Rilis 28 Maret 2013 Penandatanganan Perjanjian Pinjaman ODA Jepang dengan Republik Indonesia Dalam rangka memenuhi permintaan akan tenaga listrik yang berkembang pesat melalui pembangunan beberapa pembangkit listrik tenaga batubara ultra super critical dan tenaga panas bumi Pada 28 Maret 2013, Pemerintah Republik Indonesia dan Japan International Cooperation Agency (JICA) telah menandatangani beberapa perjanjian pinjaman untuk menyediakan bantuan pinjaman pembangunan (Official Development Assistance) Jepang yang mencapai nilai 10,142 milyar Yen dalam tiga (3) paket proyek. Indonesia telah mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi tahunan sekitar 6 persen yang didukung oleh permintaan domestik yang kuat, termasuk konsumsi pribadi dan investasi modal perusahaan, sehingga Indonesia merupakan salah satu lokasi yang paling menarik bagi investasi asing. Namun, Indonesia masih menghadapi masalah yang serius akan kurangnya dukungan infrastruktur untuk menopang pertumbuhan ekonomi tersebut. Pada Oktober 2012, para anggota kabinet Jepang dan Indonesia telah menyetujui Rencana Induk untuk membangun Wilayah Prioritas Metropolitan sebagai Investasi dan Industri di Wilayah Metropolitan Jakarta, dan daerah Jabodetabek (umumnya disebut sebagai "Rencana Strategi MPA"), dan telah sepakat untuk mempercepat pengembangan infrastruktur di wilayah Jabodetabek, baik dalam bentuk konstruksi fisik maupun reformasi kelembagaan. Perekonomian di Indonesia diperkirakan akan bertahan dengan pertumbuhan tahunan lebih dari 6 persen, dan Pemerintah Indonesia memberikan prioritas tinggi untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui perbaikan iklim investasi dan pengembangan infrastruktur. Indonesia juga rawan akan bencana alam, seperti gempa bumi, banjir, tsunami dan tanah longsor. Dari tahun 1980 hingga 2011, bencana alam telah menelan korban sekitar 0,19 juta jiwa dan korban yang terkena dampak bencana sekitar 19,6 juta orang. Bencana alam tidak hanya merenggut banyak nyawa, tetapi juga menyebabkan kerusakan besar terhadap prasarana sosial-ekonomi. Oleh karena kerugian ekonomi sangat besar, penguatan dan peningkatan pengelolaan bencana seperti pengelolaan bencana berbasis masyarakat, peningkatan ketahanan gempa, dan pengelolaan sumber daya air (SDA) terpadu, merupakan isu-isu mendesak bagi Pemerintah Indonesia. Mempertimbangkan berbagai kondisi diatas, kesepakatan (Perjanjian) Pinjaman ODA Jepang telah ditandatangani di Jakarta untuk tiga (3) proyek berikut ini : (1) Pembangunan pembangkit listrik tenaga batubara Indramayu (Indramayu Coal Fired Power Plant Project (E / S)) dengan efisiensi tinggi untuk meningkatkan kapasitas pasokan listrik di wilayah ibukota, yang merupakan pusat beban sistem jaringan listrik Jawa-Bali Pada 2011, puncak permintaan listrik Indonesia adalah 26.644 megawatt (MW), sedangkan kapasitas yang ada saat ini adalah sebesar 32.898 MW, sehingga batas cadangan listrik hanya 23 persen; jauh dari target 35 persen yang ditetapkan oleh PT PLN (Persero). Selain itu, diperkirakan bahwa 35 persen permintaan listrik akan naik dengan rata-rata 8 persen per tahun sampai dengan 2020. Hal ini terutama berlaku pada sistem jaringan listrik di Jawa-Bali, yang mencakup sekitar 75 persen dari seluruh kebutuhan listrik di Indonesia, memberikan pasokan listrik kepada wilayah Jabodetabek (dimana banyak perusahaan Jepang beroperasi). Oleh sebab itu pengurangan permintaan listrik menjadi isu yang mendesak. Sebagai salah satu proyek Pinjaman ODA Jepang, proyek ini akan membangun suatu pembangkit listrik dengan kapasitas sebesar 1.000 MW berefisiensi tinggi dengan menerapkan kondisi uap Ultra Super Critical (USC), teknologi mutakhir, dan memberikan pasokan listrik untuk daerah Jabodetabek dan Propinsi Jawa Barat; pusat beban sistem jaringan listrik Jawa-Bali. Pembangkit listrik ini diharapkan akan dapat meningkatkan kapasitas dan keandalan pasokan listrik, sehingga memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi lebih lanjut di Indonesia. (2) Mendukung pengembangan panas bumi di wilayah timur Indonesia (Geothermal Development Acceleration Program) Meskipun saat ini Indonesia menikmati pertumbuhan ekonomi yang kuat, hampir setengah dari