NILAI-NILAI MORAL DALAM SYAIR TANPO WATON KARYA KH

advertisement
NILAI-NILAI MORAL DALAM SYAIR TANPO WATON KARYA KH.
MUHAMMAD NIZAM AS-SHOFA
Lailatul Mauludiyah
Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak: Sebuah karya sastra yang baik untuk dinikmati oleh
masyarakat jika di dalamnya mengandung nilai-nilai yang positif.
Demikian juga dengan syair, akan baik didengarkan oleh
masyarakat jika di dalamnya mengandung nilai-nilai yang mampu
menjadi suri tauladan bagi masyarakat yang mendengarkannya.
Dalam suatu karya sastra banyak nilai-nilai yang penting yang
bisa diambil oleh masyarakat, salah satunya adalah nilai
moral.Nilai moral tersebut dapat memberikan keteladanan bagi
penikmat syair, sehingga dengan mendengarkan syair masyarakat
dapat memeperoleh pemahaman tentang nilai moral yang
akhirnya dapat berpengaruh positif pada dirinya. Untuk itulah
dipandang perlu masyarakat mengetahui nilai-nilai moral yang
berada di dalam Syair Tanpo Waton.
Tujuan umum penelitian ini untuk memperoleh deskripsi
dan interpretasi tentang nilai-nilai moral dalam syair Tanpo
Waton KH. Muhammad Nizam As-Shofa. Tujuan khusus adalah
memperoleh deskripsi dan interpretasi tentang nilai moral
individu , sosial, dan religius dalam syair Tanpo Waton karya
KH. Muhammad Nizam As-Shofa. Pelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dan jenisnya deskriptif. Pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi, dengan
teknik analisis deskriptif. Untuk memperoleh keabsahan data
yang sesuai dengan kenyataan hasil penelitian, penelitian ini
menggunakan empat teknik pemeriksaan keabsahan data, yakni
dengan
perpanjangan
keikutsertaan,
ketekunan/keajegan
pengamatan, triangulasi, dan pemeriksaan sejawat melalui
diskusi. Kegiatan akhir analisis ini adalah dihasilkannya korpus
data yang di dalamnya ada bait-bait Syair Tanpo Waton yang
digolongkan pada nilai individu, sosial, dan religi yang kemudian
diinterpretasi dan selanjutnya diperkuat dengan ayat Al-qur’an
dan hadits.
Kata-kata kunci : nilai moral, invidu, sosial, religius, syair
PENDAHULUAN
Syair
Tanpa
Waton
merupakan syair yang banyak dikenal
oleh masyarakat terutama umat Islam.
Syair ini sering dilantunkan ketika
akan shalat dan pengajian di desadesa maupun di pondok pesantren.
Syair ini mengandung nasihat bagi
umat muslim untuk kebaikan, seperti
ajakan untuk mencari ilmu agama.
NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 140
Mencari ilmu agama di sini bukan
hanya sekadar membaca Al Qur’an
saja,
namun
juga
sekaligus
memahami aturan-aturan yang ada di
dalamnya. Ada juga ajakan untuk
manusia agar selalu memperbaiki
dirinya, menjaga hubungan dengan
orang lain, dan dengan Tuhan. Selain
itu ada juga ajakan untuk belajar,
yang dimaksud belajar adalah bukan
hanya mempelajari syari’at agama
saja tanpa mempraktikkannya ke
dalam kehidupan sehari-hari. Hal
tersebut hanya akan menjadikan
seseorang pandai berbicara secara
teori tanpa dapat memberi suri
tauladan yang baik.
Sebagian kalangan percaya
bahwa yang mengarang sekaligus
yang melantunkan Syair Tanpa Waton
adalah KH. Abdur Rahman Wahid
atau yang lebih dikenal dengan Gus
Dur. Hal ini disebabkan karena
kandungan dalam syair tersebut sama
dengan apa yang diperjuangkan
beliau semasa hidupnya, sehingga
masyarakat yakin jika Syair Tanpa
Waton memang ditulis oleh Gus Dur.
Ditambah lagi adanya rekaman Syair
Tanpa Waton yang menyebar luas di
youtube dengan suara mirip Gus Dur
menambah keyakinan masyarakat
bahwa memang Syair Tanpa Waton
hasil tulisan beliau.
