maturasi sel limfosit bab 5

advertisement
BAB
MATURASI SEL LIMFOSIT
5
5.1. PENDAHULUAN
Sintesis antibodi atau imunoglobulin (Igs), dilakukan oleh sel B.
Respon imun humoral terhadap antigen asing, digambarkan dengan tipe
imunoglobulin yang diproduksi oleh sel B, yang distimulasi oleh antigen tsb.
Pada tahap yang berbeda, maturasi sel B, memerlukan fungsi kognitif dan
efektor dalam respon imun humoral.
Membran sel B yang mengekspresikan imunoglobulin adalah sel kognitif, karena
dapat mengenal dan merespon antigen. Setelah stimulasi antigenik, sel-sel tsb.
Dideferensiasi menjadi sel efektor yang mensekresi imunoglobulin.
5.2. GAMBARAN UMUM PRODUKSI ANTIBODI
Analisis respon antibodi spesifik terhadap antigen asing, dimulai pada
awal abad 19 dan difokuskan pada tipe antibodi yang diproduksi oleh manusia
atau hewan uji, yang terpapar bakteri atau toksin mikrobia.
Total populasi spesifisitas sel B yang individual dapat memproduksi antibodi,
disebut penyajian sel B, adalah gambaran semua klon sel B yang mampu
mensintesis dan mensekresi imunoglobulin dalam merespon stimulasi antigenik.
Selama hidupnya, setiap sel B dan progeni klonalnya, melalui tahap maturasi dan
diferensiasi dengan baik, dimana setiap sel B mempunyai pola khusus produksi
imunoglobulin
Keanekaragaman Penyajian Sel B
Penyajian primer sel B terdiri dari semua yang secara individual dapat
memproduksi dalam merespon imunisasi pertama dengan antigen yang berbeda.
Hal ini ditentukan oleh lebih dari 109 yang ada sebelum imunisasi dan
mengekspresikan
molekul
imunoglobulin
membran
yang
dibedakan
spesifisitasnya untuk setiap antigen.
Karena limfosit
sebelum imunisasi,
spesifik untuk antigen yang berbeda dikembangkan
maka diikuti bahwa informasi yang diperlukan untuk
menurunkan sejumlah besar penyajian antibodi yang berbeda, terdapat dalam
DNA setiap individual.
Meskipun demikian, apabila setiap rantai ringan dan berat imunoglobulin
diproduksi oleh individual gena, maka lebih dari separo genom diperlukan untuk
mengkode protein fungsional, yang diperlukan untuk menurunkan
spesifisitas
antibodi.
Hal ini jelas bukan keadaan yang sebenarnya, karena setiap rantai
polipeptida berat dan ringan tidak dikode oleh rangkaian DNA diskret dalam
germlinenya.
Malah sebaliknya sel B dikembangkan dengan ditandai mekanisme
genetik yang efektif untuk menurunkan penyajian pembeda yang tinggi dari pool
gena imunoglobulin yang lebih dibatasi.
5.3. MATURASI SEL B
Semua sel B timbul dalam sumsum tulang belakang dari sel induk yang
tidak memproduksi immunoglobulin, yang disebut sel pro-B.
Sel pre-B : Sel paling awal yang mensintesis gena imunoglobulin dengan rantai
berat μ yang susunannya terdiri dari daerah V (variable) dan C (constan).
Sel pre-B hanya terdapat dalam jaringan hematopoitik, misal sumsum tulang dan
hati janin dan tidak mengekspresikan IgM membran serta tidak merespon
antigen.
Sel B imatur : Sel pre-B dilengkapi dengan rantai ringan Κ dan λ, lalu IgM hasil
gabungan diekspresikan pada permukaan sel, sebagai reseptor antigen spesifik.
Sel pre-B yang sudah dilengkapi ini tidak berproliferasi dan berdiferensiasi dalam
merespon antigen, dan disebut sel B imatur.
Sel B imatur yang sudah mempunyai spesifisitas, bermigrasi keluar sumsum
tulang, menuju sirkulasi periferal dan jaringan limfoid.
Sel B matur ini dapat berinteraksi dengan antigen self dalam sumsum tulang,
yang juga menyebabkan inaktivasi. Interaksi antigen self dengan sel B imatur,
penting dalam pengembangan toleran self untuk penurunan sel B : sel dengan
reaktivitas yang potensial terhadap antigen self terlindung dari responding. Hal ini
terdapat dalam dua cara. Apabila sel B imatur diekspos terhadap molekul self
yang diekspresikan pada permukaan sel sumsum tulang, akan mati oleh
apoptosis (deletion). Sebaliknya, apabila sel B imatur diekspos terhadap antigen
larut dalam sumsum tulang, sel menjadi inaktif, tetapi tidak mati; dan ini disebut
anergize.
Sel B matur : Membantu mengekspresikan rantai berat μ dan δ dalam
penggabungannya dengan rantai ringan Κ dan λ yang orisinil, sehingga
memproduksi IgM dan IgD membran.
Karena mempunyai daerah V yang sama, maka mempunyai spesifisitas antigen
yang sama dan dapat merespon antigen yang sama.
Beberapa sel B merespon antigen tanpa mengekspresikan IgD.
Jika tidak bertemu antigen, sel B matur akan mati (half life 3-4 hari).
Sel B matur yang bertemu antigen, akan distimulasi oleh antigen (dan signal
lainnya), 3an
disebut
sel
B
teraktivasi,
kemudian
berproliferasi
dan
berdiferensiasi, nemproduksi imunoglobulin yang meningkat secara proporsional
dalam bentuk sekret, dan berturut-turut menurun dalam bentuk terikat
membrane.
Beberapa progeni sel B teraktivasi mengalami switching rantai berat selain μ
dan δ, misalnya γ, α atau ε.
Limfosit B teraktivasi yang tidak mensekresi antibodi, tetap sebagai sel memori
yang mengekspresikan imunoglobulin membran.
Sel memori tetap hidup selama beberapa minggu sampai bulan tanpa stimulasi
antigenik dan aktif resirkulasi diantara darah, getah bening dan organ limfoid
Stimulasi sel B memori oleh antigen, menyebabkan respon imun sekunder.
Afinitas sel B memori lebih tinggi daripada prekursor klonal yang tidak distimulasi.
Diferensiasi sel B matur yang distimulasi oleh antigen, beberapa diantaranya
secara morfologis sebagai sel plasma.
Dalam darah atau jaringan individu normal, sel B mengekspresikan IgM+ atau
IgM+ lgD+
Afinitas Maturasi
Meski setiap klon sel B mengekspresikan daerah V yang sama, juga
spesifisitas yang sama, mungkin ada perbedaan keeil, khususnya afinitas.
Pada sel B spesifik yang mengalami stimulasi, lebih besar afinitasnya dan
jumlahnya lebih banyak pada respon sekunder daripada primer. Ini yang disebut
afinitas maturasi dan merupakan sifat respon imun humoral terhadap antigen
protein.
Eksklusi Alelik
Dua ciri lain produksi imunoglobulin oleh sel B tidak penting
•
Pertama : eksklusi alelik
Setiap klon sel B dan progeninya adalah spesifik hanya untuk satu
determinan
antigenik saja. Maka dari itu penting, setiap sel B
mengekspresikan hanya satu set rantai ringan dan rantai berat gena V
selama hidupnya, meskipun heterozigot mewariskan dua set gena
imunoglobulin, masing-masing satu dari orangtuanya.
•
Kedua : eksklusi isotipe rantai ringan
Setiap klon sel B memproduksi rantai ringan Κ atau λ (tetapi tidak
keduanya).
Meskipun
rantai
berat
kelas
berganti
pada
aktivitas
selanjutnya, tetapi penggantian rantai ringan tidak dijumpai selama hidup
setiap klon.
Pola ekspresi imunoglobulin, merupakan marker yang berguna untuk setiap
tahap maturasi sel B. Ada dua alasan:
•
Pertama : pada setiap tahap maturasi ada korelasi yang tinggi antara
fungsi sel B dengan tipe imunoglobulin yang diproduksi.
•
Kedua : imunoglobulin adalah khas untuk sel B dan merupakan protein
utama yang terlibat dalam fungsi kognitif dan efektornya.
5.4. MATURASI SEL T DALAM TIMUS
Jumlah total spesifisitas sel T untuk antigen yang berbeda dalam suatu
individu disebut penyajian sel T. Penyajian sel Th dan sel T sitolitik matur
mempunyai dua sifat utama.
Pertama : Antigen dikenal oleh sel T, jika bergabung dengan MHC self.
Kedua : Persembahan sel T matur adalah toleran self, keadaan dimana sel
dalam individu tidak mengenal molekul MHC self atau antigen yang bergabung
dengan MHC self.
Kegagalan mengelola toleran berakibat terjadinya respon imun terhadap
antigen jaringan sendiri dan penyakit auto-imun.
Maka dari itu pemahaman bagaimana perkembangan penyajian / persembahan
sel T matur adalah penting untuk memahami spesifisitas sel T dan dapat
membantu kita untuk menguraikan penyakit auto-imun.
Timus adalah tempat utama seleksi dan maturasi sel Th maupun sel Tc. Yang
pertama diduga penyebab defisiensi imunologik dihubungkan dengan tidak
adanya timus. Tikus dewasa yang timusnya diambil segera setelah kelahirannya,
mempunyai sangat sedikit sel T dalam jaringan limfoid periferalnya dan tidak
mampu menyusun respon imun terhadap berbagai macam protein antigen asing.
Pada keadaan cacat bawaan tanpa timus, seperti pada sindrom George
manusia atau dalam strain mouse "nude", yang dikarakterisasi oleh jumlah sel T
matur yang sedikit dalam sirkulasi dan jaringan limfoid perifernya dan menderita
defisiensi fungsional dalam imunitas yang tergantung sel T (imunitas seluler).
Adanya kenyataan bahwa beberapa sel T fungsional dengan fenotipe
matur terdapat dalam individual atimik, diduga bahwa ada tempat maturasi sel T
ekstratimik, tetapi lokasi tersebut belum diketahui dan kontribusinya untuk
perkembangan imunitas sel T agaknya minim.
Lagi pula, meskipun timus jelas merupakan tempat utama maturasi sel T,
organ tersebut akan mengkerut bersamaan dengan umur dan sesungguhnya
tidak dapat dideteksi pada manusia setelah dewasa.
Meskipun demikian, paling tidak beberapa sel T matur melanjutkan
selama kehidupan pada masa dewasa. Hal ini, diperkirakan bahwa sisa dari
timus yang mengkerut masih mencukupi untuk pematurasian sel T atau ada
jaringan lain yang membantu peran timus tersebut.
Karena sel T memori mempunyai kehidupan yang panjang (lebih 20 tahun
pada manusia), maka kebutuhan untuk menurunkan sel T yang baru, menurun
seiring dengan umur.
Maturasi sel T terdiri dari 3 proses yang saling berdekatan
1. Migrasi dan proliferasi.
Populasi sel pre-T diproduksi dalam sumsum tulang, migrasi melewati
timus, dimana beberapa sel distimulasi untuk berkembang dan beberapa mati.
Progeni yang hidup, akhirnya kembali ke darah dan jaringan periferal sebagai sel
T fungsional.
Sel T imatur yang baru saja timbul dari prekursornya dalam sumsum
tulang, berfungsi sesuai dengan keturunan sel T tetapi tidak mengekspresikan
TCR atau molekul asesori dan tidak mempunyai kapasitas untuk mengenal
antigen atau tidak membentuk fungsi efektor. Prekursor ini meninggalkan
sumsum tulang dan masuk ke timus. Mereka imigrasi dari kortek timik ke medula
dan akhirnya dilepas sebagai sel T matur masuk ke dalam jaringan perifer.
Selama migrasi intratimik ini, beberapa sel berproliferasi dengan cepat
setelah memasuki kortek timik dan beberapa sel mati di dalam kortek. Sel mati
tersebut menjamin bahwa hanya sel T matur yang terikat MHC dan yang selftoleran yang keluar dari timus.
2. Diferensiasi.
Fenotipe sel T dewasa berkembang dalam timus. Kompleks TCR dengan
CD3 diekspresikan pada awal masa maturasi sel T intratimik, setelah
pembentukan gena TCR fungsional oleh penyusunan ulang somatik dari segmen
gena yang berbeda.
Setelah kompleks TCR : CDS, permukaan sel T mengekspresikan
bermacam-macam molekul asesori yang terjadi selama maturasi timik, beberapa
darinya, termasuk CD4 dan CD8, menjalankan peran yang penting dalam
pengenalan antigen dan aktivasi sel T. Fungsional maturasi, adalah kemampuan
untuk membentuk fiingsi helper atau sitolitik, diperoleh secara stimulan dengan,
dan sebagian besar tergantung pada, pengekspresian molekul permukaan sel T
ini.
3. Seleksi.
Sel matur menyajikan antigen asing spesifik, sel yang dibatasi oleh MHCself diseleksi dalam timus. Secara individual mengandung gena TCR dalam
genomnya. Gena TCR ini dapat mengkode reseptor yang dapat mengenal
beberapa antigen yang berbeda yang bergabung dengan beberapa molekul
MHC. Maka dari itu, setiap individu, ketika sel T timbul dari prekursor sumsum
tulang, mereka mempunyai kekuatan untuk mengekspresikan reseptor yang
dapat mengenal antigen apapun (asing atau self) yang bergabung dengan
molekul MHC (asing atau self). Setelah reseptor yang berbeda diekspresikan
pada permukaan klon yang berbeda dari sel T yang sudah berkembang,
penyajian dimodifikasi oleh 2 proses seleksi (lihat Gambar 3), yaitu :
1) seleksi positif: proses dimana penyajian sel T menjadi dibatasi MHC self
yang juga disebut edukasi timik.
2) seleksi negatif: proses eliminasi atau inaktivasi klon autoreaktif yang
potensial, untuk memastikan, bahwa sel T matur adalah toleran self.
Kedua proses seleksi terdapat pada level perkembangan seluruh populasi
sel T, dan karena selektifitas tumbuh atau mati dari individual sel.
Gambar 1 : Seleksi Positif dan Negatif Sel T dalam Timus
4. KESIMPULAN
1. Diferensiasi sel B terjadi di dalam sumsum tulang sepanjang
kehidupannya. Set yang pertama dilepas dalam jalur pematurasian
adalah sel pro-B, kemudian berturut-turut sel pre-B, sel B imatur, sel
B matur, dan sel B teraktivasi.
2. Sel B imatur interaksi dengan antigen, yang menyebabkan inaktif.
Proses ini penting untuk mengelola toleran self (seleksi negatif)
3. Sel B matur terbentuk terutama di luar sumsum tulang dan sebagai
hasil paparan terhadap antigen.
4. Aktivasi sel B menghasilkan proliferasi dan diferensiasi ke dalam sel
plasma, dan ini merupakan terminal diferensiasi sel B. Sel plasma
mensintesis dan mensekresi antibodi. Dalam respon primer, yang
disintesis terutama IgM.
5. TCR diekspresikan pada sel T selama proses diferensiasi dalam
timus.
6. Sel T matur meninggalkan timus dan menyusun populasi sel T
periferal, yang mampu merespon antigen asing.
5. TUGAS
Buatlah ringkasan topik diatas dalam bahasa Inggris.
Download