KOMUNIKASI BIMBINGAN ORANG TUA PADA ANAK DALAM

advertisement
Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No.1 Juni 2016
KOMUNIKASI BIMBINGAN ORANG TUA PADA ANAK DALAM UPAYA
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
Oleh :
DENTI NOVIA SARI, LAMHIR SYAM SINAGA, EVI LORITA
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial Unived Bengkulu
ABSTRACK
This study aimed to determine the children’s parent communication in improving
learning achievement in Mathematics. This was a qualitative descriptive research. Datas
were collected by interviews, observation and documentation techniques. There were two
groups of informants in this research, the key informant which consisted of a Math teacherin
class VI Elementary School Number 27 Bengkulu and principal informant which consisted of
two children’s parent, Mrs. Desi Yanti and Lini Marlina. Communication messages done by
parents in improving achievement in Mathematics subject were: (1) providing guidance and
advice, (2) supervision of learning, (3) giving rewards and punishments, (4) the fulfillment of
learning (5) creating condusive atmosphere in studying, (6) paying attention to children’s
health, and (7) providing handy hints. Based on the results of research and discussion, it was
concluded that the instructional communication role of parents in improving learning
achievement of Mathematics has been running quite well in pre-instructional stage and
directing stage, also in follow-up evaluation stage. But in the aspect of instructional or
learning it’s not fully completed.
Keywords: communication between parents and children, achievement in Mathematics
subject, instructional communication
PENDAHULUAN
Pada dasarnya, keberhasilan belajar
seorang anak dalam hal ini prestasi belajar
ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor yang
berasal dari dalam diri anak (internal) dan
dari luar diri anak (eksternal). Faktor
internal antara lain, faktor jasmani,
kecerdasan/intelegensi, kedisiplinan, minat,
bakat, motivasi, dan lain-lain. Sedangkan
faktor eksternal berasal dari faktor sosial
dan faktor non sosial. Faktor sosial
mencakup lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Interaksi dan komunikasi antar individu
dalam
ketiga
lingkungan
tersebut
mempunyai pengaruh terhadap perilaku dan
aktivitas belajar anak. Muhibbin Syah
(2006).
Dalam lingkungan keluarga, orang
tua mempunyai tanggung jawab penting
dalam menumbuhkan semangat belajar
anak. Pada usia sekolah dasar, anak masih
membutuhkan pengawasan dan bimbingan
belajar dari orang tua yang sangat ketat.
Adanya bimbingan belajar orang tua dapat
membantu mengarahkan anak dalam
memecahkan masalah, mengawasi anak
ketika belajar, mengarahkan waktu belajar
dengan baik, membantu dalam menyediakan
fasilitas belajar yang mendukung dengan
pola komunikasi yang baik sehingga anak
tidak merasa dibawah tekanan. Adanya
intensitas bimbingan belajar yang tinggi dari
orang tua akan membantu anak dalam
mengatasi kesulitan belajar. Seperti halnya
untuk mata pelajaran Matematika yang oleh
sebagian besar anak tidak menyukainya.
Bimbingan orang tua pada anak ketika
belajar sangat diperlukan. Dengan demikian,
anak dapat meningkatkan prestasi belajar di
sekolah.
58
Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No.1 Juni 2016
Komunikasi bimbingan orang tua
pada anak tanpa diikuti dengan komunikasi
yang baik tidaklah berjalan sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Komunikasi
instruksional diciptakan secara wajar, akrab
dan terbuka dengan ditunjang oleh faktorfaktor pendukung lainnya, baik sebagai
sarana maupun fasilitas lain, dengan tujuan
supaya mempunyai efek perubahan perilaku
pada
pihak
sasaran.
Orang
tua
(komunikator) dan anak (komunikan) samasama melakukan interaksi psikologis yang
nantinya diharapkan bisa berdampak pada
berubahnya
pengetahuan
sikap
dan
keterampilan dipihak komunikan. Proses
interaksi psikologis ini berlangsung paling
tidak antara dua orang dengan cara
berkomunikasi. Dalam situasi formal
maupun non formal, proses ini terjadi ketika
sang komunikator berupaya membantu
terjadinya proses perubahan tadi di pihak
sasaran atau komunikan. Teknik atau alat
untuk melaksanakan proses ini adalah
komunikasi, yaitu komunikasi instruksional
(Yusup, 2010). Komunikasi instruksional
inilah diharapkan bimbingan orang tua pada
anak dapat meningkatkan prestasi belajar
anak terutama dalam pelajaran Matematika.
Komunikasi instruksional dalam
bimbingan orang tua pada anak bisa berhasil
dengan efektif hanya apabila komunikasi
bisa berjalan atau berproses dengan baik.
Oleh karena itu, kegiatan instruksionalnya
yang dilakukan pada zaman informasi ini
mendapat perhatian yang lebih dititik
beratkan pada unsur sasaran didik dengan
cara mengoptimalkan pemanfaatan sumbersumber informasi edukatif (sumber-sumber
belajar) menurut Hart, Scott dan McCroskey
dalam
Yusup
(2010).
Komunikasi
instruksional menurut Ricmond (2009)
diartikan sebagai proses dimana pengajar
membangun relasi komunikasi yang efektif
dengan
pelajar
sehingga
pelajar
berkesempatan meraih keberhasilan yang
maksimal dalam proses pembelajaran.
Komunikasi instruksional yang efektif juga
harus diikuti oleh komunikasi parenting
Guru-Orang tua, Guru-Siswa/anak, Orang
Tua- siswa/anak. Komunikasi parenting
adalah suatu perilaku yang pada dasarnya
mempunyai kata-kata kunci yang hangat,
sensitif, penuh penerimaan, ada pengertian
dan respon yang tepat pada kebutuhan anak
(Garbarino dkk dalam Koentjoro, 2004) .
Sejalan
dengan
perkembangan
masyarakat saat ini, pendidikan banyak
mengalami berbagai hambatan. Salah satu
hambatan
yaitu
berkenaan
dengan
peningkatan
mutu
pendidikan
yang
disebabkan rendahnya prestasi belajar anak
dan
mutu
pendidikan.
