MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No. 5 Tahun 2016 ISSN : 2301-9085 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI TRIGONOMETRI UNTUK SISWA SMK JURUSAN TEKNIK PEMESINAN Dedy Dwi Septyanto Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya [email protected] Ika Kurniasari Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya [email protected] Abstrak Perangkat pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah pembelajaran matematika. Ketersediaan perangkat pembelajaran yang berkualitas akan menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran matematika. Untuk menyusun perangkat pembelajaran matematika yang berkualitas baik tersebut diperlukan usaha pengembangan perangkat pembelajaran. Selain itu juga diperlukan pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat, yakni pendekatan pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa selama proses pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam perangkat pembelajaran pada penelitian ini adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang mendorong siswa untuk menemukan suatu konsep secara mandiri dengan memberikan permasalahan kontekstual yang berhubungan dengan penerapan konsep tersebut dalam dunia nyata. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan proses pengembangan perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual yang memenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan pada materi trigonometri untuk siswa SMK jurusan teknik pemesinan dan (2) menghasilkan perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual yang memenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan pada materi trigonometri untuk siswa SMK jurusan teknik pemesinan. Penelitian ini termasuk jenis penelitian pengembangan karena peneliti ingin mengembangkan perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual yang terdiri atas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar (THB) yang memenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan (Nieveen, 1999). Model pengembangan yang digunakan mengacu pada model pengembangan Plomp (2010) yang terdiri dari tahap penelitian awal, tahap pembuatan prototipe, dan tahap penilaian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran memenuhi kriteria kevalidan karena (1) rata-rata total validitas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pertemuan pertama dan kedua masing-masing adalah 3,54 dan 3,6; (2) rata-rata total validitas Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pertemuan pertama dan kedua masing-masing adalah 3,26 dan 3,42, (3) rata-rata total validitas Tes Hasil Belajar (THB) pertemuan pertama dan kedua adalah 3,61 dan 3,61. Perangkat pembelajaran memenuhi kriteria kepraktisan karena (1) penilaian validator adalah dapat digunakan dengan revisi kecil dan dapat digunakan tanpa revisi, (2) ratarata keterlaksanaan pembelajaran sebesar 3,72, serta (3) rata-rata total presentase aktivitas siswa sebesar 95,83%. Perangkat pembelajaran memenuhi kriteria keefektifan karena (1) respons siswa terhadap perangkat pembelajaran adalah positif dan (2) ketuntasan belajar klasikal untuk pertemuan pertama sebesar 84,85% dan pertemuan kedua sebesar 81,82%. Kata Kunci: pengembangan, perangkat pembelajaran, pendekatan kontekstual, trigonometri, teknik pemesinan Abstract Learning equipment is very important in mathematics learning. The availability of good learning equipment can support achievement of the objective of mathematics learning. To compile good mathematics learning equipment is required effort to develop learning equipment. In addition, it needed a selection of appropriate learning approach, which is the learning approach that is able to make active students during the learning process. The learning approach used in the learning equipment in this study is contextual approach. Contextual approach is a learning approach that encourages students to find a concept independently by providing contextual problems relating to the application of these concepts in the real life. The purpose of this study is to (1) describe the process of development of mathematics learning equipment using contextual approach that meets the criteria of validity, practicality, and effectiveness on Volume 3 No. 5 Tahun 2016 the materials of trigonometry for vocational students of machine engineering department and (2) produce mathematics learning equipment using contextual approach that meets the criteria of validity, practicality, and effectiveness on the materials of trigonometry for vocational students of machine engineering department. This research method is development research because researchers want to develop a mathematics learning equipment using contextual approach consisting of lesson plan, student worksheet, and assessment sheet that meet the criteria