BAB I PENDAHULUAN I .1. Latar Belakang Masalah Dari semua

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
I .1. Latar Belakang Masalah
Dari semua pengetahuan dan keterampilan yang kita miliki, pengetahuan dan
keterampilan yang menyangkut komunikasi termasuk di antara yang paling penting
dan berguna. Melalui komunikasi intrapribadi kita berbicara dengan diri sendiri,
mengenal
diri
sendiri,
mengevaluasi diri
sendiri
tentang
segala
sesuatu,
mempertimbangkan keputusan-keputusan yang akan diambil dan menyiapkan pesanpesan yang akan kita sampaikan kepada orang lain. Melalui komunikasi antar pribadi
kita berinteraksi dengan orang lain, mengenal mereka dan diri kita sendiri, dan
mengungkapkan diri sendiri kepada orang lain. Apakah kepada pimpinan, teman
sekerja, teman seprofesi, kekasih, atau anggota keluarga, melalui komunikasi antar
pribadi kita membina, memelihara, kadang-kadang merusak (dan ada kalannya
memperbaiki) hubungan pribadi kita.
Pada sisi lain, setiap individu merupakan bagian dari kelompok, organisasi
maupun ikatan dalam masyarakat yang setiap saat berinteraksi membentuk pola
komunikasi. Pola komunikasi merupakan suatu sistem penyampaian pesan melalui
lambang-lambang tertentu yang mengandung arti tertentu dan langsung untuk
mengubah tingkah laku individu. Meskipun semua organisasi harus melakukan
dengan beragai pihak untuk mencapai tujuannya, pendekatan dan sistem pesan yang
dipakai antara satu organisasi dengan organisasi yang lain bervariasi. Untuk
organisasi berskala kecil mugkin pengaturannya tidak terlalu sulit sedangkan untuk
perusahaan besar yang memiliki ribuan karyawan maka penyampaian informasi
kepada mereka merupakan pekerjaan yang rumit.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu tantangan besar dalam menentukan pola komunikasi organisasi
adalah proses yang berhubungan dengan jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi
dapat membantu menentukan iklim dan moral organisasi yang nantinya akan
berpengaruh pada jaringan komunikasi. Tantangan dalam menentukan pola
komunikasi organisasi adalah bagaimana menyampaikan informasi keseluruh bagian
organisasi dan bagaimana menerima informasi dari seluruh bagian organisasi.
Untuk itu, menentukan suatu pola komunikasi yang tepat dalam suatu
organisasi merupakan suatu keharusan. Pola komunikasi yang terjadi dalam organisasi
dapat dilihat dalam bentuk aktivitas rapat umum suatu organisasi. Dimana pola
komunikasi yang terdapat dalam rapat umum tersebut banyak dipengaruhi oleh
jaringan kelompok.
Berkenaan dengan komunikasi organisasi pada lembaga pemerintah, Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara merupakan bagian dari organisasi
yang juga melakukan komunikasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Melalui
dinas kelautan dan perikanan yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi
Sumatera Utara Nomor 4 tahun 2001 tanggal 31 Juli 2000, Dinas Kelautan dan
Perikanan mempuyai tugas otonomi dan tugas dekonsentrasi dibidang perikanan dan
kelautan. Pengelolaan kelautan dan perikanan memfokuskan pada kegiatan usaha
dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang berwawasan lingkungan dengan
memberdayakan peran serta masyarakat untuk peningkatan taraf hidupnya.
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dibidang kelautan dan
perikanan, organisasi ini mengemban misi yang merupakan arah bagi tujuan dan
sasaran yang ingin diwujudkan sehingga dapat memberikan program kegiatan yang
dilaksanakan. Misi yang ditetapkan untuk mewujudkan visi Dinas Kelautan dan
Universitas Sumatera Utara
Perikanan Provinsi Sumatera Utara antara lain (sesuai Lakip Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Sumatera Utara,2010) yaitu :
1. Meningkatkan pendapatan pembudidaya ikan, nelayan dan masyarakat pesisir.
2. Mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara efisien
dan berkelanjutan.
3. Meningkatkan persediaan bahan pangan sumber protein dan bahan baku industry
di dalam negeri serta eksport.
4. Memantapkan system pendukung, yang terdiri dari teknologi, permodalan sarana
dan prasarana kelembagaan serta iklim usaha yang kondusif.
Penjabaran dan implementasi visi dan misi yang akan dicapai dijadikan tujuan
Dinas Kelautan dan Perikanan antara lain adalah :
1. Meningkatkan produktifitas dan kesejahteraan pembudidaya ikan, nelayan dan
masyarakat pesisir.