Kegiatan
pembelajaran merupakan bagian dari
pendidikan dan banyak faktor yang secara
langsung menentukan kesuksesan belajar
dan keberhasilan pendidikan. Salah satu
faktor yang menentukan kesuksesan belajar
terletak pada sejauh mana orang tua
memberikan bimbingan belajar kepada
anak. Menurut Djamarah (2002), “mendidik
berarti membimbing dan mengarahkan serta
memperhatikan
anak
kepada
kedewasaannya, dewasa secara etis,
psikologi dan sosial”. Namun, pada
kenyataannya banyak orang tua yang tidak
selalu bisa memberikan bimbingan belajar
yang sepenuhnya kepada anak karena
disibukkan dengan kepentingan kerja
maupun kepentingan yang lain. Terkadang
orang
tua
banyak
mengabaikan
perkembangan belajar anak, sehingga anak
merasa tidak dibimbing dengan baik.
Apabila anak kurang mendapat bimbingan
belajar dari orang tua, maka secara tidak
langsung dapat berpengaruh terhadap
prestasi belajar yang dicapai kurang
maksimal. Selain dari bimbingan belajar
orang tua yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar anak, faktor dalam diri anak juga
mempengaruhi prestasi belajarnya, baik
dilingkungan sekolah maupun dilingkungan
luar
sekolah.
Dilingkungan
sekolah
misalnya, anak tidak suka terhadap
penyampaian yang dilakukan gurunya dalam
proses belajar mengajar baik dari segi
metode maupun media yang digunakan guru
dalam proses belajar. Sikap dan tutur kata
guru juga dapat mempengaruhi pandangan
anak-anak terhadap pelajaran yang di
sampaikan oleh guru. Pandangan tersebut
59
Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No.1 Juni 2016
maksudnya anak menjadi takut atau merasa
dibawah tekanan tiap menghadapi guru
tersebut. Dilingkungan luar sekolah
misalnya, anak lebih suka bermain bersama
temannya ketimbang belajar di rumah.
Dari hasil pra penelitian yang
dilakukan oleh penulis, SDN 27 terletak
sangat strategis di tengah-tengah kota yaitu
berada di jalan Putri Gading Cempaka
Penurunan Kecamatan Ratu Samban Kota
Bengkulu. SDN 27 Kota Bengkulu memiliki
12 ruang kelas, dimana setiap kelas terdiri
dari dua lokal kelas misalnya kelas VI A dan
kelas VI B. Di SDN 27 Siswa kelas VI
berjumlah 53 siswa terdiri dari Kelas VI A
26 orang dan Kelas VI B 27 Orang. Siswa
yang dikatakan berprestasi dikelas pada
umumnya merupakan siswa yang masuk
rangking 10 besar. Maka dengan itu, peneliti
hanya memfokuskan pada bimbingan orang
tua kepada anak yang termasuk dalam
rangking 3 besar tersebut khususnya dalam
pelajaran Matematika. Berdasarkan uraian
latar belakang yang telah dijabarkan di atas,
maka penulis terdorong untuk melakukan
penelitian dengan judul “Komunikasi Orang
Tua
Pada
Anak
Dalam
Upaya
Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika“
Studi Pada Orang Tua dan Anak Siswa
Kelas VI SDN 27 Kota Bengkulu ”.
Data yang disampaikan dalam bentuk
verbal, dimana lebih menekankan pada
persoalan kontekstual dan tidak terikat
dengan perhitungan angka-angka, ukuran
yang bersifat empiris. Penelitian kualitatif
mengkaji perspektif partisipan dengan
strategi-strategi yang bersifat interaktif dan
fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan
untuk
memahami
fenomena-fenomena
sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan
demikian arti atau pengertian penelitian
kualitatif tersebut adalah penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi
objek alamiah dimana peneliti merupakan
instrumen kunci (Sugiono, 2005).
Penelitian kualitatif tidak mengenal
adanya istilah populasi, tetapi oleh Spradley
(Sugiono, 2005) dinamakan sosial situation
atau situasi sosial yang terdiri dari tiga hal
yaitu tempat, pelaku dan aktifitas yang
berinteraksi secara sinergis. Selanjutnya
menurut Sugiono (2005) sampel dalam
penelitian kualitatif bukan dinamakan
responden melainkan informan kunci,
narasumber, partisipan, teman atau guru
dalam penelitian.
Moleong (2007:90) menyatakan
bahwa informan adalah orang yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar penelitian
dengan mempergunakan informasi peneliti
atau mendapatkan informasi tentang kondisi
komunikasi yaitu tentang komunikasi
bimbingan orang tua pada anak dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar matematika.
Penelitian informan dalam penelitian ini
tidak dilakukan secara acak melainkan
berdasarkan
tujuan
tertentu
yaitu
disesuaikan dengan sasaran penelitian dan
mempergunakan teknik purposive sampling
atau dengan teknik sampel yang bertujuan.
Berdasarkan ketentuan diatas maka
acuan dasar responden yang akan dijadikan
informan dalam penelitian ini adalah:
1. Ibu dan anak
2. Mau meluangkan waktu untuk diminta
informasi
3. Mereka
yang
tidak
cenderung
menyampaikan
informasi
hasil
kemasannya sendiri.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian dengan
metode kualitatif. Menurut Denzin dan
Linclon (dalam Moleong 2007) penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang
menggunakan latar ilmiah, dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dan
dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai
metode yang ada. Tujuan menggunakan
metode ini ingin mengungkapkan dan
menyajikan apa adanya tentang komunikasi
bimbingan orang tua pada anak dalam
meningkatkan prestasi belajar matematika
pada siswa kelas VI SDN 27 Kota
Bengkulu.
Jenis penelitian ini adalah penelitian
kualitatif deskriptif. Penelitian tersebut
adalah penelitian yang datanya kualitatif.
