penetapan batas hutan produksi terbatas (hpt) di desa turungan baji

advertisement
Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017
Volume 3 Nomor 2
PENETAPAN BATAS HUTAN PRODUKSI TERBATAS (HPT)
DI DESA TURUNGAN BAJI KECAMATAN SINJAI BARAT
Rahmatullah1, Mappamiring2, Abdi3
1)
Jurusan Ilmu Administrasi Negara Unismuh Makassar
Jurusan Ilmu Administrasi Negara Unismuh Makassar
3)
Jurusan Ilmu Administrasi Negara Unismuh Makassar
2)
ABSTRACT
The object of this research is to know the communication interlaced between the society
of Turungan Baji village and the government of Sinjai regency-the environment and
forestry department of Sinjai regency-within Border Determining of Production Forest
Restricted in Turungan Baji village, sub-district west Sinjai. The method applied in this
research is descriptive-qualitative approach. This research involves twelve informants.
The technique of data collecting is observation, interview, and documentation which
implemented directly by researcher. The result of this research demonstrates that Border
Determining of Production Forest Restricted involves society in planning and pointing,
but not all of them. An inhibitory factor in Border Determining of Production Forest
Restricted is less of socialization of government toward the society of Turung Baji,
whereas the supporting factor is to give society clarity about forest which has to be
saved.
Key word: Border Determining of Production Forest Restricted
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komunikasi yang terjalin antara masyarakat
Desa Turungan Baji dan Pemerintah Daerah Kabupaten Sinjai dalam hal ini Dinas
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Sinjai dalam Penetapan Batas Hutan
Produksi Terbatas (HPT) di Desa Turungan Baji Kecamatan Sinjai Barat. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskripsi kualitatif. Informan dalam
penelitian ini adalah sebanyak 12 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah observasi, wawancara dan dokumentasi yang dilakukan secara langsung oleh
peneliti. Hasil penelitian mengenai Penetapan Batas Hutan Produksi Terbatas (HPT) di
Desa Turungan Baji Kecamatan Sinjai Barat menunjukkaan bahwa proses Penetapan
Batas Hutan Produksi Terbatas (HPT) melibatkan Masyarakat berpartisipasi dalam
perencanaan ataupun penunjukan, tetapi tidak keseluruhan masyarakat. Faktor
Penghambat dalam Penetapan Batas Hutan Produksi Terbatas (HPT) Rendahnya
sosialisasi yang dilakukan oleh pihak pemerintah kepada masyarakat Desa Turungan Baji.
Faktor pendukung dalam Penetapan Batas Hutan Produksi Terbatas (HPT) di Desa
Turungan Baji Kecematan Sinjai Barat adalah dengan adanya tapal batas. Dengan adanya
tapal batas hutan produksi terbatas (HPT) memberi kejelasan kepada masyarakat
mengenai batas hutan yang bisa di kelolah ataupun dilindungi.
Kata kunci: Penetapan Batas Hutan Produksi Terbatas (HPT)
Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi
Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017
Turungan Baji Kecamatan Sinjai
PENDAHULUAN
Penyelenggaraan
bertujuan
untuk
kemakmuran
kehutanan
sebesar-besar
rakyat
berkeadilan
dan
Volume 3 Nomor 2
yang
berkelanjutan
Barat. Kriminalisasi yang marak
dirasakan
warga
mempertahankan
diklaim
oleh
karena
tanahnya
Dinas
yang
Lingkungan
dengan menjamin keberadaan hutan
hidup dan Kehutanan Kabupaten
dengan luasan yang cukup dan
Sinjai
sebaran
produksi
terbatas
sangat
mengoptimalkan aneka fungsi hutan
bertentangan
dengan
(Undang-
yang meliputi fungsi konservasi,
Undang RI No 41/1999 tentang
fungsi lindung, dan fungsi produksi
kehutanan). Sehingga Komunikasi
untuk mencapai manfaat lingkungan,
antar pemerintah Daerah dalam hal
sosial, budaya, dan ekonomi, yang
ini Dinas Lingkungan Hidup dan
seimbang dan lestari; meningkatkan
Kehutanan Kabupaten Sinjai dengan
daya dukung daerah aliran sungai;
Masyarakat Desa Turungan Baji
meningkatkan
Kecematan
yang
proporsional;
kemampuan
mengembangkan
kapasitas
keberdayaan
masyarakat
partisipatif,
berkeadilan,
berwawasan
mampu
dan
secara
lingkungan
menciptakan
untuk
dan
sebagai
kawasan
hutan
SinjaiBarat
perlu
menjalin komunikasi yang lebih baik
lagi
sebagaimana
komunikasi
tujuan
komunikasi
dari
adalah
sehingga
menciptakan pemahaman bersama
ketahanan
atau mengubah persepsi, bahkan
sosial dan ekonomi serta ketahanan
perilaku (Riant Nugroho 2004).
terhadap akibat perubahan eksternal;
Untuk
dapat
dan menjamin distribusi manfaat
hakikat
yang berkeadilan dan berkelanjutan.
diketahui prinsip dari komunikasi
(Pasal 3 Undang-Undang RI no
tersebut, ada empat prinsip dasar dari
41/1999 tentang kehutanan).
komunikasi
Masalah
penetapan
batas
suatu
suatu
memahami
komunikasi
yaitu:
sistemik,
Suatu
interaksi
perlu
proses,
dan
Penetapan Batas Hutan Produksi
transaksi, dimaksudkan atau tidak
Terbatas (HPT) sudah sangat marak
dimaksudkan. Soiler dalam (Arni
terjadi
Muhammad 2005).