of validity, practicality, and effectiveness (Nieveen, 1999). The development model used is based on the development model of Plomp (2010) which consists of preliminary research, prototyping phase, and assessment phase. The results of research shows that the learning equipment meets the criteria of validity because (1) total average value of validity of lesson plan in first and second meeting, respectively 3.54 and 3.6; (2) total average of validity of student worksheet in first and second meeting, respectively 3.26 and 3.42, (3) total average of validity of assessment sheet in first and second meeting is 3.61. Learning equipment meets the criteria of practicality because (1) the assessment of the validator is can be used with less revision and can be used without revision, (2) average value of implementation of learning is 3.72, and (3) average of total percentage of student activity is 95.83%. Learning equipment meets the criteria of effectiveness because (1) student's response to the equipment is positive and (2) classical completeness of the first and second meeting is respectively 84.85% and 81.82%. Keywords: development, learning equipment, contextual approach, trigonometry, machine engineering tinggi dari siswa tersebut diharapkan pembelajaran akan lebih bermakna, yakni siswa dapat menggunakan dan mengingat suatu konsep lebih lama. Namun kenyataan di lapangan, masih banyak guru yang belum memenuhi ketentuan standar proses tersebut dalam menyusun perangkat pembelajaran, yakni pada umumnya perangkat yang disusun belum tepat dalam memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran, sehingga dalam proses belajar peserta didik belum mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna. Suhartini dan Santoso (2014:70) menyatakan bahwa perangkat pembelajaran yang disusun oleh beberapa guru, khususnya guru matematika di SMK, belum cukup membantu meningkatkan pemahaman siswa. Apabila ditinjau dari kegiatan pembelajaran di RPP, pemberian motivasi kepada siswa masih kurang dan peran guru masih begitu dominan. Kemudian, apabila ditinjau dari LKS yang digunakan, sebagian besar berisi ringkasan materi dan disusul dengan latihan-latihan soal. Sehingga keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran belum optimal, yakni siswa tidak dituntut untuk membangun pengertian dan mengkontruksi pengetahuan dari materi yang dipelajari dengan kemampuan sendiri. Apabila ditinjau dari penilaian hasil pembelajaran, masih ada beberapa guru yang belum memperhatikan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam penyusunan instrumen tes tersebut. Padahal, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar digunakan untuk menentukan indikator pencapaian hasil belajar, yang merupakan dasar untuk menyusun tes hasil belajar. Permasalahan tentang perangkat pembelajaran yang digunakan guru seperti yang telah dijelaskan di atas berkibat pada pembelajaran yang terjadi di kelas, khususnya dalam pembelajaran matematika pada materi PENDAHULUAN Perangkat pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah pembelajaran. Perangkat pembelajaran adalah kumpulan sumber belajar yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Ketersediaan perangkat pembelajaran yang berkualitas merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang proses pembelajaran dengan baik. Seperti yang diungkapkan Suparno (dalam Fitriani, 2014), bahwa sebelum guru mengajar, seorang guru diharapkan mempersiapkan bahan yang mau diajarkan, mempersiapkan alat peraga/praktikum yang akan digunakan, mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk memancing siswa lebih aktif belajar, mempelajari keadaan siswa, mengerti kelemahan dan kelebihan siswa, serta mempelajari pengetahuan awal siswa. Kesemua hal tersebut akan terurai pelaksanaannya di dalam perangkat pembelajaran. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang standar proses Kurikulum 2013, proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Sehingga seorang guru dituntut untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang menuntut partisipasi yang tinggi dari siswa dalam kegiatan pembelajaran. Karena dengan partisipasi yang 67 Volume 3 No. 5 Tahun 2016 trigonometri di SMK. Menurut Sugiantara dkk. (2013), ada beberapa permasalahan pembelajaran trigonometri di SMK, yaitu (1) siswa merasa trigonometri itu terlalu banyak rumus yang berkibat mereka cenderung menghafalkan rumus tersebut daripada membangun pengetahuannya, (2) kemampuan guru yang kurang dalam mengaitkan materi trigonometri dengan materi-materi sebelumnya yang menjadi dasar bagi siswa di dalam mempelajari materi trigonometri, (3) kurangnya pemberian permasalahan-permasalahan realistik oleh guru yang dapat dimengerti atau dibayangkan oleh siswa untuk membantu mereka memahami konsep-konsep trigonometri, (4) buku pelajaran