di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi

advertisement
33
KEADAA UMUM DAERAH PEELITIA
Posisi Geografi Wilayah Kabupaten Muaro Jambi
Kabupaten Muaro Jambi secara geografis terletak pada koordinat 1o 15’ – 2o
01’ Lintang Selatan dan 103o 15’ – 104o 30’ Bujur Timur. Secara administrasi
berbatasan di:
1. Sebelah utara dengan Kabupaten Tanjung Jabung Timur
2. Sebelah timur dengan Kabupaten Tanjung Jabung Timur
3. Sebelah selatan dengan Propinsi Sumatera Selatan
4. Sebelah barat dengan Kabupaten Batanghari
Posisi Kabupaten Muaro Jambi dalam skala dan orientasi Provinsi Jambi
disajikan pada Gambar 4.
Administrasi Wilayah
Kabupaten Muaro Jambi merupakan bagian dari wilayah Propinsi Jambi,
memiliki luas 5.246 km2 atau 10,29 % dari luas wilayah Propinsi Jambi (Gambar
4). Resmi terbentuk pada tanggal 12 Oktober 1999 berdasarkan Undang-Undang
Nomor 54 Tahun 1999 sebagai pemekaran dari Kabupaten Batanghari. Pemekaran
ini bertujuan untuk mendorong peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan,
pembangunan, dan kemasyarakatan, serta memberikan kemampuan dalam
pemanfaatan
potensi
daerah
untuk
menyelenggarakan
otonomi
daerah
(Baperlitbangda, 2005).
Awalnya kabupaten Muaro Jambi terdiri dari 7 kecamatan yaitu Kecamatan
Jambi Luar Kota, Mestong, Sekernan, Kumpeh Ulu, Maro Sebo, Kumpeh, dan
Sungai Bahar. Kemudian pada tahun 2006 berdasarkan Perda No. 12/2006 tentang
pemekaran kecamatan maka terbentuklah satu kecamatan baru yaitu Kecamatan
Sungai Gelam, yang merupakan hasil pemekaran dari dua kecamatan yaitu
kecamatan Kumpeh Ulu dan Mestong.
Gambar 4 Peta Administrasi Kabupaten Muaro Jambi
34
35
Saat ini Kabupaten Muaro Jambi terdiri dari 8 (delapan) Kecamatan, 5
kelurahan dan 131 desa (Tabel 13).
Tabel 13 Jumlah desa, kelurahan, dan luasan wilayah kecamatan di Kabupaten
Muaro Jambi Tahun 2007
Kecamatan
1. Mestong
2. Sungai Bahar
3. Kumpeh Ulu
4. Kumpeh
5. Maro Sebo
6. Jambi Luar Kota
7. Sekernan
8. Sungai Gelam
Jumlah
Desa
13
24
17
16
20
15
15
11
131
Kelurahan
1
1
1
1
1
5
Luas wilayah (km2)
461,95
618,50
405,88
1.678,94
598,89
335,11
517,77
628,96
5.246
Sumber : Kabupaten Muaro Jambi dalam Angka 2008.
Kondisi Fisik Wilayah
Lereng
Wilayah Kabupaten Muaro Jambi memiliki tingkat kemiringan lereng
bervariasi antara < 3% - > 16 %. Kondisi topografi Kabupaten Muaro Jambi
bervariasi mulai dari datar, datar-berombak, berombak, berombak – begelombang,
bergelombang, dan berbukit kecil. Pembagian topografi (bentuk wilayah) di
Kabupaten Muaro Jambi didasarkan pada data lereng pada peta satuan lahan dan
tanah LREP I Sumatera Lembar Jambi (1014) tahun 1990. Dari data tersebut
kemiringan tanah dibagi ke dalam 6 kelas yaitu:
a.
Daerah datar dengan lereng < 3%
b.
Daerah datar - berombak dengan lereng 0 – 8%
c.
Daerah berombak dengan lereng 3 – 8%
d.
Daerah berombak - bergelombang dengan lereng 3 – 16%
e.
Daerah bergelombang dengan lereng 8 – 16%
f.
Daerah berbukit kecil dengan lereng > 16%
Kabupaten Muaro Jambi didominasi oleh daerah datar dengan kemiringan
lereng < 3%, yaitu seluas 338.378,8 Ha atau 64,5% wilayah Kabupaten Muaro
Jambi dan tersebar di seluruh wilayah kabupaten. Daerah datar-berombak dengan
kemiringan 0 – 8% seluas 71.587,5 Ha atau 13,65% dari total luas wilayah. Selain
36
itu fisiografi berombak dengan lereng 3 – 8 % menempati luas sekitar 49.731,1 Ha
atau 9,48% dari luas Kabupaten Muaro Jambi. Selebihnya merupakan wilayah
dengan lereng 3 – 16% dengan luas 27.749,3 Ha atau 5,29%, lereng 8 – 16%
dengan luas 18.268,6 Ha atau 3,48% dan lereng > 16% seluas 18.884,7 Ha atau
3,6% yang hanya terdapat pada sebagian wilayah Kabupaten Muaro Jambi (Tabel
14).
Tabel 14 Sebaran kelas lereng di Kabupaten Muaro Jambi (Ha)
No Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
Jambi Luar Kota
Kumpeh
Kumpeh Ulu
Maro Sebo
Mestong
Sekernan
Sungai Bahar
Sungai Gelam
Jumlah
< 3%
0- 8%
3-8 %
3-16 %
8-16 %
>16 %
6.653,4 16.931,0 9.607,1
319,5
167.894,0
40.588,0
59.889,0
2.622,7 26.190,2 13.590,3
3.791,8
10.067,6
768,1 8.825,5 8.986,4 6.587,8 16.541,6
3.333,5 12.132,7 17.708,2 18.762,9 7.569,5
2.343,2
47.330,5 15.565,5
338.378,8 71.587,5 49.731,1 27.749,3 18.268,6 18.884,7
Sumber : Hasil Analisis.
Tanah
Kabupaten Muaro Jambi memiliki 5 (lima) jenis tanah yaitu Entisol,
Histosol, Inceptisol, Oxisol, dan Ultisol. Pada dasarnya jenis tanah di Kabupaten
Muaro Jambi dapat digolongkan atas dua kelompok yaitu Zonal dan Azonal. Jenis
tanah Zonal seperti Ultisol dan Oxisol adalah tanah yang telah mengalami
perkembangan profil yang lebih sempurna. Sedangkan yang termasuk kelompok
Azonal yaitu tanah Entisol, Histosol, Inceptisol adalah tanah-tanah yang masih
mengalami proses lanjutan sehingga terlihat dari perkembangan profilnya yang
belum sempurna (Gambar 5).
Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa yang jenis tanah terluas di wilayah
Kabupaten Muaro Jambi adalah tanah Histosol yaitu sekitar 233.833,5 Ha atau
44,6% dari luas wilayah, namun tidak terdapat pada semua kecamatan. Sebaran
terluas kedua yaitu tanah dari ordo Inceptisol yaitu sekitar 115.282,6 Ha atau 22%
dari luas wilayah, dan terdapat pada semua kecamatan. Ordo yang lain berturutturut memiliki sebaran bervariasi yaitu ordo Oxisol 91.021 Ha atau 17,4%, ordo
37
Ultisol 71.367,5 ha atau 13,6% dan yang terkecil ordo Entisol sebesar 13.095,3 Ha
atau 2,5%.
Tabel 15 Sebaran Jenis Tanah di Kabupaten Muaro Jambi (Ha)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Kecamatan
Jambi Luar Kota
Kumpeh
Kumpeh Ulu
Maro Sebo
Mestong
Sekernan
Sungai Bahar
Sungai Gelam
Jumlah
Entisol
7.992,9
2.326,3
1.371,0
1.245,0
160,1
13.095,3
Histosol Inceptisol Oxisol
Ultisol
321,7 23.262,8 9.926,6
146.119,8 13.466,1
315,3
25.766,8 14.622,3
198,9
40.498,4 13.423,0 3.641,2
24.914,8 17.382,1 2.527,1
2.971,2
5.175,7 26.562,0 17.068,1
4.852,4 33.509,2 22.243,4
18.155,6 15.565,5
29.014,8
233.833,5 115.282,6 91.021,0 71.367,5
Sumber : Hasil Analisis.
Great Group tanah Histosol di Kabupaten Muaro Jambi adalah tanah
Tropohemist, yaitu tanah yang memiliki bahan organik hemik (tingkat
dekomposisi sedang dominan (lebih 2/3) pada lapisan bawah (bahan fibrik 1/2 2/3) dan memiliki regim suhu tanah iso (Munir, 1996).
Tanah Inceptisol di Kabupaten Muaro Jambi didominasi oleh great group
Dystropept (tanah yang relatif muda baru mulai berkembang, kurang subur karena
kandungan basa rendah dan terjadi di daerah tropis), Tropaquept (tanah yang
relatif muda baru mulai berkembang, dengan drainase kurang baik/tergenang dan
terjadi di daerah tropik) dan Eutropept (tanah yang relatif muda baru mulai
berkembang, subur karena kandungan basa tinggi dan terjadi di daerah tropis)
(Dharmawijaya, 1992).
Menurut Hardjowigeno (1987) ordo Oxisol merupakan tanah tua yang
memiliki kandungan liat tinggi namun tidak aktif sehingga KTKnya rendah (< 16
me/100 g liat). Banyak mengandung oksida-oksida besi dan atau oksida Al. Di
Kabupaten Muaro Jambi sebaran great group yang utama adalah Hapludox dan
Haploperox.
Gambar 5 Peta sebaran jenis tanah di Kabupaten Muaro Jambi
38
39
Tanah Ultisol yang ada di wilayah ini didominasi oleh great group
Hapludults dan Kandiudult. Ultisol telah mengalami proses pelapukan lanjut
melalui proses luxiviasi dan podsolisasi. Tanah ini ditandai oleh kejenuhan basa
rendah (kurang dari 35% pada kedalaman 1,8 m), kapasitas tukar kation rendah
(kurang dari 24 me per 100 gram liat), bahan organik rendah sampai sedang,
nutrisi rendah dan pH rendah (kurang dari 5,5) (Munir 1996).
Entisol merupakan jenis tanah dengan luasan terkecil yang ada di Kabupaten
Muaro Jambi. Tanah ini termasuk jenis tanah muda sama seperti Inceptisol, yaitu
masih dalam tingkat permulaan dalam perkembangannya. Tidak ada horizon
penciri lain kecuali epipedon Ochrik, Albik atau Histik (Hardjowigeno, 1987).
Great group yang mendominasi jenis tanah ini adalah Sulfaquent dan
Tropofluvent.
Sistem Budidaya Duku
Komoditas duku belum menjadi pilihan usaha pertanian primer bagi
masyarakat Kabupaten Muaro Jambi. Usaha pertanian primer saat ini masih
terpaku pada komoditas perkebunan seperti karet dan kelapa sawit serta
komoditas tanaman pangan seperti padi ladang atau sawah. Walaupun karet
merupakan komoditas primadona, tetapi dalam pengusahaannya petani belum
menerapkan teknik budidaya dan pengolahan hasil yang syarat dengan teknologi.
Usaha ini masih merupakan usaha pertanian tradisional sehingga kebun karet
rakyat lebih mirip dengan hutan karet. Bisa dianggap pengelolaan usaha tani yang
telah menerapkan sistem budidaya yang baik adalah kelapa sawit, karena biasanya
bermitra dengan perusahaan dengan sistem bagi hasil.
Seperti halnya usaha karet, pertanaman duku dalam budidaya masih sangat
konvensional, bahkan tanpa dibudidayakan secara benar dan intensif. Berdasarkan
hasil pengamatan di lapangan dan wawancara dengan petani bahwa dalam
pengelolaan tanaman duku/ kebun duku tidak diberi input (tanpa pemupukan).
Usaha penyiangan hanya dilakukan dengan pembersihan (tebas) gulma yang ada
di bawah pohon dan sekitar pohon duku. Kegiatan ini hanya dilakukan bila
tanaman mulai berbunga sampai berbuah. Setelah masa panen selesai tidak
dilakukan lagi perawatan terhadap tanaman duku.
40
Tanaman ini umumnya ditanam di pekarangan, di sebagian ladang/ huma,
sebagian kebun dan lahan terlantar. Kebanyakan tanaman ini tumbuh tidak
terpelihara, hanya diperhatikan pada saat akan panen. Duku yang saat ini telah
berproduksi optimal adalah tanaman yang telah turun menurun dan merupakan
tanaman warisan dari orang tua terdahulu dengan umur lebih dari 20 tahun.
Tanaman duku merupakan tanaman yang membutuhkan naungan pada awal
pertumbuhannya sehingga memerlukan tanaman pelindung. Karena itu banyak
tanaman duku yang hidup liar ataupun sengaja ditanam antara tanaman lain seperti
durian, pisang, kelapa dan karet yang biasanya berupa kebun campuran
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 6.
duku
Gambar 6 Tanaman duku di dalam kebun campuran.
Disamping tumbuh di hutan-hutan, tanaman duku juga dibudidayakan di
kebun dan pekarangan (Gambar 7). Di Kabupaten Muaro Jambi khususnya di
daerah sentra duku yaitu dikecamatan Kumpeh, Maro Sebo, Mestong dan
Kumpeh Ulu, rata-rata setiap pekarangan memiliki tanaman duku 4-10 batang
yang telah berumur lebih 20 tahun.
Sistem produksi komoditas buah dan sayur di daerah sentra produksi
umumnya masih dicirikan oleh orientasi bahan mentah pertanian bernilai tambah
rendah (belum berorientasi pada produk akhir yang bernilai tambah tinggi)
(Saptana et al., 2006). Masih terbatasnya sumber dan penerapan teknologi, baik
teknologi pembibitan, budidaya serta panen dan pasca panen menyebabkan belum
terjaminnya jumlah, kualitas dan kontinyuitas produk.
41
Saat ini duku telah ditetapkan sebagai salah satu komoditas unggulan
Kabupaten Muaro Jambi, sehingga untuk pengembangannya perlu dilakukan
melalui berbagai upaya termasuk mencari potensi lahan yang sesuai untuk
pertumbuhan duku. Pemerintah daerah telah berupaya untuk mengembangkan
duku ini melalui berbagai program, diantaranya pelatihan pembibitan bagi petani
duku. Pada tahun 2006 Kabupaten Muaro Jambi tercatat mempunyai populasi
duku sebanyak 114.538 pohon, 66.621 pohon diantaranya sudah menghasilkan
dengan produksi sekitar 12.738 ton. Pada tahun 2007 terjadi peningkatan populasi
yang cukup tinggi yaitu menjadi 119.100 pohon namun produksinya hanya 9.251
ton dikarenakan hanya 38.590 pohon yang menghasilkan. Tahun 2008 jumlah
populasi sedikit menurun dibanding sebelumnya, namun terjadi peningkatan pada
luas panen. Populasi duku sampai tahun 2008 di tiap kecamatan disajikan pada
Tabel 16.
duku
Gambar 7 Duku yang ditanam di pekarangan.
Berdasarkan sebaran populasi tanaman duku (Gambar 8), daerah yang bisa
digolongkan sebagai sentra produksi duku di Kabupaten Muaro Jambi adalah
wilayah Kecamatan Kumpeh Ulu, Kumpeh, Maro Sebo. Wilayah Kecamatan
Sungai Gelam, Sekernan, Jambi Luar Kota dan Mestong bisa dikategorikan
sebagai daerah penyangga dan potensial, karena banyaknya populasi tanaman
muda yang telah mulai berkembang dengan lokasi yang berdekatan. Kedepan,
sesuai dengan potensi lahan tersedia dan preferensi masyarakat, sebaran daerah
sentra produksi tersebut bisa berubah.
42
Perbaikan sistem budidaya duku adalah salah satu kegiatan yang dilakukan
yaitu dengan memberikan kesadaran akan tingginya nilai ekonomi buah duku
kepada masyarakat yang disertai dengan merubah pola dan tingkah laku petani
dalam membudidayakan duku merupakan langkah awal memperbaiki kuantitas
dan kualitas produksi duku. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah dengan
memberikan bantuan pelatihan dan agro-input seperti bibit dan pupuk. Introduksi
cara-cara yang baik untuk peningkatan hasil kebun rakyat seperti penjarangan
pohon (mengatur jarak pohon duku dengan pohon yang lain) belum dilakukan.
Tabel 16 Populasi dan produksi komoditas duku di Kabupaten Muaro Jambi
berdasarkan daerah penyebaran, keadaan tahun 2008
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Kecamatan
Sekernan
Maro Sebo
Jambi Luar Kota
Mestong
Sungai Bahar
Sungai Gelam
Kumpeh Ulu
Kumpeh
Jumlah
Tahun 2007
Tahun 2006
Populasi (pohon)
1.831
19.390
4.740
6.674
70
16.604
36.197
33.135
118.641
119.100
114.538
Luas Panen (pohon)
1.451
10.975
4.524
6.557
70
8.679
31.175
22.705
86.136
38.590
66.621
Produksi (ton)
268,5
1.500
756
55
0
698
5.678
2.808,8
11.764,3
9.251
12.738
Sumber : Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Muaro Jambi, 2008
Ketersediaan bibit yang berkualitas juga masih sangat terbatas. Berdasarkan
pengamatan di lapangan, di Kabupaten Muaro Jambi hanya terdapat Balai Benih
Hortikultura dan 1 (satu) petani yang berprofesi sebagai penangkar bibit duku
yang berkualitas dengan metode sambung pucuk, yaitu di Kecamatan Kumpeh
Ulu. Bibit yang dihasilkan tersebut dipasok untuk kebutuhan seluruh petani duku
yang ada di Kabupaten Muaro Jambi, bahkan keluar kabupaten dan provinsi.
Dengan produksi bibit yang sangat terbatas, tidak semua petani duku dapat
menggunakan bibit yang berkualitas dalam budidayanya. Seperti diketahui bahwa
duku memiliki masa vegetatif yang lama (8 – 10 tahun), maka sangat disayangkan
jika kuantitas dan kualitas produksi duku tidak optimal akibat dari penggunaan
bibit yang tidak unggul.
43
Pengembangan duku yang dibudidayakan sesuai dengan prosedur standar
operasional budidaya duku adalah harapan ke depan dari program pengembangan
duku di Kabupaten Muaro Jambi. Perkebunan duku dengan luasan ratusan hektar
pada satu hamparan dengan sistem budidaya monokultur sulit dilakukan.
Menjadikan tanaman duku sebagai bagian dari kehidupan masyarakat sehari-hari
dalam
sebuah
kawasan
pengembangan
duku
adalah
alternatif
bentuk
pengembangan duku di Kabupaten Muaro Jambi.