tak
terkecuali
di
Desa
Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi
246
Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017
Volume 3 Nomor 2
Kemunikasi sebagai proses
dalam organisasi perlu memahami
menciptakan dan saling menukar
dan menyempurnakan kemampuan
pesan dalam suatu jaringan hubungan
komunikasi mereka, Kohler dalam
yang saling tergantung satu sama lain
(Dr. Arni Muhammad 2014)
untuk mengatasi Lingkungan yang
Komunikasi
sebagai
tidak pasti atau yang selalu berubah-
pertukaran
ubah, Goldhaber (Syahdan T, Hasrul.
orang atau lebih, dan dalam proses
2015).
itu terjadi kegiatan-kegiatan memberi
Komunikasi
yang
atau
informasi
proses
mengirim,
antara
menerima
dan
menentukan alternatif apa yang ada
menanggapi
dalam suatu pengambilan keputusan
orang-orang yang berintraksi. Proses
tertentu, melaksanakan kekuasaan.
pertukaran
Orang-orang yang terlibat dalam
orang atau lebih, dalam kegiatan
tatanan semacam ini akan merasa
tersebut terjadi pertukaran informasi.
bahwa ada demokrasi di tempat
Erlina (2005).
mereka
bekerja,
Block
dalam
(Syahdan T, Hasrul. 2015).
Komunikasi
suatu
dipandang
perspektif
pesan-pesan
dua
informasi
Komunikasi
diantara
antara
dua
pemerintahan
adalah penyampaian ide, program
dari
dan
gagasan
pemerintah
kepada
interpretatif
masyarakat dalam rangka mencapai
(subjektif) adalahproses penciptaan
tujuan negara. Namun dalam suasana
makna atas interaksi yang merupakan
tertentu bisa sebaliknya pemerintah
komunikasi. Konsep makna adalah
berada pada posisi mencermati apa
relefan
yang diinginkan masyarakat. (Erlina,
dan
penting
untuk
membedakan antara objektif dan
subjektif
Mengenai
komunikasi
(Cangara, 2007).
Komunikasi
adalah
penting
Hasan, 2005).
Berger, dalam (Syahdan T,
Hasrul. 2015). merumuskan tugas
yang
efektif
pokok
komunikasi
bagi
semua
perubahan
sosial
dalam
suatu
dalam
rangka
nasional,
yaitu:
organisasi. Oleh karena itu, para
pembangunan
pemimpin
1.Menyampaikan
kepada
masyarakat,
informasi
tentang
Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi
247
organisasi
dan
para
komunikan dan para komunikator
Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017
Volume 3 Nomor 2
pembangunan nasional, agar mereka
yang terus menerus dapat diartikan
memusatkan
bahwa
perhatian
kebutuhan
akan
pada
perubahan,
partisipasi
masyarakat
merupakan komunikasi antara pihak
kesempatan dan cara mengadakan
pemerintah
perubahan,
membangkitkan
kebijakan dan masyarakat di pihak
aspirasi nasional. 2. Memberikan
lain sebagai pihak yang merasakan
kesempatan
langsung dampak dari kebijakan
dan
kepada
masyarakat
sebagai
untuk mengambil bagian secara aktif
tersebut,
dalam proses pembuatan keputusan,
(Syahdan T, Hasrul. 2015). Dari
memperluas dialog agar melibatkan
pendapat Canter juga tersirat bahwa
semua pihak yang akan membuat
masyarakat
keputusan
respon
mengenai
perubahan,
Canter
pemegang
dalam
dapat
positif
dalam
memberikan
dalam
artian
memberi kesempatan kepada para
mendukung
atau
memberikan
pemimpin
dan
masukan terhadap
program atau
pendapat
rakyat
kebijakan
diambil
oleh
dapat
juga
mendengarkan
kecil,
dan
yang
menciptakan arus informasi yang
pemerintah,
namun
berjalan lancar dari bawah keatas.
menolak kebijakan.
3.Mendidik
tenaga
kerja
yang
Partisipasi sebagai kesediaan
diperlukan
pembangunan,
sejak
untuk membantu keberhasilan setiap
orang dewasa hingga anak-anak,
program sesuai dengan kemampuan
sejak pelajaran baca tulis hingga
setiaporangtanpamengorbankankepe
keterampilan teknis yang mengubah
ntingandirisendiri, Mubyarto dalam
hidup masyarakat.
(Syahdan T, Hasrul. 2015).
Partisipasi
sebagai
sumbangan,
keikutsertaan
dalam
dapat
warga
diartikan
Kebijakan publik merupakan
keterlibatan
pilihan apapun oleh pemerintah, baik
masyarakat
untuk melaksanakan sesuatu maupun
kegiatan
untuk tidak melaksanakan sesuatu.
dalam
Dye (dalam Andi pradana pandi
berbagai
pembangunan,
Oakley
(Syahdan T, Hasrul. 2015).
Partisipasi
2016).
masyarakat
Menurut Jones yang dikutip
sebagai proses komunikasi dua arah
Tangkilisan, dalam Nuryanti Mustari
Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi
248
Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017
2013:63)
kebijakan
dari
sosial budaya, yang diatur oleh
komponen-komponen yaitu : 1.Goal
hukum adat dan lembaga adat yang
atau tujuan yang diinginkan. 2. Plans
mengelolah
atau proposal, yaitu pengertian yang
kehidupan masyarakatnya. Sumber
spesifik
Aliansi Masyarakat Adat Nusantara
untuk
3.Programs,
terdiri
Volume 3 Nomor 2
mencapai
yaitu
tujuan.
upaya
yang
berwenang untuk mencapai tujuan.
keberlangsungan
(AMAN).