siswa yang dominan menyajikan rumus tanpa memberikan kesempatan bagi siswa untuk membangun pemahamannya mengenai trigonometri, dan (5) kurangnya kesempatan dan sarana bagi siswa untuk berinteraksi dan membangun pemahamannya sendiri selama proses pembelajaran. Berdasarkan permasalahan tersebut, dapat dilihat bahwa kesulitan yang dialami oleh siswa terletak dalam proses pembelajaran dan sarana penunjang pembelajaran yang belum optimal. Dengan memperhatikan uraian permasalahan di atas, maka diperlukan usaha untuk mengatasinya. Menurut Haggarty dan Keynes (dalam Muchayat, 2011) dalam rangka memperbaiki pengajaran dan pembelajaran matematika di kelas diperlukan pemilihan pendekatan pembelajaran yang sesuai. Selain itu, juga diperlukan adanya pengembangan perangkat pembelajaran yang sesuai pula dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan pembelajaran trigonometri di atas adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang mendorong siswa untuk menemukan suatu konsep secara mandiri dengan memberikan permasalahan kontekstual yang berhubungan dengan penerapan konsep tersebut dalam dunia nyata. Menurut Depdiknas (dalam Supinah, 2008) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual memfokuskan siswa sebagai pembelajar yang aktif dan memberikan rentang yang luas tentang peluang-peluang belajar bagi mereka yang menggunakan kemampuankemampuan akademik mereka untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan nyata yang kompleks. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Goldin (dalam Wardhani, 2004) yang menyatakan bahwa matematika ditemukan dan dibangun oleh manusia, sehingga dalam pembelajarannya matematika harus lebih dibangun oleh siswa dari pada ditanamkan oleh guru. Pernyataan senada juga disampaikan BNSP (2006) dalam Standar Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyatakan bahwa pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Bagi siswa SMK, masalah kontekstual yang cocok dan sangat dekat dengan mereka adalah masalah yang berhubungan dengan bidang kejuruan yang didalaminya. Ada banyak penggunaan konsep trigonometri dalam bidang kejuruan di SMK, salah satunya adalah di bidang teknik pemesinan. Penerapan trigonometri dalam teknik pemesinan adalah pada proses pemesinan. Proses pemesinan adalah proses pembentukan sebuah produk perkakas seperti ulir dan roda bergigi, dengan cara memotong atau menghilangkan bagian benda kerja (workpiece) yang tidak digunakan. Benda kerja adalah benda yang akan dijadikan obyek perkerjaan, biasanya berupa logam. Proses pemesinan dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain proses bubut (turning), proses bor (drilling), proses frais (milling), dan proses sekrap (shaping). Dalam proses pemesinan, peranan konsep trigonometri sangat penting. Konsep trigonometri digunakan untuk menentukan ukuran bagian-bagian benda kerja yang akan dipotong atau dihilangkan. Kemudian, untuk mengembangkan perangkat pembelajaran trigonometri yang sesuai dengan pendekatan kontekstual diperlukan sebuah model pengembangan. Salah satunya adalah model pengembangan yang dikemukakan oleh Plomp (2010) yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap penelitian awal (preliminary research), tahap pembuatan prototipe (prototyping phase), dan tahap penilaian (assessment phase). Menurut Wicaksana (2014), model yang dikemukakan oleh Plomp bersifat umum dan fleksibel. Dengan kata lain, dapat digunakan untuk pengembangan model pembelajaran maupun pengembangan perangkat pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pengembangan dan menghasilkan perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual yang memenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan pada materi trigonometri untuk siswa SMK jurusan teknik pemesinan. METODE Penelitian ini termasuk jenis penelitian pengembangan, karena peneliti ingin mengembangkan perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual yang terdiri atas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar (THB) yang memenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Model pengembangan yang digunakan mengacu pada model pengembangan Plomp (2010) yang terdiri dari tahap penelitian awal (preliminary 68 Volume 3 No. 5 Tahun 2016 phase), tahap pembuatan prototipe (prototyping phase), dan tahap penilaian (assessment phase). Pada tahap penelitian awal, kegiatan yang dilakukan adalah analisis kebutuhan dan analisis konteks. Dalam analisis kebutuhan, kegiatan yang dilakukan adalah mencari informasi tentang kurikulum yang digunakan, pembelajaran matematika yang dilakukan, dan perangkat pembelajaran matematika yang digunakan. Dalam analisis konteks, kegiatan yang dilakukan adalah analisis siswa yaitu dengan menganalisis kemampuan matematika dan pengetahuan awal. Selain itu juga dilakukan analisis materi yaitu dengan