2. Meningkatkan pelestarian dan pengendalian sumber daya perikanan.
3. Meningkatkan konsumsi ikan masyarakat
4. Mendorong pertumbuhan industry dan ekspor hasil perikanan.
5. Mendorong dan meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha yang
produktif.
Sebuah organisasi mempunyai hirarki dan pembagian kerja, maka pada sebuah
organisasi birokrasi akan terdapat tingkatan-tingkatan tertentu yang pada akhirnya
akan membuat individu-individu yang ada didalamnya terbagi dalam kelompokkelompok yang lebih kecil sesuai dengan jenjang dan pembagian kerjanya dalam
sebuah organisasi. Dalam kenyataannya akan terdapat jabatan atau posisi-posisi
didalam organisasi yang akan ditempati individu-individu yang memiliki syarat-syarat
tertentu sehingga dianggap mampu untuk melaksanakan pekerjaannya untuk
mencapai tujuan utama organisasi tersebut. Sebagai contoh dalam sebuah organisasi
akan terdapat staff, pimpinan,
karyawan, dan lain-lain. Seiring dengan
jenjang/jabatan yang melekat pada individu pada sebuah organisasi, maka akan
muncul pula rasa tanggung jawab akan pekerjaan/peran yang melakat pada dirinya.
Universitas Sumatera Utara
Dalam sebuah organisasi birokrasi, tidak bisa dipungkiri, seluruh unsur Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara selalu melakukan komunikasi
dengan berbagai pihak untuk mencapai tujuannya. Komunikasi ibaratnya “darah” bagi
kehidupan organisasi. Tanpa adanya komunikasi maka sebuah lembaga akan
mengalami kesulitan-kesulitan dalam pengelolaannya.
Pendekatan yang dipakai antara satu organisasi dimana terdapat individu yang
terbagi dalam divisi-divisi/bagian selevel sangat variatif dalam menjalankan
komunikasi. Bagi organisasi pemerintah yang berkaitan dengan pelayanan publik,
penyampaian informasi kepada segenap bagian dalam organisasi merupakan suatu
pekerjaan yang rumit dan membutuhkan penanganan serius. Model komunikasi yang
diterapkan tidak lagi memadai hanya mengandalkan komunikasi tatap muka (face to
face) semata, namun masih memerlukan model lain yang lebih sesuai.
Dalam menjalin relasi dengan orang lain, kita membutuhkan komunikasi.
Dalam dunia kerja, komunikasi merupakan satu hal yang paling penting dan menjadi
bagian dari tuntutan profisiensi (keahlian). Kadang-kadang penyebab rusaknya
hubungan antar individu dalam suatu organisasi, misalnya antara staf itu sendiri
adalah adanya miskomunikasi yang terjadi. Untuk bisa berkomunikasi dengan baik
dibutuhkan tidak hanya bakat, tapi terutama kemauan untuk melakukan proses belajar
yang kontinu.
Berdasarkan konsep tentang komunikasi dan organisasi diatas maka
komunikasi organisasi dapat kita maknai secara sederhana sebagai komunikasi antar
manusia (human communication) dalam konteks organisasi. Dalam aplikasinya akan
terdapat 3 jenis komunikasi yang terjadi di dalam sebuah organisasi, yaitu vertikal
keatas, vertikal kebawah dan horizontal. Ketiga jenis komunikasi ini muncul seiring
Universitas Sumatera Utara
dengan proses komunikasi didalam organisasi yang sebelumnya telah memiliki
jenjang-jenjang dan kedudukan tertentu. Vertikal kebawah berarti komunikasi ini
dilakukan oleh individu berkedudukan yang lebih tinggi dari komunikan, sebagai
contoh atasan memberi perintah kepada bawahan. Vertikal keatas merupakan
kebalikan dari Vertikal kebawah, yakni individu berkedudukan lebih rendah yang
menjadi komunikator, sebagai contoh seorang staf pegawai/kepala bagian/kepala
seksi melaporkan pekerjaannya kepada atasan. Komunikasi horizontal adalah
komunikasi dimana komunikator dan komunikan memiliki kedudukan/jabatan yang
sama didalam sebuah organisasi. Sebagai contoh diskusi antar pimpinan, obrolan
staf/pegawai, dan lain-lain. Komunikasi ini lebih sering digunakan individu untuk
memecahkan sebuah masalah atau mengoptimalkan pekerjaannya.
