ANALISIS HUBUNGAN STRUKTUR KEPEMILIKAN DENGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PERBANKAN PERSERO DAN PERUSAHAAN PERBANKAN UMUM SWASTA NASIONAL GO PUBLIC PERIODE 2007 – 2008 Devi Indrayani Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma ABSTRAK Kepemilikan terhadap perbankan menarik untuk dilihat mengingat opini publik menyatakan bahwa kinerja bank tergantung dari pemiliknya. Ini telah dinyatakan wajar karena pemilik memiliki wewenang untuk memilih pengelolaan yang akan mengendalikan bank kebijakan di masa mendatang. di Indonesia, hal ini harus diperiksa, kinerja bank yang memiliki korelasi dengan kepemilikan. Analisis dalam penelitian ini menggunakan 2 populasi yakni terfokus pada perbankan pemerintah dan perbankan bank umum swasta yang terdaftar Bursa Efek Indonesia. Serta mengambil sampel dari 18 bank di Indonesia. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kinerja bank memiliki interaksi dengan kepemilikan, kecuali NPLgross. Dari pengukuran statistik, maka koefisien dari korelasi yang dihitung menggunakan metode spearman maka untuk CAR, ROA, BOPO dan NPLgross kuat. Dan melalui cara perbedaan dengan probabilitas F 5%, menyatakan bahwa kepemilikan bank ada interaksi dengan CAR (10.896), ROA (2.849) dan BOPO (2.678) karena Fhitung > Ftabel (2.558). Bank tidak memiliki kepemilikan interaksi dengan NPLgross (0.256) Fhitung < Ftabel (2.588). Kata Kunci : struktur kepemilikan, kinerja keuangan bank. CAR, ROA. BOPO dan NPLgross. PENDAHULUAN Perilaku pemilik yang sangat beresiko tersebut dimungkinkan oleh struktur kepemilikan bank yang sangat terkonsentrasi. Jika kepemilikan bank terkonsentrasi maka sebagian besar saham akan dimiliki sebagian kecil individu atau institusi. Kontrol mereka atas perusahaan sangat besar sehingga segala tindakan perusahaan merupakan cerminan dari kehendak pemilik (Fifi Swandari, 2003). Pada dasarnya masyarakat luas mengukur keberhasilan perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan yang terlihat dari kinerja manajemen. Kinerja manajemen merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan di manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Penilaian kinerja perusahaan bagi manajemen dapat diartikan sebagai penilaian terhadap prestasi yang dapat dicapai. Dalam hal ini laba dapat digunakan sebagai ukuran dari prestasi yang dicapai dalam suatu perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan penting dilakukan, baik oleh manajemen, pemegang saham, pemerintah, maupun pihak lain yang berkepentingan dan terkait dengan distribusi kesejahteraan di antara mereka, tidak terkecuali perbankan. (Lely Aryani, 2007). Dalam mengelola bank agar dapat menghasilkan kinerja yang baik, peran dari pemilik bank itu sendiri juga cukup besar untuk memberikan kontribusi dalam memilih manajemen yang bagus. Pemilik suatu bank menginginkan manajemen dari banknya dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada pada bank tersebut sehingga manajemen mampu menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Secara umum pemilik bank tidak akan memilih manajemen yang diperkirakan akan merugikan banknya. Oleh sebab itu, dalam hubungan antara pemilik bank dengan manajemen selalu ada performance contract dimana pemilik bank mempersyaratkan manajemen yang dipilih oleh pemilik untuk memaksimalkan keuntungan untuk kepentingan pemilik bank tersebut. Dalam uraian singkat diatas maka penulis tertarik untuk membahas dan melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Hubungan Struktur Kepemilikan Dengan Kinerja Keuangan Bank Persero dan Bank Umum Swasta Nasional Go Publik Periode 2007 – 2008 ”. Tujuan Penelitian Tujuan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis kinerja perusahaan bank persero dan bank umum swasta nasional dilihat dari rasio keuangan (CAR, ROA, BOPO dan NPLgross). 