PENGENDALIAN KOROSI DENGAN MENGGUNAKAN ARUS

advertisement
PENGENDALIAN KOROSI DENGAN MENGGUNAKAN ARUS
TANDINGAN
Rio Frensisko, Edi Septe1), Iman Satria2)
Program Studi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung hatta
Jln. Gajah Mada, No. 19 Olo Nanggalo Padang 25143
Telp. (0751) 54257, Fax (0751) 51341
Email : [email protected]
Abstract
Pelat lambung kapal adalah bagian konstruksi yang pertama kali terkena korosi
air laut. Korosi pada pelat lambung kapal mengakibatkan turunnya kekuatan dan umur
pakai kapal, sehingga dapat mengurangi jaminan keselamatan muatan barang dan
penumpang kapal. Untuk menghindari kerugian yang lebih besar akibat korosi air laut
maka diperlukan suatu perlindungan korosi pada pelat lambung kapal. Sampai saat ini
salah satu cara untuk melindungi pelat lambung kapal dari serangan korosi adalah
dengan metoda proteksi katodik. Metoda proteksi katodik yang sering dipakai adalah
sistem arus tanding. Jenis anoda arus tanding yang digunakan dalam penelitian ini
adalah aluminium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan
arus tanding dengan mengunakan aluminium sebagai anodanya. Proses pengendalian
dengan arus tanding ini dapat memperlambat laju korosi pelat lambung kapal di dalam
media air laut. Hasil pengujian korosi di laboratorium dapat membuktikan bahwa
dengan menggunakan alumunium sebagai anoda yang dipasang pada pelat baja ASTM
A 36 ternyata sangat baik digunakan pada pengujian arus tandingan ini. Dengan
pengujian ini, plat baja lebih lama terlindungi dari serangan korosi. Dari penelitian ini
dapat diketahui bahwa dengan arus tandingan ini dapat memperlambat serangan korosi
terhadap baja. Aluminium memiliki kinerja yang optimal, dalam arti dapat
memperlambat laju korosi pelat baja sehingga benar-benar dapat berfungsi sebagai
anoda.
Kata kunci : Pelat baja kapal, Pengendalian korosi dengan arus tandingan, Laju
korosi
Abstract
Hull plates are part of construction of the first affected by sea water corrosion.
Corrosion of hull plates may decrease the strength and life of the ship, thus reducing
the safety program can reduce the load cargo and passenger ships. To avoid greater
losses due to sea water corrosion, we need a corrosion protection on the hull plate.
Until recently one of the ways to protect the hull plates corrosion attack is a method of
cathodik protection.Cathodic protection method often used is the current system of
sparring.Type of match current anode used in this study is alumunium.This research
aims to determine the effectiveness of the use of the use of the current duel using
alumunium as anode.Proses alumunium control the flow of this match can slow the rate
of corrosion hull plate in the media sea water.Results of corrosion test in a laboratory
can prove that by using alumunium as an anode mounted on a steel plate Astm A 36 it
turned out very well used in this counter-flow testing.With this test, a stell plate longer
protected from corrosion attack. From this research can be seen that with this counter
flow can slow down the corrosion attack on steel.Aluminium has optimal performance,
in the rate of corrosion of steel plate so that it can function as an anode – right.
Keyword : Vessel steel plate,corrosion control with counter current,the corrosion rate
1. PENDAHULUAN
2. TINJAUAN PUSTAKA
Korosi merupakan salah satu musuh
besar dalam dunia industri, beberapa contoh
kerugian yang ditimbulkan korosi adalah
terjadinya penurunan kekuatan material dan
biaya perbaiakan akan naik jauh lebih besar
dari yang di perkirakan. Proses korosi
terjadi secara alamiah, karena itu korosi
tidak dapat di hilangkan melainkan hanya
dapat dikendalikan. Untuk mengendalikan
laju korosi dapat digunakan metode salah
satu diantaranya adalah penerapan korosi
katodik arus tandingan (impressed current).
