perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PERILAKU PERAWATAN BAYI IKTERUS NEONATORUM DI RSUD DR. HARJONO PONOROGO TESIS Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi kesehatan Disusun oleh: Siti Faridah NIM: S540809120 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PERILAKU PERAWATAN BAYI IKTERUS NEONATORUM DI RSUD. DR. HARJONO PONOROGO Disusun oleh: SITI FARIDAH NIM: S540809120 Pada tanggal 20 Desember 2010 Dewan Pembimbing Jabatan Nama Pembimbing I Prof. Dr. Sri Anitah, M.Pd NIP: 130345741 Pembimbing II Pancrasia Murdani K, dr., MHPEd NIP: 1948051219799032001 Tanda Tangan Mengetahui Ketua Program Studi Magister Kesehatan Keluarga Prof. Dr. Didik Tamtomo. dr., PAK., M.Kes, MM, NIP: 194803131976101001 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PERILAKU PERAWATAN BAYI IKTERUS NEONATORUM DI RSUD. DR. HARJONO PONOROGO Disusun oleh: Siti Faridah NIM S 540 809 120 Telah disetujui dan disahkan oleh tim penguji Pada tanggal: 13 Januari 2011 Jabatan Nama Tanda Tangan Ketua : Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr., PAK., MM., M.Kes,……………. Sekretaris : Dr. Nunuk Suryani, M.Pd ……………. Anggota : 1. Prof. Dr. Sri Anitah, M.Pd …………… 2. Pancrasia Murdani K, dr., MHPEd ……………. Mengetahui Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D NIP:195708201985031004 Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr., PAK., MM., M.kes,NIP: 194803131976101001 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SURAT PERNYATAAN Yang bartanda tangan dibawah ini, peneliti Nama : Siti Faridah Nim : S 540 809 120 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Hubungan Pengetahuan dan sikap Ibu dengan Perilaku Perawatan Bayi Ikterus Neonatorum adalah hasil karya sendiri dan sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan penelitian ini oleh peneliti lain. Hal-hal yang bukan karya peneliti sendiri, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan peneliti tidak benar, maka peneliti bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang diperoleh dari tesis tersebut. Surakarta, Desember 2010 Yang membuat pernyataan Siti Faridah commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Segala puji syukur, hormat dan kemuliaan hanya kepada Alloh SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah, taufik serta inayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan Tesis ini dengan judul “ Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Perilaku Perawatan Bayi Ikterus Neonatorum di RSUD dr. Harjono Ponorogo” sesuai waktu yang telah ditentukan. Tesis ini penulis susun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh derajat Magister Kesehatan di Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam menyelesaikan Tesis ini, banyak sekali kendala yang dihadapi tapi keterlibatan banyak pikak yang telah memberikan dorongan , semangat, dan masukan sangat berarti bagi penulis. Untuk itu pada kesempatan ini dengan kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. Sri Anitah, M.Pd, selaku pembimbing utama I dan Pancrasia Murdani K, dr., MHPEd, selaku pembimbing II, dimana beliau berdua telah meluangkan waktu dan perhatiannya dengan penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Disamping itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada: 1. Prof. Dr. H. Muh. Syamsulhadi, dr., SpKJ(K), selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh Pendidikan Pascasarjana (S-2). 2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, selaku Direktur Program Pascasarjana Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan commit to userdan fasilias kepada penulis untuk perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mengikuti dan menyelesaikan Pendidikan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan. 3. Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr., PAK., MM, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga yang telah memberikan kesempatan dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan Tesis. 4. Pancrasia Murdani K, dr., MHPEd, selaku Koordinator Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan yang telah memberikan kesempatan dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan Tesis dan memberikan bimbingan secara optimal kepada penulis. 5. Bapak dan ibu dosen Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga 6. Semua pihak yang telah membantu terselesainya Tesis ini. Semoga Alloh SWT membalas budi baik semua fihak yang telah memberikan kesempatan , dukungan, bantuan, dan bimbingan dalam menyelesaikan Tesis ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai masukan dalam perbaikan penyusunan Tesis ini. Surakarta, September 2010 Penulis commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING............................................ ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN…………………………………………….. iv KATA PENGANTAR…………………………………………………….. v DAFTAR ISI……………………………………………………………… vi DAFTAR GAMBAR………………………………………………………. vii DAFTAR BAGAN……………………………………………………… viii DAFTAR TABEL………………………………………………………... ix DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… x ABSTRAK ………………………………………………………………. xi ABSTRACT ……………………………………………………………… xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang………………………………………… 1 B. Perumusan masalah……………………………………. 3 C. Tujuan Penelitian ……………………………………… 4 D. Manfaat Penelitian …………………………………… 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori…………………………………………. 5 1. Konsep dasar pengetahuan ………………........... 5 2. Konsep dasar sikap……………………………… 8 3. Konsep dasar perilaku ……………………..…… 10 4. konsep dasar ikterus neonatorum ……………… 14 B. Penelitian Yang Relevan……………………………. 23 C. Kerangka Berfikir ………………………………….. commit to user 24 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id D. Hipotesis…………………………………………….. BAB III 28 METODE PENELITIAN A. Desain penelitian…………………………………….. 29 B. Lokasi dan waktu penelitian........................................... 29 C. Populasi dan sampel Penelitian ..……………………. 29 F . Kerangka penelitian………………………………….. 30 E. Variabel penelitian …………………………………… 31 F. Definisi operasional penelitian, alat ukur dan skala pengukuran……………………… 31 G. Tes Validitas dan Reliabilitas ………………………. 33 H. Teknik pengumpulan data………………………….. 34 I. Analisa data…………………………………………. 34 J. Jadwal penelitian……………………………………. 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASA A. Hasil penelitian…………………………………….. 36 B. Pembahasan ………………………………………… 41 BAB V. KESIMPULAS DAN SARAN A. Kesimpulan ………………………………………… 45 B. Saran ……………………………………………….. 45 Daftar Pustaka………………………………………………………….. 47 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1: Hubungan stimulus dan sikap……………………… 9 Gambar 2: Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku………… 11 Gambar 3: Hubungan antara pengetahuan sikap dan perilaku….. 13 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR BAGAN Bagan 1.1: Kerangka berfikir……………………………………… Bagan 2.1: Kerangka penelitian…………………………………… commit to user Halaman 27 30 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Halaman Daftar Tabel 1: Derajat ikterus pada bayi Aterm dan Prematur (Kramer) ……………………… 17 Daftar Tabel IV.1: Data hasil kuesioner variabel Pengetahuan…… 36 Daftar Tabel IV.2: Data hasil kuesioner variabel Sikap……........... 37 Daftar Tabel IV.3: Data hasil kuesioner variabel Perilaku ……… 37 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Kuesioner Penelitian Lampiran 2: Analisa Statistik Diskriptif: Sebaran Frekuensi dan Histogram Lampiran 3: Analisa Statistik : Uji Asumsi/ Prasyarat Uji Normalitas Sebaran Lampiran 4: Analisa Statistik : Uji Asumsi/ Prasyarat Uji Lenearitas Lampiran 5: Analisa Statistik : Uji Asumsi Uji Homogenitas Regresi 3 jalur Lampiran 6: Analisa Statistik Regresi (Anareg) Lampiran 7: Surat Rekomendasi Research/ Survey commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan adalah membangun Indonesia seutuhnya dan membangun masyarakat seluruhnya, termasuk kesehatan dengan visi Indonesia sehat 2010. (50 tahun IBI menyongsong masa depan, 2006). Berdasarkan data yang ada angka kematian bayi (AKB) secara nasional tahun 2004 sebesar 11,7 per 1000 kelahiran, sedangkan tahun 2005 meningkat 32 dari 1000 kelahiran hidup. (Depkes RI, 2005) Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi 47% meninggal pada masa neonatal. Penyebab kematian bayi di Indonesia antara lain BBLR (29%), asfiksia (27%). Trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain dan kelainan kongenital (Depkes, 2005). Dalam upaya mewujudkan visi “Indonesia Sehat 2010”, maka salah satu tolok ukur adalah menurunnya angka mortalitas dan morbiditas neonatus, dengan proyeksi pada tahun 2015 AKB dapat turun menjadi 18/1000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab mortalitas pada bayi baru lahir adalah ensefalopati bilirubin (lebih dikenal sebagai kern-ikterus). Ensefalopati bilirubin merupakan komplikasi ikterus neonatorum yang paling berat. Selain memiliki angka mortalitas yang tinggi, juga dapat menyebabkan gejala sisa berupa cerebral palsy, tuli nada tinggi, paralisis dan displasia dental yang sangat mempengaruhi kualitas hidup. (Suradi R, Situmeang EH, 2001) commit to user 1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Ikterus neonatorum (hiperbilirubin) pada bayi baru lahir atau pada neonatus, sering ditemukan pada minggu pertama setelah lahir. Di Amerika ditemukan 65%, di Malaysia 75% (Fatimah Indarso, 2004), di Indonesia 13,5 – 85% (Rumah sakit pusat Jakarta) Ali. U, 2006), (Ali. U, 2006), di Surabaya tahun 2000 sebanyak 30% tahun 2002 sebanyak 13% (Fatimah Indarso, 2004). Ikterus neonatorum merupakan 10 penyakit terbesar pada bayi baru lahir yang dirawat di Ruang Intermediated neonatologi RSU dr. Sutomo Surabaya. Tahun 2004 terdapat 412 bayi yang menderita ikterus neonatorum atau sekitar 30,88% dan pada bulan Agustus sampai Oktober 2005 tercatat 23,1% (Nuzul Q, 2006). Di Indonesia, insidens ikterus neonatorum pada bayi cukup bulan di beberapa RS pendidikan antara lain RSCM, RS Dr. Sardjito, RS Dr. Soetomo, RS Dr. Kariadi bervariasi dari 13,7% hingga 85%. (Martin CR, Cloherty JP, 2004). Berdasarkan studi pendahuluan, dari catatan rekam medis RSUD dr. Harjono Ponorogo mulai bulan Januari sampai dengan Juli 2009 jumlah bayi yang dirawat 420 bayi aterm dan yang