BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyelenggaraan pemerintahan yang berorientasi pada otonomi daerah
berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah diperbaharui
menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 yang telah diperbaharui menjadi
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah, menuntut pemerintah daerah untuk meningkatkan
kemampuan dalam mengatur rumah tangganya khususnya dalam hal pengelolaan
keuangan. Salah satu elemen penting agar pengelolaan keuangan pemerintah
daerah berjalan secara efektif dan efisien adalah pengelolaan aset daerah.
Aset daerah didefinisikan dalam Permendagri Nomor 17 tahun 2007 pasal
3 memberikan pengertian aset daerah sebagai barang daerah. Barang daerah
adalah semua kekayaan daerah yang dimiliki maupun dikuasai yang berwujud,
baik bergerak maupun tidak bergerak beserta bagian-bagiannya ataupun yang
merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau ditimbang
termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan kecuali surat dan surat berharga lainnya.
Aset yang berada dalam pengelolaan pemerintah daerah tidak hanya yang
dimiliki oleh pemerintah daerah saja, tetapi juga termasuk aset pihak lain yang
dikuasai pemerintah daerah dalam rangka pelayanan ataupun pelaksanaan tugas
dan fungsi pemerintah daerah. Pengelolaan aset daerah harus ditangani dengan
baik agar aset tersebut dapat menjadi modal awal bagi pemerintah daerah untuk
1
melakukan pengembangan kemampuan keuangannya. Namun jika tidak dikelola
dengan semestinya, aset tersebut justru menjadi beban karena sebagian dari aset
tersebut membutuhkan biaya perawatan atau pemeliharaan dan juga dapat
mengalami penurunan nilai (depresiasi) seiring berjalannya waktu.
Untuk estimasi penyusutan atau penurunan nilai dari barang negara/daerah
maka dibutuhkan penilaian yang diatur dalam peraturan Menkeu Nomor
02/PMK.06/2008, tentang penilaian barang milik negara. Maksud dari peraturan
ini untuk memberikan kepastian menyangkut nilai Barang Milik Negara (BMN).
Dalam hal ini barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh
atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) atau berasal dari
perolehan lainnya yang sah. Tujuan dari penilaian barang milik negara/daerah
adalah dalam rangka penyusunan neraca pemerintah pusat, pemanfaatan dan atau
pemindah tanganan barang milik negara/daerah.
Penilaian aset sektor publik untuk tujuan pelaporan keuangan terdapat tiga
hirarki untuk menentukan nilai wajar dari aset tersebut. Menurut Yusuf (2010) di
dalam IFRS 16 atau PSAK 16 menetapkan prosedur pengukuran dan teknik
penilaian pada pencatatan aset dengan model revaluasi (penilaian kembali) dalam
hal ini, nilai wajar dari tanah dan bangunan biasanya ditentukan melalui penilaian
yang dilakukan oleh penilai yang memiliki kualifikasi profesional berdasarkan
bukti pasar. Untuk penilaian tanah dan bangunan nilai wajar dapat diperoleh atas
dasar input data pasar secara langsung. Pada teknik ini, dalam penilaian properti
sebagai aset tetap sering dikenal dengan pendekatan pasar (market approach),
karena menggunakan data pembanding yang sejenis dari objek penilaian.
