Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017 Volume 3 Nomor 2 PENETAPAN BATAS HUTAN PRODUKSI TERBATAS (HPT) DI DESA TURUNGAN BAJI KECAMATAN SINJAI BARAT Rahmatullah1, Mappamiring2, Abdi3 1) Jurusan Ilmu Administrasi Negara Unismuh Makassar Jurusan Ilmu Administrasi Negara Unismuh Makassar 3) Jurusan Ilmu Administrasi Negara Unismuh Makassar 2) ABSTRACT The object of this research is to know the communication interlaced between the society of Turungan Baji village and the government of Sinjai regency-the environment and forestry department of Sinjai regency-within Border Determining of Production Forest Restricted in Turungan Baji village, sub-district west Sinjai. The method applied in this research is descriptive-qualitative approach. This research involves twelve informants. The technique of data collecting is observation, interview, and documentation which implemented directly by researcher. The result of this research demonstrates that Border Determining of Production Forest Restricted involves society in planning and pointing, but not all of them. An inhibitory factor in Border Determining of Production Forest Restricted is less of socialization of government toward the society of Turung Baji, whereas the supporting factor is to give society clarity about forest which has to be saved. Key word: Border Determining of Production Forest Restricted ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komunikasi yang terjalin antara masyarakat Desa Turungan Baji dan Pemerintah Daerah Kabupaten Sinjai dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Sinjai dalam Penetapan Batas Hutan Produksi Terbatas (HPT) di Desa Turungan Baji Kecamatan Sinjai Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskripsi kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 12 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi yang dilakukan secara langsung oleh peneliti. Hasil penelitian mengenai Penetapan Batas Hutan Produksi Terbatas (HPT) di Desa Turungan Baji Kecamatan Sinjai Barat menunjukkaan bahwa proses Penetapan Batas Hutan Produksi Terbatas (HPT) melibatkan Masyarakat berpartisipasi dalam perencanaan ataupun penunjukan, tetapi tidak keseluruhan masyarakat. Faktor Penghambat dalam Penetapan Batas Hutan Produksi Terbatas (HPT) Rendahnya sosialisasi yang dilakukan oleh pihak pemerintah kepada masyarakat Desa Turungan Baji. Faktor pendukung dalam Penetapan Batas Hutan Produksi Terbatas (HPT) di Desa Turungan Baji Kecematan Sinjai Barat adalah dengan adanya tapal batas. Dengan adanya tapal batas hutan produksi terbatas (HPT) memberi kejelasan kepada masyarakat mengenai batas hutan yang bisa di kelolah ataupun dilindungi. Kata kunci: Penetapan Batas Hutan Produksi Terbatas (HPT) Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017 Turungan Baji Kecamatan Sinjai PENDAHULUAN Penyelenggaraan bertujuan untuk kemakmuran kehutanan sebesar-besar rakyat berkeadilan dan Volume 3 Nomor 2 yang berkelanjutan Barat. Kriminalisasi yang marak dirasakan warga mempertahankan diklaim oleh karena tanahnya Dinas yang Lingkungan dengan menjamin keberadaan hutan hidup dan Kehutanan Kabupaten dengan luasan yang cukup dan Sinjai sebaran produksi terbatas sangat mengoptimalkan aneka fungsi hutan bertentangan dengan (Undang- yang meliputi fungsi konservasi, Undang RI No 41/1999 tentang fungsi lindung, dan fungsi produksi kehutanan). Sehingga Komunikasi untuk mencapai manfaat lingkungan, antar pemerintah Daerah dalam hal sosial, budaya, dan ekonomi, yang ini Dinas Lingkungan Hidup dan seimbang dan lestari; meningkatkan Kehutanan Kabupaten Sinjai dengan daya dukung daerah aliran sungai; Masyarakat Desa Turungan Baji meningkatkan Kecematan yang proporsional; kemampuan mengembangkan kapasitas keberdayaan masyarakat partisipatif, berkeadilan, berwawasan mampu dan secara lingkungan menciptakan untuk dan sebagai kawasan hutan SinjaiBarat perlu menjalin komunikasi yang lebih baik lagi sebagaimana komunikasi tujuan komunikasi dari adalah sehingga menciptakan pemahaman bersama ketahanan atau mengubah persepsi, bahkan sosial dan ekonomi serta ketahanan perilaku (Riant Nugroho 2004). terhadap akibat perubahan eksternal; Untuk dapat dan menjamin distribusi manfaat hakikat yang