33 KEADAA UMUM DAERAH PEELITIA Posisi Geografi Wilayah Kabupaten Muaro Jambi Kabupaten Muaro Jambi secara geografis terletak pada koordinat 1o 15’ – 2o 01’ Lintang Selatan dan 103o 15’ – 104o 30’ Bujur Timur. Secara administrasi berbatasan di: 1. Sebelah utara dengan Kabupaten Tanjung Jabung Timur 2. Sebelah timur dengan Kabupaten Tanjung Jabung Timur 3. Sebelah selatan dengan Propinsi Sumatera Selatan 4. Sebelah barat dengan Kabupaten Batanghari Posisi Kabupaten Muaro Jambi dalam skala dan orientasi Provinsi Jambi disajikan pada Gambar 4. Administrasi Wilayah Kabupaten Muaro Jambi merupakan bagian dari wilayah Propinsi Jambi, memiliki luas 5.246 km2 atau 10,29 % dari luas wilayah Propinsi Jambi (Gambar 4). Resmi terbentuk pada tanggal 12 Oktober 1999 berdasarkan Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 sebagai pemekaran dari Kabupaten Batanghari. Pemekaran ini bertujuan untuk mendorong peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan, serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah (Baperlitbangda, 2005). Awalnya kabupaten Muaro Jambi terdiri dari 7 kecamatan yaitu Kecamatan Jambi Luar Kota, Mestong, Sekernan, Kumpeh Ulu, Maro Sebo, Kumpeh, dan Sungai Bahar. Kemudian pada tahun 2006 berdasarkan Perda No. 12/2006 tentang pemekaran kecamatan maka terbentuklah satu kecamatan baru yaitu Kecamatan Sungai Gelam, yang merupakan hasil pemekaran dari dua kecamatan yaitu kecamatan Kumpeh Ulu dan Mestong. Gambar 4 Peta Administrasi Kabupaten Muaro Jambi 34 35 Saat ini Kabupaten Muaro Jambi terdiri dari 8 (delapan) Kecamatan, 5 kelurahan dan 131 desa (Tabel 13). Tabel 13 Jumlah desa, kelurahan, dan luasan wilayah kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007 Kecamatan 1. Mestong 2. Sungai Bahar 3. Kumpeh Ulu 4. Kumpeh 5. Maro Sebo 6. Jambi Luar Kota 7. Sekernan 8. Sungai Gelam Jumlah Desa 13 24 17 16 20 15 15 11 131 Kelurahan 1 1 1 1 1 5 Luas wilayah (km2) 461,95 618,50 405,88 1.678,94 598,89 335,11 517,77 628,96 5.246 Sumber : Kabupaten Muaro Jambi dalam Angka 2008. Kondisi Fisik Wilayah Lereng Wilayah Kabupaten Muaro Jambi memiliki tingkat kemiringan lereng bervariasi antara < 3% - > 16 %. Kondisi topografi Kabupaten Muaro Jambi bervariasi mulai dari datar, datar-berombak, berombak, berombak – begelombang, bergelombang, dan berbukit kecil. Pembagian topografi (bentuk wilayah) di Kabupaten Muaro Jambi didasarkan pada data lereng pada peta satuan lahan dan tanah LREP I Sumatera Lembar Jambi (1014) tahun 1990. Dari data tersebut kemiringan tanah dibagi ke dalam 6 kelas yaitu: a. Daerah datar dengan lereng < 3% b. Daerah datar - berombak dengan lereng 0 – 8% c. Daerah berombak dengan lereng 3 – 8% d. Daerah berombak - bergelombang dengan lereng 3 – 16% e. Daerah bergelombang dengan lereng 8 – 16% f. Daerah berbukit kecil dengan lereng > 16% Kabupaten Muaro Jambi didominasi oleh daerah datar dengan kemiringan lereng < 3%, yaitu seluas 338.378,8 Ha atau 64,5% wilayah Kabupaten Muaro Jambi dan tersebar di seluruh wilayah kabupaten. Daerah datar-berombak dengan kemiringan 0 – 8% seluas 71.587,5 Ha atau 13,65% dari total luas wilayah. Selain 36 itu fisiografi berombak dengan lereng 3 – 8 % menempati luas sekitar 49.731,1 Ha atau 9,48% dari luas Kabupaten Muaro Jambi. Selebihnya merupakan wilayah dengan lereng 3 – 16% dengan luas 27.749,3 Ha atau 5,29%, lereng 8 – 16% dengan luas 18.268,6 Ha atau 3,48% dan lereng > 16% seluas 18.884,7 Ha atau 3,6% yang hanya terdapat pada sebagian wilayah Kabupaten Muaro Jambi (Tabel 14). Tabel 14 Sebaran kelas lereng di Kabupaten Muaro Jambi (Ha) No Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 Jambi Luar Kota Kumpeh Kumpeh Ulu Maro Sebo Mestong Sekernan Sungai Bahar Sungai Gelam Jumlah < 3% 0- 8% 3-8 % 3-16 % 8-16 % >16 % 6.653,4 16.931,0 9.607,1 319,5 167.894,0 40.588,0 59.889,0 2.622,7 26.190,2 13.590,3 3.791,8 10.067,6 768,1 8.825,5 8.986,4 6.587,8 16.541,6 3.333,5 12.132,7 17.708,2 18.762,9 7.569,5 2.343,2 47.330,5 15.565,5 338.378,8 71.587,5 49.731,1 27.749,3 18.268,6 18.884,7 Sumber : Hasil Analisis. Tanah Kabupaten Muaro Jambi memiliki 5 (lima) jenis tanah yaitu Entisol, Histosol, Inceptisol, Oxisol, dan Ultisol. Pada dasarnya jenis tanah di Kabupaten Muaro Jambi dapat digolongkan atas dua kelompok yaitu Zonal dan Azonal. Jenis tanah Zonal seperti Ultisol dan Oxisol adalah tanah yang telah mengalami perkembangan profil yang lebih sempurna. Sedangkan yang termasuk kelompok Azonal yaitu tanah Entisol, Histosol, Inceptisol adalah tanah-tanah yang masih mengalami proses lanjutan sehingga terlihat dari perkembangan profilnya yang belum sempurna (Gambar 5). Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa yang jenis tanah terluas di wilayah Kabupaten Muaro Jambi adalah tanah Histosol yaitu sekitar 233.833,5 Ha atau 44,6% dari luas wilayah, namun tidak terdapat pada semua kecamatan. Sebaran terluas kedua yaitu tanah dari ordo Inceptisol yaitu sekitar 115.282,6 Ha atau 22% dari luas wilayah, dan terdapat pada semua kecamatan. Ordo yang lain berturutturut memiliki sebaran bervariasi yaitu ordo Oxisol 91.021 Ha atau 17,4%, ordo 37 Ultisol 71.367,5 ha atau 13,6% dan yang terkecil ordo Entisol sebesar 13.095,3 Ha atau 2,5%. Tabel 15 Sebaran Jenis Tanah di Kabupaten Muaro Jambi (Ha) No 1 2 3 4 5 6 7 8 Kecamatan Jambi Luar Kota Kumpeh Kumpeh Ulu Maro Sebo Mestong Sekernan Sungai Bahar Sungai Gelam Jumlah Entisol 7.992,9 2.326,3 1.371,0 1.245,0 160,1 13.095,3 Histosol Inceptisol Oxisol Ultisol 321,7 23.262,8 9.926,6 146.119,8 13.466,1 315,3 25.766,8 14.622,3 198,9 40.498,4 13.423,0 3.641,2 24.914,8 17.382,1 2.527,1 2.971,2 5.175,7 26.562,0 17.068,1 4.852,4 33.509,2 22.243,4 18.155,6 15.565,5 29.014,8 233.833,5 115.282,6 91.021,0 71.367,5 Sumber : Hasil Analisis. Great Group tanah Histosol di Kabupaten Muaro Jambi adalah tanah Tropohemist, yaitu tanah yang memiliki bahan organik hemik (tingkat dekomposisi sedang dominan (lebih 2/3) pada lapisan bawah (bahan fibrik 1/2 2/3) dan memiliki regim suhu tanah iso (Munir, 1996). Tanah Inceptisol di Kabupaten Muaro Jambi didominasi oleh great group Dystropept (tanah yang relatif muda baru mulai berkembang, kurang subur karena kandungan basa rendah dan terjadi di daerah tropis), Tropaquept (tanah yang relatif muda baru mulai berkembang, dengan drainase kurang baik/tergenang dan terjadi di daerah tropik) dan Eutropept (tanah yang relatif muda baru mulai berkembang, subur karena kandungan basa tinggi dan terjadi di daerah tropis) (Dharmawijaya, 1992). Menurut Hardjowigeno (1987) ordo Oxisol merupakan tanah tua yang memiliki kandungan liat tinggi namun tidak aktif sehingga KTKnya rendah (< 16 me/100 g liat). Banyak mengandung oksida-oksida besi dan atau oksida Al. Di Kabupaten Muaro Jambi sebaran great group yang utama adalah Hapludox dan Haploperox. Gambar 5 Peta sebaran jenis tanah di Kabupaten Muaro Jambi 38 39 Tanah Ultisol yang ada di wilayah ini didominasi oleh great group Hapludults dan Kandiudult. Ultisol telah mengalami proses pelapukan lanjut melalui proses luxiviasi dan podsolisasi. Tanah ini ditandai oleh kejenuhan basa rendah (kurang dari 35% pada kedalaman 1,8 m), kapasitas tukar kation rendah (kurang dari 24 me per 100 gram liat), bahan organik rendah sampai sedang, nutrisi rendah dan pH rendah (kurang dari 5,5) (Munir 1996). Entisol merupakan jenis tanah dengan luasan terkecil yang ada di Kabupaten Muaro Jambi. Tanah ini termasuk jenis tanah muda sama seperti Inceptisol, yaitu masih dalam tingkat permulaan dalam perkembangannya. Tidak ada horizon penciri lain kecuali epipedon Ochrik, Albik atau Histik (Hardjowigeno, 1987). Great group yang mendominasi jenis tanah ini adalah Sulfaquent dan Tropofluvent. Sistem Budidaya Duku Komoditas duku belum menjadi pilihan usaha pertanian primer bagi masyarakat Kabupaten Muaro Jambi. Usaha pertanian primer saat ini masih terpaku pada komoditas perkebunan seperti karet dan kelapa sawit serta komoditas tanaman pangan seperti padi ladang atau sawah. Walaupun karet merupakan komoditas primadona, tetapi dalam pengusahaannya petani belum menerapkan teknik budidaya dan pengolahan hasil yang syarat dengan teknologi. Usaha ini masih merupakan usaha pertanian tradisional sehingga kebun karet rakyat lebih mirip dengan hutan karet. Bisa dianggap pengelolaan usaha tani yang telah menerapkan sistem budidaya yang baik adalah kelapa sawit, karena biasanya bermitra dengan perusahaan dengan sistem bagi hasil. Seperti halnya usaha karet, pertanaman duku dalam budidaya masih sangat konvensional, bahkan tanpa dibudidayakan secara benar dan intensif. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan wawancara dengan petani bahwa dalam pengelolaan tanaman duku/ kebun duku tidak diberi input (tanpa pemupukan). Usaha penyiangan hanya dilakukan dengan pembersihan (tebas) gulma yang ada di bawah pohon dan sekitar pohon duku. Kegiatan ini hanya dilakukan bila tanaman mulai berbunga sampai berbuah. Setelah masa panen selesai tidak dilakukan lagi perawatan terhadap tanaman duku. 40 Tanaman ini umumnya ditanam di pekarangan, di sebagian ladang/ huma, sebagian kebun dan lahan terlantar. Kebanyakan tanaman ini tumbuh tidak terpelihara, hanya diperhatikan pada saat akan panen. Duku yang saat ini telah berproduksi optimal adalah tanaman yang telah turun menurun dan merupakan tanaman warisan dari orang tua terdahulu dengan umur lebih dari 20 tahun. Tanaman duku merupakan tanaman yang membutuhkan naungan pada awal pertumbuhannya sehingga memerlukan tanaman pelindung. Karena itu banyak tanaman duku yang hidup liar ataupun sengaja ditanam antara tanaman lain seperti durian, pisang, kelapa dan karet yang biasanya berupa kebun campuran sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 6. duku Gambar 6 Tanaman duku di dalam kebun campuran. Disamping tumbuh di hutan-hutan, tanaman duku juga dibudidayakan di kebun dan pekarangan (Gambar 7). Di Kabupaten Muaro Jambi khususnya di daerah sentra duku yaitu dikecamatan Kumpeh, Maro Sebo, Mestong dan Kumpeh Ulu, rata-rata setiap pekarangan memiliki tanaman duku 4-10 batang yang telah berumur lebih 20 tahun. Sistem produksi komoditas buah dan sayur di daerah sentra produksi umumnya masih dicirikan oleh orientasi bahan mentah pertanian bernilai tambah rendah (belum berorientasi pada produk akhir yang bernilai tambah tinggi) (Saptana et al., 2006). Masih terbatasnya sumber dan penerapan teknologi, baik teknologi pembibitan, budidaya serta panen dan pasca panen menyebabkan belum terjaminnya jumlah, kualitas dan kontinyuitas produk. 41 Saat ini duku telah ditetapkan sebagai salah satu komoditas unggulan Kabupaten Muaro Jambi, sehingga untuk pengembangannya perlu dilakukan melalui berbagai upaya termasuk mencari potensi lahan yang sesuai untuk pertumbuhan duku. Pemerintah daerah telah berupaya untuk mengembangkan duku ini melalui berbagai program, diantaranya pelatihan pembibitan bagi petani duku. Pada tahun 2006 Kabupaten Muaro Jambi tercatat mempunyai populasi duku sebanyak 114.538 pohon, 66.621 pohon diantaranya sudah menghasilkan dengan produksi sekitar 12.738 ton. Pada tahun 2007 terjadi peningkatan populasi yang cukup tinggi yaitu menjadi 119.100 pohon namun produksinya hanya 9.251 ton dikarenakan hanya 38.590 pohon yang menghasilkan. Tahun 2008 jumlah populasi sedikit menurun dibanding sebelumnya, namun terjadi peningkatan pada luas panen. Populasi duku sampai tahun 2008 di tiap kecamatan disajikan pada Tabel 16. duku Gambar 7 Duku yang ditanam di pekarangan. Berdasarkan sebaran populasi tanaman duku (Gambar 8), daerah yang bisa digolongkan sebagai sentra produksi duku di Kabupaten Muaro Jambi adalah wilayah Kecamatan Kumpeh Ulu, Kumpeh, Maro Sebo. Wilayah Kecamatan Sungai Gelam, Sekernan, Jambi Luar Kota dan Mestong bisa dikategorikan sebagai daerah penyangga dan potensial, karena banyaknya populasi tanaman muda yang telah mulai berkembang dengan lokasi yang berdekatan. Kedepan, sesuai dengan potensi lahan tersedia dan preferensi masyarakat, sebaran daerah sentra produksi tersebut bisa berubah. 42 Perbaikan sistem budidaya duku adalah salah satu kegiatan yang dilakukan yaitu dengan memberikan kesadaran akan tingginya nilai ekonomi buah duku kepada masyarakat yang disertai dengan merubah pola dan tingkah laku petani dalam membudidayakan duku merupakan langkah awal memperbaiki kuantitas dan kualitas produksi duku. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah dengan memberikan bantuan pelatihan dan agro-input seperti bibit dan pupuk. Introduksi cara-cara yang baik untuk peningkatan hasil kebun rakyat seperti penjarangan pohon (mengatur jarak pohon duku dengan pohon yang lain) belum dilakukan. Tabel 16 Populasi dan produksi komoditas duku di Kabupaten Muaro Jambi berdasarkan daerah penyebaran, keadaan tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 Kecamatan Sekernan Maro Sebo Jambi Luar Kota Mestong Sungai Bahar Sungai Gelam Kumpeh Ulu Kumpeh Jumlah Tahun 2007 Tahun 2006 Populasi (pohon) 1.831 19.390 4.740 6.674 70 16.604 36.197 33.135 118.641 119.100 114.538 Luas Panen (pohon) 1.451 10.975 4.524 6.557 70 8.679 31.175 22.705 86.136 38.590 66.621 Produksi (ton) 268,5 1.500 756 55 0 698 5.678 2.808,8 11.764,3 9.251 12.738 Sumber : Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Muaro Jambi, 2008 Ketersediaan bibit yang berkualitas juga masih sangat terbatas. Berdasarkan pengamatan di lapangan, di Kabupaten Muaro Jambi hanya terdapat Balai Benih Hortikultura dan 1 (satu) petani yang berprofesi sebagai penangkar bibit duku yang berkualitas dengan metode sambung pucuk, yaitu di Kecamatan Kumpeh Ulu. Bibit yang dihasilkan tersebut dipasok untuk kebutuhan seluruh petani duku yang ada di Kabupaten Muaro Jambi, bahkan keluar kabupaten dan provinsi. Dengan produksi bibit yang sangat terbatas, tidak semua petani duku dapat menggunakan bibit yang berkualitas dalam budidayanya. Seperti diketahui bahwa duku memiliki masa vegetatif yang lama (8 – 10 tahun), maka sangat disayangkan jika kuantitas dan kualitas produksi duku tidak optimal akibat dari penggunaan bibit yang tidak unggul. 43 Pengembangan duku yang dibudidayakan sesuai dengan prosedur standar operasional budidaya duku adalah harapan ke depan dari program pengembangan duku di Kabupaten Muaro Jambi. Perkebunan duku dengan luasan ratusan hektar pada satu hamparan dengan sistem budidaya monokultur sulit dilakukan. Menjadikan tanaman duku sebagai bagian dari kehidupan masyarakat sehari-hari dalam sebuah kawasan pengembangan duku adalah alternatif bentuk pengembangan duku di Kabupaten Muaro Jambi. Dalam sebuah kawasan, tidak tertutup kemungkinan pengembangan duku dengan sistem budidaya secara polikultur. Sesuai hasil wawancara dengan responden baik petugas maupun petani duku, membudidayakan duku secara monokultur sangat tidak menarik dan dianggap rugi, dan petani lebih tertarik menanam duku secara polikultur atau tumpangsari dengan tanaman lain. Selain tanaman duku membutuhkan waktu lama untuk berbuah, ada beberapa keuntungan lain dengan menanam duku pada kebun campuran antara lain : 1. Tanaman duku terlindungi oleh tanaman lain, terutama saat masih kecil karena tanaman duku memerlukan tanaman pelindung. 