2. Untuk mengetahui hubungan struktur kepemilikan dengan kinerja bank persero dan bank umum swasta nasional. LANDASAN TEORI Struktur Kepemilikan Struktur kepemilikan adalah perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam (insider) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor ( Jahera dan Aurburn, 1996 ). Dalam suatu perusahaan baik bank maupun non bank, memiliki perbedaan karakteristik kepemilikan dalam perusahaan, seperti (1) Kepemilikan menyebar (dispersed ownwership). Ditemukan bahwa perusahaan yang kepemilikannya lebih menyebar memberikan imbalan yang lebih besar kepada pihak manajemen daripada perusahaan yang kepemilikannya lebih terkonsentrasi (Gilberg dan Idson, 1995), (2) Kepemilikan terkonsentrasi (closely held). Dalam tipe kepemilikan separti ini timbul dua kelompok pemegang saham, yaitu controlling interest dan minority interest (shareholders). Struktur kepemilikan oleh beberapa peneliti dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya kontrol yang mereka miliki. Adapun struktur kepemilikan yang dimaksud pada penelitian tersebut adalah kepemilikan bank yang sangat terkonsentrasi dan kepemilkan institusi. Struktur Kepemilikan Terkonsentrasi Knopf dan Teall (1996), menguji hubungan antara struktur kepemilikan S&L dan perilaku risiko saat diterapkan nya Financial Institution Reform, Recovery and Enforcemenet Act tahun 1989. Salah satu ukuran resikonya adalah kejadian kebangkrutan. Hasilnya menunjukkan bahwa pemegang saham Insider berkorelasi dengan kejadian kebangktutan. La Porta dkk. (1998 dan 2000) Secara specifik untuk Indonesia menemukan bahwa French origin countries group (termasuk Indonesia) memiliki konsentrasi kepemilikan tertinggi dibandingkan dengan tiga origin countries group yang lain. Dalam kelompok tersebut bahkan sampel perusahaan Indonesia menunjukkan konsentrasi kepemilikan yang lebih besar dari rata-rata kelompoknya yaitu pemegang saham tiga terbesar menguasai kepemilikan rata-rata 58%. Mereka berpendapat bahwa lemahnya perlindungan hukum dan lingkungan institusional (law and enforcement) sangat erat dengan berkaitan kepemilikan yang terkonsentrasi. Hasil ini pun masih ada kemungkinan understated sebab mereka berdasarkan data kepemilikan langsung, bukan kepemilikan akhir (ultimate ownership). Kemudian mereka berusaha memperbaiki pengukuran variabel konsentrasi kepemilikan dengan menggunakan data kepemilikan akhir melalui penelusuran rantai kepemilikan sampai menemukan siapa yang memiliki voting rights paling besar pada saat mereka meneliti struktur kepemilikan perusahaan-perusahaan di 27 negara maju (La Porta dkk, 1999). Claessens et al. (2000) menyatakan bahwa belum terdapat pemisahan yang jelas antara kepemilikan dan control pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Kebanyakan perusahaan masih dimiliki oleh keluarga dan posisi manajer dipegang oleh pemegang saham mayoritas. Kalaupun tidak, maka manajernya masih dari kalangan keluarga. Akibatnya apa yang menjadi pendapat pemegang saham terbesar juga menjadi pendapat manajer. Fifi Swandari (2003) berpendapat sebaiknya kepemilikan bank tidak terkonsentrasi, artinya banyak pihak yang menjadi pemegang sahamnya. Akan lebih ideal jika sebagian porsi kepemilikan bank dijual dipasar modal agar kinerjanya dapat dikontrol oleh banyak pihak. Struktur Kepemilikan Institusi Slovin dan Susha (1993), menunjukkan bahwa nilai perusahaan dapat meningkat jika institusi mampu menjadi alat monitoring yang efektif. Pozen (1994), Investor institusi dapat dibedakan menjadi dua yaitu investor pasif dan aktif. Investor aktif tidak terlalu ingin terlibat dengan keputusan manajemen. Sebaliknya dengan investor aktif terlibat dalam pengambilan keputusan strategis perusahaan. Keberadaan investor institusi ini dipandang mampu menjadi alat monitoring efektif bagi perusahaan. Tak jarang kegiatan investor ini mampu meningkatkan harga saham sehingga mampu meningkatkan nilai perusahaan. Smith (1996) menunjukkan bahwa aktifitas monitoring institusi