berkeadilan dan berkelanjutan. diketahui prinsip dari komunikasi (Pasal 3 Undang-Undang RI no tersebut, ada empat prinsip dasar dari 41/1999 tentang kehutanan). komunikasi Masalah penetapan batas suatu suatu memahami komunikasi yaitu: sistemik, Suatu interaksi perlu proses, dan Penetapan Batas Hutan Produksi transaksi, dimaksudkan atau tidak Terbatas (HPT) sudah sangat marak dimaksudkan. Soiler dalam (Arni terjadi Muhammad 2005). tak terkecuali di Desa Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi 246 Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017 Volume 3 Nomor 2 Kemunikasi sebagai proses dalam organisasi perlu memahami menciptakan dan saling menukar dan menyempurnakan kemampuan pesan dalam suatu jaringan hubungan komunikasi mereka, Kohler dalam yang saling tergantung satu sama lain (Dr. Arni Muhammad 2014) untuk mengatasi Lingkungan yang Komunikasi sebagai tidak pasti atau yang selalu berubah- pertukaran ubah, Goldhaber (Syahdan T, Hasrul. orang atau lebih, dan dalam proses 2015). itu terjadi kegiatan-kegiatan memberi Komunikasi yang atau informasi proses mengirim, antara menerima dan menentukan alternatif apa yang ada menanggapi dalam suatu pengambilan keputusan orang-orang yang berintraksi. Proses tertentu, melaksanakan kekuasaan. pertukaran Orang-orang yang terlibat dalam orang atau lebih, dalam kegiatan tatanan semacam ini akan merasa tersebut terjadi pertukaran informasi. bahwa ada demokrasi di tempat Erlina (2005). mereka bekerja, Block dalam (Syahdan T, Hasrul. 2015). Komunikasi suatu dipandang perspektif pesan-pesan dua informasi Komunikasi diantara antara dua pemerintahan adalah penyampaian ide, program dari dan gagasan pemerintah kepada interpretatif masyarakat dalam rangka mencapai (subjektif) adalahproses penciptaan tujuan negara. Namun dalam suasana makna atas interaksi yang merupakan tertentu bisa sebaliknya pemerintah komunikasi. Konsep makna adalah berada pada posisi mencermati apa relefan yang diinginkan masyarakat. (Erlina, dan penting untuk membedakan antara objektif dan subjektif Mengenai komunikasi (Cangara, 2007). Komunikasi adalah penting Hasan, 2005). Berger, dalam (Syahdan T, Hasrul. 2015). merumuskan tugas yang efektif pokok komunikasi bagi semua perubahan sosial dalam suatu dalam rangka nasional, yaitu: organisasi. Oleh karena itu, para pembangunan pemimpin 1.Menyampaikan kepada masyarakat, informasi tentang Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi 247 organisasi dan para komunikan dan para komunikator Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017 Volume 3 Nomor 2 pembangunan nasional, agar mereka yang terus menerus dapat diartikan memusatkan bahwa perhatian kebutuhan akan pada perubahan, partisipasi masyarakat merupakan komunikasi antara pihak kesempatan dan cara mengadakan pemerintah perubahan, membangkitkan kebijakan dan masyarakat di pihak aspirasi nasional. 2. Memberikan lain sebagai pihak yang merasakan kesempatan langsung dampak dari kebijakan dan kepada masyarakat sebagai untuk mengambil bagian secara aktif tersebut, dalam proses pembuatan keputusan, (Syahdan T, Hasrul. 2015). Dari memperluas dialog agar melibatkan pendapat Canter juga tersirat bahwa semua pihak yang akan membuat masyarakat keputusan respon mengenai perubahan, Canter pemegang dalam dapat positif dalam memberikan dalam artian memberi kesempatan kepada para mendukung atau memberikan pemimpin dan masukan terhadap program atau pendapat rakyat kebijakan diambil oleh dapat juga mendengarkan kecil, dan yang menciptakan arus informasi yang pemerintah, namun berjalan lancar dari bawah keatas. menolak kebijakan. 3.Mendidik tenaga kerja yang Partisipasi sebagai kesediaan diperlukan pembangunan, sejak untuk membantu keberhasilan setiap orang dewasa hingga anak-anak, program sesuai dengan kemampuan sejak pelajaran baca tulis hingga setiaporangtanpamengorbankankepe keterampilan teknis yang mengubah ntingandirisendiri, Mubyarto dalam hidup masyarakat. (Syahdan T, Hasrul. 2015). Partisipasi sebagai sumbangan, keikutsertaan dalam dapat warga diartikan Kebijakan publik merupakan keterlibatan pilihan apapun oleh pemerintah, baik masyarakat untuk melaksanakan sesuatu maupun kegiatan untuk tidak melaksanakan sesuatu. dalam Dye (dalam Andi pradana pandi berbagai pembangunan, Oakley (Syahdan T, Hasrul. 