menderita ikterus neonatorum sebanyak 116 bayi aterm atau 27,6%. Ikterus neonatorum merupakan suatu gejala yang sering timbul pada bayi baru lahir. Ikterus fisiologik dijumpai pada sekitar 60% bayi aterm. Bilirubin serum mencapai maksimal sebesar 6mg/dl antara hari kedua dan hari keempat pada bayi aterm. Konsentrasi pigmen menurun secara bertahab, mencapai normal dalam 2 minggu pada bayi aterm (Rudolph, 2007). Ikterus neonatorum fisiologis ialah: ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang tidak mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar commit to user yang membahayakan atau mempunyai potensi menjadi kern-ikterus dan tidak 2 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus ini biasanya akan menghilang pada akhir minggu pertama atau selambat-lambatnya 10 hari pertama (Hanifa W, 2002). Ikterus neonatorum patologis ialah: ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia. Dasar patologis ini misalnya, jenis bilirubin, saat timbulnya, dan menghilangnya ikterus dan penyebabnya. Brown menetapkan ikterus patologis bila kadar bilirubin mencapai 12mg% pada bayi aterm (Hanifa W, 2002). Faktor penyebab ikterus neonatorum patologis/ hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir di rumah sakit Dr Ciptomangunkusumo Jakarta antar lain: Hemolisis, Inkompatibilitas Rhesus, Inkompatibilitas Golongan Darah A,B,O, defisiensi enzim glukose-6-posfat dehidrogenase (G-6-PD), perdarahan tertutup, infeksi, sepsis/ meningitis, dan yang lain: hipoksia/ respirasi distress syndrome, asidosis metabolic, hipoglikemi, polisitemia. Di Negara yang sedang berkembang maka penyebab utama ikterus neonatorum patologis ialah infeksi dan hipoksia, kemudian menyusul proses hemolisis, kemudian menyusul proses karena defisiensi enzim glukose-6-posfat dehidrogenase (G-6-PD) (Hanifa W, 2002). Melihat hal tersebut diatas penulis ingin mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku perawatan bayi ikterus neonatorum di RSUD dr. Harjono Ponorogo. commit to user 3 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Adakah hubungan antara pengetahuan ibu dengan perilaku perawatan bayi ikterus neonatorum? 2. Adakah hubungan antara sikap ibu dengan perilaku perawatan bayi ikterus neonatorum? 3. Adakah hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku perawatan bayi ikterus neonatorum? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang dapat diharaphan dan diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Tujuan Umum: Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku perawatan bayi ikterus neonatorum, sehingga dapat diupayakan adanya pendidikan kesehatan yang lebih efektif dalam perawatan bayi dengan ikterus neonatorum sehingga dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas bayi akibat kern-ikterus. 2. Tujuan Khusus: a. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan perilaku perawatan bayi ikterus neonatorum. commit to user 4 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Untuk mengetahui hubungan antara sikap ibu dengan perilaku perawatan bayi ikterus neonatorum. c. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku perawatan bayi ikterus neonatorum. D. Manfaat penelitian: Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah 1. Manfaat teoritis Penelitian ini dapat sebagai sumber untuk memperoleh data tentang hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku perawatan bayi ikterus neonatorum. 2. Manfaat praktis a. Bagi profesi Sebagai bahan masukan utuk meningkatkan peran petugas dalam memberikan asuhan pada bayi dengan ikterus neonatorum agar tidak terjadi kern-ikterus. b. Bagi Instansi tempat penelitian Dapat memberikan tambahan/ masukan dalam rangka pengambilan kebijakan promosi kesehatan yang berkaitan dengan perawatan bayi ikterus neonatorum dalam rangka menurunkan angka mortalitas dan morbiditas. commit to user 5 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 6 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pengetahuan Pengetahuan didefinisikan sebagai pengenalan terhadap kenyataan, kebenaran, prinsip, kaidah suatu obyek. Pengetahuan merupakan hasil simulasi informasi yang diperhatikan dan diingat. Informasi dapat berasal dari berbagai bentuk termasuk pendidikan formal maupun non formal, percakapan harian, membaca, mendengar radio, menonton televisi dan dari pengalaman hidup lainnya (SimonMorton et all, 1995). Pengetahuan merupakan proses kognitif dari seseorang atau individu untuk memberikan arti terhadap lingkungan, sehingga masing-masing individu akan memberikan arti sendiri terhadap stimulus yang diterima walaupun stimuli itu sama (Winardi, 1996). Pengetahuan merupakan fungsi. Menurut fungsi ini manusia mempunyai dorongan dasar ingin tahu, untuk mencari penalaran dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Unsur-unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan yang diketahui individu akan disusun, ditata kembali atau diubah sedemikian rupa sehingga tercapai suatu pengetahuan yang konsisten. Pengetahuan seseorang terhadap sesuatu diperoleh dari berbagai informasi dan berbagai sumber. Pengetahuan diperoleh dari pendidikan yang direncanakan dan tersusun secara baik, maupun informasi yang tidak tersusun secara baik. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8 Pendidikan yang direncanakan diperoleh melalui pelatihan dan pendidikan formal, sedangkan informasi yang tidak tersusun secara baik melalui surat kabar, majalah, pembicaraan setiap hari dengan teman dan keluarga, mendengarkan radio, melihat televisi, dan berdasarkan pengalaman diri (Matra, 1993). Kunci untuk menguji pengetahuan melalui berbagai materi pertanyaan kepada responden sesuai dengan pengetahuan yang akan diikuti dengan beberapa pertanyaan tentang bagaimana pengetahuan, penerapannya dan analisisnya (Simon-Morton et al., 1995). Taksonomi Bloom(1956) merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya. Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu: a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. b. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9 c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama. Domain Kognitif (Bloom 1956) membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama berupa adalah Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 26): a. Pengetahuan (Knowledge) Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, commit to urutan, user metodologi, prinsip dasar, dan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10 sebagainya. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yang berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk, dan sebagainya. b. Pemahaman (Comprehension) Dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dan sebagainya. Sebagai contoh, orang di level ini bisa memahami apa yang diuraikan dalam fish bone diagram, pareto chart, dan sebagainya. c. Aplikasi (Application) Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainya di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yang berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram. d. Analisis (Analysis) Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11 memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yang ditimbulkan. e. Sintesis (Synthesis) Satu tingkat di atas analisa, seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk. f. Evaluasi (Evaluation) Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dan sebagainya dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yang sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dan sebagainya. (Bloom, B. S. ed. et al., 1956, dan Krathwohl, D. R. ed. et al., 1964). 2. Sikap Pengertian sikap didefinisikan sebagai gaya, perasaan dan kecenderungan commit to user reaksi yang besifat evaluatif terhadap obyek yang dihadapi (Simon-Morton et al., perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12 1995). Sikap seseorang akan dicerminkan dalam tendensi perilaku terhadap suatu obyek dengan asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Kecenderungan berperilaku yang secara konsisten selaras dengan kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap seseorang (Azwar, 1997). Sikap merupakan bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung (Faforable), maupun perasaan tak mendukung (Unfaforable) pada obyek tersebut. Timbulnya sikap didasari oleh proses evalusai dalam diri individu yang memberikan kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik atau buruk, positif atau negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan (Azwar , 1997). Diagram dibawah ini lebih dapat menjelaskan uraian tersebut. Stimulus rangsang Proses stimulus Sikap tertutup Reaksi Tingkah laku (terbuka) Gambar 1: Hubungan stimulus dan sikap (Notoatmojo , 1997) Struktur sikap terdiri dari 3 (tiga) komponen yang saling berinteraksi yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif. Komponen kognitif meliputi kepercayaan orang mengenai yang berlaku dan yang benar dari obyek sikap, komponen afektif merupakan emosional subyektif seseorang terhadap suatu sikap dan komponen commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13 konatif meliputi kecenderungan perilaku yang ada pada diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi (Azwar , 1997). Pembentukan sikap juga dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media masa, institusi atau lembaga tertentu serta faktor emosi dalam diri individu yang bersangkutan (Azwar, 1997). Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap mempunyai 3 komponen pokok, yakni: (1) kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek; (2) kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obyek; (3) kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (Notoatmojo, 1997). Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan: (1) menerima (receiving) yaitu subyek mau memperhatikan apabila ditanya serta mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan; (2) merespon (responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya serta mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan; (3) menghargai (valuing) yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan terhadap suatu masalah;(4) bertanggung jawab (responsibel) artinya bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dan ini merupakan tingkat sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (Notoatmojo,commit 1997). to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14 3. Perilaku Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Notoatmojo, 1997). Dan (Green et al., 2000) menyebutkan perilaku adalah suatu tindakan yang mempunyai frekuensi, lama dan tujuan khusus. Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas daripada manusia itu sendiri. Pandangan behavioristik mengatakan bahwa perilaku sebagai respon terhadap stimulus, akan sangat ditentukan oleh keadaan stimulusnya, dan individu atau organisme seakanakan tidak mempunyai kemampuan untuk membentuk perilakunya. Hubungan stimulus dan respon seakan-akan bersifat mekanistis. Pandangan kognitif mengenai perilaku, yaitu bahwa perilaku individu merupakan respon dari stimulus, namun dalam diri individu itu ada kemampuan untuk menentukan perilaku yang diambilnya (Asmar dan Eko, 2005). Perilaku ditentukan oleh individu yang meliputi motif, nilai-nilai, dan sikap yang saling berinteraksi dengan lingkungan. Perilaku dipengaruhi oleh faktor kognitif (pengetahuan) dan afektif (sikap). Faktor kognitif merupakan pengetahuan seseorang tentang sesuatu dan afektif merupakan sikap seseorang tentang sesuatu (Simon-Morton et al.,1995). Bentuk perilaku manusia terdiri dari perilaku yang tidak tampak/terselubung (covert behavior) dan perilaku yang tampak (overt behavior). Perilaku yang tidak tampak dapat berupa berpikir, tanggapan, sikap, persepsi, commit to user emosi, pengetahuan, dan lain sebaginya. Sedangkan perilaku yang tampak perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 15 misalnya berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan lain sebagainya. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan dipengaruhi baik faktor intern maupun faktor ekstern. Termasuk faktor intern adalah pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan lain sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik, seperti iklim, manusia, sosial ekonomi, budaya dan lain sebagainya (Asmar dan Eko, 2005). Lea dan Febinger (1994) menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seperti berikut ini: FAKTOR PENDORONG Promosi Kesehatan · · Pendidikan kesehatan Organisasi kebijakan FAKTOR PREDISPOSISI PERILAKU SEHAT FAKTOR PENDUKUNG Gambar 2. Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku 1994 Perilaku ditentukan oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pendukung (enabling factor), dan faktor pendorong (reinforcing factor). Faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, tradisi dan karakter demografi dari orang yang bersangkutan. Strategi dan pendekatan yang digunakan untuk mengkondisikan commitpemberian to user faktor ini adalah: (1) komunikasi informasi-informasi tentang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 16 kesehatan; (2) dinamika kelompok merupakan salah satu metode pendidikan kesehatan yang efektif untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada sasaran pendidikan. Faktor pendukung berbagai ketrampilan dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku kesehatan seperti biaya, jarak, ketersediaan transportasi, waktu, sarana pelayanan , akses informasi dan sebagainya. Faktor penguat adalah dukungan yang diperoleh seseorang untuk menentukan perilaku kesehatan. Faktor penguat meliputi sikap dan perilaku petugas kesehatan, tokoh-tokoh masyarakat yang merupakan panutan perilaku termasuk perilaku kesehatan. (Green et al., 2000). Pada manusia, perilaku psikologis ialah yang dominan. Sebagian terbesar perilaku manusia merupakan perilaku yang dibentuk, perilaku yang dipelajari melalui proses belajar. Ada beberapa cara pembentukan perilaku yaitu: (1)kondisioning atau kebiasaan yang didasarkan atas teori belajar kondisioning yang dikemukakan oleh Paul maupun Torndike dan Skiner; (2) pembentukan perilaku dengan pengertian (insight), cara ini berdasarkan atas teori kognitif, yaitu belajar dengan disertai adanya pengertian; dan (3) pembentukan perilaku dengan menggunakan model, cara ini didasarkan atas teori belajar sosial (Social Learning Theory) atau observational Learning Theory yang dikemukakan oleh Bandura (Asmar dan Eko, 2005). Theory of Planned Behavior memberikan sebuah kerangka untuk menggambarkan proses dimana dukungan sosial dapat mempengaruhi perilaku commit to user perawatan bayi dengan ikterus neonatorum. Menurut teori ini, perilaku merupakan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 17 fungsi yang bertujuan untuk melakukan perilaku misalnya dengan merencanakan perawatan dengan memberikan ASI semaksimal mungkin. Disamping mengontrol sikap dan perasaan, postulat teori ini menghubungkan kepercayaan dari orang-orang yang memberikan dukungan sosial termasuk suami, ibu, teman wanita, dan lainnya yang nantinya akan membentuk perilaku (Ajzen dan Fishbein, 1980). Fishbein dan Ajzen cit.Ancok (1995) mengajukan suatu hubungan antar pengetahuan, sikap dan perilaku seperti yang digambarkan sebagai berikut: Keyakinan akan akibat perilaku X Sikap terhadap perilaku X Niat untuk melakukan perilaku X Keyakinan normatif akan akibat perilaku X Perilaku X Norma subektif tentang perilaku X Gambar 3: Hubungan antara pengetahuan, Sikap dan Perilaku (1995) Keyakinan akan akibat perilaku X adalah komponen yang berisikan aspek Pengetahuan tentang X. komponen ini juga berisikan pengetahuan tentang akibat positif atau akibat negatif yang terjadi akibat perilaku X. Pengetahuan yang dimaksud disini tidak selalu sesuai fakta yang sebenarnya. Pengetahuan berdasarkan pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 18 diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan atau persepsi, yang belum tentu sesuai dengan kenyataan. Komponen sikap terhadap perilaku X tergatung dari segi positif dan segi negatif dari komponen pengetahuan. Keyakinan normatif akibat perilaku X merupakan komponen pengetahuan yang merupakan pandangan orang-orang lain yang berpengaruh. Norma subyektif tentang perilaku X adalah berisikan keputusan yang dibuat individu setelah mempertimbangkan pandangan orangorang yang mempengaruhi norma subyektif tentang perilaku X. niat untuk melakukan perilaku X adalah niat untuk melakukan suatu perilaku (Ancok, 1995). Pengetahuan merupakan aspek pokok untuk menentukan perilaku seseorang untuk menyadari dan tidak maupun untuk mengatur perilaku sendiri. Perilaku yang disadari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) dan sebaliknya apabila perilaku itu sendiri tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama (Simon-Morton et al., 1995) 4. Konsep Dasar Ikterus neonatorum a. Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin. Secara klinis, ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mg/dL. Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah >13 mg/dL. Pada bayi baru lahir, ikterus yang terjadi pada umumnya adalah fisiologis, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 19 kecuali: (1) Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan; (2) Bilirubin total/ indirek untuk bayi cukup bulan > 13 mg/dL atau bayi kurang bulan >10 mg/dL; (3) Peningkatan bilirubin > 5 mg/dL/24 jam; (4) Kadar bilirubin direk > 2 mg/dL; (5) Ikterus menetap pada usia >2 minggu; (6) Terdapat faktor risiko (Suradi R, Situmeang EH, Tambunan T. 2001). Pengertian ikterus neonatorum ada 2 yaitu ikterus neonatorum fisiologis dan ikterus neonatorum patologis. b. Ikterus fisiologis: Secara umum, setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum, namun kurang 12 mg/dL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis. Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut: kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mg/dL, kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir. Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mg/dL dengan bilirubin terkonjugasi < 2 mg/dl. Ikterus neonatorum patologis: suatu keadaan dimana kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi menimbulkan kern-ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik. Sebagian besar ikterus neonatorum ini proses terjadinya mempunyai dasar patologis (Hanifa W, 2002). Ikterus neoanatorum patologis merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir dimana kadar bilirubin serum total lebih dari 10mg% pada minggu pertama dengan ditandai ikterus, keadaan ini terjadi pada bayi commit baru lahir yang sering disebut sebagai ikterus to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 20 neonatorum yang bersifat patologis atau dikenal dengan hiperbilirubinemia yang merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar bilirubun didalam ekstra vaskuler sehingga konjungtiva, kulit, dan mukosa akan berwarna kuning. Keadaan tersebut juga berpotensi besar terjadi kern-ikterus yang merupakan kerusakan otak akibat perlengketan bilirububin indirek pada otak (Aziz A, 2005). c. Etiologi Ikterus Neonatorum Patologis Etiologi ikterus neonatorum patologis pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar etiologi dapat dibagi: 1). Produksi yang berlebih, lebih dari pada kemampuan bayi untuk mengeluarkannya misalnya hemolisis yang meningkat pada incompatibilitas golongan darah A,B,O atau defisiensi enzim glukose-6posfat dehidroginase, dapat pula timbul karena adanya perdarahan tertutup (cefal hematom, perdarahan subaponeurotik). Infeksi juga memegang peranan penting dalam terjadinya ikterus neonatorum patologis. Keadaan ini terutama terjadi pada penderita sepsis dan gastroenteritis. 2) Gangguan dalam proses uptake dan kojugasi hepar. Gangguan ini dapat disebabkan oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi bilirubin, gangguan fungsi hepar akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase, defisiensi protein Y dalam hepar. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 21 3) Gangguan dalam transportasi. Bilirubin dalam darah terikat oleh albumin kemudian diangkut kehepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat-obatan misalnya salisilat, sulfaforazol. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapat bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat pada sel otak. 4) Gangguan dalam ekskresi. Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau diluar hepar. Kelainan diluar hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain (Hanifa W, 2002). d. Patofisiologi 1). Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang terlalu berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya umur eritrosit janin/bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik. 2). Gangguan ambilan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y berkurang atau pada keadaan protein Y dan protein Z terikat oleh anion lain, misalnya pada bayi dengan asidosis atau dengan anoksia/hipoksia. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar commit to user (defisiensi enzim glukoronil transferase) atau bayi yang menderita perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 22 gangguan ekskresi, misalnya penderita hepatitis neonatal atau sumbatan saluran empedu intra/ekstra hepatik. 3). Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak ini disebut kern-ikterus atau ensefalopati biliaris. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada susunan saraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya bilirubin melalui sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung dari tingginya kadar bilirubin tetapi tergantung pula pada keadaan neonatus sendiri. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar daerah otak apabila pada bayi terdapat keadaan imaturitas, berat lahir rendah, hipoksia, hiperkarbia, hipoglikemia, dan kelainan susunan saraf pusat yang terjadi karena trauma atau infeksi. e. Manifestasi Klinis Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya sinar matahari. Bayi baru lahir (BBL) tampak kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mg/dl atau 100 mikro mol/L (1 mg mg/dl = 17,1 mikro mol/L). salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis, sederhana dan mudah adalah dengan penilaian menurut Kramer commit to user (1969). Caranya dengan jari telunjuk ditekankan pada tempat-tempat perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 23 yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung, dada, lutut dan lain-lain. Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning. Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya. Tabel 1. Derajat ikterus pada bayi Aterm dan Prematur (Kramer) Derajat ikterus Daerah ikterus Perkiraan kadar bilirubun Aterm Premature 1. Kepala sampai leher 5,4 - 2. Kepala, badan, sampai umbilicus 8,9 9,4 3. Kepala, badan, paha, sampai dengan lutut 11,8 11,4 15,8 13,3 4. Kepala, badan, ekstremitas, sampai pergelangan tangan dan kaki Kepala, badan, semua ekstremitas sampai ujung jari commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 24 Sumber: Rachma F. Boedjang, Penatalaksanaan ikterus neonatal, ikterus pada neonatus f. Diagnosis 1). Anamnesis ikterus pada riwayat obstetri sebelumnya sangat membantu dalam menegakkan diagnosis hiperbilirubinemia pada bayi. Termasuk dalam hal ini anamnesis mengenai riwayat inkompatibilitas darah, riwayat transfusi tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya. Disamping itu faktor risiko kehamilan dan persalinan juga berperan dalam diagnosis dini ikterus/hiperbilirubinemia pada bayi. Faktor risiko tersebut antara lain adalah kehamilan dengan komplikasi, persalinan dengan tindakan/komplikasi, obat yang diberikan pada ibu selama hamil/persalinan, kehamilan dengan diabetes melitus, gawat janin, malnutrisi intrauterin, infeksi intranatal, dan lain-lain. 2). Secara klinis ikterus pada neonatus dapat dilihat segera setelah lahir atau beberapa hari kemudian. Ikterus yang tampak pun sangat tergantung kepada penyebab ikterus itu sendiri. Pada bayi dengan peninggian bilirubin indirek, kulit tampak berwarna kuning terang sampai jingga, sedangkan pada penderita dengan gangguan obstruksi empedu warna kuning kulit terlihat agak kehijauan. Perbedaan ini dapat terlihat pada penderita ikterus berat, tetapi hal ini kadang-kadang sulit dipastikan secara klinis karena sangat dipengaruhi warna kulit. Penilaian akan lebih sulit lagi apabila penderita sedang mendapatkan terapi sinar. Selain kuning, penderita sering hanya memperlihatkan gejala minimal misalnya tampak lemah dan nafsucommit minum toberkurang. Keadaan lain yang mungkin user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 25 menyertai ikterus adalah anemia, petekie, pembesaran lien dan hepar, perdarahan tertutup, gangguan nafas, gangguan sirkulasi, atau gangguan syaraf. Keadaan tadi biasanya ditemukan pada ikterus berat atau hiperbilirubinemia berat. 3) Waktu timbulnya ikterus mempunyai arti yang penting pula dalam diagnosis dan penatalaksanaan penderita karena saat timbulnya ikterus mempunyai kaitan yang erat dengan kemungkinan penyebab ikterus tersebut. Ikterus yang timbul hari pertama sesudah lahir, kemungkinan besar disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah (ABO, Rh atau golongan darah lain). Infeksi intra uterin seperti rubela, penyakit sitomegali, toksoplasmosis, atau sepsis bakterial dapat pula memperlihatkan ikterus pada hari pertama. Pada hari kedua dan ketiga ikterus yang terjadi biasanya merupakan ikterus fisiologis, tetapi harus pula dipikirkan penyebab lain seperti inkompatibilitas golongan darah, infeksi kuman, polisitemia, hemolisis karena perdarahan tertutup, kelainan morfologi eritrosit (misalnya sferositosis), sindrom gawat nafas, toksositosis obat, defisiensi G-6-PD, dan lain-lain. Ikterus yang timbul pada hari ke 4 dan ke 5 mungkin merupakan kuning karena ASI atau terjadi pada bayi yang menderita Gilbert, bayi dari ibu penderita diabetes mellitus, dan lain-lain. Selanjutnya ikterus setelah minggu pertama biasanya terjadi pada atresia duktus koledokus, hepatitis neonatal, stenosis pilorus, hipotiroidisme, galaktosemia, infeksi post natal, dan lain-lain. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 26 g. Diagnosis Banding 1). Ikterus yang terjadi pada saat lahir atau dalam waktu 24 jam pertama kehidupan mungkin sebagai akibat eritroblastosis foetalis, sepsis, penyakit inklusi sitomegalik, rubela atau toksoplasmosis kongenital. Ikterus pada bayi yang mendapatkan tranfusi selama dalam uterus, mungkin ditandai oleh proporsi bilirubin bereaksi-langsung yang luar biasa tingginya. Ikterus yang baru timbul pada hari ke 2 atau hari ke 3, biasanya bersifat “fisiologis”, tetapi dapat pula merupakan manifestasi ikterus yang lebih parah yang dinamakan hiperbilirubinemia neonatus. Ikterus nonhemolitik familial (sindroma Criggler-Najjar) pada permulaannya juga terlihat pada hari ke-2 atau hari ke-3. Ikterus yang timbul setelah hari ke 3, dan dalam minggu pertama, harus dipikirkan kemungkinan septikemia sebagai penyebabnya; keadaan ini dapat disebabkan oleh infeksi-infeksi lain terutama sifilis, toksoplasmosis dan penyakit inklusi sitomegalik. Ikterus yang timbul sekunder akibat ekimosis atau hematoma ekstensif dapat terjadi selama hari pertama kelahiran atau sesudahnya, terutama pada bayi prematur. Polisitemia dapat menimbulkan ikterus dini. 2). Ikterus yang permulaannya ditemukan setelah minggu pertama kehidupan, memberi petunjuk adanya, septikemia, atresia kongenital saluran empedu, hepatitis serum homolog, rubela, hepatitis herpetika, pelebaran idiopatik duktus koledoskus, galaktosemia, anemia hemolitik kongenital (sferositosis) atau to mungkin commit user krisis anemia hemolitik lain, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 27 seperti defisiensi enzim piruvat kinase dan enzim glikolitik lain, talasemia, penyakit sel sabit, anemia non-sperosit herediter), atau anemia hemolitik yang disebabkan oleh obat-obatan (seperti pada defisiensi kongenital enzim-enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase, glutation sintetase, glutation reduktase atau glutation peroksidase) atau akibat terpapar oleh bahan-bahan lain. 3). Ikterus persisten selama bulan pertama kehidupan, memberi petunjuk adanya apa yang dinamakan “inspissated bile syndrome” (yang terjadi menyertai penyakit hemolitik pada bayi neonatus), hepatitis, penyakit inklusi sitomegalik, sifilis, toksoplasmosis, ikterus nonhemolitik familial, atresia kongenital saluran empedu, pelebaran idiopatik duktus koledoskus atau galaktosemia. Ikterus ini dapat dihubungkan dengan nutrisi perenteral total. Kadang-kadang ikterus fisiologik dapat berlangsung berkepanjangan sampai beberapa minggu, seperti pada bayi yang menderita penyakit hipotiroidisme atau stenosis pilorus. 4). Tanpa mempersoalkan usia kehamilan atau saat timbulnya ikterus, hiperbilirubinemia yang cukup berarti memerlukan penilaian diagnostik yang lengkap, yang mencakup penentuan fraksi bilirubin langsung (direk) dan tidak langsung (indirek) hemoglobin, hitung leukosit, golongan darah, tes Coombs dan pemeriksaan sediaan apus darah tepi. Bilirubinemia indirek, retikulositosis dan sediaan apus yang memperlihatkan bukti adanya penghancuran eritrosit, memberi petunjuk commit to user ketidakcocokan golongan darah, adanya hemolisis; bila tidak terdapat perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 28 maka harus dipertimbangkan kemungkinan adanya hemolisis akibat nonimunologik. Jika terdapat hiperbilirubinemia direk, adanya hepatitis, kelainan metabolisme bawaan, fibrosis kistik dan sepsis, harus dipikirkan sebagai suatu kemungkinan diagnosis. Jika hitung retikulosit, tes Coombs dan bilirubin direk normal, maka mungkin terdapat hiperbilirubinemia indirek fisiologik atau patologik. h. Tatalaksana bayi dengan ikterus neonatorum 1) Tatalaksana bayi dengan ikterus neonatorum fisiologis: Bayi sehat, tanpa faktor risiko, tidak diterapi. Perlu diingat bahwa pada bayi sehat, aktif, minum kuat, cukup bulan, pada kadar bilirubin tinggi, kemungkinan terjadinya kern-ikterus sangat kecil. Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat, dapat dilakukan beberapa cara berikut:(1) Minum ASI dini dan sering; (2) Terapi sinar, sesuai dengan panduan WHO; (3)Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam, diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat (terutama bila tampak kuning). Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice) Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif, dapat terjadi ikterus yang berkepanjangan. Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus. Bila tidak ditemukan faktor risiko lain, ibu tidak perlu khawatir, ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah. Apabila keadaan umum bayi baik, aktif, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 29 minum kuat, tidak ada tata laksana khusus meskipun ada peningkatan kadar bilirubin. 