2. Tanaman duku memiliki masa tunggu untuk berbuah yang panjang sehingga saat duku belum atau tidak menghasilkan, maka penerimaan petani dapat diperoleh dari tanaman lain seperti pisang, petai, durian, karet dan lain-lain. 3. Duku merupakan tanaman buah musiman, yang hanya berbuah 1 (satu) kali dalam satu tahun, sehingga dengan menanam duku sebagai salah satu komoditas di kebun campuran, manfaat dari tanaman lain dapat diperoleh. 4. Apabila selama tanaman duku belum dewasa ditanam bersama dengan tanaman seperti palawija, pisang atau kakao yang dilakukan pemupukan intensif, maka diharapkan terjadi sharing dalam memanfaatkan pupuk yang diberikan, sehingga biaya pemupukan duku dapat ditekan. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan pembinaan dan kebijakankebijakan untuk perbaikan dalam sistem budidaya khususnya dalam upaya pembentukan kawasan duku di Kabupaten Muaro Jambi. Gambar 8 Sebaran populasi dan produksi duku tiap kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2008 44 45 Potensi Sumber Daya Alam Potensi Lahan Wilayah Kabupaten Muaro Jambi seluas 5.246 km2 terdiri dari 8 (delapan) kecamatan, 131 desa dan 5 kelurahan. Wilayah ini memiliki morfologi lahan yang sangat beragam dan berpotensi luas untuk pengembangan pertanian. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Muaro Jambi tahun 2006-2015 telah ditetapkan pola pemanfaatan ruang berdasarkan kawasan lindung dan budidaya (Gambar 9). Kabupaten Muaro Jambi memiliki kawasan budidaya seluas 466.319,5 ha yang didominasi oleh perkebunan rakyat seluas sekitar 180.126,4 ha, kemudian oleh perkebunan besar seluas 143.579,2 ha. Kawasan lindung di Kabupaten Muaro Jambi terdiri dari hutan gambut seluas ± 22.991,7 ha, kemudian taman nasional berbak seluas 21.846,9 ha dan Taman Hutan Raya (Tahura) Tanjung seluas 13.441,9 ha. Kesemua kawasan lindung ini merupakan ekosistem lahan basah yang sangat penting menjadi penyangga kawasan budidaya di Kabupaten Muaro Jambi. Rincian kawasan budidaya dan kawasan lindung disajikan pada Tabel 17. Sampai dengan tahun 2007, wilayah yang telah dimanfaatkan untuk pengembangan pertanian adalah seluas 220.879 ha, sedangkan potensi lahan yang ada mencapai 311.474 ha. Dengan demikian ada 90.595 ha belum dimanfaatkan (Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan, 2008). Luas pemanfaatan lahan pertanian dan potensinya tiap kecamatan di wilayah Kabupaten Muaro Jambi disajikan pada Tabel 18. Iklim Unsur iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman terutama adalah curah hujan dan temperatur. Iklim di sebagian besar wilayah Kabupaten Muaro Jambi berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson merupakan tipe iklim A, yaitu termasuk daerah sangat basah dengan curah hujan 2500-3000 mm per tahun. Dalam sepuluh tahun terakhir (tahun 1998 – 2008) rata-rata bulan basah sebanyak 11 (sepuluh) bulan dan rata-rata bulan kering sebanyak 1(satu) bulan. Curah hujan rata-rata sebesar 2.369 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 46 13,5 hari. Suhu udara rata-rata berkisar dari 26,1 – 27, 6 oC (Data tahun 2003 – 2008). Tabel 18 Luas potensi lahan (ha) untuk pertanian di Kabupaten Muaro Jambi tahun 2007 No Kecamatan Potensi Luas Pemanfaatan 1 2 3 4 5 6 7 8 Sekernan Maro Sebo Jambi Luar Kota Mestong Sei Bahar Sungai Gelam Kumpeh Ulu Kumpeh Jumlah 47.855 43.597 30.314 53.669 47.105 n.a 49.411 39.523 311.474 41.539 24.554 11.004 44.144 40.027 n.a 38.116 21.495 220.879 Belum Dimanfaatkan 6.316 19.043 19.310 9.525 7.078 n.a 11.295 18.028 90.595 Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kab. Muaro Jambi, 2008 a. n.a = Data untuk Kecamatan Sungai Gelam belum tersedia b. Potensi lahan, baik yang telah dimanfaatkan maupun belum dimanfaatkan meliputi lahan sawah, tegalan/ kebun, ladang/ huma, perkebunan, dan padang rumput/ pengembalaan. Gambar 9. Peta Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten Muaro Jambi 47 - - - Hutan Gambut 33.511 - Total - Taman Nasional 1.806,8 Kawasan Lindung Taman Hutan Raya Pertanian Lahan Basah 23.077,1 Perkebunan Lahan Kering Perkebunan Rakyat - 4.923,1 167.894 22.735,3 21.846,9 13.441,9 14.568,7 17.693,0 892,4 18.148,1 54,6 58.513,1 3.704,0 - - Kumpeh - Jambi Luar Kota Perkebunan Besar Lahan Basah Perkebunan Besar Hutan Produksi Terbatas Industri Kawasan Budidaya Budidaya Perikanan Pola Tata Ruang - 40.588 - - - 7.183,5 17.138,1 519,5 7.158,7 6.007,7 - 2.580,5 Kumpeh Ulu 59.889 256,3 - - 5.750,6 44.807,5 - 6.653,0 - - 435,2 1.986,3 Maro Sebo - 46.195 - - - - 27.902,9 - - 16.682,9 - 1.609,2 Mestong Kecamatan - - - 51.777 - - - 2.726,1 23.900,3 - - 25.150,6 Sekernan Tabel 17 Pola pemanfaatan ruang tiap kecamatan berdasarkan RTRW Kabupaten Muaro Jambi 2006 – 2015 61.850 61.850,0 Sungai Bahar 22.991,7 - 524.600 21.846,9 62.896 13.441,9 - 34.622,4 2.586,7 - 1.411,8 180.126,4 - 31.959,9 25.607,6 - 143.579,2 62.355,7 28.910,4 10.277,7 1.986,3 3.842,7 - Total 1.948,6 Sungai Gelam 48 49 Potensi Sumber Daya Manusia Perkembangan penduduk Kabupaten Muaro Jambi menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan sesuai dengan letak wilayah yang merupakan hinterland dari Kota Jambi. Perkembangan penduduk selain disebabkan oleh pertumbuhan alami juga disebabkan oleh arus migrant, baik yang berasal dari transmigrasi maupun perpindahan penduduk dari Kota Jambi. Data Kependudukan yang disajikan pada Muaro Jambi Dalam Angka tahun 2007 menunjukkan jumlah penduduk sebanyak 310.676 Jiwa (Tabel 19). Tingkat kepadatan penduduk terbesar di Kabupaten Muaro Jambi terdapat di Kecamatan Jambi Luar Kota, hal ini dikarenakan terdapatnya pusat pendidikan sehingga kegiatan property (perumahan) lebih cepat berkembang. Tabel 19 Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi tahun 2008 Kecamatan 1. Mestong 2. Sungai Bahar 3. Kumpeh Ulu 4. Kumpeh 5. Maro Sebo 6. Jambi Luar Kota 7. Sekernan 8. Sungai Gelam Jumlah Luas Wilayah (Km2) 461,95 618,50 405,88 1.678,94 598,89 335,11 517,77 628,96 5.246 Jumlah Penduduk 34.333 49.731 35.996 23.968 30.202 52.884 36.431 47.131 310.676 Kepadatan 74,32 80,41 88,69 14,28 50,43 157,81 70,36 74,93 59,22 Persentase Sebaran 11,05 16,01 11,59 7,72 9,72 17,02 11,73 15,17 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2008 Sektor pertanian masih memberikan kontribusi terbesar sebagai mata pencaharian bagi penduduk di Kabupaten Muaro Jambi. Sebesar 89,66% dari jumlah penduduk angkatan kerja bekerja di sektor pertanian (Tabel 19). Sedangkan jumlah terbesar kedua yaitu yang bekerja disektor perdagangan yaitu sebesar 5,69%, diikuti bidang kerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) sebesar 3,53% dan hanya sebagian kecil yang bekerja sebagai pengrajin (0,9%) dan di sektor pertambangan (0,22%). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa bidang pertanian memiliki peran yang besar dalam penyerapan dan penggunaan tenaga kerja di Kabupaten Muaro Jambi. Berdasarkan keterampilan dasar masyarakat yang pada umumnya adalah 50 petani, tentunya merupakan potensi besar dalam pengembangan pertanian, termasuk salah satunya pengembangan tanaman duku. Tabel 20 Penduduk berdasarkan mata pencaharian di tiap kecamatan tahun 2007 Kecamatan Sekernan Maro Sebo Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Petani 7.741 Dagang 1.233 Pertambangan 10 Pengrajin 45 PNS 518 15.573 1.016 - 303 265 7.030 1.250 20 - 1.770 Mestong Sungai Bahar 20.899 12.171 1.208 788 89 - 130 173 565 330 Sungai Gelam 12.536 200 56 52 250 Kumpeh Ulu Kumpeh Jumlah 12.123 1.533 103.707 191 697 6.581 79 253 218 123 1.043 293 98 4.088 Jambi Luar Kota Sumber : BPS Kabupaten Muaro Jambi 2007 Prasarana Penunjang Kabupaten Muaro Jambi adalah salah satu kabupaten di Propinsi Jambi yang sudah cukup berkembang. Hal ini terlihat dengan cepatnya perkembangan kota dan lokasi pemukiman. Kota dalam hal ini adalah kota sebagai pusat perekonomian dan juga pusat pemerintahan. Perkembangan fasilitas umum yang sangat cepat merupakan salah satu indikasi cepatnya perkembangan kabupaten. Prasarana jalan yang ada di Kabupaten Muaro Jambi relatif cukup baik. Jenis kendaraan yang dimiliki oleh masyarakat Muaro Jambi pun sudah sangat bervariasi. Hal ini sangat terkait dengan prasana jalan yang ada. Pada Tabel 21 disajikan data kondisi prasarana jalan di Kabupaten Muaro Jambi yang ada pada pada tiap kecamatan pada tahun 2008 sesuai data dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Muaro Jambi. Dari total panjang jalan yang ada di Kabupaten Muaro Jambi, sebesar 239 km atau 18,91% dikelola oleh pemerintah provinsi, sebesar 888,583 km atau 70,31% dikelola oleh pemerintah kabupaten dan sisanya sebesar 136,264 km atau 10,78% dikelola oleh pemerintah desa (Tabel 21). Prasarana jalan yang membelah wilayah Kabupaten Muaro Jambi dan merupakan urat nadi transportasi di Pulau Sumatera serta merupakan penghubung 51 Kabupaten Muaro Jambi ke kota-kota lain. Tahun 2008 prasarana ini telah mengalami peningkatan mutu jalan yang cukup pesat. Kondisi jalan dalam keadaan baik sampai dengan rusak ringan. Dari total 1.263,847 km, sepanjang 1.221,69 km (96,77%) dalam keadaan baik dan 40,81 km (3,23 %) dalam keadaan rusak ringan, namun tidak ada yang dalam kondisi rusak sedang maupun berat (Tabel 22). Contoh kondisi jalan Lintas Timur Sumatera yang berada di wilayah Kecamatan Sekernan disajikan pada Gambar 10. Tabel 21 Panjang jalan menurut kecamatan dan pemerintahan yang berwenang mengelolanya (km) di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2008 Kecamatan Mestong Sungai Bahar Kumpeh Ulu Sungai Gelam Kumpeh Maro Sebo Jambi Luar Kota Sekernan Jumlah Negara - Provinsi 40 30 30 50 6 38 45 239 Kabupaten 126,983 88,735 44,019 161,377 65,253 71,393 68,446 262,377 888,583 Desa 94,506 41,758 136,264 Jumlah 166,983 213,241 74,019 203,135 115,253 77,393 106,446 307,377 1263,847 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Muaro Jambi, 2008 Dilihat dari jenis permukaan (Tabel 22), jalan yang ada di Kabupaten Muaro Jambi memiliki kondisi yang bervariasi. Dari total jalan kabupaten dan desa yang berjumlah 1.024,847 km, sepanjang 381,58 km (39,46%) sudah beraspal, sedangkan 146,93 km (15,20%) permukaannya kerikil, dan 438,41 km (45,34%) masih berupa jalan tanah. Jalan kabupaten adalah jalan-jalan yang menghubungkan antar kecamatan dan desa/ kelurahan dalam kecamatan (Tabel 22). Jalan kabupaten tahun 2008 sepanjang 1262.50 km, terdiri dari jalan yang telah beraspal sepanjang 381.58 km (39.46%), tertutup kerikil sepanjang 146.93 km (15.20%), dan tertutup tanah sepanjang 438.41 km (45.34%). Kondisi jalan 96.77% dalam kondisi baik dan 3.23% dalam keadaan rusak ringan. Kondisi jalan kabupaten yang demikian menyebabkan akses perekonomian banyak mengalami hambatan, karena banyak pemukiman dan lahan pertanian rakyat yang sangat tergantung dengan jalan kabupaten ini. 52 Gambar 10 Jalan Lintas Timur Sumatera (jalan provinsi) di Kecamatan Sekernan dengan kondisi baik Tabel 22 Panjang jalan, jenis permukaan dan kondisi jalan di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2008 Kecamatan Baik Mestong 163,82 Sungai Bahar 206,13 Kumpeh Ulu 70,02 Kumpeh 194,10 Maro Sebo 70,64 Jambi Luar Kota 104,09 Sekernan 302,89 Sungai Gelam 194,98 Jumlah 1.221,69 Kondisi Jalan (km) Rusak Rusak Ringan Sedang 3,16 6,75 4,00 6,15 5,75 2,35 4,50 8,15 40,81 - Jenis Permukaan (km) Rusak Berat - Aspal Kerikil Tanah 67,12 30,87 75,43 90,10 24,58 6,29 8,65 3,12 58,63 28,01 31,48 5,75 87,69 10,82 381,58 146,93 28,99 6,77 13,16 53,49 12,77 40,45 175,18 104,62 438,41 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Muaro Jambi, 2008 Gambar 11 adalah contoh jalan kabupaten pada kondisi baik dan beraspal di Kecamatan Kumpeh serta kondisi jalan tertutup tanah di Kecamatan Maro Sebo. Selain prasarana jalan, prasarana lain yang sangat mendukung perkembangan suatu wilayah adalah pusat-pusat perniagaan atau pasar. Pasar adalah tempat dimana pedagang dan pembeli berkumpul dan bertemu untuk melakukan suatu kegiatan jual beli. Pasar tidak terdapat di seluruh kecamatan dan perkembangannya juga tidak begitu nyata tiap tahunnya bahkan cenderung mengalami penurunan (Tabel 23). 53 Selain itu, ada juga kegiatan pasar yang tidak setiap hari terjadi kegiatan jual belinya, namun biasanya hanya satu kali dalam satu minggu, yang dikenal dengan istilah “Hari Balai” atau sering disebut juga “Pasar Kalangan”. Hal ini terkait dengan pemukiman penduduk dan lokasi pertanian yang menyebar sehingga pedagang tidak bisa setiap hari ada pada satu lokasi tertentu. Selain itu, karena transportasi dan sarana jalan dari dan ke ibukota propinsi relatif baik, masyarakat cenderung langsung ke ibukota propinsi untuk pemenuhan kebutuhannya. Gambar 11 Jalan kabupaten yang menghubungkan Kecamatan Kumpeh dan Kumpeh Ulu (kiri) serta jalan yang menghubungkan antar desa Kecamatan Maro Sebo (kanan). Tabel 23 Perkembangan dan Jumlah Pasar Tiap Kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2005-2008 Kecamatan Mestong Sungai Bahar Kumpeh Ulu Kumpeh Maro Sebo Jambi Luar Kota Sekernan Sungai Gelam Jumlah 2005 Kios Los 2 1 1 2 2 2006 Kios Los 1 2 1 1 1 4 Sumber : Kabupaten Muaro Jambi Dalam Angka, 2008. 2007 Kios Los 1 1 6 1 1 1 9 2008 Kios Los 1 1 1 3 54 Kebijakan Pemerintah Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Hortikultura memainkan perannya sebagai fasilitator dan dinamisator pembangunan hortikultura di Indonesia. Pembangunan hortikultura telah memberikan sumbangan berarti bagi sektor pertanian maupun perekonomian nasional, yang dilihat dari pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), jumlah rumah tangga yang mengandalkan sumber pendapatan dari sub sektor hortikultura, peningkatan pendapatan masyarakat, perdagangan internasional, pangan masyarakat dan sinergisme dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) (Ditjen Hortikultura, 2008). Peranan sektor pertanian dengan perannya sebagai sumber pertumbuhan ekonomi, terutama memasuki era globalisasi dan dalam upaya antisipasi menghadapi kesepakatan perdagangan bebas yang tertuang dalam General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) akan diberlakukan mulai tahun 2010, maka komoditas pertanian yang dihasilkan harus mempunyai daya saing dari segi mutu (kualitas), kontinyuitas produksi, serta harga, atau yang lebih dikenal dengan keunggulan komparatif maupun kompetitif secara lentur dan dinamis serta bersifat jangka panjang (PSE, 1994). Pemerintah pusat melalui Menteri Pertanian telah menetapkan jenis komoditas tanaman binaan Ditjen Hortikultura berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 511/Kpts/PD.310/9/2006. Dalam Kepmen tersebut tanaman duku termasuk dalam salah satu dari 60 komoditas buah-buahan yang dibina oleh Departemen Pertanian melalui Ditjen Hortikultura. Berdasarkan potensi wilayah dan potensi komoditas, Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi telah menetapkan komitmen menjadikan komoditas duku sebagai komoditas unggulan di bidang hortikultura. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2006-2015 Kabupaten Muaro Jambi dinyatakan bahwa pemerintah daerah bertekad mengembangkan sistem agribisnis dan meningkatkan ketahanan pangan, yang diantaranya termasuk pengembangan komoditas hortikultura, seperti dari segi pengolahan, pemasaran, kelembagaan, prasarana, maupun sumberdaya manusianya. Lebih lanjut, dalam RTRW dialokasikan dana 55 APBD untuk pengembangan komoditas duku dan tanaman hortikultura lainnya di Kecamatan Kumpeh, Kumpeh Ulu, Maro Sebo, Mestong, Jambi Luar Kota dan Sekernan yang berada dibawah tanggung jawab Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan. Melalui dukungan penuh pemerintah daerah dan pemerintah pusat diharapkan dapat menjadi pendorong bagi pengembangan duku secara lebih terpadu sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah Kabupaten Muaro Jambi. Terutama dalam promosi dan pengenalan kepada masyarakat luas, khususnya di luar Provinsi Jambi, sehingga dapat menarik minat investor ataupun pihak lainya untuk mengembangkan duku di Kabupaten Muaro Jambi. 95 Analisis SWOT Dalam menyusun suatu strategi pengembangan usaha duku, perlu dilakukan suatu analisis yang mendalam. Pada penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah dengan Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats Analysis), yaitu analisis potensi atau kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman/kendala. Analisis ini diawali dengan inventarisasi dan klasifikasi terhadap permasalahan/ kelemahan dan kelebihan/ kekuatan baik secara internal maupun eksternal Kabupaten Muaro Jambi. Langkah-langkah yang di lakukan adalah (1) Input stage (analisis data input dan Analisis Lingkungan Strategis), (2) Matching stage (analisis pencocokan), (3) Decision stage (analisis pengambilan keputusan). Analisis Data Input (Input Stage) Proses analisis dimulai dengan pendalaman atau identifikasi lingkungan strategis, kemudian dilanjutkan dengan analisis faktor internal dan faktor eksternal. Proses analisis akan menghasilkan beberapa asumsi atau peluang strategis untuk mendapatkan faktor-faktor kunci keberhasilan. Analisis Lingkungan Strategis. Lingkungan strategis yang mempengaruhi kinerja dalam proses perencanaan dan pengembangan komoditas unggulan duku di Kabupaten Muaro Jambi dibagi atas faktor internal dan eksternal. Faktor internal, mencakup kekuatan (S= Strengths) dan kelemahan (W= Weakness). Sementara yang termasuk dalam faktor eksternal adalah peluang (O= Opportunities) dan ancaman (T= Threaths). Dari hasil pengolahan data dan wawancara di lapangan, diperoleh daftar faktor internal dan eksternal dalam usaha pengembangan duku di Kabupaten Muaro Jambi sebagaimana berikut : 96 Faktor Internal Kekuatan. Faktor internal yang merupakan suatu kekuatan untuk mengembangkan duku adalah: 1. Potensi lahan yang sesuai dengan karakteristik lahan yang dibutuhkan oleh tanaman duku masih cukup luas yaitu sekitar 158.403,7 ha atau sekitar 30,2% dari total luas wilayah Kabupaten Muaro Jambi. 2. Duku telah ditetapkan sebagai komoditas unggul spesifik lokasi. 3. Pemerintah pusat dan daerah telah melakukan program pengembangan dengan memberikan anggaran khusus untuk pengembangan duku (APBN dan APBD). 4. Wilayah Kabupaten dibelah oleh jalan lintas antar kabupaten sehingga memiliki akses yang relatif lebih mudah dan serta relatif dekat dengan ibukota provinsi. 5. Sarana dan prasarana pendukung terutama jalan dan jembatan cukup baik 6. Lembaga penyuluhan dan penelitian telah mendukung. 7. Kualitas buah duku lebih unggul dibanding duku dari daerah lain khususnya di Jambi. 8. Masa panen tidak bersamaan dengan wilayah lain Kelemahan. Faktor internal yang merupakan suatu kelemahan adalah sebagai berikut: 1. Masa juvenile tanaman duku yang lama (8-10 tahun). 2. Ketersediaan bibit unggul bermutu masih rendah. 3. Kemampuan sumberdaya manusia dalam sistem budidaya masih rendah. 4. Sistem kelembagaan rendah. 5. Tenaga penyuluh spesifik tanaman hortikultura, terutama duku masih kurang. 6. Sistem informasi pasar lemah. 7. Belum berkembangnya industri pengolahan duku. 97 Faktor Eksternal Peluang. Beberapa peluang yang mendukung pengembangan duku di Kabupaten Muaro Jambi: 1. Peluang pasar untuk konsumsi buah segar masih terbuka lebar. 2. Semakin berkembangnya sistem informasi yang akan mendukung pengembangan dan tata niaga duku. 3. Munculnya teknologi baru, baik dalam hal budidaya maupun pasca panen 4. Potensi kerjasama kemitraan dengan pedagang dan stakeholder masih terbuka. Ancaman. Beberapa faktor lingkungan yang menjadi ancaman pengembangan duku adalah sebagai berikut: 1. Kemampuan sumberdaya manusia di daerah pesaing lebih baik. 2. Daerah pesaing sebagai produsen duku memiliki kualitas produksi lebih baik. 3. Maraknya penanaman komoditas lain, seperti Kelapa Sawit dan Karet yang mengancam pengembangan duku di Kabupaten Muaro Jambi. Analisis Faktor Internal (Internal Factor Analysis) Hasil analisis menunjukan bahwa pengaruh faktor internal yang lebih dominan terjadi pada unsur potensi lahan yang masih besar, masa juvenil duku lama, sarana dan prasarana pendukung yang rendah, kemampuan sumber daya manusia, kemudian adanya kebijakan pemerintah dalam penetapan anggaran guna pengembangan duku. Faktor ini merupakan bagian dari kekuatan dan kelemahan yang perlu diperhitungkan dalam mempengaruhi perkembangan duku. Faktor kelembagaan adalah faktor terakhir yang memberikan pengaruh terhadap perkembangan duku di Kabupaten Muaro Jambi. Pada Tabel 35 ditampilkan hasil analisis faktor internal secara terinci. 98 Tabel 35 Analisis faktor internal dalam pengembangan duku di Kabupaten Muaro Jambi Faktor Internal Strategis Kekuatan: 1. Potensi lahan yang sesuai dengan karakteristik lahan yang dibutuhkan oleh tanaman duku masih cukup luas. 2. Duku telah ditetapkan sebagai komoditas unggul spesifik lokasi. 3. Pemerintah pusat dan daerah telah melakukan program pengembangan dengan memberikan anggaran khusus untuk pengembangan duku (APBN dan APBD). 4. Wilayah Kabupaten dibelah oleh jalan lintas antar kabupaten sehingga memiliki akses yang relatif lebih mudah dan serta relatif dekat dengan ibukota provinsi. 5. Sarana dan prasarana pendukung terutama jalan dan jembatan cukup baik 6. Lembaga penyuluhan dan penelitian telah mendukung. 7. Kualitas buah duku lebih unggul dibanding duku dari daerah lain khususnya di Jambi 8. Masa panen tidak bersamaan dengan wilayah lain Bobot Rating Skor* 0,16 4 0,64 0,07 3 0,21 0,10 4 0,40 0,02 2 0,04 0,05 3 0,15 0,04 3 0,12 0,03 2 0,06 0,03 2 0,06 Komentar Potensi lahan, dukungan anggaran dalam pengembangan duku Kelemahan: 0,1 2 10 tahun). 2. Ketersediaan bibit unggul bermutu masih 0,1 2 rendah. 0,1 2 3. Kemampuan sumberdaya manusia dalam sistem budidaya masih rendah. 0,06 3 4. Sistem kelembagaan rendah. 0,05 4 5. Tenaga penyuluh spesifik tanaman hortikultura, terutama duku masih kurang. 0,09 2 6. Sistem informasi pasar lemah. 