JURNAL JSV 33 (2), Desember 2015 SAIN VETERINER ISSN : 0126 - 0421 Identifikasi Bakteri Asam Laktat Isolat 9A dari Kolon Sapi Bali sebagai Probiotik melalui Analisis Gen 16S rRNA (Studies on Lactic Acid Bacteria Isolate 9A from Bali Cattle' Colon as a Probiotic Through 16S rRNA Gene Analysis) 1 2 Dewa Gede Agung Widyadnyana , I Dewa Made Sukrama , I Wayan Suardana 1 3* 2 Mahasiswa, Fakultas Kedokteran Hewan; Laboratorium Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran; 3 Laboratorium Kesmavet, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana *) Corresponding author: [email protected] ABSTRACT Lactic acid bacteria (LAB) is a bacterium that ferment lactose to produce lactic acid as the main product. Moreover, LAB also known potentially producing bacteriosins which has antimicrobial activity. On the order hands, Bali cattle has many advantages, one of them is their adaptation to survive in less nutritious food. Their characteristics were believed as a source of potential LAB. The aims of study was to discover the antimicrobial activity of LAB isolate 9A isolated from colon of bali cattle, so that it can be used as a probiotic, and to analyze the nucleotides sequences of 16S rRNA gene as well as their's phylogenetic tree. The LAB isolates were cultivated on MRS broth, followed by catalase test and stained with Gram staining. The antimicrobial activity was confirmated by testing them against pathogen bacteria (Escherichia coli and Staphylococcus aureus). The molecular analyses in order to confirm the strain of isolate was done by amplification of the 16S rRNA gene by using B27F and U1492R primers... The result of study showed antimicrobial activity of LAB isolate 9A against the growth of S.aureus is 37.56 – 61.47% with an average 50.35% compared antibiotic control. On the other hands, the isolate showed no antimicrobial activity to Escherichia coli. The isolate was identified as Streptococcus bovis (99% similarity with bootstrap value 100). Keywords: Lactic acid bacteria, bali cattle's colon, antimicrobial activity, 16S rRNA gene. ABSTRAK Bakteri asam laktat (BAL) merupakan bakteri yang mampu memfermentasi laktosa dan menghasilkan asam laktat sebagai produk utamanya. BAL berpotensi dalam memproduksi bakteriosin dan bersifat probiotik. Disisi lain, sapi bali diketahui memiliki banyak keunggulan salah satunya mampu memanfaatkan hijauan yang kurang bergizi, dan mempunyai daya cerna yang baik terhadap pakan, sehingga diharapkan dapat ditemukan BAL yang memiliki keunggulan spesifik. Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui aktivitas antimikroba BAL isolat 9A asal kolon sapi bali sehingga bisa di manfaatkan sebagai kandidat probiotik, serta untuk menganalisis susunan nukleotida dan gambaran pohon filogenetiknya. Penelitian diawali dengan kultivasi isolat pada media MRS broth, dilanjutkan dengan uji katalase dan pewarnaan Gram. Isolat BAL yang sudah terkonfirmasi diuji aktivitas antimikrobanya dengan bakteri patogen (Escherichia coli dan Staphylococcus aureus). Analisis molekuler dilakukan dengan amplifikasi gen 16S rRNA menggunakan primer B27F dan U1492R. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas antimikroba bakteri asam laktat isolat 9A mampu menghambat pertumbuhan S. aureus antara 37,56 - 61,47%, dengan rata-rata 50.35% jika dibandingkan dengan kontrol antibiotika. Dalam penelitian ini BAL tidak menunjukkan terjadinya penghambatan pada pertumbuhan E. Coli. BAL isolat 9A teridentifikasi sebagai Streptococcus bovis dengan tingkat similaritas 99% dan berada satu cluster dengan spesies Streptococcus bovis dengan nilai bootstrap sebesar 100. Kata kunci: Bakteri asam laktat, kolon sapi bali, aktivitas antimikroba, gen 16S rRNA 228 Dewa Gede Agung Widyadnyana et al. menyebabkan kesalahan identifikasi PENDAHULUAN Bakteri asam laktat (BAL) merupakan bakteri Gram positif, tidak berspora, berbentuk basil atau kokus, fakultatif anaerob dan mampu memfermentasi laktosa dengan asam laktat sebagai hasil utamanya. Peranan penting BAL adalah memecah protein menjadi monopeptida asam amino tersedia bagi tubuh serta menghasilkan bakteriosin (Widodo, 2003). Bakteriosin memiliki peranan dalam menanggulangi kejadian infeksi, aman dan tidak menimbulkan resistensi (Marshall dan Arenas, 2003) Sapi bali yang merupakan sapi asli Indonesia, merupakan hasil domestikasi banteng (Bos (Bibos) banteng) (Batan, 2006) dengan keunggulannya mudah beradaptasi dengan lingkungannya, serta dapat hidup di lahan kritis karena dapat memanfaatkan hijuan yang kurang bergizi, dan mempunyai daya cerna yang baik terhadap pakan (Hardjosubroto, 1994). Diketahui bahwa pakan memberikan pengaruh terhadap ekologi dari bakteri (misidentification) (Chenooll et al., 2003). Metode genotipik yang banyak diaplikasikan dalam studi identifikasi mikrobia adalah menggunakan analisis skuen gen 16S dan 23S rRNA (Anindita, 2013). Isolat bakteri asam laktat (BAL) 9A merupakan bakteri asam laktat hasil isolasi 20 sampel feses yang berasal dari kolon sapi bali yang sudah terkonfirmasi sebagai BAL didasarkan atas uji penumbuhan pada MRS, uji katalase, pewarnaan Gram dan diketahui memiliki potensi antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri patogen (Lindawati dan Suardana, 2014), namun sejauh ini konfirmasi akurat tentang potensi serta analisis secara genetik dengan analisis gen 16S rRNA belum pernah dilakukan. Berdasarkan uraian tersebut, maka kajian ini menarik untuk disajikan sehingga nantinya dapat memperkuat kriteria penilaian sebagai kandidat probiotik unggul. Materi dan Metode asam laktat dalam saluran pencernaan (Suardana dan Kultivasi Bakteri Asam Laktat Isolat 9A Suarsana, 2007). Disisi lain, saluran pencernaan Isolat bakteri asam laktat (BAL) 9A merupakan BAL hewan (sapi) diketahui memiliki sejumlah besar hasil penelitian sebelumnya (Lindawati dan mikroorganisme, pada usus besar atau kolon dengan Suardana, 2014), tersimpan dalam bentuk stok 400-500 jenis bakteri, dan jumlahnya dapat freezer -20°C. Penumbuhan isolat BAL 9A di mulai mencapai (10 -10 ) sel. Pada kolon, bakteri asam dengan melakukan thawing pada suhu 4°C selama 12 14 4 9 15 menit. Selanjutnya di biakan dalam de Mann bakteri per gram isi kolon (Lambert and Hull, 1996), Rogosa Sharp (MRS) broth dan dinkubasikan sehingga menjadikan upaya identifikasi BAL pada selama 24 jam 37 C pada kondisi anaerob (0,5% saluran cerna sapi bali menarik untuk dilakukan. CaCO3) dengan menambahkan gas generating kit Upaya identifikasi spesies bakteri asam laktat dapat sebanyak 2 sachet pada anaerobic jar. Bakteri diuji dilakukan melalui pemeriksaan karakteristik katalase dengan diambil satu tetes kultur isolat morfologi, metabolit, fenotipik dan genotipik. selanjutnya di tetesi dengan H2O2 dengan konsentrasi Metode fenotipik dianggap kurang efisien dan 10% dan diamati adanya gelembung gas yang kurang akurat karena mengandalkan ekspresi terbentuk. Bakteri pada uji katalase negatif fenotip di bawah kondisi laboratorium dan dapat selanjutnya dibuat sediaan apus pada objek gelas laktat (BAL) umumnya ditemukan sekitar 10 -10 229 º Identifikasi Bakteri Asam Laktat Hasil Isolasi dari Kolon Sapi Bali dengan pewarnaan Gram dan diamati di bawah perbandingan 1 : 4 yaitu 1 µl DNA genom mikroskop. diencerkan dengan 4 µl aquabides. Satu mikroliter (1 µl) DNA genom dimasukan ke dalam tabung PCR Uji Aktivitas Antimikroba Bakteri Asam Laktat kemudian ditambahkan 25 µl dream taq green, 1 µl Isolat 9A forward primer B27F (10 pmol), 1 µl reverse primer Uji aktivitas antimikroba dilakukan dengan U1492R (10 pmol) dan 10 µl aquabides sehingga menginokulasi biakan dari stock culture ke dalam 5 volume total 38 µl. Reaksi PCR menggunakan suhu mL MRS broth dan diinkubasi selama 48 jam dalam denaturasi tunggal 94oC selama 7 menit yang diikuti suasana anaerob. Selanjutnya diinokulasikan satu 35 siklus yang terdiri dari denaturasi dengan suhu ose biakan murni bakteri patogen E. coli dan S. 94oC selama 1 menit, annealing dengan suhu 56oC aureus ke dalam 5 mL medium nutrient broth dan selama 1 menit, dan extension dengan suhu 72oC diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Suspensi selama 1,5 menit. Satu tahap perpanjangan tahapan biakan ditanam dengam metode sebar sebanyak 100 pada akhir siklus dilakukan pada suhu 72oC selama 5 μL di atas medium Mueller Hinton (MH). Setelah menit. Produk PCR kemudian dielektroforesis kering, pada medium dibuat sumur-sumur dengan dengan agarose gel 1,5%. diameter 5-6 mm, kemudian bakteri asam laktat yang telah ditumbuhkan sebelumnya masing- Analisis Data masing didepositkan sebanyak 20 μL pada sumur- Prodak PCR yang positif kemudian di sekuensing. sumur tersebut diinkubasi selama 24 jam pada suhu Data susunan nukleotida gen 16S rRNA di alignment o 37 C. Zona hambat yang terbentuk diukur sebanyak dan di baca homologinya di NCBI tiga kali kemudian hasilnya dirata-ratakan dan ( h t t p : / / w w w. n c b i . n l m . n i h . g o v / ) d e n g a n dikurangi dengan diameter sumur (well) dari menggunakan “clustal W program package” untuk antibiotika kontrol (Sujaya et al., 2008). Persentase menentukan pohon filogenetik untuk melihat penghambatan BAL dalam menghambat patogen hubungan kekrabatan isolat, di buat berdasarkan dihitung dengan pembanding antibiotik pendekatan neighbor-joining method dalam chloramphenicol menggunakan rumus Tangapo program MEGA 4.0 (Tamura et al., 2007) (2006). Hasil dan Pembahasan Analisis Molekuler Isolasi DNA genom dilakukan sesuai dengan Kultivasi Bakteri Asam Laktat Isolat 9A prosedur Kit Qiagen, 2007. Metode PCR dilakukan Bakteri asam laktat (BAL) 9A tumbuh pada media dengan menggunakan primer universal MRS broth, bersifat katalase negatif, dan Gram o l i g o n u k l e o t i d a 5 ' - positif (+) dengan morfologi coccus. Widodo (2003) AGAGTTTGATCCTGGCTACG-'3 dan U1492R menyebutkan hampir semua strain BAL tidak 5'-GGTTACCTTGTTACGACTT-'3 seperti yang menghasilkan enzim katalase, sehingga pada digunakan oleh Lim et al. (2009). Setiap sampel pengujian hasilnya negatif sebagai akibat tidak DNA diencerkan dengan aquabides dengan terjadinya degradasi H2O2 oleh ensim katalase. B 2 7 F 230 Dewa Gede Agung Widyadnyana et al. Peptidoglikan pada dinding sel bakteri ini membuat isolat 9A hanya menunjukkan diameter zona bakteri Gram positif resisten terhadap lisis osmotik. hambatannya terhadap bakteri indikator S. Aureus. Pada pewarnaan Gram, bakteri ini memiliki dengan zona hambat yang berkisar 0,77-1,26 cm tampilan berwarna ungu (Jawetz et al., 2001). atau memiliki kemampuan menghambat sebesar 6,15 - 7,56 % dibandingkan kontrol antibiotika control dengan zona hambat 2,12 cm, namun tidak Uji Aktivitas Antimikroba Pengujian aktivitas antimikroba spesies BAL memperlihatkan daya hambat terhadap E. coli Tabel 1. Uji daya hambat BAL isolat 9A terhadap bakteri patogen Diameter Zona Hambat (cm) Ulangan S. aureus Efektifitas penghambatan % E. coli Efektifitas penghambatan % 1 1.26 61.47 0 0 2 0.97 47.3 0 0 3 1.13 55.1 0 0 4 0.77 37.56 0 Rata-rata 1.03±0,21 50.35 0 *) Nilai-nilai pada Tabel 1. standar deviasi rata-rata dari empat kali ulangan Dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji, bakteri asam laktat tidak hanya menghasilkan asam laktat dan asam asetat (asam organik), tetapi juga senyawa-senyawa lain seperti bakteriosin yang memiliki aktivitas antibakteri (Daeschel, 1989). Bakteriosin merupakan zat antimikroba berupa polipeptida, protein, atau senyawa yang mirip 0 0 Analisis Molekuler Hasil amplifikasi gen 16S rRNA dapat dilihat dengan munculnya fragmen produk PCR dengan ukuran 1.502 base pairs (bp) yang merupakan ukuran yang diharapkan dengan menggunakan kombinasi primer B27F dan U1492R (Gambar 1). protein. Bakteriosin mencegah sintesis peptidoglikan yang utuh, sehingga dinding sel melemah dan akibatnya sel bakteri mengalami lisis. Selain itu, target utama dari bakteriosin yaitu membran sitoplasma dengan cara mengubah permeabilitasnya, sehingga transport membran terganggu dan akibatnya produksi energi dan biosintesis protein terhambat (Nissen-Meyer et al., 1992). 231 Gambar 2. Amplifikasi gen 16S rRNA BAL isolat 9A hasil isolasi kolon sapi bali dengan primer B27F dan U1492R pada agarose 1%. M: Marker 1kb. DNA ladder, 1: Isolat 9A. Identifikasi Bakteri Asam Laktat Hasil Isolasi dari Kolon Sapi Bali Hasil sekuensing amplifikasi gen 16S rRNA dengan primer dibuktikan dengan terletaknya isolat BAL 9A dalam 1 cluster dengan strain B27F dan U1492R didapat data tersebut dengan nilai nukleotida yang layak untuk dianalisis yaitu bootstrap sebesar 100%. Nilai bootstrap sepanjang 630 nukleotida. Hasil Basic Local menunjukan kekerabatan yang dekat apabila Alignment Search Tool (BLAST) menunjukkan memiliki nilai yang tinggi, yaitu lebih dari 70% atau isolat 9A memiliki homologi (kemiripan) dengan St. di atas 70 (Mount, 2001). Petti (2007) menyatakan bovis (DQ148957), St. bovis (AY500370) dan St. bahwa hasil identifikasi bakteri berdasarkan sekuen sunkii (AB366385.1) sebesar 99%. Serta memiliki gen 16S rRNA dapat diterima sebagai satu genus bila kemiripan cukup jauh jika dibandingkan dengan memiliki homologi lebih dari 97% dan sebagai satu Bifidobacterium animalis sp.lactis (AB050136), B. spesies jika homologinya lebih dari 99%. Hasil ini saguini (AB559504) dan B. reuteri (AB613259) selanjutnya dikonstruksi untuk menyusun pohon (Data tidak ditunjukkan). Kemiripan yang tinggi filogenetik dengan hasil seperti Gambar 2. dengan strain Streptococcus bovis (DQ148957) 63 S. bovis AY500370 57 S. infantarius KF408386 100 S. bovis DQ148957 Isolat 9A 99 L. lactis subsp. cremoris AB008214 100 L. lactis bv. diacetylactis AB100805 89 91 L. lactis subsp. lactis AB008215 99 E. cecorum AB681217 E. durans AB596943 L. rhamnosus D16552.1 98 L. sunkii AB366385.1 94 L. mesenteroides subsp. mesenteroides... 100 L. mesenteroides subsp. mesenteroides(2) B. animalis subsp. lactis AB050136 B. reuteri AB613259 100 99 0.15 0.10 0.05 B. saguini AB559504 0.00 Gambar 3. Pohon filogenetik isolat 9A berdasarkan sekuen gen 16S rRNA Bakteri St. bovis adalah adalah bakteri Gram menghambat pembentukan metana pada ruminansia positif, fakultatif anaerobik, katalase dan oksidase sebanyak 50% dan bahkan konsentrasi rendah negatif berbentuk coccus merupakan genus dari Bovicin HC5 menyebabkan penurunan produksi Streptococcus (Lozano at al., 2014). Menurut metan yang signifikan (Lee at al., 2002). Bovicin Mantovani dan Russell (2002) Streptococcus bovis HC5 St. bovis stabil pada kondisi asam dan hanya menghasilkan bakteriosin HC5 (Bovicin HC5) mengikat bakteri yang sensitif pada pH kurang dari 6 mampu menghambat bakteri Clostridium (Haulihan and Russell, 2006). aminophilum. Bakteriosin St. bovis HC5 dapat 232 Dewa Gede Agung Widyadnyana et al. Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa bakteri asam laktat isolat 9A berpotensi digunakan sebagai sumber probiotik didukung dengan kemampuannya untuk menghambat pertumbuhan S. aureus sebasar 50,35% (36,56 - 61,47% ) dibandingkan antibiotika kontrol kloramphenikol. Bakteri asam laktat isolat 9A teridentifikasi sebagai St. bovis dengan nilai similaritas 99% dan berada satu kelompok dengan St. bovis nilai bootstrap sebesar 100. Daftar Pustaka Anindita, N. S. (2013) Identifikasi dan Karakterisasi Isolat Bakteri Asam Laktat Potensi Probiotik Pensintesis Conjugated Linoleic Acid (CLA). Tesis. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Batan, I. W. (2006) Sapi Bali dan Penyakitnya. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Denpasar. Chenooll, E., Macian, M. C. and Aznar, R. (2003) Identification of Canobacterium, Lactobacillus, Leuconostoc and Pediococcus by rDNA-based techniques. Syst. Appl. Microbiol. 26 (4): 546-56. Daeschel, M. A. (1989) Antimicrobial substance from lactic acid bacteria for use as food preservation. J Food Technol. 43: 148-155. Hardjosubroto, W. (1994) Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Haulihan, A. J. and Russell, J. B. (2006) Factors affecting the activity of bovicin HC5, a bacteriocin from Streptococcus bovis HC5: release, stability and binding to target bacteria. Journal of Applied Microbiology. 100 (1): 16874. Jawetz, E., Melnick, J. L. and Adelberg, E. A. (2001) Mikrobiologi kedokteran 2rd ed. Bagian Mikrobiologi. FKU Unair. Jakarta. Lambert, J. and Hull, R. (1996) Upper gastrointestinal tract disease and probiotics. Asia Pasific J Clin. Nutr. 5(1): 31-35 Lee, S. S., Hsu, J. T., Mantovani, H. C. and Russell, J. B. (2002) he e¡ect of bovicin HC5, a bacteriocin from Streptococcus bovis HC5, on ruminal methane production in vitro. FEMS Microbiology Letters. 217:51-55 233 Lindawati, S. A. and Suardana, I. W. (2014). Isolasi dan Uji Potensi Bakteri Asam Laktat Hasil Isolasi dari Kolon Sapi Bali sebagai Kandidat Unggul Biopreservatif. Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Lozano, T. G., Ballestero, P. P., Oroval, E. A. and Jonatan, A. G. (2014) Analysis of Streptococcus bovis infections at a monographic oncological centre. J Cancer Res Ther. 2 (2): 34-35 Mantovani, H.C. and Russell, J. B. (2002) The ability of a bacteriocin of streptococcus bovis Hc5 (bovicin Hc5) to inhibit Clostridium aminophilum, anobligate amino acid fermenting bacterium from the rumen. Anaerobe. 8: 247-252 Marshall, S. H. and Arenas, G. (2003) Antimicrobial peptides : A natural atlernative to chemical antibiotics and a potential for applied biotechnology. Electron. J. Biotechnology. 6 (2): 271-284 Mount, D. W. (2001) Phylogenetic prediction. In: Bioinformatic, Sequence and Genome Analysis. Cold Spring Harbor laboratory. New York Press Nissen-Meyer, J., Holo, H., Håvarstein, L. S., Sletten, K. and Nes, I. F.(1992) A novel lactococcal bacteriocin whose activity depends on the complementary action of two peptides. J Bacteriol. 174, 5686–5692 Petti, P. A. (2007) Detection and identification of microorganisms by gene Amplification and Sequencing. Clin Infect Disc. 44 (8):1108-1114 Suardana, I. W. and Suarsana, I. N. (2007) Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat dari Cairan Rumen Sapi Bali sebagai Kandidat Biopreservatif. Jurnal Veteriner, 8 (4): 155 – 159. Sujaya I. N., Ramona Y., Utami D. N. M., Suariani N. L. P., Widarini N. P., Nocianitri K. A., Nursini N. W. (2008) Isolation and characterization of Lactic acid bacteria from Sumbawa mare milk. Jurnal Veteriner. 9: 52-59. Tamura K., Dudley, J., Nei, M. and Kumar, S. (2007) MEGA4: Molecular Evolutioary Genetic Analysis (MEGA) Softwer Version 4.0. Mol. Biol. Evol. 24 (8): 1596-1599 Tangapo, A. M. (2006) Efektivitas Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Daun Sendok (Plantago major) Terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Skripsi. FMIPA UNSRAT, Manado. Widodo. (2003) Bioteknologi Industri Susu. Penerbit Duawarna. Yogyakarta.