Dalam sebuah kawasan, tidak tertutup kemungkinan pengembangan duku
dengan sistem budidaya secara polikultur. Sesuai hasil wawancara dengan
responden baik petugas maupun petani duku, membudidayakan duku secara
monokultur sangat tidak menarik dan dianggap rugi, dan petani lebih tertarik
menanam duku secara polikultur atau tumpangsari dengan tanaman lain. Selain
tanaman duku membutuhkan waktu lama untuk berbuah, ada beberapa
keuntungan lain dengan menanam duku pada kebun campuran antara lain :
1. Tanaman duku terlindungi oleh tanaman lain, terutama saat masih kecil karena
tanaman duku memerlukan tanaman pelindung.
2. Tanaman duku memiliki masa tunggu untuk berbuah yang panjang sehingga
saat duku belum atau tidak menghasilkan, maka penerimaan petani dapat
diperoleh dari tanaman lain seperti pisang, petai, durian, karet dan lain-lain.
3. Duku merupakan tanaman buah musiman, yang hanya berbuah 1 (satu) kali
dalam satu tahun, sehingga dengan menanam duku sebagai salah satu
komoditas di kebun campuran, manfaat dari tanaman lain dapat diperoleh.
4. Apabila selama tanaman duku belum dewasa ditanam bersama dengan
tanaman seperti palawija, pisang atau kakao yang dilakukan pemupukan
intensif, maka diharapkan terjadi sharing dalam memanfaatkan pupuk yang
diberikan, sehingga biaya pemupukan duku dapat ditekan.
Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan pembinaan dan kebijakankebijakan untuk perbaikan dalam sistem budidaya khususnya dalam upaya
pembentukan kawasan duku di Kabupaten Muaro Jambi.
Gambar 8 Sebaran populasi dan produksi duku tiap kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2008
44
45
Potensi Sumber Daya Alam
Potensi Lahan
Wilayah Kabupaten Muaro Jambi seluas 5.246 km2 terdiri dari 8 (delapan)
kecamatan, 131 desa dan 5 kelurahan. Wilayah ini memiliki morfologi lahan yang
sangat beragam dan berpotensi luas untuk pengembangan pertanian. Berdasarkan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Muaro Jambi tahun 2006-2015 telah
ditetapkan pola pemanfaatan ruang berdasarkan kawasan lindung dan budidaya
(Gambar 9).
Kabupaten Muaro Jambi memiliki kawasan budidaya seluas 466.319,5 ha
yang didominasi oleh perkebunan rakyat seluas sekitar 180.126,4 ha, kemudian
oleh perkebunan besar seluas 143.579,2 ha. Kawasan lindung di Kabupaten
Muaro Jambi terdiri dari hutan gambut seluas ± 22.991,7 ha, kemudian taman
nasional berbak seluas 21.846,9 ha dan Taman Hutan Raya (Tahura) Tanjung
seluas 13.441,9 ha. Kesemua kawasan lindung ini merupakan ekosistem lahan
basah yang sangat penting menjadi penyangga kawasan budidaya di Kabupaten
Muaro Jambi. Rincian kawasan budidaya dan kawasan lindung disajikan pada
Tabel 17.
Sampai dengan tahun 2007, wilayah yang telah dimanfaatkan untuk
pengembangan pertanian adalah seluas 220.879 ha, sedangkan potensi lahan yang
ada mencapai 311.474 ha. Dengan demikian ada 90.595 ha belum dimanfaatkan
(Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan, 2008). Luas pemanfaatan lahan
pertanian dan potensinya tiap kecamatan di wilayah Kabupaten Muaro Jambi
disajikan pada Tabel 18.
Iklim
Unsur iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman terutama
adalah curah hujan dan temperatur. Iklim di sebagian besar wilayah Kabupaten
Muaro Jambi berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson merupakan tipe
iklim A, yaitu termasuk daerah sangat basah dengan curah hujan 2500-3000 mm
per tahun. Dalam sepuluh tahun terakhir (tahun 1998 – 2008) rata-rata bulan basah
sebanyak 11 (sepuluh) bulan dan rata-rata bulan kering sebanyak 1(satu) bulan.
Curah hujan rata-rata sebesar 2.369 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata
46
13,5 hari. Suhu udara rata-rata berkisar dari 26,1 – 27, 6 oC (Data tahun 2003 –
2008).
Tabel 18 Luas potensi lahan (ha) untuk pertanian di Kabupaten Muaro Jambi
tahun 2007
No
Kecamatan
Potensi
Luas Pemanfaatan
1
2
3
4
5
6
7
8
Sekernan
Maro Sebo
Jambi Luar Kota
Mestong
Sei Bahar
Sungai Gelam
Kumpeh Ulu
Kumpeh
Jumlah
47.855
43.597
30.314
53.669
47.105
n.a
49.411
39.523
311.474
41.539
24.554
11.004
44.144
40.027
n.a
38.116
21.495
220.879
Belum
Dimanfaatkan
6.316
19.043
19.310
9.525
7.078
n.a
11.295
18.028
90.595
Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kab. Muaro Jambi, 2008
a. n.a = Data untuk Kecamatan Sungai Gelam belum tersedia
b. Potensi lahan, baik yang telah dimanfaatkan maupun belum dimanfaatkan
meliputi lahan sawah, tegalan/ kebun, ladang/ huma, perkebunan, dan
padang rumput/ pengembalaan.
Gambar 9. Peta Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten Muaro Jambi
47
-
-
-
Hutan Gambut
33.511
-
Total
-
Taman Nasional
1.806,8
Kawasan Lindung
Taman Hutan Raya
Pertanian Lahan Basah
23.077,1
Perkebunan Lahan Kering
Perkebunan Rakyat
-
4.923,1
167.894
22.735,3
21.846,9
13.441,9
14.568,7
17.693,0
892,4
18.148,1
54,6
58.513,1
3.704,0
-
-
Kumpeh
-
Jambi Luar
Kota
Perkebunan Besar Lahan Basah
Perkebunan Besar
Hutan Produksi Terbatas
Industri
Kawasan Budidaya
Budidaya Perikanan
Pola Tata Ruang
-
40.588
-
-
-
7.183,5
17.138,1
519,5
7.158,7
6.007,7
-
2.580,5
Kumpeh
Ulu
59.889
256,3
-
-
5.750,6
44.807,5
-
6.653,0
-
-
435,2
1.986,3
Maro Sebo
-
46.195
-
-
-
-
27.902,9
-
-
16.682,9
-
1.609,2
Mestong
Kecamatan
-
-
-
51.777
-
-
-
2.726,1
23.900,3
-
-
25.150,6
Sekernan
Tabel 17 Pola pemanfaatan ruang tiap kecamatan berdasarkan RTRW Kabupaten Muaro Jambi 2006 – 2015
61.850
61.850,0
Sungai
Bahar
22.991,7
-
524.600
21.846,9
62.896
13.441,9
-
34.622,4
2.586,7
-
1.411,8
180.126,4
-
31.959,9
25.607,6
-
143.579,2
62.355,7
28.910,4
10.277,7
1.986,3
3.842,7
-
Total
1.948,6
Sungai
Gelam
48
49
Potensi Sumber Daya Manusia
Perkembangan
penduduk
Kabupaten
Muaro
Jambi
menunjukkan
peningkatan yang cukup signifikan sesuai dengan letak wilayah yang merupakan
hinterland dari Kota Jambi. Perkembangan penduduk selain disebabkan oleh
pertumbuhan alami juga disebabkan oleh arus migrant, baik yang berasal dari
transmigrasi
maupun
perpindahan
penduduk
dari
Kota
Jambi.
Data
Kependudukan yang disajikan pada Muaro Jambi Dalam Angka tahun 2007
menunjukkan jumlah penduduk sebanyak 310.676 Jiwa (Tabel 19). Tingkat
kepadatan penduduk terbesar di Kabupaten Muaro Jambi terdapat di Kecamatan
Jambi Luar Kota, hal ini dikarenakan terdapatnya pusat pendidikan sehingga
kegiatan property (perumahan) lebih cepat berkembang.
Tabel 19 Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut
kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi tahun 2008
Kecamatan
1. Mestong
2. Sungai Bahar
3. Kumpeh Ulu
4. Kumpeh
5. Maro Sebo
6. Jambi Luar Kota
7. Sekernan
8. Sungai Gelam
Jumlah
Luas Wilayah
(Km2)
461,95
618,50
405,88
1.678,94
598,89
335,11
517,77
628,96
5.246
Jumlah
Penduduk
34.333
49.731
35.996
23.968
30.202
52.884
36.431
47.131
310.676
Kepadatan
74,32
80,41
88,69
14,28
50,43
157,81
70,36
74,93
59,22
Persentase
Sebaran
11,05
16,01
11,59
7,72
9,72
17,02
11,73
15,17
100,00
Sumber: BPS Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2008
Sektor pertanian masih memberikan kontribusi terbesar sebagai mata
pencaharian bagi penduduk di Kabupaten Muaro Jambi. Sebesar 89,66% dari
jumlah penduduk angkatan kerja bekerja di sektor pertanian (Tabel 19).
Sedangkan jumlah terbesar kedua yaitu yang bekerja disektor perdagangan yaitu
sebesar 5,69%, diikuti bidang kerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) sebesar
3,53% dan hanya sebagian kecil yang bekerja sebagai pengrajin (0,9%) dan di
sektor pertambangan (0,22%).