Peran
serta
masyarakat
4.Decision atau keputusan, yaitu
berdasarkan undang-undang Nomor
tindakan-tindakan untuk menentukan
41 tahun 1999 tentang Kehutanan
tujuan,
BAB X pasal 69 ayat (1) Masyarakat
membuat
melaksanakan
dan
rencana,
mengevaluasi
berkewajiban
untuk
ikut
serta
program. 5. Effects, yaitu akibat-
memelihara dan menjaga kawasan
akibat dari program (baik disengaja
hutan dari gangguandan perusakan.
atau tidak, primer atau sekunder.
(2) Dalam melaksanakan rehabilitasi
Penetapan adalah tindakan
hutan, masyarakat dapat meminta
pemerintahan dalam jabatan, yang
pendampingan
secara sepihak dan disengaja dalam
dukungan kepada lembaga swadaya
suatuikhwal
menetapkan
masyarakat,
suatu hubungan hukum atau keadaan
pemerintah.
Pasal
hukum yang sedang berjalan atau
Masyarakat
turut
menimbulkan
dalam
tertentu,
suatu
hubungan
pelayanan,
pihak
dan
lain,
70
ayat
berperan
pembangunan
atau
di
(1)
serta
bidang
hukum atau keadaan hukum baru,
Kehutanan. (2) Pemerintah wajib
atau
yang
mendorong peran serta masyarakat
dalam
melalui berbagai kegiatan di bidang
menolak
dimaksud,
salah
A.M.
satu
Donner
(Syahdan T, Hasrul. 2015).
Masyarakat
Adat
Kehutanan yang berdaya guna dan
adalah
berhasil guna. (3) Dalam rangka
komunitas-komunitas yang Hidup
meningkatkan
peran
berdasarkan asal-usul leluhur secara
masyarakat
turun temurun diatas suatu wilayah
Pemerintah Daerah dapat dibantu
adat, yang memiliki kedaulatan atas
oleh forum pemerhati Kehutanan. (4)
tanah dan kekayaan alam, keHidupan
Ketentuan
Pemerintah
lebih
Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi
serta
dan
lanjut
249
Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017
Volume 3 Nomor 2
sebagaimanadimaksud pada ayat (1)
Terbatas (HPT). Dengan melihat
dan ayat (2) diatur dengan peraturan
Pemahaman bersaman, persamaan
pemerintah.
persepsi
(Undang-Undang
bahkan
perilaku
Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
Dinas
1999 Tentang Kehutanan).
Kehutanan Kabupaten Sinjai dengan
Deskripsi
penelitian
fokus
ini
Hidup
dan
dalam
Masyarakat Desa Turungan Baji;
yaitu:Pemahaman
Faktor pendukung dalam Penetapan
bersama,
bagaimana
komunikasi
yang
Dinas
Lingkungan
antara
proses
terjaling
antar
Hidup
dan
Lingkungan
Batas
Hutan
Produksi
Terbatas
(HPT), dengan melihat Pemahaman
bersaman,
persamaan
Kehutanan Kabupaten Sinjai kepada
bahkan
masyarakat dalam mencapai kata
Lingkungan Hidup dan Kehutanan
sepakat,
dalam
sependirian
Penetapan
antara
Dinas
dan
setuju
Kabupaten Sinjai dengan Masyarakat
Batas
Hutan
Desa Turungan Baji.
Produksi Terbatas (HPT) di Desa
METODE PENELITIAN
Turungan Baji; Persamaan persepsi
merupakan
suatu
menyusun,
mengenali
dan
menafsirkan
informasi
guna
memberikan
gambaran
dan
tindakan
pemahaman tentang Penetapan Batas
Hutan Produksi Terbatas (HPT);
Perilaku, bagaimana tindakan Dinas
Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Kabupaten Sinjai dalam Penetapan
Batas HutanProduksiTerbatas (HPT).
Serta bagaimana respon masyarakat
terhadap proses Penetapan Batas
HutanProduksiTerbatas
(HPT);Faktor
perilaku
persepsi
Penghambat
dalam
Penetapan Batas Hutan Produksi
Waktu yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah dua bulan
dimulai pada tanggal 13 Februari
sampai dengan 13 April.Adapun
lokasinya yaitu di Dinas Lingkungan
Hidup
dan
Sinjai,
Aliansi Masyarakat
Adat
Nusantara dan Masyarakat
Adat
Desa
KehutananKabupaten
Turungan Baji
SinjaiBarat.
Dengan
pertimbangan
Kecematan
alasan
bahwa
dikomunikasikan
dan
perlu
mengenai
penetapan kawasan hutan produksi
terbatas (HPT) di kabupaten Sinjai.