Sistem proteksi katodik arus tanding adalah
suatu metode perlindungan karat yang
menggunakan tegangan DC untuk proses
perlindungannya. Tegangan DC digunakan
untuk membuat suatu logam semakin
sedikit mengalami korosi karena potensial
dari logam tersebut dibuat semakin negatif.
(http://sainsforhuman.blogspot.co.id/2013/
07/apa-itu-korosi-penyebab-dancara.html#sthash.Q9mTwMZi.dpuf).
Korosi dapat di artikan sebagai
karat, yakni sesuatu yang hampir dianggap
musuh umum masyarakat, sedangkan
definisi korosi secara khusus dapat
diartikan sebagai suatu kerusakan yang
terjadi reaksi kimia pada logam ataupun
pada paduan logam yang bereaksi dengan
lingkungannya. Syarat – syarat teradinya
sebuah korosi adalah : terjadi akibat adanya
pengaruh lingkungan yang korosif, anoda,
katoda yang saling berinteraksi secara
elektrokimia.
Dalam proses pengendalian sumber
tegangan searah (DC) ini digunakan
converter tegangan DC. Tegangan DC
diperoleh dari proses penyerahan (Rectifier)
tegangan AC. Hasil keluaran tegangan DC
akan dinaikan atau diturunkan dengan DC –
DC converter yaitu menggunakan buck
converter dapat diperoleh tegangan variabel
yang dapat digunakan untuk memberikan
sumber tegangan DC ke sistem proteksi
katodik arus tanding sesuai arus yang
diperlukan.
Teknikpengendaliankorosipertama
kali
dilakukanoleh
SIR
HUMPHREY
padatahun 1824.
Bila diperhatikan pada logam maka
yang terjadi tidak hanya reaksi kimia tetapi
juga reaksi elektrokimia dimana antar
bahan – bahan teradi perpindahan elektron
ini menimbulkan arus listrik. Kejadian
tersebut disebut dengan proses elektro
kimia dan timbul akibat pembentukan sel
seperti yang teradi pada battrai.
Jenis-jenis Korosi
2. Uniform/General Corrosion (Korosi
Menyeluruh)
Uniform Corrosion pada kaleng
minuman
Pada
korosi
jenis
korosi
menyeluruh, seluruh permukaan logam
yang terekspose dengan lingkungan,
terkorosi secara merata. Jenis korosi ini
mengakibatkan rusaknya konstruksi secara
total.
Mekanisme Uniform Corrosion :
dengan distribusi seragam dari reaktan
katodik atas seluruh permukaan logam yang
terekspose. Pada lingkungan asam (pH < 7),
terjadi reduksi ion hidrogen dan pada
lingkungan basa (pH > 7) atau netral (pH =
7), terjadi reduksi oksigen. Kedua
berlangsung secara "seragam" dan tidak ada
lokasi preferensial atau lokasi untuk reaksi
katodik atau anodik. Katoda dan anoda
terletak secara acak dan bergantian dengan
waktu. Hasil akhirnya adalah hilangnya
kurang lebih yang seragam dimensi.
Cara
pengendalian
korosi
menyeluruh, sebagai berikut :


macam logam yang berbeda berkontak
secara langsung dalam media korosif.
Mekanisme korosi galvanik : korosi
ini terjadi karena proses elektro kimiawi
dua macam metal yang berbeda potensial
dihubungkan langsung di dalam elektrolit
sama. Dimana electron mengalir dari metal
kurang mulia (Anodik) menuju metal yang
lebih mulia (Katodik), akibatnya metal
yang kurang mulia berubah menjadi ion –
ion positif karena kehilangan electron. Ionion positif metal bereaksi dengan ion
negatif yang berada di dalam elektrolit
menjadi garam metal. Karena peristiwa
tersebut, permukaan anoda kehilangan
metal sehingga terbentuklah sumur - sumur
karat (Surface Attack) atau serangan karat
permukaan.