Komunikasi
horizontal dalam
suatu
organisasi
lebih
sering
terjadi
dibandingkan dengan arus vertikal. Mengapa demikian ? Salah satu alasannya karena
komunikasi horizontal lebih terbuka dan lebih efektif dengan orang-orang di
lingkungannya, serta yang mempunyai kedudukan yang sama dibandingkan dengan
orang yang kedudukannya lebih tinggi.
Implementasi dari model komunikasi tersebut dalam konteks Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi Sumnatera Utara juga tidak dapat terlepas, dimana upaya
pencapaian kinerja dan tujuan organisasi senantiasa dicapai dengan upaya komunikasi
organisasi, khususnya komunikasi horizontal. Komunikasi horizontal memiliki fungsi
strategis manakala dinas Perikanan dan kelautan memiliki personil yang sangat
banyak yaitu 188 orang dengan jangkauan tugas yang sangat luas serta fungsi yang
berbeda-beda. Melalui komunikasi horizontal diharapkan terjadi pertukaran informasi
Universitas Sumatera Utara
untuk mengoptimalkan tugas dan fungsi dinas perikanan dan kelautan sehingga tujuan
organisasi secara paripurna dapat dicapai.
Sejauh pengamatan penulis, komunikasi yang formal selama ini antara atasan
kepada bawahan dikantor lebih banyak dilakukan dalam konteks pelaksanaan
pekerjaan. Memang melalui komunikasi vertikal ini banyak sekali tugas-tugas kantor
dapat diselesaikan. Namun jika ditilik lebih lanjut, upaya penyelesaian tugas tersebut
tidak terlepas dari kegiatan komunikasi antar pejabat setingkat dalam bentuk
koordinasi dan mencari solusi dari upaya penyelesaian tugas tersebut. Oleh sebab itu,
tanpa menghilangkan pentingnya komunikasi vertikal, ternyata komunikasi horizontal
menjadi faktor kunci efektif dan efesiennya sebuah tugas yang dibebankan oleh
organisasi.
Pola komunikasi horizontal menjadi penting pada organisasi birokrasi,
khususnya pada dinas perikanan dan kelautan, karena pola komunikasi vertikal telah
terlaksana dengan baik dimana setiap instruksi yang diberikan akan segera difahami
dan dilaksanakan oleh para bawahan. Akan halnya hubungan antar staf atau antar
pejabat setingkat yang berbeda fungsi akan sulit mencapai efektivitas
karena
perbedaan kepentingan dan kebutuhan. Melalui komunikasi horizontal, maka
kesefahaman kepentingan organisasi dimana orang pada level yang sama saling tukar
informasi untuk mencapai tujuan organisasi. Pada intinya komunikasi model
horisontal memfokuskan pada penyampaian informasi kepada orang-orang yang
berada pada level atau otoritas yang sama/sederajat.
Komunikasi antar pegawai yang setingkat kedudukannya dalam suatu
organisasi diperlukan untuk melakukan kegiatan koordinasi dan integrasi atas fungsifungsi organisasi yang berbeda. Karena mekanisme yang ada selama ini, biasanya
Universitas Sumatera Utara
tidak menempatkan komunikasi horizontal dalam desain organisasi. Hubungan antar
rekan sejawat dilepaskan dan diserahkan secara langsung kepada masing-masing
individu. Padahal komunikasi horizontal diperlukan untuk koordinasi dan juga bisa
memberikan kepuasaan akan kebutuhan sosial.
Disini, komunikasi horisontal memiliki fungsi memperlancar aktivitas
organisasi dalam melakukan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan tugas-tugas
yang harus diselesaikan, menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi bersama,
memfasilitasi tercapainya pemahaman bersama atas perbedaan-perbedaan yang
muncul, menyelesaikan perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam organisasi,
memberikan dukungan dalam hubungan kerja yang produktif.
Upaya untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan kinerja Dinas Kelautan dan
perikanan melaui pendekatan komunikasi horizontal perlu terus diupayakan melalui
bentuk-bentuk komunikasi antar personal antara lain melalui obrolan waktu senggang,
telpon, forum rutin, diskusi. Selain fungsi koordinatif, komunikasi model ini dapat
dioptimalkan untuk sharing informasi, problem solving maupun resolusi konflik yang
mungkin terjadi dalam organisasi.
Oleh sebab itu, dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam konteks
efektifitas kerja, dibutuhkan model komunikasi yang disesuaikan dengan lingkungan
kerja, yang dalam hal ini organisasi Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sumatera
Utara yang memiliki visi dan misi dengan pola komunikasi horizontal yang perlu
untuk diteliti.