Dengan menggunakan jenis dan tipe
Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi
250
Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017
Volume 3 Nomor 2
penelitian. Jenis Penelitian yang
triangulasi teknik, dan triangulasi
digunakan dalam penelitian adalah
waktu.
kualitatif yaitu mengkaji objek dan
mengungkapkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
fenomena-
Berdasarkan
dengan
tujuan
fenomena yang ada dan memberikan
penelitian ini yang tercantum pada
gambaran ataupun penjelasan yang
bab sebelumnya, yaitu, untuk Untuk
berkaitan dengan judul penelitian.
mengetahui proses Penetapan Batas
Tipe
Hutan Produksi Terbatas (HPT) di
Penelitian
yang
digunakan
dalam penelitian ini studi kasus,
Desa
Turungan
yaitu merupakan bentuk penelitian
Sinjai Barat.
yang meneliti penomena khusus yang
Untuk
Baji
Kecamatan
mengetahui
faktor
hadir dalam suatu konteks yang
penghambat dan faktor pendukung
terbatasi (bounded context).
Penetapan Batas Hutan Produksi
Adapun Informan penelitian
ini adalah Kepala Seksi Tahura
Dinas
Lingkungan
Hidup
Terbatas (HPT) di Desa Turungan
Baji Kecamatan Sinjai Barat.
dan
Penetapan
Batas
Hutan
Kehutanan, Polisi Kehutanan Dinas
Berdasarkan
Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
dengan undang-undang nomor 41
Aliansi Masyarakat Adat Nusantara,
tahun
Kepala Desa, Tokoh Masyarakat,
Perubahan peruntukan dan fungsi
Pemuda
kawasan
Adat
Masyarakat.
diperoleh
wawancara,
Teknik
Turungan
dan
1999
perencanaan
tentang
hutan
sesuai
Kehutanan.
ditetapkan
oleh
Data
penelitian
Pemerintah dengan didasarkan pada
melalui
observasi,
hasil penelitian terpadu. Pasal 19
dokumentasi.
Ayat (1) Undang-undang No 41
dan
analisis
data
dilakukan
Tahun 1999.
dengan cara reduksi data, penyajian
Undang-undang
data, dan penarikan kesimpulan dan
juga
verifikasi.
data
berdasarkan fungsinya. Fungsi hutan
menggunakan teknik triangulasi yang
menurut Undang-undang Kehutanan
berjenis
dibagi tiga, yaitu konservasi, lindung,
Keabsahan
triangulasi
sumber,
mengatur
Kehutanan
kategori
hutan
dan produksi. Penetapan fungsi hutan
Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi
251
Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017
Volume 3 Nomor 2
berkaitan erat dengan aturan untuk
penatagunaan
pemanfaatannya.
pembentukan wilayah pengelolaan
Sehingga,
dapat
disimpulkan bahwa penetapan dan
hutan,
penamaan hutan akan membawa dua
kehutanan.
status nama sekaligus, yaitu nama
kawasan
dan
penyusunan
Dalam
hutan,
rencana
menjalankan
Lingkungan
tugas
pengelolanya dan fungsinya. Sebagai
Dinas
Hidup
contoh, hutan adat produksi.
Kehutanan Kabupaten Sinjai Sebagai
Dalam proses penetapan hutan,
Pemerintah
terlebih dahulu dimulai dari proses
melakukan
penetapan suatu kawasan hutan oleh
hutan, ada empat hal yang dilakukan
Pemerintah.
yaitu:
berwenang
Pemerintah
melakukan
yang
berwenang
pengurusan
inventarisasi
terhadap
hutan,
pengukuhan
kawasan
hutan,
hutan adalah Kementerian Kehutanan
penatagunaan
kawasan
hutan,
(atau sekarang disebut Kementerian
pembentukan wilayah pengelolaan
Kehutanan
hutan,
dan
Hidup). Sebagai
penetapan
yang
dan
Lingkungan
Pemerintah
dan
penyusunan
rencana
yang
kehutanan. 1. Inventarisasi hutan
berwenang melakukan pengurusan
merupakan sarana untuk mengetahui
terhadap hutan, ada empat hal yang
dan memperoleh data dan informasi
dilakukan
tentang
yaitu
perencanaan
sumber
kehutanan, pengelolaan kehutanan,
kekayaan
penelitian
lingkungannya
dan
sosialisasi,
dan
alam
daya,
hutan,
secara
potensi
serta
lengkap.
pengawasan. Dikarenakan bahasan
Inventarisasi ini dilakukan dengan
kali ini fokus terhadap penetapan
mengetahui status dan keadaan fisik
hutan, maka yang hanya dijabarkan
hutan, flora dan fauna, sumber daya
lebih lanjut mengenai perencanaan
manusia,
kehutanan saja pasal 11 ayat (2)
masyarakat di dalam dan di sekitar
Undang-undang No 41 Tahun 1999.
hutan. Hasil inventarisasi inilah yang
Perencanaan
serta
kondisi
sosial
kehutanan
digunakan oleh Dinas Lingkungan
merupakan proses yang terdiri dari
Hidup dan Kehutanan Kabupaten
beberapa hal, yaitu: inventarisasi
Sinjai sebagai dasar pengukuhan
hutan, pengukuhan kawasan hutan,
kawasan
hutan
bahkan
Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi
sistem
252
Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017
Volume 3 Nomor 2
informasi kehutanan. 2. Pengukuhan
pengelolaan. Pembentukan
kawasan hutan didasarkan dari hasil
pengelolaan hutan ini tentulah harus
inventarisasi
memperhatikan
hutan.
pengukuhan
Proses
kawasan
hutan
itu
wilayah
keberadaan
masyarakat hukum adat selain faktor-
melalui tahapan penunjukan kawasan
faktor
hutan, penataan batas kawasan hutan,
Berdasarkan
pemetaan
Undang-undang Republik Indonesia
kawasan
penetapan
hutan,
kawasan
dan
hutan.Dinas
menentukan
Nomor
Pasal
41
masyarakat
Kabupaten
mengelola hutan.
melakukanpengukuhan
dalam
kawasan
34
tentang
Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Sinjai
lainnya.
hukum
dan
67
Kehutanan
adat
Pembentukan
dapat
wilayah
hutan juga memperhatikan rencana
pengelolaan
hutan
tata ruang wilayah yang ada. 3.
diDesa Turungan Baji yang menjadi
Setelah melalui pengukuhan kawasan
kendala
hutan,
diselenggarakanlah
penghambat dalam Penetapan Batas
penatagunaan
kawasan
hutan.
