6 BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSATAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu struktur, kalimat tanya, infleksi, frasa infleksi, komplemen, spesifier, pemerlengkap, dan frasa pemerlengkap. Konsep-konsep tersebut perlu dibatasi untuk menghindari salah tafsir bagi pembaca. Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; atau organisasi pelbagai unsur bahasa yang masing-masing merupakan pola bermakna (Kridalaksana, 1993:203). Kalimat tanya adalah kalimat yang mengandung suatu pertanyaan (Putrayasa, 2012:26). Kridalaksana (1993:93) menyebut kalimat tanya dengan istilah kalimat interogatif, yakni kalimat yang mengandung intonasi interogatif dan pada umumnya mengandung makna pertanyaan; dalam ragam tulis biasanya ditandai oleh (?). Jenis kalimat ini ditandai pula oleh partikel tanyakah, atau kata tanya apa, bagaimana, dsb. Putrayasa (2012) menambahkan bahwa penulisan kalimat tanya dimulai dengan huruf besar dan diakhiri dengan tanda tanya. Infleksi (infleksional) adalah konstituen inti dalam sebuah kalimat.Infleksi (selanjutnya disebut I), ditempati oleh aspek dan modalitas (Haegeman, 1994:108). Frasa infleksi (infleksional phrase) adalah proyeksi maksimal dari sebuah kalimat.Frasa infleksi (selanjutnya disebut FI) mendominasi I-bar dan spesifier; Ibar mendominasi I dan komplemen (Haegeman, 1994:114). 6 Universitas Sumatera Utara 7 Komplemen adalahargumen yang posisinya dibawahi langsung oleh I-bar setelah berkombinasi dengan I terlebih dahulu (Haegeman, 1994:114).Komplemen merupakan argumen wajib dalam struktur kalimat. Spesifier dalam tataran kalimat ditempati oleh argumen subjek (Haegeman, 1994:114).Posisinya dibawahi langsung oleh FI setelah berkombinasi dengan Ibar terlebih dahulu. Pemerlengkap (complementizer) adalah unsur klausa subordinatif yang menentukan tipe klausa yang mengikutinya. Pada kalimat interogatif, pemerlengkap (selanjutnya disebut Pm) dilekati oleh fitur [+kata tanya]. Proyeksi Pm sebagai inti berkombinasi dengan FI untuk membentuk proyeksi Pm-bar (Haegeman, 1994:116). Frasa pemerlengkap (complementizer phrase) adalah proyeksi maksimal dari Pm (Haegeman, 1994:116-117).Frasa pemerlengkap (selanjutnya disebut FPm) merupakan proyeksi yang lebih tinggi dari proyeksi FI. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Kalimat Tanya Haegeman (1994) menjabarkan kalimat tanya terbagi atas lima bentuk, yakni: (1) Direct Yes-No Questions (kalimat tanya langsung ya-tidak), misalnya Will Lord Emsworth invite Hercules Poirot?;(2) Echo Questions (kalimat tanya gema/gaung), misalnya Lord Emsworth will invite whom?; (3) Direct WhQuestions (kalimat tanya langsung dengan kata tanya), misalnya Whom will Lord Emsworth invite?; (4) Indirect Yes-No Questions (kalimat tanya tidak langsung ya-tidak), misalnya I wonder [whether Lord Emsworth will invite Hercules Universitas Sumatera Utara 8 Poirot]; dan (5) Indirect Wh-Questions (kalimat tanya tidak langsung dengan kata tanya), misalnya I wonder [whom Lord Emsworth will invite]. Alwi, dkk (2003:357) membatasi kalimat tanya dengan penggunaan kata tanya seperti apa, siapa, berapa, kapan, dan bagaimana, dengan atau tanpa partikel –kah dan diakhiri dengan tanda tanya (?) pada bahasa tulis. Bentuk kalimat tanya biasanya digunakan untuk meminta