menelaah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Kemudian menurunkannya menjadi indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran. Pada tahap pembuatan prototipe, kegiatan yang dilakukan adalah perancangan dan pengembangan. Dalam tahap perancangan, kegiatan yang dilakukan adalah menyusun perangkat pembelajaran. Sedangkan dalam tahap pengembangan, kegiatan yang dilakukan adalah mengembangkan perangkat pembelajaran melalui formative evaluation yang terdiri dari tahap Selfevaluation, Expert review, dan pengujian perangkat pembelajaran melalui small group (uji coba terbatas). Pada tahap penilaian, kegiatan yang dilakukan adalah penilaian untuk menentukan kelayakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Penilaian dilakukan dengan menganalisis kepraktisan dan keefektifan perangkat pembelajaran hasil uji coba terbatas. Jika perangkat pembelajaran belum memenuhi kriteria kepraktisan dan keefektifan, maka dilakukan revisi. Sehingga diperoleh prototipe baru. Kemudian diulang ke tahap uji coba small group. trigonometri yang menggunakan pendekatan kontekstual, serta LKS yang digunakan masih memakai LKS dari sebuah penerbit yang di dalamnya tidak memuat bagaimana menemukan rumus pebandingan trigonometri dan nilai perbandingan trigonometri sudut istimewa. b. Analisis Konteks Berdasarkan kegiatan analisis siswa, diperoleh informasi bahwa siswa kelas X TPM-3 sudah mempunyai pengetahuan awal tentang segitiga dan jenis-jenisnya dan teorema pythagoras yang didapatkan di SMP serta operasi bentuk akar yang didapatkan di kelas X semester ganjil. Dan Siswa kelas X TPM-3 mempunyai kemampuan matematika yang baik. Berdasarkan kegiatan analisis materi trigonometri, diperoleh informasi tentang SK dan KD yang selanjutnya diturunkan menjadi indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran. Selaian itu, didapatkan juga infromasi bahwa penerapan trigonometri dalam teknik pemesinan adalah pada proses pemesinan secara konvensional, yakni dengan menggunakan mesin bubut, mesin frais, atau mesin gurdi secara manual. Secara umum, trigonometri digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pemesinan yang berhubungan dengan sudut dan segitiga, misalnya menentukan kemiringan (tirus) suatu benda kerja. 2. Tahap Pembuatan Prototipe Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah perancangan dan pengembangan. Berikut penjelasan proses dari masing-masing kegiatan. a. Perancangan Pada kegiatan perancangan ini dihasilkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP, LKS, dan THB. b. Pengembangan Kegiatan pengembangan dilakukan melalui formative evaluation yang meliputi self-evaluation, expert review, dan pengujian produk melalui small group. Pada tahap self-evaluation dilakukan revisi terhadap langkah menemukan konsep perbandingan trigonometri pada LKS perbandingan trigonometri segitiga siku-siku. Pada tahap expert review didapatkan hasil validasi perangkat pembelajaran oleh validator sebagai berikut. Tabel 1. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran Perangkat Pertemuan Nilai Kevalidan Pembelajaran HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Proses pengembangan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini mengikuti alur pengembangan Plomp yang meliputi tahap penelitian awal, tahap pembuatan prototipe, dan tahap penilaian. Berikut hasil dari masingmasing tahap. 1. Tahap Penelitian Awal Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah analisis kebutuhan dan analisis konteks. Berikut penjelasan dari masing-masing kegiatan. a. Analisis Kebutuhan Berdasarkan kegiatan wawancara dengan guru yang mengajar di kelas subjek uji coba, diperoleh informasi bahwa kurikulum yang digunakan adalah KTSP, kegiatan pembelajaran matematika yang dilakukan masih sering menggunakan pembelajaran yang berpusat pada guru, tidak ditemukan RPP yang digunakan untuk materi RPP 69 Pertama 3,54 Kedua 3,6 Volume 3 No. 5 Tahun 2016 Perangkat Pembelajaran LKS THB Pertemuan Nilai Kevalidan Pertama 3,26 Kedua 3,42 Pertama 3,61 Kedua 3,61 Hasil pengisian angket respons menunjukkan bahwa terdapat tujuh butir pernyataan yang mendapatkan respon sangat kuat dan sembilan butir pernyataan yang mendapatkan respons kuat. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari 50% dari seluruh butir pernyataan dalam kriteria sangat kuat atau kuat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa respons siswa adalah positif. Berdasarkan tabel di atas, didapatkan bahwa penilaian validator terhadap kevalidan perangkat pembelajaran termasuk dalam kategori sangat valid. Pada tahap pengujian perangkat pembelajaran melalui small group dilakukan uji coba terbatas perangkat pembelajaran. Uji coba terbatas dilakukan di kelas X TPM-3 SMK Raden Patah Mojokerto tahun ajaran 2015/2016. 