2015). Partisipasi 2016). masyarakat Menurut Jones yang dikutip sebagai proses komunikasi dua arah Tangkilisan, dalam Nuryanti Mustari Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi 248 Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017 2013:63) kebijakan dari sosial budaya, yang diatur oleh komponen-komponen yaitu : 1.Goal hukum adat dan lembaga adat yang atau tujuan yang diinginkan. 2. Plans mengelolah atau proposal, yaitu pengertian yang kehidupan masyarakatnya. Sumber spesifik Aliansi Masyarakat Adat Nusantara untuk 3.Programs, terdiri Volume 3 Nomor 2 mencapai yaitu tujuan. upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan. keberlangsungan (AMAN). Peran serta masyarakat 4.Decision atau keputusan, yaitu berdasarkan undang-undang Nomor tindakan-tindakan untuk menentukan 41 tahun 1999 tentang Kehutanan tujuan, BAB X pasal 69 ayat (1) Masyarakat membuat melaksanakan dan rencana, mengevaluasi berkewajiban untuk ikut serta program. 5. Effects, yaitu akibat- memelihara dan menjaga kawasan akibat dari program (baik disengaja hutan dari gangguandan perusakan. atau tidak, primer atau sekunder. (2) Dalam melaksanakan rehabilitasi Penetapan adalah tindakan hutan, masyarakat dapat meminta pemerintahan dalam jabatan, yang pendampingan secara sepihak dan disengaja dalam dukungan kepada lembaga swadaya suatuikhwal menetapkan masyarakat, suatu hubungan hukum atau keadaan pemerintah. Pasal hukum yang sedang berjalan atau Masyarakat turut menimbulkan dalam tertentu, suatu hubungan pelayanan, pihak dan lain, 70 ayat berperan pembangunan atau di (1) serta bidang hukum atau keadaan hukum baru, Kehutanan. (2) Pemerintah wajib atau yang mendorong peran serta masyarakat dalam melalui berbagai kegiatan di bidang menolak dimaksud, salah A.M. satu Donner (Syahdan T, Hasrul. 2015). Masyarakat Adat Kehutanan yang berdaya guna dan adalah berhasil guna. (3) Dalam rangka komunitas-komunitas yang Hidup meningkatkan peran berdasarkan asal-usul leluhur secara masyarakat turun temurun diatas suatu wilayah Pemerintah Daerah dapat dibantu adat, yang memiliki kedaulatan atas oleh forum pemerhati Kehutanan. (4) tanah dan kekayaan alam, keHidupan Ketentuan Pemerintah lebih Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi serta dan lanjut 249 Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017 Volume 3 Nomor 2 sebagaimanadimaksud pada ayat (1) Terbatas (HPT). Dengan melihat dan ayat (2) diatur dengan peraturan Pemahaman bersaman, persamaan pemerintah. persepsi (Undang-Undang bahkan perilaku Republik Indonesia Nomor 41 Tahun Dinas 1999 Tentang Kehutanan). Kehutanan Kabupaten Sinjai dengan Deskripsi penelitian fokus ini Hidup dan dalam Masyarakat Desa Turungan Baji; yaitu:Pemahaman Faktor pendukung dalam Penetapan bersama, bagaimana komunikasi yang Dinas Lingkungan antara proses terjaling antar Hidup dan Lingkungan Batas Hutan Produksi Terbatas (HPT), dengan melihat Pemahaman bersaman, persamaan Kehutanan Kabupaten Sinjai kepada bahkan masyarakat dalam mencapai kata Lingkungan Hidup dan Kehutanan sepakat, dalam sependirian Penetapan antara Dinas dan setuju Kabupaten Sinjai dengan Masyarakat Batas Hutan Desa Turungan Baji. Produksi Terbatas (HPT) di Desa METODE PENELITIAN Turungan Baji; Persamaan persepsi merupakan suatu menyusun, mengenali dan menafsirkan informasi guna memberikan gambaran dan tindakan pemahaman tentang Penetapan Batas Hutan Produksi Terbatas (HPT); Perilaku, bagaimana tindakan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Sinjai dalam Penetapan Batas HutanProduksiTerbatas (HPT). Serta bagaimana respon masyarakat terhadap proses Penetapan Batas HutanProduksiTerbatas (HPT);Faktor perilaku persepsi Penghambat dalam Penetapan Batas Hutan Produksi Waktu yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dua bulan dimulai pada tanggal 13 Februari sampai dengan 13 April.Adapun lokasinya yaitu di Dinas Lingkungan Hidup dan Sinjai, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara dan Masyarakat Adat Desa KehutananKabupaten Turungan Baji SinjaiBarat. Dengan pertimbangan Kecematan alasan bahwa dikomunikasikan dan perlu mengenai penetapan kawasan hutan produksi terbatas (HPT) di kabupaten Sinjai. Dengan menggunakan jenis dan tipe Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi 250 Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017 Volume 3 Nomor 2 penelitian. Jenis Penelitian yang triangulasi teknik, dan triangulasi digunakan dalam penelitian adalah waktu. kualitatif yaitu mengkaji objek dan mengungkapkan HASIL DAN PEMBAHASAN fenomena- Berdasarkan dengan tujuan fenomena yang ada dan memberikan penelitian ini yang tercantum pada gambaran ataupun penjelasan yang bab sebelumnya, yaitu, untuk Untuk berkaitan dengan judul penelitian. mengetahui proses Penetapan Batas Tipe Hutan Produksi Terbatas (HPT) di Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini studi kasus, Desa Turungan yaitu merupakan bentuk penelitian Sinjai Barat. yang meneliti penomena khusus yang Untuk Baji Kecamatan mengetahui faktor hadir dalam suatu konteks yang penghambat dan faktor pendukung terbatasi (bounded context). Penetapan Batas Hutan Produksi Adapun Informan penelitian ini adalah Kepala Seksi Tahura Dinas Lingkungan Hidup Terbatas (HPT) di Desa Turungan Baji Kecamatan Sinjai Barat. dan Penetapan Batas Hutan Kehutanan, Polisi Kehutanan Dinas Berdasarkan Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dengan undang-undang nomor 41 Aliansi Masyarakat Adat Nusantara, tahun Kepala Desa, Tokoh Masyarakat, Perubahan peruntukan dan fungsi Pemuda kawasan Adat Masyarakat. diperoleh wawancara, Teknik Turungan dan 1999 perencanaan tentang hutan sesuai Kehutanan. ditetapkan oleh Data penelitian Pemerintah dengan didasarkan pada melalui observasi, hasil penelitian terpadu. Pasal 19 dokumentasi. Ayat (1) Undang-undang No 41 dan analisis data dilakukan Tahun 1999. dengan cara reduksi data, penyajian Undang-undang data, dan penarikan kesimpulan dan juga verifikasi. data berdasarkan fungsinya. Fungsi hutan menggunakan teknik triangulasi yang menurut Undang-undang Kehutanan berjenis dibagi tiga, yaitu konservasi, lindung, Keabsahan triangulasi sumber, mengatur Kehutanan kategori hutan dan produksi. Penetapan fungsi hutan Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi 251 Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017 Volume 3 Nomor 2 berkaitan erat dengan aturan untuk penatagunaan pemanfaatannya. pembentukan wilayah pengelolaan Sehingga, dapat disimpulkan bahwa penetapan dan hutan, penamaan hutan akan membawa dua kehutanan. status nama sekaligus, yaitu nama kawasan dan penyusunan Dalam hutan, rencana menjalankan Lingkungan tugas pengelolanya dan fungsinya. Sebagai Dinas Hidup contoh, hutan adat produksi. Kehutanan Kabupaten Sinjai Sebagai Dalam proses penetapan hutan, Pemerintah terlebih dahulu dimulai dari proses melakukan penetapan suatu kawasan hutan oleh hutan, ada empat hal yang dilakukan Pemerintah. yaitu: berwenang Pemerintah melakukan yang berwenang pengurusan inventarisasi terhadap hutan, pengukuhan kawasan hutan, hutan adalah Kementerian Kehutanan penatagunaan kawasan hutan, (atau sekarang disebut Kementerian pembentukan wilayah pengelolaan Kehutanan hutan, dan Hidup). Sebagai penetapan yang dan Lingkungan Pemerintah dan penyusunan rencana yang kehutanan. 1. Inventarisasi hutan berwenang melakukan pengurusan merupakan sarana untuk mengetahui terhadap hutan, ada empat hal yang dan memperoleh data dan informasi dilakukan tentang yaitu perencanaan sumber kehutanan, pengelolaan kehutanan, kekayaan penelitian lingkungannya dan sosialisasi, dan alam daya, hutan, secara potensi serta lengkap. pengawasan. Dikarenakan bahasan Inventarisasi ini dilakukan dengan kali ini fokus terhadap penetapan mengetahui status dan keadaan fisik hutan, maka yang hanya dijabarkan hutan, flora dan fauna, sumber daya lebih lanjut mengenai perencanaan manusia, kehutanan saja pasal 11 ayat (2) masyarakat di dalam dan di sekitar Undang-undang No 41 Tahun 1999. hutan. Hasil inventarisasi inilah yang Perencanaan serta kondisi sosial kehutanan digunakan oleh Dinas Lingkungan merupakan proses yang terdiri dari Hidup dan Kehutanan Kabupaten beberapa hal, yaitu: inventarisasi Sinjai sebagai dasar pengukuhan hutan, pengukuhan kawasan hutan, kawasan hutan bahkan Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi sistem 252 Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017 Volume 3 Nomor 2 informasi kehutanan. 