Rizky Adi Nugraha – L2F009037 Halaman 1

advertisement
Makalah Seminar Kerja Praktek
APLIKASI REDUNDANT SYSTEM PADA PROTOTYPE
SISTEM PENYALURAN TENAGA LISTRIK
DENGAN GANGGUAN PADA GARDU INDUK PENURUN TEGANGAN
MENGGUNAKAN PLC OMRON SERI CPM1A-40 CDT-DV1
Rizky Adi Nugraha (L2F009037)
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang
Jln. Prof. Soedharto, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
e-mail: [email protected]
Abstrak
Labotarium
Teknik
Kontrol
Otomatis
merupakan salah satu wadah bagi mahasiswa untuk
mengembangkan kemampuan praktis yang menyediakan
fasilitas dalam melakukan penelitian. Ketersediaan
perangkat perangkat penunjang dalam hal system
kendali otomatis memungkinkan mahasiswa melakukan
suatu riset. Salah satu riset yang telah dilakukan adalah
pengembangan Tugas Akhir mahasiswa mengenai Sistem
Listrik Redundant yang dirangkai secara robust dengan
menggunakan perangkat PLC (Program Logic Control)
sebagai sistem control otomatisnya. Penggunaan PLC
dipakai untuk mempermudah dalam pemprogramannya
yaitu dengan menggunakan fungsi Ladder Diagram.
Redundant system merupakan salah satu ilmu
yang telah diterapkan pada Automation system untuk
menghindari error akibat beberapa factor. Pada sistem
listrik, Redundant sistem dipakai untuk menghindari
error pada jalur transmisi listrik yaitu gangguan hubung
buka (open circuit) dan gangguan hubung singkat(short
circuit)
Kata kunci: redundant, sistem kontrol, PLC
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sejalan dengan semakin berkembangnya
teknologi mengharuskan sebuah sistem mampu
mengatasi keadaan error dan secara otomatis
kembali bekerja pada keadaan normal. Dalam hal
ini mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan
ilmu teori yang diperoleh dalam perkuliahan
kedalam bentuk praktis.
Dalam dunia industri sistem yang sering
diaplikasikan adalah automatic system. Oleh
karenanya dengan membuat suatu prototype
automatic
system
mahasiswa
mampu
mengaplikasikan Redundant System sebagai salah
satu cara mengatasi keadaan error dan secara
otomatis kembali bekerja pada keadaan normal
dengan menggunakan PLC sebagai sarana
pengendalinya.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan
kerja praktek ini adalah
1. Memanfaatkan serta memahami karakteristik
PLC Omron seri CPM1A-40CDT-D-V1 pada
prototype Sistem Distribusi Listrik.
2. Memahami redundant system pada prototype
Sistem Distribusi Listrik.
3. Mempelajari
penggunaan
software
CX
Programmer
dalam
pembuatan
Ladder
Diagram.
4. Melatih daya analisis dan kepekaan mahasiswa
untuk mendapatkan solusi dari suatu masalah
yang dihadapi.
1.3 Pembatasan Masalah
Materi kerja praktek ini dibatasi pada:
1. Penggunaan PLC Omron CPM1A-40CDT-DV1 dengan penggunaan software CX
Programmer dalam pembuatan Ladder Diagram
2. Bentuk error yang dibahas pada jalur transmisi
listrik yaitu gangguan hubung buka (open
circuit) dan gangguan hubung singkat (short
circuit).
3. Tidak
membahas
mengenai
komponen
komponen yang terdapat dalam Sistem
Penyaluran Tegangan Listrik.
II.
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Sistem Redundant
Redundant adalah kemampuan suatu sistem
untuk tetap berfungsi dengan normal walaupun
terdapat elemen yang tidak berfungsi. Hal ini
biasanya dicapai dengan memiliki komponen
backup yang berfungsi sama dengan elemen sistem.
Redundant dapat juga dibuat secara modular yaitu
dalam sebuah sistem terdapat beberapa elemen
Rizky Adi Nugraha – L2F009037
Halaman 1
dengan fungsi yang sama yang berguna sebagai
modul backup. Adapun beberapa konsep
Redundant, diantaranya:
1. Redundant 1+1
Pada artitektur redundant 1+1 berarti setiap
elemen memiliki masing-masing satu elemen
backup. Pada arsitektur ini, jika terjadi kegagalan
(failure) pada satu elemen atau lebih, maka sistem
secara keseluruhan masih dapat berfungsi seperti
keadaan sebelumnya (tidak terjadi failure).
Redundant seperti ini sering disebut dengan activestanby.