60
Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No.1 Juni 2016
Dalam
menggunakan
terdiri dari:
penelitian ini, peneliti
informan-informan yang
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Profil Informan
Berdasarkan
pengambilan
data
penelitian yang dilaksanakan dari tanggal 21
Maret s/d 21 April 2016, dalam penelitian
ini penulis menggunakan informan kunci
sebanyak 1 orang yaitu Guru matematika
Sekaligus walikelas VI A SDN 27 Kota
Bengkulu yaitu Ibu Zuliarti,S.Pd, dimana
guru tersebut mengetahui dan memahami
semua peningkatan belajar Matematika yang
dilakukan oleh siswa kelas VI SDN 27 Kota
Bengkulu. Sedangkan informan pokok
dalam penelitian ini adalah Orang Tua dan
anak siswa kelas VI SDN 27 kota Bengkulu
sebanyak 2 orang tua siswa dan 2 orang
anak masing-masing dari Kelas VI A 1
orang dan Kelas VI B 1 orang. Berikut tabel
karekteristik informan kunci dan informan
pokok dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
1.Informan Pokok
Informan pokok yaitu tokoh
masyarakat yang memberikan informasi
sebagian besar mengenai komunikasi orang
tua pada anak dalam upaya meningkatkan
prestasi belajar Matematika. Informan
pokok dalam penelitian ini yaitu ibu dan
anak sebanyak 4 orang, yaitu terdiri dari 2
orang ibu dan 2 orang anak dari masingmasing anak dari kelas VI A satu orang dan
kelas VI B satu orang yang masuk kedalam
rangking 10 besar di SDN 27 Penurunan
Kota Bengkulu.
2.Informan Kunci
Informan kunci yaitu seseorang yang
secara lengkap dan mendalam mengetahui
informasi yang akan menjadi permasalahan
dalam penelitian. Informan kunci dalam
penelitian ini yaitu Guru Matematika SDN
27 Penurunan Kota Bengkulu Ibu Zuliarti,
S.Pd.
Data
dalam
penelitian
ini
dikumpulkan dengan beberapa metode,
yaitu: wawancara terstruktur, observasi, dan
dokumentasi. Sedangkan analisis data
dilakukan dalam tiga komponen pokok
meliputi reduksi data, sajian data, dan
penarikan kesimpulan dengan verifikasinya
(Sutopo, 2002). Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan model analisis
interaktif. Pada dasarnya model analisis
interaktif proses berbentuk siklus, yang
artinya pada bentuk ini peneliti tetap
bergerak diantara tiga komponen analisis
dengan poses pengumpulan data selama
kegiatan pengumpulan berlangsung.
Tabel 1 Karakteristik Informan Kunci
No.
1.
NNama
Pekerjaan
Zuliarti,
S.Pd
Guru Matematika
dan Walikelas VI
SDN
27
Kota
Bengkulu
Masa
Kerja
23th
Ibu Zuliarti, S.Pd adalah Guru
Matematika sekaligus Walikelas VI A SDN
27 Kota Bengkulu. Ibu Zuliarti ditahun 2016
ini menginjak usia 48 tahun dan kurang
lebih sudah 23 tahun menjadi Guru
Matematika di SDN 27 Kota Bengkulu.
Masa kerja yang sudah cukup lama Ibu
Zuliarti mendapat gambaran mengenai
karakter anak khususnya anak kelas VI
seperti yang rajin belajar, malas belajar dan
yang suka bermain-main serta cara
mengatasinya.
Tabel 2 Karakteristik Informan Pokok
Nama
Siswa
N
No
1.
2.
61
Resyaliana
1
Esa Putri
Zaky
2 M.
Putra
Nama
Orang
Tua
Desi
Yanti
Lini
Marlina
Pendidikan
Orang Tua
SLTA
Pekerjaan
Orang
Tua
IRT
SLTA
IRT
Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No.1 Juni 2016
Resyaliana adalah siswi berprestasi di kelas
VI A SDN 27 Kota Bengkulu. Resyaliana
mendapat rangking 1 dari 27 siswa dengan
nilai matematika 90. Resyaliana dikenal
sebagai siswi yang mudah bergaul dan rajin
belajar, untuk itu Resyaliana layak untuk
penulis teliti. Resyaliana anak pertama dari
ibu Desi Yanti yang tinggal di Jalan Putri
Gading Cempaka Penurunan Depan BIM.
Zaky Muhammad Putra adalah siswa
berprestasi di Kelas VI B SDN 27 Kota
Bengkulu. Zaky mendapat rangking 1 dari
26 siswa dengan nilai matematika 90. Zaky
dikenal sebagai siswa yang pendiam dan
suka membaca komik. Zaky anak ke tiga
dari Ibu Lini Marlina yang tinggal di Jalan
Putri Gading Cempaka Penurunan. Dari
keterangan di atas Zaky layak untuk penulis
teliti
dapat secara langsung melihat perilaku awal
anak ketika di arahkan untuk belajar.
Berikut jawaban dari Ibu Zuliarti,
S.Pd mengenai cara mengarahkan siswa
belajar Matematika di SDN 27 Kota
Bengkulu:
“...Sebelum pelajaran dimulai saya
mengarahkan siswa untuk diam dan
mendengarkan apa yang akan saya
jelaskan, supaya siswa mengerti
dengan apa yang saya sampaikan”
(hasil wawancara pada tanggal 15
April 2015).
Ibu
Zuliarti,S.Pd
juga
mengungkapkan perilaku awal siswa ketika
diarahkan belajar Matematika yaitu:
“...Sejauh ini siswa mengikuti apa
yang saya arahkan, biasanya saya
juga memberikan pilihan bagi yang
tidak mau belajar boleh keluar dari
kelas agar tidak mengganggu teman
yang lain” (hasil wawancara pada
tanggal 15 April 2015).
Berdasarkan hasil wawancara tahap
prainstruksional mengarahkan siswa belajar
matematika yaitu dengan mengarahkan anak
untuk diam dan mendengarkan apa yang
dijelaskan guru dan perilaku awal siswa
ketika belajar Matematika disekolah adalah
mengikuti apa yang diperintahkan oleh guru.
Ibu Desi juga mengungkapkan
mengarahkan anak belajar Matematika di
rumah yaitu:
“...ketika anak pulang sekolah saya
mengarahkan anak untuk bergegas
ganti pakaian kemudian makan dan
dilanjutkan tidur siang, sore saya
memperbolehkan
anak
untuk
bermain bersama temannya, habis
magrib saya mengarahkan anak
saya untuk belajar mengulangi
pelajaran
Matematika
yang
dipelajari
di
sekolah” (hasil
wawancara pada tanggal 12 April
2016).