Hutan Produksi Terbatas (HTP),
Penatagunaan
kawasan
hutan
karena masyarakat Desa Turungan
ataupun
sebagai
dan penggunaan kawasan hutan.
memperjuangkan pengakuan dirinya
sebagai
ini
faktor
Baji
penatagunaan
saat
berada
meliputi kegiatan penetapan fungsi
Kegiatan
pada
yang
masyarakat
Adat
sedang
yang
kawasan dan penetapan fungsihutan
didukung oleh
yang berada di Desa Turungan Baji
Kabupaten Sinjai yang telah disusun
Kecematan SinjaiBarat di lakukan
oleh
oleh
kabupaten
Nusantara Sinjai (AMAN) dengan
Sinjai yang ditugaskan dalam wilayah
DPRD Kabupaten Sinjai yang pada
administrasi Kecematan SinjaiBarat
saat ini menunggu persetujuan dan
lebih tepatnya di Desa Turungan
penandatanganan oleh Bupati Sinjai.
Baji. 4. Wilayah pengelolaan hutan
5. Setelah melalui semua tahapan
dilaksanakan dengan tingkat-tingkat
diatas, Pemerintah menyusun rencana
tertentu,
kehutanan
pihak
kehutanan
yaitu:
kabupaten/kota,
provinsi,
dan
unit
Aliansi
Peraturan Daerah
Masyarakat
yang
diatur
Adat
melalui
Peraturan Pemerintah secara spesifik.
Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi
253
Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017
Volume 3 Nomor 2
Mengenai kewenangan Pemerintah
35.Berdasarkan
(Kementerian
Nomor 41 tahun 1999 Pasal 3 huruf
Kehutanan)
dalam
penetapan kawasan hutan, melalui
(d)
Putusan MK No. 45/PUU-IX/2011
Penyelenggaraan kehutanan bertujuan
dinyatakan bahwa hal tersebut tidak
untuk
dapat serta merta dilakukan hanya
rakyat
berdasarkan penunjukan sepihak dari
berkelanjutan
pihak Pemerintah (Pasal 1 angka 3
meningkatkan
Undang-Undang tentang Kehutanan).
mengembangkan
MK membatalkan Pasal 1 angka 3
keberdayaan
masyarakat
UU
partisipatif,
berkeadilan,
Kehutanan
sepanjang
dan
Undang-Undang
(e)
tentang
sebesar-besar
yang
kehutanan.
kemakmuran
berkeadilan
dan
dengan:
(d)
kemampuan
kapasitas
untuk
dan
secara
dan
frase “ditunjuk dan/atau”. Ini artinya
berwawasan
penetapan
harus
mampu menciptakan ketahanan sosial
yang
dan
melalui
kawasan
hutan
tahapan-tahapan
dipersyaratkan
dan
lingkungan
ekonomi
sehingga
serta
ketahanan
melibatkan
terhadap akibat perubahan eksternal;
partisipasi publik terutama dalam
dan (e) menjamin distribusi manfaat
informasi kehutanan yang ada.
yang berkeadilan dan berkelanjutan.
Mengenai prosedur penetapan
Penetapan
Batas
Hutan
hutan secara spesifik, sejauh yang
Produksi Terbatas (HPT) di Desa
kami masyarakat Desa Turungan
Turungan
Baji memperhatikan Penetapan Batas
SinjaiBarat.
Hutan
Produksi
dikembangkan berdasarkan teori Dr.
masih
belum
Terbatas
(HTP)
memiliki kejelasan
Riant
Baji
Kecematan
Penelitian
ini
dapat
Nugroho (2004) tujuan
mekanisme dan tata caranya selain
komunikasi adalah
daripada kewenangan Kementerian
pemahaman bersama atau mengubah
Kehutanan untuk menetapkan hutan.
persepsi,
Untuk itu sebagai Masyarakat
bahkan
menciptakan
perilaku.Seperti
berikut: 1. Komunikasi bertujuan
perlu kajian bahasan dan kajian lebih
untuk
lanjut
tindak
bersama baik dari pihak Dinas
lanjut penetapan hutan adat sebagai
Lingkungan Hidup dan Kehutanan
mandat
Kabupaten
untuk
memberikan
Putusan
MK
No.
menciptakan
Sinjai
pemahaman
maupun
Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi
dari
254
Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017
Masyarakat
DesaTurungan
Baji
belum tercapai secara efektif, hal ini
mempelajari baik-baik supaya paham
(Depdikbud, 1994).
dapat dilihat dengan permasalahan
yang
di
temui
peneliti
pada
masyarakat DesaTurungan Baji.