I .2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat
dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Bagaimanakah peranan Komunikasi Horizontal terhadap efektifitas kerja pegawai
pada kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara?
1.3 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan
memperjelas masalah yang dibahas dalam penelitan sehingga lebih terarah, maka
penulis membatasi masalah sebagai berikut:
a. Komunikasi Horizontal dalam organisasi yang akan akan diteliti adalah
pertukaran pesan yang berlangsung di antara para pegawai ataupun bagian
yang memiliki kedudukan yang setara. Pesan ini biasanya berhubungan
dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan seperti Memperbaiki koordinasi
tugas, Upaya
pemecahan
masalah,
Saling
berbagi
informasi, Upaya
pemecahan konflik, Membina hubungan melalui kegiatan bersama.
b. Efektivitas Kerja terbatas pada aspek pencapaian kinerja sesuai dengan
Laporan Akuntabilitas Kinerja instansi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Sumatera Utara tahun 2010.
c. Objek penelitian adalah kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Sumatera Utara.
d. Penelitian dilakukan mulai bulan April 2011-selesai.
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
I.4.1) Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah sudah pasti
mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Demikian juga dengan penelitian ini yang
memiliki tujuan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Untuk mengetahui bagaimanakah komunikasi horizontal yang terjadi pada
kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera.
b. Untuk mengetahui apakah komunikasi horizontal berperan terhadap efektifitas
kerja pegawai di kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera.
1.4.2) Manfaat penelitian
a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah
penelitian dibidang Ilmu Komunikasi, khususnya mengenai komunikasi
horizontal dalam organisasi.
b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tempat bagi penulis
untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama ini.
c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
bagi pihak-pihak yang berkepentingan yang membutuhkan pengetahuan
berkenaan dengan penelitian ini.
I. 5. Kerangka Teori
Setiap
penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir
dalam memecahkan dan menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka
teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana
masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1995 : 40).
Menurut Kerlinger, teori merupakan himpunan konstruk (konsep), yang
mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dan menjabarkan relasi diantara
variable untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. (Rakhmat, 2004 : 6).
Dengan adanya kerangka teori akan membantu peneliti dalam menentukan
tujuan dan arah penelitiannya. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi
2. Komunikasi Organisasi
3. Jaringan Komunikasi dalam Organisasi
Universitas Sumatera Utara
4. Komunikasi Horizontal dalam Organisasi
5. Efektifitas Kerja
I.5.1) Komunikasi
Sebagai makhluk sosial, komunikasi merupakan unsur penting dalam
kehidupan manusia. Kegiatan komunikasi akan timbul jika seorang manusia
mengadakan interaksi dengan manusia lain, jadi dapat dikatakan bahwa komunikasi
timbul sebagai akibat dari adanya hubungan social. Pengertian tersebut mengandung
arti bahwa komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat manusia, baik
sebagai individu maupun sebagai kelompok.
Komunikasi hakikatnya adalah proses pernyataan antar manusia. Yang
dinyatakan adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Komunikasi berarti proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Pesan komunikasi terdiri
dari dua aspek, pertama isi pesan (the content of the message), kedua adalah lambing
(symbol), Konkretnya isi pesan itu adalah pikiran atau perasaan, lambing adalah
bahasa (Effendy,1993:28).
Harold laswell dalam karyanya Strukture and Function of Communication in
Society (dalam Effendy, 1993:253), mengatakan bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu. who says what in which channel to whom and with what
effect. Jadi unsur-unsur yang terdapat dalam komunikasi menurut paradigma Laswell
ada lima, yaitu:
1. Komunikator (communicator, source, sender)
2. Pesan (Message)
Universitas Sumatera Utara
3. Media (channel, media)
4. Komunikan (communicant,communicate,receiver, recipient)
5. Efek (Effect, impact, influence)
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau
perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa
merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya.
Perasaan bisa berupa keyakinan, keragu-raguan, kekawatiran, kemarahan, keberanian,
kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.
Unsur-unsur yang terlibat dalam proses komunikasi (dalam Ruslan,1998:79)
adalah:
-
Sender (komunikator), yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau
sejumlah orang.
-
Encoding (penyandian), yaitu proses pengalihan pikiran kedalam bentuk
lambang.
-
Message
(pesan),
merupakan
seperangkat
lambang
bermakna
yang
disampaikan oleh komunikator.