3. Tahap Penilaian Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah menganalisis kepraktisan dan keefektifan hasil uji coba perangkat pembelajaran. a. Analisis Kepraktisan 1) Perangkat Pembelajaran Penilaian validator terhadap kepraktisan perangkat pembelajaran adalah dapat digunakan dengan revisi kecil dan dapat digunakan dengan tanpa revisi. 2) Keterlaksanaan Pembelajaran Rata-rata semua aspek keterlaksanaan pembelajaran (KP) sebesar 3,72. Sehingga keterlaksanaan pembelajaran termasuk dalam kategori sangat baik. 3) Aktivitas Siswa Rata-rata total presentase aktivitas siswa sebesar 95,83%. Sehingga aktivitas siswa termasuk dalam kategori sangat aktif. b. Analisis Keefektifan 1) Hasil Belajar Hasil THB pertemuan pertama menunjukkan bahwa terdapat 28 siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan hasil belajar individu dan terdapat 5 siswa yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan hasil belajar individu. Sehingga ketuntasan hasil belajar klasikal pertemuan pertama mencapai 84,85%. Sedangkan THB pertemuan kedua menunjukkan bahwa terdapat 27 siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan hasil belajar individu ada dan terdapat 6 siswa yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan hasil belajar individu. Sehingga ketuntasan hasil belajar klasikal pertemuan kedua mencapai 81,82%. 2) Respons Siswa Pembahasan Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar (THB). Proses pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan model pengembangan Plomp yang terdiri dari tahap penelitian awal (preliminary phase), tahap pembuatan prototipe (prototyping phase), dan tahap penilaian (assessment phase). 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Dalam penyusunan RPP, perumusan indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran mengacu pada kompetensi dasar yang digunakan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 tahun 2007. Kesesuaian indikator pencapaian kompetensi dengan kompetensi dasar dibuktikan dengan rata-rata penilaian validator pada aspek ketepatan penjabaran kompetensi dasar ke dalam indikator pencapaian hasil belajar adalah 3,33 untuk RPP pertemuan pertama dan 3,67 untuk RPP pertemuan kedua. Selain itu validator juga memberikan kritik dan saran untuk tujuan pembelajaran RPP pertemuan pertama. Menurut validator, satu tujuan pembelajaran hanya memuat satu aktivitas siswa saja. Namun pada tujuan pembelajaran yang kedua dari RPP pertemuan pertama memuat dua aktivitas siswa. Sehingga peneliti memisahkannya menjadi dua tujuan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dalam RPP memuat komponen-komponen pendekatan kontekstual (konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian autentik) dan tahapan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (invitasi, eksplorasi, penjelasan dan solusi, serta pengambilan tindakan). Hal sesuai dengan pendapat Nurhadi dan Senduk (2010) dan Sa’ud (dalam Kurniawan, 2013). Kesesuaian kegiatan pembelajaran dalam RPP dengan tahapan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dibuktikan dengan rata-rata penilaian validator pada aspek kesesuaian kegiatan pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual adalah 3 untuk RPP pertemuan pertama dan kedua. 70 Volume 3 No. 5 Tahun 2016 Selain itu, kegiatan pembelajaran dalam RPP diawali dengan memberikan permasalahan kontekstual yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan. Kemudian kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan mengajak siswa untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan menggunakan pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Dengan kegiatan pembelajaran seperti ini, siswa diharapkan dapat menemukan suatu konsep matematika secara mandiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wadhani (2004) dan BNSP (2006). Kegiatan menemukan konsep matematika ini dibantu dengan LKS. Antusias siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran seperti ini cukup besar. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil pengamatan aktivitas berdikusi dengan teman untuk menemukan konsep secara mandiri mencapai 42,26% dari keseluruhan aktivitas yang dilakukan siswa. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Sunartini (2011). Antusias siswa terhadap pembelajaran juga dibuktikan dengan hasil pengisian angket respons siswa pada butir pernyataan nomor 1, 3, 5, 6, 7, dan 8 tentang respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan masing-masing persentasenya adalah 81,06%, 80,3%, 86,36%, 87,12%, 84,09%, dan 69,7%. Berdasarkan kriteria respons siswa, 5 pernyataan termasuk kategori sangat kuat dan 1 pernyataan termasuk kategori kuat. Selama siswa mengikuti kegiatan pembelajaran, dilakukan proses penilaian. Pada pendekatan kontekstual, prosedur penilaian yang digunakan adalah penilaian autentik. Dalam penelitian ini, penilaian autentik yang digunakan adalah penilaian unjuk kerja dan tes tulis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nurhadi dan Senduk (2010) serta Siswono (2002) tentang teknik-teknik penilaian autentik. Penilaian unjuk kerja didasarkan pada hasil pengerjaan LKS. Instrumen penilaian unjuk kerja dalam penelitian ini adalah menggunakan rubrik. Rubrik tersebut memuat beberapa komponen kinerja yg akan dinilai dan pada setiap komponen tersebut diberikan skor tertentu. 