SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Diplomasi Perdagangan RI dalam Tatanan Perdagangan Dunia: WTO Setuju Bentuk Panel Sengketa mengenai Larangan Perdagangan Rokok Kretek di Amerika Serikat Jakarta, 21 September 2010 – Sebagai kelanjutan permintaan Pemerintah Indonesia untuk pembentukan panel yang disampaikan dalam Sidang Badan Penyelesaian Sengketa atau Dispute Settlement Body (DSB) World Trade Organization (WTO) pada 22 Juni 2010 lalu di Jenewa, WTO telah mengabulkan permintaan tersebut pada 24 Juli 2010. Setelah melalui proses, maka pada tanggal 14 September 2010 telah ditetapkan 3 (tiga) orang sebagai anggota panel yaitu Mr. Ronald Soborio dari Costa Rica sebagai ketua; serta Mr. Ichiro Araki dari Jepang dan Mr. Hugo Cayrius dari Uruguay sebagai anggota. Pemilihan panel tersebut didasarkan kepada pengetahuan dan pengalaman menangani kasus yang terjadi di WTO terutama penanganan terhadap kasus non tariff measures. Hal yang menarik dari dibentuknya panel tersebut adalah terdapat 8 negara yang menjadi pihak ketiga yaitu Brazil, Kolombia, Republik Dominika, Uni Eropa, Guatemala, Meksiko, Norwegia dan Turki. Sengketa bermula dari terbitnya Undang-Undang di Amerika Serikat (AS) yang bertujuan untuk mencegah atau mengurangi perokok anak muda sebagaimana tertuang dalam “Family Smoking Prevention and Tobacco Control Act” yang diundang-undangkan pada bulan Juni 2009 dan mulai berlaku bulan September 2009. Pemerintah Indonesia menganggap peraturan tersebut telah melanggar ketentuan WTO karena secara diskriminatif mengecualikan rokok mentol dari larangan penjualan rokok beraroma di Amerika Serikat, namun memasukkan rokok kretek di dalam ketentuan tersebut. Padahal rokok kretek dan rokok mentol adalah "like products" sesuai Pasal 2.1 Agreement on Technical Barriers to Trade (TBT Agreement). Sebagai informasi, sekitar 99 persen rokok kretek yang dijual di pasar AS diimpor dari Indonesia. Sebaliknya, hampir seluruh rokok mentol yang dijual di AS adalah hasil produksi domestik Amerika Serikat sendiri. Oleh karena itu, larangan atas impor rokok kretek tersebut merupakan bentuk perlakuan yang diskriminatif dan less favorable dibandingkan produk rokok mentol. Menanggapi hal ini, Menteri Perdagangan Mari Pangestu menyatakan bahwa tindakan Pemerintah RI membawa AS ke DSB WTO merupakan masalah prinsip, karena telah terjadi diskriminasi dimana pengecualian terhadap mentol yang juga adalah rokok beraroma (flavoured) di dalam UU sementara kretek yang beraroma cengkeh dilarang. Oleh karena itu, demi kepentingan nasional, Indonesia membawa masalah ini ke DSB WTO. Mendag Mari Pangestu lebih lanjut mengatakan bahwa ini merupakan langkah terakhir karena berbagai upaya dan lobby telah dilakukan sejak diluncurkannya Rancangan Undang-Undang tersebut hingga dibahas di kongres sampai diundangkan, namun tetap tidak berhasil membuahkan kesepakatan yang menguntungkan pihak Indonesia. ”Indonesia telah menyampaikan kepentingannya dalam berbagai forum bilateral dari tingkat senior official sampai di tingkat Menteri baik secara formal maupun informal selama lebih dari 4 (empat) tahun, namun tidak membuahkan hasil. Sebagai anggota WTO, AS seharusnya melaksanakan kewajiban internasionalnya sebagaimana terdapat dalam Agreement on Technical Barriers to Trade dan GATT 1994, untuk tidak melakukan diskriminasi perdagangan,” tegas