BAB II EFEKTIVITAS PENDEKATAN RELAKSASI MELALUI MUSIK INSTRUMENTAL BERIRAMA TENANG UNTUK MENINGKATKAN KONSENTRASI ANAK ADHD) A. Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) 1. Pengertian Gangguan Pemusatan Perhatian sering juga disebut sebagai Attention Deficit Hyperactive Disorders (ADHD). Gangguan ini ditandai dengan adanya ketidakmampuan anak untuk memusatkan perhatiannya pada sesuatu yang dihadapi, sehingga rentang perhatiannya sangat singkat waktunya dibandingkan anak lain yang seusia, Biasanya disertai dengan gejala hiperaktif dan tingkah laku yang impulsif. Kelainan ini dapat mengganggu perkembangan anak dalam hal kognitif, perilaku, sosialisasi maupun komunikasi. Secara umum menurut Zaviera F,(2007 : 1) ADHD didefinidikan sebagai “Suatu kondisi yang memperlihatkan gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas” atau dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan istilah GPPH, kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif, dan impulsife. Definisi lain mengenai ADHD menurut Widodo Judarwanto dalam sebuah situs internet www.medikaholistik.com mengemukakan bahwa : ADHD merupakan kelompok dengan derajat sedang yang menjadikan fokus perhatian anak mudah teralihkan. Perhatiannya hanya mampu bertahan beberapa saat saja dan disertai hiperaktifitas, dimana definisi dari hiperaktifitas itu sendiri merupakan suatu peningkatan aktifitas motorik hingga pada tingkatan tertentu yang menyebabkan gangguan perilaku yang terjadi, setidaknya pada dua tempat dan suasana yang berbeda. Aktifitas anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan yang ditandai dengan gangguan perasaan gelisah, selalu menggerak-gerakkan jari-jari tangan, kaki, pensil, tidak dapat 12 13 duduk dengan tenang dan selalu meninggalkan tempat duduknya meskipun pada saat dimana dia seharusnya duduk dengan tenang. Dari kedua definisi di atas bahwa anak ADHD mempunyai hambatan dalam pemusatan perhatian yang ditandai dengan durasi perhatian pada suatu objek tidak mampu bertahan lama pada umumnya anak ADHD dapat mempertahankan perhatiannya kurang dari lima menit. Untuk mengetahui lebih jelasnya tentang anak ADHD dapat dilihat pada DSM IV (1994) menurut para ahli Asosiasi Psikiatri Amerika (APA) sebagai berikut : Tabel 2.1 Kriteria DSM – VI (Diagnostic and Statistical of Mental Disorder ke IV) untuk anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) A1. Kurang Perhatian Pada kriteria ini, penderita ADHD paling sedikit mengalami enam atau lebih dari gejala-gejala berikutnya, dan berlangsung selama paling sedikit 6 bulan sampai suatu tingkatan yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan. a. Seringkali gagal memerhatikan baik-baik terhadap sesuatu yang detail atau membuat kesalahan yang sembrono dalam pekerjaan sekolah dan kegiatankegiatan lainnya, b. Seringkali mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian terhadap tugastugas atau kegiatan bermain, c. Seringkali tidak mendengarkan jika diajak bicara secara langsung, d. Seringkali tidak mengikuti baik-baik intruksi dan gagal dalam menyelesaikan pekerjaan sekolah, pekerjaan, atau tugas di tempat kerja (bukan disebabkan karena perilaku melawan atau kegagalan untuk mengerti intruksi), e. Seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas dan kegiatan f. Seringkali kehilangan barang/benda penting untuk tugas-tugas dan kegiatan misanya kehilangan permainan; kehilangan tugas sekolah; kehilangan pensil, buku, dan alat tulis lainnya, g. Seringkali menghindari, tidak menyukai atau enggan untuk melaksanakan tugas-tugas yang membutuhkan usaha mental yang didukung, seperti menyelesaikan pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah, h. Seringkali bingung/terganggu oleh rangsangan dari luar, dan i. Seringkali lekas lupa dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari. A2. Hiperaktivitas Impulsivitas Paling sedikit enam atau lebih dari gejala-gejala hiperaktivitas impulsivitas berikutnya bertahan selama paling sedikit 6 bulan samapai dengan tingkatan yang maladaptif dan tidak dengan tingkat perkembangan. Hiperaktivitas a. Seringkali gelisah dengan tangan atau kaki mereka, dan sering menggeliat di kursi, b. Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau dalam situasi lainnya 14 di mana diharapkan agar anak tetap duduk, c. Sering berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalam situasi di mana hal ini tidak tepat. (pada masa remaja atau dewasa terbatas pada perasaan gelisah yang subjektif), d. Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam kegiatan senggang secara tenang, e. Sering `bergerak` atau bertindak seolah-olah dikehendaki oleh motor`, dan f. Sering berbicara berlebihan. Impulsivitas a. Mereka sering memberi jawaban sebelum pertanyaan selesai, b. Mereka sering mengalami kesulitan menanti giliran, c. Mereka sering menginterupsi atau mengganggu orang lain, misalnya memotong pembicaraan atau permainan. B. Beberapa gejala hiperaktivitas impulsivitas atau kurang perhatian yang menyebabkan gangguan muncul sebelum anak berusia 7 tahun C. Ada suatu gangguan di dua atau lebih setting/situasi. D. Harus ada gangguan yang secara klinis, signifikan di dalam fungsi sosial akademik, atau pekerjaan. E. Gejala-gejala tidak terjadi selama berlakunya PDD, skizofrenia, atau gangguan psikotik lainnya, dan tidak dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan mental lainnya. Dalam kriteria DSM – IV ini dapat melihat dengan mudah kriteria anak yang mengalami ADHD, selain mempunyai kriteria-kriteria anak ADHD juga mempnyai gejala perilaku yang berbeda dari satu anak dengan anak yang lainnya, hal tesebut dikemukakan oleh Aldenkamp dkk, dalam Maria Van Tiel, J (2008 : 236) seorang mantan pengajar tetap fakultas pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang mengemukakan bahwa : Dalam kehidupan sehari-hari anak penyandang ADHD mempunyai gejala perilaku yang berbeda dari anak satu ke anak yang lainnya, namun gangguan primer yang terjadi pada semua penyandang menurutnya adalah terjadinya gangguan system Inhibisi (sistem rem) yaitu berupa gangguan untuk membedakan mana rangsangan yang baik atau relevan dan memang diperlukan, dengan rangsangan yang tidak diperlukan. Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa anak – anak penyandang ADHD tidak bisa melakukan seleksi terhadap rangsangan yang masuk misalnya, ketika anak ADHD berada dalam suasana keramaian dan sedang diajak bicara biasanya mereka tidak 15 dapat menyeleksi suara mana yang perlu ditangkap, dan mana yang menjadi latar belakang dan tidak perlu didengarkan. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorders) merupakan suatu gangguan yang memiliki 3 gejala utama yang nampak pada perilaku seorang anak, diantaranya adalah inatensi, hiperktifitas dan impulsivitas, dimana ciri-ciri dari gejala inatensi dapat ditunjukkan dengan kurang mampunya seorang anak untuk berkonsentrasi terhadap sesuatu sehingga mengakibatkan perhatian anak mudah teralihkan dari satu hal ke hal yang lain, sedangkan ciri-ciri dari gejala hiperktifitas dan impulsivitas ditandai dengan perilaku anak yang tidak bisa diam, selalu berlari kesana-kemari tanpa tujuan, tidak dapat duduk dengan tenang, tidak sabar, menyerang dan terburu-buru. 2. Karakteristik Berbicara mengenai karakteristik anak Attention Deficit Hyperactive Disorders (ADHD) sebenarnya secara fisik tidak jauh berbeda dengan anak-anak lain pada umumnya akan tetapi jika dilihat secara psikis terlihat jelas