Volume 3 Nomor 2
Kepala Desa Turungan
Baji
memaparkan kepada peneliti bahwa
sanya dapat dimengerti masksud dan
Dinas Lingkungan Hidup dan
tujuan pemerintah daerah kabupaten
Kehutanan
Kabupaten
Sinjai
Sinjai
disampaikan
apa
Hutan
Produksi Terbatas(HPT), hanya saja
Produksi Terbatas (HTP) ditetapkan
masyarak yang ada di Desa Turungan
pemerintah
Baji kurang terlibat dalam penetapan
tujuan
menginginkan
ada
menetapkan
produksi
Hutan
kejelasan antara wilayah kelolah
batas
kebun masyarakat dengan wilayah
tersebut. Karena hanya sebahagian
hutan negara ada kejelasan, sehingga
masyarakat
areal hutan negara ini dapat kita jaga
membantu pemerintah dalam proses
dan awasi bersama masyarakat dapat
penetapan tapal batas,yang dilibatkan
ikut serta dalam pengawasan hutan
hanya kepala dusun dan kepala Desa
produksi terbatas.Berdasarkan
pada waktu itu. Padahal partisipasi
Pemahaman berasal dari kata
hutan
batas
yang
masyarakat
terlibat
harusnya
dalam
berperan
paham yang artinya (1) pengertian;
penting
pengetahuan
kebijakan pemerintah, Berdasarkan
pendapat,
yang
pikiran,
pandangan,
(4)
banyak,
(3)
(2)
aliran;
mengerti
benar
dalam
terbatas
n
ide,
program
pemerintah
dan
dalam
benar.
Apabila
kegiatan,
Pemerintahdapatmenyampaika
(akan); tahu benar (akan); (5) pandai
mengerti
suatu
dan
kepada
rangka
masyarakat
mencapai
negara.
memahami, berarti : (1) mengerti
tertentu bisa sebaliknya pemerintah
benar (akan); mengetahui benar, (2)
berada pada posisi mencermati apa
memaklumi.
mendapat
yang diinginkan masyarakat. (Erlina,
imbuhan pe- an menjadi pemahaman,
Hasan, 2005). 2. Masalahan yang
artinya (1) proses, (2) perbuatan, (3)
terjadi dalam Penetapan Batas Hutan
cara memahami atau memahamkan
Produksi
jika
dalam
tujuan
mendapat imbuhan me- i menjadi
dan
namun
gagasan
Terbatas
suasana
(HPT)
Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi
di
255
Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017
DesaTurungan
Baji
Kecematan
SinjaiBarat. Disebabkan oleh tidak
dilibatkan
masyarakat
keseluruhan
ataupun peraturan yang di keluarkan
oleh pemerintah.
secara
berpartisipasi,
Volume 3 Nomor 2
Sementara partisipasi dapat
diartikan
sebagai
sumbangan,
rendahnya sosialisasi dari pemerintah
keterlibatan
daerah
masyarakat dalam berbagai kegiatan
dalam
hal
ini
Dinas
keikutsertaan
warga
Lingkungan Hidup dan Kehutanan
pembangunan,
Oakley
dalam
Kabupaten Sinjai kepada masyarakat
(Syahdan
T,
Hasrul.
2015).
dalam
3.Ditinjau
dari
Penetapan
Produksi
Batas
Terbatas
Hutan
perilaku
di
masyarakat dalam Penetapan Batas
DesaTurungan Baji, serta sebahagian
Hutan Produksi Terbatas (HPT),
wilayah kebun masyarakat di klaim
masyarakat secara jelas menolak
sebagai kawasan Hutan Produksi
adanya
Terbatas (HPT).
Produksi
Pemuda
pernyataan
(HPT)
segi
adat
bahwa
menberikan
dalam
setiap
Penetapan
Batas
Terbatas
Hutan
(HPT)
di
DesaTurungan Baji sebab dalam
penetapan tapal batas tersebut dari
perencanaan pelaksanaan kegiatan
pihak
penetapan
penunjukan
memasukkan wilaya kelolah kebun
dalam pengelolaan Hutan Produksi
masyarakat sebagai kawasan Hutan
Terbatas (HPT), pihak pemerintah
Produksi Terbatas (HPT).
ataupun
kabupaten Sinjai maupun pemerintah
Desa Turungan
kehutanan
Ketua
bidang
banyak
pengelolaan
Baji kecematan
taman hutan rakyat (Tahura) di Dinas
SinjaiBarat tidak melibatkan kami di
Lingkungan Hidup dan Kehutanan
dalam rapat untuk memberikan suatu
kabupaten Sinjai pada tanggal 28
masukan
guna
februari 2017 menyatakan bawa
menunjang program yan ingin di
Penetapan Batas Hutan Produksi
capai.
Terbatas
atau
ide-ide
Padahal
partisipasi
(HPT)
di
masyarakat memiliki peran yang
SinjaiBarat
sangat
dalang
Produksi Terbatas (HPT) yang ada di
kebijakan
DesaTurungan Baji pertama kali di
penting
keberlangsungan
suatu
terkhusus
kecematan
Hutan
tetapkan pada tahun 1982 yang
Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi
256
Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017
kemudian di tetapkan kembali pada
Volume 3 Nomor 2
Komunikasi
sangatlah
tahun 1994. Sebelum Hutan Produksi
penting dalam menentukan alternatif
Terbatas (HPT) di DesaTurungan
apa
Baji
pengambilan
keputusan
pengukuran oleh polisi kehutanan
melaksanakan
kekuasaan.
guna
batas
orang yang terlibat dalam tatanan
kawasan hutan. Proses pengukuran
semacam ini akan merasa bahwa ada
tersebut melibatkan Kepala Desa dan
demokrasi di tempat mereka bekerja,
Kepala
Block dalam (Romli Khomsahrial
terlebih
dahulu
penempatan
Dusun
tapal
yang
DesaTurungan
dilakukan
ada
Baji
di
dalam
yang
ada
dalam
suatu
tertentu,
Orang-
2011).
menetapka tapal batas atau patok.