Pendapat lain menyatakan
bahwa penulis Syair Tanpa Waton
adalah KH. Mohammad Nizam AsShofa, Lc alias Gus Nizam. Beliau
adalah pengasuh pondok pesantren
Ahlus Shafa wal Wafa Sioketawang,
Wonoayu, Sidoarjo. Penelusuran yang
dilakukan oleh Kasaenan (2011) yang
dipublikasikan
di
situs
blog
pribadinya sejalan dengan pendapat
tersebut. Syair ini beredar di dunia
maya sejak November 2011 dan yang
menyebarkan
adalah
komunitas
pengidola Gusdur yang disebut
dengan Gusdurian. Semua vidio klip
suaranya seragam dilantunkan satu
orang, dan diyakini suara tersebut
adalah suara Gus Dur, namun setelah
memutar beberapa kali suara itu
terdengar seperti suara Gus Dur
ketika masih muda.
Penelusuran demi penelusuran
dilakukan akhirnya menemui titik
terang. Setelah berhasil menemui Gus
Nizam, beliau menyatakan bahwa
benar Syair Tanpa Waton adalah
ciptaannya pada tahun 2004. Di versi
pertama syair ini lebih panjang dua
bait, kemudian diversi kedua tahun
2007 dua bait tersebut dihapus dan
versi kedua itulah yang beredar luas.
Hal tersebut juga dibenarkan oleh
para jama’ah pondok pesantren Ahlus
Shafa wal Wafa yang telah mengikuti
pengajian Gus Nizam. Dari situ
jelaslah sudah bahwa Syair Tanpa
Waton merupakan ciptaan dari Gus
Nizam.
Pada umumnya keberadaan
karya sastra kurang dikenal atau
diketahui masyarakat sekarang, hal itu
disebabkan karya sastra lama
menggunakan bahasa daerah yang
sulit dipahami masyarakat. Berbeda
dengan Syair Tanpa Waton yang
familiar di telinga masyarakat,
penggunaan bahasa Jawa yang mudah
dimengerti
adalah
salah
satu
alasannya.
Meskipun
demikian,
dibalik kesederhanaan bahasanya
diduga di dalam Syair Tanpa Waton
mengandung makna filosofis dan
mengajarkan banyak nilai moral yang
harus dipelajari oleh masyarakat.
Moral ialah tatanan atau
ukuran yang mengatur tingkah laku,
perbuatan dan kebiasaan manusia
yang dianggap baik dan buruk oleh
NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 141
masyarakat. Baik dan buruk orang
yang satu dengan yang lainnya ada
kalanya tidak sama. Oleh sebab itu
masyarakat memberikan pedoman
pokok tingkah laku, kebiasaan, dan
perbuatan yang telah disusun dan
dianggap baik oleh seluruh anggota
masyarakat itu.
Membaca karya sastra tidak
dapat lepas dari keinginan untuk
mengungkap makna dan nilai dari
karya sastra tersebut. Sebagai hasil
karya sastra Syair Tanpa Waton
memiliki makna yang sangat indah
dan mengajarkan nilai-nilai moral
bagi manusia yang diuraikan lewat
bait-bait syair. Syair sebagai salah
satu karya sastra dan menjadi ciri
kebudayaan bangsa harus dilestarikan.
Tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk
memperoleh deskripsi dan interpretasi
tentang nilai moral individu, sosial,
dan religius dalam syair Tanpo Waton
karya KH. Muhammad Nizam AsShofa.
MANFAAT PENELITIAN
Bagi pembelajaran sastra di
sekolah,
hasil
penelitian
ini
diharapkan menjadi salah satu
landasan teori pembelajaran apresiasi
sastra jenis syair, khususnya sebagai
salah satu model analisis karya sastra.
Bagi masyarakat, penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai
dasar pijakan untuk pengembangan
wawasan moral yang nantinya akan
dapat
diimplementasikan
dalam
kehidupan sehari-hari. Bagi dunia
pendidikan, hasil penelitian akan
dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
sumber pendidikan moral dan etika
bagi para siswa. Bagi para guru
bahasa
dan
sastra
Indonesia,
penelitian ini dapat dijadikan salah
satu acuan dalam proses belajar
mengajar
khususnya
dalam
pembelajaran apresiasi sastra. Bagi
penikmat sastra, penelitian ini akan
dapat dijadikan sebagai salah satu
referensi teknik apresiasi sastra
(syair). Bagi peneliti berikutnya, bagi
peneliti berikutnya yang sejenis dapat
menggunakan hasil penelitian ini
sebagai bahan acuan atau literatur,
maka bagi yang berkepentingan untuk
melaksanakan penelitian lebih lanjut
dapat digunakan sebagai bahan
inspirasi
dan
referensi
dalam
penelitian selanjutnya yang sejenis.
METODE PENELITIAN
Penelitian Pendekatan dalam
penelitian ini adalah kualitatif.