jawaban “ya” atau “tidak”, atau informasi mengenai sesuatu atau seseorang dari lawan bicara atau pembaca. Alwi menekankan bahwa jika kalimat tanya dijadikan bagian dari kalimat berita, kalimat tanya itu kehilangan keintrogatifannya sehingga tanda baca yang digunakan adalah tanda titik, dan bukan tanda tanya. Misalnya, Saya tidak tahu kapan mereka akan berangkat. Dengan kata lain, pendapat Alwi berlainan dengan pendapat Haegemen mengenai kalimat tanya tidak langsung. Gagasan itu sejalan dengan pendapat Kridalaksana (2007) yang menyebutkan bahwa kata apa dalam contoh kalimat Tidak tahu aku apa yang mereka cari, bukan merupakan kata tanya, melainkan pronomina. Kridalaksana mengatakan kata tanya adalah kategori dalam kalimat tanya yang berfungsi menggantikan sesuatu yang ingin diketahui pembicara atau mengukuhkan apa yang telah diketahui pembicara. Ramlan, (1981: 12) mengemukakan bahwa kalimat tanya pada umumnya berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Kalimat tanya memiliki nada akhir lebih tinggi dari kalimat berita. Nada akhir itu dituliskan dengan tanda tanya. Penambahan kata tanya dalam kalimat tanya cenderung diletakkan di awal kalimat. Chaer (2000: 350) menyatakan bahwa kalimat tanya adalah kalimat yang Universitas Sumatera Utara 9 isinya mengharapkan reaksi atau jawaban berupa pengakuan, keterangan, alasan atau pendapat dari pihak pendengar atau pembaca. Mempertimbangkan pendapat beberapa ahli di atas, jenis kalimat tanya yang akan dibahas dalam penelitian iniadalah (1) kalimat tanya ya-tidak, misalnya Apakah Ibu membeli baju untuk adik?;(2) kalimat tanya gema/gaung, misalnya Ibu membeli apa?; (3) kalimat tanya dengan kata tanya, misalnya Apa yang dibeli ibu?. 2.2.2 Teori X-Bar Teori X-bar menjelaskan struktur umum frasa yang direpresentasikan pada skema X-bar.Noam Chomskymerupakan orang pertama yang mengemukakan bahwa frasa mempunyai struktur yang sama dan harus dikaji secara eksplisit. Chomsky belajar dari Zellig Harris yang merupakan penggagas dari teori X-bar. Dalam kaidah ini terdapat dua tipe kategori: pertama, kategori leksikal seperti verba, nomina, adjektiva, dan preposisi; dan kedua, kategori frasa seperti frasa verba, frasa nomina, frasa adjektiva, dan frasa preposisi. Pada masa itu belum disinggung adanya sebuah kategori yang lebih besar dari kategori leksikal, tetapi lebih kecil dari kategori frasa, seperti di antara nomina dan frasa nomina atau di antara verba dan frasa verba.Faktanya, melalui sejumlah tes sintaktis seperti substitusi, koordinasi, atau pronominalisasi terbukti adanya kategori tersebut.lnilah yang disebut kategori antara (intermediate cotegory) dan menjadi dasar munculnya teori X-bar (Mulyadi, 2010; diadaptasi dari Haegeman, 1994). Lieber (dalam Sawirman, 2007) mengatakan bahwa teori X-bar yang mulanya hanya mengkaji struktur frasa, makin diperluas penerapannya pada tataran klausa dan kalimat.Teori X-bar pada tataran klausa dan kalimat didominasi oleh frasa Universitas Sumatera Utara 10 infleksional (FI) sebagai frasa maksimal; tataran yang lebih tinggi dari FIadalah frasa pemerlengkap (FPm).Alasan penggunaan istilah-istilah frasa pada tataran klausa dan kalimat karena dalam teori X-bar kaidah struktur klausa dan kalimat diperlakukansama seperti kaidah X-bar pada tataran