2
Selanjutnya, menurut Yusuf (2010) nilai wajar dari pabrik dan peralatan
(plant and equipment) biasanya menggunakan nilai pasar yang ditentukan oleh
penilai, nilai wajar dari aset tersebut dapat diperoleh dari suatu teknik penilaian
yang tidak menggunakan data pasar langsung, akan tetapi hasil penilaian yang
diestimasi tetap menggambarkan nilai pasar yang ditentukan penilai secara
profesional. Dalam hal ini, penilai dapat menggunakan pendekatan penilaian
lainnya, seperti pendekatan pendapatan (income approach) atau pendekatan biaya
(cost approach). Kedua pendekatan ini tidak menggunakan data pasar langsung,
tetapi penilai dapat menggunakan data pasar tidak langsung (hasil analisis dan
riset) sebagai input data sehingga nilai yang dikeluarkan tetap nilai pasar. Jika
tidak ada data pasar yang dapat dijadikan dasar penentuan nilai wajar karena sifat
dari aset tetap yang khusus dan jarang diperjual-belikan, kecuali sebagai bagian
dari bisnis yang berkelanjutan, entitas perlu mengestimasi nilai wajar
menggunakan pendekatan penghasilan atau biaya pengganti yang telah disusutkan
setidaknya terdapat tiga aspek objek yang perlu diperhatikan pada standar di atas.
Untuk mengestimasi nilai wajar diperoleh dari suatu kondisi properti yang
jarang atau tidak dapat diperjualbelikan secara langsung, kecuali sebagai entitas
usaha. Input data yang terbatas lebih dilihat dari kepentingan entitas dan tetap
menggunakan pendekatan pendapatan atau pendekatan biaya dengan metoda
biaya pengganti terdepresiasi atau Depreciated Replacement Cost (DRC). Konsep
penilaian di atas tidak hanya digunakan pada tanah dan bangunan saja, namun
untuk jenis aset yang bersifat lancar seperti kendaraan bermotor dapat diukur
dengan data pasar langsung yang relevan.
3
Hubungan antara penilaian dan opini atas laporan keuangan sejajar dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) yang telah diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010 tentang Standar Akutansi Pemerintahan (SAP). Salah satu tolok
ukur kinerja pemerintah dapat dilihat dari Laporan Keuangan Pemerintah (LKP),
yang harus terlebih dahulu diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia (BPK-RI). Badan Pemeriksa Keuangan sebagai instansi pemeriksa
pemerintah, bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara, melalui sebuah mekanisme yang bernama pemeriksaan keuangan, yang
hasilnya merupakan pemberian sebuah hasil audit yang berwujud opini. Opini
tersebut digunakan untuk menilai pelaksanaan kinerja dan penyelenggaraan
pemerintahan
berdasarkan Laporan
Keuangan Daerah.
Penilaian
dalam
menentukan estimasi nilai aset yang berada pada laporan keuangan memiliki
peran penting sebagai penentu atas aset-aset yang dikuasainya, sehingga penyajian
dalam laporan lebih akuntabel.
Menurut Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia bahwa
Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II Tahun 2013, pemeriksaan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) terhadap 108 Pemerintah Daerah
pada Semester II Tahun 2013. BPK RI memberikan opini WTP atas 7 LKPD,
opini WDP atas 52 LKPD, opini Tidak Wajar (adverse) atas 2 LKPD dan opini
Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer) atas 47 LKPD. BPK RI juga
melakukan pemeriksaan Laporan Keuangan (LK) terhadap 9 badan lainnya di
Pusat. Berdasarkan pemeriksaan tersebut, BPK RI memberikan opini WTP atas 2
LK, WDP atas 1 LK, dan Disclaimer atas 6 LK. Permasalahan-permasalahan atas
4
LKPD yang tidak memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Kriteria
tersebut adalah adanya pembatasan lingkup pemeriksaan, aset tetap yang belum
dilakukan inventarisasi dan penilaian, penatausahaan kas yang tidak sesuai dengan
ketentuan, kelemahan pengelolaan yang material pada akun aset tetap, kas,
piutang, persediaan. Selain itu, investasi permanen dan nonpermanen, aset
lainnya, belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal
(http://www.bpk.go.id).
Hal ini tercermin dari belum memadainya pengendalian fisik atas aset.