Gambar 1 artitektur redundant 1+1
2. Redundant N+1
Pada arsitektur redundant N+1 berarti
sekumpulan elemen yang berfungsi sama untuk
melayani beban pasa saat bersamaan, memiliki
sebuah elemen backup. Arsitektur ini didesain untuk
tetap tidak terpengaruh oleh kegagalan pada satu
elemen dan memiliki harga (cost) yang efektif
karena tidak memiliki banyak elemen backup.
1. Pusat Tenaga Listrik/Power Station.
yaitu tempat mesin-mesin pembangkit energi
listrik berada.
2. Gardu Induk Penaik Tegangan
Merupakan tempat dimana tegangan output dari
generator dinaikkan menjadi level tegangan
transmisi.
3. Saluran Tegangan Ekstra Tinggi
Menyalurkan tenaga listrik dari pusat tenaga
listrik sampai ke pusat-pusat beban/konsumen
4. Gardu Induk Penurun Tegangan
yaitu tempat dimana tegangan tinggi transmisi
diturunkan
menjadi
level
tegangan
menengah/tegangan distribusi
5. Gardu Induk
tempat dimana tenaga listrik dari Gardu Induk
Penurun Tegangan yang disalurkan melalui kabel
tanah ataupun melalui saluran udara dibagi-bagi dan
disalurkan ke gardu-gardu distribusi.
6. Hantaran Distribusi Primer/Jaringan
jaringan listrik bertegangan menengah dengan
sistem kabel tanah atau saluran udara yang
menghubungkan Gardu Distribusi ke Gardu
Distribusi yang lain atau dari Gardu Induk ke Gardu
Distribusi.
7. Gardu Distribusi
tempat dimana terdapat transformator penurun
tegangan menengah menjadi tegangan rendah.
8. Hantaran Distribusi Sekunder/Jaringan
Tegangan Rendah (SKTM/JTR).
jaringan listrik bertegangan rendah berupa kabel
tanah atau saluran udara yang menghubungkan
Gardu Distribusi dengan konsumen
Gambar 2 artitektur redundant N+1
2.2 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik
Pada umumnya penyaluran tenaga listrik dari
pusat pembangkit hingga sampai pada konsumen
melalui beberapa urutan yaitu sebagai berikut:
Gambar 3 Sistem Tenaga Listrik
Rizky Adi Nugraha – L2F009037
Halaman 2
2.3
PLC Omron CPM1A-40CDT-D-V1
2.3.1 Karakteristik CPM1A-40CDT-D-V1
PLC
Omron
CPM1A-40CDT-D-V1
merupakan salah satu seri dari PLC Omron
CPM1A. PLC ini memiliki 40 terminal yang terdiri
dari 24 terminal input dan 16 terminal output.
Power supply yang dipakai berupa tegangan DC
sehingga
diperlukan sebuah trafo dalam
penggunaannya.
Gambar 4 Terminal I/O
Gambar 5 Rangkaian Internal input
2. Internal Output
PLC Omron CPM1A-40CDT-D-V1 merupakan
jenis PLC CPM1A yang kontaktor kontaktor
output internalnya digerakkan oleh transistor.
Gambar 6 Rangkaian Sinking Internal output
PLC ini memiliki 40 terminal yang terdiri dari
24 terminal input dan 16 terminal output. Power
supply yang dipakai berupa tegangan DC sehingga
diperlukan sebuah trafo dalam penggunaannya.
Tabel 1 Seri pada PLC Omron CPM1A
Gambar 7 Rangkaian Sourcing Internal output
Dari table diatas dapat diketahui karakteristik
dari pada PLC Omron CPM1A-40CDT-D-V1
1.
2.
3.
4.
24 terminal Input
16 terminal Output
Power Supply DC
Internal Output kontaktor memakai Transistor.
III. PERANCANGAN SISTEM
3.1 Perancangan Perangkat Keras
3.1.1 Sistem Keseluruhan
Pada prototype Sistem Penyaluran Tegangan
Listrik, Redundant System yang diaplikasikan
adalah konsep Redundant 1+1 dimana pada system
hanya terdapat Primary dan Backup Source masing
masing satu. Berikut adalah plant dari prototype
Sistem Penyaluran Tegangan Listrik:
2.3.2Konfigurasi Internal Input Output
Berikut ini adalah rangkaian internal pada PLC
Omron CPM1A-40CDT-D-V1:
1. Internal Input
PLC Omron CPM1A merupakan jenis PLC
yang kontaktor kontaktor input internalnya
digerakkan oleh transistor.