Dengan melakukan pelapisan
dengan cat atau dengan material
yang lebih anodik
Melakukan inhibitas dan proteksi
katodik (cathodik protection)
2. Galvanic Corrosion (Korosi Galvanik)
Mekanisme Korosi Galvanis
Metode - metode yang dilakukan dalam
pengendalian korosi ini adalah:



Korosi Galvanic pada Sambungan Baut
Galvanic atau bimetalic corrosion
adalah jenis korosi yang terjadi ketika dua

Menekan terjadinya reaksi kimia
atau elektrokimianya seperti reaksi
anoda dan katoda
Mengisolasi logam dari
lingkungannya
Mengurangi ion hydrogen di dalam
lingkungan yang di kenal dengan
mineralisasi
Mengurangi oksigen yang larut
dalam air




Mencegah kontak dari dua material
yang tidak sejenis
Memilih logam-logam yang
memiliki unsure-unsur yang
berdekatan
Mencegah celah atau menutup
celah
Mengadakan proteksi
katodik,dengan menempelkan
anoda umpan.
preferensial yang lebih "aktif" pada elemen
dalam paduan tersebut.
Dalam kasus dezincification dari
kuningan, seng istimewa terlarut dari
paduan
tembaga-seng,
meninggalkan
lapisan permukaan tembaga yang keropos
dan rapuh.
Selective Leaching Corrosion
Mekanisme selective leaching corrosion
Selective leaching corrosion pada pipa
Selective leaching adalah korosi
selektif dari satu atau lebih komponen dari
paduan larutan padat. Hal ini juga disebut
pemisahan, pelarutan selektif atau serangan
selektif. Contoh dealloying umum adalah
dekarburisasi,
decobaltification,
denickelification,
dezincification,
dan
korosi graphitic.
Mekanisme selective leaching :
logam yang berbeda dan paduan memiliki
potensial yang berbeda (atau potensial
korosi) pada elektrolit yang sama. Paduan
modern mengandung sejumlah unsur
paduan berbeda yang menunjukkan
potensial korosi yang berbeda. Beda
potensial antara elemen paduan menjadi
kekuatan pendorong untuk serangan
Cara pengendalian atau mencegah
selective leaching adalah :

Menghindari komposisi yang
berbeda dari material penyusun
3. Crevice Corrosion (Korosi Celah)
Korosi celah pada sambungan pipa
Korosi celah mengacu pada
serangan lokal pada permukaan logam
pada, atau berbatasan langsung dengan,
kesenjangan atau celah antara dua
permukaan bergabung. Kesenjangan atau
celah dapat terbentuk antara dua logam atau
logam dan bahan non-logam. Di luar
kesenjangan atau tanpa celah, kedua logam
yang tahan terhadap korosi. Kerusakan
yang disebabkan oleh korosi celah biasanya
dibatasi pada satu logam di wilayah lokal
dalam atau dekat dengan permukaan yang
bergabung.
Mekanisme Crevice Corrosion :
dimulai oleh perbedaan konsentrasi
beberapa kandungan kimia, biasanya
oksigen, yang membentuk konsentrasi sel
elektrokimia (perbedaan sel aerasi dalam
kasus oksigen). Di luar dari celah (katoda),
kandungan oksigen dan pH lebih tinggi tetapi klorida lebih rendah.
Mekanisme korosi celah
Cara pengendalian korosi celah adalah
sebagai berikut :



4. Pitting Corrosion (Korosi Sumuran)
Korosi sumuran pada westafle
Korosi sumuran adalah korosi lokal
dari permukaan logam yang dibatasi pada
satu titik atau area kecil, dan membentukn
bentuk rongga. Korosi sumuran adalah
salah satu bentuk yang paling merusak dari
korosi.
Mekanisme Pitting Corrosion :
Untuk material bebas cacat, korosi sumuran
disebabkan oleh lingkungan kimia yang
mungkin berisi spesies unsur kimia agresif
seperti klorida. Klorida sangat merusak
lapisan pasif (oksida) sehingga pitting dapat
terjadi pada dudukan oksida. Lingkungan
juga dapat mengatur perbedaan sel aerasi
(tetesan air pada permukaan baja, misalnya)
dan pitting dapat dimulai di lokasi anodik
(pusat tetesan air).