perbedaan yang jauh dari anak-anak pada umumnya. Perbedaan tersebut dapat kita lihat dari karakteristik yang dimilikinya. Karakteristik anak dengan Attention Deficit Hyperactive Disorders (ADHD) menurut Osman, B.B (1997) dalam Taboer, A.M dan Komala, L.T (2002:4) adalah sebagai berikut : A. Perhatian 1. Kegagalan dalam memperhatikan objek yang detail 2. Kegagalan dalam memberikan perhatian dalam mengerjakan tugas 3. Terlihat seperti tidak mendengarkan ketika orang lain bicara dengannya 4. Kesulitan dalam mengorganisasikan sesuatu 5. Tidak mengikuti intruksi dalam mengerjakan tugas 6. Hampir selalu menolak tugas-tugas yang diberikan 7. Selalu gelisah 8. Selalu kehilangan benda-benda penting yang dibawanya 9. Mudah terganggu oleh stimuli-stimuli 16 B. Hiperaktivitas 1. Selalu meninggalkan tempat duduk 2. Suka berlari –lari atau memanjat tanpa maksud tertentu 3. Suka berbicara yang berlainan dari konteks pada saat itu 4. Kesulitan dalam aktivitas bermain C. Impulsifitas 1. Selalu menjawab ketika pertanyaan belum selesai 2. Kesulitan dalam menunggu giliran 3. Suka mengganggu Karakteristik tentang anak ADHD menurut Osman, B.B (1997) dalam Taboer, A.M dan Komala, L.T (2002:4) ini membagi karakteristik anak ADHD menjadi 3 bagian yakni hambatan perhatian, hiperaktifitas dan impulsifitas. Dari ketiga karakteristik tersebut anak ADHD dapat menyandang satu bagian hambatan dan dapat pula meyandang 2 hambatan atau tipe gabungan. 3. Perilaku Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorders) Anak yang mengalami ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorders) mempunyai perilaku yang berbeda dari perilaku anak pada umumnya. Biasanya anak ADHD menunjukkan perilaku yang berlebihan disertai kurangnya kemampuan dalam memfokuskan perhatiannya pada suatu hal yang ditunjukkan. Menurut seorang mantan pengajar tetap fakultas pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Maria, Van Tiel, J,. (2008:238) menerangkan bahwa terdapat beberapa tipe atau pengelompokan perilaku yang biasanya digunakan oleh kelompok neorolog dan psikiater anak di Belanda, diantaranya sebagai berikut : a. Tipe 1 : ADHD yang diikuti dengan masalah gejala perilaku kematangan (keterlambatan perkembangan psikomotor, keterlambatan perkembangan bahasa dan bicara, dsb). Pada tipe ini masalah utama yang tampak adalah adanya masalah gangguan perhatian sehingga anak ADHD dengan tipe ini sulit untuk berkonsentrasi dengan baik. b. Tipe 2 : ADHD dimana gangguan yang paling menonjol adalah munculnya perilaku hiperktivitas impulsivitas. c. Tipe 3 : ADHD dengan gejala –gejala perilaku yang parah seperti gangguan perhatian dan juga hiperaktivitas dengan komorbiditas pada bentuk gangguan fungsi kognitif. d. Tipe 4 : ADHD dengan conduct disorder (gangguan perilaku yang sangat parah dalam bentuk agresivitas, perilaku bermasalah dan anti social) yang juga diikuti 17 dengan bentuk perilaku oposan (Opositional deviant disorder), gejala utama-nya dalam bentuk impulsivitas dan hiperexcibilitas. Dari penjelasan di atas, maka peneliti dapat dengan mudah menetapkan perilaku subjek berdasarkan tipe perilaku anak ADHD tersebut, dimana subjek yang diteliti cenderung memiliki perilaku dengan tipe 1. 