2. Pengukuhan pengelolaan. Pembentukan kawasan hutan didasarkan dari hasil pengelolaan hutan ini tentulah harus inventarisasi memperhatikan hutan. pengukuhan Proses kawasan hutan itu wilayah keberadaan masyarakat hukum adat selain faktor- melalui tahapan penunjukan kawasan faktor hutan, penataan batas kawasan hutan, Berdasarkan pemetaan Undang-undang Republik Indonesia kawasan penetapan hutan, kawasan dan hutan.Dinas menentukan Nomor Pasal 41 masyarakat Kabupaten mengelola hutan. melakukanpengukuhan dalam kawasan 34 tentang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sinjai lainnya. hukum dan 67 Kehutanan adat Pembentukan dapat wilayah hutan juga memperhatikan rencana pengelolaan hutan tata ruang wilayah yang ada. 3. diDesa Turungan Baji yang menjadi Setelah melalui pengukuhan kawasan kendala hutan, diselenggarakanlah penghambat dalam Penetapan Batas penatagunaan kawasan hutan. Hutan Produksi Terbatas (HTP), Penatagunaan kawasan hutan karena masyarakat Desa Turungan ataupun sebagai dan penggunaan kawasan hutan. memperjuangkan pengakuan dirinya sebagai ini faktor Baji penatagunaan saat berada meliputi kegiatan penetapan fungsi Kegiatan pada yang masyarakat Adat sedang yang kawasan dan penetapan fungsihutan didukung oleh yang berada di Desa Turungan Baji Kabupaten Sinjai yang telah disusun Kecematan SinjaiBarat di lakukan oleh oleh kabupaten Nusantara Sinjai (AMAN) dengan Sinjai yang ditugaskan dalam wilayah DPRD Kabupaten Sinjai yang pada administrasi Kecematan SinjaiBarat saat ini menunggu persetujuan dan lebih tepatnya di Desa Turungan penandatanganan oleh Bupati Sinjai. Baji. 4. Wilayah pengelolaan hutan 5. Setelah melalui semua tahapan dilaksanakan dengan tingkat-tingkat diatas, Pemerintah menyusun rencana tertentu, kehutanan pihak kehutanan yaitu: kabupaten/kota, provinsi, dan unit Aliansi Peraturan Daerah Masyarakat yang diatur Adat melalui Peraturan Pemerintah secara spesifik. Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi 253 Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017 Volume 3 Nomor 2 Mengenai kewenangan Pemerintah 35.Berdasarkan (Kementerian Nomor 41 tahun 1999 Pasal 3 huruf Kehutanan) dalam penetapan kawasan hutan, melalui (d) Putusan MK No. 45/PUU-IX/2011 Penyelenggaraan kehutanan bertujuan dinyatakan bahwa hal tersebut tidak untuk dapat serta merta dilakukan hanya rakyat berdasarkan penunjukan sepihak dari berkelanjutan pihak Pemerintah (Pasal 1 angka 3 meningkatkan Undang-Undang tentang Kehutanan). mengembangkan MK membatalkan Pasal 1 angka 3 keberdayaan masyarakat UU partisipatif, berkeadilan, Kehutanan sepanjang dan Undang-Undang (e) tentang sebesar-besar yang kehutanan. kemakmuran berkeadilan dan dengan: (d) kemampuan kapasitas untuk dan secara dan frase “ditunjuk dan/atau”. Ini artinya berwawasan penetapan harus mampu menciptakan ketahanan sosial yang dan melalui kawasan hutan tahapan-tahapan dipersyaratkan dan lingkungan ekonomi sehingga serta ketahanan melibatkan terhadap akibat perubahan eksternal; partisipasi publik terutama dalam dan (e) menjamin distribusi manfaat informasi kehutanan yang ada. yang berkeadilan dan berkelanjutan. Mengenai prosedur penetapan Penetapan Batas Hutan hutan secara spesifik, sejauh yang Produksi Terbatas (HPT) di Desa kami masyarakat Desa Turungan Turungan Baji memperhatikan Penetapan Batas SinjaiBarat. Hutan Produksi dikembangkan berdasarkan teori Dr. masih belum Terbatas (HTP) memiliki kejelasan Riant Baji Kecematan Penelitian ini dapat Nugroho (2004) tujuan mekanisme dan tata caranya selain komunikasi adalah daripada kewenangan Kementerian pemahaman bersama atau mengubah Kehutanan untuk menetapkan hutan. persepsi, Untuk itu sebagai Masyarakat bahkan menciptakan perilaku.Seperti berikut: 1. Komunikasi bertujuan perlu kajian bahasan dan kajian lebih untuk lanjut tindak bersama baik dari pihak Dinas lanjut penetapan hutan adat sebagai Lingkungan Hidup dan Kehutanan mandat Kabupaten untuk memberikan Putusan MK No. menciptakan Sinjai pemahaman maupun Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi dari 254 Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017 Masyarakat DesaTurungan Baji belum tercapai secara