UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS VIIID SMP NEGERI 1 MLATI Oleh: Riza Dyah Permata 11144100098 Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta 2015 ABSTRAK RIZA DYAH PERMATA. Upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) siswa kelas VIIID SMP Negeri 1 Mlati. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta. Oktober 2015. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIIID SMP Negeri 1 Mlati melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) materi faktorisasi suku aljabar. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Mlati pada tahun ajaran 2015/2016. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VIIID SMP Negeri 1 Mlati yang berjumlah 32 siswa dan objek penelitiannya adalah kemampuan pemecahan masalah matematika dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Teknik pengumpulan data meliputi lembar observasi, tes, dokumentasi dan catatan lapangan. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menelaah seluruh data yang tersedia, baik data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data, triangulasi, dan penarikan kesimpulan maupun data kuantitatif yaitu rata-rata dan persentase data hasil observasi dan tes. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penerapan pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Pada pra tindakan belum ada seorang siswa pun yang mendapat nilai rata-rata lebih dari 75 (kriteria tinggi). Setelah diadakan penelitian tindakan kelas pada siklus I yang mendapat nilai rata-rata lebih dari 75 sebanyak 25% dan pada siklus II meningkat menjadi 96.88%. (2) ditinjau dari aspek rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika pada tiap aspek telah meningkat. Aspek memahami masalah 75% (kriteria tinggi) pada siklus I meningkat menjadi 83.33% (kriteria tinggi) pada siklus II. Aspek merencanakan penyelesaian 54.32% (kriteria cukup) pada siklus I meningkat menjadi 80.86% (kriteria tinggi) pada siklus II. Aspek menyelesaikan masalah melalui perhitungan 64.51% (kriteria cukup) pada siklus I meningkat menjadi 82.41% (kriteria tinggi) pada siklus II. Aspek memeriksa kembali proses dan hasil 35.80% (kriteria kurang) pada siklus I meningkat menjadi 77.16% (kriteria tinggi) pada siklus II. Kata kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika (CTL), kemampuan pemecahan Berdasarkan observasi di kelas matematika melalui VIIID SMP Negeri 1 Mlati pada proses Contextual pembelajaran matematika, (CTL) siswa kelas VIIID SMP Negeri 1 bahwa hanya PENDAHULUAN siswa terlihat mendengarkan mengikuti kegiatan pendekatan And Learning Mlati tahun ajaran 2015/2016? penjelasan dari guru. Siswa kurang antusias Teaching masalah Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti, pembelajaran matematika, sering kali guru, siswa dan sekolah. siswa hanya bercanda dengan teman KAJIAN TEORI sebangkunya mendiskusikan hal-hal di Pembelajaran merupakan proses luar materi pembelajaran. Pembelajaran interaksi antara guru dan siswa. Dalam matematika antar proses interaksi tersebut guru bertindak dilakukan. sebagai pengajar, sedangkan siswa yang memberikan belajar. Belajar ialah suatu proses usaha dengan diskusi kelompok juga jarang Akibatnya saat guru permasalahan yang berkaitan dengan yang materi pembelajaran, banyak siswa yang memperoleh suatu perubahan tingkah tidak memecahkan laku yang baru secara keseluruhan, permasalahan tersebut. Hal ini dapat sebagai hasil pengalamannya sendiri dilihat dari hasil tes pra-penelitian yang dalam interaksi dengan lingkungannya menunjukkan skor rata-rata kemampuan (Slameto, 2010: 2). Pembelajaran adalah pemecahan masalah matematika seluruh proses interaksi baik secara langsung siswa 26.85, maupun tidak langsung oleh guru dan kemampuan siswa dengan media dan menghasilkan pemecahan masalah aspek memahami perubahan tingkah laku sebagai hasil masalah pengalamannya mampu kelas sedangkan VIIID adalah persentase adalah dilakukan seseorang 10.8%, aspek penyelesaian adalah (Rusman, 2012: 134). Menurut Trianto 19.14%, aspek menyelesaikan masalah (2010: 17) pembelajaran adalah usaha melalui perhitungan adalah 58.64% dan sadar aspek memeriksa kembali proses dan membelajarkan siswanya (mengarahkan hasil adalah 17.59%. interaksi siswa dengan sumber belajar merencanakan Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya meningkatkan dari dengan untuk seorang lingkungan guru untuk lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Matematika menurut Erman Suherman (2001: 25) adalah ilmu yang mempelajari tentang pola keteraturan, a. Mengemukakan persoalan atau tentang struktur yang terorganisasikan. masalah. Struktur tersebut mulai dari unsur-unsur masalah yang akan dipecahkan yang tidak terdefinisikan ke unsur yang kepada siswa. didefinisikan, ke aksioma atau postulat dan akhirnya pada teorema. Guru b. Memperjelas masalah. Menurut peneliti pembelajaran menghadapkan persoalan Masalah atau tersebut dirumuskan oleh guru bersama matematika adalah suatu proses interaksi siswa. baik secara langsung maupun tidak c. Siswa bersama guru mencari langsung oleh guru dan siswa yang kemungkinan-kemungkinan yang menghasilkan perubahan kemampuan akan dilaksanakan dalam pecahan diri persoalan. untuk memperoleh penalaran matematika. d. Mencobakan kemungkinan yang Pemecahan masalah sistematis (systematic solving) approach adalah melakukan to problem petunjuk suatu untuk tindakan yang berfungsi untuk membantu seseorang dalam menyelesaikan suatu permasalahan (Made Wena, 2013: 60). Menurut Michael Hikss dalam Rusman (2013: 237), ada empat hal yang harus diperhatikan membicarakan yaitu: menetapkan cara pemecahan masalah yang dianggap paling tepat. e. Penilaian cara yang ditempuh dinilai, apakah mendatangkan dapat hasil yang diharapkan atau tidak. Permendiknas (Depdiknas, No 22 2006) menyatakan ada (1) empat langkah pada proses pemecahan memahami masalah, (2) kita tidak tahu masalah yang harus dikuasai siswa, bagaimana sehingga tersebut, masalah, ketika dianggap menguntungkan. Guru memecahkan (3) adanya masalah keinginan harus dilatihkan kepada mereka, yaitu: memecahkan masalah, dan (4) adanya a. Memahami masalah keyakinan mampu memecahkan masalah b. Merancang model matematika tersebut. c. Menyelesaikan model, dan Untuk memecahkan suatu masalah, John Dewey dalam Hamdani (2011:85) berikut: mengemukakan sebagai d. Menafsirkan solusi yang diperoleh Menurut Polya (1985: 5) dalam Ahmad Susanto (2012: 202), pemecahan masalah terdiri dari empat langkah, yaitu: Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar a. Memahami masalah, yaitu siswa dapat menuliskan diketahui dari apa yang soal dan menuliskan apa yang ditanyakan. yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa untuk membentuk hubungan antara b. Merencanakan penyelesian, yaitu pengetahuan yang dimilikinya dengan siswa dapat menentukan cara dan penerapannya dalam kehidupan mereka operasi sehari-hari (Mohammad Jauhar, 2011: hitung yang akan diselesaikan untuk menyelesaikan 183). masalah. CTL menurut Elaine B. Johnson c. Menyelesaikan masalah melalui (2014: 67) adalah sebuah proses perhitungan, yaitu siswa dapat pendidikan yang bertujuan menolong menyelesaikan perhitungan sesuai para siswa melihat makna di dalam dengan yang direncanakan. materi akademik yang mereka pelajari d. Memeriksa kembali proses dan hasil, yaitu siswa dengan cara menghubungkan subjek- memeriksa subjek akademik dengan konteks dalam kembali kebenaran jawaban yang kehidupan keseharian mereka, yaitu diperoleh dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan menyimpulkan sebagai solusi. Dalam menggunakan dan budaya mereka. penelitian ini pemecahan akan Pemanfaatan pembelajaran masalah dengan Contextual akan menciptakan menurut Polya, yaitu dengan langkah- ruang kelas yang didalamnya siswa akan langkah menjadi peserta aktif bukan pengamat memahami merencanakan masalah, penyelesaian, menyelesaikan masalah melalui perhitungan, dan memeriksa kembali proses dan hasil. pasif, sehingga mampu menyelesaikan masalah matematika baik secara mandiri maupun kelompok. Elaine B. Johnson (2014: 65) Pendekatan (approach) pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran yang agar konsep yang disajikan mudah dipahami oleh siswa (Erman Suherman, 2001: 7). menyebutkan CTL mencakup delapan komponen berikut ini: a. Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna b. Melakukan pekerjaan yang berarti c. Melakukan pembelajaran yang a. Mengembangkan pemikiran siswa diatur sendiri untuk melakukan kegiatan belajar d. Bekerja sama yang lebih bermakna. e. Berpikir kritis dan kreatif f. b. Melaksanakan kegiatan inquiry Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang untuk semua topik yang diajarkan. c. Mengembangkan sifat ingin tahu g. Mencapai standar yang tinggi siswa h. Menggunakan penilaian autentik berbagai pertanyaan. Rusman (2013: dengan memunculkan 193) d. Menciptakan masyarakat belajar menyatakan tujuh prinsip pembelajaran yaitu melalui kegiatan kelompok, kontekstual (Contextual Teaching and diskusi dan tanya jawab. Learning) yang harus dikembangkan e. Menghadirkan guru: sebagai contoh pembelajaran. a. Konstruktivisme f. (Contstructivism) Belajar g. Melakukan (Learning Community) kali selesai penilaian secara objektif. METODE PENELITIAN e. Pemodelan (Modelling) Jenis Refleksi (Reflection) Penelitian g. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment) penelitian ini adalah Kelas (PTK). dirancang untuk Tindakan Penelitian ini meningkatkan kemampuan pemecahan Menurut Rusman (2013: 192) dalam setiap mengikuti pembelajaran. c. Bertanya (Questioning) d. Masyarakat Membiasakan siswa melakukan refleksi b. Menemukan (Inquiry) f. model pembelajaran masalah matematika siswa kelas VIIID dengan SMP Negeri 1 Mlati. Penelitian ini menggunakan CTL guru harus membuat dilakukan pada semester ganjil tahun desain/skenario ajaran 2015/2016 di SMP Negeri 1 pembelajarannya, sebagai pedoman umum sekaligus Mlati. Desain penelitian yang dipilih sebagai alat kontrol dalam dalam penelitian Pada intinya pelaksanaannya. perencanaan ini terdiri (planning), dari tindakan pengembangan setiap komponen CTL (acting), pengamatan (observing), dan dalam pembelajaran dapat dilakukan refleksi sebagai berikut: dilakukan dalam beberapa siklus. Siklus (reflecting). Penelitian ini dihentikan apabila kondisi kelas sudah stabil, dalam hal ini guru dan siswa Hasil observasi keterlaksanaan terbiasa dengan pembelajaran yang baru pembelajaran pada siklus I sebesar yaitu dengan pendekatan CTL serta data 97.73% meningkat menjadi 100% pada yang dikumpulkan sudah dalam titik siklus II. jenuh yaitu meningkatnya kemampuan Berdasarkan hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pemecahan masalah matematika pada dengan setiap siklusnya, pendekatan Contextual tujuan pencapaian kriteria minimal. Teaching and Learning (CTL) dapat Teknik pengumpulan data meningkatkan kemampuan pemecahan observasi, tes, masalah matematika siswa. Rata-rata lapangan. aspek memahami masalah sebesar 26.85 Instrumen yang digunakan antara lain: (kriteria kurang) pada pra tindakan lembar observasi, tes, dokumentasi, dan meningkat lembar catatan lapangan. Teknik analisis cukup) pada siklus I. Pada siklus II data yang digunakan dalam penelitian meningkat ini adalah analisis data kualitatif yaitu tinggi), dengan skor aspek kemampuan reduksi data, penyajian data, triangulasi, pemecahan masalah dan mengalami peningkatan, menggunakan dokumentasi dan penarikan catatan kesimpulan maupun menjadi menjadi 57.41 80.94 (kriteria (kriteria matematika yaitu skor analisis data kuantitatif yaitu analisis aspek memahami masalah sebesar 10.80 data hasil observasi dan analisis data (kriteria rendah) pada pra tindakan hasil tes. meningkat menjadi 75 (kriteria cukup) HASIL DAN PEMBAHASAN pada siklus I. Pada siklus II mengalami Penelitian Tindakan Kelas (PTK) peningkatan menjadi 83.33 (kriteria tentang pendekatan Contextual Teaching tinggi). and Learning (CTL) di kelas VIIID SMP pemecahan Negeri 1 Mlati yang bertujuan untuk (kriteria rendah) pada pra tindakan meningkatkan kemampuan pemecahan meningkat masalah sudah cukup) pada siklus I. Pada siklus II mengalami peningkatan. Hal ini dapat mengalami peningkatan menjadi 80.86 dilihat dengan membandingkan hasil (kriteria analisis menyelesaikan matematika data siswa pada observasi Skor aspek masalah menjadi tinggi). merencanakan sebesar 54.32 Skor masalah sebesar 58.65 19.14 (kriteria aspek melalui keterlaksanaan pembelajaran dan hasil perhitungan (kriteria tes kemampuan pemecahan masalah rendah) pada pra tindakan menjadi 64.51 matematika pada siklus I dan siklus II. (kriteria cukup) pada siklus II. Pada siklus II mengalami peningkatan Pembelajaran matematika dengan menjadi 82.41 (kriteria tinggi). Skor menggunakan pendekatan Contextual aspek memeriksa kembali proses dan Teaching and Learning (CTL) dapat hasil sebesar 17.59 (kriteria rendah) meningkatkan kemampuan