Menurut Syamsuddin dan Damaianti
(2009:73), penelitian kualitatif juga
bisa di maksudkan sebagai jenis
penelitian yang temuan-temuannya
tidak diperoleh melalui prosedur
statistik atau bentuk hitungan lainnya.
Pendekatan kualitatif memberikan
perhatian terhadap data alamiah, data
dalam hubungannya dengan konteks
keberadaannya.
Penelitian
ini
tergolong ke dalam penelitian yang
bersifat deskriptif. Hal ini dengan
alasan bahwa penelitian deskriptif
lebih sesuai untuk penelitian yang
bersangkut paut dengan masalah
kultur dan nilai sastra. Penelitian ini
bersifat empiris yang bertujuan
mendeskripsikan data apa adanya.
Data dalam penelitian ini adalah nilainilai moral yang terdapat dalam Syair
Tanpo Waton karya KH. Muhammad
Nizam As-Shofa, yaitu nilai moral
individu, nilai moral sosial, dan nilai
moral religius. Sumber data penelitian
ini yaitu Syair Tanpa Waton yang
terdiri atas 13 bait syair berbahasa
Jawa dan 3 bait syair yang berbahasa
NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 142
Arab yang diperoleh dari rekaman
syair tanpo waton yang diambil dari
youtube.
Teknik pengumpulan data
dokumentasi adalah salah satu cara
untuk mengumpulkan data-data yang
diperlukan dalam penelitian. Proses
memahami sastra pada dasarnya
melalui
kegiatan
membaca.
Sehubungan dengan penelitian ini
data diperoleh dari sumber data yang
dilakukan dengan cara sebagai
berikut,
(1)
membaca
dan
mendengarkan syair Tanpo Waton,
(2) memaknai tiap bait syair Tanpo
Waton, (3) mengidentifikasi dengan
menggunakan tanda atau kode pada
syair Tanpo Waton yang berkaitan
dengan nilai-nilai moral yang dapat
ditemukan dalam syair Tanpo Waton
yang
dianalisis
tersebut,
(4)
mengklasifikasikan nilai moral yang
ditemukan dalam syair Tanpo Waton,
dan (5) menganalisis perbaris dan
perbait syair Tanpo Waton yang
terpilih, yakni kegiatan memasukkan
perbaris dan perbait syair Tanpo
Waton yang terseleksi ke dalam tabel
penjaring data untuk diinterpretasikan
dan selanjutnya disimpulkan. Pada
dasarnya instrument penelitian ini
adalah
peneliti
sendiri
yang
merupakan instrumen kunci, baik
dalam pengumpulan data maupun
analisis data juga berupa tabel untuk
menjaring
data
dengan
cara
mendeskripsikan setiap variabel yang
ada dan dibantu tabel dengan
menggunakan kode sebagai petunjuk
untuk menjawab permasalahan yang
akan dikaji. Berdasarkan teknik
pengumpulan data yang dipergunakan
maka
data
dianalisis
dengan
menggunakan analisis deskriptif.
Berdasarkan nilai-nilai moral yang
dijadikan acuan penelitian meliputi,
(1) menelaah seluruh data yang telah
diperoleh berupa nilai Moral dalam
Syair Tanpo Waton yang terdiri dari
nilai moral individu, nilai moral
sosial, dan nilai moral religius, (2)
mereduksi dan mengaitkan data
tertulis
berupa
nilai
moral,
selanjutnya
dikutip
untuk
memperkuat analisis data, dan (3)
apabila hasil penelitian ini sudah
akurat serta data yang dibutuhkan
telah lengkap maka penelitian ini
telah dianggap berakhir. Ada empat
teknik yang digunakan dalam
penelitian ini untuk memeriksa
keabsahan data. Keempat teknik
tersebut adalah, (1) perpanjangan
keikutsertaan, (2) ketekunan/keajegan
pengamatan, (3) triangulasi, dan (4)
pemeriksaan teman sejawat melalui
diskusi.
HASIL ANALISIS DATA
Hasil dari analisis Syair Tanpo
Waton berupa data nilai moral
individu, sosial, dan religius yang
telah diinterpretasi dan dibahas
dengan mencantumkan ayat AlQur’an dan hadits. Data nilai moral
individu tentang cinta ilmu setinggitingginya, Data 2: NMI 3 (M 02:07)
Duh bolo konco priyo wanito (Wahai
para teman pria dan wanita), Ojo
mung ngaji syare’at bloko (Jangan
hanya mengaji syariat saja), Gur
pinter dongeng nulis lan moco
(Hanya pandai berbicara, menulis,
dan membaca), Tembe burine bakal
sengsoro (Esok hari bakal sengsara).