0,01 4 7. Belum berkembangnya industri pengolahan duku. Jumlah 1 * = skor adalah hasil perkalian bobot dengan rating (bobot x rating) 1. Masa juvenile tanaman duku yang lama (8- 0,20 0,20 0,20 0,18 0,20 0,18 0,04 2,84 Penelitian dan perbaikan SDM. serta akses informasi terhadap pasar 99 Analisis Faktor Eksternal (External Factor Analysis) Analisis faktor eksternal dilakukan terhadap faktor-faktor eksternal sebagaimana tertera pada Tabel 36. Tabel 36 Analisis faktor eksternal dalam pengembangan duku di Kabupaten Muaro Jambi Faktor Eksternal Strategis Peluang 1. Peluang pasar untuk konsumsi buah segar masih terbuka lebar 2. Semakin berkembangnya informasi dapat informasi yang mendukung pengembangan dan tata niaga duku. 3. Munculnya teknologi baru 4. Menjalin kerjasama kemitraan dengan stakeholder dan pelaku tata niaga. Ancaman 1. Daerah pesaing sebagai produsen duku memiliki kualitas produksi lebih baik. 2. Kemampuan sumberdaya manusia di daerah pesaing lebih baik. 3. Maraknya penanaman komoditas lain, seperti Kelapa Sawit dan Karet yang mengancam pengembangan duku di Kabupaten Muaro Jambi Bobot Rating Skor* Komentar 0,25 4 1,00 0,10 3 0,30 0,15 0,10 2 3 0,30 0,30 Peluang pasar besar dan perlu meningkatkan kerjasama dan peningkatan jaringan informasi 0,15 2 0,30 0,15 2 0,30 0,10 3 0,30 Kualitas perlu ditingkatkan dengan meningkatkan SDM, teknologi dan infrastruktur, serta dukungan pemerintah dalam hal kebijakan pengembangan. Jumlah 1,00 2,80 *= skor adalah hasil perkalian bobot dengan rating (bobot x rating) Penentuan posisi usaha pengembangan duku dapat dilihat berdasarkan analisis total skor faktor internal dan faktor eksternal dengan menggunakan model Matrik Internal-Eksternal (Wheelen, 1995 dalam Rangkuti, 1997). Berdasarkan nilai Internal Factor Analysis (IFAS) yaitu 2.84 dan nilai External Factor Analysis (EFAS) yaitu 2.80 bahwa posisi perusahaan pada sel V, yaitu menerapkan strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal atau stabilitas pada profit (Tabel 37). Konsentrasi melalui integrasi horizontal berarti kegiatan untuk 100 memperluas perusahaan (dalam hal ini usaha pengembangan duku) dengan cara membangun di lokasi lain dan meningkatkan jenis produk dan jasa, sehingga dapat memperoleh peluang pasar dan tentunya mendapatkan keuntungan. Tabel 37 Matrik Internal Eksternal Tinggi (3 – 4) Total Skor Faktor Eksternal Tinggi (3 – 4) I Pertumbuhan/ Konsentrasi melalui integrasi vertikal IV Stabilitas Sedang (2 – 3) Rendah (1 – 2) VII Pertumbuhan/ Diversifikasi konsentris Total Skor Faktor Internal Sedang (2 – 3) Rendah (1 – 2) II III Pertumbuhan/ Penciutan/ Konsentrasi melalui Pengurangan integrasi horizontal Usaha V Pertumbuhan/ Konsentrasi melalui integrasi horizontal VI Penciutan/ Strategi Divestasi Stabilitas/ Tidak ada perubahan strategi profit VIII Pertumbuhan/ Diversifikasi konglomerat IX Likuidasi/ Bangkrut Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor eksternal yang dominan adalah peluang pasar yang masih terbuka khususnya untuk konsumsi buah segar. Perkembangan teknologi dan sistem informasi, kerjasama dengan pihak stakeholder dan pelaku tata niaga duku merupakan peluang yang dapat diraih. Produksi duku dari daerah pesaing lebih baik dengan kemampuan sumberdaya manusia yang lebih tinggi, serta maraknya penanaman komoditas lain seperti kelapa sawit dan karet menjadi ancaman bagi pengembangan duku di Kabupaten Muaro Jambi. Faktor ini membutuhkan koordinasi dan kerjasama seluruh instansi terkait guna memaksimalkan kemampuan guna meminimalkan ancaman yang dimulai sejak penyusunan perencanaan pengembangan. Faktor eksternal perkembangan teknologi serta kerjasama kemitraan dengan stakeholder dan pelaku tata niaga merupakan faktor yang melibatkan peran pemerintah dan masyarakat yang masih terbuka seiring dengan peningkatan kualitas dan kuantitas produksi duku. Hal ini terkait erat dengan perkembangan 101 sistem informasi walaupun hasil analisis menunjukan bahwa unsur ini berada dibawah unsur sebelumnya. Perhatian dan koordinasi antara pelaku usaha dan pemerintah akan mengarahkan penetapan kegiatan yang bisa dikerjasamakan secara fungsional sesuai dengan tupoksi masing-masing instansi atau lembaga terkait. Tahap Pencocokan (Matching Stage) Langkah berikutnya adalah tahap pencocokan. Dengan menggunakan strategi silang, tahap pencocokan dengan matrik TOWS atau SWOT dalam Analisis SWOT dihasilkan beberapa asumsi strategis sebagai bahan untuk pencapaian kemungkinan alternatif strategi pengembangan duku di Kabupaten Muaro Jambi. Strategi dan hasil dari pencocokan tersebut selanjutnya dilakukan proses penetapan ”Asumsi Alternatif Strategis”. Matrik tahap pencocokan dari analisa ini disajikan pada Tabel 38. Sesuai matrik SWOT (Tabel 38) diperoleh berbagai asumsi alternatif strategi yang dapat dilakukan dalam upaya pengembangan duku di Kabupaten Muaro Jambi yaitu : Strategi Strenghts-Opportunities, yaitu memanfaatkan kekuatan untuk meraih peluang, dengan strategi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Memanfaatkan potensi lahan yang sesuai (sekitar 158.403,7 ha) untuk pengembangan duku guna meraih peluang pasar duku. 2. Meningkatkan pola kemitraan dan kerjasama dengan stakeholder untuk pengembangan duku secara terintegrasi. 3. Meningkatkan kemampuan lembaga penelitian dalam mengembangkan teknologi baru. Strategi Weaknesses-Opportunities, yaitu meminimalkan kelemahan untuk mencapai dan memanfaatkan peluang yang ada, dengan strategi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan sistem kelembagaan untuk memanfaatkan peluang pasar duku. 2. Meningkatkan SDM untuk dapat menerapkan teknologi dan sistem informasi, meraih peluang pasar serta menjalin kerjasama dan kemitraan. 102 Strategi Strengths-Threats, yaitu strategi yang memanfaatkan kekuatan untuk mengurangi ancaman, dengan strategi alternatif yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Mengalokasikan anggaran APBN dan APBD untuk mengeliminir ancaman. 2. Melaksanakan kerjasama teknologi dan SDM dengan negara/daerah pesaing guna peningkatan kualitas duku. 3. Perlu adanya kebijakan pemerintah yang lebih memihak bagi pengembangan duku. Strategi Weaknesses-Threats, yaitu merupakan taktik untuk bertahan yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan-kelemahan internal serta menghindar dari ancaman-ancaman lingkungan. Strategi alternatif yang dapat dilakukan adalah mengoptimalkan sumber daya manusia agar dapat meningkatkan kualitas produksi duku. 103 Tabel 38 Matrik SWOT Pengembangan Duku di Kabupaten Muaro Jambi Faktor Internal (IFAS) 1. 2. 3. 4. S (Strengths) 1. Potensi lahan luas (158.403,7 ha) 2. Komoditas unggul spesifik lokasi. 3. APBN dan APBD telah dianggarkan.. 4. Lokasi wilayah mendukung. 5. Lembaga penyuluhan dan penelitian. 6. Khasiat duku beda. 7. Kualitas unggul. 8. Masa panen duku berbeda. (EFAS) Faktor Eksternal O (Opportunities) Alternatif Strategis SO: Peluang pasar untuk 1. Memanfaatkan potensi konsumsi buah segar lahan yang sesuai untuk masih terbuka lebar duku untuk meraih Sistem informasi peluang pasar duku. berkembang. 2. Meningkatkan pola Munculnya teknologi kemitraan dan kerjasama baru. dengan stakeholder untuk Menjalin kerjasama pengembangan duku kemitraan stakeholder dan secara terintegrasi. pelaku tata niaga. 3. Meningkatkan kemampuan lembaga penelitian dalam mengembangkan teknologi baru. T (Threaths) 1. Daerah pesaing memiliki kualitas dan kuantitas produksi lebih baik. 2. Kemampuan SDM di daerah pesaing lebih baik. 3. Adanya komoditas saingan ASUMSI Strategis ST: 1. Mengalokasikan anggaran APBN dan APBD untuk mengeliminir ancaman. 2. Melaksanakan kerjasama teknologi dan SDM dengan daerah pesaing. 3. Kebijakan pemerintah yang memihak bagi pengembangan duku. W (Weaknesses) 1. Masa panen duku lama. 2. Ketersediaan bibit unggul bermutu yang rendah 3. Kemampuan sumberdaya manusia rendah. 4. Sistem kelembagaan rendah 5. Tenaga penyuluh tanaman duku kurang 6. Sistem informasi pasar lemah. 