BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesadaran akan lingkungan dan kesehatan, telah merubah cara pandang dan pola hidup dari manusia dan para pelaku usaha. Hal ini ditunjukkan pada perubahan pola pendekatan bisnis yang mulai mengarah pada aktivitas bisnis berbasis kelestarian lingkungan. Pemasaran yang berbasis pada kelestarian lingkungan “environmental marketing” merupakan perkembangan baru dalam bidang pemasaran, dan merupakan suatu peluang yang potensial dan strategis yang memiliki keuntungan ganda (Multiplier effect) baik pelaku bisnis maupun masyarakat sebagai pengguna (Manongko, 2011). Implementasi strategi pemasaran berwawasan lingkungan memiliki banyak bentuk, antara lain: meminimalkan polusi yang dihasilkan selama proses produksi, penggunaan bahan daur ulang sebagai bahan baku produksi dan kemasan yang terbuat dari bahan ramah lingkungan, serta melakukan aktivitas sosial atau donasi yang berorientasi pada kelestarian lingkungan (Wibowo, 2011). Green marketing sebagai salah satu istilah dalam ilmu pemasaran yang telah lama muncul yaitu sekitar akhir tahun 1980. Lompatan baru dunia marketing dengan buku John Grant yang berjudul "The Green marketing Manifesto" membuat kepekaan dunia usaha semakin tinggi terhadap lingkungan hidup (Hariyani, 2013). Perubahan ini menimbulkan tantangan yang harus dijawab bagi perusahaan, bisa berupa peluang atau ancaman. 1 Kotler dan Keller (2009:473-478) menyebutkan bahwa green marketing merupakan salah satu kasus khusus dalam implementasi suplay chain management, yang terefleksikan dari sikap dan perilaku baik konsumennya maupun produsennya. (Jain dan Kaur, 2006) menambahkan bahwa green marketing adalah semua aktivitas pemasaran yang dilakukan perusahaan untuk menciptakan produk yang berdampak positif ataupun mengurangi dampak negatif pada lingkungan (Maharani, 2012). Hawkins, Mathersbaugh, dan Best (2007) dalam (Jaolis, 2011) mendefinisikannya dalam beberapa indikator sebagai berikut: 1) Green marketing melibatkan proses mengembangkan produk yang mana proses produksi, penggunaan, dan pembuangan sampahnya tidak membahayakan lingkungan dibandingkan dengan jenis produk tradisional lainnya. 2) Green marketing melibatkan proses mengembangkan produk yang memiliki dampak positif kepada lingkungannya. 3) Green marketing juga harus mengikatkan penjualan produk dengan organisasi maupun even-even peduli lingkungan terkait. Green marketing bertujuan melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen pada sasaran pasar harus didukung oleh pemahaman perilaku konsumen. Kotler (2008:202) menyatakan bahwa berkaitan dengan perilaku konsumen, dalam hal ini penting diperhatikan konsep pemasaran dimana kunci untuk mewujudkan tujuan organisasi terletak pada kemampuan organisasi dalam menciptakan, memberikan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan (customer value) kepada pasar sasarannya secara lebih efektif dibandingkan pada pesaing. Perusahaan yang kreatif dan inovatif menganut konsep pemasaran selalu mengamati apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan konsumen. 2 Menurut Nurtantiono (2011) analisis perilaku konsumen yang realistik tidak hanya mengamati kegiatan yang nampak saja, tetapi hendaknya menganalisis juga proses-proses yang tidak dapat diamati yang selalu menyertai pembelian. Menurut Sumarwan (2012:58) perilaku konsumen adalah kegiatankegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan. Persaingan bisnis yang semakin ketat dansyarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar sukses dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan dengan mempertahankan dan meningkatkan pelanggan. Mempertahankan pelanggan berarti perusahaan harus mampu memuaskan apa yang dibutuhkan dan diinginkan pelanggannya melebihi apa yang diberikan pesaing, sedangkan meningkatkan pelanggan berarti perusahaan harus dapat menangkap setiap peluang melalui strategi pemasarannya untuk mendapatkan pelanggan baru. Keputusan pembelian merupakan suatu tindakan keputusan konsumen dalam membeli dan menggunakan suatu produk sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Pendekatan pemasaran hijau (green marketing) diyakini dapat meningkatkan integrasi dari isu lingkungan pada seluruh aspek dari aktivitas perusahaan, mulai dari formulasi strategi, perencanaan, penyusunan, sampai produksi dan penyaluran atau distribusi dengan pelanggan sehingga mempengaruhi keputusan pembelian (Dahlstrom, 2011:6). Di perlukan alat pemasaran hijau (green marketing) seperti eco-label, ecobrand dan environmental advertisement untuk mempengaruhi persepsi konsumen 3 tentang kesadaran atribut produk hijau dan karakteristiknya yang akan mengarahkan konsumen untuk membeli produk-produk ramah lingkungan. Penggunaan alat pemasaran hijau ini memainkan peran penting untuk mempengaruhi perilaku pembelian konsumen (consumers’ purchase behavior) agar membeli produk ramah lingkungan, sehingga mampu mengurangidampak negatif dari produk-produk sintetis yang berbahaya terhadap lingkungan. Kajian empiris dari beberapa hasil penelitian sebelumnya mendukung pernyataan perilaku pembelian konsumen (consumers’ purchase behavior) dipengaruhi oleh alat pemasaran hijau. Hasil penelitian Kurniawan (2014) menemukan bahwa alat pemasaran hijau terdiri dari eco-label, eco-brand dan environmental advertisement berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur keputusan pembelian konsumen. Hasil penelitian Delafrooz (2014), Rahbar dan Wahid (2011) yang mengeksplorasi hubungan antara perilaku pembelian konsumen dan alat pemasaran hijau menunjukkan bahwa alat pemasaran hijau (eco-label, eco-brand dan environmental advertisement) sebagai fitur yang positif dan signifikan mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Alat pemasarn hijau eco-label adalah salah satu alat yang dikembangkan berdasarkan metode pendekatan pasar dengan maksud untuk mempromosikan perlindungan lingkungan dan kelestarian produk. Kegiatan ini dimotivasi adanya dorongan peningkatan kualitas produk dalam pengembangan melalui program eco-label pada tingkat lokal di daerah sumber penghasil produk (Martono, 2012). Sehingga untuk setiap produk yang dihasilkannya memberikan jaminan bagi konsumen yang menggunakan atau membelinya tidak menimbulkan dampak 4 negatif bagi lingkungan baik di daerah atau negara penghasil produk maupun tempat pengguna produk, yang didasari nilai ilmiah yang akurat dapat dipertanggung jawabkan. Eco-brand adalah nama, simbol atau desain produk yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Memanfaatkan fitur eco-brand dapat membantu konsumen membedakan produk hijau dalam beberapa cara dengan produk non-hijau lainnya. Penelitian sebelumnya di negara-negara barat mendukung gagasan bahwa konsumen di Amerika Serikat dan Jerman mengambil tindakan positif untuk produk, seperti The Bodyshop dan energi hijau eco-brand (Rahbar dan Wahid, 2011). Environmental advertisment atau bisa disebut juga sebagai green advertising, memberikan informasi tentang produk ramah lingkungan dari sebuah produk ataupun jasa. Hal ini dikarenakan konsumen sudah mulai menyadari tentang lingkungan, hingga pada akhirnya menginginkan produk yang bersahabat dengan lingkungan. Dengan demikian, environmental advertising mendapat perhatian tersendiri bagi masyarakat dunia. Hal ini dikarenakan keinginan yang ada untuk menjaga lingkungannya sendiri (Stokes, 2011). Mempelajari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pembelian produk ramah lingkungan oleh konsumen akan menguntungkan pemasar hijau. Meskipun studi tentang pengaruh alat pemasaran hijau pada perilaku pembelian telah menjadi fokus dari beberapa studi terbaru, mayoritas dari mereka telah dilakukan di negara-negara industri Wahid dan Rahbar (2011) tetapi temuan sering bertentangan satu sama lain. Oleh karena itu, temuan hanya mungkin 5 relevan dalam konteks budaya, waktu dan geografis tertentu. Menurut Ottman (2012) permintaan dan sikap untuk produk hijau cenderung merata di seluruh segmen pasar yang berbeda dan budaya. Akibatnya, penelitian tentang pengaruh alat pemasaran hijau pada perilaku pembelian di pasar Asia yang sedang berkembang dianggap baik waktunya. Salah satu produk kecantikan yang mengunakan produk hijau adalah The Bodyshop. Perusahaan tersebut sudah terkenal dalam industri kosmetik dan merupakan salah satu dari pelopor dari green marketing khususnya di Denpasar. Menurut Fabricant dan Gould (1993) dalam