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa bidang pertanian memiliki peran
yang besar dalam penyerapan dan penggunaan tenaga kerja di Kabupaten Muaro
Jambi. Berdasarkan keterampilan dasar masyarakat yang pada umumnya adalah
50
petani, tentunya merupakan potensi besar dalam pengembangan pertanian,
termasuk salah satunya pengembangan tanaman duku.
Tabel 20 Penduduk berdasarkan mata pencaharian di tiap kecamatan tahun 2007
Kecamatan
Sekernan
Maro Sebo
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Petani
7.741
Dagang
1.233
Pertambangan
10
Pengrajin
45
PNS
518
15.573
1.016
-
303
265
7.030
1.250
20
-
1.770
Mestong
Sungai Bahar
20.899
12.171
1.208
788
89
-
130
173
565
330
Sungai Gelam
12.536
200
56
52
250
Kumpeh Ulu
Kumpeh
Jumlah
12.123
1.533
103.707
191
697
6.581
79
253
218
123
1.043
293
98
4.088
Jambi Luar Kota
Sumber : BPS Kabupaten Muaro Jambi 2007
Prasarana Penunjang
Kabupaten Muaro Jambi adalah salah satu kabupaten di Propinsi Jambi
yang sudah cukup berkembang. Hal ini terlihat dengan cepatnya perkembangan
kota dan lokasi pemukiman. Kota dalam hal ini adalah kota sebagai pusat
perekonomian dan juga pusat pemerintahan. Perkembangan fasilitas umum yang
sangat cepat merupakan salah satu indikasi cepatnya perkembangan kabupaten.
Prasarana jalan yang ada di Kabupaten Muaro Jambi relatif cukup baik.
Jenis kendaraan yang dimiliki oleh masyarakat Muaro Jambi pun sudah sangat
bervariasi. Hal ini sangat terkait dengan prasana jalan yang ada. Pada Tabel 21
disajikan data kondisi prasarana jalan di Kabupaten Muaro Jambi yang ada pada
pada tiap kecamatan pada tahun 2008 sesuai data dari Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Muaro Jambi.
Dari total panjang jalan yang ada di Kabupaten Muaro Jambi, sebesar 239
km atau 18,91% dikelola oleh pemerintah provinsi, sebesar 888,583 km atau
70,31% dikelola oleh pemerintah kabupaten dan sisanya sebesar 136,264 km atau
10,78% dikelola oleh pemerintah desa (Tabel 21).
Prasarana jalan yang membelah wilayah Kabupaten Muaro Jambi dan
merupakan urat nadi transportasi di Pulau Sumatera serta merupakan penghubung
51
Kabupaten Muaro Jambi ke kota-kota lain. Tahun 2008 prasarana ini telah
mengalami peningkatan mutu jalan yang cukup pesat. Kondisi jalan dalam
keadaan baik sampai dengan rusak ringan. Dari total 1.263,847 km, sepanjang
1.221,69 km (96,77%) dalam keadaan baik dan 40,81 km (3,23 %) dalam keadaan
rusak ringan, namun tidak ada yang dalam kondisi rusak sedang maupun berat
(Tabel 22). Contoh kondisi jalan Lintas Timur Sumatera yang berada di wilayah
Kecamatan Sekernan disajikan pada Gambar 10.
Tabel 21 Panjang jalan menurut kecamatan dan pemerintahan yang berwenang
mengelolanya (km) di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2008
Kecamatan
Mestong
Sungai Bahar
Kumpeh Ulu
Sungai Gelam
Kumpeh
Maro Sebo
Jambi Luar Kota
Sekernan
Jumlah
Negara
-
Provinsi
40
30
30
50
6
38
45
239
Kabupaten
126,983
88,735
44,019
161,377
65,253
71,393
68,446
262,377
888,583
Desa
94,506
41,758
136,264
Jumlah
166,983
213,241
74,019
203,135
115,253
77,393
106,446
307,377
1263,847
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Muaro Jambi, 2008
Dilihat dari jenis permukaan (Tabel 22), jalan yang ada di Kabupaten
Muaro Jambi memiliki kondisi yang bervariasi. Dari total jalan kabupaten dan
desa yang berjumlah 1.024,847 km, sepanjang 381,58 km (39,46%) sudah
beraspal, sedangkan 146,93 km (15,20%) permukaannya kerikil, dan 438,41 km
(45,34%) masih berupa jalan tanah.
Jalan kabupaten adalah jalan-jalan yang menghubungkan antar kecamatan
dan desa/ kelurahan dalam kecamatan (Tabel 22). Jalan kabupaten tahun 2008
sepanjang 1262.50 km, terdiri dari jalan yang telah beraspal sepanjang 381.58 km
(39.46%), tertutup kerikil sepanjang 146.93 km (15.20%), dan tertutup tanah
sepanjang 438.41 km (45.34%). Kondisi jalan 96.77% dalam kondisi baik dan
3.23% dalam keadaan rusak ringan. Kondisi jalan kabupaten yang demikian
menyebabkan akses perekonomian banyak mengalami hambatan, karena banyak
pemukiman dan lahan pertanian rakyat yang sangat tergantung dengan jalan
kabupaten ini.
52
Gambar 10 Jalan Lintas Timur Sumatera (jalan provinsi) di Kecamatan Sekernan
dengan kondisi baik
Tabel 22 Panjang jalan, jenis permukaan dan kondisi jalan di Kabupaten Muaro
Jambi Tahun 2008
Kecamatan
Baik
Mestong
163,82
Sungai Bahar
206,13
Kumpeh Ulu
70,02
Kumpeh
194,10
Maro Sebo
70,64
Jambi Luar Kota
104,09
Sekernan
302,89
Sungai Gelam
194,98
Jumlah
1.221,69
Kondisi Jalan (km)
Rusak
Rusak
Ringan Sedang
3,16
6,75
4,00
6,15
5,75
2,35
4,50
8,15
40,81
-
Jenis Permukaan (km)
Rusak
Berat
-
Aspal
Kerikil
Tanah
67,12
30,87
75,43
90,10
24,58
6,29
8,65
3,12
58,63
28,01
31,48
5,75
87,69
10,82
381,58 146,93
28,99
6,77
13,16
53,49
12,77
40,45
175,18
104,62
438,41
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Muaro Jambi, 2008
Gambar 11 adalah contoh jalan kabupaten pada kondisi baik dan beraspal
di Kecamatan Kumpeh serta kondisi jalan tertutup tanah di Kecamatan Maro
Sebo.
Selain
prasarana jalan,
prasarana lain
yang sangat mendukung
perkembangan suatu wilayah adalah pusat-pusat perniagaan atau pasar. Pasar
adalah tempat dimana pedagang dan pembeli berkumpul dan bertemu untuk
melakukan suatu kegiatan jual beli. Pasar tidak terdapat di seluruh kecamatan dan
perkembangannya juga tidak begitu nyata tiap tahunnya bahkan cenderung
mengalami penurunan (Tabel 23).
53
Selain itu, ada juga kegiatan pasar yang tidak setiap hari terjadi kegiatan
jual belinya, namun biasanya hanya satu kali dalam satu minggu, yang dikenal
dengan istilah “Hari Balai” atau sering disebut juga “Pasar Kalangan”. Hal ini
terkait dengan pemukiman penduduk dan lokasi pertanian yang menyebar
sehingga pedagang tidak bisa setiap hari ada pada satu lokasi tertentu. Selain itu,
karena transportasi dan sarana jalan dari dan ke ibukota propinsi relatif baik,
masyarakat cenderung langsung ke ibukota propinsi untuk pemenuhan
kebutuhannya.
Gambar 11 Jalan kabupaten yang menghubungkan Kecamatan Kumpeh dan
Kumpeh Ulu (kiri) serta jalan yang menghubungkan antar desa
Kecamatan Maro Sebo (kanan).
Tabel 23 Perkembangan dan Jumlah Pasar Tiap Kecamatan di Kabupaten Muaro
Jambi Tahun 2005-2008
Kecamatan
Mestong
Sungai Bahar
Kumpeh Ulu
Kumpeh
Maro Sebo
Jambi Luar Kota
Sekernan
Sungai Gelam
Jumlah
2005
Kios
Los
2
1
1
2
2
2006
Kios Los
1
2
1
1
1
4
Sumber : Kabupaten Muaro Jambi Dalam Angka, 2008.
2007
Kios
Los
1
1
6
1
1
1
9
2008
Kios Los
1
1
1
3
54
Kebijakan Pemerintah
Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai
nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Pemerintah melalui Direktorat
Jenderal Hortikultura memainkan perannya sebagai fasilitator dan dinamisator
pembangunan hortikultura di Indonesia. Pembangunan hortikultura telah
memberikan sumbangan berarti bagi sektor pertanian maupun perekonomian
nasional, yang dilihat dari pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), jumlah
rumah tangga yang mengandalkan sumber pendapatan dari sub sektor
hortikultura, peningkatan pendapatan masyarakat, perdagangan internasional,
pangan masyarakat dan sinergisme dengan para pemangku kepentingan
(stakeholders) (Ditjen Hortikultura, 2008).
Peranan sektor pertanian dengan perannya sebagai sumber pertumbuhan
ekonomi, terutama memasuki era globalisasi dan dalam upaya antisipasi
menghadapi kesepakatan perdagangan bebas yang tertuang dalam General
Agreement on Tariffs and Trade (GATT) akan diberlakukan mulai tahun 2010,
maka komoditas pertanian yang dihasilkan harus mempunyai daya saing dari
segi mutu (kualitas), kontinyuitas produksi, serta harga, atau yang lebih dikenal
dengan keunggulan komparatif maupun kompetitif secara lentur dan dinamis
serta bersifat jangka panjang (PSE, 1994).