Kelemahan yang terjadi terutama dalam pengendalian aset tetap seperti nilai aset
tetap tidak dikapitalisasi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan, serta
perbedaan pencatatan antara saldo aset tetap pada neraca dengan dokumen sumber
dan penyajian aset tetap yang tidak didasarkan atas hasil inventarisasi dan
penilaian. Hal-hal tersebut berpengaruh terhadap saldo aset tetap sehingga
memengaruhi kewajaran dari laporan keuangan. Permasalahan yang dijadikan
fokus dalam penelitian ini adalah penilaian aset daerah khususnya tanah dan
bangunan, selain karena merupakan salah satu faktor ekonomi, aset tanah dan
bangunan juga merupakan jenis aset yang memegang peranan penting untuk
pelayanan publik.
Kabupaten Halmahera Tengah merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Maluku Utara dengan Weda sebagai ibukota kabupaten. Sesuai dengan UndangUndang Nomor 1 Tahun 2003 tentang pemekaran wilayah di Provinsi Maluku
Utara, Kabupaten Halmahera Tengah terbagi dalam 3 (tiga) wilayah administratif
yaitu Kota Tidore Kepulauan, Kabupaten Halmahera Timur, dan Kabupaten
Halmahera Tengah sebagai kabupaten induk. Adanya perpindahan ibukota
5
pemerintahan dari Kota Tidore (Soasio) ke Weda (Pulau Halmahera) maka
seluruh aktifitas pemerintahan berpindah ke Weda. Hal ini mengakibatkan banyak
aset milik pemerintah Kabupaten Halmahera Tengah yang masih berada di Kota
Tidore. Konsekuensi logis dari perpindahan tersebut adalah redistribusi aset.
Redistribusi aset menyisakan permasalahan yang cukup rumit, sebagaian
besar aset milik Pemda Kabupaten Halmahera Tengah telah diserahkan ke Kota
Tidore Kepulauan, akan tetapi ada beberapa aset yang statusnya masih milik
Kabupaten Halmahera Tengah, salah satunya adalah Mess Itogapura, yang tidak
digunakan secara optimal (idle) selama 12 tahun dan belum dilakukan penilaian
sehingga sangat penting untuk dilakukan penilaian atas aset tersebut. Nilai aset
tanah dan bangunan dapat dilihat pada Neraca Kabupaten Halmahera Tengah per
31 Desember 2013 dalam Tabel 1.1 sebagai berikut.
Tabel 1.1
Neraca Kabupaten Halmahera Tengah, Per 31 Desember 2013
(Rupiah)
No
Nama Bidang Barang
1
Tanah
2
Peralatan dan Mesin
3
Gedung dan Bangunan
4
Jalan, Irigasi dan Jaringan
5
Aset Tetap Lainnya
6
Konstruksi dalam pengerjaan
Jumlah
Sumber: BPK Halmahera Tengah, 2014 (diolah)
Tahun 2013
Rp115.042.265.371,00
Rp100.411.306.236,00
Rp375.360.770.374,42
Rp486.720.116.976,00
Rp5.744.844.433,00
Rp99.125.363.475,00
Rp1.182.404.668.865,42
Dari laporan neraca Tabel 1.1 terlihat bahwa aset
Persentase
9,73
8,49
31,75
41,16
0,49
8,38
100
milik Pemda Kabupaten
Halmahera Tengah dilihat dari komposisinya dinominasi oleh aset yang bernilai
besar yaitu jalan, irigasi dan jaringan sebesar Rp486.720.116.976,- dengan
persentase sebesar 41.16 persen. Aset yang paling kecil nilainya yaitu aset tetap
lainnya hanya sebesar Rp5.744.844.433 dengan persentase sebesar 0.49 persen.