Ibu Desi juga mengungkapkan
bagaimana perilaku awal anaknya ketika
ketika diarahkan untuk belajar Matematika
sebagai berikut:
Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti
melakukan wawancara ke Guru Matematika
sekaligus walikelas VI A SDN 27 Kota
Bengkulu tentang komunikasi Orang Tua
pada anak dalam upaya meningkatkan
prestasi belajar Matematika. Komunikasi
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
komunikasi instruksional yang mengarah
kepada komunikasi parenting Guru-orang
tua, Guru-Siswa dan orang tua-siswa.
Komunikasi instruksional berasal dari kata
instruction (perintah), di dunia pendidikan
kata instruksional tidak diartikan perintah
tetapi pengajaran dan pembelajaran.
Didalam
pendidikan
komunikasi
instruksional adalah proses penyampaian
pesan dalam pembelajaran ke pihak sasaran
untuk mengubah perilaku atau hasil yang
ingin dicapai dalam belajar. Komunikasi
instruksional yang digunakan dalam
komunikasi orang tua pada anak ini melalui
tiga tahap instruksional yaitu tahap
prainstruksional, tahap instruksional dan
tahap evaluasi atau tindak lanjut.
Tahap Prainstruksional
Ditahap ini ada beberapa hal yang
memerlukan rancangan dalam proses belajar
dan mengajar seperti mengarahkan dan
62
Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No.1 Juni 2016
“...sejauh ini apa yang saya
terapkan diikuti oleh anak saya, saya
juga selalu mengawasi apa yang
dilakukan oleh anak saya” (hasil
wawancara dengan Ibu Desi Yanti
pada tanggal 12 April 2016).
Berdasarkan hasil wawancara tahap
prainstruksional Ibu Desi mengarahkan anak
untuk belajar Matematika dengan cara
mengarahkan anak untuk mengulangi
pelajaran yang ada di sekolah dan perilaku
awal anak ketika belajar Matematika
dirumah mengikuti perintah orang tuanya
untuk belajar.
Resyaliana juga menjelaskan cara
ibunya mengarahkan belajar Matematika di
rumah, yaitu:
“...Ibu selalu mengarahkan saya
untuk belajar mengulangi pelajaran
disekolah, supaya saya tidak lupa
apa yang dipelajari di sekolah. Jam
belajar saya sesudah magrib sampai
isya, selama jam belajar saya tidak
boleh nonton TV” (hasil wawancara
pada tanggal 14 april 2016).
Resyaliana
juga
mengatakan
perilaku
awalnya
ketika
ibunya
mengarahkan untuk belajar Matematika
adalah:
“...saya selalu mengikuti apa yang
ibu katakan untuk belajar, agar saya
dapat mempertahankan peringkat
saya dikelas, saya ingin bikin ibu
bangga” (hasil wawancara pada
tanggal 14 april 2016).
Berdasarkan hasil wawancara tahap
prainstruksional cara ibu Resyaliana
mengarahkan belajar Matematika di rumah
dengan
mengarahkan
untuk
belajar
mengulangi pelajaran di sekolah. Perilaku
awal Resyaliana pada saat diarahkan untuk
belajar Matematika adalah mengikuti agar
Resyaliana
dapat
mempertahankan
peringkatnya di kelas.
Berikut jawaban Ibu Lini Marlina
dalam
mengarahkan
anak
belajar
Matematika dirumah yaitu:
“...saya mengarahkan anak untuk
belajar sesudah magrib, kalau sore
anak saya sibuk mengaji dan
bermain bersama temannya. Saya
menyuruh
anak
saya
untuk
mengulangi pelajaran di sekolah
agar anak saya tidak lupa apa yang
dijelaskan oleh gurunya” (hasil
wawancara pada tanggal 13 April
2016).
Ibu Lini juga mengungkapkan
perilaku awal anaknya ketika diarahkan
untuk belajar adalah:
“...Anak saya mengikuti untuk
belajar dirumah, meskipun kadangkadang Bukunya hanya dibuka saja
dan matanya suka ke mana-mana”
(hasil wawancara dengan Ibu Lini
Marlina pada tanggal 13 April 2016).
Berdasarkan hasil wawancara tahap
prainstruksional dari Ibu Lini Marlina
mengarahkan anak untuk belajar dengan
cara mengarahkan anak untuk belajar
sesudah magrib dan menasihatinya. Perilaku
awal anak ketika diarahkan untuk belajar
anaknya mengikuti meskipun kadangkadang membantah.
Berikut jawaban Zaky mengenai cara
ibunya
mengarahkan
untuk
belajar
Matematika dirumah adalah:
“...ibu menyuruh saya untuk belajar
mengulangi pelajaran di sekolah.
Jam belajar saya sesudah magrib,
terkadang saya tidak belajar tetapi
membaca komik, karena saya suka
membaca komik seperti komik
konan” (hasil wawancara pada
tanggal 14 april 2016).
Zaky juga menjelaskan perilaku
awalnya ketika diarahkan untuk belajar
Matematika yaitu:
“...saya mengikuti untuk belajar,
kadang-kadang tidak. Saya pergi ke
kamar untuk membaca komik. Ibu
suka marah kalau saya tidak belajar,
takut nilai saya turun” (hasil
wawancara pada tanggal 14 april
2016).
Berdasarkan hasil wawancara tahap
prainstruksional cara Ibu zaky mengarahkan
belajar Matematika di rumah dengan
mengarahkan untuk belajar. Perilaku awal
zaky pada saat diarahkan untuk belajar
63
Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No.1 Juni 2016
adalah mengikuti meskipun kadang-kadang
membantah.
Hasil dari observasi pada tahap
prainstruksional mengarahkan anak untuk
belajar yaitu mulai dari membimbing anak
dari pulang sekolah, mengatur pola makan,
memperhatikan kebutuhan bermain dan
tidur anak hingga menyuruh anak untuk
belajar mengulangi pelajaran disekolah
supaya anak tidak lupa apa yang telah
diajarkan disekolah perilaku awal anak
mengikuti apa yang diarahkan oleh orang
tua meskipun ada waktunya anak-anak
membantah untuk tidak belajar, itu
dikarenakan anak merasa jenuh untuk
belajar.
contoh pengerjaan yang saya
berikan, siswa juga ada yang saya
tunjuk
untuk
mempraktekkan
langsung pengerjaan soal dipapan
tulis” (hasil wawancara pada tanggal
15 April 2015).
Berdasarkan dari hasil wawancara
tahap instruksional mengenai kebutuhan apa
yang di berikan dalam menunjang belajar
siswa yaitu menggunakan alat praga seperti
bangun ruang dan menganjurkan siswa
untuk membeli buku panduan Matematika
penerbit Erlangga dan buku LKS yang
disediakan oleh pihak sekolah serta cara
yang
digunakan
dalam
mengajar
Matematika di kelas adalah dengan
ceramah, diskusi dan mempraktekkan
langsung cara pengerjaan soal Matematika
sebagai contoh untuk pengerjaan soal
berikutnya.