Gambar 8 Sistem Penyaluran Tegangan Listrik
Rizky Adi Nugraha – L2F009037
Halaman 3
Pada plant terlihat terdapat 12 LED (L1-L12)
yang berfungsi sebagai indikator bahwa terdapat
aliran listrik.
Plant dirancang dapat mensimulasikan tiga
buah keadaan yaitu Sistem Penyaluran Tegangan
Listrik dalam Keadaan Normal, Gangguan Pada
Traffo Penurun Tegangan dan Gangguan Hubung
singkat.
Keadaan Normal dapat dilihat dengan adanya
aliran listrik yang disimulasikan oleh nyala
L1,L2,L4,L6,L7,L8,L9,L10, dan L12.
Gangguan Pada Traffo Penurun Tegangan (A)
dapat dilihat dengan adanya aliran listrik yang
disimulasikan oleh nyala L1,L2,L7,L8,L9,L10,L11
dan L12.
Gangguan Hubung singkat (B) dapat dilihat
dengan adanya aliran listrik yang disimulasikan
oleh nyala L1,L2,L5,L6,L9,L10,L11 dan L12.
3.1.2Gangguan Hubung Buka
Pada Gardu Distribusi terdapat traffo yang
berfungsi sebagai penurunkan tegangan menengah
menjadi tegangan rendah. Adapun beberapa
gangguan yang terjadi pada Gardu Distribusi dan
salah satu bentuk gangguan yang disimulasikan
adalah ketika terdapat kerusakan pada traffo
penurun tegangan atau dilakukan perawatan berkala
pada traffo tersebut. Kondisi ini mengakibatkan
terputusnya jalur distribusi sehingga distribusi
listrik dialihkan pada traffo penurun tegangan yang
lain sehingga tidak mengganggu kinerja sistem
secara keseluruhan.
mengakibatkan kerusakan pada traffo penurun
tegangan sehingga harus dirancang sebuah system
keamanan yang mampu memutus jalur tersebut
ketika terjadi hubung singkat.
Gambar 10 Gangguan Hubung Singkat
Berikut ini adalah rangkaian yang dirancang
pada prototype sebagai sensor pendeteksi hubung
singkat “B”.
Gambar 11 sensor hubung singkat
Kemudian sistem dirancang dengan potensio
sebagai pengaktif sensor hubung singkat (“B”).
Output dari rangkaian tersebut yang nantinya
dihubungkan ke terminal input PLC.
3.2 Perancangan Perangkat Lunak
3.2.1Kemungkinan State (keadaan)
Untuk mempermudah perancangan sistem,
dibuat tabel yang memuat keadaan keadaan yang
mungkin terjadi dengan variasi variasi input yang
diberikan.
Tabel 2 Kemungkinan State
Gambar 9 Gangguan Hubung Buka
Bentuk simulasi keadaan ini pada prototype
adalah menambahkan sebuah saklar “A” pada jalur
menuju traffo penurun tegangan sehinga saklar
dibuka maka jalur akan terputus. Saklar tersebut
merupakan input yang terhubung pada salah satu
terminal input PLC.
3.1.3Gangguan Hubung Singkat
Gangguan hubung singkat terjadi pada jalur
disribusi sebelum masuk pada traffo penurun
tegangan. Bila terjadi hubung singkat dapat
Keterangan :
S0 :Kondisi mati
S1 :Kondisi hidup normal
S2 :Kondisi hidup dengan gangguan hubung buka
pada Gardu Induk Penurun Tegangan
S3 :Kondisi hidup dengan gangguan hubung
singkat pada Gardu Induk Penurun Tegangan
Rizky Adi Nugraha – L2F009037
Halaman 4
R1 – R12 :Relay 1 – 12
IL1
:Indicator Lamp 1
IL2
:Indicator Lamp 2
IL3
:Indicator Lamp 3
BZ
:Buzzer
3.2.3 Kinerja Sistem Secara Normal
Dari diagram state sebelumnya dapat diketahui
bahwa sistem akan bekerja secara normal ketika
ditekan tombol PBStart, sistem yang sebelumnya
ada pada state_0 akan berpindah menuju state_1.
3.2.2 Perancangan Diagram State
Kemudian dari Tabel 2 dibuat diagram state
untuk memudahkan dalam pembuatan Ladder
Diagram nya.
Gambar 13 cuplikan Ladder Diagram 1
Pada PLC indikator LED 1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
dan 12 hidup, sementara itu lampu indikator
kerusakan plant dan alarm mati. Hasil pengujian ini
sesuai dengan algoritma program pada state_1
dimana sistem pada keadaan normal.
Gambar 12 Diagram State
Terlihat terdapat 4 state yang memiliki fungsi
masing masing yaitu:
State_0 (S0)
State S0 merepresentasikan kondisi saat sistem
mati, yakni tidak ada relay dan lampu indikator
yang hidup (ON). Dengan demikian Beban tidak
mendapatkan suplai energi listrik.
State_1 (S1)
Dari state S0 akan berpindah ke state S1 bila
ditekan PB Start. State S1 merepresentasikan
kondisi saat sistem hidup dengan kondisi normal,
yakni tidak ada lampu indikator yang hidup (ON).
Adapun untuk LED yang hidup adalah LED 1, 2, 5,
6, 7, 8, 9, 10, dan 12. Dengan demikian, beban L1,
L2 dan L3 mendapatkan suplai energi listrik.
State_2 (S2)
Dari state S1 akan berpindah ke state S2 bila A
dalam keadaan hidup (ON), atau dengan kata lain
terdapat gangguan Hubung Buka pada gardu induk
penurun tegangan (T3). Sebaliknya, apabila A
dalam keadaan mati (OFF), maka sistem akan
kembali pada state S1.
State_3 (S3)
Dari state S1 akan berpindah ke state S3 bila B
dalam keadaan hidup (ON), atau dengan kata lain
terdapat gangguan Hubung Singkat pada Gardu
Induk Penurun Tegangan (T4) dan ketika B dalam
keadaan mati (OFF), maka sistem akan kembali
pada state S1.
3.2.4 Gangguan Hubung Buka
Simulasi dilakukan dengan memberi gangguan
kedua, yaitu dengan cara menekan saklar
“A“(hubung _Buka2) yang berfungsi sebagai input.
Sistem yang semula pada keadaan normal akan
beralih ke state_2.
Gambar 14 cuplikan Ladder Diagram 2
State_2 merepresentasikan kondisi saat sistem
hidup dengan gangguan pada gardu induk penurun
tegangan, yakni lampu indikator 1 (IL1) yang hidup
(ON). Adapun untuk relay yang hidup adalah LED
1, 2, 7, 8, 9, 10,11 dan 12. Dengan demikian,
terjadinya Hubung Buka pada Gardu Induk Penurun
Tegangan (T3) tidak mengganggu suplai energi
listrik pada beban karena masih mendapatkan suplai
energi listrik dari Gardu Induk Penurun Tegangan
(T4) sebagai pembangkit listrik.
3.2.5 Gangguan Hubung Singkat
Pengujian dilakukan untuk menguji perilaku
sistem apabila terjadi gangguan berupa hubung
singkat. Pengaturan untuk menghidupkan atau
mematikan indikasi hubung singkat ini adalah
dengan
mengatur
nilai
tahanan
melalui
potensiometer.
Rizky Adi Nugraha – L2F009037
Halaman 5
4.3 Gangguan Hubung Singkat
Gambar 15 cuplikan Ladder Diagram 3
State S3 merepresentasikan kondisi saat sistem
hidup dengan gangguan pada bagian pembebanan
L2, yakni lampu indikator 3 (IL3) yang hidup (ON).
Adapun untuk relay yang hidup adalah LED 1, 2, 5,
6, 9,10, 11, dan 12. Dengan demikian, terjadinya
Hubung Singkat pada Gardu Induk Penurun
Tegangan (T4) tidak mengganggu suplai energi
listrik pada beban karena masih mendapatkan suplai
energi listrik dari Gardu Induk Penurun Tegangan
(T3) sebagai pembangkit listrik.
IV. PENGUJIAN
4.1 Sistem bekerja pada keadaan Normal
Gambar 16 Hasil Pengujian Keadaan Normal
Dapat dilihat pada gambar bahwa nyala LED
sudah sesuai yang diinginkan dimana terjadi
transmisi aliran listrik menuju dua buah beban
berupa Lampu 1, Lampu 2 dan Motor DC.
4.2 Gangguan Hubung Buka
Gambar 17 Hasil Pengujian Gangguan Hubung
Buka
Dapat dilihat pada gambar 5.9 bahwa nyala
LED sudah sesuai yang diinginkan dimana
transmisi aliran listrik menuju dua buah beban
berupa Lampu 1 dan Lampu 2 tidak terganggu
meskipun transmisi listrik pada LED5 dan LED6
terputus. Indikator yang diberikan juga sesuai
dimana Lampu Indikator akan menyala saat terjadi
Hubung Buka.
