ALTERNATIF PENERAPAN METODE BALANCED SCORECARD

advertisement
ALTERNATIF PENERAPAN METODE BALANCED
SCORECARD SEBAGAI TOLAK UKUR KINERJA
PERUSAHAAN PADA PT INDOSAT Tbk
Disusun oleh:
SITI KARINA HAFSARI
Niaga Pratama 1 BC/3 17116, 081287847957, [email protected]
Dibimbing oleh:
Kartika Dewi, SE., Ak., M.B.A
Universitas Bina Nusantara, Jl. K. H. Syahdan No. 9 Palmerah Jakarta Barat 11480, [email protected]
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
2015
ABSTRAK
Dalam menghadapi dunia bisnis yang semakin kompleks seperti saat ini dibutuh kan metode
pengukuran kinerja yang dapat menilai kinerja perusahaan secara akurat dan menyeluruh.
Dalam hal ini metode yang dapat digunakan adalah balanced scorecard. Tujuan menggunakan
metode balanced scorecard adalah untuk mengukur kinerja perusahaan dari empat perspektif,
yaitu: perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, perspektif proses bisnis internal, perspektif
pelanggan, dan perspektif keuangan. Metoda dan objek penelitian yang digunakan dalam
penelitian adalah dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif, dan menggunakan data
primer yang diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan, wawancara, dan data sekunder yang
diperoleh melalui laporan keuangan perusahaan tahun 2012-2014. Kesimpulan yang dapat
diambil melalui analisis yang sudah dilakukan adalah bahwa balanced scorecard merupakan
metode yang terbaik dalam melakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan, karena
balanced scorecard mengangkat aspek-aspek penting yang diabaikan oleh pengukuran
kinerja secara tradisional, seperti aspek sumber daya manusia, sistem yang digunakan dalam
perusahaan, proses operasional, dan aspek kepuasan nasabah, sehingga hasil pengukuran
dengan balanced scorecard akan lebih akurat. Hasil pengukuran kinerja yang akurat sangat
penting bagi manajemen, baik dalam proses perencanaan, pengambilan keputusan, dan
pengendalian, serta dalam mewujudkan visi dan misi perusahaan.
PENDAHULUAN
Penilaian atau pengukuran kinerja
merupakan salah satu faktor yang penting
dalam perusahaan. Selain digunakan untuk
menilai
keberhasilan
perusahaan,
pengukuran kinerja juga dapat digunakan
sebagai dasar untuk menentukan sistem
imbalan dalam perusahaan, misalnya untuk
menentukan tingkat gaji karyawan maupun
reward yang layak. Pihak manajemen juga
dapat menggunakan pengukuran kinerja
perusahaan
sebagai
alat
untuk
mengevaluasi pada periode yang lalu.
Saat ini masih banyak perusahaan yang
mengukur kinerjanya hanya berdasarkan
pada tolak ukur keuangannya saja. Padahal
dalam menghadapi lingkungan bisnis yang
semakin kompleks seperti saat ini,
pengukuran kinerja yang hanya berdasar
pada tolak ukur keuangan sudah tidak lagi
memadai karena mempunyai banyak
kelemahan, antara lain:
Pemakaian kinerja keuangan sebagai satusatunya penentu kinerja perusahaan bisa
mendorong manajer untuk mengambil
tindakan
jangka
pendek
dengan
mengorbankan
kepentingan
jangka
panjang. Misalnya, untuk menaikkan profit
atau ROI, seorang manajer bisa saja
mengurangi
komitmennya
terhadap
pengembangan atau pelatihan bagi
karyawan, termasuk investasi-investasi
dalam sistem dan teknologi untuk
kepentingan perusahaan masa depan.
Dalam jangka pendek kinerja keuangan
meningkat, namun dalam jangka panjang
akan menurun.
Diabaikannya aspek pengukuran nonfinansial dan intangible asset pada
umumnya, baik dari sumber internal
maupun eksternal akan memberikan suatu
pandangan yang keliru bagi manajer
mengenai perusahaan di masa sekarang
terlebih lagi di masa datang.