Mendag Mari Pangestu. Dengan terbentuknya panel tersebut, diharapkan kasus ini dapat diteliti dengan objektif dan menegakkan aturan serta dapat membuktikan pelanggaran yang dilakukan. Dalam sidang DSB WTO sebelumnya, delegasi RI menyampaikan alasan dan dasar hukum ketentuan WTO mengenai permintaan pembentukan panel kepada DSB. Indonesia meminta agar panel memeriksa pelanggaran yang dilakukan oleh AS terhadap ketentuan Pasal III GATT (General Agreement on Tariff and Trade) 1994, penggunaan Article XX GATT 1994 tanpa disertai bukti ilmiah serta tidak terpenuhinya persyaratan yang diatur oleh sejumlah pasal dalam Technical Barriers to Trade/TBT dan Sanitary and Phythosanitary/SPS. Pembentukan panel merupakan langkah tindak lanjut dalam proses penyelesaian sengketa dagang WTO. Hal ini dilakukan Indonesia setelah permintaan untuk konsultasi RI-AS pada tanggal 7 Maret 2010 dalam upaya mencari solusi atas Undang-Undang yang dikeluarkan AS gagal dipenuhi. Sekilas mengenai Family Smoking Prevention and Tobacco Control Act Section 907 dari Family Smoking Prevention and Tobacco Control Act, (Public Law 111-31, "The Act") telah disahkan menjadi UU oleh Presiden Obama tanggal 22 Juni 2009. UU ini melarang penjualan semua rokok yang mengandung aroma dan rasa (flavoured cigarettes) termasuk rokok kretek di Amerika Serikat selain mentol dan berlaku efektif pada 22 September 2009. Tujuan utama dari the Act tersebut adalah untuk mengatasi masalah kesehatan terkait dengan rokok yaitu dengan mengurangi konsumsi rokok pada anak muda. Namun demikian, data menunjukkan bahwa 43 persen anak muda AS mengkonsumsi rokok mentol atau sekitar 25 persen dari keseluruhan rokok yang dikonsumsi di AS. Sebaliknya, konsumsi rokok kretek hanya mencapai kurang dari satu persen dari keseluruhan konsumsi rokok di AS (0,09%) dan konsumsi rokok pada anak muda (0,05%). Mengingat bahwa larangan pada rokok beraroma tersebut tidak berlaku pada rokok mentol yang sebenarnya justru lebih besar tingkat konsumsinya, maka larangan terhadap rokok kretek yang tingkat konsumsinya relatif sangat rendah baik oleh anak muda maupun secara keseluruhan, akan sangat tidak efektif untuk mencapai tujuan UU AS tersebut. Larangan yang diberlakukan terhadap rokok kretek merupakan pelanggaran terhadap Article 2.2 dari Persetujuan TBT WTO (TBT Agreement) dimana lebih mengarah pada bentuk restriksi perdagangan untuk mencapai tujuan kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam tujuan utama undang-undang AS tersebut. Nilai total ekspor produk rokok Indonesia ke AS periode 2005-2009 cenderung fluktuatif, yaitu US$ 7,28 juta pada tahun 2005, US$ 6,65 juta (2006), US$ 11,17 juta (2007), US$ 9,70 juta (2008) dan US$ 8,34 juta (2009). Sedangkan nilai total ekspor periode Januari-Maret 2010 adalah sebesar US$ 2,53 juta, meningkat dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai US$ 2,32 juta, dengan nilai penjualan domestik rokok di AS diperkirakan lebih dari US$ 100 juta/tahun. --selesai-Informasi lebih lanjut hubungi: Robert James Bintaryo Kepala Pusat Humas Sekretariat Jenderal Kementerian Perdagangan Telp/Fax: 021-23528446/021-23528456 Email: [email protected] Sondang Anggraini Plh. Direktur Kerjasama Multilateral Direktorat Kerjasama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Telp/Fax: 021-3840139/021-3847273 Email: [email protected] 2