesamaan M+ dengan senyawa limocinone yaitu senyawa
yang pernah diisolasi dari kulit buah segar mimba. Sehingga senyawa ini dapat
diperkirakan termasuk golongan triterpenoid.
10. Senyawa puncak 11
Gambar 17. Spektra senyawa 11
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
Spektra massa senyawa puncak 11 dengan waktu retensi 35,309 menit dan
kelimpahan 2,17% ditampilkan pada Gambar 17. Dari spektra massa senyawa 11
dapat dilihat bahwa senyawa ini memiliki [M+] 452, dari literatur yang diperoleh
senyawa ini memiliki kesamaan [M+] dengan senyawa nimonol yang merupakan
senyawa golongan triterpenoid yang tedapat dalam biji mimba (Moslem dan ElKholie, 2009). Sehingga dimungkinkan senyawa puncak 1 ini adalah senyawa
golongan triterpenoid.
11. Senyawa puncak 12
Gambar 18. Spektra senyawa 12
Spektra massa senyawa puncak 12 dengan waktu retensi 38,883 menit dan
kelimpahan 5,79% ditampilkan pada Gambar 18. Dari spektra massa senyawa 1
dapat dilihat bahwa senyawa ini memiliki [M+] 466, dan berdasarkan literatur
yang diperoleh senyawa ini memiliki kesamaan [M+] dengan senyawa nimbolid
yaitu merupakan senyawa golongan triterpenoid. nimbolid merupakan senyawa
yang diisolasi dari ekstrak air daun mimba (Sadeghian, 2007). Sehingga
dimungkinkan senyawa puncak 1 ini adalah senyawa golongan triterpenoid.
Hasil analisis dengan GC-MS menunjukkan bahwa fraksi etil asetat
mengandung 11 senyawa yaitu asam palmitat, etil linoleolat, asam stearat, transfitol, DOF (Di Oktil Ftalat), dan diperkirakan mengandung 1 senyawa golongan
asam lemak dan 5 senyawa golongan triterpenoid. Senyawa-senyawa tersebut
diperkirakan menyebabkan fraksi etil asetat daun mimba mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap ketiga bakteri uji.
commit to user
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Fraksi daun mimba hasil pemisahan KVC mempunyai aktivitas antibakteri
Staphylococcus epidermidis, Bacillus cereus, dan Shigella flexneri dan fraksi
teraktif antibakteri terhadap ketiga bakteri uji adalah fraksi etil asetat.
2. Potensi antibakteri fraksi etil asetat apabila dibandingkan terhadap amoksisilin
adalah 0,01% untuk S. epidermidis, 0,02% untuk B. cereus, dan 0,02% untuk S.
flexneri, sedangkan potensi antibakteri fraksi etil asetat apabila dibandingkan
terhadap kloramfenikol adalah 0,04% untuk S. epidermidis, 0,02% untuk B.
cereus, dan 0,06% untuk S. flexneri. Potensi antibakteri fraksi etil asetat masih
lebih kecil apabila dibandingkan dengan amoksisilin dan kloramfenikol, namun
bisa digunakan sebagai alternatif antibakteri baru.
3. Fraksi etil asetat daun mimba mengandung senyawa alkaloid, terpenoid,
steroid,
tanin(polifenolik),
antrakuinon,
dan asam
lemak.
Identifikasi
komponen kimia fraksi etil asetat menggunakan GC-MS menunjukkan adanya
11 senyawa yaitu asam palmitat, etil linoleolat, asam stearat, trans fitol, DOF
(Di Oktil Ftalat), dan diperkirakan mengandung 1 senyawa golongan asam
lemak serta 5 senyawa golongan triterpenoid.
B. SARAN
Perlu dilakukan pemisahan lebih lanjut terhadap senyawa-senyawa yang
terkandung dalam fraksi etil asetat daun mimba (Azadirachta indica A. Juss)
beserta uji aktivitas antibakteri komponen utamanya.
commit to user
58
Ý®»¿¬» ÐÜÚ º·´»- ©·¬¸±«¬ ¬¸·- ³»--¿¹» ¾§ °«®½¸¿-·²¹ ²±ª¿ÐÜÚ °®·²¬»® ø¸¬¬°æññ©©©ò²±ª¿°¼ºò½±³÷
Download