SIARAN PERS Biro Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Kemendag Dorong Pelaku Usaha di Bali Naik Kelas Jakarta, 17 September 2016 – Menyadari besarnya potensi Bali sebagai marketplace global, Kementerian Perdagangan terus berupaya mendorong agar pelaku usaha di Provinsi Bali naik kelas, bersinergi dengan pelaku usaha global, agar lebih berkembang. Demikian diungkapkan Kepala Pusat Penanganan Isu Strategis Kementerian Perdagangan Ni Made Ayu Marthini pada Forum Konsultasi dan Identifikasi Isu Strategis Perdagangan dengan tema “Menuju Produk Andalan Bali yang Juara” di Bali, Rabu (14/9), lalu. Made mengungkapkan struktur ekspor Indonesia masih didominasi produk berbasis komoditas (raw material) daripada produk manufaktur (end product). Sementara, Provinsi Bali memiliki struktur produksi yang unik karena produk yang dihasilkan merupakan kombinasi antara raw material, produk jadi, dan jasa. “Bali memiliki produk-produk unggulan yang sifatnya artisan, specialty, unik, branded, organik, dan tidak umum seperti yang banyak terdapat di pasaran. Potensi tersebut harus dimanfaatkan optimal untuk kemajuan ekonomi masyarakat,” tegas Made. Hal ini, lanjut Made, dikarenakan masih adanya disparitas atau kesenjangan kesejahteraan antara masyarakat lokal dengan masyarakat global yang menggantungkan hidupnya di Bali. Kesenjangan tersebut perlu dicarikan solusi yang cepat, tepat, dan komprehensif. Keberadaan pelaku-pelaku usaha global harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya melalui sinergi yang tepat antara pelaku usaha global dengan pelaku usaha kecil/UKM untuk meningkatkan kesejahteraan pengusaha kecil/UKM di Bali. “Kerja sama yang sinergis ini harus dilakukan secara transparan sehingga dapat menguntungkan kedua belah pihak, baik pelaku usaha global maupun pelaku UKM,” lanjut Made. Forum yang diselenggarakan bersama Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali ini berfokus ingin meningkatkan nilai tambah produk, meningkatkan kelas pelaku usaha dari yang belum mengekspor menjadi ekportir baru, dan bagi yang telah menjadi eksportir, agar mampu menjadi eksportir handal di pasar global. "Selain itu, diharapkan para pelaku usaha dapat mengidentifikasi komoditas potensial Bali yang dapat menjadi usulan pilot projects produk potensial ke depan," ujar Made. Pertemuan tersebut juga menjadi forum bagi pelaku usaha sukses dalam membagi pengalaman dan memberikan motivasi bagi pelaku usaha lain agar semakin maju dan berkembang menjadi pengusaha juara di pasar global/world class businessman. Forum konsultasi ini dihadiri antara lain pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku usaha, kelompok tani, dan pemerhati budaya. Adapun narasumber yang hadir antara lain Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor Ditjen PEN Tuti Prahastuti; Direktur Standardisasi dan Pengendalian Mutu Ditjen PKTN, Chandrini M. Dewi; Perwakilan dari Direktorat Kerja Sama dan Promosi Ditjen Kekayaan Intelektual, Andrieansjah; Founder &Creative Director Niluh Djelantik, Niluh Ari Pertami; serta Arsitek dan Pendiri Rumah Intaran, Gede Kresna. Sementara itu, Niluh Djelantik mengatakan bahwa diperlukan konsistensi, integritas, kreasi/inovasi, dan pemasaran produk yang kekinian dalam mengembangkan usaha. Jangan hanya memproduksi produk yang mudah dibeli masyarakat, tapi juga harus mempertimbangkan kebutuhan masyarakat sehingga usahanya menjadi berkelanjutan. Manajemen dalam perusahaan juga harus diterapkan secara kekeluargaan dan humanis. Hubungan yang erat dengan karyawan dapat mendorong munculnya ide-ide kreatif untuk pengembangan produk dan usaha. Sedangkan, Gede Kresna menyampaikan konsep revolusi dapur. Gede menjelaskan bahwa segala aktivitas manusia tidak akan lepas dari dapur karena dapur merupakan pusat aktivitas keluarga sebagai pencetak generasi penerus yang handal. Gede juga memberikan pesan, jika kita dapat berintegrasi dengan alam maka alam akan memberikan manfaatnya kepada manusia. Masukan untuk Pemerintah Forum yang dihadiri lebih dari 100 orang dari berbagai sektor usaha di Bali tersebut juga menghasilkan beberapa hal yang harus menjadi bahan pertimbangan pemerintah dalam menentukan kebijakan, yaitu mengenai penyelenggaraan pameran/promosi internasional di Bali untuk mengangkat produk-produk potensial Bali. Selain itu juga mengenai fasilitasi peluang ekspor produk Bali seperti minyak atsiri, handycraft batok kelapa, kopi luwak, kacang mete, dan kakao. Pemerintah juga diingatkan mengenai kurangnya pengetahuan UKM tentang standardisasi SNI dan perlindungan kekayaan intelektual. Hasil diskusi dalam forum konsultasi ini akan menjadi masukan kebijakan Kementerian Perdagangan dan dikoordinasikan dengan kementerian/lembaga dan instansi terkait lainnya. Pilot Project Kemendag Seperti diketahui, saat ini Kemendag sedang melaksanakan beberapa pilot projects, antara lain untuk komoditas garam, karet, kelapa, dan beras. Hal ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap masyarakat dengan harapan jika pilot projects tersebut berhasil akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada lima tahun terakhir, realisasi ekspor Bali mengalami penurunan sebesar 0,78%. Pada 2011 ekspor Bali tercatat sebesar USD 497.864.362, namun menurun menjadi USD 481.402.783 pada 2015 dengan 104 negara tujuan ekspor. Adapun produk unggulan ekspor Bali antara lain tekstil dan produk tekstil (TPT), kerajinan kayu/furnitur/rumah jadi, perak/logam, bambu, keramik/gerabah, ikan kaleng, ikan tuna, ikan hias hidup, kopi, dan produk spa. --selesai-Informasi lebih lanjut hubungi: Luther Palimbong Kepala Biro Humas Kementerian Perdagangan Telp/Fax: 021-3860371/021-3508711 Email: [email protected] Ni Made Ayu Marthini Kepala Pusat Penanganan Isu Strategis Pusat Penanganan Isu Strategis Kementerian Perdagangan Telp/Fax: 021-3442576/021-3858206 Email: [email protected]