6
Pada tahun-tahun yang akan datang jumlah aset tanah dan bangunan
diperkirakan akan terus bertambah dan tentunya mengalami penyusutan pada
kuantitas bangunannya. Terdapat dua aset yang sering bertolak belakang dalam
kondisi normal yaitu aset tanah dan bangunan. Nilai tanah dalam kondisi normal
akan mengalami peningkatan dengan semakin banyak permintaan akan tanah
dengan jumlah atas tanah tetap tidak dapat diproduksi atas pengadaannya, dan
berbanding terbalik dengan kondisi bangunan dalam kondisi normal. Nilai
bangunan tersebut sangat berhubungan erat dengan penyusutan, karena nilai suatu
bangunan sangat dipengaruhi oleh umur ekonomis bangunan tersebut, sehingga
menyebabkan nilai bangunan terus menurun setiap tahun karena mengalami
penyusutan.
Berdasarkan laporan hasil temuan Badan Pengawas Keuangan Republik
Indonesia (BPK RI). Laporan Keungan Pemerintah Daerah (LPKD) Kabupaten
Halmahera Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir mendapat opini yang kurang
baik. Secara berturut-turut, Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten
Halmahera Tengah mendapat opini disclaimer dari BPK RI pada tahun 2010 dan
2011, yang menunjukkan bahwa laporan keuangan masih belum layak untuk
dijadikan sebagai acuan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Tengah
dalam pengambilan kebijakan strategis.
Hasil temuan BPK RI pada Kabupaten Halmahera Tengah tentang opini
terhadap pengelolaan aset tetap dari tahun 2008 sampai dengan 2013, dapat dilihat
pada Tabel 1.2, sebagai berikut.
7
Tabel 1.2
Opini BPK-RI di Kabupaten Halmahera Tengah
2008 - 2013
No.
Tahun
Opini BPK-RI
1
2008
Disclaimer
2
2009
TidakWajar
3
2010
Disclaimer
4
2011
Disclaimer
5
2012
Wajar dengan pengecualian
6
2013
Tidak Wajar
Sumber: BPK Halmahera Tengah, 2014 (diolah)
Pemberian opini tersebut berdasarkan penyajian nilai aset dalam neraca daerah
yang tidak sesuai dengan SAP dan peraturan perundangan mengenai pengelolaan
barang daerah. Nilai aset tetap pada neraca daerah per 31 Desember 2013 tidak
dapat diyakini kewajarannya, opini tersebut turun bila dibandingkan tahun 2012
yang memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian. Hal tersebut sebagaimana
tertuang dalam LHP BPK terhadap LKPD Kabupaten Halmahera Tengah Tahun
2013 Nomor: 15.A/LHP/XIX.TER/5/2014 tanggal 14 Mei 2014,
yang
menyebutkan bahwa pemeriksaaan terhadap saldo aset belum dapat diyakini
kewajarannya karena: 1) masih terdapat Barang Milik Daerah yang tidak
diketahui harga perolehannya dalam KIB SKPD; 2) nilai aset belum dikapitalisasi
dengan pengeluaran belanja lain yang terkait langsung dengan perolehan atas
aset; 3) saldo aset tetap masih mencakup barang yang tujuannya akan diserahkan
kepada masayarakat.
Mess Itogapura adalah salah satu aset milik Pemda Halmahera Tengah
yang tercatat sebagai aset tetap yang belum diketahui nilainya. Mess tersebut
tercatat pada Kartu Inventaris Barang (KIB) sekretariat daerah (bagian umum).
Dalam catatan KIB hanya tercantum nilai tanah seluas 4.827 m2 yang merupakan
8
nilai perolehan atas tanah pada tahun 2000 yaitu sebesar Rp96.540.000 dan nilai
bangunan tidak dicantumkan. Hal ini disebabkan karena pemerintah daerah tidak
memiliki SDM yang mempunyai keahlian dalam melakukan penilaian terhadap
aset milik pemerintah daerah atau penilaian barang publik.