Dinas Lingkungan Hidup dan
Lain halnya dengan pernyataan tokoh
Kehutanan penempatan batas Hutan
masyarakat Adat Desa Turungan Baji
Produksi Terbatas (HPT) yang ada di
Kecematan
DesaTurungan
masyarakat
SinjaiBarat,
yang
DesaTurungan
bahwa
bermukim
Baji
di
menolak
Baji
mengenai
masalah penempatan tapal batas
kawasan
hutan
Hutan
Produksi
pemetaan yang dilakukan oleh Dinas
Terbatas (HPT) sudah sangat jelas
Perkebunan dan Kehutanan yang
hanya saja dalam proses penempatan
sekarang dinas lingkungan hidup dan
tapal batas tersebut hanya melibatkan
kehutanan Kabupaten Sinjai, Sebab
kepala Desa dan kepala dusun tampa
pemetaan Hutan Produksi Terbatas
melibatkan masyarakat adat sekitar
(HPT).
oleh
dan proses penempatan tapal batas
memasukkan
yang boleh dikatakan kurang akurat.
yang
kehutanan
dilakukan
banyak
wilayah perkebunan yang di kelolah
Yang
oleh masyarakat, Lahannya yang
penolakan
telah ditanaminya dengan tanaman
masyarakat tentang penunjukan tapal
produktif
kopi,
batas dan penetapan batas Hutan
coklat dan tanaman lainya, telah di
Produksi Terbatas (HPT) yang ada di
klaim
Desa Turungan
seperti
sebagai
Terbatas (HPT).
cengkeh,
Hutan
Produksi
mengakibatkan
deri
kebawah
menyampaikan
berbagai
lahirnya
elemen
Baji.Komunikasi
adalah
tujuan,
Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi
untuk
untuk
257
Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017
merubah
sikap,
membentuk
(HPT)
Volume 3 Nomor 2
yang
dilakukan
pendapat, mengurangi ketakutan dan
kehutanan
kecurigaan yang timbul karena salah
wilayah perkebunan yang di kelolah
informasi,
oleh masyarakat, lahannya yang telah
mencegah
kesalah
banyak
oleh
pahaman karena kurang informasi
ditanaminya
dan
produktif
mempersiapkan
anggota
memasukkan
dengan
seperti
tanaman
cengkeh,
kopi,
organisasi untuk menyesuaikan diri
coklat dan tanaman lainya, telah di
dengan perubahan, Lewis dalam
klaim
(Arni,
Terbatas (HPT).
Muhammad,
2014).
Dan
sebagai
sekiranya ada juga komunikasi dari
Hutan
Produksi
Sumodingrat
Gunawan
bawah keatas yang berfungsi sebagai
2012.Partisipasi sebagai salah satu
balikan bagi pemipin memberikan
elemen
petunjuk tentang keberhasilan suatu
proses adaptasi masyarakat terhadap
pesan yang disampaikan kepada
perubahan yang sedang berjalan.
bawahan dan dapat
Dengan
memberikan
pembangunan
demikian
stimulus kepada karyawan untuk
mempunyai
berpartisipasi
dalam pembangunan.
kebijakan
bagi
dalam
merumuskan
pelaksanaan
departemennya
kebijakan
atau
posisi
Masyarakat
tidak
merupakan
partisipasi
yang
penting
menolak
karena
dengan
hal-hal
kehutanan
seperti
sesuai
organisasinya, menurut Smith dalam
perencanaan
(Arni, Muhammad, 2014).
Inventarisasi hutan merupakan sarana
Tokoh masyarakat Adat Desa
untuk mengetahui dan memperoleh
Turungan Baji Kecematan Sinjai
data dan informasi tentang sumber
Barat, mengatakan bahwa hampir
daya, potensi kekayaan alam hutan,
semua masyarakat yang bermukim di
serta lingkungannya secara lengkap.
DesaTurungan Baji menolak sistem
Inventarisasi ini dilakukan dengan
pemetaan yang dilakukan oleh Dinas
mengetahui status dan keadaan fisik
Perkebunan dan Kehutanan yang
hutan, flora dan fauna, sumber daya
sekarang dinas lingkungan hidup dan
manusia,
kehutanan Kabupaten Sinjai, Sebab
masyarakat di dalam dan di sekitar
pemetaan Hutan Produksi Terbatas
hutan. Hasil inventarisasi inilah yang
serta
kondisi
Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi
sosial
258
Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017
akan
digunakan
sebagai
dasar
KESIMPULAN
pengukuhan kawasan hutan bahkan
sistem informasi kehutanan.
Partisipasi
masyarakat
sebagai proses komunikasi dua arah
yang terus menerus dapat diartikan
bahwa
partisipasi
masyarakat
merupakan komunikasi antara pihak
pemerintah
sebagai
pemegang
kebijakan dan masyarakat di pihak
lain sebagai pihak yang merasakan
langsung dampak dari kebijakan
tersebut, Canter dalam (Syahdan T,
Hasrul. 2015). Dari pendapat Canter
dalam (Arimbi. 2004).