Dari syair tersebut, peneliti dapat
menjelaskan bahwa mencari ilmu
bagi umat muslim adalah wajib,
dimanapun dan kapanpun ilmu itu
bisa didapatkan. Mempelajari ilmu
agama atau mengaji wajib hukumnya
bagi
setiap
umat
muslim.
NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 143
Mempelajari ilmu agama tujuannya
bukan hanya untuk bisa berbicara,
menulis, dan membaca, tetapi
mempelajari ilmu agama tujuannya
adalah menanbah ilmu yang nantinya
akan membuat kita mengerti akan
ilmu agama dan mengamalkannya
sehingga diri kita akan lebih baik dan
dengan ilmu itu membuat kita lebih
dekat dengan Tuhan. Ketika kita
hanya bisa berbicara, menulis, dan
membaca
dan
tidak
pernah
mengamalkannya kita adalah manusia
yang merugi dan nantinya kita akan
sengsara, karena ilmu kita hanya
sebatas ucapan, tulisan, dan bacaan
tidak akan ada manfaatnya untuk kita
dan tidak akan mendekatkan kita
kepada Tuhan. Nilai cinta ilmu
setinggi-tingginya terlihat pada bait
syair tersebut, jangan hanya mengaji
syariat dan hasilnya pandai berbicara,
menulis, dan membaca. Bait syair di
atas menunjukkan bahwa, manusia
harus mempelajari ilmu agama
dengan sungguh-sungguh bukan
hanya sekadar bisa berbicara,
menulis, dan membaca saja tetapi
harus bisa menerapkannya dalam
kehidupan dan membuat kita lebih
dekat dengan Allah, seperti firman
Allah dalam surat Fa tir ayat 28,
yang artinya: ”Sesungguhnya yang
takut kepada Allah diantara hambahamba-Nya, hanyalah ulama.” (QS.
Fa tir/35:28). Dari firman Allah
tersebut, disebutkan ulama, karena
para ulama adalah orang-orang yang
ilmunya menjadikan dirinya lebih
baik dan membawanya lebih dekat
dengan Allah. Para ulama selalu
merasa kurang dalam hal ilmu agama
maka para ulama akan selalu mencari
ilmu
dan
tidak
lupa
juga
mengajarkannya kepada masyarakat
bukan hanya sekedar untuk digunakan
sendiri atau hanya bisa berbicara,
menulis, membaca tetapi tidak ada
manfaatnya bagi diri sendiri dan
orang lain sehingga akan membuat
sengsara dikemudian hari.
Data nilai moral sosial tentang
mempererat tali persaudaraan, Data 1:
NMS 3 (M 03:51), Iri lan meri sugihe
tonggo (Iri dan dengki kekayaan
tetangga), Mulo atine peteng lan nisto
(Maka hatinya gelap dan nista). Dari
syair
tersebut,
peneliti
dapat
menjelaskan bahwa, manusia tidak
akan hidup sendirian di dunia ini,
manusia adalah makhluk sosial yang
masih membutuhkan orang lain,
dalam hal ini adalah tetangga. Kita
harus memperhatikan hak dan
kewajiban kita sebagai seorang
muslim terhadap tetangga dan
menjaga
silaturahmi
terhadap
tetangga. Perbuatan Iri dan dengki
ketika melihat tetangganya mendapat
rizki atau mendapat kesuksesan
adalah perbuatan tercela, bisa
membuat kita tidak bersyukur atas
rizki kita sendiri dan bisa timbul
menfitnah atau terlalu cinta terhadap
dunia yang berlebihan. Sifat iri dan
dengki jika tidak diatasi banyak sekali
dampak negatifnya, salah satunya
mengatasi sifat ini adalah bersyukur
dengan nikmat yang telah kita
dapatkan walau sekecil apapun
bentuk nikamat itu, mendoakan
tetangga kita agar mendapatkan rizki
yang lebih lagi, dan dengan
menanamkan pikiran yang positif itu
juga cara agar kita terhindar dari sifat
iri dan dengki. Sifat iri dan dengki
menunjukkan hatinya gelap dan nista
karena akan muncul perbuatan jelek
lainnya. Karena sesungguhnya sifat iri
dan dengki adalah sifat yang sangat
tercela. Nilai mempererat tali
persaudaraan dapat dilihat dari baris
NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 144
syair tersebut dapat dijelaskan, sifat
iri dan dengki yang ada pada baris
syair merupakan nilai negatif dari
nilai mempererat tali persaudaraan.
Menjaga tali persaudaraan adalah
salah satu tangung jawab seorang
muslim, seperti dua baris syair di atas
adalah salah satu alasan yang sering
menyebabkan
tali
persaudaraan
terputus yaitu karena perasaan iri dan
dengki manusia. Iri dan dengki
merupakan salah satu akhlak tercela
yang wajib dijauhi oleh setiap
muslim, karena iri dan dengki
merupakan
bentuk
penentangan
terhadap apa yang telah Allah berikan
kepada
hamba-hambanya-Nya.
Menurut Zulfi (2004:22), hasud ada
dua macam, (1) mengharapkan
hilangnya kenikmatan orang lain baik
harta, ilmu, atau kekuasaan, lalu
pindah
kepada
dirinya,
(2)
mengharapkan hilangnya kenikmatan
yang dirasakan oleh orang lain,
walaupun ia tidak mendapatkannya.
Dalam hadits Rasulullah dijelaskan
tentang hasud, “Jauhilah hasud,
karena hasud dapat menghapus
kebaikan sebagaimana api membakar
kayu atau rerumputan.” (HR. Abu
Daud). Bahayanya hasud ini bagi diri
kita dan hubungan kita dengan orang
lain, karena selain bisa memutuskan
silaturrahmi juga bisa menghapus
amalan kita.
data nilai moral sosial tentang
ketaatan, Data 3: NMR 10 (M 05:43),
Al-Qur’an qodim wahyu minulyo (AlQur’an qodim wahyu mulia), Tanpo
tinulis biso diwoco (Tanpa ditulis bisa
dibaca), Iku wejangan guru waskito
(Itulah petuah guru mumpuni), Den
tancepake ing jero dodo (Ditancapkan
di dalam dada). Dari syair tersebut,
peneliti dapat menjelaskan bahwa, AlQur’an adalah wahyu dari Allah yang
sangat mulia dan kekal, dari dulu
sampai sekarang tidak ada perubahan
satu ayatpun di dalamnya. Al-Qur’an
meski tanpa ditulis bisa dibaca, itu
bisa dilihat dari pertama turunnya
wahyu sampai zaman sahabat baru
dituliskan dalam berbagai media, itu
dikarenakan
banyak
sahabat
penghafal Al-Qur’an yang gugur
dalam peperangan melawan kaum
kafir, karenanya Al-Qur’an mulai
dituliskan, sebelumnya Al-Qur’an
hanya ada pada hafalan Rasulullah
dan para sahabat saja tidak dalam
tulisan, itulah salah satu kelebihan AlQur’an yang mulia yang selalu dijaga
kesuciannya oleh Allah tidak ada satu
hurufpun yang berubah mulai dari
zaman Rasulullah, walaupun wahyu
yang diturunkan begitu banyak tetapi
bisa dibaca walau tanpa tulisan,
seperti wahyu pertama diturunkan
malaikat Jibril kepada Rasulullah di
Gua Hira’ yang meyuruh Rasulullah
untuk membaca bukan menulis. AlQur’an adalah firman dari Allah
itulah yang dimaksud dalam baris
petuah guru mumpuni dan Al-Qur’an
seharusnya memang ditancapkan di
dalam dada kita sebagai landasan kita
untuk menjalani hidup. Al-Qur’an
adalah benar-benar wahyu dari Allah
bukan buatan manusia. Di dalamnya
banyak mengandung nasihat-nasihat
dan hukum-hukum untuk hidup di
dunia dan akhirat. Sungguh amat baik
jika ditanamkan dikeseharian kita dan
ditancapkan di dalam dada dengan
penuh keyakinan, maka hidupnya
juga tidak akan tersesat ke jalan yang
dimurkai Allah nantinya. Nilai ketaan
dapat dilihat pada syair tersebut, yaitu
kemuliaan
Al-Qur’an
yang
merupakan firman Allah yang tidak
pernah berubah dan sebagai pedoman
manusia. Allah menurunkan Al-
NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 145
Quran sebagai pedoman bagi seluruh
umat manusia. Sesungguhnya apabila
seseorang menginginkan petunjuk
atau pedoman hidupnya, cukuplah ia
berpegang teguh pada Al-Quran
sebagai sumber dari segala ilmu juga
sebagai penerang (petunjuk) bagi
manusia. Dalam firman Allah, “Dan
kami turunkan kepadamu Al-Qur’an
agar kamu menerangkan kepada umat
manusia apa yang telah diturunkan
kepada mereka dan supaya mereka
memikirkannya.”
(QS.