Menjadi urgensi tersendiri bagi pemerintah daerah untuk melakukan
penilaian terhadap aset-aset yang dikuasainya sebagai upaya perbaikan atas
temuan BPK RI tersebut. Penilaian merupakan media evaluasi terhadap aset
sebagai tujuan dalam menentukan estimasi dari nilai aset. Dalam penelitian ini
dilakukan penilaian terhadap aset milik Pemda Kabupaten Halmahera Tengah
yang berada di Kota Tidore Kepulauan. Aset ini berupa Mess Itogapura yang
berlokasi di Kelurahan Gamtofkange, Kecamatan Tidore, Kota Tidore Kepulauan
dengan luas lahan sebesar 4,827 meter persegi.
Properti yang dilakukan penilaian ini merupakan properti khusus, di mana
properti ini tidak terdapat data pasar langsung dan properti tersebut tidak
menghasilkan pendapatan yang akan menjadi sumber informasi data dalam kajian
penilaian. Dalam melakukan penilaian ini, metoda yang digunakan adalah metoda
Biaya Pengganti Terdepresiasi (DRC) karena metoda ini adalah metoda yang tepat
dan sesuai dengan ketentuan penilaian secara umum (teoritis) dengan mengacu
pada Standar Penilaian Indonesia 2013 (SPI 2013) dan Standar Penilaian
Indonesia 2007 (SPI 2007).
1.2 Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai penilaian aset (tanah dan bangunan) di Kabupaten
Halmahera Tengah pada khususnya Mess Itogapura belum pernah dilakukan
9
penelitian penilaian yang berhubungan dengan penyajian nilai wajar pada asetaset yang dikuasainya. Adapun penelitian-penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan atas aset pemerintah dan aset swasta dengan tujuan penentuan nilai
wajar dengan metoda biaya penggantian terdepresiasi, di antaranya dapat dilihat
pada Tabel 1.3 sebagai berikut.
Tabel 1.3
Penelitian-Penelitian Terdahulu
No
1
Nama Peneliti
French
dan
Gabrielli (2007)
Metoda
Depreciated
dan
Cost Approach.
2
Yeboah
dan
Ayitey (2009)
Depreciated
Replacement
(DRC).
Cost
Ogunba (2009)
Depreciated
Replacement
(DRC).
Cost
Depreciated
Replacement
(DRC).
Cost
Marilela
dan
Daniela (2013)
Depreciated
Replacement
(DRC).
Cost
Natariza (2014)
Depreciated
Replacement
(DRC).
Cost
3
4
5
6
Stadig (2012)
Hasil
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
hubungan metoda DRC dan market value.
Hasilnya bahwa nilai yang dihasikan dari
DRC adalah bukan nilai pasar, sehingga
DRC merupakan metoda yang tepat terhadap
penentuan nilai pasar.
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa,
DRC merupakan metoda yang dapat
dijadikan sebagai alat analisis jika dipasar
tidak terdapat data pasar, dan metoda DRC
dapat diandalkan dalam menentukan nilai
dari suatu properti.
Hasil dari penelitian ini, menyebutkan bahwa
penggunaan terhadap metoda penyusutan
dapat digunakan sesuai dengan kemampuan
dan pengalaman penilai dalam melakukan
penilaian.
Perkembangan dunia penilaian sebagai
media perbaikan pada hasil estimasi
penyusutan, dengan saran 1) metoda extraksi
pasar; 2) metoda pemecahan; 3) metoda
umur ekonomis, sebagai metoda yang dapat
diterapkan dalam menentukan penyusutan
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
pemerintah Rumania, dan praktisi penilai
dalam menentukan nilai wajar dibutuhkan
praktisi profesional dalam menetukan nilai
wajar sebagai informasi yang sangat berguna
dalam pelaporan keuangan aset publik.
Hasilnya menunjukkan bahwa penilaian aset
jalan menggunakan metoda DRC pada Jalan
Basuki Rachmad, Kusuma Bangsa, Veteran,
Sumargo, dan Pahlawan adalah sebesar
Rp253.485.105.262. Hasil analisis tersebut
setidaknya dapat membantu Dinas Pekerjaan
Umum Bina Marga Kabupaten Lamongan
dalam menyusun neraca awal laporan
keuangan.