2) Tatalaksana Awal Ikterus Neonatorum (WHO): (1)Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat; (2)Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut: berat lahir < 2,5 kg, lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu, hemolisis atau sepsis; (3)Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin, tentukan golongan darah bayi dan lakukan tes Coombs:(1)Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar, hentikan terapi sinar; (2) Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar, lakukan terapi sinar; (3) Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga, lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan;(4) Tentukan diagnosis banding 3). Tatalaksana bayi dengan Ikterus Neonatorum Patologis/ Hiperbilirubinemia. Hemolitik Paling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi. Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik, apapun penyebabnya. a). Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar, lakukan terapi sinar . b). Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkan: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 30 i. Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukarkadar hemoglobin < 13 g/dL (hematokrit < 40%) dan tes Coombs positif, segera rujuk bayi. ii. Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk dilakukan tes Coombs, segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin < 13 g/dL (hematokrit < 40%). iii. Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar:(1)Persiapkan transfer; (2)Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas transfusi tukar; (3)Kirim contoh darah ibu dan bayi; (4)Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning, mengapa perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi. 4). Nasihat untuk ibu: a) Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus, pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya. b) Bila bayi memiliki defisiensi G6PD, informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh: obat antimalaria, obat-obatan golongan sulfa, aspirin, kamfer/mothballs, favabeans). c) Bila hemoglobin < 10 g/dL (hematokrit < 30%), berikan transfusi darah. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 31 d) Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu lebih lama pada bayi kecil (berat lahir < 2,5 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu), terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice). e) Follow up setelah kepulangan, periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu. Bila hemoglobin < 8 g/dL (hematokrit < 24%), berikan transfusi darah. (Suradi R, Situmeang EH, Tambunan T. 2001) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 32 B. Penelitian yang relevan 1. Iin Dwi Yuliarti, Hubungan Pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif. Sragen. 2008. Jenis penelitian yang digunakan adalah surve analitik dengan menggunakan pendekatan cross secsional. Data dikumpulkan dengan wawancara. Kuesioner digunakan untuk mengevaluasi pengetahuan dan sikap ibu. Responden adalah ibu yang memiliki bayi umur 6 – 12 bulan di Puskesmas Sambungmacan I, Kabupaten Sragen. Variabel-variabel dideskripsikan dalam distribusi frekuensi untuk data kategorikal dan mean dan standar deviasi untuk data kontinum. Chi Square dan T-Test digunakan untuk mengetahui distribusi perilaku pemberian ASI eksklusif untuk masing-masing variabel bebas dan analisis regresi logistik biner digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Setelah data dianalisis, dari 120 ibu yang diwawancarai 57% memberikan ASI eksklusif. Perilaku menyusui eksklusif tidak dipengaruhi secara bermakna oleh pengetahuan ibu (p=0.11, OR=1.81 CI 95%: 0.88-3.74). Sikap ibu secara bermakna meningkatkan perilaku ASI eksklusif (p=0.006, OR=2.81, CI 95%: 1.34-5.91) Faktor perancu yang mempengaruhi perilaku menyusui eksklusif adalah dukungan keluarga (p=0.000, OR=12, CI 95%:4.90-29.37) dan dukungan penolong persalinan (p=0.026, OR=2.57, CI 95%:1.12-5.91). Kesimpulan, peneliti menganjurkan akan pentingnya memperhatikan faktorfaktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dalam perencanaan commit to user program kesehatan komunitas seperti pengaruh keluarga dan penolong perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 33 persalinan dan penerapan kebijakan sepuluh langkah Program Peningkatan Penggunaan ASI terutama ASI eksklusif . 2. Linda Arifatul Izzah, Mojokerto, 2010, HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU PASKA MELAHIRKAN DALAM PERAWATAN TALI PUSAT BAYI . Penelitian ini merupakan penelitian surve dengan pendekatan studi cross sectional dengan sampel penelitian adalah ibu paska melahirkan. Pengolahan data menggunakan uji Korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan dari 32 sampel adalah 90.6% mempunyai tingkat pengetahuan tinggi dan 9.4% mempunyai tingkat pengetahuan sedang. Hasil penelitian tentang sikap menunjukkan bahwa dari 32 sampel yang mempunyai sikap sangat positif sebanyak 12.5%, positif sebanyak 81.25%, negative sebanyak 6.25%. Berdasarkan uji statistik didapatkan hubungan (cukup kuat) antara tingkat pengetahuan dengan sikap ibu paska melahirkan dengan hasil analisis berupa koefisien korelasi sebesar 0.555 dan P-value < 0.05 yang berarti ada hubungan linier yang signifikan. Jadi hasil dari penelitian menunjukkan arah hubungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan akan diikuti dengan peningkatan dari sikap. 3. “Hubungan Antara Sikap Dan Perilaku Perawat Dalam Berkomunikasi Terhadap Kepuasan Pasien Di Ruang Rawap Inap Badan Rumah Sakit Umum”Analisa data dalam penelitian ini menggunakan korelasi Chi square untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan commit to user variabel terikat dan meggunakan korelasi koefisiensi bivariat yaitu perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 34 statistik yang digunakan untuk menerangkan hubungan antara dua variabel yang keduanya berdistribusi normal. Dari hasil uji chisquare hubungan dan sikap perilaku perawat dalam berkomunikasi dengan kepuasan pasien mempunyai hubungan yang sangat signifikan dengan nilai X5 = 15,472 dan 14,544. Kesimpulan bahwa Sikap dan Perilaku Perawat Dalam Berkomunikasi Berpengaruh Besar Terhadap Kepuasan Pasien, semakin aktif perawat melakukan komunikasi dengan pasien semakin tinggi kepuasan pasien. commit to user 6 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id C. Kerangka berpikir Berdasarkan uraian dalam landasan teori diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku ibu merawat bayi dengan ikterus neonatorum dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor predisposisi yang meliputi umur, paritas, pendidikan, sikap dan faktor pendorong yaitu peranan keluarga, peranan tokoh masyarakat di lingkungan ibu dan peran aparat pemerintah berupa dukungan politik, serta faktor penguat, yaitu sarana pelayanan, alat media untuk melaksanakan pelayanan, tempat pelayanan dan ketrampilan petugas pelayanan (Lea dan Febringer, 1994). Masih rendahnya pengetahuan ibu tentang perawatan bayi dengan ikterus neonatorum. Perilaku ibu dalam perawatan bayi dengan ikterus neonatorum dipengaruhi oleh banyak faktor seperti tersebut diatas tapi karena adanya keterbatasan waktu, biaya dan kemampuan peneliti, maka faktor pengetahuan dan sikap ibu terhadap perilaku perawatan bayi dengan ikterus neonatorum saja yang diteliti. Dengan demikian maka kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam kerangka berfikir sebagai berikut: commit6to user 7 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id C. KERANGKA BERFIKIR Pengetahuan Sikap Faktor yang Faktor yang mempengaruhi mempengaruhi sikap lain perubahan sikap : dalam perawatan bayi 2. Pendidikan formal 1.Faktor sumber ikerus neoantorum 3. Pendidikan non 2.Faktor pesan 1. Pengaruh kebiasaan formal (dari 3.Faktor subjek Nakes,media massa penerima Factor pendorong 1. Dorongan orang dll) 4. sosial budaya yang kurang baik. 2. Tingkat pengetahuan Ibu yang mempunyai bayi ikterus . Perilaku perawatan bayi Ikterus Neonatorum Bagan1.1: Kerangka Berfikir Tidak Diteliti Diteliti commit7to user 8 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id D. Hipotesis 1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan perilaku perawatan bayi ikterus neonatorum 2. Ada hubungan antara sikap ibu dengan perilaku perawatan bayi dengan ikterus neonatorum 3. Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku perawatan bayi dengan ikterus neonatorum. commit8to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan analitik observasional dengan rancangan cross secsional B. Lokasi dan waktu penelitian 1. Lokasi penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Harjono Ponorogo 2. Waktu penelitian mulai bulan Juni 2010 s/d bulan Desember 2010 C. Populasi dan Sampel dan Sampling penelitian 1. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi yang dirawat di Ruang Perinatologi RSUD dr. Harjono Ponorogo dengan ikterus neonatorum sebanyak 253. 2. Sampel: penelitian ini adalah sebagian populasi yang diambil dan dianggap mewakili seluruh populasi, sistem pengambilan dengan menggunakan cara aksidental, dapat berkomunikai, dan bersedia menjadi responden. 3. Teknik sampling: Pemilihan jumlah sampel untuk analisis multivariate berdasarkan rasio yang dianjurkan yaitu 15 hingga 20 subyek per variable independen (Hair et al.,1998. cit Murti, 2006). Jumlah Sampel yang diambil oleh peneliti sebanyak 30 responden. commit to user 29 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id D. Kerangka penelitian Pengukuran variabel Pengetahuan ibu tentang perawatan bayi dengan ikterus neonatorum Hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku perawatan bayi ikterus neonatorum Sikap ibu terhadap bayi dengan ikterus neonatorum Populasi Sasaran = ibu yang mempunyai bayi yang dirawat dengan ikterus neonatorum 253 ibu Populasi Sampel = pengambilan secara aksidental dapat berkomunikasi dan bersedia menjadi responden sebanyak 30 responden Teknik pengumpulan data: diperoleh melalui kiesioner dan wawancara Uji validitas realibilitas menggunakan program SPS 2000 Edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih,yaitu alpha Cronbach’s, Untuk mengetahui hubungan antar variabel diuji dengan menggunakan regresi logistik biner. Hubungan variabel ditunjukkan dengan Odds Rasio dengan Confidence internal (CI)95%. Kesimpulan Bagan 2.1: Kerangka penelitian commit to user 30 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id E. Variabel Penelitian 1.Variabel bebas a. Tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan bayi dengan ikterus neonatorum b. Sikap ibu terhadap bayi dengan ikterus neonatorum 2. Variabel terikat, yaitu perilaku perawatan bayi dengan ikterus neonatorum 3. Variabel perancu: Dukungan keluarga, Pendidikan , Pendapat keluarga, Umur, Pekerjaan, Paritas Kondisi fisik dan mental ibu, Sosial ekonomi, Sosial budaya Tidak semua variabel perancu dapat diteliti dan dikendalikan oleh karena keterbatasan peneliti. F. Definisi operasional penelitian, alat ukur, dan skala pengukuran dengan kategorikal dan kontinu 1. Pengetahuan adalah pemahaman ibu tentang perawatan bayi ikterus neonatorum. Alat ukur: kuesioner commit to user 31 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengetahuan tentang ikterus neonatorum disiapkan dengan dua kriteria jawaban benar atau salah. Untuk pernyataan favorabel, jawaban benar diberikan skor 2 dan jawaban salah diberi skor 1 sedangkan untuk unfavorable skor 2 untuk yang salah dan skor 1 untuk jawaban yang benar. Dalam analisa skor total dari pengetahuan dibagi dua kategori berdasarkan mean, diperoleh dua kategori pengetahuan: (1) tinggi (≥mean) dan (2) rendah (< mean ). Skala pengukuran kontinum, dalam analisa data diubah menjadi dikotomi. 2. Sikap adalah kesiapan ibu untuk bertindak secara konsisten terhadap perilaku perawatan bayi ikterus neonatorum. Analisis sikap responden di kategorisasikan menjadi 5 kelompok yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Alat ukur: kuesioner Pada pernyataan favorable, skor 1 diberikan jawaban untuk sangat tidak setuju (STS), skor 2 untuk jawaban tidak setuju (TS), skor 3 untuk jawaban ragu-ragu (R), skor 4 untuk jawaban setuju (S), skor 5 untuk jawaban sangat setuju (SS), sedangkan untuk pernyataan unfavorable penentuan skor adalah sebaliknya. Dalam analisis skor total dari pengetahuan dibagi dua kategori berdasarkan mean, diperoleh dua ketegori sikap: (1) tinggi (≥ mean) dan (2) rendah (< mean). Skala pengukuran: kontinu, dalam analisis data diubah menjadi dikotomi 3. Perilaku perawatan bayi ikterus neonatorum adalah dapat dilakukan dengan memberikan Pemberian ASI (Air Susu Ibu), dan Terapi sinar commit to user 32 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id matahari. Dalam analisis data dikategorisasikan dengan skor 2 untuk perilaku minum ASI dini sering dan terapi sinar matahari, dan 1 bila tidak memberikan minum ASI dini sering dan terapi sinar matahari. Alat ukur: kuesioner Skala pengukuran: skala kategorikal G. Tes Validitas dan Reliabilitas dari 20 ibu yang mempunyai bayi yang dirawat dengan ikterus neonatorum Dalam penelitian ini uji validitas reliabilitas menggunakan program: 1. SPS 2000, Edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, yaitu Alpha Cronbach’s untuk menguji semua butir kuesioner dikorelasikan dengan total skor menjadi construct validity. 2. Hasil uji coba instrumen terhadap 20 responden dilaporkan sebagai berikut: a. Variabel Pengetahuan jumlah butir soal ada 15, gugur 3 , valid 12, realibilitas diuji dengan teknik Alpha Cronbach’s diperoleh alpha (RO = 0,95 tingkat signifikan / P = 0,000 (sangat reliabel). b. Variabel sikap jumlah butir soal 20, gugur 5, valid 15, realibilitas diuji dengan teknik Alpha Cronbach’s diperoleh alpha (RO = 1,000 tingkat signifikan /P = 0,000 (sangat reliabel). c. Variabel Perilaku perawatan bayi ikterus neonatorum jumlah butir soal 10, gugur 3, valid 7, realibilitas diuji dengan teknik commit to user 33 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Alpha Cronbach’s diperoleh alpha (RO = 0,852 tingkat signifikan / P = 0,000 (sangat reliabel). ”Kaidah Uji Hipotesis Penelitian (KUHP) alternatif”. Jika menggunakan jasa computer, kita tidak perlu lagi melihat tabel statistik. Dari keluaran computer kita dapat secara langsung mengetahui besarnya p dibelakang semua statistik yang diuji. Oleh karena dari keluaran computer kita dapat mengetahui besarnya p secara lebih teliti, maka KUHP nya disusun menjadi lima skala sebagai berikut: No. Kondisi Peluang galat Taraf signifikansi 1. P < 0.01 sangat sigifikan 2. P < 0.05 signifikan 3. P < 0.15 cukup signifikan 4. P < 0.30 kurang signifikan 5. P < 0.30 Nirsignifikan H. Teknik pengumpulan data Data penelitian diperoleh melalui kuesioner dan wawancara. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti. I. Analisa data Data sampel berskala kontinu dideskripsikan dalam parameter mean dan standar devisiasi (SD). Data sampel berskala kategorikal dideskripsikan dalam frekuensi dan persen. Untuk mengetahui hubungan antar variabel diuji dengan commit to user 34 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menggunakan regresi logistik binner. Hubungan variabel ditunjukkan dengan Odds Rasio dengan Confidence internal (CI) 95%. commit to user 35 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi data Di dalam bab empat ini dijelaskan deskripsi data variabel-variabel penelitian yang meliputi (1)variabel bebas satu Pengetahuan ibu-ibu tentang perawatan bayi ikterus neonatorum, (2) variabel bebas dua Sikap ibu-ibu tentang perawatan bayi ikterus neonatorum dan (3) variabel terikat Perilaku perawatan bayi ikterus neonatorum. Deskripsi data diuji dengan menggunakan jasa program computer Paket SPS 2000, Modul: Statistik Deskriptif, Program Sebaran Frekuensi dan Histogram, Edisi: Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, Versi : IBM/IN tahun 2004 dengan hasil sebagai berikut: Data variabel Pengetahuan ibu-ibu tentang perawatan bayi ikterus neonatorum berupa data kontinum yang merentang ke dalam delapan kelas interval. Nilai terendah (minimum) adalah 15.00 dan nilai tertinggi (maksimum) adalah 22.00. Nilai rerata (Mean) adalah 19.17. Nilai median berada pada 19.79 sedangkan nilai Mode ada pada skor 21.00 dengan Simpangan Baku (SB) atau standard deviasi (SD) 2.09 dan simpangan rata-rata (SR) 1.74. (Lampiran 2, hasil uji statistik Sebaran Frekuensi dan Histogram, hal:2). Distribusi data dapat dilihat pada tabel IV.1 berikut: Tabel IV.1. Data hasil kuesioner variabel Pengetahuan No Rentang Nilai frekuensi frekuensi % frekuensi kmltif naik 1 21.5 – 22.5 2 6,67 100.00 2 20.5 – 21.5 8 26.67 93.33 3 19.5 – 20.5 7 23.33 commit to user 36 66.67 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4 18.5 – 19.5 3 10 43.33 5 17.5 – 18.5 3 10 33.33 6 16.5 – 17.5 2 34 6.67 7 15.5 – 16.5 3 10 16.67 8 14.5 – 15.4 2 6.67 6.67 Data variabel Sikap ibu-ibu terhadap perawatan bayi ikterus neonatorum berupa data kontinum yang merentang menjadi lima kelas interval. Nilai terendah 41.00 nilai tertinggi 52.00. Nilai rerata (mean) adalah 46.67. Nilai median 47.25 dan nilai mode berada pada 48.00. dengan Simpangan baku (SB) sebesar 3.20 dan nilai simpangan rata-rata 2.67.(Lampiran 2 hasil uji statistik Sebaran Frekuensi dan Histogram, hal:3). Sedangkan sebaran atau Distribusi data dapat dilihat pada tabel IV.2. berikut ini: Tabel IV.2. Data hasil kuesioner variabel Sikap No Rentang nilai f f% frekuensi kmltif naik 1 52.5 – 55.5 0 0.00 100.00 2 49.5 – 52.5 6 20.00 100.00 3 46.5 – 49.5 12 40 80.00 4 43.5 – 46.5 7 23.33 40.00 commit to user 37 perpustakaan.uns.ac.id 5 40.5 – 43.5 digilib.uns.ac.id 5 17.67 16.67 Data variabel Perilaku perawatan bayi Ikterus Neonatorum berupa data kategorikal dengan klasifikasi (1) Tidak mendukung pemberian ASI dan Sinar matahari, (2) Mendukung pemberian ASI dan Sinar matahari dari seluruh responden sebanyak 30 orang ibu-ibu. (lampiran 2 hasil uji statistik Sebaran Frekuensi dan Histogram, hal:4). Data selengkapnya dapat diperiksa pada table IV.3 berikut ini: Table IV.3. Data hasil kuesioner variabel Perilaku No Kategori f F% Frekuensi Kmltif naik 1 1(NON ASI + Sinar) 12 40.00 40.00 2 2(Beri ASI+ Sinar) 18 60.00 100.00 2. Uji Persyaratan Analisis data a. Uji Normalitas sebaran data Uji Normalitas dilakukan dengan menggunakan menggunakan jasa program computer Paket : SPS 2000, Modul: Uji Asumsi/Prasyarat, Program: UJI Normalitas Sebaran data, Edisi : Sutrisno hadi dan Yuni Pamardiningsih, Versi: IBM/IN tahun 2004 . Dari hasil pengujian normalitas dapat dilaporkan sebagai berikut : (1) Sebaran variable Pengetahuan ibu-ibu tentang perawatan bayi ikterus neotaorum diketahui nilai rerata = 19.167 nilai simpangan baku = 2.086. Kai kuadrat hitung = 4.380 dengan derajat kebebasan db = 6 dan probabilitas untuk menerima atau menolak H0 p = 0.625 tidak signifikan, (Lampiran 3 hasil pengujian normalitas, hal: 2). Dengan demikian hipotesis nihil tentang kenormalan data yang menyatakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara distribusi data teoretik dan commit to user 38 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id distribusi data hasil penelitian diterima. Kesimpulannya sebaran data variable Pengetahuan ibu-ibu tentang perawatan bayi ikterus neonatorum mengikuti sebaran normal. (2) Sebaran variabel Sikap ibu-ibu terhadap perawatan bayi ikterus neonatorum diketahui nilai rerata 46.67, nilai simpangan baku 3.198, nilai kai kuadrat 12.708 dengan derajat kebebasan = 9 diperoleh p hitung = 0.176 tidak signifikan,(Lampiran 3 hasil pengujian normalitas, hal: 3) Dengan demikian H0 diterima sehingga disimpulkan bahwa sebaran data variabel Sikap ibu-ibu terhadap perawatan bayi ikterus neonatorum mengikuti sebaran normal. b. Uji linearitas bentuk regresi c. Data bentuk hubungan antara variabel bebas dan variable taut diuji dengan jasa computer Paket : SPS 2000, Modul: Uji Asumsi/Prasyarat, Program :Uji linearitas, Edisi : Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, Versi:IBM/IN tahun 2004 dengan hasil sebagai berikut :(1) Variabel Pengetahuan dan Perilaku perawatan bayi ikterus neonatorum diperoleh harga beda regresi dan residu dengan harga F = 1.205 dan harga p= 0.282 tidak signifikan. (Lampiran 4 Uji statistic linearitas bentuk regresi, hal: 2). Dengan demikian dapat disimpukan bahwa hipotesis tentang bentuk hubungan yang menyatakan bahwa Tidak ada perbedaan antara bentuk hubungan garis regresi teoretik dan garis regresi hasil penelitian diterima. Dengan demikian disimpulkan bahwa bentuk hubungan variabel X1 dan variabel taut Y adalah linear. (2) Variabel Sikap ibu-ibu tentang perawatan bayi ikterus neonatorum diperoleh harga beda regresi dan residu dengan harga F = 0.289 dengan harga p hitung = 0.602 (tidak signifikan). (Lampiran 4 uji statistik linearitas bentuk regresi, hal: 2). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis tentang bentuk hubungan yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan bentuk hubungan garis regresi teoretik dan garis regresi hasil penelitian commit to user 39 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id diterima. Dengan demikian disimpulkan bahwa bentuk hubungan variable X2 dan variabel taut Y adalah linear. d. Uji homogenitas regresi Pengujian homogenitas regresi antara variabel bebas X1 dan X2 dengan variabel Taut (terikat) Y digunakan Paket Program Computer SPS 2000, Modul: Uji Asumsi/Prasyarat, program : Uji Homogenitas Regresi, Edisi: Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, Versi: IBM/IN tahun 2004. Hasil pengujian homogenitas regresi dapat dilaporkan sebagai berikut : harga df 2 dan 21, dengan F = 3.34 pada p hitung = 0.054 (tidak signifikan) (Lampiran 5: hasil Uji statistik homogenitas regresi, hal:2). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan hipotesis alternative ditolak. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa regresi antara variabel variabel regresi dan residu adalah homogeen. Dari uji asumsi sebagaimana dijelaskan di muka dapat dinyatakan bahwa data hasil penelitian memenuhi syarat untuk diuji dengan Statistik Uji Regresi Logistik maupun Uji Diskriminan. 3. Hasil Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan jasa computer Paket : SPS 2000, Modul: Analisis regresi (Anareg), Program: Anareg Logistik/Analisis Diskriminan, Edisi: Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, Versi: IBM/IN tahun 2004. Oleh sebab itu criteria untuk menerima atau menolak hipotesis nihil (H0) didasarkan pada Kaidah Uji Hipotesis Penelitian (KUHP) Computer sebagaimana telah dijelaskan pada bab tiga sebagai berikut: KUHP Computer: 1.Jika probabilitas hitung (p) = atau < 0.01 kesimpulannya = sangat signifikan. commit to user 40 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2.Jika probabilitas hitung (p)= atau < 0.05 kesimpulannya = signifikan. 3.Jika probabilitas hitung (p)= atau < 0.15 kesimpulannya= cukup signifikan. 4.Jika probabilitas hitung (p)= atau < 0.30 kesimpulannya = kurang signifikan 5.Jika probabilitas hitung (p)= atau > 0.30 kesimpulannya = tidak signifikan (Sumber: Sutrisni Hadi, 2004. Manual SPS, Yogyakarta, hal.115.) Selanjutnya berikut ini disajikan hasil pengujian hipotesis penelitian dengan menggunakan criteria KUHP Computer sebagaimana diuraikan di atas sebagai berikut : a. Hasil Uji Korelasi Bivariat antara variable X1 dan variable terikatY 4. Dari hasil uji korelasi bivariat antara variabel Pengetahuan ibu-ibu tentang perawatan bayi ikterus neonatorum dan perilaku perawatan bayi ikterus neonatorum diperoleh harga koefisien korelasi rX1y = 0.829 (0.83) dibulatkan dengan p hitung hasil computer = 0.000 Ini berarti korelasi antara variable X1 dan Y adalah sangat berkorelasi atau ada hubungan antara variable X1 dan variable terikat Y dan derajat hubungannya sangat signifikan. Perhitungan selengkapnya periksa (Lampiran 6: Hasil Pengujian Hipotesis, hal:2). Dengan demikian disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 yang berbunyi “ Ada hubungan antara Pengetahuan ibu-ibu tentang perawatan bayi ikterus neonatorum dengan Perilaku terhadap perawatan bayi ikterus neonatorum” diterima. b. Hasil uji korelasi Bivariat X2-Y Uji korelasi bivariat antara variabel Sikap ibu-ibu tentang perawatan bayi ikterus neonatorum dan perilaku ibu-ibu terhadap perawatan bayi ikterus neonatorum diperoleh harga koefisien korelasi rX2y = 0.606 ( 0.61) dibulatkan, dengan harga commit to user 41 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id p hitung = 0.001. Ini berarti ada korelasi yang sangat signifikan antara variable X2 dan variable terikat Y dengan derajat hubungan korelasional yang sangat kuat atau sangat signifikan . Perhitungan selengkapnya periksa (Lampiran 6: Hasil Pengujian Hipotesis, hal:2). Dengan demikian disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 yang berbunyi “Ada hubungan antara Sikap ibu-ibu terhadap perawatan bayi ikterus neonatorum dengan Perilaku ibu-ibu terhadap bayi ikterus neonatorum “ diterima. c. Hasil Uji Korelasi ganda (Multiple Correlation) Ry(x1,x2) Pengujian koefisien korelasi Ganda terhadap dua variabel bebas X1 dan X2 dengan variabel terikat Y dilakukan dengan menggunakan jasa computer Paket SPS 2000, Modul : Analisis Regresi, Program : Anareg Logistik/Analisis Diskriminan, Edisi: Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, Versi:IBM/IN tahun 2004. Hasil pengujian menunjukkan harga Koefisien Korelasi point Biserial (RpBis).y (X1,X2) =0.872. dengan harga F=42.97 dan harga p hitung =0.000. Ini berarti hubungan korelasi ganda antara variable bebas X1 dan variable bebas X2 secara bersama sama dengan variable terikat Y adalah sangat signifikan. Perhitungan selengkapnya periksa (Lampiran 6: Hasil Pengujian Hipotesis, hal:3). Dengan demikian disimpulkan bahwa H0 ditolak, dan H1 yang berbunyi “Ada korelasi ganda antara variabel Pengetahuan tentang perawatan bayi ikterus neonatorum dan Sikap ibu-ibu terhadap perawatan bayi ikterus neonatorum dengan Perilaku perawatan bayi ikterus neonatorum” diterima. 5. Persamaan garis regresi Persamaan garis regresi linear antara variabel Pengetahuan dan Sikap dengan variabel bebas perilaku perawatan bayi ikterus neonatorum dapat dituliskan sebagai berikut : Persamaan garis regresi Y = b0 + b1 (X1) + b2(X2) commit to user 42 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Y= 3.779 + 0.16(X1)+0.05(X2). Penjelasan dari persamaan garis regresi linear hasil penelitian tersebut di atas adalah bahwa jika kondisi variable Y dalam keadaan constant maka pada variable bebas X1 mengalami peningkatan sebesar 16 % dan pada variable X2 mengalami peningkatan sebesar 5 %. 6. Koefisien determinasi (Besarnya pengaruh variable X1 terhadap Y dan X2 terhadap Y serta variable X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap Y. adalah sebagai berikut : a. Variabel Pengetahuan tentang perawatan bayi ikterus neonatorum secara signifikan berpengaruh terhadap perilaku perawatan tentang bayi ikterus neonatorum dengan besar sumbangan 57.90%. Perhitungan selengkapnya periksa (Lampiran 6: Hasil Pengujian Hipotesis, hal:3). b. Variabel Sikap tentang perawatan bayi ikterus neonatorum secara signifikan berpengaruh terhadap perilaku perawatan tentang bayi ikterus neonatorum dengan besar sumbangan sebesar 18.20%. Perhitungan selengkapnya (Lampiran 6: Hasil Pengujian Hipotesis, hal:3). c. Variabel Pengetahuan dan Sikap tentang perawatan bayi ikterus neonatorum secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Perilaku perawatan bayi ikterus neonatorum dengan besar sumbangan sebesar 76.10%. Dengan demikian dipahami bahwa sisanya sebesar 23.90% merupakan pengaruh variabel-variabel perancu yang tidak diteliti di dalam penelitian ini. Perhitungan oleh computer periksa (Lampiran 6: Hasil Pengujian Hipotesis, hal:3). B. Pembahasan commit to user 43 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dari hasil penelitian sebagaimana telah diuraikan di muka diketahui bahwa perilaku para ibu di dalam merawat bayi baru lahir yang mengalami kasus ikterus sebesar 76.10% dengan rincian diyakini disebabkan oleh faktor pengetahuan yang telah dimiliki para ibu tentang penyakit ikterus sebesar 57.90% dan diyakini juga disebabkan oleh faktor sikap ibu-ibu terhadap bayi yang mengalami ikterus sebesar 18.20%. Dengan demikian menjadi masalah yang menarik untuk diteliti lebih lanjut terutama bagi sejawat yang tertarik untuk meneliti kasus ikterus neonatorum pada bayi ini dengan memfokuskan pada variabelvariabel yang belum disentuh oleh penelitian ini sebagaimana di dalam kerangka pemikiran penelitian ini kami tempatkan sebagai variable-variabel perancu. Sejalan dengan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, Morton dan kawan kawan telah melaporkan hasil penelitiannya yang menyimpulkan bahwa faktor Pengetahuan merupakan aspek pokok untuk menentukan perilaku seseorang untuk menyadari dan tidak maupun untuk mengatur perilaku sendiri. Pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya sebuah perilaku (Morton, et al.,1995). Faktor –faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain; (1) sosial ekonomi, (2) kultur, (3) pendidikan dan (4) pengalaman. Menurut teori ini lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang sedangkan ekonomi dikaitkan dengan pendidikan, ekonomi baik, tingkat pendidikan baik juga (Nasution, 1997). Hasil Penelitian lainnya yang sejalan dengan temuan hasil penelitian ini adalah peneltan yang telah dilakukan oleh Linda Arifatul Izzah di Mojokerto (2010), menunjukkan tingkat pengetahuan dari 32 sampel adalah 90.6% mempunyai tingkat pengetahuan tinggi dan 9.4% mempunyai tingkat pengetahuan sedang. Linda menympulkan bahwa berdasarkan uji statistik didapatkan hubungan (cukup kuat) antara tingkat pengetahuan dengan sikap ibu paska melahirkan dengan hasil analisis berupa koefisien korelasi sebesar 0.555 dan p-value commit to user 44 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id < 0.05 yang berarti ada hubungan linier yang signifikan. Jadi hasil dari penelitian menunjukkan arah hubungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan akan diikuti dengan peningkatan dari sikap. Hasil penelitian Kundiah Mardiani di Kediri (2010) Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Anemia dengan Perilaku Minum Tablet Tambah Darah. Setelah data dianalisis, dari 122 ibu hamil didapatkan perilaku minum tablet tambah darah berhubungan secara bermakna dengan pengetahuan (p = 0,000 < 0,05), cukup kuat dan positif (correlaton coefficient 0,65) dan sikap (p = 0,000 < 0,05), cukup kuat dan positif (correlaton coefficient 0,65) serta pengetahuan dan sikap (p = 0,000 < 0,05), cukup kuat dan positif (correlaton coefficient 0,71). Penyebab ada hubungan karena pengetahuan dan sikap menjadi pertimbangan dalam menentukan tindakan minum tablet tambah darah. Kesimpulan, pengetahuan dan sikap diperlukan untuk meningkatkan keteraturan minum tablet tambah darah. Dalam penelitian yang telah peneliti lakukan ini dipahami bahwa adanya hubungan antara pengetahuan dan perilaku perawatan bayi ikterus neonatorum disebabkan antara lain karena adanya Informasi yang dapat berasal dari berbagai bentuk termasuk pendidikan formal maupun non formal, percakapan harian, membaca, mendengar radio, menonton televisi dan dari pengalaman hidup lainnya. (Simon-Morton et al., 1995) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan proses kognitif dari seseorang atau individu untuk memberikan arti terhadap lingkungan, sehingga masing-masing individu akan memberikan arti sendiri terhadap stimulus yang diterima walaupun stimuli itu sama. Sedangkan penelitian oleh (Winardi, 1996) menulis bahwa stimulus yang didapat ibu dari penolong persalinan keluarga ataupun petugas kesehatan, yang memberikan motivasi untuk commit to user 45 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id memberikan ASI dini dan sesering mungkin, sehingga semakin tinggi pengetahuan ibu tentang perawatan bayi ikterus neonatorum, akan diikuti semakin baik perilaku ibu tentang perawatan bayi ikterus neonatorum. Sedangkan hasil penelitian yang peneliti lakukan bahwa para bayi yang dirawat di RSUD Dr. Harjono Ponorogo dengan ikterus neonatorum adalah bayi yang bermasalah dengan saat persalinannya yaitu partus dengan tindakan yang mengkibatkan hipoksi yag berakibat terjadinya ikterus neonatorum. b. Pembahasan Faktor sikap Dar hasil penelitian tentang factor sikap Uji korelasi bivariat antara variable Sikap ibu-ibu tentang perawatan bayi ikterus neonatorum dan perilaku ibu-ibu terhadap perawatan bayi ikterus neonatorum diperoleh harga koefisien korelasi rX2y = 0.606 ( 0.61) dibulatkan dengan p= 0.001 suatu harga koefisien korelasi yang tidak biasa (sangat signifikan) dengan demikian perlu dikaji lebih lanjut lagi variable – variabel apa sajakah yang telah membentuk atau mempengaruhi sikap para ibu. Hal ini juga menjadi faktor yang tidak kalah menariknya untuk diteliti oleh rekan sejawat yang berminat meneliti lebih lanjut dalam lingkup dan bahasan yang lebih spesifik. Hasil Penelitian oleh Linda Arifatul Izzah di Mojokerto (2010), penelitian tentang sikap hubungan linier yang signifikan. Selain itu, pengetahuan yang baik serta sikap yang mendukung merupakan salah satu faktor yang berhubungan terhadap perilaku. Hasil penelitian oleh Kundiah Mardiani di Kediri, Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Anemia dengan Perilaku Minum Tablet Tambah Darah. Setelah data dianalisis, dari ibu hamil didapatkan perilaku minum tablet tambah darah berhubungan secara bermakna dengan pengetahuan dan sikap cukup kuat dan positif serta pengetahuan commit to user 46 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dan sikap cukup kuat dan positif. Penyebab ada hubungan karena pengetahuan dan sikap menjadi pertimbangan dalam menentukan tindakan minum tablet tambah darah. Sikap diperoleh lewat pengalaman akan menimbulkan pengaruh langsung terhadap perilaku. Pengaruh langsung tersebut lebih berupa perilaku yang akan direalisasikan hanya apabila kondisi dan situasi yang memungkinkan. Dalam interaksi ini individu membentuk pola sikap tertentu tehadap obyek psikologis yang dihadapi (Berkowitz cit Aswar, 1995). Dalam penelitian ini sikap ibu terhadap perawatan bayi ikterus neonatorum diperoleh melalui pengalaman yang didapat dari penolong persalinan dan tenaga kesehatan tentang manfaat ASI antara lain mencegah terjadinya ikterus neonatorum, agar tidak terjadi kernikterus. Penelitian di Di Desa Telaga Sari Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2009. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Pus Akseptor Kontrasepsi Non Hormonal Tentang Kontrasepsi Hormonal dan hasil penelitian menunjukkan semakin baik pengetahuan ibu PUS akseptor kontrasepsi non hormonal maka semakin baik pula sikap ibu tentang kontrasepsi hormonal. Penelitian pembanding sebagai misal di Barat, dilaporkan bahwa ikterus neonatal sebagai suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir. Kejadian ikterus pada bayi baru lahir (BBL) menurut beberapa penulis Barat berkisar antara 50% pada bayi cukup bulan dan 75% pada bayi kurang bulan. Kejadian yang bervariasi itu kemungkinan disebabkan oleh perbedaan dalam pengelolaan BBL, meskipun pada akhir-akhir ini telah banyak mengalami kemajuan. Dapat dilaporkan di sini antara lain klasifikasi pemberian makanan yang lebih dini, derajat iluminasi tempat perawatan bayi yang ditingkatkan, penggunaan beberapa tindakan profilaksis seperti luminal pada ibu dan bayi, suntikan immunoglobulin commit to user 47 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id anti D pada inkompatibilitas darah Rh, penghindaran faktor-faktor pencetus hemolisis pada defisiensi ensim G6PD, pemberian obat yang lebih hati-hati pada ibu dalam kehamilan dan persalinan (sulfa, Novobiosin, oksitosin). Kasus ikterus pada BBL di Rumah Sakit Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta msalnya, dilaporkan 32.19% dan 62.53% kadar bilirubin indireknya melebihi 10.mg%. Hal tersebut dhemolitikus diperkirakan sama dengan yang dilaporkan oleh Siripoonya dkk. Di Bangkok pada tahun 1967. Macam macam ikterus neonatal antara lain ikterus hemolitik atau penyakit yang biasa disebut eritroblastosis fetalis atau morbus hemolitikus neonatorum (haemolytic disease of the newborn). Penyakit hemolitik ini biasanya disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah ibu dan bayi. Jenis ikterus lainnya seperti Ikterus obstruktiva dan ikterus yang disebabkan oleh hal lain. Serta Kern-ikterus. commit to user 48 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 49 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Penelitian ini menyimpulkan terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku perawatan bayi ikterus neonatorum secara signifikan di RSUD Dr. Harjono Ponorogo. Kesimpulan inti penelitian ini sebagai berikut: 1. Berdasarkan uji statistik didapatkan hubungan (cukup kuat) antara tingkat pengetahuan dengan perilaku perawatan bayi ikterus nenatorum dengan hasil analisis berupa koefisien korelasi diperoleh harga rX1y = 0.829 (0.83) dibulatkan dengan p=0.000 dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima). yang berarti ada hubungan linier yang signifikan. Jadi hasil dari penelitian menunjukkan arah hubungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan akan diikuti dengan peningkatan dari perilaku perawatan bayi ikterus neonatorum. 2. Berdasarkan uji statistik didapatkan hubungan (cukup kuat) antara sikap ibu dengan perilaku perawatan bayi ikterus neonatorum diperoleh harga koefisien korelasi rX2y = 0.606 ( 0.61) dibulatkan dengan p= 0.001 dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima) yang berarti ada hubungan linier yang signifikan. Jadi hasil dari penelitian menunjukkan arah hubungan positif yang berarti bahwa semakin baik sikap ibu akan diikuti dengan peningkatan dari perilaku perawatan bayi ikterus neonatorum. commit to user 43 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3. Berdasarkan uji statistik didapatkan hubungan (cukup kuat) antara tingkat pengetahuan ibu dan sikap ibu dengan perilaku perawatan bayi ikterus neonatorum dengan hasil analisis berupa koefisien korelasi sebesar point Biserial (RpBis).y (X1,X2) =0.872. dengan harga F=42.97 pada p=0.000 Dengan demikian H0 ditolak, dan H1 yang berbunyi Ada korelasi ganda antara variable Pengetahuan tentang perawatan bayi ikterus neonatorum dan Sikap ibu-ibu terhadap perawatan bayi ikterus neonatorum dengan Perilaku perawatan bayi ikterus neonatorum diterima yang berarti ada hubungan linier yang signifikan. Jadi hasil dari penelitian menunjukkan arah hubungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan akan diikuti dengan peningkatan dari sikap dan perilaku ibu dalam merawat bayi ikterus neonatorum. B. Implikasi Penelitian 1. Bagi Ibu Bagi ibu yang memeriksakan kehamilannya di RSUD Dr. Harjono Ponorogo, di Anamne riwayat obstetri sebelumnya sangat membantu dalam menegakkan diagnosis hiperbilirubinemia pada bayi. Termasuk dalam hal ini anamnesis mengenai riwayat inkompatibilitas darah, riwayat transfusi tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya. Disamping itu faktor risiko kehamilan dan persalinan juga berperan dalam diagnosis dini ikterus/ hiperbilirubinemia pada bayi. Faktor risiko tersebut antara lain adalah hamil/persalinan dengan komplikasi, misalnya kehamilan dengan diabetes mellitus, malnutrisi intrauterin, infeksi intranatal, atau persalinan dengan gawat janin/ atau persalinan dengan tindakan, dan lain-lain. commit to user 44 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Namun karena keterbatasan peneliti hal tersebut tidak dilakukan. Maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencegah terjadinya kern-ikterus. 2. Bagi Rumah Sakit Untuk antisipasi lebih lanjut, maka RSUD Dr. Harjono Ponorogo dapat melakukan pemeriksaan bagi ibu-ibu hamil untuk diketahui faktor resiko terjadinya ikterus neonatorum patologis, yaitu dengan pemeriksaan laboratorium, antara lain golongan darah, rhesus, darah lengkap, untuk mengetahui penyebab ikterus neonatorum patologis pada bayi sedini mungkin. C. SARAN Berdasarkan hasil-hasil penelitian ini diajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Penelitian ini ditemukan ada hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku perawatan bayi ikterus neonatorum, karena keterbatasan peneliti sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar, metode sampling yang lebih akurat dengan mengendalikan faktor perancu. 2. Meningkatkan pengetahuan dan sikap positif ibu dan keluarga tentang perawatan bayi ikterus neonatorum agar tidak terjadi kern-ikterus dengan melalui promosi kesehatan. 3. Perlu adanya kebijakan Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Harjono Ponorogo mengenai promosi kesehatan yang berkaitan dengan perawatan bayi ikterus neonatorum dalam rangka menurunkan angka mortalitas dan morbiditas akibat kern-ikterus. commit to user 45 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 46