Lain halnya dengan jawaban yang
diberikan ibu Desi Yanti mengenai
kebutuhan apa saja yang diberikan dalam
menunjang belajar Matematika anak
dirumah, ibu Desi mengatakan:
“...saya membelikan buku pelajaran
Matematika, biasanya disekolah
menyediakan buku panduannya dan
anak saya meminta untuk dibelikan,
saya sebagai orang tua demi
kemajuan anak saya belikan
meskipun harga buku tersebut
mahal, saya selalu usahakan untuk
kebutuhan anak” (hasil wawancara
pada tanggal 12 April 2016).
Ibu desi Yanti juga menjelaskan cara
yang
digunakan
dalam
mengajar
Matematika di rumah adalah:
“...biasanya jika anak saya kesulitan
mengerjakan soal dia bertanya
kepada saya dan saya memberitahu
rumus-rumus dengan contoh yang
lain, saya selalu menerapkan cara
berdiskusi kepada anak saya, agar
anak saya mengetahui apa yang
saya sampaikan, misalnya contoh
soal hasil dari 60: (-7+13) – (-26),
anak saya suka lupa kalu
pengurangan ketemu min hasilnya
plus, tapi untuk saat ini anak saya
Tahap Instruksional
Tahap ini adalah tahap menjalankan
pembelajaran, mulai dari menyiapkan
kebutuhan belajar dan mengajar sampai
pada cara yang diterapkan dalam proses
belajar.
Berdasarkan pemahaman diatas, Ibu
Zuliarti menjelaskan kebutuhan yang dia
berikan
dalam
menunjang
belajar
Matematika di Sekolah adalah:
“...Demi kelancaran dalam proses
belajar disekolah saya menggunakan
alat peraga seperti bangun ruang,
supaya anak lebih memahami dan
Sekolah juga menyediakan buku
panduan Matematika untuk kelas VI
penerbit Erlangga, siswa dianjurkan
untuk membeli bagi yang tidak
mampu boleh fhoto kopi punya
temannya
dan
sekolah
juga
menyediakan LKS untuk belajar
dirumah“ (hasil wawancara pada
tanggal 15 April 2015).
Ibu Zuliarti, S.Pd juga menjelaskan
cara yang digunakan dalam belajar
Matematika di sekolah yaitu:
“...Saya mengajar dengan cara
ceramah, diskusi dan mempraktekan
langsung.
Dimana
saya
menerangkan didepan kelas dan
mempraktekan pengerjaan soal
Matematika dipapan tulis sedangkan
siswa mendengarkan dan mencatat
64
Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No.1 Juni 2016
sudah bisa mengerjakannya” (hasil
wawancara pada tanggal 12 April
2016).
Berdasarkan hasil wawancara tahap
instruksional mengenai kebutuhan yang
diberikan Ibu Desi membelikan buku
panduan Matematika dan cara yang
digunakan Ibu Desi mengajar Matematika
dengan cara diskusi.
Resyaliana
juga
mengatakan
kebutuhan apa saja yang ibunya berikan
dalam menunjang belajar Matematika di
rumah.
“...Ibu membelikan buku yang saya
butuhkan, walaupun ibu suka telat
untuk membayar, selain itu ibu juga
menyiapkan alat tulis lainya
misalnya pena, penggaris agar saya
semangat untuk belajar” (hasil
wawancara pada tanggal 14 april
2016)
Resyaliana juga menceritakan cara
yang ibunya gunakan dalam mengajar
Matematika di rumah yaitu:
“...Ibu
memberitahu
cara
pengerjaan soal-soal yang sulit, ibu
tidak mendapingi selama belajar,
ibu hanya melihat saat saya
bertanya dan memberitahu cara
pengerjaannya” (hasil wawancara
pada tanggal 14 april 2016).
Berdasarkan hasil wawancara tahap
instruksional kebutuhan yang diberikan
dalam menunjang belajar Matematika Resya
menjawab membelikan buku Matematika
dan alat tulis. Cara ibu Resya dalam
mengajar Matematika yaitu memberitahu
pengerjaan soal-soal yang sulit tetapi tidak
mendampingi selama Resya belajar.
Ibu Lini Marlina juga menjawab dan
menjelaskan Kebutuhan apa saja yang
diberikan
dalam
menunjang
belajar
Matematika anak di rumah:
“...saya menyediakan meja belajar
khusus untuk anak saya, supaya
tidak terganggu belajarnya dan
membelikan buku panduan yang ada
disekolah
serta
menyiapkan
kebutuhan lainnya seperti alat tulis”
(hasil wawancara pada tanggal 13
April 2016).
Ibu Lini juga Menjelaskan cara yang
digunakan dalam mengajar Matematika di
rumah:
“...saya memberitahu saja yang
anak saya tanya, kalau tidak
bertanya berarti anak saya mengerti.
Misalkan ada soalnya yang sulit
sayapun tidak dapat membantu cara
pengerjaannya
saya
bertanya
kepada tetangga saya kebetulan
guru Matematika SMP misalkan
contoh soal yang saya tidak
mengerti jarak dua kota kediri dan
madiun adalah 380 km, sebuah bus
berjalan dari kota kediri ke kota
madiun dengan kecepatan 80km/jam,
jika bus tiba pada pukul 11.30, maka
bus berangkat pada pukul?, soal
seperti ini yang saya kurang
pahami” (hasil wawancara pada
tanggal 13 April 2016).
Berdasarkan hasil wawancara tahap
instruksional dalam menunjang belajar
Matematika di rumah Ibu Lini menyediakan
meja belajar khusus untuk anaknya supaya
belajar anaknya tidak terganggu dan
menyediakan kebutuhan lainnya seperti
buku. Dalam mengajar Matematika di
rumah Ibu Lini menjelaskan saja yang
anaknya tanya dan membantu anak bertanya
kepada orang lain dalam mengerjakan soal
yang sulit.