Haryadi (2009), produk dari industri kosmetik merupakan produk yang unik, karena selain produk ini memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan mendasar terutama wanita akan kecantikan sekaligus sebagai sarana bagi konsumen untuk memperjelas identitas dirinya di masyarakat. The Bodyshop menawarkan produk kosmetik dengan bahan-bahan alami dan ramah lingkungan, prinsip dasar ramah lingkungan yang dimiliki The Bodyshop lahir dari ide-ide untuk menggunakan kembali, mengisi ulang dan mendaur ulang apa yang mereka bisa pakai kembali. Besarnya peranan bisnis sebagai penentu arah perubahan tercermin dengan munculnya pendekatan “triple bottom lines” yang mengarahkan bisnis untuk mengukur keberhasilan dari tiga pilar pendukungnya yaitu profit, people dan planet (Goleman, 2009:20). Hal ini menunjukkan, The Bodyshop memandang profit bukan satu-satunya sumber energi bagi kelangsungan hidup sebuah perusahaan. The Bodyshop juga 6 memperhitungkan people (aspek sosial) dan planet (aspek lingkungan) sebagai aspek green marketing dalam strategi pemasaran produk. Lokasi penelitian ini adalah Kota Denpasar. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan bahwa Kota Denpasar merupakan daerah yang memiliki struktur masyarakat dengan tingkat heterogenitas yang tinggi dan banyaknya jumlah pendatangi, merupakan pusat pemerintahan, pendidikan, perekonomian dan perdagangan. Berdasarkan hal ini maka diharapkan hasil penelitian dapat melingkupi berbagai latar belakang karakteristik konsumen, selain itu saat ini terdapat beberapa outlet The Bodyshop di Kota Denpasar yaitu Duta Plaza Matahari department store, Discovery mall, Beachwalk dan Lippo mall The Bodyshop memiliki lima nilai yang menjadi pedoman dalam menjalankan bisnis, yaitu : 1) against animal testing, 2) support community fair trade, 3) activate self esteem, 4) defend human rights dan 5) protect the planet. Peneliti memilih The Bodyshop sebagai objek penelitian dikarenakan The Bodyshop merupakan merk yang dimiliki oleh L’Oreal, perusahaan yang menjadi pemimpin pasar dalam industri kosmetik Indonesia sehingga The Bodyshop mampu mengintegrasikan strategi pemasaran hijau dengan baik. Selain itu The Bodyshop memiliki nilai-nilai yang mendukung strategi pemasaran hijau, terutama nilai kelima, yaitu protect the planet. Slogan protect the planet atau selamatkan bumi menunjukkan. Eco-label sebagai alat pemasaran hijau diterapkan The Bodyshop dengan mencantumkan label berupa informasi pada setiap produknya berisi tentang 7 bahan-bahan alami yang digunakan, produk ramah lingkungan dan no animal testing. Eco-label juga diterapkan dengan mencantumkan logo eco-conscious pada setiap produk The Bodyshop, yang bermakna tentang kesadaran akan pentingnya produk ramah lingkungan. Eco-brand yang diterapkan pada logo merek The Bodyshop terlihat seperti berada dalam lingkaran. Namun bila diamati lagi, bentuk lingkaran tersebut menyerupai bentuk benih tanaman. Hal ini bisa berkaitan dengan konsep produk The Bodyshop yang eco-friendly atau bersahabat dengan alam. Benih juga merupakan awal mula dari suatu kelahiran dan tumbuh menjadi pohon atau tanamam yang berguna untuk lingkungan, sehingga dapat diartikan sebagai awal baru yang tidak menimbulkan dampak negatif terlalu besar bagi lingkungan. Berkaitan dengan merek, di bawah logo The Bodyshop tercantum slogan Beauty With Heart: When Look Good, Feel Good, Do Good, Look good dan Feel good mengacu kepada kebutuhan perempuan untuk tampil baik, sementara Do good merupakan ajakan perusahaan untuk berpartisipasi pada aktifitas perubahan, khususnya di ranah sosial dalam pelestarian lingkungan. Inilah yang kemudian menjadi diferensiasi The Bodyshop dengan produk kosmetik lainnya. Environmental advertisment atau bisa disebut juga sebagai green advertising dilakukan The Bodyshop dengan memperhatikan aspek communication dengan mengefektifkan media planning. Media planning dapat diartikan sebagai perencanaan dan pemilihan media yang tepat untuk memperkenalkan, mempromosikan, menginformasikan, dan meliput suatu brand. Tak dapat dipungkiri, media yang digunakan juga turut berperan dalam 8 membangun image suatu merek. Semakin premium suatu media massa, khususnya majalah, tentunya akan memilih produk kosmetik kelas premium pula untuk dibahas, ditampilkan, direkomendasikan dalam majalah tersebut. Dalam penelitian ini mencoba untuk melihat apakah terdapat hasil yang sama terhadap penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Rahbar dan Wahid (2011) di Malaysia. Jenis penelitian ini dapat memberikan beberapa wawasan untuk pemasar hijau The Bodyshop tentang bagaimana mereka dapat memperluas operasi merekadi Indonesia terutama di Kota Denpasar melalui ecolabel, eco-brand dan environmental advertisment sebagai variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian aktual konsumen. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan pokok masalah adalah sebagai berikut. 1) Apakah eco-label berpengaruh terhadap perilaku pembelian konsumen pada produk The Bodyshop di Denpasar? 2) Apakah eco-brand berpengaruh terhadap perilaku pembelian konsumen pada produk The Bodyshop di Denpasar? 3) Apakah environmental advertisement berpengaruh terhadap perilaku pembelian konsumen pada produk The Bodyshop di Denpasar? 4) Variabel apakah yang berpengaruh dominan dari alat pemasaran hijau (ecolabel, eco-brand dan environmental advertisement) terhadap perilaku pembelian konsumen pada produk The Bodyshop di Denpasar? 9 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Untuk mengetahui pengaruh eco-label terhadap perilaku pembelian konsumen pada produk The Bodyshop di Denpasar. 2) Untuk mengetahui pengaruh eco-brand terhadap perilaku pembelian konsumen pada produk The Bodyshop di Denpasar. 3) Untuk mengetahui pengaruh environmental advertisement terhadap perilaku pembelian konsumen pada produk The Bodyshop di Denpasar. 3) Untuk mengetahui variabel yang berpengaruh dominan dari alat pemasaran hijau (eco-label, eco-brand dan environmental advertisement) terhadap perilaku pembelian konsumen pada produk The Bodyshop di Denpasar. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat dijadikan referensi tambahan untuk memperkuat teori-teori manajemen pemasaran, yang berhubungan dengan perilaku pembelian konsumen dan variabel-variabel alat pemasaran hijau (eco-label, eco-brand dan environmental advertisement). 2) Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan memberikan manfaat bagi manajemen perusahaan sebagai informasi tentang pentingnya green marketing sebagai aktivitas pemasaran untuk menciptakan produk yang berdampak positif atau pun mengurangi dampak negatif pada lingkungan bagi 10 pengaruhnya terhadap perilaku pembelian konsumen sebagai dasar untuk menentukan strategi pemasarannya. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab sebagai berikut. Bab I. Pendahuluan Bab I merupakan pendahuluan, diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan. Bab II. Kajian pustaka Bab II merupakan kajian pustaka terdiri dari landasan teori dan konsep, diuraikan teori tentang: perilaku konsumen, keputusan pembelian, pemasaran hijau (green marketing), konsep pemasaran hijau, hambatan pemasaran hijau, upaya untuk mengatasi hambatan pemasaran hijau dan alat pemasaran hijau (green marketing tools). Selanjutnya berdasarkan kajian penelitian terdahulu, maka dirumuskan hipotesis penelitian tentang pengaruh alat pemasaran hijau (eco-label, eco-brand dan environmental advertisement) terhadap perilaku pembelian konsumen. Bab III. Metode penelitian Bab III merupakan metode penelitian yang terdiri dari desain penelitian, lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, metode pengumpulan data dan teknik analisis data. 11 Bab IV. Data dan pembahasan hasil penelitian Bab IV membahas tentang gambaran umum Kota Denpasar, gambaran umum The Bodyshop, karakteristik responden, deskripsi variabel dan pembahasan hasil penelitian, terdiri dari: uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian, analisis regresi linier berganda, uji asumsi klasik, uji hipotesis dengan F-test dan t-test, dan standardized coefficients beta. Bab V. Simpulan dan saran Bab V merupakan penutup yang berisi simpulan dari hasil penelitian dan kemudian saran kepada pihak perusahaan berkaitan dengan indikatorindikator alat pemasaran hijau (eco-label, eco-brand dan environmental advertisement) yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. 12