sis on stem ma ntolog di bad in anajem gi pada dan

advertisement
SIS
STEM MA
ANAJEM
MEN PEN
NGETAHU
UAN BER
RBASIS
ON
NTOLOG
GI PADA PEREKA
AYASAA
AN PIPA A
APUNG
DI BAD
DAN PENG
GKAJIAN DAN PENERAP
P
PAN
TEKNOL
T
LOGI
SUPR
RIANA SU
UWANDA
A
SEKOLA
AH PASC
CASARJA
ANA
IN
NSTITUT
T PERTA
ANIAN BO
OGOR
BOGO
OR
2012
2
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Sistem Manajemen Pengetahuan
Berbasis Ontologi pada Pererakayaan Pipa Apung di Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum pernah diterbitkan dalam bentuk apa pun pada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2012
Supriana Suwanda
NRP G651080144
ABSTRACT
SUWANDA. Ontology Based Knowledge Management System for Floating Pipe
Engineering (Case Study at the Agency for Assessment and Application of
Technology - BPPT) Under direction of YENI HERDIYENI and AHMAD
RIDHA
This research proposes a model of specifications for ontology-based
Knowledge Management System (KMS) for floating pipe engineering case study
at the Agency for Assessment and Application of Technology (BPPT).The
ontology is used as a basis for floating pipe engineering knowledge
representation and will be managed through ontology browser. KMS is applied as
a system that manages the knowledge assets of an organization. KMS is built to
support the identification, acquisition, development, sharing, distribution,
utilization, and retention of knowledge on a particular ontology. The research
methodology consists of information technology infrastructure evaluation:
analysis, design, development, installation, and evaluation of KMS. Unified
Modeling Language (UML) knowledge ontology model is attached to the
Semantic Media Wiki software bundled with Halo Extension. The evaluation
result shows that deployed KMS can assist knowledge management in PTIP BPPT
to facilitate learning process and decision-making based on the most efficient and
effective methods in the floating pipe engineering.
Keywords: floating pipeline engineering, knowledge management system,
ontology, semantic mediawiki.
RINGKASAN
SUWANDA. Sistem Manajemen Pengetahuan Berbasis Ontologi
Perekayasaan Pipa Apung di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Dibimbing oleh YENI HERDIYENI dan AHMAD RIDHA
Pada
Perekayasaan pipa apung di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT) bertujuan untuk menyediakan produk substitusi impor pipa apung sebagai
upaya mengurangi ketergantungan impor dan menghemat devisa negara.
Perekayasaan pipa apung melibatkan perekayasa dengan berbagai disiplin ilmu,
beragam pengalaman, bekerja secara matriks, dan tersebar di beberapa lokasi.
Kegiatan perekayasaan pipa apung menghasilkan prototipe dan dokumen
perekayasaan. Prototipe dan dokumen perekayasaan pipa apung merupakan
pengetahuan tasit dan eksplisit yang belum dikelola dengan baik di BPPT.
Pengetahuan pada perekayasaan pipa apung bersifat spesifik dan kompleks
sehingga perlu dikelola secara khusus. Salah satu metode yang dapat digunakan
untuk mengelola aset pengetahuan pada perekayasaan pipa apung adalah dengan
menggunakan ontologi yang dipasangkan pada suatu antarmuka berupa Sistem
Manajemen Pengetahuan (SMP).Diharapkan dengan telah dipasangkannya SMP,
maka perekayasa dapat dengan mudah memperoleh metode yang paling efektif
dan efisien (best practices) dalam kegiatan perekayasaan pipa apung.
Pada penelitian ini dilakukan evaluasi infrastruktur teknologi informasi;
analisis, perancangan, dan pengembangan SMP, pemasangan SMP, dan evaluasi
SMP di Pusat Teknologi Industri Proses (PTIP) BPPT. Pembangunan SMP di
PTIP BPPT dikonsentrasikan pada perancangan ontologi pengetahuan
perekayasaan pipa apung. SMP itu sendiri diaplikasikan dengan menggunakan
perangkat lunak commercial of the shelf (COTS) yang berupa Semantic Media
Wiki dengan dipasangkan ekstensi Halo yang mendukung integrasi ontologi
didalam SMP. Aset pengetahuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumen perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT tahun 2006 hingga 2010.
Berdasarkan evaluasi KMS yang dilakukan kepada beberapa responden
perekayasa, dapat disimpulkan bahwa pemasangan SMP berbasis ontologi pada
perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT telah mempermudah proses akuisisi,
pengembangan, pembagian pakai, distribusi, penggunaan metode yang paling
efektif dan efisien dari perekayasa lainnya.
Kata Kunci: ontologi, perekayasaan pipa apung, sistem manajemen pengetahuan,
semantik media wiki
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB .
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya Tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
SISTEM MANAJEMEN PENGETAHUAN BERBASIS
ONTOLOGI PADA PEREKAYASAAN PIPA APUNG
DI BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN
TEKNOLOGI
SUPRIANA SUWANDA
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Komputer pada
Program Studi Ilmu Komputer
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Yani Nurhadryani, S.Si., MT.
Judul Penelitian
Nama
NRP
: Sistem Manajemen Pengetahuan Berbasis Ontologi Pada
Perekayasaan Pipa Apung di Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi
: Supriana Suwanda
: G651080144
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Yeni Herdiyeni, S.Si., M.Kom.
Ketua
Ahmad Ridha, S.Kom., MS.
Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Komputer
Dr. Yani Nurhadryani, S.Si., MT.
Tanggal Ujian :
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan sebagai salah
satu syarat kelulusan Program Pascasarjana pada Departemen Ilmu Komputer,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Yeni Herdiyeni, S.Si
M.Kom. selaku ketua komisi pembimbing yang telah memberikan segenap
bantuan dan bimbingan kepada penulis selama proses penelitian dan penyusunan
tesis ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Ridha,
S.Kom. MS. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan saran,
koreksi, dan masukan kepada penulis. Terima kasih pula penulis ucapkan kepada
Dr. Yani Nurhadryani, S.Si. MT. selaku penguji. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Drs. Mahendra A, M.Si. sebagai Insinyur Kepala pada
Perekayasaan Pipa Apung di BPPT atas bantuan yang telah diberikan. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman angkatan IX Pascasarjana
Ilmu Komputer, staf dan dosen Departemen Ilmu Komputer IPB atas
persahabatan dan bantuannya selama penulis mengikuti perkuliahan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah
memberikan dukungan moril dan doanya. Terkhusus terima kasih penulis
sampaikan kepada istri tercinta Dewi Habsari Budiarti, ST. MT.dan kedua putera
dan puteri kami, Mikaila dan Gabriel, atas segala dukungan dan perhatian selama
masa kuliah dan penelitian ini berlangsung.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi yang besar
selama perkuliahan dan pengerjaan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu
per satu, penulis ucapkan terima kasih.
Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya.
Bogor, Agustus 2012
Supriana Suwanda
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 20 April 1981 dari pasangan Ir.
Hidayat Wiriadinata, M.Eng.Sc. dan Wawat Waliyati, S.Pd.I. Penulis merupakan
anak pertama dari enam bersaudara. Menyelesaikan sekolah menengah umum
pada SMU Negeri 1 Serpong. Tahun 2003 penulis lulus dari Jurusan Teknik
Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Bina Nusantara, dan kemudian
pada tahun 2005 diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil sebagai Staf Bidang
Program di Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (Pusbindiklat BPPT). Pada tahun 2006, penulis diangkat menjadi
Widyaiswara Pertama dan aktif memberikan pelatihan pejabat fungsional Teknisi
Litkayasa dan Perekayasa di BPPT untuk mata ajar Teknik Pengolahan Data, dan
Pengembangan Bahan Promosi. Sejak tahun 2008, penulis menduduki jabatan
struktural sebagai Kepala Sub Bagian Publikasi dan Dokumentasi di Biro Umum
dan Hubungan Masyarakat BPPT.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang..................................................................................................... 1
Penelitian Terdahulu............................................................................................ 4
Tujuan Penelitian ................................................................................................. 5
Manfaat Penelitian ............................................................................................... 5
Ruang Lingkup .................................................................................................... 5
Rumusan Permasalahan ....................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 7
Sistem Manajemen Pengetahuan ......................................................................... 7
Perekayasaan Pipa Apung ................................................................................... 8
Ontologi ............................................................................................................... 9
Semantik ............................................................................................................ 11
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 15
Evaluasi Infrastruktur ........................................................................................ 16
Analisis, Perancangan, dan Pengembangan Sistem Manajemen Pengetahuan . 17
Pemasangan Sistem Manajemen Pengetahuan .................................................. 19
Evaluasi Sistem Manajemen Pengetahuan ........................................................ 20
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 21
Analisis infrastruktur teknologi informasi......................................................... 21
Penyesuaian Manajemen Pengetahuan dengan Proses Bisnis ........................... 23
Infrastruktur Manajemen Pengetahuan.............................................................. 23
Audit Aset Pengetahuan .................................................................................... 24
Tim Manajemen Pengetahuan ........................................................................... 26
Implementasi Sistem Manajemen Pengetahuan ................................................ 28
Evaluasi Sistem Manajemen Pengetahuan ........................................................ 32
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 34
Kesimpulan ........................................................................................................ 34
Saran .................................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 36
LAMPIRAN .......................................................................................................... 38
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Istilah-istilah pada kegiatan perekayasaan ......................................................... 8
2 Hasil analisis manajemen konfigurasi.............................................................. 21
3 Hasil analisis manajemen keberlangsungan teknologi informasi .................... 22
4 Tim manajemen pengetahuan di BPPT ............................................................ 27
5 Hasil evaluasi pasca pemasangan sistem manajemen pengetahuan ................. 33
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Aplikasi pipa apung di lepas pantai Lawe-lawe Balikpapan ........................... 1
2 Struktur organisasi perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT .......................... 2
3 Kondisi pembagian pakai dokumen perekayasaan di PTIP BPPT................... 3
4 Model penciptaan pengetahuan yang dikenal sebagai model SECI................. 7
5 Pemodelan ontologi pengetahuan pada perekayasaan pipa apung ................. 11
6 Contoh anotasi semantik pada artefak perekayasaan pipa apung .................. 13
7 Arsitektur semantic Mediawiki ...................................................................... 14
8 Tahap pengembangan sistem manajemen pengetahuan di PTIP BPPT ......... 15
9 Skema pustaka infrastruktur teknologi informasi .......................................... 16
10 Kandidat model penyesuaian manajemen pengetahuan PTIP BPPT .............. 17
11 Diagram kelas utama pada ontologi perekayasaan pipa apung....................... 19
12 Grafik hasil analisis manajemen konfigurasi .................................................. 22
13 Grafik hasil analisis keberlangsungan teknologi informasi ............................ 22
14 Model penyesuaian manajemen pengetahuan di PTIP BPPT ......................... 23
15 Infrastruktur manajemen pengetahuan di PTIP BPPT .................................... 24
16 Aset pengetahuan dari alur dokumen perekayasaan pipa apung ..................... 25
17 Ontograf dari kegiatan perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT ................... 26
18 Properti objek ontologi perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT................... 26
19 Proses impor format RDF/XML kedalam format OWL ................................. 28
20 Proses impor OWLberhasil dilakukan pada SMW+ ....................................... 29
21 Ontologi pipa apung dapat diakses melalui ontology browser ....................... 29
22 Contoh anotasi pengetahuan pada artikel dengan semantic toolbar ............... 30
23 Akuisisi pengetahuan melalui pemilahan kelas dan properti ontologi ........... 31
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Form manajemen konfigurasi .......................................................................... 38
2 Form manajemen keberlangsungan teknologi informasi ................................. 43
3 Form kuesioner evaluasi sistem ....................................................................... 49
PE
ENDAHU
ULUAN
Latar Bellakang
Indoonesia adalaah salah sattu penghasiil karet alam
m terbesar ddi dunia, namun
pemanfaattan karet alam
a
oleh iindustri hilir nasional baru menccapai 14 persen
p
(Purwantaa 2004). Hal
H ini meenyebabkan
n ketergantungan Indo
donesia terh
hadap
produk kaaret impor masih sanggat tinggi. Salah satu
u produk kaaret yang masih
m
sepenuhnyya diimpor oleh Indonnesia adalah
h pipa apun
ng (Gambaar 1). Kebutuhan
pipa apunng di Indon
nesia pertahhun dapat mencapai
m
12
2 juta Dollaar Amerikaa atau
setara denngan 320 unit
u
pipa ap
apung (BSN
N 2010). Piipa apung digunakan pada
industri peerminyakan
n untuk menngalirkan minyak
m
dari kapal tankker ke pang
gkalan
minyak atau sebalikn
nya.