Kinerja keuangan hanya bertumpu pada
kinerja masa lalu dan kurang mampu
sepenuhnya untuk menuntun perusahaan
kearah tujuan perusahaan.
Dalam hal ini, kesuksesan perusahaan
tidak dapat dimotivasi atau diukur dalam
jangka pendek dengan model akuntansi
keuangan tradisional saja. Balanced
Scorecard merupakan kerangka kerja baru
untuk mengintegrasikan ukuran yang
diperoleh dari strategi. Dengan tetap
mempertahankan ukuran keuangan dari
performa sebelumnya, Balanced Scorecard
memperkenalkan driver tambahan yang
meliputi konsumen, proses bisnis internal,
dan
perspektif
pembelajaran
dan
pertumbuhan.
Balanced Scorecard lebih dari sekedar
sistem pengukuran.
Perusahaan dapat
menggunakan Balanced Scorecard sebagai
dasar untuk mengatur kerangka kerja
untuk
proses
manajemen
mereka.
Perusahaan dapat membangun Balanced
Scorecard mula-mula dengan tujuan yang
terbatas, misalnya untuk mendapatkan
klarifikasi, konsensus, dan fokus terhadap
strategi mereka, lalu mengkomunikasikan
strategi tersebut kepada seluruh anggota
perusahaan.
Dengan kata lain, Balanced Scorecard
mendidik manajemen dan organisasi pada
umumnya untuk memandang perusahaan
dari kurang lebih empat perspektif:
keuangan, pelanggan, pembelajaran dan
pertumbuhan, serta bisnis internal, yang
menghubungkan pengendalian operasional
jangka pendek ke dalam visi dan strategi
bisnis
jangka
panjang.
Kekuatan
sebenarnya Balanced Scorecard terjadi
saat mentransform sistem pengukuran
menjadi sistem manajemen.
Balanced Scorecard mengklasifikasikan
pengukuran kinerja ke dalam 4 perspektif,
yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis
internal,
dan
pembelajaran
dan
pertumbuhan.
Keempat perspektif ini
menawarkan suatu keseimbangan antara
tujuan jangka pendek dan tujuan jangka
panjang, yaitu hasil yang diinginkan,
pemicu kinerja, dan tolak ukur kinerja.
Balanced Scorecard dapat diterapkan pada
organisasi bisnis yang menghasilkan
produk maupun jasa. Balanced Scorecard
melengkapi seperangkat ukuran finansial
kinerja masa lalu dengan ukuran
pendorong (drivers) kinerja masa depan.
Alasan peneliti memilih judul ini adalah
selama ini pengukuran kinerja yang
dilakukan
oleh
perusahaan
hanya
memperhatikan aspek keuangan, sebagai
akibatnya fokus perhatian lebih dicurahkan
untuk mewujudkan kinerja keuangan.
Dengan pendekatan Balanced Scorecard,
ukuran kinerja perusahaan diperluas ke
perspektif non keuangan seperti kepuasan
customers,
produktivitas
dan
cost
effectiveness proses bisnis/ intern, dan
pembelajaran
dan
pertumbuhan,
perusahaan dipacu untuk memperhatikan
dan melaksanakan usaha-usaha yang
merupakan pemacu sesungguhnya ( the
real drivers ) untuk mewujudkan kinerja
keuangan.
PT Indosat Tbk merupakan salah satu
perusahaan penyedia jasa telekomunikasi
dan jaringan telekomunikasi di Indonesia,
yang memiliki visi dan misi ”Menjadi
pilihan yang lebih disukai oleh pelanggan
untuk semua kebutuhan informasi dan
komunikasi.
Menyediakan
dan
mengembangkan inovasi produk yang
berkualitas tinggi, layanan dan solusi yang
menawarkan
nilai
terbaik
kepada
pelanggan kami. Terus meningkatkan nilai
pemegang saham, serta memberikan
kualitas hidup yang lebih baik bagi para
pemangku kepentingan.” Konsep Balanced
Scorecard
membantu
memberikan
kerangka
komprehensif
untuk
menerjemahkan tugas pokok ke dalam
sasaran-sasaran strategik. Berdasarkan
pada sistem pengukuran kinerja Balanced
Scorecard
ini,
Kaplan
juga
mengungkapkan
pentingnya
melihat
aspek-aspek di luar aspek keuangan dalam
rangka mencapai keseimbangan dalam
pengukuran kinerja. Usaha ini berkaitan
dengan pihak-pihak di dalam dan di luar
organisasi yang digunakan sebagai tolak
ukur guna mengimbangi scorecard yang
berdimensi profitabilitas, contohnya aspek
kepuasan pelanggan, kualitas produk atau
jasa, loyalitas karyawan dan sebagainya.
KAJIAN PUSTAKA
Pengukuran Kinerja
Kinerja adalah suatu tampilan keadaan
secara utuh atas perusahaan selama
periode waktu tertentu, merupakan hasil
atau prestasi yang dipengaruhi oleh
kegiatan operasional perusahaan dalam
memanfaatkan sumber-sumber daya yang
dimiliki
(Helfert,
1996).
Kinerja
merupakan suatu istilah secara umum yang
digunakan untuk sebagian atau seluruh
tindakan atau aktivitas dari suatu
organisasi pada suatu periode dengan
referensi pada sejumlah standar seperti
biaya-biaya masa lalu atau yang
diproyeksikan, dengan dasar efisiensi,
pertanggungjawaban atau akuntabilitas
manajemen dan semacamnya.
Adapun kinerja menurut Mulyadi adalah
penentuan secara periodik efektivitas
operasional organisasi, bagian organisasi
dan karyawannya berdasarkan sasaran,
standar dan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya. Tujuan utama dari penilaian
kinerja adalah untuk memotivasi personal
dalam mencapai sasaran organisasi dan
dalam memenuhi standar perilaku yang
telah ditetapkan sebelumnya, sehingga
membuahkan tindakan dan hasil yang
diinginkan oleh organisasi (Mulyadi dan
Johny setyawan, 1999)
Penilaian kinerja dapat digunakan untuk
menekan perilaku yang tidak semestinya
dan untuk merangsang serta menegakkan
perilaku yang semestinya diinginkan,
melalui umpan balik hasil kinerja pada
waktunya serta pemberian penghargaan,
baik yang bersifat intrinsik maupun
ekstrinsik. Dengan adanya penilaian
kinerja, manajer puncak dapat memperoleh
dasar yang obyektif untuk memberikan
kompensasi sesuai dengan prestasi yang
disumbangkan
masing-masing
pusat
pertanggungjawaban kepada perusahaan
secara keseluruhan. Semua ini diharapkan
dapat membentuk motivasi dan rangsangan
pada masing-masing bagian untuk bekerja
lebih efektif dan efisien.
Tujuan Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja mempunyai tujuan
pokok yaitu untuk memotivasi karyawan
dalam mencapai sasaran organisasi dan
dalam mematuhi standar perilaku yang
telah ditetapkan sebelumnya, agar
membuahkan tindakan dan hasil yang
diinginkan.
Adapun tujuan umum pengukuran kinerja
adalah:
secarakonsisten sehingga sesuai
dengan tujuan pokok perusahaan.
Untuk itu sistem pengukuran kinerja harus
memenuhi tuntutan sebagai berikut:
1. Sistem
tersebut
harus
mencerminkan
pemahaman
organisasi yaitu sistem pengukuran
kinerja harus memonitor kinerja
organisasi dan menggiring kinerja
dalam tujuan utama organisasi.
2. Sistem pengukuran kinerja harus
mengukur aspek kritis yang
penting atau perbedaan-perbedaan
dari kinerja organisasi untuk
mencapai tujuan utama.
Manfaat Pengukuran Kinerja
Menurut Lynch dan Cross (1993), manfaat
sistem pengukuran kinerja yang baik
adalah sebagai berikut:
1. Menelusuri kinerja terhadap harapan
pelanggan sehingga akan membawa
perusahaan
dekat
pada
pelanggannya dan membuat seluruh
orang dalam organisasi terlibat dalam
upaya memberi kepuasan kepada
pelanggan.
2. Memotivasi
pegawai
untuk
melakukan pelayanan sebagai bagian
dari
1. Untuk menentukan kontribusi suatu
bagian
dari
perusahaan
terhadaporganisasi
secara
keseluruhan.