frasa. Struktur kalimat diadopsi dari aturan yang telah ditetapkan pada struktur frasa.Komplemen berkombinasi dengan I membentuk proyeksi I-bar (I’), dan spesifierberkombinasi dengan I-bar untuk membentuk proyeksi maksimal FI (Haegeman, 1994:114).Strukturnya akanmenjadi skema (4a) dan diagram pohonnya digambarkan pada (4b). Struktur kalimat tanya tidak hanya didominasi oleh proyeksi maksimal FI, melainkan ada proyeksi yang lebih tinggi yaitu proyeksi FPm. Strukturnya menjadi skema (5a) dan diagram pohonnya digambarkan (5b). (4)a. FI= Spes; I’ I’= I; Komp b. FI Spes I’ I (5) a. FPm = Spes, Pm’ Pm = Pm’, FI b. FPm Spes Komp Pm’ Pm FI Universitas Sumatera Utara 11 Haegeman (1994: 36) menyatakan bahwa kalimat tanya dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yes-no questions (kalimat tanya ya-tidak), dan constituent questions (kalimat tanya dengan konstituen). Selanjutnya, Haegeman (1994: 297298) menjelaskan bahwa dua tipe kalimat tanya tersebut diperluas menjadi lima tipe, yaitu direct yes-no question(kalimat tanya langsung ya-tidak) , echo questions(kalimat tanya gema/gaung), direct wh-question(kalimat tanya langsung dengan kata tanya), indirect yes-no question(kalimat tanya tidak langsung yatidak), dan indirect wh-question(kalimat tanya tidak langsung dengan kata tanya). Struktur kalimat tanya langsung dengan kata tanya berdasarkan teori X-bar mengharuskan adanya perpindahan sesuai dengan struktur asalnya atau bentuk deklaratifnya. Kalimat pada (6) merupakan struktur asal dari kalimat tanya pada (7), sehingga will pada I (6) mengalami perpindahan menjadi C dari proyeksi CP (7); dan Hercules Poirot sebagai objek pada (6) digantikan dengan kata tanya whom pada (7) fungsinya pun mengalami perpindahan dari NP menjadi [Spec, CP]. Perpindahan setiap unsur ditandai dengan hadirnya indeks yang sama. Berikut ini ialah contoh analisis teori X-bar terhadap kalimat tanya dengan kata tanyadalam bahasa Inggris: Universitas Sumatera Utara 12 (6) CP C C IP NP I’ I VP V’ Lord Emsworth (7) CP Spec C’ C will V NP invite Hercules Poirot IP NP I’ I VP [+Tense] V’ V Whomᵢ willᵤLord Emword eᵤ invite NP eᵢ ? Universitas Sumatera Utara 13 Selanjutnya, kalimat tanya gema/gaungmerupakan kalimat tanya yang digunakan oleh penanya untuk mengonfirmasi pernyataan lawan bicara. Cara membentuknya dengan mengulangi sebagian atau seluruh pernyataan dan mengganti konstituen yang ingin ditanyakan dengan kata tanya, posisinya sama dengan kalimat deklaratifnya (Haegemen, 1994:302). Secara semantis, makna kalimat tanya gema/gaung ini sama dengan kalimat tanya dengan kata tanya, tetapi struktur sintaksisnya berbeda. Perbedaan itu ditunjukkan dari posisi penempatan kata tanya, dan ada atau tidaknya perpindahan unsur dalam kalimat tanya tersebut. Hal ini dapat dilihat dari contoh sebagai berikut. (8) a. Dia akan pergi ke Bandung. b. Dia akan pergi ke mana? c. Ke mana dia akan pergi? (9) a. Aku ingin makan nasi goreng. b. Kau ingin makan apa? c. Apa yang ingin kau makan? (10) a. Ibu memarahi adik. b. Ibu memarahi siapa? c. Siapa yang dimarahi ibu? Contoh (8) - (10) pada (a) menunjukkan bentuk kalimat deklaratif, pada (b) dalam ketiga contoh di atas termasuk tipe kalimat tanya gema/gaung, sedangkan pada (c) termasuk tipe kalimat tanya dengan kata tanya. Unsur yang digarisbawahi pada (a) menunjukkan konstituen yang menjadi pertanyaan dari kata tanya pada (b) dan (c). Jika dilihat dengan seksama, tampak jelas bahwa kalimat tanya gema/gaungpada (b) tidak menunjukkan adanya unsur yang berpindah karena Universitas Sumatera Utara 14 posisi kata tanya dalam kalimat tersebut berada sama persis dengan kalimat deklaratifnya. Dengan kata lain, perpindahan hanya terjadi pada tipe kalimat tanya dengan kata tanya. 