Dasar-Dasar Teknik Kimia ISSN 1410-9891 Partikel Nano pada Membran Anorganik Sutrasno Kartohardjono Jurusan Teknik Gas dan Petrokima, Fakultas Teknik Universitas Indonesia Kampus Baru UI Depok 16424, Indonesia e-mail: [email protected] Abstrak Membran anorganik memiliki beberapa sifat yang menguntungkan seperti kestabilannya terhadap bahan kimia dan panas, yang sangat potensial untuk diaplikasikan pada sejumlah proses di industri. Sifat-sifat mekanik membran anorganik juga menarik walaupun rapuh pada membran yang tipis yang dapat menjadi faktor pembatas (Tilmant et al., 2000). Untuk membuat membran anorganik dengan sifat-sifat yang menguntungkan tadi, diperlukan film pendukung yang bebas cacat dalam membran anorganik dengan ukuran pori yang kecil (berukuran nano) dan distribusinya tajam. Ada dua metode, proses sol-gel dan deposisi uap kimia (chemical vapor deposition, CVD), yang merupakan cara yang paing cocok digunakan untuk menghasilkan deposisi partikel nano pada substrat membran dalam pembuatan membran anorganik. Sementara itu, difraktometer sinar X (XRD), transmission dan scanning electron microscope (TEM, SEM) dapat digunakan sebagai metode kharakterisasi untuk membuktikan adanya deposisi partikel nano pada permukaan membran. 1. Pendahuluan Kemajuan pengetahuan tentang keadaan padat telah meningkatkan jumlah penelitian dan pengembangan partikel nano dalam sepuluh tahun belakangan ini. Istilah partikel nano menjadi familiar digunakan di awal tahun 90-an bersamaan dengan konsep yang berhubungan, “skala-nano” atau partikel “berukuran nano”. Sejak itu, istilah yang lebih umum sub-mikron dan partikel yang sangat halus digunakan. Istilah partikel nano umumnya digunakan sekarang dalam komunitas ilmu bahan untuk menunjukkan partikel dengan diameter lebih kecil dari 100 nm. Yang berhubungan dengan tapi bukan konsep yang identik yaitu “kluster”, menunjukkan partikel nano yang lebih kecil dengan kurang dari 104 molekul atau atom, yang berdiameter hanya beberapa nano meter (Kruis et al., 1998) Isu ilmu pengetahuan dan teknologi partikel dan bahan berstruktur nano sekarang banyak menarik perhatian. Alasannya adalah bahwa partikel dan bahan berstruktur nano, dan kombinasi fisika dan kimia dari suatu bahan pada skala nano meter atau sub nano meter, dapat membawa ke bahan inovatif dengan perbaikan sifat bahkan ke sifat yang diluar perkiraan. Aplikasinya, yang dapat memiliki pengaruh yang besar, dapat diantisipasi pada bidang seperti katalis, teknlogi membran, opto-elektronik dan ionik keadaan padat dengan penekanan pada sistem untuk konversi dan penyimpanan energi bersih. Namun demikian, kemajuan dalam bidang ini akan sangat bergantung pada laju penelitian dasar dan lanjut pada bahan dan partikel berstruktur nano dalam kimia keadaan padat, fisika keadaan padat dan ilmu bahan (Fissan dan Schoonman, 1998). atas sebelah kanan. 2. Partikel Nano pada Membran Anorganik Bahan berstruktur nano telah banyak menarik perhatian para ilmuan dan insinyur karena aplikasi potensialnya di industri sebagai pelapis mekanik dan pelindung. Dalam bentuk film atau lapisan ganda berstruktur nano bahan-bahan tradisional dapat memiliki beberapa kharakteristik dan sifat yang akan memperbaiki kemampuan film dan pelapis tadi. Diantara sifat mekanik yang perlu dicatat disini dari bahan berstruktur nano antara lain kekerasan mekanik, ketahanan kejut termal dan elastisitas serta superplastisitas yang tinggi. Sementara itu, dalam bahan yang memiliki lapisan ganda berukuran nanometer adalah ketahanan tinggal, relaksasi ketegangan dan penyumbatan propagasi rengkah. Ketidakporosan adalah sifat lain dari serbuk Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif 1 Dasar-Dasar Teknik Kimia ISSN 1410-9891 berukuran nano, yang dapat diaplikasikan dalam katalisis dan membran anorganik (Bertran et al., 2000). Membran anorganik dapat digambarkan sebagai bahan poros asimetrik yang terbentuk dari penunjang berporos makro (diameter pori > 50 nm) dengan deposisi lapisan tipis yang berurutan di atasnya. Bahan pendukung memiliki fungsi utama untuk memberikan perpindahan selektif dan ketahanan mekanik kepada medium (Cot et al., 2000). Sifat-sifat perpindahan sistem membran anorganik bergantung pada tampilan struktur mikro seperti ukuran dan bentuk pori, tortuositas dan arsitektur membran. Pengembangan membran anorganik baik untuk pemisahan maupun untuk reaktor katalitik telah banyak menarik perhatian belakangan ini. Dalam reaktor membran katalitik, membran dapat berperan ganda sebagai promosi reaksi katalitik terintegrasi dan juga sebagai partisi reaktan dan pemisahan produk. Kombinasi sifat selektif dan reaktif dari membran anorganik sangat menjanjikan yaitu sebagai sistem membran anorganik yang dapat memberikan proses reaksi dan pemisahan sekaligus. Kopling dari reaksi dan pemisahan produk dapat meningkatkan hasil atau selektifitas reaksi yang dibatasi oleh kesetimbangan. Membran anorganik memiliki beberapa sifat yang menguntungkan seperti kestabilan kimia dan termal, yang sangat potensial untuk aplikasi di sejumlah proses-proses industri dimana dijumpai kondisi-kondisi di atas. Sifat mekanik membran anorganik juga sangat menarik walaupun memiliki sifat yang rapuh pada membran yang tipis dan ini dapat menjadi faktor pembatas (Tilmant et al., 2000). 3. Preparasi Membran Anorganik Untuk membuat membran anorganik dengan sifat-sifat yang menguntungkan ini, diperlukan untuk membentuk film pendukung yang bebas cacat dalam membran anorganik dengan pori yang lebih kecil (berukuran nano) dan distribusi porinya yang tajam. Pori dapat berupa tampilan inheren dari struktur kristalin (zeolit, mineral tanah liat dan sebagainya) atau dapat dibentuk dengan memampatkan dan konsolidasi partikelpartikel nano. Metode yang paling disukai untuk membuat lapisan oksida berukuran mikro (diameter pori, dp < 2 nm) dan meso-pori (2 nm < dp < 50 nm) dalam membran anorganik adalah proses sol-gel. Proses sol-gel adalah suatu teknik yang baik di diadaptasi untuk preparasi membran dengan berbagai kharakteristik morfologi seperti porositas, diameter pori dan ukuran partikel, yang dapat dioptimasi untuk setiap aplikasi (Julbe et al., 1993). Ada dua rute sol-gel, tergantung dari sifat alami prekursor: garam-garam metal atau metal alkoksida, yang dapat digunakan untuk membuat penyokong membran anorganik dimana struktur pori terutama dipengaruhi oleh perbedaan langkah yang terlibat didalam prosesnya. Tekniknya melibatkan polimerisasi anorganik baik dalam media air maupun media organik. Tahapan awal dalam proses sol-gel terdiri dari preparasi sol menggunakan molekul prekursor, baik garam metal atau metal alkoksida. Dalam dua kasus di atas reaksi kondensasi terjadi pada tahapan sol dengan pembentukan kluster atau koloid, yang bertumbukan pada tahap akhir membentuk gel. Partikel-partikel elementer yang terbentuk terikat bersama-sama dalam agregat yang lebih besar ukurannya hingga 1 µm. Agregat tadi, dengan pengolahan yang baik, dapat dipecahkan menjadi beberapa nm di tahap akhir. Reaksi kimia yang terlibat adalah hidrolisa dan kondensasi utk kedua fasa, dan secara skematik dapat digambarkan sebagai berikut: Dalam fasa air: Hidrolisa M (OH 2 ) nz + ←⎯ → M (OH )(OH ) (nz−−11)+ + H + pH Kondensasi M (OH )(OH ) (nz−−11)+ + H + ⎯ ⎯→ M 2 (OH ) 2 (OH ) 22 (nz−−41) + + 2 H 2 O Dalam fasa organik: Hidrolisa M (OR) n + H 2 O ⎯ ⎯→ M (OR) n −1 (OH ) + ROH Kondensasi M (OR) n + M (OR) n −1 (OH ) ⎯ ⎯→ M 2 O(OR) 2 n − 2 + ROH Dalam preparasi membran anorganik, pelapisan lapisan aktif harus dilakukan pada tahapan sol dengan sifat rheologi yang diadaptasi ke pori substrat yang dipilih sebagai penyokong membran. Pada dasarnya, membran anorganik terbentuk melalui tiga langkah perlakuan panas dari lapisan gel. Pertama, lapisan gel penyokong dikeringkan pada suhu rendah (<100oC). Kemudian lapisan yang kering dibakar hingga suhu Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif 2 Dasar-Dasar Teknik Kimia ISSN 1410-9891 intermediet (≈350oC) untuk membakar sisa grup organik dan karbon. Akhirnya konsolidasi membran dilakukan dengan cara sintering viskos atau konvensional bergantung pada struktur amorf atau kristalin dari bahan membran. Selama proses sol-gel membran anorganik, sol dan gel berevolusi dalam berbagai cara tergantung pada katagori prekursor yang digunakan. Evolusi ini mempunyai pengaruh yang besar pada struktur pori dari bahan membran akhir. Gambar 1 menggambarkan 2 rute utama dalam preparasi membran anorganik dengan proses sol-gel. Penggunaan pengikat (binder) pada tahapan sol, seperti diperlihatkan pada Gambar 1, diperlukan untuk mengontrol ketebalan membran dan membatasi infiltrasi sol. Metode lain untuk mensintesa partikel nano dalam membran anorganik adalah proses deposisi uap kimia (chemical vapor deposition, CVD). Proses CVD adalah proses dimana dua atau lebih prekursor bereaksi dalam fasa gas untuk membentuk produk padat, yang akan jatuh pada substrat yang diinginkan (Xomeritakis dan Lin, 1994). Proses CVD telah secara luas digunakan dalam industri mikro-elektronik untuk fabrikasi peralatan semikonduktor.Aplikasi yang relatif baru dari proses CVD adalah preparasi membran anorganik berpori mikro atau tak berpori dengan deposisi produk padatan di dalam atau di atas substrat berpori. Modifikasi permukaan membran dengan CVD terdiri dari deposisi oksida padat pada dinding dalam dari substrat berpori. Modifikasi ini disebabkan oleh inter-difusi dan reaksi uap metal klorida dan air (atau oksigen) dalam substrat berpori. Reaksi kimianya adalah: M n Cl 2 n ( g ) + nH 2O( g ) ⎯ ⎯→ MOn ( s ) + 2nHCl ( g ) Dalam prosesnya, dua reaktan uap dipisahkan menjadi dua ruang terpisah oleh substrat membran berpori. Prekursor uap diperbolehkan berdifusi ke dalam substrat berpori dimana mereka ereaksi dan membentuk produk padat, yang secara perlahan menutupi pori. Proses CVD diakhiri jika semua pori substrat telah tertutup oleh deposit padatan. Suhu deposisinya berada dalam kisaran 300 – 500oC. 4. Kharakterisasi membran anorganik Kharakterisassi membran anorganik pada intinya ditujukan untuk menunjukkan adanya deposisi partikel nano pada membran penyokong serta komposisi partikel dan bahan berstruktur nano tersebut. Komposisi partikel dan bahan berstruktur nano dapat dilakukan menggunakan berbagai teknik mikroanalitik tak-rusak, energi fluoresense sinar-X dispersif, dan spektoskopi foto-elektron sinar-X. Struktur mikro dari bahan berstruktur nano dapat diselidiki menggunakan transmission dan Scanning electron microscopy (TEM, SEM) dan atomic force microscopy (AFM). Sementara itu pengukuran menggunakan difraksi sinar-X dapat dilakukan untuk menentukan struktur atomik dari bahan amorf, partikel nano dan bahan berstruktur nano. 5. Kesimpulan Istilah partikel nano umumnya digunakan untuk menunjukkan partikel dengan diameter lebih kecil dari 100 nm. Sementara kluster menunjukkan partikel nano yang lebih kecil dengan kurang dari 104 molekul atau atom, yang menempati ruang dengan diameter hanya beberapa nano meter (Kruis et al., 1998). Salah satu aplikasi dari partikel nano ini adalah untuk membuat membran anorganik. Membran anorganik memiliki beberapa sifat yang menguntungkan seperti kestabilannya terhadap bahan kimia dan panas, yang sangat potensial utk diaplikasikan pada sejumlah proses-proses di industri. Untuk membuat membran anorganik dengan sifatsifat yang menguntungkan tadi, diperlukan untuk membuat film pendukung yang bebas cacat dalam membran anorganik dengan ukuran pori yang kecil (berukuran nano) dan distribusinya tajam. Ada dua metode, proses solgel dan deposisi uap kimia (chemical vapor deposition, CVD), yang merupakan cara yang paing cocok digunakan untuk menghasilkan deposisi partikel nano pada substrat membran dalam pembuatan membran anorganik. Sementara itu, difraktometer sinar X (XRD), transmission dan scanning electron microscope (TEM, SEM) dapat digunakan sebagai metode kharakterisasi untuk membuktikan adanya deposisi partikel nano pada permukaan membran. Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif 3 Dasar-Dasar Teknik Kimia ISSN 1410-9891 Prekursor oksida Prekursor organik metal hidrat metal Sol Sol (spesies polimer) (Colloidal species) (+ Binder Plasticizer) Pelapisan Transisi sol-gel Lapisan Gel Membran organic-anorganik MEMBRAN ANORGANIK MURNI Gambar 1. Preparasi membran anorganik dengan proses sol-gel (Julbe et al., 1993) Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif 4 Dasar-Dasar Teknik Kimia ISSN 1410-9891 Daftar Pustaka 1. Bertran, E., Viera, G., Martínez, E., Esteve, J., Maniette, Y., Farjas, J., and Roura, P., (2000), “Surface analysis of nanostructured ceramic coatings containing silicon carbide nanoparticles produced by plasma modulation chemical vapor deposition”, Thin Solid Films 377-378: 495-500. 2. Cot, Louis, André Ayral, Jean Durand, Christian Guizard, Nadine Hovnanian, Anne Julbe and André Larbot, (2000), “Inorganic membranes and solid-state sciences”, Solid State Sciences 2: 313-334. 3. Fissan, H.J., and Schoonman, Joop, (1998), “Vapor-phase synthesis and processing of nanoparticle materials (nano)-A European Science Foundation (ESF) Program”, Journal of Aerosol Science 29 (5-6): 755-757. 4. Julbe, A., Guizard, C., Larbot, A., Cot, L., and Giroir-Fendler,A., (1993), “The sol-gel approach to prepare candidate microporous inorganic membranes for membrane reactors”, Journal of Membrane Science 77: 137-153. 5. Kruis, Einar F., Heinz Fissan and Aaron Peled, (1998), “Synthesis of nanoparticles in the gas phase for electronic, optical and magnetic applications – a review”, Journal of Aerosol Science 29 (5-6): 511535. 6. Tilmant, J.B., Pommier, C., and Chhor, K., (2000), “Synthesis of supported TiO2 membrane using supercritical alcohol”, Materials Chemistry and Physics 64: 156-165. 7. Xomeritakis, G., and Lin, Y.S., (1994), “CVD of solid oxides in porous media for ceramic membrane preparation or modification explicit solutions for deposition characteristics”, Chemical Engineering Science 49 (23): 3909 - 3922. Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif 5