2. Memberikan
dasar
untuk
mengevaluasi kinerja masingmasing manajer.
3. Memotivasi para manajer untuk
mengoperasikan divisinya
lebih
mata-rantai
pelanggan
dan
pemasok internal.
3. Mengidentifikasi
berbagai
pemborosan sekaligus mendorong
upaya-upaya pengurangan terhadap
pemborosan tersebut (deduction of
waste).
4. Membuat suatu tujuan strategis yang
biasanya masih kabur menjadi lebih
konkret
sehingga
mempercepat
proses pembelajaran organisasi.
5. Membangun
konsensus
untuk
melakukan suatu perubahan dengan
memberi “reward” atas perilaku
yang diharapkan tersebut.
Balanced Scorecard
Konsep Balanced Scorecard berkembang
sejalan
dengan
perkembangan
implementasi konsep tersebut. Kapalan
dan Norton, 1996 menyatakan bahwa
Balanced Scorecard terdiri dari kartu skor
(scorecard) dan berimbang (balanced).
Kartu skor adalah kartu yang digunakan
untuk mencatat skor hasil kinerja
seseorang. Kartu skor juga dapat
digunakan untuk merencanakan skor yang
hendak diwujudkan oleh peronil di masa
depan. Melalui kartu skor, skor yang akan
diwujudkan personil di masa depan
dibandingkan dengan hasil kinerja
sesungguhnya. Hasil perbandingan ini
digunakan untuk melakukan evaluasi atas
kinerja personil yang bersangkutan. Kata
berimbang
dimaksudkan
untuk
menunjukkan bahwa kinerja personil
diukur secara berimbang dari dua aspek:
keuangan dan non keuangan, jangka
pendek dan jangka panjang, intern dan
ekstern. Oleh sebab itu personil harus
mempertimbangkan keseimbangan antara
pencapaian kinerja keuangan dan non
keuangan, antara kinerja jangka pendek
dan jangka panjang, serta antara kinerja
yang bersifat intern dan yang bersifat
ekstern jika kartu skor personil digunakan
untuk merencanakan skor yang hendak
diwujudkan di masa depan.
Balanced Scorecard merupakan suatu
sistem manajemen, pengukuran, dan
pengendalian yang secara cepat, tepat, dan
komprehensif
dapat
memberikan
pemahaman kepada manajer tentang
performance bisnis. Pengukuran kinerja
dengan Balanced Scorecard memandang
unit bisnis dari empat perspektif, yaitu
perspektif keuangan, pelanggan, proses
bisnis dalam perusahaan, serta proses
pembelajaran dan pertumbuhan. Melalui
mekanisme sebab akibat, perspektif
keuangan menjadi tolak ukur utama yang
dijelaskan oleh tolak ukur operasional
pada tiga perspektif lainnya.
Selain itu, Balanced Scorecard juga
memberikan kerangka berpikir untuk
menjabarkan strategi perusahaan ke dalam
segi operasional.
Sebelum Balanced
Scorecard diimplemantasikan, pada saat
penyusunan
(building)
Balanced
Scorecard, terlebih dulu dijabarkan dengan
jelas visi, misi, tugas pokok dan strategi
perusahaan
dari
top-management
perusahaan, karena hal ini menentukan
proses berikutnya berupa transaksi
strategis kegiatan operasional. Dengan
Balanced Scorecard, tujuan suatu unit
usaha tidak hanya dinyatakan dalam suatu
ukuran
keuangan
saja,
melainkan
dijabarkan lebih lanjut ke dalam
pengukuran bagaimana unit usaha tersebut
menciptakan nilai terhadap pelanggan
yang ada sekarang dan masa datang, dan
bagaimana unit usaha tersebut harus
meningkatkan kemampuan internalnya
termasuk investasi pada manusia, sistem,
dan prosedur yang dibutuhkan untuk
memperoleh kinerja yang lebih baik di
masa mendatang. Melalui Balanced
Scorecard diharapkan bahwa pengukuran
kinerja financial dan non-financial dapat
menjadi bagian dari sistem informasi bagi
seluruh pegawai dan tingkatan dalam
organisasi.
Keunggulan Balanced Scorecard
Balanced Scorecard memiliki keunggulan
yang menjadikan sistem manajemen
strategik saat ini berbeda secara signifikan
dengan sistem manajemen strategik dalam
manajemen
tradisional.
Manajemen
strategik tradisional hanya berfokus ke
sasaran-sasaran yang bersifat keuangan,
sedangkan sistem manajemen strategik
kontemporer mencakup perspektif yang
luas yaitu keuangan, pelanggan, proses
bisnis/intern, dan pembelajaran dan
pertumbuhan. Selain itu berbagai sasaran
strategik yang dirumuskan dalam sistem
manajemen strategik tradisional tidak
koheren satu dengan lainnya, sedangkan
berbagai sasaran strategik dalam sistem
manajemen
strategi
kontemporer
dirumuskan secara koheren. Di samping
itu, Balanced Scorecard menjadikan
sistem manajemen strategik kontemporer
memiliki karakteristik yang tidak dimiliki
oleh
sistem
manajemen
strategik
tradisional, yaitu dalam karakteristik
keterukuran
dan
keseimbangan.
Keunggulan
pendekatan
Balanced
Scorecard dalam sistem perencanaan
strategi adalah mampu menghasilkan
rencana
strategic
yang
memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1) Komprehensif
Balanced
Scorecard
memperluas
perspektif yang dicakup dalam
perencanaan strategic, dari yang
sebelumnya hanya terbatas pada
perspektif keuangan, meluas ke tiga
perspektif yang lain: pelanggan, proses
bisnis/intern, serta pembelajaran dan
pertumbuhan.
Perluasan perspektif
rencana strategic ke perspektif nonkeuangan
tersebut
menghasilkan
manfaat berikut:
a. Menjanjikan kinerja keuangan
yang
berlipat
berjangkapanjang.
ganda
dan
b. Memampukan
perusahaan
untuk memasuki lingkungan
bisnis yang kompleks.
Balanced Scorecard memotivasi personel
untuk mengarahkan usahanya kesasaransasaran strategik yang menjadi penyebab
utama dihasilkannya kinerja keuangan.
Untuk menghasilkan kinerja keuangan,
personel harus mewujudkan sasaran dari
perspektif pelanggan. Perusahaan harus
mampu menghasilkan produk dan jasa
yang menghasilkan value terbaik bagi
pelanggan.
Produk dan jasa yang
menghasilkan value bagi pelanggan harus
dihasilkan dari proses yang produktif dan
cost effective. Proses yang produktif dan
cost effective harus dijalankan oleh
personel yang produktif dan berkomitmen.
Kinerja keuangan yang dihasilkan dari
perspektif pelanggan, proses, serta
pembelajaran dan pertumbuhan tersebut
merupakan kinerja keuangan yang
sesungguhnya, yang berasal dari usaha
nyata dalam bisnis, sehingga kinerja
keuangan
yang
demikian
akan
berlipatganda dan berjangka panjang.
Oleh karena kinerja keuangan dapat
dijelaskan dengan nyata penyebabnya,
personel dapat mengulangi sukses yang
diperolehnya di lain kesempatan.
2) Koheren
Balanced
Scorecard
mewajibkan
personel untuk membangun hubungan
sebab akibat (causal relationship) di
antara berbagai sasaran strategik yang
dihasilkan
dalam perencanaan
strategik. Setiap sasaran strategik yang
ditetapkan
dalam
perspektif
nonkeuangan
harus
mempunyai
hubungan kausal dengan sasaran
keuangan, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Dengan demikian, kekoherenan sasaran
strategik yang dihasilkan dalam sistem
perencanaan strategik memotivasi personel
untuk bertanggung jawab dalam mencari
inisiatif strategik yang bermanfaat untuk
menghasilkan kinerja keuangan. Sistem
perencanaan strategi yang menghasilkan
sasaran strategik yang koheren akan
menjanjikan
pelipatgandaan
kinerja
keuangan berjangka panjang, karena
personel dimotivasi untuk mencari inisiatif
strategik yang mempunyai manfaat bagi
perwujudan sasaran strategik di perspektif
pelanggan,
proses
bisnis/intern,
pembelajaran dan pertumbuhan, atau
keuangan. Kekoherenan sasaran strategik
yang menjanjikan pelipatgandaan kinerja
keuangan
sangat
dibutuhkan
oleh
perusahaan untuk memasuki lingkungan
bisnis yang kompetitif.Kekoherenan juga
berarti dibangunnya hubungan sebab
akibat antara keluaranyang dihasilkan
sistem perumusan strategi dengan keluaran
yang dihasilkan sistem perencanaan
strategik.
Sasaran strategik yang
dirumuskan dalam sistem perencanaan
strategik merupakan penerjemahan visi,
tujuan, dan strategi yang dihasilkan sistem
perumusan strategi.
Kekoherenan juga dituntut pada waktu
menjabarkan inisiatif strategik ke dalam
program, dan penjabaran program ke
dalam rencana laba jangka pendek
(budget). Kekoherenan di antara keluaran
yang dihasilkan oleh setiap tahap
perencanaan dalam sistem manajemen
strategik (perumusan strategi, perencanaan
strategik, penyusunan program, dan
penyusunan
anggaran)
menjanjikan
kecepatan respon perusahaan terhadap
setiap perubahan yang terjadi di
lingkungan bisnis yang dimasuki oleh
perusahaan. Kecepatan respon ini sangat
diperlukan
oleh
perusahaan
untuk
memasuki
turbulen.
lingkungan
bisnis
yang
3) Seimbang
Keseimbangan sasaran strategik yang
dihasilkan oleh sistem perencanaan
strategik penting untuk menghasilkan
kinerja keuangan berjangka panjang.
Ada empat sasaran strategik yang perlu
diwujudkan oleh perusahaan, yaitu :
1. Financial returns yang berlipat
ganda dan berjangka panjang
(perspektif keuangan),
2. Produk dan jasa yang mampu
menghasilkan
bagi
value
pelanggan
terbaik
(perspektif
pelanggan),
3. Proses yang produktif dan cost
effective
(perspektif
proses
bisnis/intern), dan
4. Sumber daya manusia yang
produktif
dan
berkomitmen
(perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan).
Empat sasaran strategik itu dipisahkan
oleh dua garis keseimbangan yaitu garis
vertical dan garis horizontal.Garis vertical
digunakan untuk mengukur keseimbangan
antara pemusatan ke dalam (internal focus)
dan pemusatan ke luar (external focus).
Sedangkan garis horizontal digunakan
untuk mengukur keseimbangan antara
pemusatan ke proses (process centric) dan
pemusatan ke orang (people centric).
4) Terukur
Keterukuran sasaran strategik yang
dihasilkan oleh sistem perencanaan
strategik
menjanjikan
ketercapaian
berbagai sasaran strategik yang dihasilkan
oleh sistem tersebut. Semua sasaran
strategik ditentukan oleh ukurannya, baik
untuk sasaran strategik di perspektif
keuangan maupun sasaran strategik di
perspektif nonkeuangan. Dengan Balanced
Scorecard, sasaran-sasaran strategik yang
sulit diukur, seperti sasaran-sasaran
strategik di perspektif non-keuangan,
ditentukan ukurannya agar dapat dikelola,
sehingga dapat diwujudkan. Dengan
demikian keterukuran sasaran-sasaran
strategik di perspektif non-keuangan
tersebut menjanjikan perwujudan berbagai
sasaran strategik non-keuangan, sehingga
kinerja keuangan dapat berlipat ganda dan
berjangka panjang.
Tolak Ukur dalam Balanced Scorecard
Perspektif Keuangan
Perspektif keuangan tetap menjadi
perhatian dalam Balanced Scorecard
karena ukuran keuangan merupakan
ikhtisar dari konsekuensi ekonomi yang
terjadi akibat keputusan dan tindakan
ekonomi yang diambil. Tujuan pencapaian
kinerja keuangan yang baik merupakan
fokus dari tujuan-tujuan yang ada dalam
tiga perspektif lainnya. Sasaran-sasaran
perspektif keuangan dibedakan pada
masing-masing tahap dalam siklus bisnis
yang oleh Kaplan dan Norton dibedakan
menjadi tiga tahap:
a. Growth (Berkembang)
Berkembang
merupakan
tahap
pertama dan tahap awal dari siklus
kehidupan bisnis. Pada tahap ini
suatu perusahaan memiliki tingkat
pertumbuhan yang sama sekali atau
peling tidak memiliki potensi untuk
berkembang. Untuk menciptakan
potensi ini, kemungkinan seorang
manajer harus terikat komitmen
untuk mengembangkan suatu produk
atau jasa baru, membangun dan
mengembangkan fasilitas produksi,
menambah kemampuan operasi,
mengembangkan
sistem,
infrastruktur dan jaringan distribusi
yang akan mendukung hubungan
global,
serta
mengasuh
dan
mengembangkan hubungan dengan
pelanggan. Perusahaan dalam tahap
pertumbuhan mungkin secara aktual
beroperasi dengan cash flow negatif
dan tingkat pengembalian atas modal
yang rendah. Investasi yang ditanam
untuk kepentingan masa depan
sangat memungkinkan memakai
biaya yang lebih besar dibandingkan
dengan jumlah dana yang mampu
dihasilkan dari basis operasi yang
ada sekarang, dengan produk dan
jasa dan konsumen yang masih
terbatas. Sasaran keuangan untuk
growth stage menekankan pada
pertumbuhan penjualan di dalam
pasar baru dari konsumen baru dan
atau dari produk dan jasa baru.
b. Sustain Stage (Bertahan).
Bertahan merupakan tahap kedua
yaitu suatu tahap dimana perusahaan
masih melakukan investasi dan
reinbestasi dengan mempersyaratkan
tingkat pengembalian yang terbaik,
dalam tahap ini perusahaan berusaha
mempertahankan pangsa pasar yang
ada dan mengembankannya apabila
mungkin. Investasi yang dilakukan
umumnyadiarahkan
untuk
menghilangkan
kemacetan,
mengembangkan
kapasitas
dan
meningkatkan perbaikan operasional
secara konsisten. Pada tahap ini
perusahaan tidak lagi bertumpu pada
strategi-strategi jangka panjang.
Sasaran keuangan tahap ini lebih
diarahkan pada besarnya tingkat
pengembalian atas investasi yang
dilakukan.
c. Harvest (Panen).
Tahap
ini
merupakan
tahap
kematangan (mature), suatu tahap
dimana perusahaan melakukan panen
(harvest)
terhadap
investasi
mereka.Perusahaan
tidak
lagi
melakukan investasi lebih jauh
kecuali hanya untuk memelihara dan
perbaikan fasilitas, tidak untuk
melakukan
ekspansi
atau
membangun suatu kemampuan baru.
Tujuan utama dalam tahap ini adalah
memaksimumkan arus kas yang
masuk ke perusahaan. Sasaran
keuangan untuk harvest adalah cash
flow maksimum yang mampu
dikembalikan dari investasi dimasa
lalu.
METODE PENELITIAN
Dengan menggunakan dua aspek yaitu dari
segi financial dan nonfinansial yang ada di
dalam balanced scorecard berdasarkan
pada empat perspektif. Empat perspektif
tersebut terdiri dari perspektif keuangan,
perspektif pelanggan, perspektif proses
bisnis internal dan perpektif pembelajaran
dan pertumbuhan, serta penentuan target
perusahaan untuk sasaran strategis tiap
perspektif. Berikut ini merupakan analisis
dan pembahasan dari 4 perpektif dari
balanced scorecard, yaitu:
Perspektif Keuangan
Dalam perpektif ini akan dibahas mtelah
mengenai
pengukuran
keuangan
perusahaan yang ada apakah telah
menunjukan peningkatan keberhasilan
dalam pencapaian sasaran dari tahun ke
tahun yang telah memberikan kontribusi
kepada peningkatan laba perusahaan untuk
meningkatkan nilai bagi para pemegang
saham. Pengukuran perspektif keuangan
perusahaan secara tradisional dengan
menggunakan
rasio-rasio
keuangan
sebagai berikut:
1. Rasio Likuiditas
Rasio
Likuiditas
(liquidity
ratio)
merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban (utang) jangka pendek. Rasio
tersebut digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban yang telah jatuh tempo, baik
kewajiban kepada pihak luar maupun
pihak
dalam
perusahaan.