mampu mampu mengubah struktur pengelolaan perusahaan dan mampu meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Cruthley et al. (1999) yang menemukan bahwa monitoring yang dilakukan institusi mampu menstubtitusi biaya keagenan lain (hutang, deviden dan kepemilikan manajerial) sehingga biaya keagenan menurun dan nilai perusahaan meningkat. Kepemilikan oleh bank akan menurunkan kemungkinan perusahaan mengalami kebangkrutan. Namun, apabila struktur kepemilikan perusahaan dimiliki oleh dewan direksi atau dewan komisarisnya maka dewan tersebut justru akan cendrung melakukan tindakan-tindakan eksplorasi yang menguntungkan secara pribadi. Oleh karena itu kepemilikan perusahaan oleh dewan direksi semakin meningkat maka keputusan yang diambil oleh direksi akan lebih cenderung untuk menguntungkan dirinya dan secara keseluruhan akan merugikan perusahaan sehingga kemungkinan nilai perusahaan akan cenderung mengalami penurunan. Fifi Swandari (2003) pada kasus Indonesia, kepemilikan institusi cukup mampu menjadi alat monitoring yang baik. Hal ini dikarenakan pemegang saham institusi telah memiliki kemampuan dan sarana yang memadai untuk monitor perusahaan dimana sahamnya mereka miliki. METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah bankbank yang berbadan hukum dan berdomisili di Indonesia yaitu bank-bank yang masuk dalam kategori bank pemerintah (persero) dan bank umum swasta nasional yang telah go public dan tercatat dalam Bursa Efek Indonesia. Periode pengamatan penelitian dilakukan dari tahun 2007-2008 Data yang digunakan Perusahan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu (purposive sampling), yaitu: a. Bank pemerintah (persero) dan bank umum swasta nasional yang sahamnya telah tercatat di Bursa Efek Indonesia, yang beroperasi di Indonesia; b. Masih beroperasi hingga tahun 2008; c. Saham bank telah tercatat di Bursa Efek Indonesia minimal sejak tahun 2006; d. Tersedia daftar pemegang saham lengkap dengan proporsi kepemilikannya; e. Tersedia laporan keuangan tahunan publikasi tahun 2007 dan 2008 yang terdiri dari: Neraca, Laporan laba/rugi dan saldo laba, Laporan perubahan ekuitas, laporan kewajiban penyediaan modal minimum, laporan kualitas aktiva produktif dan informasi lainnya, dan catatan atas laporan keuangan. TABEL 3.5 DAFTAR SAMPEL PERUSAHAAN PERBANKAN PERSERO TAHUN 2007 dan 2008 No 1 2 3 4 Nama Bank PT. Bank Expor Indonesia PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk TABEL 3.6 DAFTAR SAMPEL PERUSAHAAN PERBANKAN SWASTA NASIONAL GO PUBLIK TAHUN 2007 dan 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Kode INPC BBKP BNBA BBAP BBCA BDMN SDRA BNII MEGA BKSW BBNP BNLI PNBN BSWD Nama Bank PT. Bank Arta Graha International, Tbk PT. Bank Bukopin PT. Bank Bumi Arta PT. Bank Bumiputera Indonesia, Tbk PT. Bank Centra Asia, Tbk PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk PT. Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk PT. Bank International Indonesia, Tbk PT. Bank Mega, Tbk PT. Bank Kesawan, Tbk PT. Bank Nusantara Prahyangan, Tbk PT. Bank Permata, Tbk PT. Bank Pan Indonesia, Tbk PT. Bank Swadesi, Tbk Metode pengumpulan data Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia, Indonesian Capital Market Directory, website Bursa Efek Indonesia, website Bank Indonesia, dan website masingmasing bank. Pemilihan data tahun 2007-2008. Metode Analisis Data Analisis data menggunakan analisis rasio keuangan dan analisis statistik Analisis statistik menggunakan uji koefisien korelasi spearman dan One Way Anova. Alat analisis Struktur kepemilikan Kriteria perhitungan : a. Pemilik saham diatas 0,5% dicatat satu pemegang saham b. Pemilik saham dibawah 0,5% dikelompokkan, kemudian dicatat sebagai satu pemegang saham (public). Kinerja keuangan perbankan Menggunakan perhitungan rasio yakni dengan rumus dibawah ini : Modal CAR = x 100 % Aktiva Tertimbang Menurut Resiko Laba sebelum pajak ROA = x 100 % Total