4. Masalah Psikologis Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorders) Selain permaslahan-permasalahan Anak ADHD yang telah dipaparkan sebelumnya anak ADHD juga mengalami masalah-masalah psikologis, sebagaimana menurut Mulyono R (2007 : 2) bahwa “Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) atau biasa disebut Attention Deficiet hyperactive Disorder (ADHD) ini menimbulkan banyaknya masalah yang akan mempersulit keadaan, seperti gangguan belajar, problem sosialisasi, maupun rendahnya harga diri anak tersebut”. Semua ini membutuhkan perhatian yang sungguh-sungguh secara individual dengan tatalaksana yang terpadu. Apabila dirinci lebih detail, masalah-masalah psikologis yang dialami anak ADHD dapat dikelompokan, yaitu yang bersifat primer dan sekunder. a. Masalah yang bersifat primer Yaitu masalah yang berhubungan dengan fungsi kognisi seperti perceptual kognitif yang mencakup persepsi, penglihatan, pendengaran, visual motorik, daya ingat, dan kemampuan berpikir, seperti susunan berpikir, sehingga sulit merencanakan, mengorganisasikan sesuatu, memanipulasi atau menggunakan konsep-konsep dan symbol. b. Masalah yang bersifat sekunder Yakni masalah-masalah yang merupakan kelanjutan dari masalah primer, yang seringkali menyebabkan seorang anak didiagnosa ADHD karena mengalami : 18 1) Kesulitan dalam bidang pendidikan (Skolastik) seperti kesulitan membaca, berhitung, menulis atau mengingat. Kesulitan dalam bidang ini menyebabkan anak sering ditegur oleh pihak lingkungan (orang tua, guru) karena prestasi yang dicapai anak kurang. Hal ini menyebabkan anak cemas, rendah diri, dan tidak jarang menampilkan perilaku agresif sehingga sulit berhubungan dengan orang lain. 2) Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal) 3) Perkembangan dalam bicara dan bahasa, seperti sulit mengekspresikan ide secara sistematis dan jelas dan sulit memecahkan persoalan-persoalan secara verbal. 4) Kesulitan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan 5) Permasalahan dalam motorik, seperti integrasi sensori dan motorik, gerakangerakan motorik yang kaku, atau bergerak terus menerus. 6) Masalah dalam meregulasi emosi 7) Toleransi terhadap frustrasi rendah 8) Kesulitan dalam motivasi. Upaya seringkali tidak menetap dan tidak konsisten, terlihat dari hasil upaya-nya yang baik, namun juga seingkali di bawah rata-rata kurang. B. Konsentrasi Anak ADHD Sebelum membahas tentang kemampuan konsentrasi anak ADHD, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu pengertian konsentrasi dari beberapa para ahli. Menurut Jenifer, D,. dalam Zaviera (2007 : 15) konsentrasi adalah “kecakapan yang bisa diajarkan oleh para orang tua dan guru, begitu konsentrasi dipelajari dengan demikian anak dapat menerapkannya dengan baik” Dengan demikian konsentrasi adalah suatu kecakapan untuk memusatkan perhatian pada suatu objek, untuk memahami tentang objek tersebut. 19 Menurut Baihaqi M, dkk (2005 : 1) mengemukakan bahwa konsentrasi sering juga disebut dengan perhatian yang dapat diartikan sebagai pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada suatu objek. Perhatian/ konsentrasi berkaitan dengan kesadaran (awareness) dan ingatan (memory). Konsentrasi sangat penting dalam kehidupan setiap manusia, dimana hakikat dari konsentrasi itu sendiri merupakan suatu kegiatan dalam memusatan perhatian (pikiran) atau tingkat perhatian yang tinggi terhadap suatu hal, atau dapat dikatakan juga individu yang memusatkan perhatiannya pada objek tertentu. Jadi konsentrasi adalah memusatkan pikiran untuk fokus pada sasaran yang diinginkan. (www.com.kenapa konsentrasi penting. E-psikologi yahoo@com). Kemampuan kita dalam berkonsentrasi akan mempengaruhi kecepatan dalam menangkap materi yang kita butuhkan. Seorang siswa yang mempunyai kemampuan baik dalam berkonsentrasi akan lebih cepat menangkap materi yang disampaikan guru pada proses pembelajaran dari pada siswa yang mempunyai kemampuan konsentrasi kurang baik. Gangguan konsentrasi adalah cepat bosan terhadap sesuatu aktifitas (kecuali menonton televisi atau baca komik), malas belajar, tidak teliti, terburu-buru sering kehilangan barang. Selain itu konsentrasi adalah “suatu proses untuk memahami dan menguasai pikiran-perasaan terhadap suatu peristiwa sehingga tidak lagi menanggapi dengan kacau, dengan kata lain konsentrasi adalah sebuah upaya keras untuk memusatkan perhatian pada sesuatu” (www.mail-archive.com/[email protected]) Sedangkan menurut kamus besar Bahasa Indonesia edisi ke-3 Departemen Pendidikan Nasional menerangakan bahwa konsentrasi adalah “pemusatan perhatian atau pikiran pada suatu hal dan konsentrasi juga dapat diartikan sebagai pemusatan tenaga, kekuatan di suatu tempat”. 20 Selanjutnya menurut Baihaqi M, dkk (2005 : 37) konsentrasi dapat dibedakan menjadi barmacam-macam : 1. Berdasarkan intensitasnya, Yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas atau pengalaman batin, maka dibedakan menjadi perhatian intensif dan perhatian tidak intensif. 2. Bardasarkan cara munculnya, Perhatian dapat dibedakan menjadi perhatian spontan (tak sekehendak atau tak sengaja) dan perhatian sekehendak (perhatian disengaja/perhatian reflektif). 3. Berdasarkan luasnya objek yang dikenai perhatian, Perhatian dapat dibedakan menjadi perhatian terpencar (distributive) dan perhatian memusat (konsentratif) Sehubungan dengan penjelasan diatas, menurut Baihaqi M, dkk (2005 : 43) gangguan perhatian/ konsentrasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu : 1. Distraktibilitas, yaitu ketidakmampuan mengarahkan perhatian dirinya, perhatiannya mudah teralihkan pada rangsang atau stimuli yang tidak berarti. Atau ketidakmampuan mempertahankan perhatian, berpindah dari satu topic ke topic lain hanya dengan provokasi minimal 2. Aprosexia, yaitu ketidaksanggupan untuk memperhatikan secara tekun dalam waktu yang singkat terhadap suatu situasi, dengan tidak memandang pentingnya situasi 3. Hiperprosexia, yaitu konsentrasi yang berlebih-lebihan, sehingga lapangan persepsi menjadi sangat sempit. Perhatian/ konsentrasi berhubungan dengan kesadaran, penginderaan, objek, suasana, kebutuhan, minat, profesi, dan sebagainya. Agar proses perhatian dapat berlangsung baik, menurut Baihaqi M, dkk (2005 : 50) paling tidak harus memenuhi tiga syarat utama, yaitu “Semua rangsang yang tidak termasuk objek perhatian harus disingkirkan, jiwa harus dibatasi atau kesadaran harus dipersempit, Objek perhatian harus berhubungan dengan subjek yang melakukan perhatian, alat-alat penerima rangsang harus berfungsi dengan baik”. Dan mengenai durasi perhatian menurut Baihaqi M, dkk (2005 : 65) mengemukakan bahwa : Dalam keadaan wajar, perhatian hadir dalam intensitas yang cukup kuat dan terkendali, serta belangsung dalam durasi yang lama atau sebentar tergantung pada kehendak. Dalam keadaan abnormal, sifatnya bisa lemah dan bisa kuat. Pada orang yang perhatiannya lemah, disebut vigilitasnya tinggi, vigilitas adalah mudah tidaknya perhatian dialihkan. Semakin mudah teralihkan berarti vigilitasnya 21 semakin tinggi. Sedangkan pada pada orang yang tidak sanggup memperhatikan atau berkonsentrasi dalam waktu yang lama, disebut memiliki tenasitasnya rendah. Tenasitas adalah kesangguapan untuk mengarahkan perhatian terhadap suatu masalah atau objek dalam jangka waktu yang relative lama. Dari kajian mengenai gangguan konsentrasi dapat diketahui secara jelas bahwa anak dengan gangguan ADHD mengalami gangguan konsentrasi jenis distraktibilitas yang ditandai dengan konsentrasinya mudah teralihkan pada rangsang atau stimuli yang tidak berarti atau tidak dapat mempertahankan konsentrasi dalam durasi yang lama, dapat mudah berpindah dari satu topik ke topik lain hanya dengan provokasi minimal. Dengan kata lain, anak ADHD memiliki tenasitas yang rendah jadi anak dengan gangguan ADHD tidak dapat berkonsentrasi dalam waktu yang lama hal tersebut disebabkan oleh sifat hiperaktifitas yang ditandai dengan tidak bisa diam dalam waktu lama dan mudah teralihkan perhatiannya kepada hal lain. Pernyataan tersebut dipertegas oleh Zaivera, F,. (2007:27), yang menyatakan bahwa kemampuan konsentrasi anak ADHD dapat ditandai dengan : “(1) sering sulit memusatkan perhatian secara terus menerus dalam suatu aktivitas, (2) sering tampak tidak mendengarkan kalau diajak bicara, (3) sering tidak mengikuti intruksi dan gagal menyelesaikan tugas, (4) sering sulit mengatur kegiatan maupun tugas, (5) sering mudah beralih perhatian oleh rangsangan dari luar, (6) sering lupa dalam mengerjakan kegiatan sehari-hari”. C. Relaksasi Musik Kata relaksasi menurut (Echols, J, M., dan Shadily, H., 2000 : 475) mengemukakan bahwa “relaksasi ditulis dengan kata relaxation yang berarti menenangkan”. Sedangkan menurut seorang guru sekaligus psikolog yang ahli dalam relaksasi, Rickard, j. (2000 : 3) mengemukakan bahwa : “Relaksasi merupakan suatu proses aktivitas yang berguna dan dapat dinikmati sepanjang hidup jika diaplikasikan 22 dengan benar”. Selain itu pendekatan relaksasi itu sendiri mempunyai tujuan dasar yang dapat digunakan untuk : 1. Meningkatkan keterampilan siswa sehingga mereka dapat memberikan tanggapan secara positif terhadap permintaan di lingkungan mereka 2. Membentuk kesadaran siswa dan memberikan pengertian akan tubuh mereka yang mengagumkan dan bagaimana cara memanfaatkannya 3. Mengajarkan para siswa bagaimana membuat keseluruhan Dalam hal ini pada pelaksanaannya pendekatan relaksasi tentu tidak akan berjalan dengan baik jika tidak didukung oleh beberapa faktor yang mendukung seperti ruangan yang nyaman dan pemilihan irama yang tenang. Oleh karena itu pemilihan musik untuk mendukung proses kelancaran relaksasi menjadi hal yang sangat penting, karena fungsi dari musik itu sendri menurut AT Mahmud (1994) dalam Astati (2001 : 9) adalah : “ Bagian dari kehidupan dan perkembangan jiwa manusia”. Dari pernyataan di atas lahirlah sebuah pendekatan relaksasi musik yang dapat diartikan suatu proses yang berguna untuk membuat tubuh menjadi tenang dengan menggunakan musik sebagai medianya hal ini dipertegas oleh teori dari Ortiz JM (2004 : 18), dalam bukunya yang berjudul “Menumbuhkan anak-anak yang bahagia, cerdas, percaya diri dengan musik” yang menyatakan bahwa relaksasi dengan menggunakan musik adalah sebuah proses memusatkan perhatian pada lagu, pernapasan yang membantu konsentrasi, dan menirukan melodi yang membantu mengalihkan perhatian, pikiran dari masalah yang sedang dihadapi, sebagai tambahan, penyelarasan pernapasan dengan tempo lagu tersebut akan segera membantu masuk kedalam perasaan yang lebih tenang dan rileks. Relaksasi musik ini juga sering dikatakan sebagai penyaluran musikal, dalam konteks ini bisa digambarkan sebagai proses dimana secara perlahan kita mengalihkan 23 orientasi pikiran atau tubuh kita kea rah yang lebih kita inginkan. Misalnya, seorang yang sedang gelisah akan diredam dan dibawa ke tahap yang lebih tenang dan terkontrol. D. Peranan Pendekatan Relaksasi melalui Musik untuk Meningkatkan Konsentrasi Anak ADHD Sebagian besar anak ADHD memiliki kesulitan berkonsentrasi dalam melakukan suatu kegiatan baik dalam kegiatan belajar maupun bermain, ia tidak dapat berkonsentrasi lebih dari lima menit dan mudah beralih perhatian kepada hal lain. Selain itu anak ADHD cenderung mengalami kesulitan untuk tenang mereka tidak dapat duduk diam, seringkali bergerak tanpa lelah dan tanpa tujuan yang jelas, sehingga mereka seringkali mengalami kegagalan dalam kegiatan belajar di sekolah. Hambatan anak ADHD dalam berkonsentrasi dipengaruhi oleh ketenangan pikiran dan kondisi latar/ tempat ia berada untuk melakukan konsentrasi, oleh karena itu untuk melakukan proses konsentrasi diperlukan ketenangan dan situasi tenang yang dapat dilatih atau dibentuk dengan pendekatan relaksasi melalui music instrumental berirama tenang. Pendekatan relaksasi melalui musik instrumental berirama tenang ini merupakan suatu upaya membantu membuat tubuh tenang dan tentram dengan musik berirama tenang dan lembut yang membantu anak tenang pula juga sebagai penarik perhatian anak agar terfokus dan terbawa suasana atau irama musik, terlebih jika musik yang diperdengarkan musik kesukaan subyek. Hal ini akan menurunkan aktivitas fisiknya sementara daya konsentrasinya meningkat. Dan menurut hasil penelitian sebelumnya yang berjudul “Efektivitas Musik Barok Sebagai Musik Latar Dalam Pembelajaran Anak Dengan Gangguan Perhatian” (2002 : 68) menyatakan bahwa musik sangat efektif 24 digunakan sebagai musik latar dalam pembelajaran anak dengan gangguan perhatian, yang ditandai dengan anak dapat mengikuti setiap pelajaran yang disampaikan oleh guru. Mengenai peranan pendekatan relaksasi musik untuk meningkatkan konsentrasi anak ADHD ini juga diperkuat oleh teori-teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli diantaranya adalah menurut Aristoteles yang menyatakan bahwa musik mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah dan mempunyai terapi rekreatif, pernyataan itu juga diprinci oleh hasil penelitian Don CHampbell yang membuktikan bahwa musik dapat menstimulasi otak. Musik yang lembut dapat membuat tenang, salah satu musik yang diteliti adalah musik Mozart yang terbukti dapat mengembangkan kemampuan bicara, memperbaiki gerakan tubuh dan mengembangkan otak kiri yang mengasah kemampuan berpikir secara logika dan musik Mozart dapat menguatkan daya ingat lebih cepat 3 bulan pada bayi. Anak TK dapat lebih cerdas 34% bila diajarkan piano dari pada ketika diajarkan komputer (setelah belajar piano anak meningkat IQ 46%) mendengarkan musik klasik 30 menit sehari dapat meningkatkan kemampuan motorik & kreatifitas berpikir, penelitian ini telah membuktikan musik dapat : Menstimulasi otak kanan, meningkatkan kreatifitas berpikir, Mengurangi stress dan tekanan, Memelihara pikiran, tubuh dan jiwa, Menstabilkan detak jantung, tekanan darah dan temperatur tubuh, menstimulasi gerakan tubuh, membuat tubuh menjadi rileks, Memaksimalkan kinerja otak, lebih mudah menyerap informasi (pelajaran) dan meningkatkan kreativitas, meningkatkan perasaan senang dan mengatasi rasa bosan dalam belajar atau bekerja. Dalam penerapanya menurut hasil penelitian Don CHampbell bahwa relaksasi musik dapat digunakan saat melakukan aktivitas seperti bekerja, belajar dan mengerjakan tugas selain itu juga relaksasi musik dapat digunakan ketika tidak melakukan aktivitas beristirahat, duduk bahkan ketika sedang tidur music dapat memasuki alam bawah sadar dan ketika terbangun dari tidur otak menjadi tenang. 25 Dalam buku yang berjudul “Menumbuhkan anak-anak yang bahagia, cerdas, percaya diri dengan musik” oleh Ortiz JM (2004 : 45), menyatakan bahwa proses mendengarkan musik, menciptakan musik dan mengembangkan suara memberikan banyak manfaat bagi anak-anak preverbal dan verbal diantaranya : 1. Meningkatkan keterampilan mendengarkan. 2. Mengajarkan cara untuk menginterpretasikan keadaan emosional seseorang (misalnya sedih, bahagia, santai, gembira) lewat beberapa kualitas vokal seperti tinggi rendahnya nada, kualitas suara dan volume. 3. Mempertajam kemampuan memusatkan perhatian dan memperhatikan 4. Meningkatkan rasa nyaman dengan perilaku yang terorganisir, bertujuan dan terkendali. 5. Meningkatkan konsentrasi 6. Membantu mengembangkan ingatan pendengaran dan pembedaan suara. Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa musik dapat membantu meningkatkan konsentrasi, dan jika musik ini diterapkan dalam sebuah pendekatan relaksasi untuk anak dengan gangguan ADHD bisa dikatakan sangat cocok, hal itu dikarenakan musik dapat meningkatkan rasa nyaman dengan perilaku terorganisir, bertujuan dan terkendali yang itu semua sangat dibutuhkan atau sebagai syarat untuk melakukan sebuah proses konsentrasi. Selain untuk mengembangkan aspek konsentrasi pada anak ADHD pendekatan relaksasi musik ini juga dapat berperan dalam mengorganisir kegiatan atau gerakan sehari-hari yang kacau dalam artian tanpa tujuan yang jelas menjadi baik bertujuan. Selain itu pendekatan relasasi musik juga dapat menjadi alternatife untuk menangani stress, pencegahan bahkan musik dapat digunakan sebagai suplemen multivitamin alternative sehari-hari. 26 E. Kerangka Berfikir Untuk lebih memahami secara jelas mengenai kerangka berpikir dari penelitian ini, maka penyusun menggambarkan dalam bentuk bagan seperti dibawah ini : Gangguan konsentrasi anak ADHD Pendekatan relasasi melalui musik berirama tenang Peningkatan konsentrasi anak ADHD Tabel 2.2 Kerangka Berpikir Seperti yang telah diketahui sebelumnya, bahwa anak ADHD memiliki gangguan konsentrasi jenis distraktibilitas yang ditandai dengan konsentrasinya mudah teralihkan pada rangsang atau stimuli yang tidak berarti atau tidak dapat mempertahankan konsentrasi dalam durasi yang lama, dapat mudah berpindah dari satu topik ke topik lain hanya dengan provokasi minimal. Dengan kata lain, anak ADHD memiliki tenasitas yang rendah jadi anak dengan gangguan ADHD tidak dapat berkonsentrasi dalam waktu yang lama hal tersebut disebabkan oleh sifat hiperaktifitas yang ditandai dengan tidak bisa diam dalam waktu lama dan mudah teralihkan perhatiannya kepada hal lain. Pernyataan tersebut dipertegas oleh Zaivera, F,. (2007:27), yang menyatakan bahwa “kemampuan konsentrasi anak ADHD dapat ditandai dengan (1) sering sulit memusatkan perhatian secara terus menerus dalam suatu aktivitas, (2) sering tampak tidak mendengarkan kalau diajak bicara, (3) sering tidak mengikuti intruksi dan gagal menyelesaikan tugas, (4) sering sulit mengatur kegiatan maupun tugas, (5) sering mudah beralih perhatian oleh rangsangan dari luar, (6) sering lupa dalam mengerjakan kegiatan sehari-hari”. 27 Dari pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa perlu adanya suatu upaya yang diharapkan dapat membatu mengatasi permasalahan konsentrasi yang dialami subyek, dengan menawarkan suatu alat bantu berupa pendekatan relaksasi melalui musik, dimana pendekatan relaksasi melalui musik ini merupakan suatu upaya untuk membantu membuat tubuh individu menjadi tenang dan tentram dengan menggunakan musik sebagai mediannya. Pendekatan relaksasi musik dalam meningkatkan konsentrasi anak ADHD dapat memberikan banyak manfaat diantaranya : 1. Meningkatkan keterampilan mendengarkan. 2. Mengajarkan cara untuk menginterpretasikan keadaan emosional seseorang (misalnya sedih, bahagia, santai, gembira) lewat beberapa kualitas vokal seperti tinggi rendahnya nada, kualitas suara dan volume. 3. Mempertajam kemampuan memusatkan perhatian dan memperhatikan 4. Meningkatkan rasa nyaman dengan perilaku yang terorganisir, bertujuan dan terkendali. 5. Meningkatkan konsentrasi 6. Membantu mengembangkan ingatan pendengaran dan pembedaan suara. Selain itu musik dapat meningkatkan rasa nyaman, tenang dengan perilaku terorganisir, bertujuan dan terkendali yang itu semua sangat dibutuhkan atau sebagai syarat untuk melakukan sebuah proses konsentrasi. Untuk itu, berdasarkan kelebihan atau kegunaan yang ditawarkan pendekatan relaksasi melalui musik berirama tenang ini, dan menghubungkan dengan permasalahan yang muncul pada subyek. Maka penggunan pendekatan relaksasi melalui musik ini dipandang efektif konsentrasinya. untuk diterapkan pada anak ADHD untuk meningkatkan