SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG PERTANIAN Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh, Yang Saya Hormati, Para Pejabat Eselon I dan II Lingkup Kementerian Pertanian dan Instansi Terkait Para Pembicara, Pembahas dan Moderator Para Undangan dan Hadirin yang berbahagia Pada kesempatan yang baik ini, pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur ke khadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala limpahan rakhmat dan karunia-Nya, pada hari ini kita dapat berkumpul dan bersilaturahim pada acara Seminar Nasional dengan tema “Era Baru Pembangunan Pertanian : Strategi Mengatasi Masalah Pangan, Bioenergi dan Perubahan Iklim”. Tema seminar ini saya pandang sangat tepat dalam rangka memberikan kontribusi untuk penajaman arah kebijakan pembangunan pertanian kedepan. Hadirin yang saya hormati, Pembangunan pertanian saat ini dan mendatang dihadapkan pada perubahan lingkungan strategis baru, terutama berkaitan dengan masalah pangan, bioenergi, dan perubahan iklim. Kondisi pangan dan ketahanan pangan global sejak pertengahan tahun 2007 sampai pertengahan 2009 mengalami guncangan besar yang disebabkan oleh krisis multidimensional yang dikenal dengan krisis “fuel-food-financial”. Krisis dunia tersebut diawali oleh naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) di pasar dunia pada pertengahan tahun 2007 hingga awal 2009. Kita mengamati bahwa naiknya harga BBM di pasar dunia tersebut kemudian diikuti meningkatnya harga pangan dunia. Hal ini terjadi karena negara maju mulai mengkonversi bahan pangan menjadi biofuel. Beberapa negara penghasil pangan seperti Amerika Serikat dan Brasil mulai mengkonversi jagung dan gula menjadi bioetanol secara besar-besaran dan negara Uni Eropa juga mengkonversi CPO menjadi bio-diesel. Situasi ini yang mendorong meningkatnya harga pangan pokok di pasar dunia seperti gandum, jagung, kedelai, dan beras. Krisis harga pangan tersebut dipertajam lagi karena negara-negara eksportir pangan tradisional cenderung memberlakukan pembatasan ekspor untuk mengamankan kebutuhan pangan dalam negerinya masing-masing. Kita juga mencermati awal tahun 2009 ditandai oleh mulai bergulirnya krisis finansial di Amerika Serikat, yang dalam waktu relatif singkat dampaknya sudah dirasakan di seluruh dunia. Berbeda dengan krisis energi, krisis finansial cenderung menekan harga komoditas pertanian yang merupakan andalan bagi v ekonomi negara berkembang, seperti CPO, karet, kakao, dan kopi, karena melemahnya permintaan komoditas di negara-negara maju. Sudah barang tentu bahwa lapisan masyarakat yang paling bawah yang jumlahnya besar yang akan terkena dampak negatif dari krisis pangan dunia ini, yaitu kelompok penduduk miskin, petani gurem, dan buruh tani. Sebaliknya dari sisi penawaran, telah terjadi pelambatan produksi pangan dunia yang dipicu oleh kenaikan harga-harga sarana produksi seperti pupuk dan bahan bakar minyak (BBM) dan meningkatnya kompetisi pemanfaatan sumber daya lahan dan air. Selain itu, sektor pertanian terutama produksi pangan dihadapkan pada fenomena perubahan iklim yang dampaknya sudah mulai kita rasakan. Oleh karena itu, arah dan strategi pembangunan pertanian ke depan perlu memperhatikan beberapa tantangan baru tersebut. Dengan kondisi pertumbuhan produksi pangan di pasar dunia yang semakin melambat, maka kita perlu terus memperkuat kapasitas produksi pangan nasional. Arah kebijakan swasembada berkelanjutan dan pencapaian swa-sembada untuk beberapa komoditas pangan pokok sejalan dengan tantangan di atas. Hadirin yang saya hormati, Dalam rangka memperkuat ketersediaan pangan, Kementerian Pertanian telah mencanangkan target swasembada lima komoditas pangan pokok, yaitu beras, jagung, kedelai, gula, dan daging sapi. Beras dan jagung kita pertahankan untuk mencapai swasembada berkelanjutan, sementara kedelai, gula, dan daging sapi diharapkan dapat mencapai swasembada pada tahun 2014. Diantara lima komoditas pangan tersebut, beras masih tetap menempati posisi yang strategis. Dengan demikian, perhatian kita terhadap komoditas ini juga lebih besar dibanding terhadap komoditas-komoditas lainnya. Disesuaikan dengan trend konsumsi beras dan perlunya mempertahankan stok beras yang aman, Kementerian Pertanian telah menargetkan peningkatan produksi padi sebesar 3,22% pertahun, selama periode sampai tahun 2014. Kita confident dapat mencapainya karena teknologi usaha tani padi tersedia, demikian juga rekayasa kelembagaan untuk mempercepat penyebaran teknologi telah terbukti efektif di lapangan, antara lain pendekatan SLPTT. Hadirin sekalian, Peningkatan produksi pertanian, khususnya produksi pangan, dihadapkan pada fenomena perubahan iklim global. Industrialisasi yang berkembang pesat selama 5 dekade terakhir telah mendorong peningkatan emisi dan konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) dan menyebabkan pemanasan global secara signifikan. Seiring dengan pemanasan global, terjadi pula perubahan gejala iklim lainnya, seperti peningkatan frekuensi dan intensitas banjir dan kekeringan. Walaupun sektor pertanian berkontribusi relatif kecil terhadap emisi Gas Rumah Kaca (GRK), vi namun sektor pertanian, khususnya subsektor tanaman pangan mengalami dampak perubahan iklim yang cukup besar. Tantangan dan arah pembangunan pertanian kedepan juga harus berperan dalam mengembangkan produksi bahan bakar nabati (BBN) sebagai bahan baku bioenergi seperti bio-diesel, dan bioetanol. Oleh sebab itu, peningkatan produksi pertanian di masa datang bukan hanya ditujukan untuk memperkuat ketahanan pangan, tetapi juga memperkuat ketahanan energi. Hadirin yang saya hormati, Dalam rangka memperkuat ketahanan pangan dan ketahanan energi, ada dua kebijakan strategis yang perlu kita tempuh. Pertama, terus mengembangkan inovasi teknologi untuk meningkatkan produktivitas, kualitas, dan nilai tambah komoditas pertanian. Efisiensi pembiayaan penelitian dan pengembangan perlu terus ditingkatkan disertai perumusan program yang tepat. Kedua, diperlukan upaya peningkatan investasi di sektor pertanian, baik investasi pemerintah maupun swasta, untuk meningkatkan kapasitas produksi bahan pangan. Melalui Seminar ini diharapkan dapat dirumuskan pemikiran-pemikiran baru untuk mengatasi masalah-masalah pangan, bioenergi dan perubahan iklim. Saya yakin dengan kepakaran dan pengalaman peserta seminar sekalian, harapan tersebut dapat terwujud. Akhirnya, dengan mengucapkan Bismillahirrahmaanirrahim, acara Seminar Nasional “Era Baru Pembangunan Pertanian : Strategi Mengatasi Masalah Pangan, Bioenergi dan Perubahan Iklim” secara resmi saya buka. Kepada semua peserta saya ucapkan selamat berdiskusi. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kemudahan bagi kita untuk melaksanakan kegiatan ini dengan baik. Wabillahitaufiq Walhidayah, Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Plh. Kepala Badan, Dr. Ir. Achmad Suryana, MS vii