Pemerintah pusat melalui Menteri Pertanian telah menetapkan jenis
komoditas tanaman binaan Ditjen Hortikultura berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian No. 511/Kpts/PD.310/9/2006. Dalam Kepmen tersebut tanaman duku
termasuk dalam salah satu dari 60 komoditas buah-buahan yang dibina oleh
Departemen Pertanian melalui Ditjen Hortikultura.
Berdasarkan potensi wilayah dan potensi komoditas, Pemerintah
Kabupaten Muaro Jambi telah menetapkan komitmen menjadikan komoditas duku
sebagai komoditas unggulan di bidang hortikultura. Dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) 2006-2015 Kabupaten Muaro Jambi dinyatakan bahwa
pemerintah daerah bertekad mengembangkan sistem agribisnis dan meningkatkan
ketahanan pangan, yang diantaranya termasuk pengembangan komoditas
hortikultura, seperti dari segi pengolahan, pemasaran, kelembagaan, prasarana,
maupun sumberdaya manusianya. Lebih lanjut, dalam RTRW dialokasikan dana
55
APBD untuk pengembangan komoditas duku dan tanaman hortikultura lainnya di
Kecamatan Kumpeh, Kumpeh Ulu, Maro Sebo, Mestong, Jambi Luar Kota dan
Sekernan yang berada dibawah tanggung jawab Dinas Pertanian, Perikanan dan
Peternakan.
Melalui dukungan penuh pemerintah daerah dan pemerintah pusat
diharapkan dapat menjadi pendorong bagi pengembangan duku secara lebih
terpadu sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah
Kabupaten Muaro Jambi. Terutama dalam promosi dan pengenalan kepada
masyarakat luas, khususnya di luar Provinsi Jambi, sehingga dapat menarik minat
investor ataupun pihak lainya untuk mengembangkan duku di Kabupaten Muaro
Jambi.
95
Analisis SWOT
Dalam menyusun suatu strategi pengembangan usaha duku, perlu
dilakukan suatu analisis yang mendalam. Pada penelitian ini metode analisis data
yang digunakan adalah dengan Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses,
Opportunities, Threats Analysis), yaitu analisis potensi atau kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman/kendala. Analisis ini diawali dengan inventarisasi dan
klasifikasi terhadap permasalahan/ kelemahan dan kelebihan/ kekuatan baik
secara internal maupun eksternal Kabupaten Muaro Jambi.
Langkah-langkah yang di lakukan adalah (1) Input stage (analisis data
input dan Analisis Lingkungan Strategis), (2) Matching stage (analisis
pencocokan), (3) Decision stage (analisis pengambilan keputusan).
Analisis Data Input (Input Stage)
Proses analisis dimulai dengan pendalaman atau identifikasi lingkungan
strategis, kemudian dilanjutkan dengan analisis faktor internal dan faktor
eksternal. Proses analisis akan menghasilkan beberapa asumsi atau peluang
strategis untuk mendapatkan faktor-faktor kunci keberhasilan.
Analisis Lingkungan Strategis. Lingkungan strategis yang mempengaruhi
kinerja dalam proses perencanaan dan pengembangan komoditas unggulan duku
di Kabupaten Muaro Jambi dibagi atas faktor internal dan eksternal. Faktor
internal, mencakup kekuatan (S= Strengths) dan kelemahan (W= Weakness).
Sementara yang termasuk dalam faktor eksternal adalah peluang (O=
Opportunities) dan ancaman (T= Threaths). Dari hasil pengolahan data dan
wawancara di lapangan, diperoleh daftar faktor internal dan eksternal dalam usaha
pengembangan duku di Kabupaten Muaro Jambi sebagaimana berikut :
96
Faktor Internal
Kekuatan.
Faktor
internal
yang
merupakan
suatu
kekuatan
untuk
mengembangkan duku adalah:
1. Potensi lahan yang sesuai dengan karakteristik lahan yang dibutuhkan oleh
tanaman duku masih cukup luas yaitu sekitar 158.403,7 ha atau sekitar 30,2%
dari total luas wilayah Kabupaten Muaro Jambi.
2. Duku telah ditetapkan sebagai komoditas unggul spesifik lokasi.
3. Pemerintah pusat dan daerah telah melakukan program pengembangan dengan
memberikan anggaran khusus untuk pengembangan duku (APBN dan APBD).
4. Wilayah Kabupaten dibelah oleh jalan lintas antar kabupaten sehingga
memiliki akses yang relatif lebih mudah dan serta relatif dekat dengan ibukota
provinsi.
5. Sarana dan prasarana pendukung terutama jalan dan jembatan cukup baik
6. Lembaga penyuluhan dan penelitian telah mendukung.
7. Kualitas buah duku lebih unggul dibanding duku dari daerah lain khususnya di
Jambi.
8. Masa panen tidak bersamaan dengan wilayah lain
Kelemahan. Faktor internal yang merupakan suatu kelemahan adalah sebagai
berikut:
1. Masa juvenile tanaman duku yang lama (8-10 tahun).
2. Ketersediaan bibit unggul bermutu masih rendah.
3. Kemampuan sumberdaya manusia dalam sistem budidaya masih rendah.
4. Sistem kelembagaan rendah.
5. Tenaga penyuluh spesifik tanaman hortikultura, terutama duku masih kurang.
6. Sistem informasi pasar lemah.
7. Belum berkembangnya industri pengolahan duku.
97
Faktor Eksternal
Peluang. Beberapa peluang yang mendukung pengembangan duku di Kabupaten
Muaro Jambi:
1. Peluang pasar untuk konsumsi buah segar masih terbuka lebar.
2. Semakin
berkembangnya
sistem
informasi
yang
akan
mendukung
pengembangan dan tata niaga duku.
3. Munculnya teknologi baru, baik dalam hal budidaya maupun pasca panen
4. Potensi kerjasama kemitraan dengan pedagang dan stakeholder masih terbuka.
Ancaman. Beberapa faktor lingkungan yang menjadi ancaman pengembangan
duku adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan sumberdaya manusia di daerah pesaing lebih baik.
2. Daerah pesaing sebagai produsen duku memiliki kualitas produksi lebih baik.
3. Maraknya penanaman komoditas lain, seperti Kelapa Sawit dan Karet yang
mengancam pengembangan duku di Kabupaten Muaro Jambi.
Analisis Faktor Internal (Internal Factor Analysis)
Hasil analisis menunjukan bahwa pengaruh faktor internal yang lebih
dominan terjadi pada unsur potensi lahan yang masih besar, masa juvenil duku
lama, sarana dan prasarana pendukung yang rendah, kemampuan sumber daya
manusia, kemudian adanya kebijakan pemerintah dalam penetapan anggaran guna
pengembangan duku. Faktor ini merupakan bagian dari kekuatan dan kelemahan
yang perlu diperhitungkan dalam mempengaruhi perkembangan duku. Faktor
kelembagaan adalah faktor terakhir
yang memberikan pengaruh terhadap
perkembangan duku di Kabupaten Muaro Jambi. Pada Tabel 35 ditampilkan hasil
analisis faktor internal secara terinci.
98
Tabel 35 Analisis faktor internal dalam pengembangan duku di Kabupaten Muaro
Jambi
Faktor Internal Strategis
Kekuatan:
1. Potensi lahan yang sesuai dengan
karakteristik lahan yang dibutuhkan oleh
tanaman duku masih cukup luas.
2. Duku telah ditetapkan sebagai komoditas
unggul spesifik lokasi.
3. Pemerintah pusat dan daerah telah
melakukan
program
pengembangan
dengan memberikan anggaran khusus
untuk pengembangan duku (APBN dan
APBD).
4. Wilayah Kabupaten dibelah oleh jalan
lintas antar kabupaten sehingga memiliki
akses yang relatif lebih mudah dan serta
relatif dekat dengan ibukota provinsi.
5. Sarana dan prasarana pendukung terutama
jalan dan jembatan cukup baik
6. Lembaga penyuluhan dan penelitian telah
mendukung.
7. Kualitas buah duku lebih unggul
dibanding duku dari daerah lain
khususnya di Jambi
8.
Masa panen tidak bersamaan dengan
wilayah lain
Bobot
Rating
Skor*
0,16
4
0,64
0,07
3
0,21
0,10
4
0,40
0,02
2
0,04
0,05
3
0,15
0,04
3
0,12
0,03
2
0,06
0,03
2
0,06
Komentar
Potensi
lahan,
dukungan
anggaran
dalam
pengembangan duku
Kelemahan:
0,1
2
10 tahun).
2. Ketersediaan bibit unggul bermutu masih
0,1
2
rendah.
0,1
2
3. Kemampuan sumberdaya manusia dalam
sistem budidaya masih rendah.
0,06
3
4. Sistem kelembagaan rendah.
0,05
4
5. Tenaga penyuluh spesifik tanaman
hortikultura, terutama duku masih kurang.
0,09
2
6. Sistem informasi pasar lemah.
0,01
4
7. Belum berkembangnya industri
pengolahan duku.
Jumlah
1
* = skor adalah hasil perkalian bobot dengan rating (bobot x rating)
1. Masa juvenile tanaman duku yang lama (8-
0,20
0,20
0,20
0,18
0,20
0,18
0,04
2,84
Penelitian
dan
perbaikan
SDM. serta
akses
informasi
terhadap
pasar
99
Analisis Faktor Eksternal (External Factor Analysis)
Analisis faktor eksternal dilakukan terhadap faktor-faktor eksternal sebagaimana
tertera pada Tabel 36.