Zaky
juga
mengungkapkan
kebutuhan apa saja yang ibunya berikan
dalam menunjang belajar Matematik di
rumah:
“...Sebelum belajar ibu selalu
menyiapkan kebutuhan belajar saya
seperti tempat belajar, buku dan alat
tulis” (hasil wawancara pada tanggal
14 april 2016).
Zaky juga menceritakan cara yang
ibu gunakan dalam mengajar Matematika
dirumah yaitu:
“...ibu menjelaskan kalau saya
bertanya, kalau ibu tidak tahu
menyuruh saya bertanya sama ibu
guru tetangga kami, ibu tidak
65
Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No.1 Juni 2016
sampaikan dan diajarkan” (hasil
wawancara pada tanggal 15 April
2015).
Ibu Zuliarti, S.Pd juga mengatakan
jika siswa belum meningkatkan prestasi
belajar Matematika di sekolah, upaya yang
lakukan yaitu:
“...Saya selalu memberikan motivasi
dan pujian kepada mereka supaya
mereka
selalu
meningkatkan
belajarnya. Saya sering memberikan
pesan kepada siswa jangan hanya
belajar dikelas saja namun ketika
dirumah
harus
mengulangi
pelajaran yang diajarkan disekolah
dan mengikuti les tambahan diluar
jam sekolah. Supaya pada saat
mengerjakan soal latihan atau
ulangan
siswa
sudah
siap
mengerjakannya” (hasil wawancara
pada tanggal 15 April 2015).
Berdasarkan hasil wawancara tahap
evaluasi atau tindak lanjut mengenai cara
mengetahui peningkatan belajar Matematika
siswa adalah dengan melihat nilai harian dan
ulangan siswa, jika nilai rata-rata siswa
bagus berarti mereka mengerti apa yang
diajarkan. Upaya peningkatan prestasi
belajar Matematika di Sekolah, guru
memberikan motivasi dan pujian kepada
mereka supaya mereka selalu meningkatkan
prestasinya dan siswa juga dipesankan untuk
mengulang pelajaran dirumah.
Ibu Desi Yanti juga mengungkapkan
mengenai cara mengetahui peningkatan
prestasi belajar Matematika anak disekolah
yaitu:
“...saya selalu melihat buku dan
nilai anak saya setiap hari, jika
nilainya
jelek
saya
tidak
memperbolehkan anak saya keluar
rumah, kalau bagus alhamdulillah,
saya memperbolehkan anak saya
bermain tetapi ada batasnya” (hasil
wawancara pada tanggal 12 April
2016).
Jika anak belum meningkatkan
prestasi belajar Matematika di sekolah,
upaya yang dilakukan Ibu Desi Yanti
adalah:
mendampingi saya selama belajar
tetapi ibu saya selalu mengawasi
saya untuk belajar, ibu kurang
memahami soal-soal cerita” (hasil
wawancara pada tanggal 14 april
2016).
Berdasarkan hasil wawancara tahap
instruksional kebutuhan yang diberikan
dalam menunjang belajar Matematika zaky
menjawab menyiapkan kebutuhan belajar
seperti tempat belajar, buku dan alat tulis.
Cara ibu zaky dalam mengajar Matematika
yaitu menjelaskan yang zaky tanya, kalu ibu
zaky tidak tahu menyuruh zaky bertanya
pada ibu guru Matematika tetangga zaky
dan ibu Zaky tidak mendampingi selama
belajar tetapi mengawasi saja agar Zaky
Belajar bukan bermain atau membaca
komik.
Hasil
observasi
dari
tahap
instruksional ini yaitu mengenai kebutuhan
yang diberikan dalam menunjang belajar
Matematika dirumah orang tua selalu
mengatur jam belajar anak dan menyiapkan
buku panduan dari sekolah dan alat tulis
seperti pensil, penghapus serta penggaris.
Cara yang digunakan orang tua dalam
mengajar Matematika dirumah menjelaskan
jika anaknya bertanya, jika ibu tidak tahu
mengenai soal Matematika ibu meminta
bantuan dari tetangga yang bisa Matematika.
Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tahap
ini
dilakukan
untuk
mengetahui tingkat keberhasilan anak dalam
meningkatkan prestasi belajar. Bagi anak
yang belum memenuhi kriteria pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan, hendaknya
disiapkan rancangan khusus agar anak dapat
meningkatkan prestasi belajarnya.
Mengenai
cara
mengetahui
peningkatan prestasi belajar matematika
siswa
di
sekolah
Ibu
Zuliarti
mengungkapkan:
“...Saya
dapat
mengetahui
peningkatan belajar Matematika
siswa dari nilai harian dan ulangan
siswa, kalau nilai rata-ratanya
bagus
berarti
siswa
sudah
memahami
apa
yang
saya
66
Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No.1 Juni 2016
“...saya akan memarahi anak saya
dan jika rezekinya ada saya akan
mencarikan tempat les tambahan
untuk anak saya” (hasil wawancara
dengan pada tanggal 12 April 2016).
Berdasarkan hasil wawancara tahap
evaluasi atau tindak lanjut mengenai cara
mengetahui peningkatan belajar Matematika
anak disekolah yaitu dengan melihat nilai
anak setiap hari. Upaya yang di lakukan Ibu
Desi dalam peningkatan prestasi belajar
Matematika di Sekolah ibu Desi mencarikan
tempat les untuk anaknya.
Cara ibu mengetahui peningkatan
belajar di sekolah Resyaliana mengatakan:
“...Ibu selalu memeriksa buku saya
setiap hari, kalau ada nilai saya
yang jelek saya tidak diperbolehkan
keluar rumah apalagi bermain
bersama teman” (hasil wawancara
pada tanggal 14 april 2016).
Jika belum meningkatkan prestasi
belajar Matematika di sekolah, upaya apa
yang ibu lakukan Resya menjawab:
“...biasanya jika nilai saya menurun
ibu selalu memarahi saya, mungkin
jika ibu ada uang ibu akan
mencarikan tempat les tambahan
untuk saya” (hasil wawancara pada
tanggal 14 april 2016).