efektif, hal ini mempelajari baik-baik supaya paham (Depdikbud, 1994). dapat dilihat dengan permasalahan yang di temui peneliti pada masyarakat DesaTurungan Baji. Volume 3 Nomor 2 Kepala Desa Turungan Baji memaparkan kepada peneliti bahwa sanya dapat dimengerti masksud dan Dinas Lingkungan Hidup dan tujuan pemerintah daerah kabupaten Kehutanan Kabupaten Sinjai Sinjai disampaikan apa Hutan Produksi Terbatas(HPT), hanya saja Produksi Terbatas (HTP) ditetapkan masyarak yang ada di Desa Turungan pemerintah Baji kurang terlibat dalam penetapan tujuan menginginkan ada menetapkan produksi Hutan kejelasan antara wilayah kelolah batas kebun masyarakat dengan wilayah tersebut. Karena hanya sebahagian hutan negara ada kejelasan, sehingga masyarakat areal hutan negara ini dapat kita jaga membantu pemerintah dalam proses dan awasi bersama masyarakat dapat penetapan tapal batas,yang dilibatkan ikut serta dalam pengawasan hutan hanya kepala dusun dan kepala Desa produksi terbatas.Berdasarkan pada waktu itu. Padahal partisipasi Pemahaman berasal dari kata hutan batas yang masyarakat terlibat harusnya dalam berperan paham yang artinya (1) pengertian; penting pengetahuan kebijakan pemerintah, Berdasarkan pendapat, yang pikiran, pandangan, (4) banyak, (3) (2) aliran; mengerti benar dalam terbatas n ide, program pemerintah dan dalam benar. Apabila kegiatan, Pemerintahdapatmenyampaika (akan); tahu benar (akan); (5) pandai mengerti suatu dan kepada rangka masyarakat mencapai negara. memahami, berarti : (1) mengerti tertentu bisa sebaliknya pemerintah benar (akan); mengetahui benar, (2) berada pada posisi mencermati apa memaklumi. mendapat yang diinginkan masyarakat. (Erlina, imbuhan pe- an menjadi pemahaman, Hasan, 2005). 2. Masalahan yang artinya (1) proses, (2) perbuatan, (3) terjadi dalam Penetapan Batas Hutan cara memahami atau memahamkan Produksi jika dalam tujuan mendapat imbuhan me- i menjadi dan namun gagasan Terbatas suasana (HPT) Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi di 255 Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017 DesaTurungan Baji Kecematan SinjaiBarat. Disebabkan oleh tidak dilibatkan masyarakat keseluruhan ataupun peraturan yang di keluarkan oleh pemerintah. secara berpartisipasi, Volume 3 Nomor 2 Sementara partisipasi dapat diartikan sebagai sumbangan, rendahnya sosialisasi dari pemerintah keterlibatan daerah masyarakat dalam berbagai kegiatan dalam hal ini Dinas keikutsertaan warga Lingkungan Hidup dan Kehutanan pembangunan, Oakley dalam Kabupaten Sinjai kepada masyarakat (Syahdan T, Hasrul. 2015). dalam 3.Ditinjau dari Penetapan Produksi Batas Terbatas Hutan perilaku di masyarakat dalam Penetapan Batas DesaTurungan Baji, serta sebahagian Hutan Produksi Terbatas (HPT), wilayah kebun masyarakat di klaim masyarakat secara jelas menolak sebagai kawasan Hutan Produksi adanya Terbatas (HPT). Produksi Pemuda pernyataan (HPT) segi adat bahwa menberikan dalam setiap Penetapan Batas Terbatas Hutan (HPT) di DesaTurungan Baji sebab dalam penetapan tapal batas tersebut dari perencanaan pelaksanaan kegiatan pihak penetapan penunjukan memasukkan wilaya kelolah kebun dalam pengelolaan Hutan Produksi masyarakat sebagai kawasan Hutan Terbatas (HPT), pihak pemerintah Produksi Terbatas (HPT). ataupun kabupaten Sinjai maupun pemerintah Desa Turungan kehutanan Ketua bidang banyak pengelolaan Baji kecematan taman hutan rakyat (Tahura) di Dinas SinjaiBarat tidak melibatkan kami di Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam rapat untuk memberikan suatu kabupaten Sinjai pada tanggal 28 masukan guna februari 2017 menyatakan bawa menunjang program yan ingin di Penetapan Batas Hutan Produksi capai. Terbatas atau ide-ide Padahal partisipasi (HPT) di masyarakat memiliki peran yang SinjaiBarat sangat dalang Produksi Terbatas (HPT) yang ada di kebijakan DesaTurungan Baji pertama kali di penting keberlangsungan suatu terkhusus kecematan Hutan tetapkan pada tahun 1982 yang Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi 256 Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017 kemudian di tetapkan kembali pada Volume 3 Nomor 2 Komunikasi sangatlah tahun 1994. Sebelum Hutan Produksi penting dalam menentukan alternatif Terbatas (HPT) di DesaTurungan