Untuk
menentukan tingkat likuiditas perusahaan
diperlukan rasio likuiditas sebagai berikut:
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan
suatu perusahaan untuk membayar
kewajiban jangka pendek atau utang
yang segera jatuh tempo pada saat
ditagih secara keseluruhan oleh para
kreditor. Rumus untuk mencari rasio
lancar atau current ratio, yaitu sebagai
berikut:
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio cepat (quick ratio) merupakan
rasio yang digunakan untuk menunjukan
kemampuan
perusahaan
untuk
membayar kewajiban atau utang lancar
(utang jangka pendek) dengan aktiva
lancar tanpa memperhitungkan nilai
persediaan (inventory). Hal tersebut
dilakukan
karena
persediaan
itu
dianggap memerlukan waktu yang relatif
lebih lama untuk dapat diuangkan,
apabila perusahaan membutuhkan dana
yang
cepat
untuk
membayar
kewajibannya dibandingkan dengan
aktiva lancar lainnya. Rumus untuk
mencari rasio cepat atau quick ratio,
adalah sebagai berikut:
− 2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)
Rasio solvabilitas merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur sejauh mana
aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.
Untuk mengukur hal tersebut, dapat
digunakan rasio-rasio sebagai berikut:
a. Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)
Debt to asset ratio merupakan rasio
utang yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total utang dengan
total aktiva, sehingga dapat mengetahui
seberapa besar jumlah aktiva perusahaan
yang dibiayai oleh utang ataupun
seberapa
besar
jumlah
utang
berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva
pada perusahaan. Rumus untuk mencari
debt to asset ratio adalah sebagai berikut:
!"#$%&'$('%'#')*
!"#$%+**)#
b. Debt to Equity Ratio
Debt to equity ratio adalah rasio yang
digunakan untuk menilai utang dengan
ekuitas yang berguna untuk mengetahui
setiap rupiah modal sendiri yang akan
dijadikan
jaminan
utang
oleh
perusahaan. Rumus yang digunakan
untuk mencari debt to equity ratio adalah
sebagai berikut:
,-./01./23
,-./04567./8
3. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan
mendapatkan laba melalui penjualan
produk/jasa kepada pelanggan sesuai
dengan target yang ditetapkan oleh
perusahaan. Rasio profitabilitas digunakan
untuk mengukur atau menghitung laba
yang diperoleh perusahaandalam satu
periode tertentu. Ada beberapa jenis rasio
profitabilitas, yaitu sebagai berikut:
a. Return on Assets (ROA)
Return on Assets merupakan rasio yang
menunjukan hasil (return) atas jumlah
aktiva
yang
digunakan
dalam
perusahaan. ROA juga merupakan suatu
ukuran tentang efektivitas manajemen
dalam mengelola investasinya dalam
perusahaan
untuk
pengambilan
keputusan apabila akan melakukan
ekspansi. Rumus untuk mencari return
on assets adalah sebagai berikut:
LabaBersihSetelahPajak
HI
b. Return on Equity (ROE)
Return on Equity atau tingkat
pengembalian ekuitas adalah untuk
mengukur
kemampuan
perusahaan
dalam memperoleh profit yang menjadi
hak bagi para pemegang saham atas
modal yang diinvestasikan. Hasil
pengembalian ekuitas atau return on
equity merupakan rasio untuk mengukur
laba bersih sesudah pajak dengan modal.
Rasio
ini
menunjukan
efisiensi
penggunaan modal. Rumus yang dapat
digunakan adalah sebagai berikut:
J/K/LMN87OPM.M0/OQ/R/5
,-./04567./8
RIWAYAT PENULIS
Siti Karina Hafsari lahir di kota Jakarta
pada 5 Juli 1993. Penulis menamatkan
pendidikan S1 di Universitas Bina
Nusantara dalam bidang Akuntansi pada
2015.
Download