Juga
masyarakat
respon
tersirat
dapat
positif
mendukung
bahwa
memberikan
dalam
artian
atau
memberikan
masukan terhadap
program atau
kebijakan
diambil
oleh
dapat
juga
yang
pemerintah,
menolak
namun
kebijakan.
sebagai proses
Kemunikasi
menciptakan dan
saling menukar pesan dalam suatu
jaringan
hubungan
yang
saling
tergantung satu sama lain untuk
mengatasi Lingkungan yang tidak
pasti atau yang selalu berubah-ubah,
Goldhaber dalam (Fajar Junaedi,
2012).
Volume 3 Nomor 2
Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan di Dinas Lingkungan
Hidup
dan
Sinjai,
Aliansi Masyarakat
Adat
Nusantara dan Masyarakat
Adat
Desa
KehutananKabupaten
Turungan Baji
Kecamatan
Sinjai Barat. Penetapan batas hutan
produksi
terbatas
(HPT)
yang
dilakukan oleh pemerintah dalam hal
ini dinas lingkungan hidup dan
kehutanan
tergolong
kabupaten
kurang
Sinjai
efektif
dalam
pencapaian hasil penetapan batas
hutan produksi terbatas (HPT) karena
kurang
sesuai
dengan
peraturan
perundang undangan yang berlaku.
Faktor
Penghambat
dalam
Penetapan Batas Hutan Produksi
Terbatas (HPT) di Desa Turungan
Baji
Kecematan
pengaruhi
SinjaiBarat.
oleh
beberapa
Di
faktor
seperti. (1) Rendahnya sosialisasi
yang
dilakukan
pemerintah.
pengetahuan
oleh
(2)
Batas
Hutan
kurangnya
masyarakat
turungan baji tentang
Produksi
pihak
desa
penetapan
Terbatas
(HPT) maupun tujuan tapal batas
yang ada. (3) Masyarakat kurang
Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi
259
Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017
dilibatkan
berpartisipasi
dalam
penetapan Batas Hutan Produksi
Terbatas (HPT). (4) Masyarakat di
Desa
Turungan Baji
Kecematan
SinjaiBarat masih mengklain dirinya
sebagai masyarakat adat. Sedangkan
Faktor
pendukung
dalam
Penetapan Batas Hutan Produksi
Terbatas (HPT) di Desa Turungan
Baji
Kecematan
SinjaiBarat.
Di
dukung oleh beberapa faktor seperti.
(1) Dengan adanya tapal batas hutan
produksi terbatas (HPT) memberi
kejelasan
kepada
masyarakat
mengenai batas hutan yang harus di
jaga
ataupun
dilindungi.
(2)
masyarakat bisa leluasa berkebun
diwilayah kebun yang tidak masuk
kedalam
wilayah
batas
hutan
produksi
terbatas
(HPT).
(3)
pemerintah daerah kabupaten Sinjai
bekerja sama dengan perusahaan
swasta untuk memanfaatkan wilayah
kawasan
hutan
terbatas(HPT)
produksi
dengan
cara
Kabupaten
Andi pradana pandi. 2016 Kebijakan
Pemerintah
Dalam
Pengelolaan
Dan
Pelestarian Hutan Lindung
Di
Kecematan
Tonra
Kabupaten
Bone.
Skripsitidakditerbitkan.Mak
assar.Unismuh Makassar.
Sumodiningrat
Gunawan,
2012.Partisipasi masyarakat.
Skripsitidakditerbitkan.Mak
assar.Unismuh Makassar.
Arni, Muhammad, 2014Komunikasi
Organisasi,
PT.
Bumi
Aksara, Jakarta.
Cangara, Hafied, 2007.Pengantar
Ilmu
Komunikasi.Edisi
Revisi. PT Raja Grafindo
Persada Jakarta.
Erlina, Hasan. 2005. Komunikasih
Pemerintahan.
Aditama
Jakarta.
Fajar Junaedi, 2012. Komunikasi
politik.
PT
Gramedia.
Jakarta.
Gidden
Dan
Lukes,
1984.
Komunikasi
Organisasi
dalam
Hubungan
AntarKekuasaan
dan
Struktur.
Rosdakarya.
Bandung.
Romli
Khomsahrial.
2011
Komunikasi
Organisasi
perekonomian
masyarakat Desa Turungan Baji dan
dapat
Pendapatan
Asli
menambah
Daerah
(PAD)
(pemberdayaan
DAFTAR PUSTAKA
pinus yang tentunya dapat membantu
tentunya
Sinjai
masyarakat).
memanfaatkan getah dari pohon
meningkatkan
Volume 3 Nomor 2
Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi
260
Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2017
Volume 3 Nomor 2
Lengkap. PT Grasindo,
anggota ikapi, jakarta.
Mustari,
Nuryanti.
2013
Implementasi
Kebijakan
Publik.
Membumi
publishing.
Suharyani.
2016
implementasi
kebijakan pemerintah dalam
pelestarian hutan lindung di
kota
tarakan.Skripsitidakditerbitk
an.Makassar.Unismuh
Makassar.
Syahdan
T,
Hasrul.
2015.
KomunikasiPemerintahanDi
nasPemudadanOlahragadal
amPembinaanOrganisasiKe
pemudaan
di
Kota
Makassar.Skripsitidakditerb
itkan.Makassar.Unismuh
Makassar.
Undang-Undang
Republik
IndonesiaNomor
41tahu
1999 tentangkehutanan.
PP Nomor 6 Tahun 2007 tentang tata
hutan
dan
penyusunan
rencana pengelolaan hutan
serta pemanfaatan hutan
Website : http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi
261
Download