Hindari pemakaian sambungan
paku keeling atau baut, gunakan
sambungan las.
Gunakan gasket non absorbing.
Usahakan menghindari daerah
dengan aliran udara.
Mekanisme pitting corrosion
Cara pengendalian korosi sumuran adalah
sebagai berikut:



Hindari permukaan logam dari
goresan.
Perhalus permukaan logam.
Menghindari komposisi material
dari berbagai jenis logam.
2.3.6 Intergranular Corrosion
Mekanisme korosi batas butir
Cara pengendalian korosi batas butir
adalah:
 Turunkan kadar karbon dibawah
0,03%.
 Tambahkan paduan yang dapat
mengikat karbon.
 Pendinginan cepat dari temperatur
tinggi.
 Pelarutan karbida melalui
pemanasan.
 Hindari pengelasan.
5. Stress Corrosion Cracking (SCC)
Korosi batas butir pada pipa
Intergranular corrosion kadangkadang juga disebut "intercrystalline
korosi" atau "korosi interdendritik".
Dengan adanya tegangan tarik, retak dapat
terjadi sepanjang batas butir dan jenis
korosi ini sering disebut "intergranular
retak korosi tegangan (IGSCC)" atau hanya
"intergranular stress corrosion cracking".
Mekanisme
intergranular
corrosion : jenis serangan ini diawali dari
beda potensial dalam komposisi, seperti
sampel inti “coring” biasa ditemui dalam
paduan casting. Pengendapan pada batas
butir, terutama kromium karbida dalam baja
tahan karat, merupakan mekanisme yang
diakui dan diterima dalam korosi
intergranular.
Korosi SCC pada sebuah logam
Korosi retak tegangan (SCC)
adalah proses retak yang memerlukan aksi
secara bersamaan dari bahan perusak
(karat) dan berkelanjutan dengan tegangan
tarik. Ini tidak termasuk pengurangan
bagian yang terkorosi akibat gagal oleh
patahan cepat. Hal ini juga termasuk
intercrystalline atau transkristalin korosi,
yang dapat menghancurkan paduan tanpa
tegangan yang diberkan atau tegangan sisa.
Retak korosi tegangan dapat terjadi dalam
kombinasi dengan penggetasan hidrogen.
Mekanisme SCC : terjadi akibat
adanya hubungan dari 3 faktor komponen,
yaitu (1) Bahan rentan terhadap korosi, (2)
adanya larutan elektrolit (lingkungan) dan
(3) adanya tegangan. Sebagai contoh,
tembaga dan paduan rentan terhadap
senyawa amonia, baja ringan rentan
terhadap larutan alkali dan baja tahan karat
rentan terhadap klorida.
Mekanisme korosi SCC
menyebabkan percepatan terdegradasinya
suatu logam.
Mekanisme erosion corrosion :
efek mekanik aliran atau kecepatan fluida
dikombinasikan dengan aksi cairan korosif
menyebabkan percepatan hilangnya dari
logam.
Tahap
awal
melibatkan
penghapusan mekanik film pelindung
logam dan kemudian korosi logam
telanjang oleh cairan korosif yang
mengalir. Proses siklus ini sampai
pelubangan komponen terjadi.
Cara pengendalian korosi tegangan adalah:
 Turunkan besarnya tegangan
 Turunkan tegangan sisa termal
 Kurangi beban luar atau perbesar
area potongan
 Penggunaan inhibitor
Mekanisme korosi erosi
Cara pengendalian korosi erosi adalah:
 Menghindari partikel abrasive pada
fluida.
 Mengurangi kecepatan aliran fluida
Sumber
:
(http://kapalcargo.blogspot.com/2011/05/korosi-kapalbaja.html )
6. Erosion Corrosion
Larutan
Sebuah blade akibat korosi erosi
Erosi Korosi mengacu
tindakan gabungan yang melibatkan
dan korosi di hadapan cairan korosif
bergerak atau komponen logam
bergerak melalui cairan korosif,
pada
erosi
yang
yang
yang
Larutan adalah campuran homogen
dari molekul, atom atau ion dari dua zat
atau lebih. Suatu larutan disebut campuran
karena susunannya dapat berubah – ubah.
Disebut homogen karena susunannya yaitu
seragam tak dapat diamati karena ada
bagian yang berlainan, bahkan dengan
mikroskop optik sekalipun.
Suatu larutan ada yang dapat
menghantarkan arus listrik dan ada juga
yang tidak dapat menghantarkan arus
listrik. Larutan yang dapat menghantarkan
arus listrik disebut larutan elektrolit,
sedangkan yang tidak dapat menghantarkan
arus listrik disebut larutan nonelektroli.
3. METODE PENELITIAN
Tahapan Pengujian
Persiapan Benda Uji
Benda uji yang digunakan berupa
potongan plat baja lambung kapal dengan
ukuran 2 x 1 cm. Kandungan dalam tiap
lembar plat adalah 92% - 97% merupakan
besi. Sisanya terdapat kandungan karbon,
silikon, belerang, dan fosfor. Tipe plat yang
digunakan ASTM A 36.
(http//www.onealsteel.com/carbon-steelplate-a36.html).
Sebelum dilakukan
pengujian
benda uji terlebih dahulu di amplas sampai
permungkaan benda uji menjadi rata. Benda
yang telah di amplas direndam dulu
kedalam oli untuk mencegah terjadinya
korosi.
rendamkan kedalam larutan tersebut dengan
variasi waktu yang berbeda – beda.
Perendaman benda uji
Benda uji yang telah di siapkan
terlebih dahulu di timbang, kemudian
dilakukan perendaman dalam larutan media
korosif dan perendaman dilakukan pada
suhu kamar selama 8, 16, 24 jam. Setelah
dilakukan perendaman, benda uji kembali
di timbang yang bertujuan untuk melihat
berat akhirnya dan kemudian benda uji di
bersihkan dengan disertai penimbangan
kembali untuk mendapatkan berat yang
setelah dibersihkan.
Perendaman Benda Uji
Benda Uji
Larutan
Jenis larutan yang digunakan adalah
air laut, garam (NaCl) dengan konsentrasi
masing – masing 3 %. Benda uji di
Perincian Pengujian Benda Uji
Produksi korosi dihasilkan dengan
proses perendaman impressed current dan
perendaman dengan impressed current
perincian pengujian dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Perincian Benda Uji :
Benda
Keterangan
Uji
A1, A2, Direndam
A3
dalam larutan
100 ml air laut
+ NaCl 100 gr
B1, B2, Direndam
B3
dalam larutan
100 ml air laut
+ NaCl 200 gr
C1, C2, Direndam
C3
dalam larutan
100 ml air laut
+ NaCl 300 gr
A1, A2, Direndam
A3
dalam larutan
100 ml air laut
+ NaCl 100 gr
B1, B2, Direndam
B3
dalam larutan
100 ml air laut
+ NaCl 200 gr
C1, C2, Direndam
C3
dalam larutan
100 ml air laut
+ NaCl 300 gr
A1, A2, Direndam
A3
dalam larutan
100 ml air laut
+ NaCl 100 gr
B1, B2, Direndam
B3
dalam larutan
100 ml air laut
+ NaCl 200 gr
C1, C2, Direndam
C3
dalam larutan
100 ml air laut
+ NaCl 300 gr
Peralatan Yang Digunakan
Gelas Ukur
Waktu
Pengujian 8
jam
Gelas ukur berfungsi sebagai wadah
untuk larutan yang telah disediakan pada
pengujian. Gelas yang di pakai berukuran
250 ml.
Pengujian 8
jam
Pengujian 8
jam
Pengujian
16 jam
Gelas Ukur
Pengujian
16 jam
Pengujian
16 jam
Kabel
Kabel berfungsi sebagai
penghubung arus antara positif (+) dan
negatif (-) ke anoda dan katoda pada
pengujian impressed current.
Pengujian
24 jam
Pengujian
24 jam
Kabel penghubung
Pengujian
24 jam
PH Meter
sebuah alat elektronik yang berfungsi
untuk mengukur pH (derajat keasaman atau
kebasaan) suatu cairan, dan terdiri dari
elektroda khusus yang terhubung ke sebuah
alat elektronik yang mengukur dan
menampilkan nilai pH.
Dengan spesifikasi :
Nama : pH Meter Professional
PHS-3E
Spesifikasi
:
- Mengukur Range: pH: 2,00 ~ 18.00pH; mV: 1999 ~ + 1999mV;
Temp:. 0 ~ 99,9 ℃
- Akurasi: pH: ± 0.01pH ±
1bit; mV: ± 1mV ± 1bit;
Temp:. ± 0,3 ℃ ± 1bit
- Stabilitas: ± 0.01pH ±
1bit / 3 jam
- Temp. Kisaran
kompensasi: 0 ~ 99,9 ℃
- Suhu larutan diukur: 0 ~
60 ℃
menimbang suatu speciment yang akan di
uji.
Spesifikasi :
-
Merk MATRIX
Type Esj 210-4B
Kapasitas 210 Gr x 0.0001 Gr ( 0,1
Mg )
Pan size 9 cm
Power Listrik Langsung
Timbangan Digital
Reactifier
PH Meter
Timbangan Digital (Neraca)
Timbangan digital berfungsi untuk
menimbang jumlah yang sangat kecil dan
keakuratan yang sangat tinggi. Disini
timbangan digital dapat digunakan untuk
Reactifier dalam bahasa indonesia
disebut dengan penyerah gelombang adalah
suatu bagian dari rangkaian catu daya atau
power supply yang berfungsi sebagai
pengubah sinyal AC (Alternating Current)
menjadi sinyal DC (Direct Current).
Spesifikasi Reactifier :
-
Listrik 220 volt
-
Volt range 0 – 15 volt DC (Dapat
diatur sesuai dengan keinginan)
Penunjuk voltmeter dan ampere
meter digital
Kapasitas yang tersedia 100
Ampere, 200 Ampere, 300 Ampere.
Reactifier
Pengukuran laju korosi
Laju korosi pada penelitian menggunakan
metoda evaluasi kualitatif dan kimia pada
pengujian kualitatif hanya memahami
produk korosi yang terjadi pada benda uji.
Sedangkan pengujian dengan metoda
evaluasi kimia persen pengurangan
berat,pengurangan berat didapatkan dari
perbedaan berat sebelum dan sesudah
korosi.
Pengamatan
Pengamatan
dilakukan
pada
lempengan baja yang di aliri arus listrik
yang mana dilakukan dalam kurun waktu
yang bervariasi dan setiap selesai satu
percobaan maka lempengan baja tersebut
langsung di timbang menggunakan
timbangan digital, untuk menentukan berat
dalam laju korosi dengan dialiri arus listrik.
Dengan menggunakan arus tanding ini,
maka perlindungan korosi terhadap
spesiment lebih cepat lajunya dengan
menggunakan
anodanya.
alumunium
sebagai
Sedangkan
pengujian
yang
dilakukan oleh FEBRIZALDI yang peneliti
sebelumnya, lebih lambat laju pengendalian
korosinya. Karena, dia memilih seng (Zn)
sebagai anodanya. Dengan alasan saya
memilih alumunium (Al) sebagai anoda
pada pengendalian laju korosi ini yaitu,
Karena alumunium (Al) lebih mudah
teroksidasi dari logam baja atau potensial
reduksi yang lebih negatif dari pada baja.
Keuntungan dari alumunium ini
adalah lebih murah dan lebih ringan pula
terhadap seng atau dari anoda – anoda
lainnya.Contohnya seperti seng dan
tembaga. Anoda alumunium ini lebih tahan
terhadap serangan korosi dari pada anoda
seng. Maka dengan melakukan pengujian
dengan menggunakan arus tanding dan
alumunium sebagai anodanya, lebih
menguntungkan dari pada pengujian arus
tanding dengan memakai seng sebagai
anodanya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang telah di dapatkan dari
pengujian arus tandingan (Impressed
Current). Pada sub bab berikut diuraikan
data yang telah didapat dari pengujian, yang
selajutnya diolah berdasarkan prosedur
pada bagian metodologi.
Hasil Pengujian
Pengujian
korosi
merupakan
pemaksaan pada benda uji yang kondisi
kelembabannya
menyerupai
kondisi
sebenarnya di alam. Hasil pembentukan
lapisan oksida terhadap benda uji dari
berbagai larutan dan variasi waktu dapat
dilihat secara kualitatif pada lampiran.
Pembahasan
Secara umum pembahasan hasil
pengujian dilakukan dengan cara arus
tandingan yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya serangan korosi terhadap suatu
speciment baja dari dalam suatu larutan
yang telah ditentukan.
Tabel hasil pengujian
Grafik Perbandingan Jam (Waktu)
dengan Perubahan Berat (gr) dengan
memakai katoda (Baja) dan anoda
(Alumunium)
Pada grafik di atas, laju korosi plat
lambung kapal baja (katoda) lebih cepat
bereaksi dan anoda (alumunium) lebih
tinggi peningkatannya.
Pada grafik di atas laju korosi dari
baja (katoda) maupun alumunium (anoda)
terlihat jelas dari waktu 8 jam menuju 16
jam dan 24 jam.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil pengujian laju korosi dan
analisis plat baja dengan larutan air laut +
NaCl Teknis dapat di simpulkan bahwa;

Grafik


Laju korosi plat baja lambung kapal
dapat di kendalikan dengan
menggunakan arus tandingan.
Pada pengujian ini, waktu sangat
mempunyai peranan penting dalam
terjadinya korosi. Disamping itu,
jenis larutan dan komposisi larutan
yang digunakan juga mempunyai
peranan penting.
Pada pengujian arus tandingan ini,
laju korosi dapat ditekan. Ini dapat
terlihat pada pengurangan berat
yang terjadi. Sehingga dapat
dikatakan bahwa metoda ini sangat
bagus dalam mengendalikan korosi
pada lambung kapal.

3/07/apa-itu-korosi-penyebabdan cara.html#sthash.09mTw
Mzi dput.
Saran

http;//sainsforhuman.blogspotco.id/201
Diharapkan
bagi
yang
mengembangkan penelitian ini
nantinya lebih memperhatikan
larutan yang di gunakan,
karena
larutan
sangat
mempengaruhi laju dari korosi
tersebut.
Dalam proses pengendalian
korosi hendaknya di sesuaikan
dengan keadaan lingkungan
dimana benda tersebut berada
sehingga
kita
dapat
menentukan metoda apa yang
dapat di gunakan untuk
mencegah korosinya.
http://kapalcargo.blogspot.com/2011/05
/korosi-kapal-baja.html.
http//www.onealsteel.com/carbon-steelplate-a36.html.
Profil Baja ASTM,http;//www.Bumi
bajasakti.com/index.php/produk/
besibaja/baja Astm a36, di akses
tanggal 7 desember 2015 jam
01.00.
Supriyanto, 2007, Pengaruh Konsentrasi
DAFTAR PUSTAKA
American Society For Testing and
Material. 1999,G1 Practice For
preparing, Cleaning, and
Larutan Terhadap laju korosi pada
baja karbon rendah, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Trothwen,KR.Jhon anamberalih,Korosi
Evaluating Corosian Test
untuk mahasiswa dan rekayasa,
Specimens, ASTM A36 Vol.
Gramedia Pustaka Utama,
03,02, ASTM Society.
Jakarta,1992.
Djafrie Sriati, Ilmu teknologi bahan,
www.corrosion doctor.org.
Erlangga, Jakarta,1992.
Download