AnNahl/16:44). Tidak ada keraguan jika
Al-Qur’an adalah pedoman atau
petunjuk umat islam, karena AlQur’an itu selalu dijaga keasliannya
oleh Allah, dari awal turun sampai
sekarang sudah tercetak sampai
puluhan ribu tetapi isinya tidak ada
yang berubah. Menurut Zainu
(2005:21), beriman kepada kitabkitab Allah yaitu Taurat, Injil, Zabur,
dan Al Qur’an dan yang paling utama
adalah Al Qur’an. Seperti yang sudah
disebutkan dalam rukun iman, di sana
juga dijelaskan bahwa yang wajib kita
imani, percayai, dan kita jadikan
pedoman adalah kitab Allah terutama
Al-Qur’an, karena Al-Qur’an adalah
kitab yang diturunkan kepada Nabi
yang terakhir dan sampai sekarang
keasliannya tidak diragukan.
Dari hasil penelitian ini
implementasi terhadap pembelajaran
adalah,
Selain berguna dalam
membantu proses pembelajaran,
sastra juga dapat berperan dalam: (1)
mendorong dan menumbuhkan nilainilai positif manusia seperti suka
menolong, berbuat baik, beriman, dan
bertaqwa, (2) memberi pesan kepada
manusia, terutama pemimpin agar
berbuat sesuai dengan harapan
masyarakat, mencintai keadilan,
kebenaran, dan kejujuran, (3)
mengajak orang untuk bekerja keras
demi kepentingan dirinya dan
kepentingan bersama, (4) merangsang
munculnya watak-watak pribadi yang
tangguh dan kuat, seperti kemampuan
untuk berkorban demi mencapai citacita. Dengan adanya peran yang
demikian, akan sangat berguna ketika
diaplikasikan
sebagai
media
pembelajaran, karena secara tidak
langsung dapat menciptakan peserta
didik yang berakhlak moral yang baik
dan merupakan calon-calon penerus
bangsa.
SIMPULAN
Nilai moral individu yang
ditemukan dalam Syair Tanpo Waton,
dapat dikemukakan simpulan: (1)
perlunya mencari ilmu agama (ngaji)
bagi
umat
muslim
serta
mengamalkannya dan selalu berdoa
kepada Allah agar diberikan ilmu
yang bermanfaat supaya bisa selamat
dunia dan akhiratnya, (2) perlunya
menjaga diri dan hati agar tidak
terjerumus pada tipu daya dunia yang
sering menyesatkan manusia, (3)
manusia harus selalu megingat Allah
lewat dzikir dan berpedoman pada AlQur’an untuk mempertebal keimanan
manusia, dan (4) manusia juga harus
selalu sabar akan riski yang diberikan
Allah SWT, karena tugas manusia
adalah
berusaha
dan
berdoa
sedangkan hasilnya Allah yang
menentukan.
Nilai moral sosial yang
ditemukan dalam Syair Tanpo Waton,
dapat dikemukakan kesimpulan: (1)
perlunya menanamkan rasa hormat
dan kasih sayang kepada setiap
manusia agar tidak menyakiti hati
orang lain dengan perkataannya dan
prasangkanya,
(2)
pentingnya
menanamkan
sikap
saling
NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 146
menghormati antara sesama manusia
agar hidup manusia menjadi aman
dan tentram tidak ada permusuhan
yang akan membuat antara sesama
umat muslim saling merendahkan, (3)
pentingnnya manusia saling memberi
nasihat kepada manusia lainnya (umat
muslim) tentang menuntut ilmu
agama,
kebaikan,
dan
ibadah
sehingga sebagai sesama umat islam,
bisa saling mengingatkan dalam hal
kebaikan
dan
sama-sama
memperbaiki diri sehingga bisa
menjadikan
kualitas
pribadi,
silaturahmi, dan ibadah yang baik, (4)
sangat dianjurkan bagi manusia untuk
menjaga silaturahmi kepada teman,
saudara,
dan
tetangga
serta
menjauhkan sifat-sifat yang nantinya
akan membuat pertengkaran dan
menjaga kerukunan, itu adalah
anjuran Nabi Muhammad SAW, dan
(5) pentingnya mendoakan orang lain
dengan doa yang baik, dalam
mendoakan orang lain malaikat akan
mendoakan kita sama seperti doa kita
kepada orang lain itu.