mbar 1 Aplikasi pipa aapung di lep
pas pantai Lawe-lawe B
Balikpapan.
Gam
Berddasarkan ko
ondisi terseebut, Pusat Teknologii Industri PProses di Badan
B
Pengkajiann dan Peneerapan Teknnologi (PTIP
P BPPT) seejak tahun 22006 melak
kukan
perekayasaan pipa apung.
a
Pereekayasaan meliputi
m
kaajian
prosses
vulkan
nisasi,
yakan pendirian pabrikk pipa apung di
desain prooses manuffaktur dan studi kelay
Indonesia.. Sasaran kegiatan
k
ini adalah terssedianya prroduk substtitusi imporr pipa
apung yaang dapat memenuhi
m
kebutuhan dalam negeri sehinggga mengu
urangi
ketergantuungan impor dan mengghemat devisa negara.
Pereekayasan pip
pa apung ddilakukan olleh kelompo
ok perekayaasa yang beekerja
secara maatriks berdaasarkan struuktur perek
kayasaan. Kelompok
K
pperekayasa pipa
apung dibbagi kedalaam beberapaa Work Brreakdown Structure
S
(W
WBS) dan Work
Package (WP)
(
sepertti diilustrassikan pada Gambar 2. Setiap WB
BS dan WP pada
2
periode tertentu menghasilkan laporan berupa dokumen perekayasaan yang terdiri
atas lembar perintah, lembar kerja, lembar keputusan, catatan teknis, laporan
teknis,
memorandum
teknis,
dan
dokumen
teknis.
Dokumen
tersebut
dikodifikasikan dalam suatu aturan tertentu berdasarkan WBS, WP, dan waktu
dokumen dibuat.
Gambar 2 Struktur organisasi perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT.
Kodifikasi tersebut tidak merefleksikan isi dokumen yang di dalamnya.
Perekayasa pipa apung kesulitan untuk mengeksplorasi “metode yang paling
efisien dan efektif” (best practices) dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan yang
sudah dilakukan perekayasa lain dari rangkaian perekayasaan pipa apung pada
periode sebelumnya.
Kondisi tersebarnya para perekayasa pipa apung di Jakarta, Tangerang,
Bandung, dan Balikpapan juga berpotensi menyebabkan pekerjaan yang sudah
3
dilakukan oleh seorang perekayasa dapat dilakukan kembali oleh perekayasa yang
lain. Hal ini disebabkan pembagian pakai (sharing) dokumen pengetahuan
eksplisit tidak dikelola secara terpusat seperti diilustrasikan pada Gambar 3.
Gambar 3 Kondisi pembagian pakai dokumen perekayasaan di PTIP BPPT.
Kondisi tersebut diperburuk dengan adanya resistensi pada sebagian
perekayasa di PTIP BPPT untuk berbagi pengetahuan. Resistensi ini disebabkan
adanya stigma bahwa pengetahuan adalah milik perseorangan dan sulitnya untuk
mendapatkan informasi dari perekayasa lain bila dibutuhkan. Berdasarkan kondisi
tersebut, manajemen PTIP BPPT menginginkan adanya suatu sistem berbasis
komputer yang dapat mengelola aset pengetahuan para perekayasa pipa apung
4
sehingga memudahkan proses pembelajaran dan pengambilan keputusan
berdasarkan best practices perekayasaan pipa apung.
Penelitian Terdahulu
Pada penelitian terdahulu yang dilakukan di Korea Selatan, para peneliti di
bidang manajemen pengetahuan mencoba membuat kerangka kerja dan fungsi
pengelolaan pengetahuan pada institusi riset yang memiliki keserupaan
karakteristik proses bisnis dan alur dokumen dengan PTIP BPPT. Hasil dari
penelitian tersebut diberi nama KNOWVATION, yaitu sebuah kerangka kerja
yang memuat spesifikasi dan definisi pengetahuan di lembaga riset berbasiskan
portofolio kegiatan riset (Park & Kim 2006). KNOWVATION dapat melakukan
observasi pada tingkat makro dan mendukung pembuatan keputusan seperti
alokasi sumber daya dan analisis dinamis.
Pengembangan model pengelolaan pengetahuan di BPPT sebelumnya sudah
pernah dilakukan dengan mengelaborasikan portal Core SWED dan Wordpress
sebagai middleware sistemnya (Nur 2009). Pada penelitian tersebut, ontologi
pengetahuan dimodelkan berdasarkan alur perekayasaan secara umum sehingga
belum dapat menjawab kompleksitas ontologi bidang teknologi yang dikaji dan
diterapkan oleh BPPT secara spesifik. Pemilihan Wordpress yang merupakan blog
sebagai antarmuka kolaboratif tidak cukup tepat untuk digunakan dalam
pembagian pakai pengetahuan pada institusi riset seperti BPPT yang memiliki
ratusan tema riset dan melibatkan perekayasa dalam jumlah yang besar.
Pemodelan basis pengetahuan dengan menggunakan Wiki pada industri
proses yang menerapkan struktur sumber daya manusia berdasarkan klasifikasi
fungsional seperti jabatan fungsional perekayasa di PTIP BPPT juga pernah
dilakukan pada penelitian sebelumnya di salah satu industri pupuk nasional
(Kusumasari 2008).
Berdasarkan identifikasi awal dari penelitian ini, masalah utama di PTIP
BPPT
adalah
belum dapat
dilakukannya
penelusuran
set
pengetahuan
perekayasaan pipa apung karena informasi pada dokumen dalam perekayasaan
pipa apung belum diorganisasikan berdasarkan ontologi. Perancangan sistem
manajemen pengetahuan pada tesis ini melengkapi fitur ontologi pengelolaan
pengetahuan di BPPT yang masih bersifat umum (Nur 2009). Diharapkan dengan
5
dibangunnya sistem manajemen pengetahuan berbasis ontologi perekayasaan pipa
apung ini dapat menjawab masalah pengelolaan pengetahuan di PTIP BPPT.
Dengan latar belakang tersebut, penelitian ini akan mencoba untuk
memecahkan masalah representasi ontologi pengetahuan yang sesuai dengan
proses bisnis perekayasaan pipa apung sehingga dapat memudahkan proses
identifikasi, akuisisi, pengembangan, pembagian pakai, distribusi, pemanfaatan,
dan retensi set pengetahuan berdasarkan ontologi perekayasaan pipa apung.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari tesis ini adalah membangun sebuah sistem manajemen
pengetahuan
yang
dapat
memudahkan
proses
identifikasi,
akuisisi,
pengembangan, pembagian pakai, distribusi, pemanfaatan, dan retensi set
pengetahuan berdasarkan ontologi pengetahuan yang ada pada perekayasaan pipa
apung di PTIP BPPT.
Manfaat Penelitian
Tesis ini diharapkan dapat memecahkan masalah manajemen pengetahuan
di PTIP BPPT sehingga dapat memudahkan proses pembelajaran dan
pengambilan keputusan berdasarkan best practices dalam perekayasaan pipa
apung. Lebih spesifik, manfaat dari tesis ini adalah membentuk komunitas
pengetahuan yang mengabaikan aspek geografi, mendukung inisiatif penyaluran
data, sentralisasi data yang terpisah-pisah, meningkatkan efisiensi operasional,
mendorong berlangsungnya proses penciptaan, pembagian pakai, penyaluran dan
diseminasi pengetahuan secara berkelanjutan dengan memanfaatkan fitur
semantik dan ontologi pengetahuan.
Ruang Lingkup
Pada tesis ini ruang lingkup penelitian dibatasi pada penanganan manajemen
pengetahuan dalam perekayasaan desain konstruksi pipa apung untuk spesifikasi
industi perminyakan yang akan diproyeksikan sebagai Standard Nasional
Indonesia (SNI). Domain masalah tersebut merupakan rangkaian kegiatan
perekayasaan yang melibatkan ketiga WBS di PTIP BPPT yaitu Desain Proses
dan Manufaktur (WBS I), Pengujian (WBS II), dan Penyusunan SNI (WBS III).
6
Rumusan Permasalahan
Pada saat tesis ini dibuat, PTIP BPPT dalam konteks inisiatif manajemen
pengetahuan masih berada pada tahap awal dari pengembangan sistem manajemen
pengetahuan yang meliputi sub komponen repository dan platform kolaborasi
(Tiwana 2007).
1 Belum tersedianya suatu aturan pengumpulan, penyaringan, pengaturan,
pengesahan, pemeliharaan, dan distribusi konten pengetahuan secara semantik.
Kelemahan repository di PTIP BPPT ini sangat erat kaitannya dengan belum
adanya ontologi pengetahuan formal dalam perekayasaan pipa apung.
2 Belum tersedianya kanal komunikasi yang dapat mendukung dan menangani
karakteristik kegiatan perekayasaan yang terdistribusi.
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Manajemen Pengetahuan
Sistem manajemen pengetahuan merupakan suatu sistem teknologi
informasi dan komunikasi yang menggabungkan dan mengintegrasikan fungsifungsi penanganan pengetahuan eksplisit dan tersirat secara kontekstual di seluruh
organisasi atau bagian dari organisasi yang ditargetkan oleh inisiatif manajemen
pengetahuan (Maier 2007). Perbedaan definisi dari data, informasi, pengetahuan,
dan kecerdasan menegaskan berbedanya domain yang dikelola diantara sistem
manajemen pengetahuan dengan sistem manajemen informasi (Bouthillier &
Shearer 2002).
Sistem manajemen pengetahuan memberikan layanan terintegrasi untuk
menyebarkan instrumen manajemen pengetahuan pada jaringan partisipannya
sepanjang siklus hidup pengetahuan berlangsung. Tujuan akhir dari sistem
manajemen pengetahuan adalah untuk mendukung dinamika pembelajaran
organisasi dan efektivitas organisasi.
Gambar 4 Model SECI pada penciptaan pengetahuan (Nonaka & Konno 1998)
Pengetahuan yang menjadi domain sistem manajemen pengetahuan adalah
pengetahuan eksplisit dan tersirat. Penciptaan pengetahuan dimodelkan sebagai
proses berbentuk spiral sebagai bentuk interaksi diantara pengetahuan eksplisit
dan tersirat tersebut. Proses ini dikenal sebagai model SECI seperti diilustrasikan
8
pada Gambar 4 (Nonaka & Konno 1998). Sistem manajemen pengetahuan juga
didefinisikan sebagai komponen teknologi yang memfasilitasi pengintegrasian,
penerapan, dan manajemen pengetahuan (Tiwana 2007).
Perekayasaan Pipa Apung
Perekayasaan adalah sistem yang digunakan pada kegiatan penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam bentuk desain dan rancang bangun.
Perekayasaan ditujukan untuk menghasilkan sistem, model, nilai, produk, dan
atau proses produksi dengan mempertimbangkan keterpaduan sudut pandang dan
atau konteks teknikal, fungsional, bisnis, sosial budaya dan estetika, dalam suatu
kelompok kerja fungsional. Pada Tabel 1 dijelaskan beberapa istilah perekayasaan
pada buku petunjuk teknis jabatan fungsional perekayasa (BPPT 2009).
Tabel 1 Istilah-istilah pada kegiatan perekayasaan
Istilah
Keterangan
Perekayasaan Kegiatan bertahap yang secara runtun meliputi penelitian terapan,
pengembangan, perekayasaan dan pengoperasian.
Perekayasa
Perekayasa (Engineer) adalah jabatan yang mempunyai ruang
lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan
kegiatan perekayasaan dalam suatu kelompok kerja fungsional
pada bidang penelitian terapan, pengembangan, perekayasaan, dan
pengoperasian yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil dengan
hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh pejabat yang
berwenang.
Organisasi
Organisasi Fungsional Kerekayasaan adalah organisasi yang
Fungsional
dibentuk secara sementara (Ad Hoc) untuk pelaksanaan kegiatan
Perekayasaan kerekayasaan dalam rangka melaksanakan suatu kegiatan tertentu.
Dokumen
Dokumen perekayasaan adalah dokumen yang digunakan para
Perekayasaan perekayasa dalam organisasi fungsional kerekayasaan, meliputi:
a. Lembar Kerja
b. Lembar Perintah
c. Lembar Keputusan
9
Dokumen perekayasaan merupakan sumber pengetahuan utama yang
menjadi masukan pada sistem manajemen pengetahuan. Pengetahuan yang
terkandung pada setiap dokumen mempunyai karakteristik:
a Pengetahuan deklaratif yang meliputi konsep, kategori, definisi, dan asumsi.
b Pengetahuan prosedural yang meliputi proses, rangkaian kegiatan dan aktivitas,
dan aksi.
c Pengetahuan kausal yang meliputi alasan keputusan, alasan keputusan
penolakan atau alternatif, dan bagian informal yang berasosiasi.
d Konteks dari keadaan, asumsi, hasil dari asumsi, dan pengetahuan informal
yang meliputi klip video, anotasi, catatan, dan pembicaraan.
Ontologi
Ontologi adalah suatu konseptualiasi yang dibagi pakai, mempunyai sifat
formal dan spesifikasi yang eksplisit (Grubber 1993). Definisi tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1 Konseptualisasi adalah model abstrak yang merupakan representasi dari sebuah
domain atau fenomena yang memeriksa relevansi konsep domain atau
fenomena tersebut terhadap pengguna ontologi.
2 Pembagian pakai (sharing) adalah acuan pada persyaratan konseptualisasi yang
dibuat di dalam sebuah ontologi harus telah disetujui oleh kelompok personil
yang akan menggunakan ontologi untuk pertukaran pengetahuan.
3 Sebuah ontologi disebut formal bila dapat dibaca oleh mesin.
4 Spesifikasi yang eksplisit artinya bahwa konsep, hubungan, dan batasan
penggunaan konsep dirumuskan secara terbuka dan tidak menyerahkan
interpretasi kepada pengguna ontologi.
Penggunaan ontologi pada manajemen pengetahuan adalah sebagai
komunikasi antar sistem komputer, antar manusia, dan antara manusia dengan
sistem komputer. Dalam konteks ini, ontologi adalah model formal yang
menyediakan pengertian umum atau pengertian yang bisa dibagi pakai dari
domain aplikasi yang dapat mengkomunikasikan manusia dengan sistem aplikasi
untuk membantu mendefinisikan, menampung, menukar, dan membagi pakai
pengetahuan dengan bantuan sistem teknologi informasi dan komunikasi sehingga
10
dapat memfasilitasi penayangan, penyimpanan, komunikasi, dan penelusuran
pengetahuan (O’Leary 1998).
Ontologi dapat juga didefinisikan sebagai suatu domain masalah yang
menjelaskan entitas, properti dan relasi dari domain itu sendiri. Ontologi
merepresentasikan struktur hirarki suatu pengetahuan tertentu dengan cara
mengsubkategorikan pengetahuan tersebut berdasarkan nilai penentunya. Manfaat
terbesar dari ontologi bukan pada aspek pemrosesan melainkan pada pembagian
pakai (sharing) makna, pemunculan dan penemuan kesenjangan, dan untuk
meningkatkan penyaluran pengetahuan tersirat. Pada ontologi berbasis komputer,
domain pengetahuan yang formal dan terstruktur direpresentasikan dengan
menggunakan UML atau bahasa berorientasi obyek seperti RDF, DAML, OWL,
dan representasi lain yang dapat mendefinisikan obyek, properti, dan relasinya.
Contoh
pemodelan
ontologi
dalam
konteks
perekayasaan
dapat
diilustrasikan pada Gambar 5 yang menjelaskan pengembangan ontologi
berdasarkan artefak perekayasaan pipa apung. Pemodelan ontologi seperti ini akan
diaplikasikan pada sistem manajemen pengetahuan perekayasaan pipa apung di
PTIP BPPT.
Gambar 5 Pemodelan ontologi pengetahuan pada perekayasaan pipa apung
11
Untuk pengerjaan pemodelan ontologi pipa apung dalam penelitian ini
menggunakan perangkat lunak Protégé yang merupakan aplikasi sumber terbuka.
Protégé adalah perangkat lunak untuk mengkonstruksikan ontologi yang
dikembangkan oleh Stanford University (Knublauch et al. 2004). Ini merupakan
penyunting ontologi yang dikenal handal dan memiliki plug in yang mendukung
OWL. Fitur Protégé antara lain adalah dapat memanggil dan menyimpan ontologi
OWL dan RDF, menyunting dan memvisualisasikan kelas OWL dan propertinya,
menjelaskan karakteristik logical class sebagai ekspresi OWL, mengeksekusi DL
classifier, dan menyunting OWL untuk markup web semantik.
Semantik
Semantik secara umum didefinisikan sebagai disiplin ilmu yang
menganalisis makna kata, arti, perubahan arti suatu kata, lambang-lambang atau
tanda yang menyatakan makna, dan hubungan antara makna dengan makna lain.
Namun, dalam konteks teknologi informasi, tidak banyak ditemukan referensi
yang memberikan definisi semantik secara jelas karena pada umumnya kata
semantik langsung diasosiasikan dengan istilah semantic web.
Kata dasar semantik didefinisikan ulang berdasarkan aspek struktur data,
morfologi, sintaks, dan statistik (Berkan 2009) sebagai berikut:
a Semantik bukan merupakan data yang disusun berdasarkan struktur tertentu,
sehingga informasi yang diorganisasikan bukan merupakan informasi
semantik.
b Semantik berbeda dengan morfologi linguistik. Sebagai ilustrasi, mesin
pencarian yang diberikan daftar substitusi kata dapat mengenali frasa “10
teratas” sebagai “sepuluh teratas” atau membedakan kata “Ikan” dengan “ikan”
berdasarkan perbedaan kapitalisasi hurufnya. Modus pencarian seperti dua
contoh tersebut bukan merupakan fungsi semantik.
c Semantik berbeda dengan sintaks. Untuk menangani semantik dibutuhkan
associative knowledge sedangkan pada sintaks cukup dibutuhkan kemampuan
untuk menguraikan informasi yang ada.
d Semantik tidak dapat dibangun dari data statistik, karena algoritme dan mesin
komputer tidak akan dapat memahami pernyataan tersebut. Contoh sederhana
untuk kasus ini misalnya adalah pernyataan “Beruang kutub tidak akan
12
memakan telur buaya sebelum matahari terbit.” Pernyataan tersebut dapat
difahami oleh otak manusia meskipun kondisi tersebut belum pernah dilihat
sebelumnya, namun tidak dapat dipenuhi oleh algoritme atau mesin komputer.
Untuk mencatatkan pengetahuan semantik ke dalam sistem manajemen
pengetahuan dilakukan melalui proses anotasi. Anotasi semantik diilustrasikan
pada Gambar 6 yang merupakan asosiasi artefak perekayasaan dengan domain
ontologi yang dikembangkan. Dalam konteks perekayasaan pipa apung di PTIP
BPPT, artefak perekayasaan adalah pipa apung itu sendiri. Tesis ini akan
mengusulkan suatu model ontologi pengetahuan yang berasosiasi dengan struktur
pipa apung yang memenuhi standar industri perminyakan.
Gambar 6 Contoh anotasi semantik pada artefak perekayasaan pipa apung
Semantik Mediawiki
Wiki adalah aplikasi berbasis web yang memungkinkan penggunanya untuk
secara bebas membuat dan menyunting konten halaman web dengan
13
menggunaakan browsser. Wiki m
mendukung hyperlink dan memilliki sintakss teks
sederhanaa untuk mem
mbuat halam
man baru daan keterkaitan dengan hhalaman intternal
secara lanngsung. Wik
ki dikembanngkan pertaama kali oleeh Ward Cuunningham yang
menggambbarkan wik
ki sebagai ""the simplesst online da
atabase thaat could posssibly
work". Assal kata wikii sendiri berrasal dari baahasa Hawaaii yang artiinya cepat.
Wikki menggun
nakan penddekatan yaang tidak umum dallam mekan
nisme
komunikaasi kelompo
ok karena m
mengijinkan
n kontribusi organisasi untuk disu
unting
sebagai taambahan teerhadap konnten itu sen
ndiri. Pendeekatan ini dilakukan untuk
u
menggugaah penggun
na dalam p enciptaan halaman
h
baaru, mendorrong demokrasi,
dan memppromosikan komposisi konten oleh
h pengguna non teknis..
Sem
mantic Med
diawiki (SM
MW) merup
pakan peng
gembangan dari Wikiipedia
yang sudaah dikenal luas sebaggai sumber pengetahuaan ensikloppedik terbessar di
dunia dann disunting secara kolaaboratif oleeh jutaan peengguna. P enambahan
n fitur
semantik pada Wikiipedia dim
maksudkan untuk
u
dapaat menangaani pengetaahuan
semantik yang tekn
nologinya ttengah berk
kembang pesat
p
dewassa ini. Berbeda
M
(MW) yanng hanya mendukung
m
g konten teeks yang dapat
dengan Mediawiki
difahami dan dievaluasi oleh komputer, SMW telah menam
mbahkan an
notasi
semantik (Gambar 7)
7 yang mem
mungkinkaan MW unttuk berfunggsi sebagai basis
data kolabboratif (Kröttzsch 2007)).
Gambar 7 Arsitekturr Semantic Mediawiki
M
(Krötzsch 22007).
SMW
W dapat diipasangi ekkstensi-eksteensi yang mempunyai
m
i fungsi kh
husus,
salah satunnya adalah ekstensi Haalo. Ekstenssi ini merup
pakan suatuu tool yang dapat
14
meningkatkan kemudahan penggunaan fitur SMW dan interoperabilitas terhadap
konten yang kaya dengan semantik.
Ekstensi Halo memudahkan penelusuran wiki dan navigasi terhadap artikel
semantik, penambahan data semantik, dan query data semantik, dan akses
informasi yang disimpan di dalam wiki (Erdmann & Hansch 2011). Fitur navigasi
yang menjadi kelebihan Halo adalah tersedianya Ontology Browser yang
dirancang untuk penelusuran pengetahuan berdasarkan instance dan property dari
ontologi yang sudah didefinisikan. Antarmuka Halo menggunakan teknologi Ajax
yang lebih intuitif untuk digunakan bila dibandingkan dengan Javascript, sehingga
diharapkan memudahkan perekayasa dan meningkatkan produktifitas dalam
menggunakan sistem manajemen pengetahuan di PTIP BPPT.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan meliputi evaluasi infrastruktur; analisis,
perancangan, dan pengembangan sistem manajemen pengetahuan; pemasangan
sistem manajemen pengetahuan; dan evaluasi sistem manajemen pengetahuan
seperti diilustrasikan pada Gambar 8.
Gambar 8 Tahap pengembangan Sistem Manajemen Pengetahuan di PTIP BPPT.
16
Evaluasi Infrastruktur
Evaluasi infrastruktur di PTIP BPPT meliputi analisis infrastruktur
teknologi informasi dan penyesuaian manajemen pengetahuan dengan proses
bisnis. Untuk menganalisis infrastruktur teknologi informasi akan digunakan sub
komponen pustaka infrastruktur teknologi informasi atau Information Technology
Infrastructure Library (ITIL). ITIL merupakan kerangka kerja yang digunakan
untuk mengidentifikasikan kesiapan infrastruktur teknologi informasi sebelum
sistem manajemen pengetahuan diimplementasikan (Cartlidge et al. 2007).
Pada penelitian ini dipilih dua variabel uji untuk menganalisis infrastruktur
di PTIP BPPT, yaitu manajemen konfigurasi dan keberlangsungan layanan
teknlologi informasi. Hal ini dilakukan untuk mengukur komitmen manajemen
PTIP BPPT dalam menerapkan sistem manajemen pengetahuan dan mengukur
kesiapan infrastruktur teknologi informasi di PTIP BPPT. Bobot nilai variabel uji
yang dihasilkan akan dibandingkan dengan parameter kesiapan infrastruktur
teknologi informasi menurut standard ITIL. Posisi kedua variabel tersebut pada
skema ITIL dapat diilustrasikan pada Gambar 9.
Gambar 9 Skema pustaka infrastruktur teknologi informasi
17
Tahap kedua dari evaluasi infrastruktur adalah penyesuaian manajemen
pengetahuan dengan proses bisnis. Untuk menyesuaikan keduanya diperlukan
suatu analisis yang dilakukan dengan cara menentukan kendali utama dari inisiatif
manajemen pengetahuan di PTIP BPPT. Dua kandidat model penyesuaian
manajemen pengetahuan dan proses bisnis (Gambar 10) harus ditentukan dengan
cara memilih dua opsi di antara sistem TIK atau eksekusi strategis pada proses
bisnis sebagai kendali utamanya (Malhotra 2005).
DEPLOYMENT
UTILIZATION
INPUTS
PROCESSING
PERFORMANCE
OUTCOMES
Human and Machine Intelegence
Mechanistic Information Processing
Computational
Inputs
Pre-Defined
Meanings &
Action(s)
Sistem TIK
Organizational
Inputs
Business
Environment
Data,
Information,
Models, Rules
Best Practices,
Rules,
Procedures
Attention/Motivation/Commitment/
Creativity/Innovation
Dynamically
Updated
Outcomes
Radical and
Discontinuous Change
TECHNOLOGY-PULL MODEL OF KM
Gambar 10 Kandidat model penyesuaian manajemen pengetahuan PTIP BPPT.
Analisis, Perancangan, dan Pengembangan Sistem Manajemen Pengetahuan
Perancangan infrastruktur manajemen pengetahuan di PTIP BPPT meliputi
dua tahapan sebagai berikut:
18
1 Memilih komponen teknologi informasi yang paling tepat untuk menemukan,
membuat, merangkai, dan menerapkan pengetahuan dengan merujuk pada
kondisi infrastruktur yang sudah berjalan di PTIP BPPT.
2 Mengoptimasikan
pengelompokan
obyek
pengetahuan
yang
dapat
direpresentasikan sebagai kelas, konsep, dan instance.
Setelah perancangan infrastrukur dilakukan dilanjutkan dengan proses audit
aset pengetahuan yang merupakan tahap awal dari pembangunan ontologi
pengetahuan dari perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT. Pada tahap ini mulai
dilakukan pemetaan pengetahuan yang dapat membentuk informasi semantik.
Untuk pengerjaan pemodelan ontologi pipa apung dalam penelitian ini
menggunakan perangkat lunak Protégé yang merupakan aplikasi sumber terbuka.
Protégé adalah perangkat lunak untuk mengkonstruksikan ontologi yang
dikembangkan oleh Stanford University. Ini merupakan penyunting ontologi yang
dikenal handal dan memiliki plug in yang mendukung OWL. Fitur Protégé antara
lain adalah dapat memanggil dan menyimpan ontologi OWL dan RDF,
menyunting dan memvisualisasikan kelas OWL dan propertinya, menjelaskan
karakteristik logical class sebagai ekspresi OWL, mengeksekusi DL classifier,
dan menyunting OWL untuk markup web semantik.
Sebagai aktor dari pengembangan dan pelaksanaan dari sistem manajemen
pengethuan diperlukan adanya perancangan tim manajemen pengetahuan di PTIP
BPPT. Perancangan tim manajemen pengetahuan di PTIP BPPT meliputi tiga
fokus yang mencakup tim, teknologi, dan organisasi.
Berdasarkan informasi hasil evaluasi, audit, dan pembentukan tim
manajemen pengetahuan akan dilanjutkan dengan pembuatan cetak biru
manajemen pengetahuan di PTIP BPPT dapat dipecah menjadi beberapa sub
komponen sebagai berikut:
1 Repository
Penyimpanan pengetahuan dan aturan-aturan yang berasosiasi dengan
akumulasi, pengaturan, pengelolaan, validasi, perawatan, konstektualisasi, dan
distribusi konten. Ruang penampungan harus dapat merekam elemen-elemen
konten pengetahuan yang bersifat deklaratif, prosedural, kausal, dan
konstektual.
19
Ontologi pengetahuan dalam perekayasaan pipa apung disimpan dan
dikelola pada ruang penampungan yang struktur pengetahuannya dapat
diilustasikan dalam diagram kelas utama ontologi berikut (Gambar 11).
Gambar 11 Diagram kelas utama pada ontologi perekayasaan pipa apung.
2 Platform kolaboratif
Platform yang mendukung pekerjaan terdistribusi dan meliputi pointer, basis
data keahlian, pencarian lokasi ahli, dan kanal komunikasi informal.
3 Jaringan
Meliputi jaringan digital (intranet, ekstranet, ruang bagi pakai, dan jaringan
fisik lainnya) dan sosial (komunitas, koalisi, dan asosiasi) yang memungkinkan
terjadinya komunikasi dan pembicaraan. Komponen jaringan tidak menjadi
konsentrasi dari penelitian ini karena jaringan fisik di PTIP BPPT sudah
terselenggara dan terhubung dengan baik.
4 Budaya
Komponen ini terkait dengan upaya manajemen dalam mendorong setiap
perekayasa menggunakan repository, platform kolaboratif, dan jaringan untuk
berbagi pengetahuan. Komponen budaya yang meliputi kepemimpinan dan
struktur penghargaan tidak menjadi konsentrasi dari penelitian ini.
Pemasangan Sistem Manajemen Pengetahuan
Sebagai tahap awal, uji coba pemasangan sistem manajemen pengetahuan
akan dilakukan dengan menggunakan virtualisasi sistem sebelum dipasangkan
pada server fisik yang sesungguhnya. Virtualisasi relatif tidak memakan sumber
daya yang besar, mudah dalam perawatan, dan mereplikasi kondisi lingkungan
aslinya. Virtualisasi yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan VMware yang dipasangkan pada sistem operasi Windows 7
20
Professional dan ditumpangi Debian 5.0 sebagai host untuk sistem manajemen
pengetahuan yang dikembangkan.
Evaluasi Sistem Manajemen Pengetahuan
Evaluasi unjuk kerja dari sistem manajemen pengetahuan dilakukan melalui
survei kepada perekayasa yang terlibat dalam kegiatan perekayasaan pipa apung
di PTIP BPPT. Pertanyaan yang diajukan adalah berupa perbandingan kondisi
sebelum dan setelah sistem manajemen pengetahuan dipasangkan di PTIP BPPT.
Dengan mendapatkan umpan balik dari perekayasa setelah mengujicoba sistem
manajemen pengetahuan maka akan dapat diukur kehandalan ontologi yang telah
dibangun,
tingkat
kemudahan
penggunaan
antar
muka,
dan
sekaligus
mendapatkan usulan perbaikan atau penambahan fitur dari antarmuka sistem
manajemen pengetahuan yang sudah ada.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Infrastruktur Teknologi Informasi
Pada penelitian ini telah digunakan dua variabel uji untuk menganalisis
infrastruktur di PTIP BPPT dengan melakukan pengukuran terhadap dua sub
komponen ITIL yang meliputi manajemen konfigurasi dan keberlangsungan
layanan teknologi informasi.
Pengisian nilai variabel uji dilakukan dengan melakukan wawancara kepada
Direktur PTIP BPPT selaku manajemen yang didampingi oleh staf teknologi
informasi di PTIP BPPT. Pengukuran merujuk pada pertanyaan manajemen
konfigurasi disajikan pada Lampiran 1 dan keberlangsungan teknologi informasi
disajikan pada Lampiran 2.
Ambang bawah ITIL dijadikan referensi pembanding terhadap nilai
pengukuran manajemen konfigurasi dan kesiapan infrastruktur teknologi
informasi di PTIP BPPT. Tabel 2 menampilkan perbandingan dari 9 parameter
nilai manajemen konfigurasi PTIP BPPT dan disajikan melalui grafik pada
Gambar 12. Perbandingan nilai keberlangsungan teknologi informasi di PTIP
BPPT disajikan pada Tabel 3 dan diilustrasikan melalui grafik pada Gambar 13.
Tabel 2 Hasil analisis manajemen konfigurasi
Nilai PTIP BPPT
Ambang bawah ITIL
Kondisi awal
83
83
Komitmen manajemen
83
66
Kemampuan proses
52
80
Integrasi internal
12
62
Produk
16
66
Kendali mutu
33
83
Informasi manajemen
77
77
Integrasi eksternal
0
82
Antarmuka pengguna
40
100
22
Tabel 3 Hasil analisis manajemen keberlangsungan teknologi informasi
Nilai PTIP BPPT
Ambang bawah ITIL
Kondisi awal
75
75
Komitmen manajemen
70
80
Kemampuan proses
33
76
Integrasi internal
14
71
Produk
0
75
Kendali mutu
16
83
Informasi manajemen
72
81
Integrasi eksternal
51
88
Antarmuka pengguna
80
100
120
100
80
60
40
20
0
Nilai PTIP BPPT
Ambang bawah ITIL
Gambar 12 Grafik hasil analisis manajemen konfigurasi.
120
100
80
60
40
20
0
Skor PTIP BPP
Ambang bawah ITIL
Gambar 13 Grafik hasil analisis keberlangsungan teknologi informasi.
23
Berdasarkan sebaran nilai kedua grafik dapat ditemukan suatu fakta bahwa
nilai kondisi awal dan komitmen manajemen memenuhi ambang bawah ITIL.
Fakta ini mengindikasikan bahwa PTIP BPPT sudah siap dalam hal infrastruktur
dan didukung oleh komitmen manajemen PTIP BPPT. Dalam konteks knowledge
capturing, parameter rendahnya integrasi internal dan eksternal pada grafik
mengindikasikan
diperlukannya
suatu
sistem
pengelolaan
pengetahuan.
Peningkatan kedua integrasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan process
capability.
Penyesuaian Manajemen Pengetahuan dengan Proses Bisnis
Fakta berdasarkan analisis infrastruktur teknologi informasi tersebut
menjadi rujukan dalam penelitian ini untuk melakukan penyesuaian manajemen
pengetahuan dan proses bisnis dengan menggunakan model technology-pull. Pada
kondisi ini sistem manajemen pengetahuan akan bersifat adaptif terhadap proses
bisnis yang berkembang untuk mengakomodasi eksekusi strategis sehingga tidak
tertutup kemungkinan terjadinya penambahan atau modifikasi dari modul aplikasi
sistem manajemen pengetahuan.
DEPLOYMENT
UTILIZATION
INPUTS
PROCESSING
PERFORMANCE
OUTCOMES
Human and Machine Intelegence
Mechanistic Information Processing
Computational
Inputs
Data,
Information,
Models, Rules
Pre-Defined
Meanings &
Action(s)
Sistem TIK
Organizational
Inputs
Business
Environment
Best Practices,
Rules,
Procedures
Attention/Motivation/Commitment/
Creativity/Innovation
Dynamically
Updated
Outcomes
Radical and
Discontinuous Change
TECHNOLOGY-PULL MODEL OF KM
Gambar 14 Model penyesuaian manajemen pengetahuan di PTIP BPPT.
Infrastruktur Manajemen Pengetahuan
Infrastruktur manajemen pengetahuan pada kerekayasaan pipa apung di
PTIP BPPT meliputi komponen teknologi informasi, platform kolaboratif dan
optimasi pengelompokan obyek pengetahuan. Komponen teknologi informasi
24
yang mendukung pemasangan sistem manajemen pengetahuan di PTIP BPPT
meliputi ketersediaan jaringan komputer, aplikasi pengolah kata, spreadsheet, dan
aplikasi spesifik lainnya yang terkait dengan pengembangan pipa apung seperti
pemodelan tiga dimensi dan simulasi fluida. Platform kolaboratif yang digunakan
di PTIP BPPT adalah surat elektronik, dan sebuah komputer yang difungsikan
untuk
menampung
softcopy
dari
dokumen
perekayasaan
pipa
apung.
Pengelompokan obyek pengetahuan di PTIP BPPT masih menggunakan
penamaan folder berdasarkan kodifikasi dokumen perekayasaan. Infrastruktur
manajemen pengetahuan di PTIP BPPT dapat diilustrasikan sebagai berikut
(Gambar 15).
Gambar 15 Infrastruktur manajemen pengetahuan di PTIP BPPT.
Audit Aset Pengetahuan
Audit aset pengetahuan dilakukan dengan memeriksa alur dan koleksi
dokumen perekayasaan yang merupakan sumber utama pengetahuan dalam
perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT. Alur dokumen dari kegiatan
perekayasaan pipa apung yang merefleksikan kandungan pengetahuannya
dijelaskan pada Gambar 16.
25
Gambar 16 Aset pengetahuan dari alur dokumen perekayasaan pipa apung.
Berdasarkan audit aset pengetahuan tersebut diperoleh ontologi pengetahuan
dari kegiatan perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT. Ontologi tersebut dapat
direpresentasikan dalam bentuk grafik berupa ontograf dengan bantuan Protégé
yang mengilustrasikan hierarki dan korelasi antar kelas pada perekayasaan pipa
apung seperti diilutrasikan pada Gambar 17. Untuk menghubungkan setiap kelas
yang berkorelasi dibutuhkan properti obyek yang didefinisikan berdasarkan
karakteristik fungsional, inversi fungsional, transitif, simetris, asimetris, refleksif,
dan irefleksif seperti diilustrasikan pada Gambar 18.
26
Gambaar 17 Ontog
graf dari keegiatan perek
kayasaan piipa apung ddi PTIP BPP
PT.
Gambarr 18 Properti obyek onntologi pereekayasaan pipa
p apung ddi PTIP BPP
PT.
Tim Man
najemen Pengetahuan
Tim
m manajemen pengetahu
huan di PTIP
P BPPT dijjelaskan pad
ada Tabel 4 yang
melibatkann knowledg
ge worker pperekayasa dan manajeemen PTIP,, dan know
wledge
administraator staf tek
knologi infoormasi.
27
Tabel 4 Tim manajemen pengetahuan di PTIP BPPT
Fokus
Kelompok
Peran
Karakteristik
Tim
Fungsional
Menyiapkan materi
Memahami proses
(seluruh
fungsional, berpartisipasi
kerja di bagiannya
perekayasa
pada tahap perancangan
masing-masing,
pada
dan implementasi sistem
mempunyai
perekayasaan manajemen pengetahuan.
kemampuan
pipa apung)
interpersonal, dan
Keuangan
Menyiapkan materi
berkomitmen untuk
(manajer
manajemen proyek dan
keberhasilan sistem
program)
keuangan.
manajemen
pengetahuan.
Teknologi
Peneliti
Menyiapkan teknologi
Memahami teknologi
sistem
informasi dan sistem
informasi,
manajemen
manajemen pengetahuan
pengembangan sistem
pengetahuan
manajemen
dan Staf
pengetahuan, dan
teknologi
memberikan pelatihan
informasi di
pada perekayasa
PTIP BPPT.
dalam penggunaan
sistem.
Organisasi Manajemen
Mendukung legitimasi
Memahami
(direktur
inisiatif manajemen
manajemen,
PTIP BPPT
pengetahuan, berkomitmen
mempunyai
dan kepala
dalam memfasilitasi
kepemimpinan yang
bidang
sumberdaya yang
kuat, dan mampu
dibawahnya)
dibutuhkan, dan
meyakinkan manfaat
menularkan visi inisiatif
inisiatif manajemen
manajemen pengetahuan
pengetahuan kepada
kepada seluruh personil di
seluruh personil di
PTIP BPPT.
PTIP BPPT.
28
Implementasi Sistem Manajemen Pengetahuan
Sistem manajemen pengetahuan pada penelitian ini sejak awal tidak
direncanakan untuk dibangun dari awal, namun merupakan pengembangan dan
penyesuaian dari kerangka aplikasi yang sudah ada. Hal ini dilakukan karena
konsentrasi utama dari penelitian ini adalah pada perancangan ontologi yang
hasilnya akan ditumpangkan di atas lapisan aplikasi sistem manajemen
pengetahuan. Kandidat hasil evaluasi infrastruktur dan analisis, perancangan, dan
pengembangan sistem manajemen pengetahuan menjadi parameter dalam
melakukan evaluasi aplikasi wiki yang mempunyai fitur semantik dan ontologi.
Pemodelan pengetahuan yang sudah dikonstruksikan dipasangkan pada perangkat
lunak dengan karakteristik kerangka kerja Commercial of the Shelf (COTS)
Semantic Mediawiki yang dipasangi ekstensi Halo atau disebut dengan SMW+.
SMW+ dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan perubahan proses bisnis di
PTIP BPPT. Ontologi kerekayasaan pipa apung dalam format OWL telah dibuat
untuk mengakomodasi struktur pengetahuan yang akan diimpor dan diuji pada
SMW+. Saat ini SMW+ baru dapat dimuati ontologi berbasis OWL yang
prosesnya diilustrasikan pada Gambar 19.
Gambar 19 Proses impor format RDF/XML ke dalam format OWL.
Pada tahap awal implementasi sistem manajemen pengetahuan dilakukan
proses impor ontologi pipa apung dengan menggunakan perangkat gardening
yang terdapat pada special pages sistem manajemen pengetahuan PTIP BPPT
yang berbasis SMW+ (Gambar 20). 29
G
Gambar
20 Proses Imppor OWL beerhasil dilak
kukan pada SMW+.
Sebaagai parameter bahwaa impor onttologi pipa apung dalaam format OWL
O
dapat diakkses melalu
ui Ontologyy Browser diilustrasik
kan pada G
Gambar 21. Pada
browser teersebut dap
pat dilakukaan eksploraasi dan mod
difikasi kelaas, instancee, dan
properti daari perekayaasaan pipa aapung.
Gambaar 21 Onto
ologi pipa appung dapat diakses melalui Ontoloogy Browseer.
Penggetahuan diimasukkan ooleh perekaayasa pipa apung
a
melallui halaman
n baru
pada koloom penyuntiingan artikeel. Contoh artikel yang
g berhasil ddimasukkan
n oleh
perekayasa sebagai knowledgee worker dari
d
sistem
m manajem
men pengetaahuan
diilustrasikkan pada Gambar
G
22. A
Anotasi dilaakukan dengan mengguunakan sem
mantic
toolbar yaang sudah mampu
m
mem
mberikan prediksi
p
input kelas dan
an properti untuk
u
memudahkkan perekay
yasa dalam melakukan anotasi pen
ngetahuan.
30
h anotasi peengetahuan pada
p
artikell dengan sem
mantic toolbar.
Gambar 22 Contoh
Anootasi pengetahuan padaa dokumen perekayasaan oleh seoorang perek
kayasa
akan mem
mudahkan perekayasa
p
m melakukan
n identifikaasi, akuisisii, dan
lain dalam
31
pembagiann pakai (sharing) penggetahuan peerekayasaan
n pipa apung
ng. Perekayaasa di
PTIP BPP
PT mendapaatkan manfa
faat dari pen
ngetahuan perekayasa
p
lain yang sudah
s
lebih dahuulu mengerj
rjakan pekerrjaan yang serupa di waktu
w
sebeelumnya. Reetensi
dari pengetahuan ak
kan selalu rrelevan karrena perekaayasa di PT
TIP BPPT dapat
melakukann pembaharruan pengettahuan padaa suatu artikel yang sam
ma.
Denngan
meng
ggunakan
ontologi
perekayassaan
pipaa
apung
juga
memungkkinkan perek
kayasa untuuk melakukaan pencariaan pengetahhuan berdasarkan
pemilahann kelas, properti, daan instancee melalui query. Paada Gambaar 23
diilustrasikkan proses pencarian pengetahu
uan untuk mengetahui
m
i kecenderu
ungan
penurunann volume pipa apung paada empat uji
u coba lapangan pipa apung.
Gambar 23
2 Akuisisii pengetahuuan melalui pemilahan kelas dan pproperti onto
ologi.
32
Evaluasi Sistem Manajemen Pengetahuan
Setelah ontologi dalam format OWL berhasil diimpor dan dilakukan
perekaman beberapa pengetahuan baru, maka selanjutnya sistem manajemen
pengetahuan perlu diuji dengan cara memasukkan pengetahuan eksplisit yang
merujuk pada dokumen dan/atau pengetahuan tersirat yang merujuk pada
pengetahuan dari perekayasa sebagai knowledge worker di PTIP BPPT.
Waktu evaluasi dilakukan selama 90 hari setelah SMW+ dipasangkan dan
perekayasa diberikan pelatihan penggunaan sistem. Pada 30 hari pertama, sistem
manajemen pengetahuan masih berjalan dan berfungsi dengan baik. Evaluasi pada
bulan pertama tersebut menunjukkan belum adanya perekaman pengetahuan baru
pasca pelatihan. Namun dari pengamatan melalui ontology browser dapat
diketahui bahwa beberapa perekayasa di PTIP BPPT mencoba untuk
mengeksplorasi sistem yang diindikasikan dengan munculnya beberapa kelas dan
properti baru dalam kolom kategori.
Kondisi ini menguatkan hasil analisis awal dengan menggunakan ITIL yang
menunjukkan bahwa nilai nilai integrasi internal yang rendah berbanding lurus
dengan kemampuan proses. Meskipun komitmen manajemen sangat tinggi untuk
mendorong knowledge initiative melalui penggunaan sistem manajemen
pengetahuan di PTIP BPPT, perekayasa masih belum bisa berpartisipasi aktif
untuk merekam pengetahuan kedalam sistem.
Perekayasa mengalami kesulitan untk melakukan anotasi semantik terhadap
dokumen perekayasaan yang mereka ekstrak secara manual kedalam sistem.
Sangat besar kemungkinan bahwa belum adanya perekaman pengetahuan baru
pada bulan pertama disebabkan belum terbiasanya perekayasa untuk melakukan
anotasi pengetahuan secara manual.
Untuk mendapatkan hasil evaluasi sistem yang optimal, pada 2 bulan
berikutnya dilakukan pendampingan kepada perekayasa pipa apung yang berada
di Jakarta dan memberikan kuesioner pada akhir waktu evaluasi. Responden
perekayasa di Jakarta berjumlah 8 orang yang diharapkan dapat mewakili total
populasi perekayasa pipa apung sebanyak 30 orang. Kuesioner tersebut berupa
pertanyaan yang bertujuan untuk mengukur dampak yang dirasakan perekayasa
33
pasca pemasangan sistem manajemen pengetahuan di PTIP BPPT dan disajikan
pada Lampiran 3.
Berdasarkan jawaban responden terhadap kuesioner pada Tabel 5 dibuat
kesimpulan bahwa sistem manajemen pengetahuan yang dipasangkan di PTIP
BPPT memberikan dampak positif untuk perekayasa karena memudahkan proses
identifikasi, akuisisi, pengembangan, pembagian pakai, distribusi, pemanfaatan,
dan retensi set pengetahuan dalam perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT.
Tabel 5 Hasil evaluasi pasca pemasangan sistem manajemen pengetahuan
Pertanyaan
Jawaban
a
b
c
1
8
0
0
2
5
0
3
3
8
0
0
4
8
0
0
5
8
0
0
6
8
0
0
7
8
0
0
8
8
0
0
Skala yang digunakan pada pertanyaan adalah setuju (a), tidak setuju (b),
dan tidak tahu (c). Sebanyak 7 pertanyaan dari 8 pertanyaan yang diberikan
dijawab setuju (a) oleh responden perekayasa kecuali pertanyaan nomor 2. Pada
pertanyaan nomor 2, ada 3 responden yang memberikan jawaban tidak tahu (c)
yang artinya responden tidak dapat memutuskan apakah sistem manajemen
pengetahuan di PTIP BPPT dapat meningkatkan produktifitas perekayasa.
Munculnya jawaban tidak tahu dari ketiga responden kemungkinan disebabkan
karena waktu dilakukannya survei terlalu pendek dan koleksi pengetahuan belum
terlalu banyak sehingga pada saat dilakukan pencarian pengetahuan yang
dibutuhkan tidak dapat diperoleh. Namun 5 orang dari 8 orang pada pertanyaan
nomor 2 atau 60% dari total populasi menjawab setuju, sehingga dapat dibuat
kesimpulan bahwa jawaban tidak tahu tersebut dianggap tidak signifikan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Anotasi pengetahuan pada dokumen perekayasaan oleh seorang perekayasa
akan memudahkan perekayasa lain dalam melakukan identifikasi, akuisisi, dan
pembagian pakai (sharing) pengetahuan perekayasaan pipa apung. Perekayasa di
PTIP BPPT mendapatkan manfaat dari pengetahuan perekayasa lain yang sudah
lebih dahulu mengerjakan pekerjaan yang serupa di waktu sebelumnya. Retensi
dari pengetahuan akan selalu relevan karena perekayasa di PTIP BPPT dapat
melakukan pembaharuan pengetahuan pada suatu artikel yang sama.
Proses-proses manajemen pengetahuan telah diakomodasi dengan bantuan
mesin Wiki yaitu Semantic Mediawiki dan Ekstensi Halo yang disebut dengan
SMW+ untuk menangani ontologi pengetahuan yang ada di PTIP BPPT. SMW+
telah berhasil memenuhi proses knowledge creation, knowledge capture,
knowledge sharing, dan knowledge transfer. Dengan menggunakan sistem
manajemen pengetahuan yang berbasis ontologi, perekayasa di PTIP BPPT dapat
ikut berperan dan menyumbangkan pengetahuaannya serta dapat menggunakan
kembali pengetahuan yang tersimpan didalam repository.
Kelemahan dari penggunaan mesin ini adalah tingginya ketergantungan
sistem manajemen pengetahuan terhadap partisipasi perekayasa di PTIP BPPT.
Hal ini ditunjukkan pada satu bulan pertama setelah pemasangan sistem
manajemen pengetahuan, koleksi pengetahuan yang diinputkan perekayasa sangat
sedikit. Saat ini mesin belum dapat melakukan ekstraksi pengetahuan secara
otomatis dari dokumen perekayasaan karena masih mengandalkan anotasi
dokumen secara penuh dari perekayasa. Namun berdasarkan hasil evaluasi
melalui survei terhadap perekayasa yang sudah menggunakan sistem manajemen
pengetahuan tersebut, hanya ada dua perekayasa yang menjawab “tidak tahu”
untuk pertanyaan “sistem manajemen pengetahuan meningkatkan kualitas
pelayanan dan produktifitas”, sedangkan untuk seluruh pertanyaan lainnya
dijawab “setuju”. Dapat dibuat kesimpulan bahwa sistem manajemen pengetahuan
dapat mendorong pembelajaran organisasi di PTIP BPPT.
35
Saran
Prototipe sistem manajemen pengetahuan berbasis ontologi di PTIP BPPT
ini telah dapat diimplementasikan pada ketiga WBS yang terlibat, namun masih
memerlukan penyempurnaan ontologi pengetahuan karena baru dapat memuat
satu tema pengetahuan mengenai desain konstruksi pipa apung pada industri
perminyakan. Pada sisi antarmuka sistem juga diperlukan perbaikan agar dapat
secara sempurna mereplikasi alur pelaporan dokumen perekayasaan konvensional
yang selama ini masih menggunakan dokumen kertas.
Pada pemanfaatan awal sistem manajemen pengetahuan di PTIP BPPT
belum digunakan secara intensif oleh perekayasa pipa apung, karena mereka harus
bekerja dua kali untuk melakukan anotasi pengetahuan yang dimasukkan ke
dalam
sistem
manajemen
pengetahuan
selain
harus
membuat
laporan
perekayasaan secara tertulis. Hal ini merupakan tantangan untuk penelitan lebih
lanjut untuk dapat menambahkan predictive annotation yang dapat secara
otomatis menambahkan anotasi pada pengetahuan yang dimasukkan oleh
perekayasa ke dalam sistem manajemen pengetahuan.
Peran serta manajemen dalam mendorong optimalisasi penggunaan sistem
manajemen pengetahuan di PTIP BPPT yang bukan merupakan konsentrasi utama
dari penelitian ini ternyata mempunyai peran penting, karena partisipasi
perekayasa dalam menyumbangkan pengetahuan belum merupakan budaya kerja
di PTIP BPPT.
DAFTAR PUSTAKA
Berkan
RC.
2009.
Everything
to
know
about
semantic
technology.
http://www.readwriteweb.com/archives/everything_to_know_about_semant
ic_technology_at_semtech_09.php. [18 Jul 2010].
Bouthillier F, Shearer K. 2002. Understanding knowledge management and
information management: the need for an empirical perspective.
Information Research 8(1).
[BPPT] Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Pusat Pembinaan
Pendidikan dan Pelatihan. 2009. Petunjuk teknis jabatan fungsional
perekayasa dan angka kreditnya.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2010. Rancangan standar nasional
indonesia pipa karet apung untuk mooring lepas pantai.
Cartlidge A et al. 2007. An introductory overview of ITIL v3. ITSMF.
Erdmann E, Hansch D. 2011. Business applications with SMW+, a semantic
enterprise wiki. Ontoprise.
Grubber TR. 1993. Toward principles for the design of ontologies used for
knowledge sharing. International Journal Human-Computer Studies 43(56).
Knublauch H, Fergerson RW, Noy NF, Musen MA. 2004. Protégé OWL plugin:
an open development environment for semantic web applications.
International Semantic Web Conference 2004. Hiroshima, 7-11 Nov 2004.
Krötzsch M, Völkel M, Vrandecic D. 2006. Semantic Mediawiki. Proceedings of
the 5th International Conference on the Semantic Web. Atheros, Amerika
Serikat, 5-9 Nov 2006. Springer. Hlm 229-243.
Kusumasari TF. 2008. Pembangunan knowledge base menuju knowledge
management dengan menggunakan wiki pada PT Pupuk Kaltim [tesis].
Institut Teknologi Bandung.
Maier
R.
2002.
Knowledge
Management
Systems:
Information
and
Communication Technologies for Knowledge Management. New York.
Springer-Verlag.
37
Malhotra Y. 2005. Integrating knowledge management technologies in
organizational business processes: getting real time enterprises to deliver
real business performance. Journal of Knowledge Management 2005 9(1):728. Emerald Group Publishing Limited.
Nonaka I, Konno N. 1998. The concept of Ba: building a foundation for
knowledge creation. California Management Review 40(3): 40-54.
Nur PLF. 2009. Pengembangan model knowledge management system pada
lembaga riset: studi kasus Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
[skripsi]. Universitas Indonesia.
O’Leary DE. 1998. Enterprise knowledge management. IEEE Computer Society
Press 31(3):54-61.
Park Y, Kim S. 2006. Knowledge management system for fourth generation
R&D: Knowvation. Technovation 26(5-6):595-602.
Purwanta W. 2004. Kajian penerapan prinsip produksi bersih pada proses
manufaktur pipa apung. Jurnal Teknologi Lingkungan 5(3):236-244.
Tiwana A. 2002. The Knowledge Management Toolkit: Orchestrating IT,
Strategy, and Knowledge Platforms. Ed ke-2. Prentice Hall.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Form Manajemen Konfigurasi Configuration Management
The scope of configuration management is assumed to include all
configuration items (CIs) used in the provision of live, operational services, as a
minimum set. Configuration management provides direct control over IT assets
and improves the ability of the service provider to deliver quality IT services in an
economic and effective manner. Configuration management should work closely
with change management. All components of the IT infrastructure should be
registered
in
the
Configuration
Management
Database
(CMDB).
The
responsibilities of configuration management with regard to the CMDB are:
-
Identification
-
Control
-
Status accounting
-
Verification
The scope of configuration management is assumed to include:
-
Physical client server hardware products and versions
-
Operating system software products and versions
-
Application development software products and versions
-
Technical architecture product sets and versions as they are defined and
introduces
-
Live documentation
-
Networking products and versions
-
Definitions of packages of software releases
-
Definitions of hardware base configurations
-
Configuration item standards and definition
39
Lampiran 1 (Lanjutan)
ITIL Service Support Self Assesment: Configuration Management
Level 1: Pre-requisites
1.
Are at least some configuration management activities established
Yes
within the organization, e.g. registering Configuration Items (CIs)
2.
Have you identified some of the CI attributes, e.g. location, current
Yes
status, service component relationship?
3.
Is there existing configuration data held in hard copy, local
Yes
spreadsheets or databases?
4.
Is there a high level configuration management plan?
No
Level 1.5 : Management Intent
5.
Has the purpose and benefits of configuration management been
Yes
disseminated within the organization?
6.
Has the scope of configuration management activity been established
Yes
within the organization?
7.
Is there a suitable budget for configuration management tools and a
Yes
commitment to resource configuration management activities?
8.
Does the organization have procedures covering the registration of
No
CIs?
Level 2: Process Capability
9.
Have responsibilities for various configuration management activities
Yes
been assigned?
10. Have configuration item naming conventions been agreed?
Yes
11. Are there procedures for identifying, controlling, updating, auditing
No
and analyzing configuration item information?
12. Is configuration data routinely used in performing impact
No
assessments?
13. Are CIs recognized in terms of service component relationships?
No
40
Lampiran 1 (Lanjutan)
14. Is configuration data used routinely when building or releasing new
No
CIs?
15
Are there procedures covering housekeeping, license management,
No
archiving and retention periods for Cis
16. For planned releases is the configuration baseline determined in
Yes
advance?
17. Are the configuration management activities reviewed on a regular
No
basis?
18. Are configuration audits performed on a regular basis?
No
Level 2.5 : Internal Integration
19. Have measure been taken to avoid duplication and anomalies with CI
No
records
20. Is configuration data used routinely for capacity planning purposes,
No
e.g. to ascertain the actual growth of CIs within the organization?
21. Is there interface control between configuration management and
No
third parties?
22. Are there links and interfaces between configuration management and
No
other service management systems?
23. Do service support and service delivery personnel regularly retrieve
Yes
configuration data to facilitate their activities?
Level 3: Products
24. Are standard reports concerning CI information produced regularly?
No
25. Is there a configuration management database?
Yes
26. Are there controlled environments available within which CIs are
No
manipulated?
27. Are build and release schedules produced on the basis of the CI
records?
No
41
Lampiran 1 (Lanjutan)
Level 3.5: Quality Control
28. Are the standards and other quality criteria applicable for the
No
registration of CIs made explicit and applied?
29. Are the personnel responsible for configuration management activities No
suitably trained?
30. Does the organization set and review either targets or objectives for
Yes
configuration management?
31. Does the organization use any tools to support the configuration
Yes
management process?
Level 4: Management Information
32. Do you provide management with information concerning
Yes
configuration items affected by major changes?
33. Do you provide management with information concerning information Yes
on the achievement of targets and objectives set for configuration
management?
34. Do you provide management with information concerning database
Yes
and record growth usage?
35. Do you provide management with information concerning exceptional
No
problems regarding specific CIs / types of CIs?
36. Do you provide management with information concerning non
No
conformance to standards?
Level 4.5: External Integration
37. Do you hold regular meetings with interested parties in which
No
configuration management matters are discussed?
38. Do you receive notification from or provide information to change
No
management relating to every CI to be changed or introduced?
39. Is information exchanged with release management in order to keep
the Definitive Software Library (DSL) consistent with the CMDB?
No
42
Lampiran 1 (Lanjutan)
40. Is configuration information made available to the Service Desk
No
regarding new CIs?
41. Does Configuration Management exchange information with Problem
No
Management concerning details of CIs relating to problem, suppliers,
customers and changes?
42.
Does Configuration Management exchange information with Financial
No
Management for IT Services regarding new cost and charging codes and
other attributes?
43.
Is configuration information made available to IT Service Continuity
No
Management regarding CIs and backup details and other security and
contingency matters?
44.
Is configuration information made available to Capacity Management
No
concerning growth estimates based on the CMDB?
Level 5: Costumer Interface
45. Do you check with the customer that the activities performed by
No
Configuration Management adequately support their business needs?
46. Do you check with the customer that they are happy with the services
Yes
provided?
47. Are you actively monitoring trends in customer satisfaction?
Yes
48. Are you feeding customer survey information into the service improvement
No
agenda?
49. Are you monitoring the customers value perception of the services provided
to them?
No
43
Lampiran 2 Form Manajemen Keberlangsungan Teknologi Informasi
IT Service Continuity Management
IT service continuity management (ITSCM) is concerned with the
organization’s ability to continue to provide a pre-determined and agreed level of
IT services to support the minimum business requirements following a business
service interruption.
ITSCM is a vital subset of and provides support to the overall Business
Continuity Management (BCM) process by ensuring that the required IT
service/facilities (including computer systems, networks, applications,
telecommunications, technical support and Service Desk) can be recovered within
required and agreed business time scales.
The ITSCM process is based on the identification of the required minimum
levels of business operation that are required following an incident and the
necessary systems facilities and service requirements. It is driven by these
business needs not by the perceived needs of the IT community and requires
senior management commitment.
The process covers:
Risk/priority Analysis:
Examining the risks and threats to IS service, and the development of an IT risk
reduction or mitigation program to deliver the continuity requirements necessary
to provide the required level of business operation. The identification of business
operational priorities influences the determination of critical services data and
their relative priorities in the event of a contingency situation (e.g. disaster)
Planning for Contigency:
This covers the development, proving, sign-off and ongoing maintenance of plans
to be invoked in the event of a range of contingency scenarios. The main product
is a detailed set of contingency plans.
Risk Management:
This covers the active management of identified risks beyond the normal recovery
procedures embodied in the contingency plans with particular emphasis on
prevention or reduction of risk.
44
Lampiran 2 (Lanjutan)
Level 1: Pre-requisites
1.
Are at least some IT service continuity activities established within the Yes
organization e.g. business impact assessment, development of recovery
plans?
2.
Have the minimum operational requirements been determined by the Yes
business?
3.
Has the organization developed a business continuity strategy?
No
Level 1.5: Management Intent
4.
Has the purpose and benefits of IT service continuity planning been Yes
disseminated within the organization?
5.
Is there senior management commitment for the implementation of IT Yes
service continuity measures?
6.
Has the scope of IT service continuity activity been determined-i.e. Yes
identifying, prioritizing and documenting all business critical
processes?
7.
Has a business impact analysis been carried out?
No
8.
Is there regular testing of the IT Service Continuity Management No
procedures?
9.
Are the necessary resources being made available for the complete No
business continuity life-cycle stages through a strategic directive?
Level 2: Process Capability
10. Have responsibilities for IT service continuity activities been Yes
assigned?
11. Have the minimum business critical requirements been determined No
through business impact analysis?
12. Has a risk assessment been conducted?
No
13. Is there an overall co-ordination plan for implementation, including, No
damage assessment, salvage identification of vital records etc?
45
Lampiran 2 (Lanjutan) 14. Have the ITSCM components for business continuity been identified?
No
15. Is there a check-list covering the specific actions required during all No
stages of recovery of the system?
16. Is there a formal procedure for testing and reviewing contingency No
plans?
17. Is there an IT risk reduction or mitigation program to implement No
mechanisms in order to deliver the continuity requirements?
18. Is there a formal procedure for invoking recovery?
Yes
19. Is guidance on the invocation process readily available including No
details of associated action and decision points?
20. Has a crisis management team been established?
No
Level 2.5: Internal Integration
21. Is ITSC management responsible for the completeness of the IT No
contingency plans?
22. Do business continuity planners in form ITSC management of the No
required service criticality / priority?
23. Are ITSCM plans regularly reviewed, and the procedures and No
processes tested and updated where necessary?
24. Is there an established planning structure clearly identifying No
responsibility for overall coordination of the recovery?
25. Are the technical activities necessary in order to invoke the Yes
contingency measures fully documented, so that IT personnel can
undertake recovery actions?
Level 3: Products
26. Are reports concerning risk assessments and risk mitigation measure No
produced regularly?
27. Does ITSC management produce report on alternative IT options that No
would provide acceptable service levels for cost consideration?
46
Lampiran 2 (Lanjutan) 28. Are formal Requests for change issued in order to amend ITSCM No
arrangements?
Level 3.5: Quality Control
29. Are the standards and other quality criteria for ITSCM made explicit No
and applied?
30. Are the personnel responsible for ITSCM activities suitably trained?
No
31. Does the organization set and review either targets or objectives for Yes
ITSCM?
32. Does the organization use any tools or proprietary methods for No
conducting risk assessments and/or keeping the IT contingency plans
up-to-date?
Level 4: Management Information
33. Does ITSC management provide information concerning areas and Yes
nature of vulnerability to the continuation of business operations?
34. Does ITSC management provide information concerning IT No
contingency planning options?
35. Does ITSC management provide information concerning the IT Yes
contingency plans?
36. Does ITSC management provide information concerning changes to No
the IT contingency plans?
37. Does ITSC management provide information concerning verification No
tests of recovery plans?
38. Does ITSC management provide information concerning risk Yes
mitigation
( source and nature of risk, proportion avoided/reduced )
39. Does ITSC management provide information concerning effectiveness Yes
of business continuity strategy?
47
Lampiran 2 (Lanjutan)
Level 4.5: External Integration
40. Are regular meetings held with business continuity planners (BCM)?
Yes
41. Does ITSC management exchange information with availability
Yes
management for risk mitigation?
42. Does ITSC management exchange information with availability
No
management for testing availability management components of the
plan, including operating level agreements / support contacts?
43. Does ITSC management exchange information with Change
No
Management for consideration of changes which may affect the
currency and accuracy of IT Continuity Plans?
44. Does ITSC management exchange information with Change
Yes
Management for assessment of proposed changes and actions
necessary to avoid/reduce risks?
45. Does ITSC management exchange information with Capacity
Yes
Management for consideration of capacity / storage risks and
implications?
46. Does ITSC management exchange information with Capacity
No
Management for specific capacity / storage requirements for recovery
plan tests?
47. Does ITSC exchange information with Service Level Management for
No
crossreferences between SLAs and IT contingency plans, and specific
service levels during contingency or recovery situations?
48. Does ITSC management exchange information with Configuration
No
Management for contingency requirements and final configuration
details, ensuring currency of configuration details used?
49. Does ITSC management exchange information with Configuration
Yes
Management for full relationship between components and services?
50. Does ITSC management exchange information with Problem
Management and Incident Management for reviewing major
incidents?
No
48
Lampiran 2 (Lanjutan) 51. Does ITSC management exchange information with Problem
No
Management and Incident Management for discussion of problem
where cause / resolution is possibly within the domain of ITSC
management?
Level 5 : Customer Interface
52. Do you check with the customer if the activities performed by ITSC
No
management adequately support their business needs
53. Do you check with the customer that they are happy with the services
Yes
provided?
54. Are you actively monitoring trends in customer satisfaction?
Yes
55. Are you feeding customer survey information into the service
Yes
improvement agenda?
56. Are you monitoring the customer value perception of the service
provided to them?
Yes
49
Lampiran 3 Form Kuesioner Evaluasi Sistem
Pernyataan-pernyataan berikut merefleksikan dampak pasca pemasangan
SMP PTIP BPPT. Responden memilih jawaban yang sesuai dengan pendapat
mereka dengan cara membubuhkan tanda silang (X).
1. SMP membantu penentuan keputusan secara lebih cepat dan lebih baik
a. Setuju
b. Tidak Setuju
c. Tidak Tahu
2. SMP meningkatkan kualitas pelayanan dan produktifitas
a. Setuju
b. Tidak Setuju
c. Tidak Tahu
3. SMP berhasil mengimplementasikan pembagian pakai metode yang paling
efisien dan efektif (best practices)
a. Setuju
b. Tidak Setuju
c. Tidak Tahu
4. SMP membantu peningkatan inovasi perekayasa
a. Setuju
b. Tidak Setuju
c. Tidak Tahu
5. SMP meningkatkan kolaborasi di PTIP BPPT
a. Setuju
b. Tidak Setuju
c. Tidak Tahu
6. SMP dapat mengurangi kesenjangan komunikasi di PTIP BPPT
a. Setuju
b. Tidak Setuju
c. Tidak Tahu
7. SMP membantu proses transformasi pembelajaran individu secara konstan dan
berkelanjutan
a. Setuju
b. Tidak Setuju
c. Tidak Tahu
50
Lampiran 3 (Lanjutan)
8. SMP meningkatkan pendelegasian otoritas dan akuntabilitas pada perekayasa
a. Setuju
b. Tidak Setuju
c. Tidak Tahu
Download