-
Media (Saluran), yaitu tempat berlalunya pesan dari komunikator ke
komunikan
-
Decoding (pengawasandian), yaitu proses dimana komunikan menetapkan
makna pada lambing yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
-
Receiver, yakni komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
-
Response (tanggapan), yaitu seperangkat reaksi pada komunikan setelah
diterpa pesan.
Universitas Sumatera Utara
-
Feedback (umpan balik), yaitu tanggapan komunikan apabila tersampaikan
atau disampaikan kepada komunikator.
-
Noise, yaitu gangguan yang tidak terencana yang terjadi dalam proses
komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang
berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
Agar komunikasi efektif, proses penyandian oleh komunikator harus bertauan
dengan proses pengawasandian oleh komunikan. Wilbur Schramm melihat pesan
sebagai tanda esensial yang harus dikenal oleh komunikan. Semakin tumpang tindih
bidang pengalaman (Field of experience) komunikator dengan bidang pengalaman
komunikan, akan semakin efektif pesan yang dikomunikasikan. Komunikator akan
dapat menyandi dan komunikan akan dapat mengawasandi hanya dalam istilah- istilah
pengalaman yang dimiliki masing-masing.
Dalam teori komunikasi dikenal istilah empathy, yang berarti kemampuan
memproyeksikan diri kepada peranan orang lain. Jadi, meskipun antara komunikator
dengan komunikan terdapat perbedaan dalam kedudukan, jenis pekerjaan, agama,
suku, bangsa, tingkat pendidikan, ideologi, dan lain-lain, jika komunikator bersikap
empatik, komunikasi tidak akan gagal. Komunikasi efektif harus direncanakan dengan
memperhatikan situasi, waktu, tempat dan pendengarnya. (dalam Effendy, 2000:18)
I.5.2) Komunikasi Organisasi
Bila sasaran komunikasi dapat diterapkan dalam suatu organisasi baik
organisasi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, maupun organisasi perusahaan,
maka sasaran yang dituju pun akan beraneka ragam, tapi tujuan utamanya tentulah
untuk mempersatukan individu-individu yang tergabung dalam organisasi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Mengenai organisasi, salah satu defenisi menyebutkan bahwa organisasi
merupakan suatu kumpulan atau sistem individual yang melalui suatu hirarki/jenjang
dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan. Dari batasan
tersebut dapat digambarkan bahwa dalam suatu organisasi mensyaratkan:
1. Adanya suatu jenjang jabatan ataupun kedudukan yang memungkinkan semua
individu dalam organisasi tersebut memiliki perbedaan posisi yang jelas,
seperti pimpinan, staff pimpinan dan karyawan.
2. Adanya pembagian kerja, dalam arti setiap orang dalam sebuah institusi baik
yang komersial maupun sosial, memiliki satu bidang pekerjaan yang menjadi
tanggungjawabnya.
Dengan landasan konsep-konsep komunikasi dan organisasi sebagaimana
yang telah diuraikan, maka kita dapat memberi batasan tentang komunikasi dalam
organisasi secara sederhana, yaitu komunikasi antarmanusia (human communication)
yang terjadi dalam kontek organisasi.
Atau dengan meminjam definisi dari
Goldhaber, komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu
jaringan yang sifat hubungannya saling bergabung satu sama lain (the flow of
messages within a network of interdependent relationships).
Sebagaimana telah disebut terdahulu, bahwa arus komunikasi dalam
organisasi meliputi komunikasi vertikal dan komunikasi horisontal. Masing-masing
arus komunikasi tersebut mempunyai perbedaan fungsi yang sangat tegas. Ronald
Adler dan George Rodman (1997:18)
dalam buku Understanding Human
Communication, mencoba menguraikan masing-masing, fungsi dari kedua arus
komunikasi dalam organisasi tersebut sebagai berikut:
1. Downward communication, yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang
yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya.
Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
a) Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction)
b) Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk
dilaksanakan (job retionnale)
c) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku
(procedures and practices)
d) Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
2. Upward communication, yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan
(subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari
bawah ke atas ini adalah:
a) Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah
dilaksanakan
b) Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas
yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan
c) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan
d) Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun
pekerjaannya.
3. Horizontal communication, yaitu tindak komunikasi ini berlangsung di antara para
karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus
komunikasi horisontal ini adalah:
a)
b)
c)
d)
e)
Memperbaiki koordinasi tugas
Upaya pemecahan masalah
Saling berbagi informasi
Upaya pemecahan konflik
Membina hubungan melalui kegiatan bersama.
I.5.3) Jaringan Komunikasi dalam Organisasi
Jaringan komunikasi organisasi merupakan suatu struktur saluran dimana
informasi melewatinya dari individu satu ke individu lainnya. Jaringan tersebut
mengandung alur informasi, dan ia mencerminkan interaksi formal antar anggota
organisasi. Beberapa jaringan yang berbeda beroperasi di dalam organisasi kerja.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.
Jaringan komunikasi (dalam Golghaber, Gerald, M, 1990:56)
Jaringan rantai merupakan suatu pola komunikasi yang ada pada birokrasi dan
organisasi lain dimana terdapat suatu rantai formal komando. Informasi melintasi
hirarki organisasi baik ke atas maupun ke bawah dengan pertukaran antara satu orang
dan dua orang lainnya—satu diatas dan satu dibawah posisi seseorang itu sendiri.
Bergantung pada ukurannya, organisasi mungkin memiliki beberapa rantai
komunikasi yang menghubungkan tingkatan-tingkatan organisasi yang lebih tinggi
dan lebih bawah. Meskipun rantai tersebut hanya memiliki kapasitas dua-jalur, ini
digunakan terutama untuk komunikasi kebawah. Jaringan roda memasukkan satu
orang yang berkomunikasi dengan masing-masing dari sejumlah orang lainnya.
Jaringan Y memasukkan dua orang sentral yang menyampaikan informasi
kepada yang lainnya pada batas luar suatu pengelompokkan. Pada jaringan ini, seperti
pada
jaringan rantai,
sejumlah saluran terbuka dibatasi,
dan komunikasi
disentralisasi/dipusatkan. Orang hanya bisa secara resmi berkomunikasi dengan
orang-orang tertentu saja.
Pada jaringan pinwheel, seluruh saluran terbuka. Setiap orang berkomunikasi
dengan setiap orang lainnya. Pinwheel ini memberikan contoh suatu struktur
komunikasi yang terdesentralisasi. Jaringan terpusat/sentralisasi dan disentralisasi
Universitas Sumatera Utara
memiliki kegunaan yang berbeda. Sebagai contoh, struktur desentralisasi dapat lebih
efektif untuk pemecahan masalah secara kreatif, sedangkan strukur desentralisasi
lebih bagus untuk pergerakan informasi yang cepat.
I.5.4) Komunikasi Horizontal dalam Organisasi
Komunikasi horizontal menurut Stewart L. Tubbs-Sylvia Moss (1996:167)
terdiri dari penyampaian informasi diantara rekan sejawat dalam unit kerja yang sama.
Unit kerja meliputi individu-individu yang ditempatkan pada tingkat otoritas yang
sama dalam organisasi dan mempuyai atasan yang sama.
Tujuan dari komunikasi horizontal (dalam Stewart L.Tubbs-Sylvia Moss 1996
: 167) adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Untuk mengkordinasikan penugasan kerja
Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan
Untuk memecahkan masalah
Untuk memperoleh pemahaman bersama
Untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan
Untuk menumbuhkan dukungan antar pesona
Bentuk komunikasi horizontal yang paling umum mencakup semua jenis
kontak antar pesona. Bahkan bentuk komunikasi horizontal tertulis cenderung
menjadi lebih lazim. Komunikasi horizontal paling sering terjadi dalam rapat komisi,
interaksi pribadi, selama waktu istirahat, obrolan di telepon, memo dan catatan,
kegiatan sosial dan lingkaran kualitas.
Mengapa pendelegasian dari atasan ke bawahan seringkali tidak berhasil baik?
Mengapa banyak iklan yang tidak sukses mempromosikan produknya? Mengapa
sering kali kesepakatan bisnis terhambat dan gagal? Mengapa seringkali pergaulan
tidak berkembang? Semua hal ini mungkin terjadi karena cara kita berkomunikasi
yang tidak jelas, ambigius atau kurang strategis.
Universitas Sumatera Utara
Yang dimaksud dengan komunikasi horizontal disini adalah komunikasi yang
dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kedudukan yang sama, posisi yang sama,
jabatan se-level, eselon yang sama, dll. Untuk berkomunikasi dengan baik antar
sesama rekan kerja atau teman yang notabene-nya memiliki tingkat, latar belakang
pengetahuan dan pengalaman yang relatif sama dengan kita, ada beberapa hal yang
harus diingat.