apa Baji pengambilan keputusan pengukuran oleh polisi kehutanan melaksanakan kekuasaan. guna batas orang yang terlibat dalam tatanan kawasan hutan. Proses pengukuran semacam ini akan merasa bahwa ada tersebut melibatkan Kepala Desa dan demokrasi di tempat mereka bekerja, Kepala Block dalam (Romli Khomsahrial terlebih dahulu penempatan Dusun tapal yang DesaTurungan dilakukan ada Baji di dalam yang ada dalam suatu tertentu, Orang- 2011). menetapka tapal batas atau patok. Dinas Lingkungan Hidup dan Lain halnya dengan pernyataan tokoh Kehutanan penempatan batas Hutan masyarakat Adat Desa Turungan Baji Produksi Terbatas (HPT) yang ada di Kecematan DesaTurungan masyarakat SinjaiBarat, yang DesaTurungan bahwa bermukim Baji di menolak Baji mengenai masalah penempatan tapal batas kawasan hutan Hutan Produksi pemetaan yang dilakukan oleh Dinas Terbatas (HPT) sudah sangat jelas Perkebunan dan Kehutanan yang hanya saja dalam proses penempatan sekarang dinas lingkungan hidup dan tapal batas tersebut hanya melibatkan kehutanan Kabupaten Sinjai, Sebab kepala Desa dan kepala dusun tampa pemetaan Hutan Produksi Terbatas melibatkan masyarakat adat sekitar (HPT). oleh dan proses penempatan tapal batas memasukkan yang boleh dikatakan kurang akurat. yang kehutanan dilakukan banyak wilayah perkebunan yang di kelolah Yang oleh masyarakat, Lahannya yang penolakan telah ditanaminya dengan tanaman masyarakat tentang penunjukan tapal produktif kopi, batas dan penetapan batas Hutan coklat dan tanaman lainya, telah di Produksi Terbatas (HPT) yang ada di klaim Desa Turungan seperti sebagai Terbatas (HPT). cengkeh, Hutan Produksi mengakibatkan deri kebawah menyampaikan berbagai lahirnya elemen Baji.Komunikasi adalah tujuan, Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi untuk untuk 257 Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017 merubah sikap, membentuk (HPT) Volume 3 Nomor 2 yang dilakukan pendapat, mengurangi ketakutan dan kehutanan kecurigaan yang timbul karena salah wilayah perkebunan yang di kelolah informasi, oleh masyarakat, lahannya yang telah mencegah kesalah banyak oleh pahaman karena kurang informasi ditanaminya dan produktif mempersiapkan anggota memasukkan dengan seperti tanaman cengkeh, kopi, organisasi untuk menyesuaikan diri coklat dan tanaman lainya, telah di dengan perubahan, Lewis dalam klaim (Arni, Terbatas (HPT). Muhammad, 2014). Dan sebagai sekiranya ada juga komunikasi dari Hutan Produksi Sumodingrat Gunawan bawah keatas yang berfungsi sebagai 2012.Partisipasi sebagai salah satu balikan bagi pemipin memberikan elemen petunjuk tentang keberhasilan suatu proses adaptasi masyarakat terhadap pesan yang disampaikan kepada perubahan yang sedang berjalan. bawahan dan dapat Dengan memberikan pembangunan demikian stimulus kepada karyawan untuk mempunyai berpartisipasi dalam pembangunan. kebijakan bagi dalam merumuskan pelaksanaan departemennya kebijakan atau posisi Masyarakat tidak merupakan partisipasi yang penting menolak karena dengan hal-hal kehutanan seperti sesuai organisasinya, menurut Smith dalam perencanaan (Arni, Muhammad, 2014). Inventarisasi hutan merupakan sarana Tokoh masyarakat Adat Desa untuk mengetahui dan memperoleh Turungan Baji Kecematan Sinjai data dan informasi tentang sumber Barat, mengatakan bahwa hampir daya, potensi kekayaan alam hutan, semua masyarakat yang bermukim di serta lingkungannya secara lengkap. DesaTurungan Baji menolak sistem Inventarisasi ini dilakukan dengan pemetaan yang dilakukan oleh Dinas mengetahui status dan keadaan fisik Perkebunan dan Kehutanan yang hutan, flora dan fauna, sumber daya sekarang dinas lingkungan hidup dan manusia, kehutanan Kabupaten Sinjai, Sebab masyarakat di dalam dan di sekitar pemetaan Hutan Produksi Terbatas hutan. Hasil inventarisasi inilah yang serta kondisi Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi sosial 258 Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017 akan digunakan sebagai dasar KESIMPULAN pengukuhan kawasan hutan bahkan sistem informasi kehutanan. Partisipasi masyarakat sebagai proses komunikasi dua arah yang terus menerus dapat diartikan bahwa partisipasi masyarakat merupakan komunikasi antara pihak pemerintah sebagai pemegang kebijakan dan masyarakat di pihak lain sebagai pihak yang merasakan langsung dampak dari kebijakan tersebut, Canter dalam (Syahdan T, Hasrul. 