Mengenal Sistem Pangan Organik Indonesia Dede Sulaeman, ST, M.Si Mengenal Sistem Pangan Organik Indonesia © April 2008 Penulis: Dede Sulaeman, ST, M.Si Subdit Pengelolaan Lingkungan, Dit. Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Deptan Anggota Perhimpunan Cendekiawan Lingkungan Indonesia (Perwaku) Ged D. Lt. 3 Kantor Pusat Dep. Pertanian Jl. Harsono RM No. 3 Jakarta Selatan T/F: 021-78842572, 7815380 ext 5334 e-mail: [email protected] i Pengantar Saat ini masyarakat semakin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan kimia nonalami, seperti pupuk dan pestisida kimia sintetis serta hormon tumbuh, dalam produksi pertanian ternyata menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Kesadaran masyarakat ini mendorong produsen pangan untuk menghasilkan produk yang diinginkan oleh konsumen seperti aman dikonsumsi (food safety attributes), memiliki kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan (ecolabelling attributes). Produk pangan yang memiliki ketiga atribut tersebut adalah produk yang dihasilkan dari sistem pertanian organik. Standar Nasional Indonesia telah memiliki standar yang mengatur tentang pangan organik yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-6729-2002 tentang Sistem Pangan Organik. SNI Sistem Pangan Organik mengadopsi seluruh materi dalam dokumen standar CAC/GL 32 – 1999, Guidelines for the production, processing, labeling and marketing of organically produced foods dan dimodifikasi sesuai dengan kondisi Indonesia, ke dalam bahasa Indonesia. Pengertian Pertanian Organik Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Dalam prakteknya, pertanian organik dilakukan dengan cara, antara lain: Menghindari penggunaan benih/bibit hasil rekayasa genetika (GMO = genetically modified organisms). Menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis. Pengendalian gulma, hama dan penyakit dilakukan dengan cara mekanis, biologis, dan rotasi tanaman. Menghindari penggunaan zat pengatur tumbuh (growth regulator) dan pupuk kimia sintetis. Kesuburan dan produktivitas tanah ditingkatkan dan dipelihara dengan menambahkan residu tanaman, pupuk kandang, dan batuan mineral alami, serta penanaman legum dan rotasi tanaman. 1 Menghindari penggunaan hormon tumbuh dan bahan aditif sintetis dalam makanan ternak. Keuntungan Pertanian Organik Sejumlah keuntungan yang dapat diperoleh dari aktivitas pertanian organik meliputi: Dihasilkannya makanan yang cukup, aman dan bergizi sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat; Terciptanya lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani; Meningkatnya pendapatan petani; Minimalnya semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian; Meningkat dan terjaganya produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang; Terpeliharanya kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan; Terciptanya lapangan kerja baru dan keharmonisan kehidupan sosial di perdesaan. Meningkatnya daya saing produk agribisnis secara berkelanjutan. Dengan demikian, pertanian organik akan meningkatkan ketahanan pangan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat serta kelestarian lingkungan hidup. Tujuan Pengaturan Tujuan pengaturan dalam SNI 01-6729-2002 adalah: (a) untuk melindungi konsumen dari manipulasi atau penipuan bahan tanaman/benih/bibit ternak dan produk pangan organik di pasar; (b) untuk melindungi produsen pangan organik dari penipuan bahan tanaman/benih/bibit ternak produk pertanian lain yang diaku sebagai produk organik; (c) untuk memberikan pedoman dan acuan kepada pedagang/pengecer bahan tanaman/benih/bibit ternak dan produk pangan organik dari produsen kepada konsumen; (d) untuk memberikan jaminan bahwa seluruh tahapan produksi, penyiapan, penyimpanan, pengangkutan dan pemasaran dapat diperiksa dan sesuai dengan standar ini; (e) untuk harmonisasi dalam pengaturan sistem produksi, sertifikasi, identifikasi dan pelabelan produk pangan organik; (f) untuk menyediakan standar pangan organik yang diakui secara nasional dan juga berlaku untuk tujuan ekspor; dan; (g) untuk memelihara serta mengembangkan sistem pertanian organik di Indonesia sehingga menyumbang terhadap pelestarian ekologi lokal dan global. 2 Cakupan Standar SNI 01-6729-2002 menetapkan prinsip-prinsip produksi pangan organik berupa tanaman, ternak dan lebah di lahan pertanian, penyiapan, penyimpanan, pengangkutan, pelabelan dan pemasaran, serta menyediakan ketetapan tentang bahan-bahan masukan yang diperbolehkan untuk penyuburan dan pemeliharaan tanah, pengendalian hama dan penyakit, serta bahan aditif dan bahan pembantu pengolahan pangan. Selain itu SNI 01-6729-2002 juga menetapkan sistem inspeksi dan sertifikasi, ketentuan tentang impor produk dari luar negeri dan persyaratan-persyaratan tentang pengkajian ulang ketentuan-ketentuan dalam SNI itu sendiri. Ketentuan-ketentuan dalam SNI 01-6729-2002 terbagi menjadi 2 bagian yaitu bagian utama dan lampiran. Pada bagian utama, SNI 01-6729-2002 memaparkan tentang hal-hal sebagai berikut: 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Deskripsi dan Definisi 4. Pelabelan dan Pengakuan 5. Tata Cara Produksi dan Penyiapan 6. Sistem Inspeksi dan Sertifikasi 7. Impor 8. Kaji Ulang Selain bagian utama di atas, SNI 01-6729-2002 memiliki 3 (tiga) lampiran yang masingmasing berisi tentang: A. Lampiran 1. Prinsip-Prinsip Produksi Pangan Organik Lampiran 1 tersebut berisi tentang (a) tanaman dan produk tanaman, (b) produk ternak dan hasil peternak (mamalian, unggas dan lebah), (c) penanganan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan dan pengemasan B. Lampiran 2. Bahan-Bahan Yang Diijinkan Untuk Produksi Pangan Organik Lampiran 2 tersebut berisi tentang: a. Bahan yang diijinkan digunakan untuk penyubur tanah b. Bahan yang diijinkan digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman. c. Bahan aditif makanan dan penggunaannya yang diijinkan 3 d. Bahan yang diijinkan digunakan untuk penyiapan produk pertanian C. Lampiran 3. Persyaratan Inspeksi Minimum dan Tindakan Kehati-Hatian Dalam Sistem Inspeksi Atau Sertifikasi. Lampiran 3 tersebut berisi tentang: a. Unit produksi b. Unit penyiapan dan pengemasan c. Impor Cakupan Penerapan SNI 01-6729-2002 dapat diterapkan pada produksi pangan sebagai berikut: (a) Tanaman dan produk segar tanaman serta produk pangan segar dan produk pangan olahan, ternak dan produk peternakan (b) Produk olahan tanaman dan ternak untuk tujuan konsumsi manusia yang dihasilkan dari butir (a) di atas. Input Yang Dilarang Terdapat 2 (dua) jenis input yang nyata-nyata dilarang dalam sistem pangan organik yaitu bahan kimia sintetis dan bahan/bibit/produk GMO (genetically modified organism). Penjelasan Bahan Kimia Yang Dilarang Bahan kimia sintetis dilarang digunakan dalam sistem pertanian organik, mencakup pada proses budidaya dan pengolahan hasil hingga pada sistem perdagangannya. Bahan yang dilarang, dibatasi dan diperbolehkan dalam sistem pertanian organik dimuat dalam Nasional List. Penjelasan GMO (genetically modified organism) atau organisme hasil rekayasa/modifikasi genetika GMO adalah definisi untuk organisme hasil rekayasa/modifikasi genetika: Organisme hasil rekayasa/modifikasi genetika dan produknya, diproduksi melalui teknik dimana bahan genetika telah diubah dengan cara-cara yang tidak alami. 4 Teknik rekayasa genetika termasuk, tetapi tidak terbatas untuk: rekombinasi DNA, fusi sel, injeksi mikro dan makro, enkapsulasi, penghilangan dan penggandaan gen. Organisme hasil rekayasa genetika tidak termasuk organisme yang dihasilkan dari teknik-teknik seperti konjugasi, transduksi dan hibridisasi. Seluruh bahan dan/atau produk yang dihasilkan dengan rekayasa genetika/modifikasi genetik (GEO/GMO) adalah tidak sesuai dengan prinsipprinsip produksi organik (baik budidaya, proses manufaktur atau pengolahannya). Pelabelan Pangan Organik Pelabelan adalah pencantuman/pemasangan segala bentuk tulisan, cetakan atau gambar yang ada pada label yang menyertai produk pangan,yang berisi keterangan identitas produk tersebut atau dipajang dekat dengan produk pangan, termasuk yang digunakan untuk tujuan promosi penjualan atau pembuangannya. Pemasangan label logo organik hanya dapat dilakukan setelah produk itu dinyatakan “organik” (disertifikasi organik) oleh lembaga sertifikasi yang terakreditasi. Namun demikian, produsen dapat menyatakan (claim) bahwa produknya organik asalkan tidak mencantumkan logo organik dimaksud. Hal ini berdasarkan prinsip pernyataan diri (self claim), pernyataan pihak kedua (second parties) dan sistem penjaminan partisipatif (participatory guarantee system). Daftar Pustaka Ditjen BPPHP Departemen Pertanian, Leaflet “Menuju Pertanian Organik”, 2002 Badan Standardisasi Nasional, SNI 01-6729-2002 tentang Sistem Pangan Organik, 2002 5