Nilai moral religius yang
ditemukan dalam Syair Tanpo Waton,
dapat dikemukakan kesimpulan: (1)
merupakan suatu keharusan bagi
manusia
untuk
bertobat
atau
memohon ampunan kepada Allah
agar semua dosa-dosa diampuni,
dalam bertaubat harus bersungguhsungguh dan tidak akan melakukan
perbuatan dosa itu lagi serta
memperbanyak membaca “Istighfar”,
(2) kepercayaan kepada Tuhan bisa
diwujudkan dengan sering membaca
shalawat kepada Nabi Muhammad
SAW, mengawali segala perbuatan
dengan memuji Allah SWT, dan
percaya akan takdir Allah karena
sesungguhnya
Allah
maha
berkehendak, (3) perlunya selalu
bersyukur kepada Allah atas semua
nikmat dan rahmat yang telah
diberikan setiap waktu, (4) ketaatan
kepada Allah dapat diwujudkan
melalui mempelajari ilmu agama dan
mengamalkannya
sehingga
mempertebal iman manusia, lebih
mendekatkan diri kepada Allah,
berpegang teguh kepada Al-Qur’an
dan hadits, mengimani semua yang
ada pada rukun iman, meneladani
kehidupan Nabi Muhammad SAW,
dan meyakini sifat-sifat Allah SWT,
(5) ketika beribadah manusia harus
melakukannya
dengan
ikhlas
sehingga tidak akan merusak ibadah
atau amalan kita dimata Allah, karena
itu pentingnya segala sesuatu
perbuatan diniatkan dengan baik
hanya berharap ridha dari Allah SWT
bukan karena manusia, dan (6)
pentingnya manusia untuk tawakal
kepada semua takdir Allah kepada
manusia, karena Allah SWT maha
tahu yang terbaik bagi manusia
dimata Allah karena Allah SWT maha
mengetahui semua hal yang tidak
diketahui oleh manusia.
SARAN
Bagi pembelajaran sastra,
penelitian ini dapat
dijadikan
landasan teori pembelajaran apresiasi
sastra jenis syair, khususnya sebagai
salah satu model analisis karya sastra,
sekaligus mempelajari budaya islam
dalam bahasa Jawa yang sudah jarang
dipelajari oleh para siswa. Bagi
masyarakat, penelitian ini dapat
dijadikan sebagai dasar pijakan untuk
pengembangan wawasan moral yang
nantinya
akan
dapat
diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga hasil penelitian
ini
bisa
memperbaiki
moral
masyarakat. Bagi dunia pendidikan,
NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 147
hasil
penelitian
ini
dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu
sumber pendidikan moral dan etika
bagi para siswa. Bagi guru bahasa dan
sastra Indonesia, penelitian ini dapat
dijadikan salah satu acuan dalam
proses belajar mengajar khususnya
dalam pembelajaran apresiasi sastra.
Bagi penikmat sastra, penelitian ini
dapat dijadikan sebagai salah satu
referensi teknik apresiasi sastra jenis
syair, dapat juga menambah wawasan
dalam memahami karya sastra dengan
bahasa Jawa yang di dalamnya
terdapat nilai-nilai moral. Bagi
peneliti berikutnya, hasil penelitian
ini dapat digunakan sebagai bahan
acuan atau literatur. Mengingat
keterbatasan peneliti yang hanya
berfokus pada nilai-nilai moral dalam
Syair Tanpo Waton saja, maka bagi
peneliti selanjutnya agar lebih
melengkapi penelitian ini dengan
kajian yang berbeda untuk tujuan
penyempurnaan penelitian ini lebih
lanjut.
DAFTAR RUJUKAN
Abu Luz, Abu Anas Ali bin Husein.
2002. Janganlah Mengkafirkan
Saudaramu. Terjemahan oleh
Muhammad Irfan. Jakarta: Najla
Press.
Al-Aidan, Abdullah bin Abdul Aziz.
2004. Jalan Menuju Sehat
Jasmani & Rohani (Melalui
Ruqyah Syar’iyah). Terjemahan
oleh Arwani Amin. Riyadh:
House of the Proper Knowledge
For Publishing & Distribution.
Al-Bukhari, Imam. 2008. Adabul
Mufrad (Kumpulan HaditsHadits Akhlak). Terjemahan oleh
Mohammad
Suri
Sudahri.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Al-Mishri
Al-Hasyimi,
Ahmad.2005.Mukhtarul
Haditsun Nabawiyah (HadisHadis Nabi Pilihan).Surabaya:
Al-Haromain Jaya.
Al-Utsaimin, Imam Muhammad bin
Shalih. 2008. Akhlaqul karimah
(Budi Pekerti yang Mulia).
Terjemahan oleh Abu Musa AlAtsari. Malang: Maktabah Abu
Salma.