Tabel 36 Analisis faktor eksternal dalam pengembangan duku di Kabupaten
Muaro Jambi
Faktor Eksternal Strategis
Peluang
1. Peluang pasar untuk konsumsi
buah segar masih terbuka lebar
2. Semakin
berkembangnya
informasi dapat informasi yang
mendukung pengembangan dan
tata niaga duku.
3. Munculnya teknologi baru
4. Menjalin kerjasama kemitraan
dengan stakeholder dan pelaku
tata niaga.
Ancaman
1. Daerah pesaing sebagai produsen
duku memiliki kualitas produksi
lebih baik.
2. Kemampuan
sumberdaya
manusia di daerah pesaing lebih
baik.
3. Maraknya penanaman komoditas
lain, seperti Kelapa Sawit dan
Karet
yang
mengancam
pengembangan
duku
di
Kabupaten Muaro Jambi
Bobot
Rating
Skor*
Komentar
0,25
4
1,00
0,10
3
0,30
0,15
0,10
2
3
0,30
0,30
Peluang pasar
besar dan
perlu
meningkatkan
kerjasama dan
peningkatan
jaringan
informasi
0,15
2
0,30
0,15
2
0,30
0,10
3
0,30
Kualitas perlu
ditingkatkan
dengan
meningkatkan
SDM,
teknologi dan
infrastruktur,
serta
dukungan
pemerintah
dalam hal
kebijakan
pengembangan.
Jumlah
1,00
2,80
*= skor adalah hasil perkalian bobot dengan rating (bobot x rating)
Penentuan posisi usaha pengembangan duku dapat dilihat berdasarkan
analisis total skor faktor internal dan faktor eksternal dengan menggunakan model
Matrik Internal-Eksternal (Wheelen, 1995 dalam Rangkuti, 1997). Berdasarkan
nilai Internal Factor Analysis (IFAS) yaitu 2.84 dan nilai External Factor
Analysis (EFAS) yaitu 2.80 bahwa posisi perusahaan pada sel V, yaitu
menerapkan strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal atau stabilitas pada
profit (Tabel 37). Konsentrasi melalui integrasi horizontal berarti kegiatan untuk
100
memperluas perusahaan (dalam hal ini usaha pengembangan duku) dengan cara
membangun di lokasi lain dan meningkatkan jenis produk dan jasa, sehingga
dapat memperoleh peluang pasar dan tentunya mendapatkan keuntungan.
Tabel 37 Matrik Internal Eksternal
Tinggi
(3 – 4)
Total
Skor
Faktor
Eksternal
Tinggi (3 – 4)
I
Pertumbuhan/
Konsentrasi
melalui
integrasi
vertikal
IV
Stabilitas
Sedang
(2 – 3)
Rendah
(1 – 2)
VII
Pertumbuhan/
Diversifikasi
konsentris
Total Skor Faktor Internal
Sedang (2 – 3)
Rendah (1 – 2)
II
III
Pertumbuhan/
Penciutan/
Konsentrasi melalui
Pengurangan
integrasi horizontal
Usaha
V
Pertumbuhan/
Konsentrasi melalui
integrasi horizontal
VI
Penciutan/
Strategi
Divestasi
Stabilitas/
Tidak ada perubahan
strategi profit
VIII
Pertumbuhan/
Diversifikasi konglomerat
IX
Likuidasi/
Bangkrut
Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor eksternal yang dominan adalah
peluang pasar yang masih terbuka khususnya untuk konsumsi buah segar.
Perkembangan teknologi dan sistem informasi, kerjasama dengan pihak
stakeholder dan pelaku tata niaga duku merupakan peluang yang dapat diraih.
Produksi duku dari daerah pesaing lebih baik dengan kemampuan sumberdaya
manusia yang lebih tinggi, serta maraknya penanaman komoditas lain seperti
kelapa sawit dan karet menjadi ancaman bagi pengembangan duku di Kabupaten
Muaro Jambi. Faktor ini membutuhkan koordinasi dan kerjasama seluruh instansi
terkait guna memaksimalkan kemampuan guna meminimalkan ancaman yang
dimulai sejak penyusunan perencanaan pengembangan.
Faktor eksternal perkembangan teknologi serta kerjasama kemitraan
dengan stakeholder dan pelaku tata niaga merupakan faktor yang melibatkan
peran pemerintah dan masyarakat yang masih terbuka seiring dengan peningkatan
kualitas dan kuantitas produksi duku. Hal ini terkait erat dengan perkembangan
101
sistem informasi walaupun hasil analisis menunjukan bahwa unsur ini berada
dibawah unsur sebelumnya. Perhatian dan koordinasi antara pelaku usaha dan
pemerintah akan mengarahkan penetapan kegiatan yang bisa dikerjasamakan
secara fungsional sesuai dengan tupoksi masing-masing instansi atau lembaga
terkait.
Tahap Pencocokan (Matching Stage)
Langkah berikutnya adalah tahap pencocokan. Dengan menggunakan
strategi silang, tahap pencocokan dengan matrik TOWS atau SWOT dalam
Analisis SWOT dihasilkan beberapa asumsi strategis sebagai bahan untuk
pencapaian kemungkinan alternatif strategi pengembangan duku di Kabupaten
Muaro Jambi. Strategi dan hasil dari pencocokan tersebut selanjutnya dilakukan
proses penetapan ”Asumsi Alternatif Strategis”. Matrik tahap pencocokan dari
analisa ini disajikan pada Tabel 38.
Sesuai matrik SWOT (Tabel 38) diperoleh berbagai asumsi alternatif
strategi yang dapat dilakukan dalam upaya pengembangan duku di Kabupaten
Muaro Jambi yaitu :
Strategi Strenghts-Opportunities, yaitu memanfaatkan kekuatan untuk meraih
peluang, dengan strategi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Memanfaatkan potensi lahan yang sesuai (sekitar 158.403,7 ha) untuk
pengembangan duku guna meraih peluang pasar duku.
2. Meningkatkan pola kemitraan dan kerjasama dengan stakeholder untuk
pengembangan duku secara terintegrasi.
3. Meningkatkan kemampuan lembaga penelitian dalam mengembangkan
teknologi baru.
Strategi Weaknesses-Opportunities, yaitu meminimalkan kelemahan untuk
mencapai dan memanfaatkan peluang yang ada, dengan strategi yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan sistem kelembagaan untuk memanfaatkan peluang pasar
duku.
2. Meningkatkan SDM untuk dapat menerapkan teknologi dan sistem
informasi, meraih peluang pasar serta menjalin kerjasama dan kemitraan.
102
Strategi Strengths-Threats, yaitu strategi yang memanfaatkan kekuatan untuk
mengurangi ancaman, dengan strategi alternatif yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Mengalokasikan anggaran APBN dan APBD untuk mengeliminir
ancaman.
2.
Melaksanakan kerjasama teknologi dan SDM dengan negara/daerah
pesaing guna peningkatan kualitas duku.
3. Perlu
adanya
kebijakan
pemerintah
yang
lebih
memihak
bagi
pengembangan duku.
Strategi Weaknesses-Threats, yaitu merupakan taktik untuk bertahan yang
diarahkan untuk mengurangi kelemahan-kelemahan internal serta menghindar
dari ancaman-ancaman lingkungan. Strategi alternatif yang dapat dilakukan
adalah mengoptimalkan sumber daya manusia agar dapat meningkatkan
kualitas produksi duku.
103
Tabel 38 Matrik SWOT Pengembangan Duku di Kabupaten Muaro Jambi
Faktor Internal
(IFAS)
1.
2.
3.
4.
S (Strengths)
1. Potensi
lahan
luas
(158.403,7 ha)
2. Komoditas unggul spesifik
lokasi.
3. APBN dan APBD telah
dianggarkan..
4. Lokasi wilayah mendukung.
5. Lembaga penyuluhan dan
penelitian.
6. Khasiat duku beda.
7. Kualitas unggul.
8. Masa panen duku berbeda.
(EFAS)
Faktor Eksternal
O (Opportunities)
Alternatif Strategis SO:
Peluang pasar untuk
1. Memanfaatkan
potensi
konsumsi buah segar
lahan yang sesuai untuk
masih terbuka lebar
duku
untuk
meraih
Sistem
informasi
peluang pasar duku.
berkembang.
2. Meningkatkan
pola
Munculnya
teknologi
kemitraan dan kerjasama
baru.
dengan stakeholder untuk
Menjalin kerjasama
pengembangan
duku
kemitraan stakeholder dan
secara terintegrasi.
pelaku tata niaga.
3. Meningkatkan
kemampuan
lembaga
penelitian
dalam
mengembangkan
teknologi baru.
T (Threaths)
1. Daerah pesaing memiliki
kualitas dan kuantitas
produksi lebih baik.
2. Kemampuan SDM di
daerah pesaing lebih baik.
3. Adanya
komoditas
saingan
ASUMSI Strategis ST:
1. Mengalokasikan anggaran
APBN dan APBD untuk
mengeliminir ancaman.
2. Melaksanakan kerjasama
teknologi dan SDM dengan
daerah pesaing.
3. Kebijakan pemerintah yang
memihak
bagi
pengembangan duku.
W (Weaknesses)
1. Masa panen duku lama.
2. Ketersediaan bibit unggul
bermutu yang rendah
3. Kemampuan
sumberdaya
manusia rendah.
