View/Open - Repository | UNHAS

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Baja ASTM A53 merupakan pipa welded yang sering digunakan pada
penyaluran gas cair (Liquid Natural Gas – LNG) yang sesuai untuk penggunaan
lepas pantai. Pipa ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi sehingga banyak
juga dijumpai pada industri kimia khususnya pada penyaluran gas-gas hasil reaksi
kimia. Pipa ini terbuat dari hasil pengerolan panas pada slab lalu dilakukan
pengerolan dingin hingga menghasilkan lembaran baja yang berupa coil. Hal
terpenting terletak pada pengaturan dalam proses pengerolan agar dapat diperoleh
baja yang memiliki kekuatan tarik dan takik yang tinggi. Selain itu pipa ini juga
harus memiliki ketahanan terhadap perambatan retak, pembebanan dan sifat
mampu las yang baik.
Dalam hal ini, metode C-ring merupakan metode yang digunakan untuk
mengetahui ketahanan Stress Corossion Cracking pada baja ASTM A53 di
lingkungan korosif. Metode C-ring ini sesuai dengan standar pengujian
laboratorium logam (NACETM0177). Lingkungan korosif yang dimaksudkan
adalah daerah pantai di Makassar.
Mamlu (2001) menyimpulkan besarnya beban penekanan pada besi beton
sebelum mengalami proses korosi akan sangat berpengaruh sekali terhadap laju
korosi yang terjadi pada besi tersebut. Bahwa semakin besar penekanan
1
(pemberian beban) yang diberikan pada specimen maka laju korosi yang terjadi
akan semakin besar.
Menurut Sutopo (2001) berdasarkan pengujian tarik dapat diketahui bahwa
kuningan yang dikorosi dengan media korosi air aki maka kekuatan tariknya akan
semakin turun. Kemudian pada kuningan yang dikorosi air aki dan air garam akan
bersifat lebih lunak dan mudah patah. Dan hasil pengujian diketahui bahwa
kekutan terkecil terjadi pada media air aki pada durasi 30 hari yaitu 50,72
kg/mm2, sedangakan media air tawar kekuatan tariknya hampir sama. Sedangkan
As’ad (2007) melakukan perhitungan laju korosi dengan durasi waktu 0,5 jam, 1
jam dan 1,5 jam mendapatkan nilai selisih W (berat yang hilang) yang semakin
naik, ini disebabkan karena semakin lama logam berada pada lingkungan korosif
maka semakin banyak pula logam yang akan terkikis. Sedangkan untuk nilai laju
korosi (MPY) yang semakin menurun, penyebab menurunnya nilai laju korosi
adalah karena pertama konsentrasi larutan yang berubah karena proses korosi.
Nugroho (2005) menghitung laju korosi dengan metode pencelupan yang
dilakukan dari benda uji didapat nilai selisih dari berat awal dan berat akhir dari
tiap-tiap proses korosi. Untuk benda uji dengan suhu pemanasan 400OC durasi
pencelupan 4 jam didapat laju korosi 34,795 mm / tahun, pada benda uji dengan
suhu pemanasan 500OC durasi pencelupan 4 jam didapat laju korosi 30,667 mm /
tahun dan pada benda uji yang sama dengan suhu pemanasan 600OC durasi
pencelupan 4 jam didapat laju korosi 35,148 mm / tahun.
Mathari (2005) dengan menggunakan metode Tafel, mendapati bahwa laju
korosi pada baja tahan karat jenis ferit (logam utama / base metal) adalah sebesar
2
185,515 mpy, laju korosi pada baja tahan karat jenis austenit (logam utama / base
metal) adalah 123,142 mpy. Proses reaksi korosi cepat terjadi pada baja tahan
karat jenis ferit, baik itu pengelasan similar (baja tahan karat jenis ferit dan ferit)
atau pengelasan dissimilar (baja tahan karat jenis austenit dan ferit).
Korosi dapat menyerang pada logam baik yang mengalami pembebanan
maupun tidak. Pengaruh beban khususnya pada logam yang mengalami tegangan
akan sangat berpengaruh terhadap ketahanan laju korosi. Korosi ini umumnya
disebut peretakan korosi-tegangan. Peretakan korosi-tegangan merupakan
kombinasi adanya tegangan tarik pada logam dan adanya lingkungan yang
korosif, dimana kondisi ini merupakan salah satu dari penyebab utama kegagalan
material. Tegangan yang terjadi pada suatu logam umumnya berasal dari fabrikasi
atau yang merupakan sisa hasil pengerjaan dan dapat juga terjadi pada saat logam
sedang dalam pemakaian atau penggunaan. Dengan latar belakang ini pula maka
diadakan penelitian perubahan laju korosi akibat pengaruh tegangan dalam yang
bervariasi pada benda uji yang dicelup ke dalam larutan korosif dalam hal ini
menggunakan air laut.
3
1.2
Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian adalah :
a. Untuk memahami dan mengetahui bagaimana pengaruh tegangan dalam
yang berbeda pada variasi beban terhadap laju korosi pada benda uji.
b. Untuk mengetahui dan memahami pengaruh laju korosi terhadap lama
perendaman yang waktu perendamannya selama 30 hari dengan variasi
tiap 3 hari pengambilan data.
c. Untuk mengetahui kekerasan yang terjadi pada benda uji sesudah
dilakukan perendaman dilingkungan korosif.
1.3
Batasan Masalah
Penulisan skripsi ini memiliki cakupan yang cukup luas, sehingga penulis
memberikan batasan pada:
a. Bentuk benda uji untuk uji tersebut menggunakan metode C-ring standar
A SIM G38, menggunakan spesimen C-ring Stress Corrosion Test.
b. Material yang digunakan adalah ASTM A53 grade A
c. Pengujian dilakuakan pada material induk (specimen C-ring)
d. Pengujian benda uji dilakukan dengan beberapa variasi, yaitu :
1.
Variasi beban : 0 kg, 20 kg, 40 kg, 60 kg, dan 80 kg.
2.
Lama perendaman : 1 bulan, dengan interval pengamatan dan
pengambilan data adalah 3 hari.
e. Pembuatan benda uji sebanyak 50 buah.
f. Untuk melakukan pengujian akibat tegangan, tersebut dilakukan uji
korosi dengan variabel yang berpengaruh adalah tegangan.
4
g. Kondisi lingkungan korosi adalah air laut (di belakang Hotel Pantai
Gapura Makassar).
h. Pengamatan
korosi
melalui
penghitungan
dengan
weight
loss
(pengurangan berat awal dengan berat akhir specimen).
i. Durasi pengamatan dan pengambilan data setiap 3 hari.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dalam penelitian adalah :
a. Bagi penulis adalah untuk meningkatkan kemampuan penulis dalam
mengetahui masalah laju korosi tegangan dengan variasi beban dan lama
perendaman.
b. Bagi akademik adalah untuk menambah koleksi / jumlah buku - buku
skripsi untuk kebutuhan perpustakaan khususnya mengenai peretakan
korosi tegangan (stress corrosion cracking).
c. Bagi perusahaan / instansi adalah untuk memberikan sumbangan atau
pendapat pemikiran betapa perlunya meminimalkan korosi yang akan
terjadi pada setiap elemen mesin.
5
Download