2.3 Tinjauan Pustaka Adapun kajian-kajian terdahulu yang digunakan sebagai referensi atau acuan yang menopang penelitian ini adalah sebagai berikut. Gumilar (2009) dalam artikelnya yang berjudul “Kalimat Pertanyaan Bahasa Sunda: Sebuah Analisis Awal dari Perspektif Minimalism”membicarakan masalah aspek sintaksis kalimat tanya dalam bahasa Sunda. Teori yang digunakan adalah teori minimalism yang diajukan oleh Chomsky. Hasil analisisnya menyatakan bahwa bahasa Sunda memiliki kalimat tanyawh-in-situ dan whmovement. Minimalism mampu menerangkan bahwa perbedaan pembentukan kalimat tanyawh-in-situ dan wh-movement bahasa Sunda ditentukan oleh perbedaan hakikat kata tanya (wh-question) bahasa Sunda di dalam leksikon, tanpa melanggar prinsip-prinsip yang dikandung oleh Minimalism. Mukaro (2012) dalam artikelnya yang berjudul “Wh-question in Shona”membicarakan tentang analisis perpindahan pada pertanyaan langsung. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa perpindahan unsur hanya terjadi pada kalimat wh-question, sedangkan pada tipe kalimat tanya lainnya tidak ditemukan adanya perpindahan sebab kata tanya sudah berada pada posisi rujukan pertanyaannya. Perpindahan itu menempati posisi Spec, CP. Menurut Mukaro, kata tanya mengalami perpindahan ke posisi Spec, CP disebabkan kata tanya berpindah ke posisi terdekat dengan C yang memiliki fitur [+wh]. Selain itu, Spec, Universitas Sumatera Utara 15 CP merupakan simpul kosong yang dihasilkan skema X-bar untuk unsur yang dipindahkan. Meskipun demikian, perpindahan tersebut dapat pengecualian terhadap kata tanyabagaimana. Kata tanyabagaimana hanya dapat berada pada akhir kalimat, sebab apabila posisinya dipindahkan ke awal kalimat maka akan terjadi makna ambigu antara bagaimana dan mengapa. Cara kerja teori X-bar dalam tulisan ini menjadi acuan untuk menerapkan teori X-bar pada struktur kalimat tanya dalam bahasa Indonesia. Lubis (2002) dalam tesisnya yang berjudul “Kalimat Tanya dalam Bahasa Mandailing: Analisis Sintaksis”membicarakan ciri-ciri sintaksis kalimat tanya bahasa Mandailing beserta dengan struktur sintaksisnya. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa struktur kalimat tanya bahasa Mandailing terdiri atas: (a) 22 struktur yang berbeda pada kalimat tanya dengan kata tanya, (b) 8 struktur yang berbeda pada kalimat tanya berdasarkan fokus kalimat dan kata tanya, (c) 30 struktur kalimat tanya yang berbeda pada kalimat tanya tanpa kata tanya, yang terdiri atas 8 struktur kalimat tanya tanpa kata tanya dan tanpa partikel penegas, dan 22 struktur kalimat tanya tanpa kata tanya dengan partikel penegas (18 struktur kalimat tanya dengan partikel penegas do, dan 4 struktur kalimat tanya dengan partikel penegas ma), (d) 25 struktur kalimat tanya yang berbeda pada kalimat tanya alternatif, (e) 18 struktur kalimat tanya yang berbeda pada kalimat tanya negatif, (f) 5 struktur kalimat tanya yang berbeda pada kalimat tanya embelan. Analisis struktur kalimat tanya dalam penelitian ini menjadi pedoman untuk membandingkan dengan struktur kalimat tanya dalam bahasa Indonesia. Selanjutnya, Wangkai (2013) dalam artikelnya yang berjudul “Kalimat Tanya dalam Novel The Confession Karya John Grisham” membicarakan tipe Universitas Sumatera Utara 16 kalimat tanya yang ada dalam novel “The Confession”. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menekankan pada penggambaran kalimat tanya. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kalimat tanya yang digunakan para tokoh dalam novel “The Confession”, yaitu (1) kalimat tanya Yes/No, (2) kalimat tanya dengan menggunakan kata tanya WH-Words, (3) kalimat tanya bentuk negatif, (4) kalimat tanya tak tentu. Kalimat tanya juga telah dibahas oleh Rondonuwu (2015) dalam artikelnya yang berjudul “Kalimat Tanya dalam Novel The Guardian Karya Nicholas Sparks” membicarakan masalah bentuk kalimat tanya beserta fungsinya dalam komunikasi para tokoh dalam novel “The Guardian”. Penelitian ini menerapkan konsep teori yang diambil dari Arts and Arts yang menyatakan bahwa kalimat tanya adalah kalimat yang mengandung subjek dan kata bantu atau kata tanya Wh-question. Aarts dan Aarts selanjutnya menyatakan bahwa ada tiga tipe utama dari kalimat tanya yakni Yes/No question, Tag question, dan Wh-question. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa bentuk kalimat tanya dalam novel “The Guardian” terdiri atas Yes/No question, Tag-question, Wh-question. Selain itu ditemukan juga kalimat tanya negatif, kalimat tanya tanpa kata bantu dan kalimat tanya yang hanya dibentuk oleh satu kata saja. Berdasarkan fungsinya dalam komunikasi kalimat tanya dalam novel ini memiliki daya ilokusi bertanya (question), bermohon (request), dan perintah (command). Kalimat tanya yang ditemukan dalam novel ini telah lebih banyak digunakan untuk menanyakan orang, benda, dan keadaan sehingga kata tanya yang dominan yakni what. Universitas Sumatera Utara 17 Perdana (2013) membahas kata tanya dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan Kata Tanya Bahasa Indonesia dalam Cerpen di Harian Umum Kompas”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan kata tanya bahasaIndonesia yang meliputi (1) jenis kata tanya, (2) fungsi kata tanya, (3) kata tanya dalamkonstruksi sintaksis kalimat tanya.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.Subjek penelitian ini adalah cerpen-cerpenpada harian umum Kompas tahun 2010 hingga tahun 2011.Data diperoleh dengan teknikbaca dan catat.Analisis data dilakukan dengan metode agih dan metode padan. Hasil penelitian ini adalah (1) kata tanya dalam cerpen-cerpenKompas dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu kata tanya yang berasal daripronomina penanya dan nonpronomina penanya, (2) fungsi kata tanya dalam cerpencerpenKompas diklasifikasikan menjadi sebelas, yaitu untuk menanyakan nomina bukaninsan, nomina insan, sebab, alasan, keadaan dan cara, pilihan, tempat, waktu, jumlah,mengukuhkan pernyataan, dan konfirmasi, (3) posisi kata tanya dalam konstruksisintaksis kalimat tanya meliputi kata tanya di awal kalimat, di tengah kalimat, dan di akhir kalimat. Universitas Sumatera Utara