Peran Lembaga Sertifikasi Dalam Mendorong Perbankan Yang Berdaya Saing Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Jakarta, 19 Desember 2014 Bagaimana Kita Memandang MEA? Dalam memandang MEA, kita perlu melihat bahwa pemerintah, regulator dan pelaku bisnis akan menghadapi perubahan yang tidak dapat kita perkirakan sebelumnya. Perubahan tersebut merupakan dampak dari industri perbankan di ASEAN yang sudah terintegrasi dimana bankbank asing di ASEAN akan lebih mudah untuk hadir di masingmasing negara ASEAN. Dengan terintegrasinya industri perbankan di ASEAN, maka akan memunculkan kompetisi global dan kerjasama global yang semakin tinggi di antara bank-bank di negara ASEAN Semakin tingginya kompetisi dan kerjasama global tersebut akan membutuhkan kecepatan dan kreativitas dari industri perbankan nasional dalam menghadapi MEA untuk dapat memanfaatkan MEA secara maksimal 2 Indikator Bank Umum Di Indonesia Indikator: Aset (Rp T) DPK (Rp T) Kredit (Rp T) ROA Bank Umum Jar.ingan Kantor 2011 3.653 2.785 2.200 3,03% 120 14.797 2012 4.263 3.225 2.708 3,11% 120 16.125 2013 4.954 3.664 3.320 3,06% 120 18.558 Efisiensi bank umum masih perlu ditingkatkan karena BOPO dan NIM masih cukup tinggi apabila dibandingkan negaranegara di kawasan Data Indikator Perbankan ASEAN 2013 Negara Malaysia 1) Singapura Filipina 2) 3) 4) Thailand Indonesia 5) CAR NPL NIM LDR ROA BOPO* CIR* 14.40 1.40 1.22 83.90 1.42 72.87 45.17 16.30 0.90 1.14 101.80 1.26 70.59 20.48 17.80 3.10 3.15 63.90 1.94 77.62 56.74 16.40 2.20 2.64 110.40 1.49 79.66 44.32 18.10 1.86 5.48 88.90 3.06 74.14 46.90 1) CAR, NPL, NIM*, LDR da ta September, ROA, CIR* da n BOPO* da ta Juni 2) CAR, NPL & ROA da ta Juni, NIM*, LDR da n CIR* da ta September BOPO* da ta Juni 3) CAR & NPL da ta Juni, NIM, LDR, ROA da ta September BOPO* da ta Juni 4) CAR, NPL, NIM, LDR da n ROA da ta September, CIR* da n BOPO* da ta Juni 5) CAR, NPL, NIM, LDR da n ROA da ta September, CIR* da n BOPO* da ta Juni *Data Bankscoope dihitung menggunakan 10 Bank Sample dengan aset terbesar Sumber: FSI-IMF, Bankscoope, Website bank sentral negara 3 Produktifitas SDM Relatif Stagnan 4,500,000 600,000 3,000,000 400,000 1,500,000 Total kredit Total DPK 2010 Jumlah kantor 200,000 2011 2012 2013 Jumlah SDM 2010 2011 2012 2013 Thn SDM Kredit (Rp M) Kredit/SDM DPK (Rp M) DPK/SDM Jml Kantor SDM/Ktr 2010 352.329 1.765.845 Rp 5,01 M 2.338.824 Rp 6,64 M 13.837 25 2011 408.334 2.200.094 Rp 5,39 M 2.784.912 Rp 6,82 M 14.797 28 2012 532.015 2.725.674 Rp 5,12 M 3.225.198 Rp 6,06 M 16.625 32 2013 562.457 3.319.842 Rp 5,90 M 3.663.968 Rp 6,51 M 18.558 30 SDM per Kantor cenderung meningkat mengindikasikan bahwa produktifitas SDM dalam penghimpunan dana dan pemberian kredit relatif tidak berubah. 4 Tantangan SDM Menghadapi MEA Dengan Implementasi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), peningkatan kompetensi SDM perbankan menjadi hal yang mutlak dilakukan Terdapat Free flow of Goods, Free flow of Service, Free flow of Investment dan Free flow of Skilled Labour, yaitu liberalisasi mobilitas dari tenaga kerja ahli. Implementasi MEA meningkatkan arus barang, jasa, investasi, tenaga, dan modal antar negara anggota. Perbankan harus mempersiapkan diri menghadapi MEA dengan fokus pada 3 hal utama: 1 Penguatan Diperlukan penguatan teknologi Teknologi untuk memperluas coverage layanan dan meningkatkan efisiensi serta menciptakan competitive advantage yang kuat 3 Penguatan Permodala n 2 Sistem SDM yang komprehensif Penguatan Sistem SDM yang mampu merekrut dan me- retain pegawai dengan efektif dan mengembangkan kualitas pegawai secara menyeluruh • Permodalan 3 Bank terbesar di Indonesia masih jauh di bawah bank-bank besar di negara ASEAN lain seperti DBS dan UOB di Singapura, Maybank di Malaysia, atau Bangkok Bank di Thailand • Agar mampu bersaing permodalan Perbankan nasional perlu diperkuat melalui right issues, kebijakan DPO, ataupun merger dan konsolidasi 5 Latar Belakang Pertumbuhan Industri Perbankan Pertumbuhan industri perbankan yang sangat pesat disertai dengan semakin kompleksnya kegiatan usaha bank menyebabkan eksposur risiko kegiatan usaha Bank juga semakin besar. GCG dan Manajemen Risiko Agar bank tetap dapat melakukan kegiatan usaha secara berkesinambungan dan mengikuti prinsip kehati-hatian maka perlu penerapan prinsip-prinsip : 1. Tata kelola usaha yang baik (GCG) 2. Manajemen risiko secara efektif. 6 Latar Belakang Faktor yang menentukan keberhasilan dan efektivitas manajemen risiko pada industri perbankan adalah : Keahlian dan kompetensi sumber daya manusia di bidang manajemen risiko bank Pengurus dan Pejabat Bank perlu meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan manajemen risiko melalui Sertifikasi Manajemen Risiko 7 Pengertian SMR Sertifikasi Manajemen Risiko Bentuk standarisasi kompetensi dan keahlian minimal yang harus dimiliki oleh pengurus dan pejabat di industri perbankan untuk memastikan bahwa kegiatan usaha Bank dilaksanakan oleh sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keahlian di bidangnya. Mengingat adanya perbedaan tingkat kompleksitas kegiatan usaha bank, maka ditetapkan tingkatan sertifikasi yang berbeda bagi pengurus dan pejabat sesuai masing-masing kelompok jabatan dan kelompok Bank. 8 Manfaat dari SMR Pelaksanaan program sertifikasi manajemen risiko telah memberikan hasil : • Tumbuhnya risk awareness dan risk culture pada industri perbankan • Meningkatkan kemampuan bank dalam mengelola risiko • Menghasilkan sumber daya manusia perbankan yang qualified dan memiliki kompetensi di bidang manajemen risiko. 9 Pentingnya Sertifikasi Dalam Meningkatkan Kompetensi SDM Perbankan Dalam persiapan menghadapi persaingan dengan adanya ABIF pada 2020, dirasa perlu untuk mengembangkan dan menjaga kualitas serta stabilitas perbankan nasional melalui standardisasi kompetensi profesi bankir agar eksistensi bankir lokal dan kelangsungan bank-bank lokal Indonesia dapat bersaing di level ASEAN. Dengan adanya sertifikasi diharapkan dapat mencetak sumber daya manusia yang qualified dan memiliki kompetensi di bidang manajemen risiko serta standar profesi dan kode etik yang baik untuk meningkatkan kualitas manajemen risiko dan corporate governance perbankan Indonesia 10 Ketentuan yang Mengatur SMR PBI Nomor 11/19/PBI/2009 Tanggal 4 Juni 2009 Tentang Sertifikasi Manajemen Risiko Bagi Pengurus dan Pejabat Bank Umum PBI Nomor 12/7/PBI/2010 Tanggal 19 April 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/19/PBI/2009 Tentang Sertifikasi Manajemen Risiko Bagi Pengurus dan Pejabat Bank Umum Bank wajib mengisi jabatan Pengurus dan Pejabat Bank dengan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keahlian di bidang Manajemen Risiko dan wajib memiliki Sertifikat Manajemen Risiko yang diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi. 11 Peningkatan Pelaksanaan SMR Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan Sertifikasi Manajemen Risiko : • Program yang ada perlu disempurnakan dengan memberikan perhatian lebih besar pada bidang-bidang tugas perbankan yang bersifat core. • Mempertimbangkan adanya kelangkaan tenaga ahli pada bidang-bidang tugas tertentu. • Kualitas penyelenggaraan sertifikasi manajemen risiko juga perlu dipelihara dan ditingkatkan agar kredibilitas program Sertifikasi Manajemen Risiko tetap terjaga dan diakui secara internasional. 12 Lembaga Sertifikasi Diharapkan Dapat Mengembangkan Program Sertifikasi Pelaksanaan program sertifikasi manajemen risiko sejauh ini telah memberikan hasil berupa mulai tumbuhnya risk awareness dan risk culture pada industri perbankan, meningkatkan kemampuan bank dalam mengelola risiko, dan menghasilkan sumber daya manusia perbankan yang qualified dan memiliki kompetensi di bidang manajemen risiko. Asesor diharapkan dapat memelihara dan meningkatkan kualitas materi sertifikasi manajemen risiko agar selalu sejalan dengan perkembangan terkini industri perbankan dan tetap mengacu pada standar internasional. Selain itu diharapkan pula dapat terus mengembangkan program sertifikasi di luar manajemen risiko untuk industri perbankan seperti sertifikasi general banking dan treasury. 13 Sangat Penting Untuk Meningkatkan Kualitas Proses Sertifikasi Dalam mengembangkan kompentensi bankir, lembaga sertifikasi juga dituntut untuk berkembang dan meningkatkan kualitas sistem sertifikasi dan penilaian, diantaranya melalui: Meningkatkan governance process sertifikasi dengan jumlah menambah assessor menjadi minimal 2 orang dalam melaksanakan test yang didukung dengan dokumentasi proses wawancara yang dilakukan oleh assessor dalam bentuk rekaman, baik video atau pun suara. Membangun mekanisme umpan-balik dan quality assurance sehingga mendapatkan feedback terhadap proses yang berjalan dan menjadi masukan agar dapat mendorong peningkatan kualitas, baik terhadap sistem proses maupun hasil penilaian selanjutnya. 14 Peran OJK Dalam Mendorong Peningkatan Kualitas Sertifikasi OJK mendukung adanya peningkatan kualitas sertifikasi ke depannya, diantaranya akan dilakukan dengan: Me-review secara berkala proses pengawasan pelaksanaan sertifikasi manajemen risiko sesuai yang telah dijelaskan pada PBI Sertifikasi Manajemen Risiko. Melakukan pendataan posisi terkini dari SDM bank yang telah memiliki sertifikasi, khususnya di bidang manajemen risiko. Dalam jangka panjang direncanakan dibuat mekanisme monitoring database SDM bank yang terkoneksi dengan database lembaga sertifikasi sehingga akan diketahui peta kompetensi SDM bank seluruh Indonesia. 15 Terima Kasih Rasio Efisiensi : BOPO & CIR Rasio efisiensi yang lazim digunakan di kawasan adalah Cost to Income Ratio (CIR), di mana CIR Indonesia terbesar kedua setelah Filipina. Rasio Beban & Pendapatan Operasional (BOPO) • Overhead Cost • Cadangan PPAP • Beban Bunga • Pendapatan Bunga • Pendapatan NonBunga (Fee based Income) Rasio BOPO memasukan beban bunga dan cadangan PPAP ke dalam perhitungan, sedangkan CIR tidak. Dengan komponen pembagi yang sama nilai rasio BOPO akan lebih tinggi dibandingkan CIR. CIR hanya memasukan non interest expense atau overhead cost dalam komponen biaya, yang akan dibagi dengan komponen pendapatan bunga dan non bunga. Cost to Income Ratio (CIR) • Overhead Cost • Net Interest Income • Fee Based Income 17