Az-Zarnuji, Imam. 2012. Taklimul
Mutaallim. Surabaya: Maktabah
Al-Hidayah.
Bertens. 2011. Etika. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Departemen
Agama
Republik
Indonesia. 2005. Al-Qur’an dan
Terjemahan. Bandung: J-Art.
Endraswara,
Suwardi.
2008.
Metodologi Penelitian Sastra
(Epistemologi, Model, Teori,
dan Aplikasi). Yogyakarta:
MedPress.
Haidir, Abdullah. 2005. Nasihat dari
Hati ke Hati. Terjemahan oleh
Dewi.
Riyadh:
Kantor
Kerjasama Da’wah, Bimbingan
dan Penyuluhan bagi Pendatang,
Al-Sulay.
Kasaenan, Damar. 2011. Misteri
Pengarang Syiir Tanpa Waton.
(Online).
(http://aliksfx.blogspot.com/2011/10/misteri
-pengarang-syieirtanpowaton.html diakses tanggal
30 Januari 2016).
KBBI.
2008.
Pusat
Bahasa
Departemen
Pendidikan
Nasional. Jakarta: Bumi Aksara.
Magnis Suseno SJ, Franz. 2003. Etika
Jawa (Sebuah Analisa Falsafi
Tentang Kebijaksanaan Hidup
Jawa).
Jakarta:
Gramedia
Pustaka Utama.
NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 148
Mandaru. 2007. Mukjizat Taubat.
Jogjakarta: Diva Press.
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Nurgiantoro, Burhan. 2013. Teori
Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Salamah, Umi. 2001. Nilai-nilai
Moral dalam Kumpulan Puisi
Malu
(aku)
jadi
Orang
Indonesia Karya Taufiq Ismail
(Kajian
Semiotika,
Hermeneutika,
dan
Fenomenologi).
Tesis.
Universitas Negeri Malang:
Tidak diterbitkan.
Salam, Burhanuddin. 2000. Etika
Individual (Pola Dasar Filsafat
Moral). Jakarta: Rineka Cipta.
Salam, Burhanuddin. 2002. Etika
Sosial (Asas Moral dalam
Kehidupan Manusia). Jakarta:
Rineka Cipta.
Setiawan, Dani Sukma Agus. 2016.
Nilai-nilai
Moral
dalam
Legenda di Kabupaten Ngawi
(Sebuah
Kajian
Sosiologi
Sastra).
Tesis.
Universitas
Negeri
Malang:
Tidak
diterbitkan.
Sumarsono. 2011. Filsafat Bahasa.
Malang: Lembaga Penerbitan
Universitas Kanjuruhan.
Susilo, Edi. 2012. Teori Sastra.
Modul
Pembelajaran.
Universitas Kanjuruhan Malang:
Tidak diterbitkan.
Syamsuddin
dan
Vismaia
S.
damaianti.
2009.
Metode
Penelitian Bahasa. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Vika. 2013. Pengertian Nilai Moral.
(Online).
(http://piiekaa.blogspot.co.id/20
13/04/pengertian-nilai-
moral_5020.html diakses 30
Januari 2016).
Wahab, Muhammad bin Abdul. 2005.
Kitab Tauhid. Terjemahan oleh
Muhammad
Yusuf
Harun.
Riyadh: Islamic Propagation
Office in Rabwah.
Wahby, Abdul-Hadi bin Hasan. 2004.
Taubat (Jalan Menuju Surga).
Terjemahan
oleh
Abdullah
Haidir.
Riyadh:
Kantor
Kerjasama Da’wah, Bimbingan
dan Penyuluhan bagi Pendatang,
Al-Sulay.
Wellek, Rene & Warren, Austin.
2014.
Teori
Kesusastraan.
Terjemahan
oleh
Melani
Budianta. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Widoyoko, Eko Putro. 2013. Teknik
Penyusunan
Instrumen
Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Zainu, Muhammad Jamil. 2005.
Bimbingan Islam untuk Pribadi
dan Masyarakat. Terjemahan
oleh Abdul Muthith Abdul
Fattah dkk. Riyadh: Islamic
Propagation Office in Rabwah.
Zulfi.
2005.
Al-Akhlaku
Fil
Islam(Akhlak dalam Islam).
Terjemahan oleh Dewi. Jeddah:
Syu’bah Tau’iyah al Jaliyat Fi
Al-Zulfi Published.
Zulfi. 2003. Hukum dan Adab Islam.
Terjemahan oleh Dewi. Jeddah:
Syu’bah Tau’iyah al Jaliyat Fi
Al-Zulfi Published.
NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 149
Download