10
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada lokasi
penelitian di mana penelitian ini dilakukan di Kabupaten Halmahera Tengah dan
tujuan penilaian. Kesamaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
yaitu pada metoda yang digunakan dengan metoda Depreciated Replacement Cost
(DRC) yang merupakan bagian dari pendekatan biaya.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang dapat dirumuskan
adalah Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten Halmahera
Tengah selama enam tahun terakhir (2008--2013) mendapat opini disclaimer.
Salah satu penyebab dari opini ini adalah nilai aset Mess Itogapura yang
tercantum dalam neraca laporan keuangan bagian umum masih menggunakan
nilai perolehan atas tanah pada tahun 2000 yaitu sebesar Rp96.540.000,00.
Berdasarkan pada laporan tersebut maka perlu dilakukan penilaian terhadap aset
tersebut untuk mendapatakan estimasi nilai Mess Itogapura pada tanggal
penilaian. Hal ini merujuk pada perundangan, SPI 2013 dan SPI 2007, nilai wajar
aset tersebut yang dapat digunakan dalam laporan neraca keuangan.
1.4 Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian (research question) yang hendak dijawab sesuai
dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka dapat diuraikan dengan
bebrapa pertanyaan sebagai berikut.
1. Berapakah nilai wajar dari Mess Itogapura milik pemerintah Kabupaten
Halmahera Tengah pada tahun 2014 ?
11
2. Apakah ada perbedaan antara nilai yang tercatat sekarang di laporan neraca
keuangan Pemda Kabupaten Hamahera Tengah dengan hasil penilaian yang
dilakukan?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. menentukan nilai wajar atas Mess Itogapura milik Pemda Kabupaten
Halmahera Tengah untuk tujuan penyusunan neraca laporan keuangan
kabupaten yang sesuai SAP;
2. menganalisis nilai yang tercatat di laporan neraca keuangan Pemda Kabupaten
Halmahera Tengah dengan hasil penilaian pada aset (tanah dan bangunan)
Mess Itogapura.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dan manfaat yang berarti, sebagai berikut.
1. Bagi Pemda Kabupaten Halmahera Tengah khususnya Bagian Umum di dalam
menyusun neraca Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
2. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan mengenai manajemen aset dan
penilaian, khususnya di bidang penilaian properti.
1.7 Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada penilaian aset tetap tanah dan bangunan
pada Mess Itogapura yang kepemilikannya atas nama Pemda Kabupaten
12
Halmahera Tengah, aset tersebut berlokasi di Kota Tidore Kepulauan dengan
pertimbangan bahwa aset tersebut memiliki nilai yang cukup besar dan nilainya
dipastikan akan terus bertambah pada tahun-tahun yang akan datang. Aset yang
dimiliki Pemda Kabupaten Halmahera Tengah, sejak tahun 2000 dan hingga saat
ini belum pernah dilakukan penilaian. Berdasarkan perumusan masalah yang ada,
lingkup penelitian penilaian aset tetap tanah dan bangunan yaitu dengan
menganalisis nilai pasar atas penggunaan yang ada pada aset tersebut. Selanjutnya
digunakan pada neraca laporan keuangan yang sesuai dengan Standar Penilaian
Indonesia (SPI), Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), dan undang-undang yang
berlaku.
1.8 Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari 5 bab dengan sistematika sebagai berikut. Bab I
adalah pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, keaslian penelitian,
rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan sistematika penulisan. Bab II adalah landasan teori yang berisi tentang teori,
penelitian terdahulu, dan kerangka penelitian. Bab III adalah metoda penelitian
yang berisi tentang desain penelitian, metoda pengumpulan data, dan metoda
analisis data. Bab IV adalah analisis yang berisi tentang deskripsi data dan
pembahasan. Bab V adalah simpulan dan saran yang berisi tentang simpulan,
implikasi, keterbatasan dan saran.
13
Download