PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan industri dan kemajuan teknologi, penggunaan logam tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Salah satu logam yang dapat digunakan adalah baja karbon. Kelebihan baja karbon antara lain mempunyai sifat mekanik dan menahan beban yang cukup baik, serta harganya yang relatif murah. Baja karbon terdiri atas 3 jenis berdasarkan kandungan jumlah karbonnya, yaitu baja karbon tinggi, baja karbon sedang, dan baja karbon rendah. Namun, baja karbon rendah memiliki kelemahan, yakni mudah mengalami korosi (Umiati 2008). Logam KS 01 termasuk baja karbon rendah yang merupakan salah satu produksi PT Krakatau Steel. Logam ini bukan baja nirkarat sehingga mudah mengalami korosi. Korosi merupakan proses degradasi material yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan sekitar seperti udara, tanah, air, dan cahaya matahari. Salah satu cara yang digunakan untuk mencegah terjadinya korosi adalah dengan memberikan lapisan pelindung. Pelapisan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain electroplating, pengecatan, dan dip coating. Metode dip coating merupakan metode pelapisan dengan cara pencelupan bahan ke dalam suatu larutan selama waktu tertentu sampai seluruh bahan basah kemudian bahan diangkat dari wadah. Keuntungan metode ini adalah peralatan yang digunakan cukup sederhana (Fang et al. 2008). Vathsala et al. (2010) telah melakukan pelapisan komposit logam dengan biopolimer, yaitu Zn-kitosan, yang menunjukkan bahwa laju korosi baja yang dilapisi komposit Znkitosan lebih rendah daripada baja yang hanya dilapisi oleh Zn. Selain itu, Szeptycka dan Midzialek (2007) mengkaji pengaruh ketahanan korosi nanokomposit Ni-PTFE (politetrafluoroetilena) yang dibandingkan dengan nikel dan disimpulkan bahwa nanokomposit Ni-PTFE lebih tahan korosi. Oleh karena itu, penelitian ini membuat komposit dengan menggunakan biopolimer, yaitu kitosan dan logam transisi lain yang mempunyai ketahanan korosi lebih baik, yaitu nikel. Selain itu, pemakaian garam nikel (NiCl2•6H2O) menyebabkan terbentuknya komposit bermuatan sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai bahan konduktor atau semikonduktor. Dugaan hal tersebut dapat dibuktikan dengan pengukuran konduktivitas. Nikel merupakan logam yang banyak digunakan dalam industri pelapisan logam. Nikel memiliki sifat tahan terhadap korosi, kekuatan dan kekerasan yang cukup, serta daya hantar listrik yang baik (Prayitno 2005). Biopolimer juga dapat digunakan sebagai lapisan antikorosi untuk logam. Kitosan merupakan biopolimer yang dapat digunakan untuk menghambat korosi. Sifat kimia kitosan antara lain merupakan poliamina linear (Gambar 1), mempunyai gugus amino dan hidroksil yang reaktif, serta dapat membentuk kelat dengan ion logam transisi (Dutta et al. 2004). Penelitian ini bertujuan meningkatkan ketahanan korosi logam KS 01 serta mencirikan komposit Ni-kitosan. n Gambar 1 Struktur kitosan. METODE Bahan dan Alat Kitosan yang digunakan diperoleh dari hasil sintesis salah satu staff Departemen Kimia, FMIPA, IPB. Selain itu, bahan-bahan lainnya adalah asam asetat 1% (pro analysis), nikel serbuk (Merck), NiCl2•6H2O (Fisher Scientific), logam KS 01, NaOH 40 % (pro analysis), dan etanol 96 % (teknis). Alat-alat yang digunakan adalah kertas abrasif grift.120 dan 240, mikroskop elektron payaran (SEM), difraksi sinar-X (XRD), LCR meter, dan potensiostat/galvanostat model 273. Lingkup Kerja Penelitian ini terbagi menjadi 4 tahapan (Lampiran 1). Tahap pertama adalah pembuatan komposit Ni-kitosan; tahap kedua adalah analisis, meliputi pencirian mikrostruktur (SEM), analisis fase (XRD), serta uji konduktivitas; tahap ketiga yaitu pelapisan komposit Ni-kitosan pada logam KS 01; dan tahap terakhir adalah uji korosi. Pembuatan Larutan Kitosan (Modifikasi Shi et al. 2005) Sebanyak 3 g kitosan dilarutkan dalam asam asetat 1% diaduk sampai larut selama 3 jam. Larutan kitosan tersebut didiamkan