Gambar 18 Hasil Pengujian Gangguan Hubung
Buka
Dapat dilihat pada gambar bahwa nyala LED
sudah sesuai yang diinginkan dimana transmisi
aliran listrik menuju dua buah beban berupa Lampu
1 dan Lampu 2 tidak terganggu meskipun transmisi
listrik pada LED7 dan LED8 terputus. Indikator
yang diberikan juga sesuai dimana Lampu Indikator
akan menyala saat terjadi Hubung Singkat.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan,
ketika prototype diberikan supply akan secara
otomatis masuk kedalam state_0 kemudian
masuk state_1 ketika ditekan PBStart.
2. Hasil pengujian untuk state_1 sudah sesuai
dengan yang diharapkan yaitu kondisi sistem
normal dengan indikator LED 1, 2, 5, 6, 7, 8, 9,
10, 11, dan 12 hidup, sementara itu lampu
indikator kerusakan plant dan alarm mati.
3. Hasil pengujian untuk state_2 sudah sesuai
dengan yang diharapkan yaitu sistem pada
kondisi mengalami gangguan Hubung Buka
dengan indikator LED 1, 2, 7, 8, 9, 10, 11, dan
12 hidup, sementara itu lampu indikator
gangguan Hubung Buka dan alarm hidup.
4. Hasil pengujian untuk state_3 sudah sesuai
dengan yang diharapkan yaitu sistem pada
kondisi mengalami gangguan Hubung Buka
dengan indikator LED 1, 2, 5, 6, 9, 10, 11, dan
12 hidup, sementara itu lampu indikator
gangguan Hubung Singkat dan alarm hidup.
5.2 Saran
1. Aplikasi perancangan sistem dilengkapi dengan
sistem monitoring berupa SCADA (Supervisory
Control
And Data Acquisition) agar
penggunaannya lebih user friendly.
Rizky Adi Nugraha – L2F009037
Halaman 6
2. Titik-titik gangguan diperbanyak sesuai dengan
kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam
realisasi nyata sistem penyaluran tenaga listrik
agar semakin mendekati pada realisasi nyata.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]
[11]
[12]
[13]
[14]
Arif B, Rezon, “Perancangan Aplikasi PLC
Omron Sysmac CP1L pada Sistem Otomasi
Overhead Crane untuk Proses Perendaman
Logam Di Pt Pura Barutama Divisi
Engineering Terban Kudus”, Semarang :
Jurusan
Teknik
Elektro
Universitas
Diponegoro, 2011
CX-Programmer User Manual Version 3.1
CX-Programmer Introduction Guide R132-E104.pdf
CX-One Introduction Guide R145-E1-03.pdf
Muttaqin, Ilham, “Perancangan Aplikasi PLC
Omron Sysmac CP1L pada Sistem Otomasi Ice
Compactor untuk Pemadatan Ice Flag”, Semarang
: Jurusan Teknik Elektro Universitas
Diponegoro, 2012
OMRON. 2005.CPM1A Operation Manual.pdf
OMRON. 1997.CPM1A Series Brochure.pdf
Setiawan, Iwan, “Programmable Logic Control
(PLC) dan Teknik Perancangan Sistem Kontrol”,
Yogyakarta : ANDI, 2006.
Supono K, M., “Perancangan Supervisory Control
And Data Acquisition pada Prototipe Sistem Listrik
Redundant”, Semarang : Jurusan Teknik Elektro
Universitas Diponegoro, 2012.
Swamardika Alit, “Simulasi Kontrol Lampu Lalu
Lintas Sistem Detektor Dengan Menggunakan
Sistem PLC Untuk Persimpangan Jalan WaribangWR. Supratman Denpasar”, Teknologi Elektro
Vol.4 No.2 Juli - Desember 2005.
-------, http://www.national.com/ds/LM/LM358.pdf,
September, 2011.
-------,
Electric
Transmission
Lines,
http://psc.wi.gov, September, 2011.
-------, “Buku Pedoman Teknik Elektro 2009”,
Semarang : Jurusan Teknik Elektro
Universitas Diponegoro, 2009.
-------,
“Transmission
Protection
System,
Philosophy & Application”, Penyaluran dan
Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali, 2006.
BIOGRAFI
Rizky Adi Nugraha - L2F008054, dilahirkan di
Semarang, 13 Juni 1991.
Jenjang edukasi ditempuh dari
SD N Kalicari 03 Semarang,
SLTP Negeri 15 Semarang,
SMA Negeri 2 Semarang dan
sekarang sedang menempuh
studi S1 di Jurusan Teknik
Elektro
Fakultas
Teknik
Universitas Diponegoro Konsentrasi Kontrol.
Semarang, Juli 2012
Mengetahui dan mengesahkan,
Dosen Pembimbing
Sumardi, ST. MT
NIP. 197005212000121001
Rizky Adi Nugraha – L2F009037
Halaman 7
Download