total populasinya, sebesar 46,1 persen, masih hidup dengan kurang dari dua Dolar per hari (berbasis daya beli paritas). Kemiskinan masih merupakan masalah utama dan serius di wilayah Timur. Oleh sebab itu, pengentasan kemiskinan dan pengurangan kesenjangan ekonomi merupakan isu-isu penting di Indonesia. Dalam hal pasokan listrik, terdapat 6 dari 33 propinsi di Indonesia yang tingkat elektrifikasi rumah tangganya kurang dari 60 persen, dan semua propinsi tersebut terletak di wilayah Timur. Oleh sebab itu, peningkatan pasokan listrik di daerah-daerah tersebut juga merupakan masalah yang mendesak. Berhubung pasokan listrik di daerah-daerah tersebut sangat tergantung pada pembangkit tenaga diesel, yang memiliki unit biaya produksi yang tinggi dan beban parah terhadap lingkungan, diversifikasi pembangkit listrik juga menjadi penting. Dalam kondisi seperti itu, Pemerintah Indonesia sedang mempromosikan perluasan energi terbarukan, termasuk sumber daya panas bumi, dimana Indonesia memiliki salah satu potensi tertinggi di dunia. Program Percepatan Pengembangan Geothermal (Tulehu Geothermal Power Plant Project (E / S)), salah satu proyek pinjaman ODA Jepang, akan membangun pembangkit listrik panas bumi berkapasitas 20 MW untuk menggantikan pembangkit listrik tenaga diesel yang telah usang di Pulau Ambon, Propinsi Maluku, sebuah wilayah dimana tingkat kemiskinan cukup ekstrim. Pembangkit ini diharapkan akan memberikan pasokan listrik yang stabil dan meningkatkan standar hidup, sehingga dapat mengurangi kemiskinan dan mengembangkan lebih lanjut energi terbarukan di Indonesia. (3) Peningkatan pengelolaan banjir di Wilayah Metropolitan Bandung, sebagai pusat industri tekstil Banjir tidak hanya menimbulkan kerugian fisik terhadap infrastruktur dan tempat tinggal, namun juga kerugian sosial ekonomi seperti stagnasi ekonomi dan kemiskinan, sehingga memiliki resiko berpotensi menghambat pertumbuhan yang berkelanjutan. Pemerintah Indonesia sedang melaksanakan pengelolaan sumber daya air (SDA), termasuk di dalamnya langkah-langkah pencegahan banjir, terutama di kota-kota besar di mana penduduk dan industri terkonsentrasi. Namun, oleh karena keterbatasan keuangan, fasilitas SDA yang telah dibangun atau diperbaiki oleh Pemerintah Indonesia dinilai belum mencukupi, dan tingkat pencapaian keselamatan untuk pengendalian banjir dinilai masih rendah. Dalam rangka menanggapi banjir berulang serta resiko banjir di masa depan, langkah-langkah struktural dan non-struktural telah menjadi prioritas tinggi dalam pengelolaan SDA terpadu dalam hal survei daerah aliran sungai, perencanaan pengelolaan SDA, serta merumuskan perencanaan DAS. The Upper Citarum Basin Flood Management Sector Loan dimaksudkan untuk menerapkan langkah-langkah struktural, seperti pekerjaan perbaikan sungai, serta tindakan-tindakan non-struktural termasuk penguatan kelembagaan Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (BBWSC) dan pengembangan kapasitas masyarakat terhadap bencana banjir. Hal ini diharapkan akan dapat mengurangi kerusakan dari banjir yang sering terjadi di Bandung. DAS Citarum, yang terletak di selatan kota Bandung, ibukota Propinsi Jawa Barat, merupakan salah satu wilayah utama untuk industri tekstil. JICA tidak hanya melaksanakan proyek pinjaman berjenis proyek, tetapi juga pinjaman untuk reformasi kebijakan seperti Pinjaman Program untuk Pembangunan Kebijakan (VIII) serta berbagai proyek kerjasama teknik untuk perencanaan pembangunan, perumusan kebijakan, dan pelaksanaan kebijakan. Sehubungan dengan Pinjaman ODA Jepang tersebut, JICA telah melaksanakan beberapa proyek kerjasama teknik untuk promosi yang berefisiensi tinggi, rendah-karbon, teknologi pembangkit listrik batubara rendah polusi, untuk pengembangan kapasitas dalam hal analisa sumber daya panas bumi dan pengembangan pengeboran sumur untuk mengurangi resiko dari pengembangan panas bumi, serta untuk pengembangan kapasitas dalam mempromosikan pengelolaan SDA terpadu untuk pengelolaan banjir. JICA akan terus mendukung terlaksananya pembangunan ekonomi yang stabil dan pengelolaan bencana di Indonesia dengan memanfaatkan semua skema bantuan pembangunan resmi Jepang (kerjasama teknik, pinjaman ODA, dan bantuan hibah).