Asset Biaya Operasional BOPO = x 100 % Pendapatan Operasional ∑ Kredit yang diberikan dengan kolektibilitas 3 s/d 5 x 100 % NPLgross = ∑ Kredit yang diberikan HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Korelasi Hasil uji korelasi menggunakan metode antara struktur kepemilikan dan kinerja (CAR, ROA, BOPO, NPLgross) menunjukan hubungan yang cukup lemah terlihat dari nilai korelasi terhadap variabel CAR (-0.175), ROA (-0.567), BOPO (+0.427), NPLgross (+0.000) Hasil Korelasi Spearman Jumlah Kepemilikan dan Kinerja Correlations S_K Spearman's rho S_K Correlation Coefficient CAR CAR Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N ROA Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N BOPO Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N NPLgross Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N BOPO NPLgross ** .427** .000 1.000 -.175 . .308 .000 .009 .999 36 36 36 36 36 -.175 1.000 * .380 * -.404 -.163 .308 . .022 .015 .342 36 36 36 36 36 ** * 1.000 ** -.377* Sig. (2-tailed) N ROA -.567 .380 -.567 -.675 .000 .022 . .000 .023 36 36 36 36 36 ** * ** 1.000 .045 .427 -.404 -.675 .009 .015 .000 . .795 36 36 36 36 36 .000 -.163 * -.377 .045 1.000 .999 .342 .023 .795 . 36 36 36 36 36 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Analisis Variansi Satu Arah (One way ANOVA) Hasil Pengujian Hipotesis Struktur Kepemilikan Terhadap Capital Adecuacy Ratio Ha 1 ≠ 0, Ada interaksi / hubungan struktur kepemilikan dengan Capital Adequacy Rasio Besarnya Fhitung = 10.896, sedangkan Ftabel dengan tingkat signifikan 5 % adalah 2.558 . Karena Fhitung (10.896) > Ftabel (2.558), maka Ho ditolak atau menerima Ha 1. Maka hipotesa diatas, bahwa struktur kepemilikan berinteraksi / memiliki hubungan terhadap Capital Adequacy Ratio dapat diterima atau dikatakan ada hubungan antara kedua variabel. Kesimpulan tersebut dapat diperoleh dari angka probabilitas sebesar 0.000 yang lebih kecil dari tingkat kesalahan yang ditolerir sebesar 0.05 (α = 5 %) Dengan demikian hipotesa pada bab pendahuluan yang menyatakan ada hubungan antara jumlah kepemilikan dan Capital Adequacy Ratio diharapkan dapat diterima. Hasil Pengujian Hipotesis Struktur Kepemilikan Terhadap Return on Assets Ha 2 ≠ 0, Ada interaksi / hubungan struktur kepemilikan dengan Return on Asset Besarnya Fhitung = 2.849, sedangkan Ftabel dengan tingkat signifikan 5 % adalah 2.558. Karena Fhitung (2.849) > Ftabel (2.558), maka Ho ditolak atau menerima Ha 2. Maka hipotesa diatas, bahwa struktur kepemilikan berinteraksi / memiliki hubungan dengan Return on Assets dapat diterima atau dikatakan hubungan antara kedua variabel. Kesimpulan tersebut dapat diperoleh dari angka probabilitas sebesar 0.022 yang lebih kecil dari tingkat kesalahan yang ditolerir sebesar 0.05 (α = 5 %) Dengan demikian hipotesa pada bab pendahuluan yang menyatakan ada hubungan antara jumlah kepemilikan dan Return on Asset diharapkan dapat diterima. Hasil Pengujian Hipotesis Struktur Kepemilikan Terhadap Biaya Operasional dibanding Pendapatan Operasional Ha 3 ≠ 0, Ada interaksi / hubungan struktur kepemilikan dengan Biaya Operasional dibanding Pendapatan Operasional Besarnya Fhitung = 2.678, sedangkan Ftabel dengan tingkat signifikan 5 % adalah 2.558. Karena Fhitung (2.678) > Ftabel (2.588), maka Ho ditolak atau menerima Ha. Maka analisis diatas, bahwa struktur kepemilikan berinteraksi / memiliki hubungan dengan Biaya Operasional dibanding Pendapatan Operasional tidak dapat diterima atau dikatakan tidak ada hubungan/interaksi antara kedua variabel. Kesimpulan tersebut dapat diperoleh dari angka probabilitas sebesar 0.030 yang lebih kecil dari tingkat kesalahan yang ditolerir sebesar 0.05 (α = 5 %) Dengan demikian hipotesa pada bab pendahuluan yang menyatakan ada hubungan antara jumlah kepemilikan dan Biaya Opersional dibanding Pendapatan Opersional diharapkan dapat diterima. Hasil Pengujian Hipotesis Struktur Kepemilikan Terhadap Non Performing Loans-gross. Ha 4 ≠ 0, Ada interaksi / hubungan struktur kepemilikan dengan Capital Adequacy Besarnya Fhitung = 0.256, sedangkan Ftabel dengan tingkat signifikan 5 % adalah 2.558. Karena Fhitung (0.256) < Ftabel (2.588), maka Ho diterima atau tolak Ha. Maka analisis diatas, struktur kepemilikan berinteraksi / memiliki hubungan dengan Non Performing Loans-gross tidak dapat diterima atau dikatakan tidak ada hubungan / interaksi antara kedua variabel. Kesimpulan tersebut dapat diperoleh dari angka probabilitas sebesar 0.256 yang lebih besar dari tingkat kesalahan yang ditolerir sebesar 0.05 (α = 5 %) Dengan demikian hipotesa pada bab pendahuluan yang menyatakan ada hubungan antara jumlah kepemilikan dan Non Performing Loans-gross diharapkan tidak dapat diterima. Fhitung DAN PROBABILITAS ANOVA Variabel Y F Sig. Keputusan CAR 10.896 0.000 Signifikan ROA 2.849 0.022 Signifikan BOPO 2.678 0.030 Signifikan NPLgross 0.256 0.966 Tidak Signifikan PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada perusahaan perbankan persero dan perusahaan perbankan umum swasta nasional go public, posisi modal yang paling bagus tahun 2007 dan 2008 adalah PT. Bank Ekspor Indonesia (persero) dan PT. Bank Bumi Arta, Tbk. untuk PT. Bank Ekspor Indonesia (persero) dan PT. Bank Swadesi, Tbk, PT. Bank Bumi Arta untuk bank umum swasta nasional. Pada bank paling produktif pada perusahaan perbankan persero dan perusahaan perbankan umum swasta nasional go public masingmasing PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (persero) dan PT. Bank Central Asia, Tbk PT. Danamon Indonesia, Tbk. Pengelolaan manajemen bank yang paling baik untuk perusahaan perbankan persero tahun 2007 dan 2008 adalah PT. Bank Mandiri, Tbk (Persero) dan PT. Bank Central Asia, Tbk PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk untuk perusahaan perbankan umum swasta nasional go public.. Bank Central Asia, Tbk, untuk PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk. Pengelolaan aktiva bank tahun 2007 dan 2008 yang paling baik untuk perusahaan perbankan persero adalah PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk PT. Bank Ekspor Indonesia dan PT. Bank Central Asia, Tbk untuk perusahaan umum swasta nasional go public. 2. Hasil uji korelasi menggunakan metode spearman antara kepemilikan dan kinerja (CAR, ROA, BOPO, NPLgross) menunjukkan hubungan yang cukup lemah. Sedangkan dari analisis variansi satu arah (one way ANOVA) antara jumlah kepemilikan dengan kinerja (CAR, RoA, BOPO, dan NPL-gross), menunjukkan adanya interaksi antara jumlah kepemilikan dan kinerja dalam CAR, ROA dan BOPO serta jumlah kepemilikan tidak berinteraksi dengan kinerja dalam hal ini NPLgross. Saran Beberapa saran yang dapat dianjurkan yaitu : 1. Bagi investor dalam memilih saham hendaknya melihat struktur kepemilikan, dalam hal ini jumlah kepemilikan saham. 2. Bagi masyarakat yang akan membuka rekening baru disebuah bank, hendaknya tidak hanya melihat dari sisi pelayanan semata tetapi juga dari kinerja bank yang diukur dari Capital Adequacy Ratio melalui laporan keuangan publikasi. 3. Bagi penelitian selanjutnya dapat menganalisis struktur kepemilikan dan kinerja dengan menambah beberapa rasio keuangan yang berhubungan dengan risiko yang dihadapi oleh bank. DAFTAR PUSTAKA Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Edisi 2. Jakarta: Ghalia Indonesia. Isnanta, Rudi. 2008. “ Pengaruh Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajeman Laba dan Kinerja Keuangan”. Jakarta: Universitas Islam Indonesia. Kasmir. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Merkusiwati, Ni Ketut Lely Aryani. 2007. Evaluasi Pengaruh Camel Terhadap Kinerja Perusahaan. Buletin Studi Ekonomi Vol 12 ,No 1, 2007, Hal 100-108. Muliaman D Hadad, dkk. 2003. Kajian Mengenai Kepemilikan Bank di Indonesia, Research Pper Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia, No 8/5, Bank Indonesia, