PENGENDALIAN KOROSI DENGAN MENGGUNAKAN ARUS TANDINGAN Rio Frensisko, Edi Septe1), Iman Satria2) Program Studi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung hatta Jln. Gajah Mada, No. 19 Olo Nanggalo Padang 25143 Telp. (0751) 54257, Fax (0751) 51341 Email : [email protected] Abstract Pelat lambung kapal adalah bagian konstruksi yang pertama kali terkena korosi air laut. Korosi pada pelat lambung kapal mengakibatkan turunnya kekuatan dan umur pakai kapal, sehingga dapat mengurangi jaminan keselamatan muatan barang dan penumpang kapal. Untuk menghindari kerugian yang lebih besar akibat korosi air laut maka diperlukan suatu perlindungan korosi pada pelat lambung kapal. Sampai saat ini salah satu cara untuk melindungi pelat lambung kapal dari serangan korosi adalah dengan metoda proteksi katodik. Metoda proteksi katodik yang sering dipakai adalah sistem arus tanding. Jenis anoda arus tanding yang digunakan dalam penelitian ini adalah aluminium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan arus tanding dengan mengunakan aluminium sebagai anodanya. Proses pengendalian dengan arus tanding ini dapat memperlambat laju korosi pelat lambung kapal di dalam media air laut. Hasil pengujian korosi di laboratorium dapat membuktikan bahwa dengan menggunakan alumunium sebagai anoda yang dipasang pada pelat baja ASTM A 36 ternyata sangat baik digunakan pada pengujian arus tandingan ini. Dengan pengujian ini, plat baja lebih lama terlindungi dari serangan korosi. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa dengan arus tandingan ini dapat memperlambat serangan korosi terhadap baja. Aluminium memiliki kinerja yang optimal, dalam arti dapat memperlambat laju korosi pelat baja sehingga benar-benar dapat berfungsi sebagai anoda. Kata kunci : Pelat baja kapal, Pengendalian korosi dengan arus tandingan, Laju korosi Abstract Hull plates are part of construction of the first affected by sea water corrosion. Corrosion of hull plates may decrease the strength and life of the ship, thus reducing the safety program can reduce the load cargo and passenger ships. To avoid greater losses due to sea water corrosion, we need a corrosion protection on the hull plate. Until recently one of the ways to protect the hull plates corrosion attack is a method of cathodik protection.Cathodic protection method often used is the current system of sparring.Type of match current anode used in this study is alumunium.This research aims to determine the effectiveness of the use of the use of the current duel using alumunium as anode.Proses alumunium control the flow of this match can slow the rate of corrosion hull plate in the media sea water.Results of corrosion test in a laboratory can prove that by using alumunium as an anode mounted on a steel plate Astm A 36 it turned out very well used in this counter-flow testing.With this test, a stell plate longer protected from corrosion attack. From this research can be seen that with this counter flow can slow down the corrosion attack on steel.Aluminium has optimal performance, in the rate of corrosion of steel plate so that it can function as an anode – right. Keyword : Vessel steel plate,corrosion control with counter current,the corrosion rate 1. PENDAHULUAN 2. TINJAUAN PUSTAKA Korosi merupakan salah satu musuh besar dalam dunia industri, beberapa contoh kerugian yang ditimbulkan korosi adalah terjadinya penurunan kekuatan material dan biaya perbaiakan akan naik jauh lebih besar dari yang di perkirakan. Proses korosi terjadi secara alamiah, karena itu korosi tidak dapat di hilangkan melainkan hanya dapat dikendalikan. Untuk mengendalikan laju korosi dapat digunakan metode salah satu diantaranya adalah penerapan korosi katodik arus tandingan (impressed current). Sistem proteksi katodik arus tanding adalah suatu metode perlindungan karat yang menggunakan tegangan DC untuk proses perlindungannya. Tegangan DC digunakan untuk membuat suatu logam semakin sedikit mengalami korosi karena potensial dari logam tersebut dibuat semakin negatif. (http://sainsforhuman.blogspot.co.id/2013/ 07/apa-itu-korosi-penyebab-dancara.html#sthash.Q9mTwMZi.dpuf). Korosi dapat di artikan sebagai karat, yakni sesuatu yang hampir dianggap musuh umum masyarakat, sedangkan definisi korosi secara khusus dapat diartikan sebagai suatu kerusakan yang terjadi reaksi kimia pada logam ataupun pada paduan logam yang bereaksi dengan lingkungannya. Syarat – syarat teradinya sebuah korosi adalah : terjadi akibat adanya pengaruh lingkungan yang korosif, anoda, katoda yang saling berinteraksi secara elektrokimia. Dalam proses pengendalian sumber tegangan searah (DC) ini digunakan converter tegangan DC. Tegangan DC diperoleh dari proses penyerahan (Rectifier) tegangan AC. Hasil keluaran tegangan DC akan dinaikan atau diturunkan dengan DC – DC converter yaitu menggunakan buck converter dapat diperoleh tegangan variabel yang dapat digunakan untuk memberikan sumber tegangan DC ke sistem proteksi katodik arus tanding sesuai arus yang diperlukan. Teknikpengendaliankorosipertama kali dilakukanoleh SIR HUMPHREY padatahun 1824. Bila diperhatikan pada logam maka yang terjadi tidak hanya reaksi kimia tetapi juga reaksi elektrokimia dimana antar bahan – bahan teradi perpindahan elektron ini menimbulkan arus listrik. Kejadian tersebut disebut dengan proses elektro kimia dan timbul akibat pembentukan sel seperti yang teradi pada battrai. Jenis-jenis Korosi 2. Uniform/General Corrosion (Korosi Menyeluruh) Uniform Corrosion pada kaleng minuman Pada korosi jenis korosi menyeluruh, seluruh permukaan logam yang terekspose dengan lingkungan, terkorosi secara merata. Jenis korosi ini mengakibatkan rusaknya konstruksi secara total. Mekanisme Uniform Corrosion : dengan distribusi seragam dari reaktan katodik atas seluruh permukaan logam yang terekspose. Pada lingkungan asam (pH < 7), terjadi reduksi ion hidrogen dan pada lingkungan basa (pH > 7) atau netral (pH = 7), terjadi reduksi oksigen. Kedua berlangsung secara "seragam" dan tidak ada lokasi preferensial atau lokasi untuk reaksi katodik atau anodik. Katoda dan anoda terletak secara acak dan bergantian dengan waktu. Hasil akhirnya adalah hilangnya kurang lebih yang seragam dimensi. Cara pengendalian korosi menyeluruh, sebagai berikut : macam logam yang berbeda berkontak secara langsung dalam media korosif. Mekanisme korosi galvanik : korosi ini terjadi karena proses elektro kimiawi dua macam metal yang berbeda potensial dihubungkan langsung di dalam elektrolit sama. Dimana electron mengalir dari metal kurang mulia (Anodik) menuju metal yang lebih mulia (Katodik), akibatnya metal yang kurang mulia berubah menjadi ion – ion positif karena kehilangan electron. Ionion positif metal bereaksi dengan ion negatif yang berada di dalam elektrolit menjadi garam metal. Karena peristiwa tersebut, permukaan anoda kehilangan metal sehingga terbentuklah sumur - sumur karat (Surface Attack) atau serangan karat permukaan. Dengan melakukan pelapisan dengan cat atau dengan material yang lebih anodik Melakukan inhibitas dan proteksi katodik (cathodik protection) 2. Galvanic Corrosion (Korosi Galvanik) Mekanisme Korosi Galvanis Metode - metode yang dilakukan dalam pengendalian korosi ini adalah: Korosi Galvanic pada Sambungan Baut Galvanic atau bimetalic corrosion adalah jenis korosi yang terjadi ketika dua Menekan terjadinya reaksi kimia atau elektrokimianya seperti reaksi anoda dan katoda Mengisolasi logam dari lingkungannya Mengurangi ion hydrogen di dalam lingkungan yang di kenal dengan mineralisasi Mengurangi oksigen yang larut dalam air Mencegah kontak dari dua material yang tidak sejenis Memilih logam-logam yang memiliki unsure-unsur yang berdekatan Mencegah celah atau menutup celah Mengadakan proteksi katodik,dengan menempelkan anoda umpan. preferensial yang lebih "aktif" pada elemen dalam paduan tersebut. Dalam kasus dezincification dari kuningan, seng istimewa terlarut dari paduan tembaga-seng, meninggalkan lapisan permukaan tembaga yang keropos dan rapuh. Selective Leaching Corrosion Mekanisme selective leaching corrosion Selective leaching corrosion pada pipa Selective leaching adalah korosi selektif dari satu atau lebih komponen dari paduan larutan padat. Hal ini juga disebut pemisahan, pelarutan selektif atau serangan selektif. Contoh dealloying umum adalah dekarburisasi, decobaltification, denickelification, dezincification, dan korosi graphitic. Mekanisme selective leaching : logam yang berbeda dan paduan memiliki potensial yang berbeda (atau potensial korosi) pada elektrolit yang sama. Paduan modern mengandung sejumlah unsur paduan berbeda yang menunjukkan potensial korosi yang berbeda. Beda potensial antara elemen paduan menjadi kekuatan pendorong untuk serangan Cara pengendalian atau mencegah selective leaching adalah : Menghindari komposisi yang berbeda dari material penyusun 3. Crevice Corrosion (Korosi Celah) Korosi celah pada sambungan pipa Korosi celah mengacu pada serangan lokal pada permukaan logam pada, atau berbatasan langsung dengan, kesenjangan atau celah antara dua permukaan bergabung. Kesenjangan atau celah dapat terbentuk antara dua logam atau logam dan bahan non-logam. Di luar kesenjangan atau tanpa celah, kedua logam yang tahan terhadap korosi. Kerusakan yang disebabkan oleh korosi celah biasanya dibatasi pada satu logam di wilayah lokal dalam atau dekat dengan permukaan yang bergabung. Mekanisme Crevice Corrosion : dimulai oleh perbedaan konsentrasi beberapa kandungan kimia, biasanya oksigen, yang membentuk konsentrasi sel elektrokimia (perbedaan sel aerasi dalam kasus oksigen). Di luar dari celah (katoda), kandungan oksigen dan pH lebih tinggi tetapi klorida lebih rendah. Mekanisme korosi celah Cara pengendalian korosi celah adalah sebagai berikut : 4. Pitting Corrosion (Korosi Sumuran) Korosi sumuran pada westafle Korosi sumuran adalah korosi lokal dari permukaan logam yang dibatasi pada satu titik atau area kecil, dan membentukn bentuk rongga. Korosi sumuran adalah salah satu bentuk yang paling merusak dari korosi. Mekanisme Pitting Corrosion : Untuk material bebas cacat, korosi sumuran disebabkan oleh lingkungan kimia yang mungkin berisi spesies unsur kimia agresif seperti klorida. Klorida sangat merusak lapisan pasif (oksida) sehingga pitting dapat terjadi pada dudukan oksida. Lingkungan juga dapat mengatur perbedaan sel aerasi (tetesan air pada permukaan baja, misalnya) dan pitting dapat dimulai di lokasi anodik (pusat tetesan air). Hindari pemakaian sambungan paku keeling atau baut, gunakan sambungan las. Gunakan gasket non absorbing. Usahakan menghindari daerah dengan aliran udara. Mekanisme pitting corrosion Cara pengendalian korosi sumuran adalah sebagai berikut: Hindari permukaan logam dari goresan. Perhalus permukaan logam. Menghindari komposisi material dari berbagai jenis logam. 2.3.6 Intergranular Corrosion Mekanisme korosi batas butir Cara pengendalian korosi batas butir adalah: Turunkan kadar karbon dibawah 0,03%. Tambahkan paduan yang dapat mengikat karbon. Pendinginan cepat dari temperatur tinggi. Pelarutan karbida melalui pemanasan. Hindari pengelasan. 5. Stress Corrosion Cracking (SCC) Korosi batas butir pada pipa Intergranular corrosion kadangkadang juga disebut "intercrystalline korosi" atau "korosi interdendritik". Dengan adanya tegangan tarik, retak dapat terjadi sepanjang batas butir dan jenis korosi ini sering disebut "intergranular retak korosi tegangan (IGSCC)" atau hanya "intergranular stress corrosion cracking". Mekanisme intergranular corrosion : jenis serangan ini diawali dari beda potensial dalam komposisi, seperti sampel inti “coring” biasa ditemui dalam paduan casting. Pengendapan pada batas butir, terutama kromium karbida dalam baja tahan karat, merupakan mekanisme yang diakui dan diterima dalam korosi intergranular. Korosi SCC pada sebuah logam Korosi retak tegangan (SCC) adalah proses retak yang memerlukan aksi secara bersamaan dari bahan perusak (karat) dan berkelanjutan dengan tegangan tarik. Ini tidak termasuk pengurangan bagian yang terkorosi akibat gagal oleh patahan cepat. Hal ini juga termasuk intercrystalline atau transkristalin korosi, yang dapat menghancurkan paduan tanpa tegangan yang diberkan atau tegangan sisa. Retak korosi tegangan dapat terjadi dalam kombinasi dengan penggetasan hidrogen. Mekanisme SCC : terjadi akibat adanya hubungan dari 3 faktor komponen, yaitu (1) Bahan rentan terhadap korosi, (2) adanya larutan elektrolit (lingkungan) dan (3) adanya tegangan. Sebagai contoh, tembaga dan paduan rentan terhadap senyawa amonia, baja ringan rentan terhadap larutan alkali dan baja tahan karat rentan terhadap klorida. Mekanisme korosi SCC menyebabkan percepatan terdegradasinya suatu logam. Mekanisme erosion corrosion : efek mekanik aliran atau kecepatan fluida dikombinasikan dengan aksi cairan korosif menyebabkan percepatan hilangnya dari logam. Tahap awal melibatkan penghapusan mekanik film pelindung logam dan kemudian korosi logam telanjang oleh cairan korosif yang mengalir. Proses siklus ini sampai pelubangan komponen terjadi. Cara pengendalian korosi tegangan adalah: Turunkan besarnya tegangan Turunkan tegangan sisa termal Kurangi beban luar atau perbesar area potongan Penggunaan inhibitor Mekanisme korosi erosi Cara pengendalian korosi erosi adalah: Menghindari partikel abrasive pada fluida. Mengurangi kecepatan aliran fluida Sumber : (http://kapalcargo.blogspot.com/2011/05/korosi-kapalbaja.html ) 6. Erosion Corrosion Larutan Sebuah blade akibat korosi erosi Erosi Korosi mengacu tindakan gabungan yang melibatkan dan korosi di hadapan cairan korosif bergerak atau komponen logam bergerak melalui cairan korosif, pada erosi yang yang yang Larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom atau ion dari dua zat atau lebih. Suatu larutan disebut campuran karena susunannya dapat berubah – ubah. Disebut homogen karena susunannya yaitu seragam tak dapat diamati karena ada bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optik sekalipun. Suatu larutan ada yang dapat menghantarkan arus listrik dan ada juga yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan elektrolit, sedangkan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan nonelektroli. 3. METODE PENELITIAN Tahapan Pengujian Persiapan Benda Uji Benda uji yang digunakan berupa potongan plat baja lambung kapal dengan ukuran 2 x 1 cm. Kandungan dalam tiap lembar plat adalah 92% - 97% merupakan besi. Sisanya terdapat kandungan karbon, silikon, belerang, dan fosfor. Tipe plat yang digunakan ASTM A 36. (http//www.onealsteel.com/carbon-steelplate-a36.html). Sebelum dilakukan pengujian benda uji terlebih dahulu di amplas sampai permungkaan benda uji menjadi rata. Benda yang telah di amplas direndam dulu kedalam oli untuk mencegah terjadinya korosi. rendamkan kedalam larutan tersebut dengan variasi waktu yang berbeda – beda. Perendaman benda uji Benda uji yang telah di siapkan terlebih dahulu di timbang, kemudian dilakukan perendaman dalam larutan media korosif dan perendaman dilakukan pada suhu kamar selama 8, 16, 24 jam. Setelah dilakukan perendaman, benda uji kembali di timbang yang bertujuan untuk melihat berat akhirnya dan kemudian benda uji di bersihkan dengan disertai penimbangan kembali untuk mendapatkan berat yang setelah dibersihkan. Perendaman Benda Uji Benda Uji Larutan Jenis larutan yang digunakan adalah air laut, garam (NaCl) dengan konsentrasi masing – masing 3 %. Benda uji di Perincian Pengujian Benda Uji Produksi korosi dihasilkan dengan proses perendaman impressed current dan perendaman dengan impressed current perincian pengujian dapat dilihat pada tabel berikut ini : Perincian Benda Uji : Benda Keterangan Uji A1, A2, Direndam A3 dalam larutan 100 ml air laut + NaCl 100 gr B1, B2, Direndam B3 dalam larutan 100 ml air laut + NaCl 200 gr C1, C2, Direndam C3 dalam larutan 100 ml air laut + NaCl 300 gr A1, A2, Direndam A3 dalam larutan 100 ml air laut + NaCl 100 gr B1, B2, Direndam B3 dalam larutan 100 ml air laut + NaCl 200 gr C1, C2, Direndam C3 dalam larutan 100 ml air laut + NaCl 300 gr A1, A2, Direndam A3 dalam larutan 100 ml air laut + NaCl 100 gr B1, B2, Direndam B3 dalam larutan 100 ml air laut + NaCl 200 gr C1, C2, Direndam C3 dalam larutan 100 ml air laut + NaCl 300 gr Peralatan Yang Digunakan Gelas Ukur Waktu Pengujian 8 jam Gelas ukur berfungsi sebagai wadah untuk larutan yang telah disediakan pada pengujian. Gelas yang di pakai berukuran 250 ml. Pengujian 8 jam Pengujian 8 jam Pengujian 16 jam Gelas Ukur Pengujian 16 jam Pengujian 16 jam Kabel Kabel berfungsi sebagai penghubung arus antara positif (+) dan negatif (-) ke anoda dan katoda pada pengujian impressed current. Pengujian 24 jam Pengujian 24 jam Kabel penghubung Pengujian 24 jam PH Meter sebuah alat elektronik yang berfungsi untuk mengukur pH (derajat keasaman atau kebasaan) suatu cairan, dan terdiri dari elektroda khusus yang terhubung ke sebuah alat elektronik yang mengukur dan menampilkan nilai pH. Dengan spesifikasi : Nama : pH Meter Professional PHS-3E Spesifikasi : - Mengukur Range: pH: 2,00 ~ 18.00pH; mV: 1999 ~ + 1999mV; Temp:. 0 ~ 99,9 ℃ - Akurasi: pH: ± 0.01pH ± 1bit; mV: ± 1mV ± 1bit; Temp:. ± 0,3 ℃ ± 1bit - Stabilitas: ± 0.01pH ± 1bit / 3 jam - Temp. Kisaran kompensasi: 0 ~ 99,9 ℃ - Suhu larutan diukur: 0 ~ 60 ℃ menimbang suatu speciment yang akan di uji. Spesifikasi : - Merk MATRIX Type Esj 210-4B Kapasitas 210 Gr x 0.0001 Gr ( 0,1 Mg ) Pan size 9 cm Power Listrik Langsung Timbangan Digital Reactifier PH Meter Timbangan Digital (Neraca) Timbangan digital berfungsi untuk menimbang jumlah yang sangat kecil dan keakuratan yang sangat tinggi. Disini timbangan digital dapat digunakan untuk Reactifier dalam bahasa indonesia disebut dengan penyerah gelombang adalah suatu bagian dari rangkaian catu daya atau power supply yang berfungsi sebagai pengubah sinyal AC (Alternating Current) menjadi sinyal DC (Direct Current). Spesifikasi Reactifier : - Listrik 220 volt - Volt range 0 – 15 volt DC (Dapat diatur sesuai dengan keinginan) Penunjuk voltmeter dan ampere meter digital Kapasitas yang tersedia 100 Ampere, 200 Ampere, 300 Ampere. Reactifier Pengukuran laju korosi Laju korosi pada penelitian menggunakan metoda evaluasi kualitatif dan kimia pada pengujian kualitatif hanya memahami produk korosi yang terjadi pada benda uji. Sedangkan pengujian dengan metoda evaluasi kimia persen pengurangan berat,pengurangan berat didapatkan dari perbedaan berat sebelum dan sesudah korosi. Pengamatan Pengamatan dilakukan pada lempengan baja yang di aliri arus listrik yang mana dilakukan dalam kurun waktu yang bervariasi dan setiap selesai satu percobaan maka lempengan baja tersebut langsung di timbang menggunakan timbangan digital, untuk menentukan berat dalam laju korosi dengan dialiri arus listrik. Dengan menggunakan arus tanding ini, maka perlindungan korosi terhadap spesiment lebih cepat lajunya dengan menggunakan anodanya. alumunium sebagai Sedangkan pengujian yang dilakukan oleh FEBRIZALDI yang peneliti sebelumnya, lebih