2015). Dari pendapat Canter dalam (Arimbi. 2004). Juga masyarakat respon tersirat dapat positif mendukung bahwa memberikan dalam artian atau memberikan masukan terhadap program atau kebijakan diambil oleh dapat juga yang pemerintah, menolak namun kebijakan. sebagai proses Kemunikasi menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi Lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah, Goldhaber dalam (Fajar Junaedi, 2012). Volume 3 Nomor 2 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Dinas Lingkungan Hidup dan Sinjai, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara dan Masyarakat Adat Desa KehutananKabupaten Turungan Baji Kecamatan Sinjai Barat. Penetapan batas hutan produksi terbatas (HPT) yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini dinas lingkungan hidup dan kehutanan tergolong kabupaten kurang Sinjai efektif dalam pencapaian hasil penetapan batas hutan produksi terbatas (HPT) karena kurang sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. Faktor Penghambat dalam Penetapan Batas Hutan Produksi Terbatas (HPT) di Desa Turungan Baji Kecematan pengaruhi SinjaiBarat. oleh beberapa Di faktor seperti. (1) Rendahnya sosialisasi yang dilakukan pemerintah. pengetahuan oleh (2) Batas Hutan kurangnya masyarakat turungan baji tentang Produksi pihak desa penetapan Terbatas (HPT) maupun tujuan tapal batas yang ada. (3) Masyarakat kurang Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi 259 Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017 dilibatkan berpartisipasi dalam penetapan Batas Hutan Produksi Terbatas (HPT). (4) Masyarakat di Desa Turungan Baji Kecematan SinjaiBarat masih mengklain dirinya sebagai masyarakat adat. Sedangkan Faktor pendukung dalam Penetapan Batas Hutan Produksi Terbatas (HPT) di Desa Turungan Baji Kecematan SinjaiBarat. Di dukung oleh beberapa faktor seperti. (1) Dengan adanya tapal batas hutan produksi terbatas (HPT) memberi kejelasan kepada masyarakat mengenai batas hutan yang harus di jaga ataupun dilindungi. (2) masyarakat bisa leluasa berkebun diwilayah kebun yang tidak masuk kedalam wilayah batas hutan produksi terbatas (HPT). (3) pemerintah daerah kabupaten Sinjai bekerja sama dengan perusahaan swasta untuk memanfaatkan wilayah kawasan hutan terbatas(HPT) produksi dengan cara Kabupaten Andi pradana pandi. 2016 Kebijakan Pemerintah Dalam Pengelolaan Dan Pelestarian Hutan Lindung Di Kecematan Tonra Kabupaten Bone. Skripsitidakditerbitkan.Mak assar.Unismuh Makassar. Sumodiningrat Gunawan, 2012.Partisipasi masyarakat. Skripsitidakditerbitkan.Mak assar.Unismuh Makassar. Arni, Muhammad, 2014Komunikasi Organisasi, PT. Bumi Aksara, Jakarta. Cangara, Hafied, 2007.Pengantar Ilmu Komunikasi.Edisi Revisi. PT Raja Grafindo Persada Jakarta. Erlina, Hasan. 2005. Komunikasih Pemerintahan. Aditama Jakarta. Fajar Junaedi, 2012. Komunikasi politik. PT Gramedia. Jakarta. Gidden Dan Lukes, 1984. Komunikasi Organisasi dalam Hubungan AntarKekuasaan dan Struktur. Rosdakarya. Bandung. Romli Khomsahrial. 2011 Komunikasi Organisasi perekonomian masyarakat Desa Turungan Baji dan dapat Pendapatan Asli menambah Daerah (PAD) (pemberdayaan DAFTAR PUSTAKA pinus yang tentunya dapat membantu tentunya Sinjai masyarakat). memanfaatkan getah dari pohon meningkatkan Volume 3 Nomor 2 Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi 260 Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017 Volume 3 Nomor 2 Lengkap. PT Grasindo, anggota ikapi, jakarta. Mustari, Nuryanti. 2013 Implementasi Kebijakan Publik. Membumi publishing. Suharyani. 2016 implementasi kebijakan pemerintah dalam pelestarian hutan lindung di kota tarakan.Skripsitidakditerbitk an.Makassar.Unismuh Makassar. Syahdan T, Hasrul. 2015. KomunikasiPemerintahanDi nasPemudadanOlahragadal amPembinaanOrganisasiKe pemudaan di Kota Makassar.Skripsitidakditerb itkan.Makassar.Unismuh Makassar. Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 41tahu 1999 tentangkehutanan. PP Nomor 6 Tahun 2007 tentang tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan serta pemanfaatan hutan Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi 261