4. Sistem kelembagaan rendah
5. Tenaga penyuluh tanaman
duku kurang
6. Sistem
informasi
pasar
lemah.
7. Belum berkembangnya
industri pengolahan.
Alternatif Strategis WO:
1. Meningkatkan SDM guna
peningkatan
teknologi
budidaya
dan
sistem
informasi, meraih peluang
pasar
dan
menjalin
kerjasama dan kemitraan.
2. Meningkatkan
sistem
kelembagaan
untuk
memanfaatkan peluang pasar
duku.
ASUMSI Strategis WT:
Mengoptimalkan SDM, guna
peningkatan kualitas produksi.
104
Pengambilan Keputusan (Decision Stage)
Langkah terakhir adalah Langkah Pengambilan Keputusan, dimana di
dalam analisis ini dipakai metode QSPM (Quantitative Strategic Planning
Matrix), yaitu rancangan untuk menentukan kemenarikan relatif (relative
attractiveness) dari tindakan strategi alternatif yang mungkin dapat dilakukan.
Tabel 39 merupakan matrik QSPM dari berbagai strategi alternatif yang mungkin
dapat dilakukan.
Hasil
analisis
Quantitative
Strategic
Planning
Matrix
(QSPM)
menghasilkan beberapa alternatif strategi pengembangan duku di Kabupaten
Muaro Jambi yang dapat dilakukan, dengan urutan strategi seperti disajikan pada
Tabel 40.
Tabel 40 Urutan alternatif strategi yang dapat dilaksanakan sesuai hasil analisis
QSPM
No
Strategi
Total Score
1.
Memanfaatkan lahan yang sesuai untuk pengembangan duku
197
untuk meraih peluang pasar duku.
2.
Mengalokasikan
anggaran
APBN
dan
APBD
untuk
195
Meningkatkan SDM guna menerapkan teknologi dan sistem
185
pengembangan duku.
3.
informasi, meraih peluang pasar serta menjalin kerjasama dan
kemitraan
4.
Meningkatkan pola kemitraan dengan menjalin kerjasama
180
stakeholder dan pelaku tata niaga sebagai upaya pengembangan
duku secara terintegrasi
5.
Kerjasama dalam bidang teknologi dan sumberdaya manusia
171
dengan daerah pesaing dalam upaya meningkatkan kualitas
produksi.
6.
Meningkatkan
sistem
kelembagaan
untuk
memanfaatkan
165
Pengkajian teknologi bagi pengembangan duku, baik budidaya
144
peluang pasar duku
7.
maupun teknologi pasca panen
4
2
4
2
4
4
3
4
2
4
8
16
197
12
8
8
4
8
16
9
16
2
12
6
8
4
8
8
9
16
9
4
6
TAS
3
3
4
2
3
4
4
4
3
4
1
4
2
1
1
4
2
1
4
3
2
4
AS
6
12
181
12
8
6
8
8
16
9
16
2
12
6
2
2
8
4
3
16
9
4
12
TAS
Pola kemitraan
Keterangan nilai AS (Attractiveness Score)
1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = secara logis menarik, 4 = sangat menarik
TAS (Total Attractiveness Score) = Rating x AS
4
4
3
4
1
4
2
4
2
2
2
4
3
4
2
3
3
2
2
STRE+GHTS (S)
1. Potensi lahan luas
2. Komoditas unggul spesifik lokasi.
3. APBN dan APBD telah dianggarkan
4. Lokasi wilayah
5. Sarana dan prasarana pendukung cukup baik
6. Lembaga penyuluhan dan penelitian
7. Kualitas buah duku unggul.
8.
Masa panen duku berbeda
4
4
3
4
3
2
2
AS
Potensi daerah
2
2
2
3
THREATS (T)
1. Daerah pesaing memiliki kualitas produksi lebih baik.
2. Kemampuan SDM di daerah pesaing lebih baik.
3. Ada komoditas saingan
WEAK+ESSES (W)
1.
Masa juvenile tanaman duku yang lama (8-10 tahun).
2.
Ketersediaan bibit unggul bermutu masih rendah.
3.
Kemampuan sumberdaya manusia dalam sistem budidaya
masih rendah.
4.
Sistem kelembagaan rendah.
5.
Tenaga penyuluh spesifik tanaman hortikultura, terutama duku
masih kurang.
6.
Sistem informasi pasar lemah.
7.
Belum berkembangnya industri pengolahan duku.
Jumlah
4
3
2
3
Rating
OPPORTU+ITIES (O)
1. Peluang pasar konsumsi buah segar masih terbuka lebar
2. Munculnya teknologi baru
3. Sistem informasi berkembang.
4. Menjalin kerjasama kemitraan dan stakeholder
Faktor Utama
1
4
1
2
4
4
4
1
2
2
2
1
4
3
4
2
2
1
1
4
2
3
AS
2
16
144
3
8
8
8
8
4
6
8
4
3
12
6
8
4
4
3
4
12
4
9
TAS
Teknologi
3
3
4
2
4
4
2
2
1
4
1
4
4
1
1
3
1
1
4
1
4
4
AS
6
12
165
12
8
8
8
4
8
3
16
2
12
12
2
2
6
2
3
16
3
8
12
TAS
Kelembagaan
4
4
2
2
4
3
2
3
3
4
1
4
4
1
1
4
4
1
4
3
3
4
AS
8
16
185
6
8
8
6
4
12
9
16
2
12
12
2
2
8
8
3
16
9
6
12
TAS
Meningkatkan SDM
Alternatif Strategi
Tabel 39 Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Pengembangan Duku di Kabupaten Muaro Jambi
4
4
4
4
2
4
4
4
3
4
1
4
3
1
1
3
3
1
4
4
3
2
8
16
195
12
16
4
8
8
16
9
16
2
12
9
2
2
6
6
3
16
12
6
6
TAS
Anggaran
AS
3
3
2
2
4
2
3
4
1
2
1
4
1
1
4
4
4
1
4
4
4
4
AS
6
12
171
6
8
8
4
6
16
3
8
2
12
3
2
8
8
8
3
16
12
8
12
TAS
Kerjasama dgn pesaing
105
106
Langkah awal yang dapat dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Muaro Jambi
adalah dengan memanfaatkan potensi lahan yang sesuai untuk pengembangan
duku yang ada untuk meraih peluang pasar duku serta melakukan pengalokasian
dana untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi.
Secara rinci, langkah konkrit untuk menunjang pelaksanaan setiap urutan
strategi tersebut adalah sebagai berikut:
Strategi pertama adalah memanfaatkan potensi lahan yang sesuai untuk
pengembangan duku agar meraih peluang pasar. Tujuan yang ingin dicapai adalah
memanfaatkan
potensi
duku
daerah
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat tani, meningkatnya luas tanam, produksi dan pendapatan petani duku
rakyat. Potensi lahan yang prioritas untuk dimanfaatkan adalah lahan dengan
faktor pembatas yang tidak terlalu berat dan mudah untuk diatasi oleh petani.
Lahan untuk pengembangan duku sebaiknya diprioritaskan pada kelas
kesesuaian lahan S2nf dan S3n, yang hanya membutuhkan aplikasi pemupukan
berimbang dan pengaturan drainase. Potensi lahan ini terdapat di Kecamatan
Maro Sebo, Kumpeh, Kumpeh Ulu, Jambi Luar Kota, Sekernan Mestong, dan
Sungai Gelam yang mencapai luasan total sekitar 149.576,2 ha. Potensi ini perlu
dikelola dan diberdayakan lebih intensif sehingga mampu meningkatkan produksi
yang optimal. Langkah konkrit yang dapat dilaksanakan antara lain :
1. Pengadaan dan perbanyakan serta penyebaran bibit duku oleh pemerintah
daerah untuk ditanam di lahan pekarangan dan kebun campuran milik
masyarakat.
2. Mempermudah perijinan investasi bagi pemodal/investor
3. Pembuatan kebun bibit duku (pemeliharaan pohon induk, penangkaran bibit
unggul) yang mampu memproduksi bibit unggul 7.000- 10.000 batang per
tahun.
4. Pelatihan penangkar bibit unggul
5. Melakukan pengembangan duku dengan pembuatan kebun duku pada lahan
yang saat ini merupakan semak, lahan terlantar, tanah terbuka yang sesuai
untuk pengembangan duku.
Strategi kedua adalah mengalokasikan anggaran APBN dan APBD untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Tujuan dari strategi ini adalah
107
mengoptimalkan pemanfaatan potensi daerah guna meningkatkan kualitas dan
kuantitas produksi dengan dukungan infrastruktur dengan sasaran utama
termanfaatkannya potensi daerah sesuai dengan dukungan infrastruktur. Adapun
langkah konkrit yang mungkin dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan mutu jalan (jalan negara, propinsi dan kabupaten)
2. Pembukaan dan perbaikan jalan pedesaan
3. Pembukaan jalan usahatani di kawasan budidaya
Strategi ketiga adalah meningkatkan sumber daya manusia guna menerapkan
teknologi dan sistem informasi, meraih peluang pasar serta menjalin kerjasama dan
kemitraan, dengan tujuan utama adalah meningkatkan sistem pelaksanaan kegiatan
dan
pelayanan dalam pengembangan duku daerah. Sasaran yang dituju dari
strategi ini adalah tersalurkannya buah dan produk olahan duku daerah. Langkah
yang dapat diambil antara lain :
1. Pelatihan petani dan aparat dalam budidaya dan pasca panen duku
2. Alokasi penyuluh pengembangan duku daerah
3. Peningkatan sumber daya manusia khususnya untuk pengembangan klinik dan
sub terminal agribisnis duku daerah
4. Pelatihan dan magang calon petugas klinik dan sub terminal agribisnis duku
daerah
Pelaksanaan strategi ini diprioritaskan pada wilayah yang telah memiliki populasi
dan produksi duku yang besar, yaitu Kecamatan Kumpeh, Kumpeh Ulu dan Maro
Sebo.
Strategi keempat adalah meningkatkan pola kemitraan dan menjalin
kerjasama stakeholder sebagai upaya pengembangan duku secara terintegrasi.
Tujuan dari strategi ini adalah mengoptimalkan kerjasama petani dan pedagang
serta kerjasama antar instansi sehingga terwujud pengembangan duku secara
terintegrasi dengan sasaran utama terwujudnya koordinasi antar instansi dalam
mendukung pengembangan duku. Adapun langkah kegiatan yang dapat
dilaksanakan antara lain:
1. Melakukan koordinasi antar instansi terkait (BAPPEDA, Dinas Pekerjaan
Umum, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas
Transmigrasi,
Dinas
Perkebunan
dan
Dinas
Kehutanan)
dalam
108
mengembangkan komoditas duku yang telah ditetapkan sebagai komoditas
unggulan, sehingga tidak terjadi tumpang tindih kegiatan dan memiliki satu
tujuan.
2. Melakukan temu kemitraan antara petani dan pedagang.
3. Melakukan promosi, negosiasi dan kerjasama dengan investor swasta yang
bisa dalam bentuk suatu kontrak kerja sama.
4. Pembangunan klinik dan sub terminal agribisnis.
Sama halnya dengan strategi yang ketiga, strategi keempat juga diprioritaskan
untuk diterapkan pada wilayah dengan duku yang sudah berproduksi, dan dalam
jumlah yang besar. Kecamatan yang sesuai yaitu Kecamatan Kumpeh, Kumpeh
Ulu dan Maro Sebo.
Strategi kelima adalah kerjasama dalam bidang teknologi dan sumberdaya
manusia dengan daerah pesaing dalam upaya meningkatkan kualitas produksi.
Tujuan dari strategi ini adalah meningkatkan kualitas, kuantitas dan kontinyuitas
produksi duku, dengan sasaran utama terwujudnya produksi duku yang sesuai
dengan kebutuhan pasar. Langkah konkrit yang dapat dilaksanakan antara lain :
1. Melakukan penjajakan untuk mencari mitra swasta dan daerah lain yang
memiliki kompetensi dalam bidang teknologi dan kapital untuk pengembangan
duku
2. Kerjasama dalam penguatan sistem informasi pemasaran
3. Mempersiapkan sumber daya manusia melalui berbagai pelatihan.
Kecamatan yang diprioritaskan untuk penerapannya adalah Kecamatan Kumpeh,
Kumpeh Ulu dan Maro Sebo.
Strategi
keenam
adalah
meningkatkan
sistem
kelembagaan
untuk
memanfaatkan peluang pasar. Tujuan dari strategi ini adalah meningkatkan
kemampuan sistem kelembagaan terkait dengan pengembangan duku dengan
sasaran utama meningkatkan pelayanan lembaga keuangan, kemampuan lembaga
petani dan penyuluhan serta kelembagaan pemasaran. Kecamatan yang
diprioritaskan untuk penerapannya adalah Kecamatan Kumpeh, Kumpeh Ulu dan
Maro Sebo.
Adapun langkah kegiatan yang dapat dilaksanakan adalah :
109
1.
Pembinaan dan penguatan serta pemberdayaan kelompok tani dalam hal
budidaya dan pasca panen duku.
2.
Fasilitasi pembentukan kelompok kolaborasi petani dan pengusaha
(pengusaha pupuk, pengusaha produk olahan, dan pedagang) berupa
gabungan kelompok tani.
3.
Pembinaan terminal agribisnis duku daerah.
4.
Rekayasa dan pembinaan jaringan informasi dan perdagangan untuk
pengembangan duku daerah (antar daerah dan antar propinsi).
Strategi
ketujuh
adalah
menggiatkan
pengkajian
teknologi
bagi
pengembangan duku, baik budidaya, panen maupun teknologi pasca panen.
Tujuannya yaitu dapat mengembangkan teknologi terkait pengembangan dan
pemanfaatan duku melalui kerjasama dengan lembaga perguruan tinggi, badan
pengkajian serta instansi terkait. Kecamatan yang diprioritaskan untuk
penerapannya adalah Kecamatan Kumpeh, Kumpeh Ulu dan Maro Sebo, karena
memiliki populasi dan produksi duku yang besar.
Adapun langkah konkrit yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Perbaikan dan pelatihan teknik panen dan pasca panen duku:
a. Perbaikan dan pelatihan teknik panen
b. Peningkatan dan pelatihan teknik pengemasan hasil panen
2. Pengembangan aneka ragam produk olahan (industri) duku
a. Pelatihan, pembinaan dan pengembangan syrop duku
b. Pelatihan, pembinaan dan pengembangan juice duku
c. Pelatihan, pembinaan dan pengembangan selai duku
d. Pelatihan, pembinaan dan pengembangan pengolahan limbah duku
(kompos)
3. Memfasilitasi, membina dan mengembangkan pemasaran buah dan produk
olahan duku dengan promosi melalui pameran, website pemerintah daerah dan
kegiatan-kegiatan yang menunjang promosi.
Strategi yang diperoleh dari matrik QSPM secara garis besar dapat
dikelompokkan dalam tiga kluster (kelompok), yaitu pengembangan pada aspek
biofisik, aspek ekonomi, dan aspek sosialnya.
110
Penerapan strategi pengembangan akan lebih baik jika dilakukan berbasis
wilayah yang ada di Kabupaten Muaro Jambi. Dalam hal ini, tidak semua strategi
akan diterapkan secara seragam di semua wilayah. Penerapan strategi prioritas
akan berbeda tiap wilayahnya, terkait kondisi biofisik, kelembagaan, maupun
prasarana penunjang yang dimiliki.
Pengembangan dari aspek biofisik merupakan pemanfaatan potensi lahan
yang ada untuk peningkatan produksi, serta infrastruktur pendukungnya. Hal ini
dilakukan terutama pada kelas kesesuaian lahan S2nb dan S3n seluas ± 149.576,2
ha, dikarenakan faktor pembatas lahannya relatif mudah untuk diatasi.
Pengembangan dari aspek ekonomi meliputi pengembangan kemitraan/ kerjasama
dan teknologi, sedangkan aspek sosial meliputi pengembangan sumberdaya
manusia dan kelembagaan.
Pengembangan pada aspek biofisik lahan tidak hanya dilakukan dilakukan
pada wilayah yang sudah berkembang, namun juga pada wilayah yang belum
berkembang budidaya dukunya. Wilayah yang berpotensi untuk pengembangan
duku tersebar di Kecamatan Maro Sebo, Kumpeh, Kumpeh Ulu, Jambi Luar Kota,
Sekernan, Mestong, Sungai Gelam.
Pengembangan pada aspek sosial dan ekonomi dilakukan pada wilayah yang
sudah cukup berkembang dalam hal budidaya, namun belum ada pengembangan
dalam hal sosial ekonominya. Daerah tersebut merupakan sentra produksi duku,
yaitu Kecamatan Maro Sebo, Kumpeh, Kumpeh Ulu.Tabel 41 menyajikan
prioritas penerapan tiap strategi berdasarkan kluster strategi dan wilayah yang ada
di Kabupaten Muaro Jambi.
Diantara ketiga kluster aspek pengembangan tersebut, aspek sosial
merupakan hal utama untuk diprioritaskan. Hal ini terkait dengan peningkatan
kesadaran masyarakat untuk lebih menyadari akan potensi komoditas yang
mereka miliki, dalam hal ini komoditas duku. Selanjutnya diharapkan akan
tumbuh kesadaran untuk mengembangkan duku lebih optimal. Tidak hanya terkait
budidayanya, namun kebun duku yang mereka miliki juga dapat dimanfaatkan
sebagai sarana wisata alam dan konservasi lahan. Dengan kata lain pengembangan
duku secara agribisnis.
Strategi
Memanfaatkan potensi lahan yang sesuai untuk
pengembangan duku, terutama pada lahan dengan faktor
pembatas yang mudah untuk diatasi.
Kerjasama dalam bidang teknologi dan sumberdaya
manusia dengan daerah pesaing dalam upaya
meningkatkan kualitas produksi.
Meningkatkan pola kemitraan dengan menjalin kerjasama
stakeholder dan pelaku tata niaga sebagai upaya
pengembangan duku secara terintegrasi
Pengkajian teknologi bagi pengembangan duku, baik
budidaya maupun teknologi pasca panen
Meningkatkan sumberdaya manusia guna menerapkan
teknologi dan sistem informasi, meraih peluang pasar
serta menjalin kerjasama dan kemitraan
Meningkatkan sistem kelembagaan untuk memanfaatkan
peluang pasar duku
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Aspek Sosial
Aspek Ekonomi
Aspek Biofisik
Kluster Strategi
Maro Sebo, Kumpeh, Kumpeh Ulu
Maro Sebo, Kumpeh, Kumpeh Ulu
Maro Sebo, Kumpeh, Kumpeh Ulu,
Jambi Luar Kota, Sekernan,
Mestong, Sungai Gelam
Kecamatan
Tabel 41 Penerapan strategi pengembangan duku berdasarkan kelompok strategi dan wilayah kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi
111
Download