Berdasarkan hasil wawancara tahap
evaluasi dan tindak lanjut, cara mengetahui
peningkatan belajar Matematika disekolah
adalah ibu Resya melihat dan memeriksa
nilai harian Resya dan jika Resya belum
meningkatkan prestasi belajar Ibu Resya
akan mencarikan tempat les untuk Resya.
Ibu Lini Marlina juga mengatakan
cara mengetahui peningkatan prestasi
belajar Matematika anak disekolah yaitu :
“...saya melihat nilai ulangan anak
saya, jika nilainya meningkat dari
yang ulangan kemarin berarti anak
saya sudah dapat memahami
mengenai pelajaran Matematikanya
disekolah” (hasil wawancara pada
tanggal 13 April 2016).
Jika anak belum meningkatkan
prestasi belajar Matematika di sekolah,
upaya yang dilakukan Ibu Lini Marlina
adalah:
“...saya selalu memberi motivasi
kepada anak saya untuk terus
belajar dan saya juga akan
mencarikan tempat les tambahan
untuk anak saya dan membelikan
buku-buku pedoman Matematika
lainnya agar nantinya anak saya
bisa lulus dengan nilai yang baik”
(hasil wawancara pada tanggal 13
April 2016).
Berdasarkan hasil wawancara tahap
evaluasi atau tindak lanjut mengenai cara
mengetahui peningkatan prestasi belajar
Matematika disekolah Ibu Lini selalu
melihat nilai ulangan Zaky dan upaya
peningkatan prestasi belajar Matematika di
Sekolah Ibu Lini akan mencarikan tempat
les tambahan dan membelikan buku
pedoman Matematika Lainnya.
Zaky juga menjawab pertanyaan
mengenai cara ibu Zaky mengetahui
peningkatan prestasi belajar disekolah yaitu:
“...ibu selalu melihat nilai ulangan
Zaky, jika nilai Zaky menurun Ibu
selalu memarahi Zaky dan tidak
memperbolehkan Zaky bermain dan
membaca komik” (hasil wawancara
pada tanggal 14 april 2016).
Zaky juga menjelaskan jika belum
meningkatkan prestasi belajar Matematika
di sekolah, upaya yang dilakukan ibu Zaky
adalah:
“...Ibu biasanya memberi semngat
kepada saya agar saya tidak mudah
putus asa dan ibu juga mencarikan
tempat les tambahan untuk saya”
(hasil wawancara pada tanggal 14
april 2016).
Berdasarkan hasil wawancara tahap
evaluasi dan tindak lanjut, cara ibu Zaky
mengetahui peningkatan prestasi belajar
Zaky disekolah dengan cara melihat nilai
ulangan
Zaky,
jika
Zaky
belum
meningkatkan prestasi belajar disekolah Ibu
Zaky akan mencarikan tempat les tambahan.
Dari hasil observasi pada tahap
evaluasi dan tindak lanjut mengenai cara
orang tua mengetahui peningkatan prestasi
67
Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No.1 Juni 2016
belajar Matematika di sekolah yaitu orang
tua selalu memeriksa buku anaknya setelah
pulang sekolah dan melihat nilai harian
maupun nilai ulangan anak. Upaya yang
dilakukan orang tua jika anaknya belum
meningkatkan prestasi belajar matematika di
sekolah yaitu mencarikan anaknya tempat
les tambahan.
belajar sangat penting bagi anak untuk
meningkatkan prestasi belajar di sekolah,
karena dapat membangkitkan motivasi
belajar anak dan mempertinggi daya serap
anak. Dalam mengajar Matematika di rumah
cara yang digunakan dalam proses belajar
adalah dengan menjelaskan. Dimana anak
tidak memahami soal Matematika dan
bertanya kepada ibu, sedangkan ibu hanya
menjelaskan saja cara pengerjaan dan
mendapatkan hasilnya tanpa mendampingi
anak dalam proses belajar. Orang tua tidak
hanya menjelaskan saja tetapi menggunakan
cara yang bervariasi seperti berdiskusi,
tanya jawab agar proses berfikir anak
terbuka dan mudah mengingat serta
mendampingi anak dalam proses belajar
agar anak benar-benar belajar. Jika orang
tua tidak tahu mengenai pengerjaan soal
Matematika yang sulit orang tua harus
mempunya alternatif lain yaitu bertanya
kepada tetangga yang mengerti Matematika.
Pada tahap instruksional dalam
proses belajar di rumah yang dilakukan oleh
orang tua pada anak belum berjalan
sepenuhnya, karena kebutuhan anak dalam
menunjang belajar anak di rumah kurang
diperhatikan hanya berbekal buku panduan
dan LKS saja dan cara mengajarnyapun
menjelaskan saja yang anak tanya tanpa
melakukan proses tanya jawab terlebih
dahulu agar proses berfikir anak lebih
terbuka.
Cara
mengetahui
peningkatan
prestasi belajar Matematika anak disekolah
yaitu dengan melihat nilai harian dan
ulangan anak, orang tua selalu mengecek
perkembangan nilai harian anak. Jika anak
belum meningkatkan prestasi belajar
Matematika di sekolah, upaya yang
dilakukan orang tua yaitu akan mencarikan
tempat les tambahan. Sebaiknya orang tua
tidak hanya mencarikan tempat les
tambahan melainkan memberikan motivasi
dan pujian supaya anak meningkatkan
prestasi belajarnya dan juga memperhatikan
kebutuhan lainnya seperti asupan gizi anak
serta kebutuhan bermain anak. Jangan
larang anak untuk bermain tetapi aturlah
Pembahasan
Berdasarkan hasil dari penelitian
dalam hal mencapai suatu kesimpulan benar
dan objektif, peneliti akan melakukan
konfirmasi dan analisa dari beberapa data
yang telah ditemukan dilapangan dengan
pemantauan secara langsung ke rumah
informan pokok dan ke Sekolah Dasar
Negeri 27 Kota Bengkulu.