Pertama, tentang pemilihan dan penggunanaan diksi yang sesuai dengan orang
yang tengah kita ajak bicara. Jangan menggunakan kata-kata teknis yang kerap kita
gunakan di bidang/departemen yang kita geluti. Hal ini bukan hanya menimbulkan
ketidakmengertian orang-orang dari lintas departemen yang kita ajak bicara,
melainkan juga bisa menuai rasa antipati karena dianggap terlalu menyombongkan
diri dengan penggunaan kata-kata tersebut (walaupun hal itu tidak diniatkan).
Kedua, yang harus diperhatikan dalam komunikasi di level yang sama ini
adalah faktor psikologis orang yang kita ajak bicara. Artinya, jangan memberikan
sebuah informasi dengan cara ’menggurui’ seolah-olah orang yang kita ajak bicara itu
tidak mengerti. Pemahaman situasi psikologis ini akan menyebabkan kita memilah
dan memilih kata-kata yang tidak menyinggung perasaan orang sejajar tersebut.
Ketiga, bahasa tubuh yang digunakan tidak boleh yang bersifat agresif dan
invasif. Setiap gerak tubuh harus disesuaikan sedemikian rupa sehingga tidak ada
pihak yang merasa tersenggol ’ego’-nya secara negatif dan destruktif. Ketiga faktor
berkomunikasi secara horizontal ini akan memberikan hasil yang lebih maksimal
kepada penuturnya jika dicamkan dan dilaksanakan dengan baik pada saat
berkomunikasi dengan pihak manapun yang kita anggap paralel, apakah itu dalam hal
Universitas Sumatera Utara
status ekonomi, posisi kerja, pengalaman dan pengetahuan, dll. (Stewart L.TubbsSylvia Moss 1996 : 168)
Lateral atau horizontal communication mengambil tempat satu level dalam
organisasi. Sebagai contoh, di dalam tim, diantara kepala departemen dan diantara
pengkoordiansi dan peranan penghubung. Terkadang, semakin cepat dan semakin
efektif sebuah pesan terkirim secara horizontal daripada upward maupun downward.
Horizontal communication yang bagus sering menghalangi persaingan,
perilaku teritorial, dan spesialisasi fungsi pekerjaan yang berlebihan, yang dapat
semakin mempertegas batas in group/out group, penggunaan jargon ataupun
meniadakan kode-kode dan keseganan untuk membagi informasi.
Komunikasi lateral atau horisontal terjadi antar rekan kerja. Anggota tim dan
departemen harus berkomunikasi untuk memperluas hubungan kerja mereka. Karena
jalur otoritas tidak berseberangan, maka komunikasi lateral ini lebih cepat daripada
komunikasi ke atas atau ke bawah secara hirarkis. Komunikasi horisontal terjadi
antara orang-orang yang pada tingkat yang sama atau orang-orang yang pada tingkat
yang berhubungan pada divisi yang berbeda dalam suatu organisasi.
Komunikasi horisontal yang efektif dapat membantu orang-orang untuk
mengkoordinasikan proyek menyelesaikan masalah, memberikan pemeriksaan
informasi, memecahkan konflik-konflik dan membuka jalan bagi terciptanya
hubungan-hubungan bisnis. Seringkali komunikasi horisontal terhalang karena
kecemburuan, hambatan spesialisasi teknis, atau lokasi yang terpisah dan terlalu
banyak arus informasi yang diterima pegawai untuk memproses data secara tepat.
Sebagi contoh, orang-orang pada suatu unit mungkin merasa bahwa mereka bersaing
dengan staf produksi untuk semua jenis „rembesan“ bonus, informasi, posisi baru, dan
Universitas Sumatera Utara
sebagainyap dan mungkin berupaya membatasi jumlah informasi yang dibagikan.
Oleh karena itu manajer yang berwawasan luas akan menciptakan suatu lingkungan
yang lebih menghargai suatu bentuk kerjasama daripada persaingan jadi. Mereka
berupaaya meningkatkan lingkungan komunikasi seluruh organisasi. Pengenalan dan
penghargaan terhadap suatu kelompok-suatu tim- pegawai adalah satu cara untuk
mendorong rasa jiwa kerja sama.