7. Belum berkembangnya industri pengolahan. Alternatif Strategis WO: 1. Meningkatkan SDM guna peningkatan teknologi budidaya dan sistem informasi, meraih peluang pasar dan menjalin kerjasama dan kemitraan. 2. Meningkatkan sistem kelembagaan untuk memanfaatkan peluang pasar duku. ASUMSI Strategis WT: Mengoptimalkan SDM, guna peningkatan kualitas produksi. 104 Pengambilan Keputusan (Decision Stage) Langkah terakhir adalah Langkah Pengambilan Keputusan, dimana di dalam analisis ini dipakai metode QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix), yaitu rancangan untuk menentukan kemenarikan relatif (relative attractiveness) dari tindakan strategi alternatif yang mungkin dapat dilakukan. Tabel 39 merupakan matrik QSPM dari berbagai strategi alternatif yang mungkin dapat dilakukan. Hasil analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) menghasilkan beberapa alternatif strategi pengembangan duku di Kabupaten Muaro Jambi yang dapat dilakukan, dengan urutan strategi seperti disajikan pada Tabel 40. Tabel 40 Urutan alternatif strategi yang dapat dilaksanakan sesuai hasil analisis QSPM No Strategi Total Score 1. Memanfaatkan lahan yang sesuai untuk pengembangan duku 197 untuk meraih peluang pasar duku. 2. Mengalokasikan anggaran APBN dan APBD untuk 195 Meningkatkan SDM guna menerapkan teknologi dan sistem 185 pengembangan duku. 3. informasi, meraih peluang pasar serta menjalin kerjasama dan kemitraan 4. Meningkatkan pola kemitraan dengan menjalin kerjasama 180 stakeholder dan pelaku tata niaga sebagai upaya pengembangan duku secara terintegrasi 5. Kerjasama dalam bidang teknologi dan sumberdaya manusia 171 dengan daerah pesaing dalam upaya meningkatkan kualitas produksi. 6. Meningkatkan sistem kelembagaan untuk memanfaatkan 165 Pengkajian teknologi bagi pengembangan duku, baik budidaya 144 peluang pasar duku 7. maupun teknologi pasca panen 4 2 4 2 4 4 3 4 2 4 8 16 197 12 8 8 4 8 16 9 16 2 12 6 8 4 8 8 9 16 9 4 6 TAS 3 3 4 2 3 4 4 4 3 4 1 4 2 1 1 4 2 1 4 3 2 4 AS 6 12 181 12 8 6 8 8 16 9 16 2 12 6 2 2 8 4 3 16 9 4 12 TAS Pola kemitraan Keterangan nilai AS (Attractiveness Score) 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = secara logis menarik, 4 = sangat menarik TAS (Total Attractiveness Score) = Rating x AS 4 4 3 4 1 4 2 4 2 2 2 4 3 4 2 3 3 2 2 STRE+GHTS (S) 1. Potensi lahan luas 2. Komoditas unggul spesifik lokasi. 3. APBN dan APBD telah dianggarkan 4. Lokasi wilayah 5. Sarana dan prasarana pendukung cukup baik 6. Lembaga penyuluhan dan penelitian 7. Kualitas buah duku unggul. 8. Masa panen duku berbeda 4 4 3 4 3 2 2 AS Potensi daerah 2 2 2 3 THREATS (T) 1. Daerah pesaing memiliki kualitas produksi lebih baik. 2. Kemampuan SDM di daerah pesaing lebih baik. 3. Ada komoditas saingan WEAK+ESSES (W) 1. Masa juvenile tanaman duku yang lama (8-10 tahun). 2. Ketersediaan bibit unggul bermutu masih rendah. 3. Kemampuan sumberdaya manusia dalam sistem budidaya masih rendah. 4. Sistem kelembagaan rendah. 5. Tenaga penyuluh spesifik tanaman hortikultura, terutama duku masih kurang. 6. Sistem informasi pasar lemah. 7. Belum berkembangnya industri pengolahan duku. Jumlah 4 3 2 3 Rating OPPORTU+ITIES (O) 1. Peluang pasar konsumsi buah segar masih terbuka lebar 2. Munculnya teknologi baru 3. Sistem informasi berkembang. 4. Menjalin kerjasama kemitraan dan stakeholder Faktor Utama 1 4 1 2 4 4 4 1 2 2 2 1 4 3 4 2 2 1 1 4 2 3 AS 2 16 144 3 8 8 8 8 4 6 8 4 3 12 6 8 4 4 3 4 12 4 9 TAS Teknologi 3 3 4 2 4 4 2 2 1 4 1 4 4 1 1 3 1 1 4 1 4 4 AS 6 12 165 12 8 8 8 4 8 3 16 2 12 12 2 2 6 2 3 16 3 8 12 TAS Kelembagaan 4 4 2 2 4 3 2 3 3 4 1 4 4 1 1 4 4 1 4 3 3 4 AS 8 16 185 6 8 8 6 4 12 9 16 2 12 12 2 2 8 8 3 16 9 6 12 TAS Meningkatkan SDM Alternatif Strategi Tabel 39 Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Pengembangan Duku di Kabupaten Muaro Jambi 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 1 4 3 1 1 3 3 1 4 4 3 2 8 16 195 12 16 4 8 8 16 9 16 2 12 9 2 2 6 6 3 16 12 6 6 TAS Anggaran AS 3 3 2 2 4 2 3 4 1 2 1 4 1 1 4 4 4 1 4 4 4 4 AS 6 12 171 6 8 8 4 6 16 3 8 2 12 3 2 8 8 8 3 16 12 8 12 TAS Kerjasama dgn pesaing 105 106 Langkah awal yang dapat dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Muaro Jambi adalah dengan memanfaatkan potensi lahan yang sesuai untuk pengembangan duku yang ada untuk meraih peluang pasar duku serta melakukan pengalokasian dana untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Secara rinci, langkah konkrit untuk menunjang pelaksanaan setiap urutan strategi tersebut adalah sebagai berikut: Strategi pertama adalah memanfaatkan potensi lahan yang sesuai untuk pengembangan duku agar meraih peluang pasar. Tujuan yang ingin dicapai adalah memanfaatkan potensi duku daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani, meningkatnya luas tanam, produksi dan pendapatan petani duku rakyat. Potensi lahan yang prioritas untuk dimanfaatkan adalah lahan dengan faktor pembatas yang tidak terlalu berat dan mudah untuk diatasi oleh petani. Lahan untuk pengembangan duku sebaiknya diprioritaskan pada kelas kesesuaian lahan S2nf dan S3n, yang hanya membutuhkan aplikasi pemupukan berimbang dan pengaturan drainase. Potensi lahan ini terdapat di Kecamatan Maro Sebo, Kumpeh, Kumpeh Ulu, Jambi Luar Kota, Sekernan Mestong, dan Sungai Gelam yang mencapai luasan total sekitar 149.576,2 ha. Potensi ini perlu dikelola dan diberdayakan lebih intensif sehingga mampu meningkatkan produksi yang optimal. Langkah konkrit yang dapat dilaksanakan antara lain : 1. Pengadaan dan perbanyakan serta penyebaran bibit duku oleh pemerintah daerah untuk ditanam di lahan pekarangan dan kebun campuran milik masyarakat. 2. Mempermudah perijinan investasi bagi pemodal/investor 3. Pembuatan kebun bibit duku (pemeliharaan pohon induk, penangkaran bibit unggul) yang mampu memproduksi bibit unggul 7.000- 10.000 batang per tahun. 4. Pelatihan penangkar bibit unggul 5. Melakukan pengembangan duku dengan pembuatan kebun duku pada lahan yang saat ini merupakan semak, lahan terlantar, tanah terbuka yang sesuai untuk pengembangan duku. Strategi kedua adalah mengalokasikan anggaran APBN dan APBD untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Tujuan dari strategi ini adalah 107 mengoptimalkan pemanfaatan potensi daerah guna meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi dengan dukungan infrastruktur dengan sasaran utama termanfaatkannya potensi daerah sesuai dengan dukungan infrastruktur. Adapun langkah konkrit yang mungkin dapat dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Peningkatan mutu jalan (jalan negara, propinsi dan kabupaten) 2. Pembukaan dan perbaikan jalan pedesaan 3. Pembukaan jalan usahatani di kawasan budidaya Strategi ketiga adalah meningkatkan sumber daya manusia guna menerapkan teknologi dan sistem informasi, meraih peluang pasar serta menjalin kerjasama dan kemitraan, dengan tujuan utama adalah meningkatkan sistem pelaksanaan kegiatan dan pelayanan dalam pengembangan duku daerah. Sasaran yang dituju dari strategi ini adalah tersalurkannya buah dan produk olahan duku daerah. Langkah yang dapat diambil antara lain : 1. Pelatihan petani dan aparat dalam budidaya dan pasca panen duku 2. Alokasi penyuluh pengembangan duku daerah 3. Peningkatan sumber daya manusia khususnya untuk pengembangan klinik dan sub terminal agribisnis duku daerah 4. Pelatihan dan magang calon petugas klinik dan sub terminal agribisnis duku daerah Pelaksanaan strategi ini diprioritaskan pada wilayah yang telah memiliki populasi dan produksi duku yang besar, yaitu Kecamatan Kumpeh, Kumpeh Ulu dan Maro Sebo. Strategi keempat adalah meningkatkan pola kemitraan dan menjalin kerjasama stakeholder sebagai upaya pengembangan duku secara terintegrasi. Tujuan dari strategi ini adalah mengoptimalkan kerjasama petani dan pedagang serta kerjasama antar instansi sehingga terwujud pengembangan duku secara terintegrasi dengan sasaran utama terwujudnya koordinasi antar instansi dalam mendukung pengembangan duku. Adapun langkah kegiatan yang dapat dilaksanakan antara lain: 1. Melakukan koordinasi antar instansi terkait (BAPPEDA, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Transmigrasi, Dinas Perkebunan dan Dinas Kehutanan) dalam 108 mengembangkan komoditas duku yang telah ditetapkan sebagai komoditas unggulan, sehingga tidak terjadi tumpang tindih kegiatan dan memiliki satu tujuan. 