Komunikasi orang tua pada anak
dalam upaya meningkatkan prestasi belajar
Matematika di rumah merupakan tindakan
atau perilaku untuk mempengaruhi anak
pada proses belajar untuk mencapai prestasi
belajar yang telah ditetapkan. Di rumah
komunikasi orang tua dalam memberikan
bimbingan belajar kepada anak sudah
diterapkan, seperti mengarahkan anak untuk
belajar mengulangi pelajaran di sekolah,
agar anak dapat lebih memahami dan
mengerti rumus-rumus Matematika yang
digunakan. Perilaku awal anak ketika ibu
mengarahkan untuk belajar Matematika
adalah mengikuti perintah ibunya, meskipun
ada waktunya anak-anak membantah dan
lebih suka bermain bersama temantemannya atau menonton TV. Hal ini sering
disebabkan anak merasa jenuh untuk belajar,
oleh karena itu sebagai orang tua harus lebih
memperhatikan dan mempunyai sesuatu hal
yang membuat anak tidak jenuh.
Pada tahap prainstruksional ini sudah
berjalan cukup baik, yaitu mengarahkan
anak untuk belajar mengulangi pelajaran di
sekolah dan perilaku awal anak mengikuti
pada saat diarahkan untuk belajar meskipun
kadang-kadang membantah.
Kebutuhan yang diberikan dalam
menunjang belajar Matematika di rumah
sangat minim, hanya buku panduan dan
LKS. Padahal kebutuhan dalam menunjang
68
Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No.1 Juni 2016
jadwalnya dengan baik agar anak tidak
merasa jenuh.
Pada tahap evaluasi dan tindak lanjut
dalam proses belajar yang dilakukan di
rumah sudah berjalan cukup baik yaitu
menilai peningkatan belajar anak melalui
nilai harian dan ulangan anak, orang tua
selalu mengecek buku anak ketika pulang
sekolah dan upaya yang dilakukan orang tua
dalam meningkatkan prestasi belajar anak
tidak hanya mencarikan tempat les
tambahan melainkan juga memberikan
motivasi dan dorongan kepada anak untuk
jangan malas belajar serta memberikan
hadiah kepada anak jika anak dapat
meningkatkan prestasinya di sekolah.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan
kesimpulan, maka penulis memberikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada orang tua untuk
mendampingi anak selama belajar agar
anak benar-benar belajar.
2. Kepada guru Matematika Sebaiknya
dalam mengajar gunakanlah cara bermain
sambil belajar agar siswa tidak merasa
jenuh.
3. Pada anak harus meningkatkan lagi rasa
percaya diri agar aktif dalam bertanya
dan menjawab dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA
PENUTUP
Kesimpulan
Dari
hasil
penelitian
dan
pembahasan Peran komunikasi instruksional
orang tua pada anak dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar Matematika
maka ditarik kesimpulan antara lain sebagai
berikut:
1. Tahap prainstruksional dalam komunikasi
orang tua pada anak dalam upaya
meningkatkan
prestasi
belajar
Matematika berjalan cukup baik, dimana
orang tua mengarahkan anak untuk
belajar mengulangi pelajaran di sekolah,
sedangkan prilaku awal anak mengikuti
meskipun kadang-kadang membantah.
2. Tahap instruksional orang tua pada anak
belum berjalan sepenuhnya, dikarenakan
kebutuhan dalam menunjang belajar anak
kurang
diperhatikan
dan
cara
mengajarnyapun hanya menjelaskan
tanpa ada proses tanya jawab agar proses
berfikir anak terbuka serta orang tua tidak
mendampingi selama anak belajar.
3. Tahap evaluasi dan tindak lanjut berjalan
cukup baik dimana orang tua mengetahui
peningkatan prestasi belajar Matematika
dengan melihat nilai harian dan ulangan
anak serta upaya yang dilakukan dalam
meningkatkan
prestasi
belajar
Matematika adalah mencarikan tempat
les tambahan.
Ahmadi. (2005). Psikologi Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Andayani & Koentjoro. (2004). Psikologi
Keluarga: Coparenting. Yogyakarta:
Citra Media.
Atmajaya, Endang. (2015). Komunikasi
Orang Tua & Anak Dalam Upaya
Meningkatkan Prestasi Belajar Anak
(Analisis Komunikasi Interpesonal
Ibu dan Anak Di Perumahan
Komplek Selatan Kel. Gading
Cempaka Kota Bengkulu).
Azwar, Syaifuddin. (2011). Pembelajaran
Matematika. Jakarta: Graha Ilmu.
Bungin, B. (2003). Analisis Data Penelitian
Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Dahar. (2003). Teori-Teori Belajar.
Bandung: Erlangga.
Dalyono. (2005). Psikologi Pendidikan.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djamara.
(2005).
Strategi
Belajar
Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. (2002). Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Effendy, Onong. (2003). Ilmu Komunikasi
Teori dan Praktek. Bandung: PT
Remaja RosdaKarya.
Effendy, Onong Uchjana. (2006). Ilmu
Komunikasi Teori Dan Praktek.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
69
Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No.1 Juni 2016
Iriantara, Yosal Dan Usep. (2013).
Komunikasi Pendidikan. Jakarta:
Simbiosa Rekatama Media.
Moleong. (2007). Metode Penelitian
Kualitatif. Edisi revisi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Muhammad. (2004). Psikologi. Jakarta:
Bumi Aksara.
Mulyana. (2000). Ilmu Komunikasi Suatu
Pengantar. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
M. Yusup, Pawit. (2010). Komunikasi
Instruksional Teori Dan Praktrik.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Purwanto. (2007). Metodologi Penelitian
Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Suhendi, Hendi Dan Ramdani Wahyu.
(2001). Pengantar Studi Sosiologi
Keluarga. Bandung: Pustaka Setia.
Sutopo, H.B. (2002). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Edisi Ke-1. Surakarta:
Sebelas Maret University Press.
Sugiono. (2005). Metode Penelitian
Kualitatif, Kuantitatif dan R & D.
Bandung: ALFABETA.
Syah, Muhibbin. (2006). Psikologi Belajar.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Wuriyanti, Niken. (2010). Optimalisasi
Peran
Orang
Tua
Dalam
Pengerjaan Tugas Rumah Untuk
Meningkatkan
Hasil
Belajar
Matematika Pada Siswa Kelas III
SD Negeri 04 Kuto.
Yusuf,
Syamsu.
(2007).
Psikologi
Komunikasi Anak Dan Remaja.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Zulhakim, Haris. (2014). Peran Komunikasi
Instruksional
Guru
Dalam
Peningkatan Hasil Belajar Biasa.
70
Download