lambat laju pengendalian korosinya. Karena, dia memilih seng (Zn) sebagai anodanya. Dengan alasan saya memilih alumunium (Al) sebagai anoda pada pengendalian laju korosi ini yaitu, Karena alumunium (Al) lebih mudah teroksidasi dari logam baja atau potensial reduksi yang lebih negatif dari pada baja. Keuntungan dari alumunium ini adalah lebih murah dan lebih ringan pula terhadap seng atau dari anoda – anoda lainnya.Contohnya seperti seng dan tembaga. Anoda alumunium ini lebih tahan terhadap serangan korosi dari pada anoda seng. Maka dengan melakukan pengujian dengan menggunakan arus tanding dan alumunium sebagai anodanya, lebih menguntungkan dari pada pengujian arus tanding dengan memakai seng sebagai anodanya. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang telah di dapatkan dari pengujian arus tandingan (Impressed Current). Pada sub bab berikut diuraikan data yang telah didapat dari pengujian, yang selajutnya diolah berdasarkan prosedur pada bagian metodologi. Hasil Pengujian Pengujian korosi merupakan pemaksaan pada benda uji yang kondisi kelembabannya menyerupai kondisi sebenarnya di alam. Hasil pembentukan lapisan oksida terhadap benda uji dari berbagai larutan dan variasi waktu dapat dilihat secara kualitatif pada lampiran. Pembahasan Secara umum pembahasan hasil pengujian dilakukan dengan cara arus tandingan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya serangan korosi terhadap suatu speciment baja dari dalam suatu larutan yang telah ditentukan. Tabel hasil pengujian Grafik Perbandingan Jam (Waktu) dengan Perubahan Berat (gr) dengan memakai katoda (Baja) dan anoda (Alumunium) Pada grafik di atas, laju korosi plat lambung kapal baja (katoda) lebih cepat bereaksi dan anoda (alumunium) lebih tinggi peningkatannya. Pada grafik di atas laju korosi dari baja (katoda) maupun alumunium (anoda) terlihat jelas dari waktu 8 jam menuju 16 jam dan 24 jam. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pengujian laju korosi dan analisis plat baja dengan larutan air laut + NaCl Teknis dapat di simpulkan bahwa; Grafik Laju korosi plat baja lambung kapal dapat di kendalikan dengan menggunakan arus tandingan. Pada pengujian ini, waktu sangat mempunyai peranan penting dalam terjadinya korosi. Disamping itu, jenis larutan dan komposisi larutan yang digunakan juga mempunyai peranan penting. Pada pengujian arus tandingan ini, laju korosi dapat ditekan. Ini dapat terlihat pada pengurangan berat yang terjadi. Sehingga dapat dikatakan bahwa metoda ini sangat bagus dalam mengendalikan korosi pada lambung kapal. 3/07/apa-itu-korosi-penyebabdan cara.html#sthash.09mTw Mzi dput. Saran http;//sainsforhuman.blogspotco.id/201 Diharapkan bagi yang mengembangkan penelitian ini nantinya lebih memperhatikan larutan yang di gunakan, karena larutan sangat mempengaruhi laju dari korosi tersebut. Dalam proses pengendalian korosi hendaknya di sesuaikan dengan keadaan lingkungan dimana benda tersebut berada sehingga kita dapat menentukan metoda apa yang dapat di gunakan untuk mencegah korosinya. http://kapalcargo.blogspot.com/2011/05 /korosi-kapal-baja.html. http//www.onealsteel.com/carbon-steelplate-a36.html. Profil Baja ASTM,http;//www.Bumi bajasakti.com/index.php/produk/ besibaja/baja Astm a36, di akses tanggal 7 desember 2015 jam 01.00. Supriyanto, 2007, Pengaruh Konsentrasi DAFTAR PUSTAKA American Society For Testing and Material. 1999,G1 Practice For preparing, Cleaning, and Larutan Terhadap laju korosi pada baja karbon rendah, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Trothwen,KR.Jhon anamberalih,Korosi Evaluating Corosian Test untuk mahasiswa dan rekayasa, Specimens, ASTM A36 Vol. Gramedia Pustaka Utama, 03,02, ASTM Society. Jakarta,1992. Djafrie Sriati, Ilmu teknologi bahan, www.corrosion doctor.org. Erlangga, Jakarta,1992.