2. Melakukan temu kemitraan antara petani dan pedagang. 3. Melakukan promosi, negosiasi dan kerjasama dengan investor swasta yang bisa dalam bentuk suatu kontrak kerja sama. 4. Pembangunan klinik dan sub terminal agribisnis. Sama halnya dengan strategi yang ketiga, strategi keempat juga diprioritaskan untuk diterapkan pada wilayah dengan duku yang sudah berproduksi, dan dalam jumlah yang besar. Kecamatan yang sesuai yaitu Kecamatan Kumpeh, Kumpeh Ulu dan Maro Sebo. Strategi kelima adalah kerjasama dalam bidang teknologi dan sumberdaya manusia dengan daerah pesaing dalam upaya meningkatkan kualitas produksi. Tujuan dari strategi ini adalah meningkatkan kualitas, kuantitas dan kontinyuitas produksi duku, dengan sasaran utama terwujudnya produksi duku yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Langkah konkrit yang dapat dilaksanakan antara lain : 1. Melakukan penjajakan untuk mencari mitra swasta dan daerah lain yang memiliki kompetensi dalam bidang teknologi dan kapital untuk pengembangan duku 2. Kerjasama dalam penguatan sistem informasi pemasaran 3. Mempersiapkan sumber daya manusia melalui berbagai pelatihan. Kecamatan yang diprioritaskan untuk penerapannya adalah Kecamatan Kumpeh, Kumpeh Ulu dan Maro Sebo. Strategi keenam adalah meningkatkan sistem kelembagaan untuk memanfaatkan peluang pasar. Tujuan dari strategi ini adalah meningkatkan kemampuan sistem kelembagaan terkait dengan pengembangan duku dengan sasaran utama meningkatkan pelayanan lembaga keuangan, kemampuan lembaga petani dan penyuluhan serta kelembagaan pemasaran. Kecamatan yang diprioritaskan untuk penerapannya adalah Kecamatan Kumpeh, Kumpeh Ulu dan Maro Sebo. Adapun langkah kegiatan yang dapat dilaksanakan adalah : 109 1. Pembinaan dan penguatan serta pemberdayaan kelompok tani dalam hal budidaya dan pasca panen duku. 2. Fasilitasi pembentukan kelompok kolaborasi petani dan pengusaha (pengusaha pupuk, pengusaha produk olahan, dan pedagang) berupa gabungan kelompok tani. 3. Pembinaan terminal agribisnis duku daerah. 4. Rekayasa dan pembinaan jaringan informasi dan perdagangan untuk pengembangan duku daerah (antar daerah dan antar propinsi). Strategi ketujuh adalah menggiatkan pengkajian teknologi bagi pengembangan duku, baik budidaya, panen maupun teknologi pasca panen. Tujuannya yaitu dapat mengembangkan teknologi terkait pengembangan dan pemanfaatan duku melalui kerjasama dengan lembaga perguruan tinggi, badan pengkajian serta instansi terkait. Kecamatan yang diprioritaskan untuk penerapannya adalah Kecamatan Kumpeh, Kumpeh Ulu dan Maro Sebo, karena memiliki populasi dan produksi duku yang besar. Adapun langkah konkrit yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1. Perbaikan dan pelatihan teknik panen dan pasca panen duku: a. Perbaikan dan pelatihan teknik panen b. Peningkatan dan pelatihan teknik pengemasan hasil panen 2. Pengembangan aneka ragam produk olahan (industri) duku a. Pelatihan, pembinaan dan pengembangan syrop duku b. Pelatihan, pembinaan dan pengembangan juice duku c. Pelatihan, pembinaan dan pengembangan selai duku d. Pelatihan, pembinaan dan pengembangan pengolahan limbah duku (kompos) 3. Memfasilitasi, membina dan mengembangkan pemasaran buah dan produk olahan duku dengan promosi melalui pameran, website pemerintah daerah dan kegiatan-kegiatan yang menunjang promosi. Strategi yang diperoleh dari matrik QSPM secara garis besar dapat dikelompokkan dalam tiga kluster (kelompok), yaitu pengembangan pada aspek biofisik, aspek ekonomi, dan aspek sosialnya. 110 Penerapan strategi pengembangan akan lebih baik jika dilakukan berbasis wilayah yang ada di Kabupaten Muaro Jambi. Dalam hal ini, tidak semua strategi akan diterapkan secara seragam di semua wilayah. Penerapan strategi prioritas akan berbeda tiap wilayahnya, terkait kondisi biofisik, kelembagaan, maupun prasarana penunjang yang dimiliki. Pengembangan dari aspek biofisik merupakan pemanfaatan potensi lahan yang ada untuk peningkatan produksi, serta infrastruktur pendukungnya. Hal ini dilakukan terutama pada kelas kesesuaian lahan S2nb dan S3n seluas ± 149.576,2 ha, dikarenakan faktor pembatas lahannya relatif mudah untuk diatasi. Pengembangan dari aspek ekonomi meliputi pengembangan kemitraan/ kerjasama dan teknologi, sedangkan aspek sosial meliputi pengembangan sumberdaya manusia dan kelembagaan. Pengembangan pada aspek biofisik lahan tidak hanya dilakukan dilakukan pada wilayah yang sudah berkembang, namun juga pada wilayah yang belum berkembang budidaya dukunya. Wilayah yang berpotensi untuk pengembangan duku tersebar di Kecamatan Maro Sebo, Kumpeh, Kumpeh Ulu, Jambi Luar Kota, Sekernan, Mestong, Sungai Gelam. Pengembangan pada aspek sosial dan ekonomi dilakukan pada wilayah yang sudah cukup berkembang dalam hal budidaya, namun belum ada pengembangan dalam hal sosial ekonominya. Daerah tersebut merupakan sentra produksi duku, yaitu Kecamatan Maro Sebo, Kumpeh, Kumpeh Ulu.Tabel 41 menyajikan prioritas penerapan tiap strategi berdasarkan kluster strategi dan wilayah yang ada di Kabupaten Muaro Jambi. Diantara ketiga kluster aspek pengembangan tersebut, aspek sosial merupakan hal utama untuk diprioritaskan. Hal ini terkait dengan peningkatan kesadaran masyarakat untuk lebih menyadari akan potensi komoditas yang mereka miliki, dalam hal ini komoditas duku. Selanjutnya diharapkan akan tumbuh kesadaran untuk mengembangkan duku lebih optimal. Tidak hanya terkait budidayanya, namun kebun duku yang mereka miliki juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana wisata alam dan konservasi lahan. Dengan kata lain pengembangan duku secara agribisnis. Strategi Memanfaatkan potensi lahan yang sesuai untuk pengembangan duku, terutama pada lahan dengan faktor pembatas yang mudah untuk diatasi. Kerjasama dalam bidang teknologi dan sumberdaya manusia dengan daerah pesaing dalam upaya meningkatkan kualitas produksi. Meningkatkan pola kemitraan dengan menjalin kerjasama stakeholder dan pelaku tata niaga sebagai upaya pengembangan duku secara terintegrasi Pengkajian teknologi bagi pengembangan duku, baik budidaya maupun teknologi pasca panen Meningkatkan sumberdaya manusia guna menerapkan teknologi dan sistem informasi, meraih peluang pasar serta menjalin kerjasama dan kemitraan Meningkatkan sistem kelembagaan untuk memanfaatkan peluang pasar duku No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Aspek Sosial Aspek Ekonomi Aspek Biofisik Kluster Strategi Maro Sebo, Kumpeh, Kumpeh Ulu Maro Sebo, Kumpeh, Kumpeh Ulu Maro Sebo, Kumpeh, Kumpeh Ulu, Jambi Luar Kota, Sekernan, Mestong, Sungai Gelam Kecamatan Tabel 41 Penerapan strategi pengembangan duku berdasarkan kelompok strategi dan wilayah kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi 111