pemecahan pada pra tindakan meningkat menjadi masalah matematika siswa. Hal ini dapat 35.80 (kriteria kurang) pada siklus I. dilihat dari rata-rata persentase hasil tes Pada siklus II mengalami peningkatan kemampuan menjadi 77.16 (kriteria tinggi). matematika siswa dari setiap siklus Hal ini menunjukkan pemecahan masalah bahwa mengalami peningkatan. Pada siklus I pendekatan Contextual Teaching and rata-rata 57.41% dan pada siklus II Learning (CTL) dapat digunakan untuk meningkat meningkatkan kemampuan pemecahan Peningkatan masalah matematika siswa kelas VIIID pembelajaran SMP Negeri 1 Mlati. Teaching and Learning (CTL) dapat KESIMPULAN DAN SARAN meningkatkan: Berdasarkan hasil menjadi 80.94%. keterlaksanaan pendekatan Contextual penelitian 1. Kemampuan pemecahan masalah tindakan kelas pada siswa kelas VIIID matematika siswa yang mendapat SMP N 1 Mlati dengan pendekatan nilai Contextual Learning (kriteria tinggi) pada pra tindakan (CTL) yang dilakukan secara kolaboratif sebanyak 0%. Setelah diadakan antara peneliti dan guru matematika penelitian tindakan kelas pada dapat proses siklus I yang mendapat nilai rata- Proses rata lebih dari 75 sebanyaknya pendekatan 25% dan pada siklus II nilai rata- Teaching and mengoptimalkan pembelajaran matematika. pembelajaran dengan Contextual Teaching and Learning (CTL) ini melalui tujuh komponen yaitu konstrukstivisme menemukan (inquiry), (questioning), (learning (constructivism), masyarakat belajar lebih dari 75 rata meningkat menjadi 96.88%. 2. Ditinjau dari aspek rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada tiap aspek telah meningkat. Aspek pemodelan memahami masalah 75% (kriteria (modelling), refleksi (reflection), dan tinggi) pada siklus I meningkat penilaian menjadi 83.33% (kriteria tinggi) assessment). community), bertanya rata-rata sebenarnya (authentic pada siklus merencanakan II. Aspek penyelesaian 54.32% (kriteria cukup) pada siklus I meningkat a. Agar lebih optimal pada saat menjadi proses pengamatan. 80.86% (kriteria tinggi) pada b. Lebih memperhatikan lagi siklus II. Aspek menyelesaikan jumlah pengamat agar tidak masalah mengganggu melalui perhitungan 64.51% (kriteria cukup) pada siswa siklus pembelajaran. I meningkat menjadi konsentrasi dalam mengikuti 82.41% (kriteria tinggi) pada DAFTAR PUSTAKA siklus memeriksa Aan Hasanah. 2012. Pengembangan kembali proses dan hasil 35.80% Profesi Guru. Bandung: CV (kriteria kurang) pada siklus I Pustaka Setia II. Aspek meningkat menjadi 77.16% Abdul Aziz Saefudin. 2012. (kriteria tinggi) pada siklus II. Meningkatkan Profesionalisme 1. Bagi guru Guru dengan PTK. Yogyakarta: Penggunaan PT. Citra Aji Parama. pembelajaran pendekatan Teaching dengan Ahmad Susanto. 2013. Teori Belajar Contextual dan Pembelajaran di Sekolah Learning Dasar. Jakarta: Prenadamedia and (CTL) dalam pembelajaran matematika dapat dijadikan alternatif yang dipertimbangkan, dengan Group Erman Suherman, dkk. 2001. Strategi perlu Pembelajaran karena Kontemporer. Bandung : JICA- menggunakan pendekatan ini siswa dapat aktif UPI Hamdani. menumbuh kembangkan 2011. Mengajar. kemampuan pemahaman dan komunikasi Matematika Strategi Belajar Bandung: Pustaka Setia. Johnson, Elaine B. 2014. Contextual matematik sehingga siswa Teaching mampu memahami simbol Menjadikan Kegiatan Belajar- dan konsep matematika serta Mengajar Mengasyikkan dapat Bermakna. Bandung: Kaifa mengkomunikasikan dalam bentuk lisan maupun tulisan. 2. Bagi peneliti selanjutnya Made Wena. Pembelajaran and 2013. Learning: dan Strategi Inovatif Kontemporer. Jakarta Timur: PT Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Bumi Aksana Penelitian. Mohammad Jauhar. 2011. Implementasi Paikem dari Behavioristik Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian sampai Konstruktivistik. Jakarta: Pendidikan. Bandung: Penerbit Prestasi Pustakaraya Alfabeta Muhammad Thobroni, dan Arif Trianto. 2010. MENDESAIN Mustofa. 2013. Belajar dan PEMBELAJARAN Pembelajaran. Yogyakarta:AR- PROGRESIF: RUZZMEDIA Landasan, Rusman. 2013. Model-model INOVATIFKonsep, dan Implementasi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran Mengembangkan Pendidikan Profesionalisme Guru. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. PT Rajagrafindo Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana (KTSP). Jakarta: