BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pengertian peningkatan hasil belajar pada hasil belajar IPA dengan mengunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe GI (Group Investigation) adalah peningkatan yang dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa kembali pada hasil belajar yang belum bisa memenuhi KKM yang ditentukan oleh guru di kelas. 2.1.1 Pengertian Pembelajaran IPA IPA merupakan salah satu pelajaran wajib di Sekolah Dasar. Dengan belajar IPA siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pemahaman lagsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk “mencari tahu dan berbuat”sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan kata – kata dalam Bahasa Inggris yaitu natural science artinya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Berhubungna dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, science itu pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa – peristiwa yang terjadi di alam ini (Samatowa, 2010:3). IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Sri Sulistyorini, 2007: 39). Menurut Wahyana dalam Trianto (2010:136) bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala – gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi 7 8 oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah dan sikap ilmiah. Menurut Trianto (2010:141) dalam bukunya Model Pembelajaran Terpadu dijelaskan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala – gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip dan teori yang berlaku secara universal. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA pada dasarnya adalah ilmu yang mempelajarai segala sesuatu yang ada dialam yang dibangun atas dasar sikap ilmiah yang dipandang dari segi proses, produk dan pengembangan sikap. 2.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA di SD Suatu tujuan pendidikan ditetapkan untuk menentukan arah dan kegiatan pendidikan yang dilaksanakan. Menurut Johnson, D & Johnson, R. (2003), tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar adalah membangun rasa ingin tahu siswa, ketertarikan siswa tentang alam dan dirinya dan menyediakan kesempatan untuk mempraktekan metode ilmiah serta mengkomunikasikannya. Tujuan pendidikan IPA di Indonesia dinyatakan dalam tujuan kurikuler mata pelajaran IPA Sekolah Dasar yang dinyatakan dalam Peraturan Menteri (PERMEN) No 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi sebagai cakupan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi “kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan perilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. Berdasarkan PERMEN No. 22 Tahun 2006, mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 9 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS. Maksud dari tujuan tersebut adalah agar siswa dapat memiliki pengetahuan untuk mempelajari gejala alam, beberapa jenis perangkat lingkungan yang dapat ditemukan melalui pengamatan, hal itu dilakukan agar siswa tidak buta akan pengetahuan dasar mengenai IPA. 2.1.3 Pembelajaran IPA di SD Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan mencari jawaban memahami jawaban, dan menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan 10 sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”, hal ini akan membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut dinamakan dengan keterampilan proses penyelidikan atau “enquiry skills” yang meliputi mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen untuk menjawab pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis data, menerapkan ide pada situasi baru, menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya. Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain. Pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya, memberikan pengalaman pada peserta didik untuk belajar menguji suatu pernyataan yang didapat dari pengamatan terhadap kejadian sehari-hari, sehingga dari hasil pengujian tersebut mereka dapat memperoleh jawaban sementara dari pengamatan yang dilakukan. Adanya jawaban sementara yang dibuat dapat membantu peserta didik untuk berpikir logis terhadap suatu bentuk peristiwa alam yang terjadi karena pembelajaran IPA itu dapat membantu menjawab berbagai masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam yang terjadi (Trianto, 2010:151-153). IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berfikir ilmiah. Fokus program pengajaran IPA di SD hendaknya ditunjukkan untuk memupuk minat dan pengembangan anak didik terhadap dunia mereka dimana mereka hidup (Samatowa, 2010:2). Jadi pembelajaran IPA di SD hendaknya membuka kesempatan kepada anak didik 11 untuk memperoleh pemahaman secara mendalam dan pengalaman secara langsung untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar secara ilmiah. 2.2 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang berbeda, dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran (Isjoni, 2009:14-15). Slavin (2009: 4) mengemukakan pendapatnya bahwa pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Hal ini bertujuan agar proses pembelajaran tidak didominasi oleh satu orang, melainkan setiap anggota kelompok memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang sama dalam menyelesaikan masalah kelompoknya. Sehingga proses pembelajaran yang terjadi dapat berperan dalam mengaktifkan semua siswa dan lebih berpusat kepada siswa. Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Eggen dan Kauchak dalam Trianto, 2007:42). Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan kepada temannya. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan. Tujuan pembelajaran kooperatif sebagai berikut: 1) untuk meningkatkan partisipasi siswa, 2) untuk memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, 3) memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya (Trianto, 2007:42). 12 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif oleh (Trianto, 2009:66-67) adalah sebagaimana terlihat pada tabel berikut. Tabel 2 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Sintaks Perilaku Pembelajaran Kooperatif Fase 1 Fase 2 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut. Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Mengorganisasikan Fase 3 siswa ke dalam kelompok- kelompok belajar menjelaskan bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Membimbing kelompok bekerja dan belajar pada saat Fase 4 mereka mengerjakan tugas mereka. Mengevaluasi hasil belajar tentang Fase 5 materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6 Memberikan penghargaan baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Berdasarkan enam fase sintaks pembelajaran kooperatif di atas, maka pembelajaran dalam kooperatif dimulai dengan guru menginformasikan tujuan-tujuan dari pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti dengan penyajian informasi, sering dalam bentuk teks bukan verbal. Kemudian dilanjutkan langkah-langkah di mana siswa di bawah bimbingan guru bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang saling bergantung. Fase terakhir dari pembelajaran kooperatif meliputi penyajian 13 produk akhir kelompok atau mengetes apa yang telah dipelajari oleh siswa dan pengenalan kelompok dan usaha-usaha individu. 2.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe GI (Group Investigation) 2.3.1 Pengertian Kooperatif Tipe GI (Group Investigation) Group Investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model group investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran. Dalam model pembelajaran group investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: Penelitian atau enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group, (Udin S. Winaputra, 2001:75). Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui proses saling beragumentasi. Pembelajaran kooperatif tipe GI group investigation berawal dari perspektif filosofis terhadap konsep belajar. Untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan atau teman. Sebuah gagasan john dewey tentang pendidikan, bahwa kelas merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan di dunia nyata yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan antar pribadi. Menurut 14 depdiknas (2005:18) pada pembelajaran ini guru mengarahkan, membantu para siswa menemukan informasi, dan berperan sebagai salah satu sumber belajar, yang mampu menciptakan lingkungan sosial yang dicirikan oleh lingkungan demokrasi dan proses ilmiah. Kelompok penyelidikan adalah medium organisasi untuk mendorong dan membimbing keterlibatan siswa dalam belajar. Siswa aktif berbagi dalam mempengaruhi sifat kejadian di dalam kelas mereka. Dengan berkomunikasi secara bebas dan bekerja sama dalam perencanaan dan melaksanakan dipilih topik mereka penyelidikan, mereka dapat mencapai lebih dari mereka sebagai individu. Hasil akhir dari kelompok kerja mencerminkan kontribusi masing-masing anggota, tetapi intelektual lebih kaya dari kerja yang dilakukan sendiri oleh siswa yang sama. 2.3.2 Karakteristik Group Investigation Pembelajaran kooperatif tipe GI Group Investigation memiliki beberapa karakteristik, yaitu : 1. Tujuan kognitif untuk menginformasikan akademik tinggi dan keterampilan inkuiri. 2. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4 atau 5 siswa yang heterogen dan dapat dibentuk berdasarkan pertimbangan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topic tertentu. 3. Siswa terlibat langsung sejak perencanaan pembelajaran (menentukan topik dan cara investigasi) hingga akhir pembelajaran (penyajian laporan). 4. Diutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa. 5. Adanya sifat demokrasi dalam kooperatif (keputusan-keputusan yang dikembangkan atau diperkuat oleh pengalaman kelompok dalam konteks masalah yang diselidiki). 6. Guru dan murid memiliki status yang sama dalam mengatasi masalah dengan peranan yang berbeda. 15 2.3.3 Tahap-Tahap Model Pembelajaran Kooperatif tipe GI (Group Investigation). Menurut Slavin (1995: 113-114) dalam implementasi teknik group investigation dapat dilakukan melalui 6 (enam) tahap. Tahapan tersebut adalah: 1) identifying the topic and organizing pupils into groups, 2) planning the learning task, 3) carring out the investigation, 4) preparing a final report, 5) presenting the final report, and 6) evaluation. Dengan melihat tahapan tersebut, maka pembelajaran dengan teknik group investigation berawal dari mengidentifikasi topik dan mengatur murid kedalam kelompok, merencanakan tugas yang akan dipelajari, melaksanakan investigasi, menyiapkan laporan akhir, mempersentasikan laporan akhir dan berakhir pada evaluasi. Berdasarkan uraian pendapat Slavin, di atas dapat dijelaskan bahwa dalam group investigation, para siswa bekerja melalaui enam tahapan. Tahapan-tahapan ini dan komponen-komponennya dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasikan topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok. 2. Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik dan mengkategorikan saran-saran. 3. Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang mereka pilih. 4. Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat homogen. 5. Guru membantu dalam mengumpulkan informasi dan memfasilitasi siswa. Merencanakan tugas yang akan dipelajari. 6. Para siswa merencanakan bersama mengenai apa yang akan dipelajari, bagaiman memepelajarinya dan pembagian tugas. a. Melaksanakan investigasi. 16 b. Para siswa mengumpulkan informasi, mengenai data dan membuat kesimpulan. c. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya. d. Para siswa saling bertukar, bediskusi, mengklasifikasi, dan mensintesis semua gagasan. 7. Menyiapkan laporan akhir. a. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari tugas mereka. b. Anggota kelompok merencanakan apa yang mereka laporkan, dan bagaiman mereka membuat pesentasinya. c. Wakil-wakil kelompok membentuk panitia untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi. 8. Mempresentasikan laporan akhir. a. Presentasi yang dibuat untuk semua kelas dan berbagai macam bentuk. b. Presentasi harus dapat melibatkan peseta secara aktif. c. Para peserta mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan keriteria yang telah ditentukan sebelumnya. 9. Evaluasi a. Para siswa saling meberikan umpan balik mengenai topik tersebut. b. Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa. c. Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi. d. Pendekatan lain untuk mengevaluasi dapat dengan membuat para siswa merekonstruksi proses investigasi yang telah mereka lakukan dan memetakan langkah-langkah yang telah mereka terapkan dalam pembelajaran mereka. Pendapat tersebut mengandung pengertian bahwa dalam melaksanakan tugas investigasi siswa dapat mengumpulkan informasi, menganalisis, dan membuat simpulan, setiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya, dan saling bertukar pikiran, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis semua gagasan, sedangkan dalam 17 menyiapkan laporan akhir, aktifitas yang dilakukan siswa adalah anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari pekerjaan mereka, anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana membuat persentase, wakil-wakil kelompok membentuk sebuah tim untuk mengkoordinasikan rencana persentasi. Dalam mempersentasikan laporan akhir, persentase harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif dan pendengar mengevaluasi berdasarkan keriteria yang telah ditentukan sebelumnya, sedangakan pada tahap evaluasi, siswa saling memberikan umpan balik, kolaborasi guru dan murid dalam mengevaluasi pembelajaran dan penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran yang paling tinggi. 2.3.4 Sintaks Model koperatif tipe (Group Investigation) : a. Pengarahan, b. Buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas, c. Rencanakan pelaksanaan investigasi, d. Tiap kelompok menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal mengukur tinggi pohon, e. Mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah), f. Pengolahan data, g. Penyajian data hasil investigasi, h. Presentasi, i. Kuis individual, j. Buat skor perkembangan siswa, k. Umumkan hasil kuis dan berikan reward. Langkah-langkah pembelajaran Group Investigation di dalam kegiatan di kelas menurut Istarani (2011: 86) adalah sebagai berikut: 1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen. 2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok. 3. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi atau tugas yang berbeda dari kelompok lain. 18 4. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif dan bersifat penemuan. 5. Setelah selesai berdiskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok. 6. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberikan kesimpulan. 7. Evaluasi 8. Penutup. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif tipe GI (Group Investigation). Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif tipe GI (Group Investigation.) Adapun kelebihan dari model pembelajaran ini adalah: 1. Dapat memadukan antara siswa yang berbeda kemampuan melalui kelompok heterogen. 2. Malatih siswa untuk meningkatkan kerjasama dalam kelompok. 3. Melatih siswa untuk memepertanggungjawabkan sebab ia diberi tugas untuk diselesaikan dalam kelompok. 4. Siswa dilatih untuk menemukan hal-hal baru dari hasil investigasi kelompok yang dilakukan. 5. Melatih siswa untuk mengeluarkan ide dan gagasan baru melalui penemuan yang ditemukannya (Istarani ( 2010: 87). Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif tipe GI (Group Investigation) Kekurangan dari model pembelajaran ini adalah; 1. Dalam berdiskusi sering kali yang aktif hanya sebagian siswa. 2. Adanya pertentangan diantara siswa yang sulit disatukan karena dalam kelompok sering berbeda pendapat. 3. Sulit bagi siswa untuk menemukan hal yang baru sebab ia belum terbiasa untuk melakukan hal itu. 4. Bahan yang tersedia untuk melakukan penemuan kurang lengkap. 19 Pengertian model group investigation sering kali disebut sebagai model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Hal ini disebabkan oleh model ini memadukan beberapa landasan pemikiran, yaitu berdasarkan pandangan konstruktivistik, democratic teaching, dan kelompok belajar kooperatif. Berdasarkan pandangan konstruktivistik, proses pembelajaran dengan model group investigation memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan sampai cara mempelajari suatu topik melalui investigasi. Democratic teaching adalah proses pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keberagaman peserta didik (Budimansyah, 2007: 7). Group Investigation adalah kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong siswa dalam keterlibatan belajar. Model ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills). Hasil akhir dari kelompok adalah sumbangan ide dari tiap anggota serta pembelajaran kelompok yang lebih mengasah kemampuan intelektual siswa dibandingkan belajar secara individual. Maimunah, ( 2005: 21) mengemukakan group investigation adalah strategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa model Group Investigation mempunyai fokus utama untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik atau objek khusus. Tujuan model pembelajaran group investigation paling sedikit memiliki tiga tujuan yang saling terkait: 1. Group investigation membantu siswa untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik secara sistematis. hal ini mempunyai implikasi yang positif terhadap pengembangan keterampilan penemuan dan membentu mencapai tujuan. 20 2. Pemahaman secara mendalam terhadap suatu topik yang dilakukan melaui investigasi. 3. Group investigation melatih siswa untuk bekaerja secara kooperatif dalam memecahkan suatu masalah. dengan adanya kegiatan tersebut, siswa dibekali keterampilan hidup (life skill) yang berharga dalam kehidupan bermasyarakat. jadi guru menerapkan model pembelajaran Group Investigation dapat mencapai tiga hal, yaitu dapat belajar dengan penemuan, belajar isi dan belajar untuk bekerjas secara kooperatif. langkah-langkah model pembelajaran group investigasi Sharan, Supandi, 2005: 6) mengemukakaan langkah-langkah pembelajaran pada model pemelajaran Group Investigation sebagai berikut. 1. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen. 2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang harus dikerjakan. 3. Guru memanggil ketua-ketua kelompok untuk memanggil materi tugas secara kooperatif dalam kelompoknya. 4. Masing-masing kelompok membahas materi tugas secara kooperatif dalam kelompoknya. 5. Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasannya. 6. Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasannya. 7. Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi kesalahan konsep dan memberikan kesimpulan. 8. Evaluasi. Tahap-Tahap Pembelajaran Group Investigation pelaksanaan langkahlangkah pembelajaran di atas tentunya harus berdasarkan prinsip pengelolaan atau reaksi dari metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation. Dimana di dalam kelas yang menerapakan model Group 21 Investigation, pengajar lebih berperan sebagai konselor, konsultan, dan pemberi kritik yang bersahabat. Dalam kerangka ini pengajar membimbing dan mengarahkan kelompok menjadi tiga tahap: 1. Tahap pemecahan masalah, 2. Tahap pengelolaan kelas, 3. Tahap pemaknaan secara perseorangan. Tahap pemecahan masalah berkenaan dengan proses menjawab pertanyaan, apa yang menjadi hakikat masalah, dan apa yang menjadi fokus masalah. Tahap pengelolaan kelas berkenaan dengan proses menjawab pertanyaan, informasi apa yang saja yang diperlukan, bagaimana mengorganisasikan kelompok untuk memperoleh informasi itu. Sedangkan tahap pemaknaan perseorangan berkenaan dengan proses pengkajian bagaimana kelompok menghayati kesimpulan yang dibuatnya, dan apa yeng membedakan seseorang sebagai hasil dari mengikuti proses tersebut. Winataputra, ( 2001: 37). Kerangka operasional model pembelajaran group investigation adalah sebagai berikut: 1. Siswa dihadapkan dengan situasi bermasalah. 2. Siswa melakukan eksplorasi sebagai respon terhadap situasi yang problematis. 3. Siswa merumuskan tugas-tugas belajar atau learning taks dan mengorganisasikan untuk membangun suatu proses penelitian. 4. Siswa melakukan kegiatan belajar individual dan kelompok. 5. Siswa menganalisis kemajuan dan proses yang dilakukan dalam proses penelitian kelompok. 6. Melakukan proses pengulangan kegiatan atau recycle activities. 2.3.5 Hasil Belajar Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosial menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas yang dipahami oleh sebagian besar masyarakat tidaklah demikian. Belajar dianggapnya property 22 sekolah. Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah. Sebagian besar masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan. Gagne (dalam Agus Suprijono, 2009) menyatakan, bahwa belajar adalah disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan sesorang secara alamiah.Djamarah (2000: 45), mengemukakan, bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hamalik (2001: 159) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajaran setelah mengalami aktivitas belajar. hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator derajat perubahan tingkah laku siswa. Selanjutnya Sudjana (2010: 22) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima kemampuan pengalaman belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Perubahan-perubahan tersebut diantaranya dari segi kemampuan berpikirnya, ketrampilannya sikap suatu objeknya. Maka hasil belajar dapat tertuang dalam taksonomi Bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah (domain) yaitu domain kognitif atau kemampuan berpikir, domain afektif atau sikap, dan domain psikomotor atau keterampilan. Hasil belajar ini sendiri terdiri dari beberapa aspek, sehubungan dengan ini Bloom memberikan taksonomi sebagai berikut : 1. Ranah Kognitif Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang dimaksud adalah: a. Pengetahuan/hafalan/ingatan. 23 b. Pemahaman. c. Penerapan (aplikasi). d. Analisis (pengkajian) e. Sintesis. f. Evaluasi (penilaian) 2. Ranah Afektif Ranah afektif adalah sikap ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif ini dibagi ke dalam lima jenjang, yaitu: 1. Menerimaan atau memperhatikan (receiving atau attending). 2. Menanggapi (responding). 3. Menilai = menghargai (valuing). 4. Mengatur atau mengorganisasikan (organizing). 5. Karakteristik dengan suatu nilai atau komplek nilai 3. Ranah Psikomotor Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan Keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. ”Belajar merupakan suatu proses dimana seseorang berusaha untuk memperoleh suatu perubahan yang bagus atau meningkat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. 2.3.6 Pentingnya Hasil Belajar Dalam Pembelajaran IPA Untuk mengetahui perkembangan sudah sampai dimana hasil yang telah diperoleh peserta didik dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi pada akhir pembelajaran. Untuk menentukan kemajuan yang harus dicapai maka harus ada kriteria (patokan) yang mengacu pada tujuan yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh strategi yang digunakan terhadap keberhasilan peserta didik atau siswa. Surakhmad dan Jemmars (1980 : 25) mengemukakan, bahwa keberhasilan dalam belajar yang dilakukan oleh siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa. Winkel 24 (1989:82) menyatakan, bahwa keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni adalah perstasi belajar siswa disekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka. Berdasarkan pernyataan menurut para ahli di atas tentang hasil belajar, maka dapat diambil kesimpulan bahwa keberhasilan adalah hasil prestasi belajar yang diperoleh oleh siswa yang dapat diukur dengan angka. 2.3.7 Pengukuran Hasil Belajar Dilihat dari fungsinya, jenis penilaian ada beberapa macam menurut Sudjana (2011:5) yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnostik, penilaian selektif dan penilaian penempatan. Dalam penelitian ini penilaian yang dilakukan adalah penilaian formatif yaitu penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar-mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar. Dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes dan bukan tes (nontes). Tes ini ada yang diberikan secara lisan (menuntut jawaban secara lisan) ada tes tulisan (menuntut jawaban secara tulisan), dan ada tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan). Soal-soal tes ada yang disusun dalam bentuk objektif, ada juga yang dalam bentuk esai dan uraian. Sedangkan bukan tes sebagai alat penilaian mencakup observasi, kuesioner, wawancara, skala, dan lain-lain. 2.4 Penelitian yang Relevan Utari (2012) peningkatan hasil belajar ilmu pengetahuan alam pokok bahasan energi melalui pembelajaran Kooperatif tipe group investigation pada siswa kelas 4 SD Negeri Madyo Gondo 03 Kecamatan Gablak Kabupaten Magelang Semester II tahun pelajaran 2011/2012 menyatakan bahwa peningkatan hasil belajar IPA dapat dilihat dari perolehan nilai siklus I dan II. Siklus I dengan penerapan pembelajaran group investigation siswa yang mencapai kriteria ketntasan minimal (KKM=60) sebanyak 26 siswa (72,22%) dan yang belum mencapai KKM sebanyak 10 siswa (27,78%). Nilai rata-rata adalah 73,05 sedangkan nilai tertinggi adalah 95 dan nilai 25 terendahnya adalah 30. Siklus II dengan penerapan pembelajaran group investigation siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) sebanyak 34 siswa (94,44%) dan yang belum mencapai KKM sebanyak 2 siswa (5,56%). Nilai rata-ratanya adalah 80,28 sedangkan nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 40. Yumisnaini (2012) Efektivitas Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation) Terhadap Keterampilan Menulis Artikel Oleh Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Pancur Batu Tahun Pembelajaran 2012/2013. Setelah dilakukan penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan menulis artikel yang menggunakan model pembelajaran investigasi kelompok oleh siswa kelas xi sma negeri 1 pancurbatu tahun pembelajaran 2012/2013 adalah baik dengan nilai rata-rata 81,00. Kemampuan menulis artikel yang menggunakan pembelajaran ekspositori oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pancurbatu tahun pembelajaran 2012/2013 adalah cukup dengan nilai rata-rata 68,67. Selanjutnya penggunaan model pembelajaran investigasi kelompok efektif diterapkan dalam meningkatkan kemampuan menulis artikel siswa kelas xi sma negeri 1 pancurbatu tahun pembelajaran 2012/2013. Ini terlihat dari hasil perhitungan uji t diperoleh nilai t hitung t≥ tabel (0,05), yakni 5,41 > 2,00. Berdasarkan hasil Penelitian tersebut, maka peneliti juga ingin menerapkan Model pembelajaran Kooperatif Tipe GI ((Group Investigation) untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 SDN Polobogo 02 Kecamatan Getasan. 2.5 Kerangka Pikir Aktivitas Aktivitas ini siswa merupakan dapat menetukan inti dari proses pembelajaran. berhasil atau tidakanya dari proses pemebelajaran tersebut. Siswa diharapakan berpartisipasi aktif di dalam kelas saat proses belajar mengajar berlangsung. Hal ini dapat memudahakan mereka dalam menguasai materi yang diberikan guru. Tujuan pembelajaran sangat erat dengan strategi atau metode 26 pembelajaran. Oleh karena itu penerapan metode pembelajaran yang tepat akan mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar siswa. Metode pembelajaran yang tepat akan menciptakan proses pembelajaran yang kondusif karena siswa terlibata langsung secara aktif dalam pembelajaran. Pembelajairan tipe GI (Group Investigation) ini, diawalai dengan guru menyajikan pembelajaran secara klasikal untuk garis besar materi pelajaran. Siswa tidak hanya memperoleh hasil belajar yang ditunjuk secara individu untuk baik, tetapi mereka dituntut untuk bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya. Dalam belajar kelompok siswa bekerja secara kolaborasi dengan anggota kelompoknya. Siswa yang lebih pintar memberi bantuan kepada teman-temanya untuk memahamai konsep-konsep yang dipelajari dan setiap angggota kelompok mempunyai tanggung jawab akan keberhasilan kelompoknya. Adanya interaksi antara anggota kelompok secara tidak langsung siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran dikelompoknya, sehingga dpat meningkatkan belajar siswa dan secara tidak langsung aktivitas dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Berdasarkan uraian tersebut, dengan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) diharapkan dapat meningkatakan hasil belajar IPA pada materi pokok belajar IPA di kelas IV SD Negeri Polobogo 02 Semester GenapTahun pelajaran 2015/2016. 2.6 Hipotesis Tindakan Pada kajian teori dan kerangka berfikir di atas, dapat di hipotesiskan tindakan sebagai berikut : Melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SDN Polobogo 02.