1.5.5) Efektivitas kerja
Efektivitas kerja pegawai yaitu suatu keadaan tercapainya tujuan yang
diharapkan atau dikehendaki melalui penyelesaian pekerjaan sesuai dengan rencana
yang telah ditentukan. Adapun pengertian efektivitas menurut para ahli diantaranya
sebagai berikut :
Sondang P. Siagian (2001 : 24) memberikan definisi sebagai berikut :
“Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam
jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan
sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukan
keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil
kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu
pekerjaan dapat dilaksanakan secara tepat, efektif, efisien apabila pekerjaan tersebut
dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan yang telah direncanakan. efektifitas adalah
suatu ukuran yang menyatakan seberapa baik atau seberapa jauh sasaran (kuantitas,
kualitas, waktu) telah tercapai. Efektifitas ialah pengukuran dalam arti tercapainya
sasaran yaitu tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Jelas bila sasaran atau tujuan
yang telah dicapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya maka pekerjaan akan
efektif, sebaliknya bila tujuan atau sasaran tidak selesai sesuai waktu yang ditentukan,
pekerjaan itu tidak efektif.
Universitas Sumatera Utara
Dari pengertian-pengertian efektifitas tersebut dapat disimpulkan bahwa
efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,
kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut
sudah ditentukan terlebih dahulu. Berdasarkan hal tersebut maka untuk mencari
tingkat efektifitas dapat digunakan rumus: “Efektifitas = Ouput Aktual/Output
Target= 1, jika output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau
sama dengan 1 (satu), maka akan tercapai efektifitas. Jika output aktual berbanding
output yang ditargetkan kurang daripada 1 (satu), maka efektifitas tidak tercapai”.
Efektivitas kerja terdiri dari dua kata yaitu efektivitas dan kerja. Menurut
Richard M. Steers (1980 : 1), efektivitas yang berasal dari kata efektif, yaitu suatu
pekerjaan dikatakan efektif jika suatu pekerjaan dapat menghasilkan satu unit
keluaran (output). Suatu pekerjaan dikatakan efektif jika suatu pekerjaan dapat
diselesaikan tepat pada waktunya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
I. 6. Model Teoritis
Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan
dibentuk menjadi suatu model teoritis sabagai berikut:
Gambar 1.2 Model Teoritis
KOMUNIKASI
HORIZONTAL
EFEKTIVITAS
KERJA
1.7. Kerangka Konsep
Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang
bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil peneltian yang dicapai dapat
mengantar peneliti pada rumusan hipotesa.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan sebelumnya, kerangka
konsep yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal yaitu terdiri dari penyampaian informasi diantara rekan
sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu-individu yang
ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempuyai
atasan yang sama.
b. Efektivitas Kerja
efektifitas kerja yaitu penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah
ditetapkan, artinya apakah pelaksanaan sesuatu tugas dinilai baik atau tidak sangat
tergantung pada bilamana tugas itu diselesaikan, dan tidak terutama menjawab
bagaimana cara melaksanakannya dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu.
Diukur dengan indikator kecepatan dan ketepatan dalam menyelesaikan
pekerjaan, teknik penyelesaian pekerjaan, keterampilan melaksanakan proses
pekerjaan, mutu/kualitas pekerjaan yang dihasilkan, kemampuan, menyelesaikan
pekerjaan
Variabel Teoritis
Komponen
Komunikasi Horizontal
•
•
•
•
•
•
Konseptualisasi
Variabel Operasional
Untuk mengkordinasikan penugasan kerja
Berbagi informasi mengenai rencana dan
kegiatan
Untuk memecahkan masalah
Untuk memperoleh pemahaman bersama
Untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi
perbedaan
Untuk menumbuhkan dukungan antar pesona
Universitas Sumatera Utara
Komponen
Efektifitas kerja
Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan
seberapa baik atau seberapa jauh sasaran telah
tercapai
1. kuantitas,
2. kualitas,
3. waktu
1.8. Deskripsi Operasional Variabel
Secara operasional variabel perlu didefinisikan yang bertujuan untuk
menjelaskan makna variabel penelitian. Singarimbun sebagaimana dikutip Ridwan
(2004) memberikan pengertian tentang definisi operasional adalah unsur penelitian
yang memberikan petunjuk bagaimana variabel itu diukur.:
1. Variabel Komunikasi Horizontal
Variabel Komunikasi Horizontal terdiri dari:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Untuk mengkordinasikan penugasan kerja
Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan
Untuk memecahkan masalah
Untuk memperoleh pemahaman bersama
Untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan
Untuk menumbuhkan dukungan antar pesona
2. Variabel Eefektifitas Kerja
terdiri dari: efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa baik atau
seberapa jauh sasaran (kuantitas, kualitas, waktu) telah tercapai.
1. kuantitas,
2. kualitas,
3. waktu
Universitas Sumatera Utara
Download