2. Lembar Kerja Siswa Dalam penyusunan LKS, komponen-komponen yang digunakan adalah judul, petunjuk, langkahlangkah/prosedur kerja, dan informasi pendukung. Hal ini sesuai dengan pendapat Prastowo (2011) dan Suyanto dkk. (2011). Pada bagian awal LKS, terdapat kolom materi prasyarat yang berisi materi-materi yang harus dikuasai dahulu sebelum memelajari materi perbandingan trigonometri. Tujuan pemberian kolom materi prasyarat ini adalah untuk membantu siswa mengingat materi-materi tersebut yang akan digunakan dalam pengerjaan LKS, selain siswa sudah dingatkan materi prasyarat tersebut di awal kegiatan pembelajaran. Setelah kolom materi prasyarat, dilanjutkan dengan pemberian “Masalah 1” yang berupa sebuah masalah kontekstual. Masalah 1 inilah yang digunakan sebagai permasalahan kontekstual yang diberikan di awal kegiatan pembelajaran (tahap invitasi). Permasalahan kontektual ini adalah permasalahan yang dekat dengan siswa SMK jurusan teknik pemesinan. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata penilaian validator pada aspek masalah yang ada dalam LKS adalah 3,33 untuk LKS pertemuan pertama dan 3,67 untuk LKS pertemuan kedua. Dalam pelaksanaan uji coba terbatas, hal tersebut dibuktikan dengan hasil pengisian angket respons siswa pada butir pernyataan nomor 2 dengan persentase 78,03% dan termasuk kategori kuat. Kemudian bagian LKS dilanjutkan dengan langkah-langkah/prosedur kerja yang diberi nama kegiatan “SMK Bisa”. Langkah-langkah kerja ini berisi langkah-langkah yang harus dikerjakan siswa untuk menemukan konsep perbandingan trigonometri segitiga siku-siku dan perbandingan trigonometri sudut istimewa. Berdasarkan pengamatan hasil pengerjaan LKS perbandingan trigonometri segitiga siku-siku (pertemuan pertama), ditemukan banyak kesalahan pada hasil pengukuran panjang sisi-sisi depan, samping, dan miring masing-masing segitiga siku-siku (langkah nomor 2). Hal ini disebabkan kurangnya ketelitian dalam melakukan pengukuran dan/atau melihat hasil pengukuran seperti tampak pada Gambar 1. Namun kesalahan hasil pengukuran tersebut tidak memengaruhi pada nilai perbandingan sisi masing-masing segitiga siku-siku (langkah 3, 6, dan 9), yakni tetap menghasilkan nilai perbandingan yang sama seperti tampak pada Gambar 2. Sehingga tidak berpengaruh terhadap kesimpulan yang didapatkan. Hal ini bisa terjadi karena dilakukan pembulatan satu tempat desimal terhadap nilai perbandingan sisi masing-masing segitiga siku-siku yang didapatkan. Kegiatan “SMK Bisa” diakhiri dengan pembuatan kesimpulan pada tabel yang telah disediakan. Gambar 1. Perbandingan Hasil Pengukuran Siswa dan Hasil Pengukuran Sebenarnya 71 Volume 3 No. 5 Tahun 2016 Hasil THB menunjukkan ketuntasan klasikal untuk pertemuan pertama dan kedua masing-masing adalah 84,85% dan 81,82%. Sehingga memenuhi kriteria ketuntasan klasikal minimal, yaitu 80%. Hasil ini serupa dengan hasil penelitian Suhartini dan Santoso (2014) serta Sunartini (2011). Gambar 2. Hasil Perhitungan Nilai Perbandingan Sisi Segitiga Siku-Siku oleh Siswa Kegiatan dilanjutkan dengan pemberian “Masalah 2”. Masalah 2 ini berisi permasalahan segitiga siku-siku. Melalui langkah-langkah kerja yang ada, siswa dituntun untuk menyelesaikan permasalahan segitiga siku-siku tersebut dengan menggunakan konsep yang telah mereka dapat dari kegiatan “SMK Bisa”. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan penyelesaian “Masalah 1” yang ada di awal dengan menggunakan konsep yang telah didapatkan. Dengan model LKS seperti ini, siswa akan didorong untuk menemukan konsep perbandingan trigonometri segitiga siku-siku dan nilai perbandingan trigonometri sudut istimewa dan lebih memahami konsep tersebut dibandingkan hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan guru. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata penilaian validator pada aspek peran LKS dalam mendorong siswa menemukan konsep adalah 3,33 untuk LKS pertemuan pertama dan kedua. Dalam pelaksanaan uji coba terbatas, hal tersebut dibuktikan dengan hasil pengisian angket respons siswa pada butir pernyataan nomor 4 dengan persentase 76,52% dan termasuk kategori kuat. 3. Tes Hasil Belajar Pada akhir pembelajaran, dilaksanakan tes belajar berupa pemberian THB pada siswa. THB digunakan untuk mengukur penguasaan konsep perbandingan trigonometri dan perbandingan trigonometri sudut istimewa dalam memecahkan masalah segitiga siku-siku serta penerapannya untuk memecahkan masalah kontekstual tentang teknik pemesinan. Masalah kontekstual yang ada pada tes tulis mendapat kritik dan saran dari validator. Menurut validator, konteks yang ada dalam soal sudah kontekstual. Namun kurang bisa dimanfaatkan konteksnya dalam kehidupan. Soal dalam THB berbentuk esai. Penyusunan butir soal pada THB mengacu pada indikator pencapaian kompetensi. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 tahun 2007. Kesesuaian butir soal dalam THB dengan indikator pencapaian kompetensi dibuktikan dengan rata-rata penilaian validator pada aspek kesesuaian soal dengan indikator pencapaian kompetensi adalah 4 untuk THB pertemuan pertama dan 3,67 untuk THB pertemuan kedua. PENUTUP Simpulan Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian, maka didapatkan simpulan proses dan hasil pengembangan perangkat pembelajaran dengan pendekatan kontekstual sebagai berikut. 1. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Proses pengembangan perangkat pembelajaran matematika dalam penelitian ini mengikuti alur pengembangan Plomp yang meliputi tahap penelitian awal, tahap pembuatan prototipe, dan tahap penilaian. Pada tahap penelitian awal, kegiatan yang dilakukan adalah analisis kebutuhan dan analisis konteks. Dalam analisis kebutuhan, didapatkan informasi tentang kurikulum yang digunakan, pembelajaran matematika yang dilakukan, dan perangkat pembelajaran matematika yang digunakan. Dalam analisis konteks dilakukan analisis siswa dan analisis materi. Dalam analisis siswa didapatkan informasi tentang kemampuan matematika, pengetahuan awal, dan tingkat perkembangan kognitif siswa. Sedangkan dalam analisis materi didapatkan informasi tentang standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, dan permasalahan kontekstual yang dekat dengan siswa dan relevan dengan materi trigonomteri. Pada tahap pembuatan prototipe, kegiatan yang dilakukan adalah menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar (THB) serta instrumen penelitian yang terdiri dari lembar validasi perangkat pembelajaran, lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran, lembar pengamatan aktivitas siswa, dan angket respons siswa. Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan proses pengembangan perangkat pembelajaran yang sudah disusun. Proses pengembangan perangkat pembelajaran diawali dengan evaluasi oleh peneliti sendiri dengan dibantu dosen pembimbing. Kemudian dilanjutkan validasi oleh tiga validator yaitu satu orang dosen Jurusan Matematika, satu orang Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika, serta satu orang guru matematika. Dan langkah terakhir adalah uji coba 72 Volume 3 No. 5 Tahun 2016 terbatas terhadap 33 siswa kelas X TPM-3 SMK Raden Patah Kota Mojokerto tahun ajaran 2015-2016. Pada tahap penilaian dilakukan analisis kepraktisan dan keefektifan terhadap hasil uji coba perangkat pembelajaran. Analisis kepraktisan perangkat pembelajaran dilakukan dengan melihat hasil penilaian umum validator yang ada pada lembar validasi serta hasil pengamatan keterlaksanaan pembelajaran dan aktivitas siswa yang dilakukan oleh pengamat saat pelaksanaan uji coba terbatas. Sedangkan analisis keefektifan perangkat pembelajaran dilakukan dengan melihat nilai tes hasil belajar siswa pada setiap pertemuan dan hasil pengisian angket respons siswa. 2. Hasil Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Setelah melalui proses pengembangan, maka didapatkan perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual yang memenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. a. Kevalidan Kevalidan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pertemuan pertama dan kedua termasuk kategori sangat valid dengan rata-rata total validitas masing-masing adalah 3,54 dan 3,6. Kevalidan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pertemuan pertama dan kedua termasuk kategori sangat valid dengan rata-rata total validitas masing-masing adalah 3,26 dan 3,42. Sedangkan kevalidan Tes Hasil Belajar (THB) pertemuan pertama dan kedua termasuk kategori kriteria sangat valid dengan rata-rata total validitas keduanya adalah 3,61. b. Kepraktisan Penilaian validator terhadap kepraktisan perangkat pembelajaran meliputi dapat digunakan dengan revisi kecil dan dapat digunakan dengan tanpa revisi. Kemudian, keterlaksanaan pembelajaran termasuk dalam kategori sangat baik dengan ratarata semua aspek keterlaksanaan pembelajaran sebesar 3,72. Sedangkan aktivitas siswa termasuk dalam kategori sangat aktif dengan rata-rata total presentase aktivitas siswa sebesar 95,83%. c. Keefektifan Respons siswa terhadap perangkat pembelajaran adalah positif karena lebih dari 50% dari seluruh butir pernyataan dalam kriteria kuat atau sangat kuat. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal untuk pertemuan pertama sebesar 84,85% dan pertemuan kedua sebesar 81,82%. Sehingga memenuhi kriteria ketuntasan belajar klasikal.. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut. 1. Penyusunan butir respons siswa harus lebih disesuaikan dengan pendekatan/metode/model pembelajaran yang digunakan. 2. Pemilihan kata dalam penyusunan perangkat pembelajaran harus memperhatikan makna kata tersebut dan maksud penggunaannya. 3. Penyusunan perangkat pembelajaran harus lebih memperhatikan kondisi siswa agar pelaksanaan pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran tersebut dapat berjalan sesuai rencana dan tujuan pembelajaran yang telah dibuat. 4. Penyusunan langkah-langkah kerja dalam LKS harus memberikan ruang bagi kreatifitas siswa dalam mengonstruksi sebuah pengetahuan. 5. Evaluasi hasil belajar siswa menggunakan tes tulis tidak harus dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran. 6. Materi apersepsi harus mencakup semua materi yang harus dikuasai untuk memahami materi yang akan diajarakan dan mengerjakan tes tulis. 7. Pembelajaran matematika dengan metode diskusi sebaiknya dilakukan secara berkelanjutan. 8. Selain wawancara dengan guru, analisis pengetahuan awal juga harus melihat hasil ulangan harian materi yang menjadi prasyarat untuk mengetahui kedalaman pemahaman siswa terhadap materi tersebut. 9. Penyusunan soal dalam instrumen tes harus disesuaikan dengan hasil belajar yang ingin dicapai dari pendekatan/model pembelajaran yang digunakan. DAFTAR PUSTAKA Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMK/MAK. Jakarta. Fitriani. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Di Smp Kelas VIII, (Online), (http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Master32833-8126171009, diakses 28 September 2015) Kurniawan, Yulianta Candra. 2013. Pembelajaran Kontekstual dengan Strategi React Materi Program Linier di Kelas X SMKN 1 Kediri. Tesis tidak diterbitkan. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya. Muchayat. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Ideal Problem Solving Bermuatan Pendidikan Karakter, (Online), (http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpp pasca/artcle/viewFile/1545/1721, diakses 29 September 2015) Saran 73 Volume 3 No. 5 Tahun 2016 Nieveen, N. 1999. Prototyping to Reach Product Quality. Dalam Plomp, T; Nieveen, N; Gustafson, K; Branch, R.M; dan van den Akker, J (eds). Design Approaches and Tools in Education and Training. London: Kluwer Academic Publisher. Wardhani. 2004. Pembelajaran Matematika Kontekstual di SMP, (Online), (http://p4tkmatematika.org/ downloads/smp/MatKontekstualSMP.pdf, diakses 19 Februari 2015). Wicaksana, I Made Yoga., dkk. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar Kontekstual Berorientasi Pengembangan Karakter Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa, (Online), (http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/JPM/article/viewFile/1420/1094, diakses 25 Mei 2015). Nurhadi dan Senduk, Agus. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Malang: Universitas Negeri Malang. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Plomp, Tjeerd. 2010. Educational Design Research : An Introduction. Dalam Tjeerd Plomp & Nienke Nieveen. 2010. An Introduction to Educational Design Research. Netherland: Netzodruk, Enschede. Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta : Diva Press. Siswono, Tatag Yuli Eko. 2002. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Kontekstual, (Online), https://tatagyes.files.wordpress.com/2009/11/paper02 _ penilaian3.pdf, diakses 19 Februari 2015) Sugiantara, dkk. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Realistik Dengan Peta Konsep Pada Materi Trigonometri Di Kelas XI SMK, (Online), (http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/JPM/article/view/888/642, diakses 15 Januari 2015). Sunartini, Maria. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kontekstual (CTL) pada Materi Program Linear di Jurusan Tata Boga Kelas XI SMK Negeri 6 Surabaya. Tesis tidak diterbitkan. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya. Suhartini dan Santoso. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika untuk Siswa SMK Jurusan Akutansi di Sleman dengan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual, (Online), (http://journal.uny.ac.id/index.php/jrpm/article/downl oad/2665/2218, diakses 12 Februari 2015). Supinah. 2008. Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual dalam Melaksanakan KTSP, (Online), (http://p4tkmatematika.org/fasilitasi/ 11Pembelajaran-matematika-kontekstual-sd-ktspsupinah.pdf, diakses 28 Juli 2015). Suyanto. 2011. Lembar Kerja Siswa, (Online), (http://staff.uny.ac.id/sites/default/ files/lain-lain/drinsih-wilujengmpd/LEMBAR%20KERJA% 20SISWA. docx, diakses 8 Maret 2016) 74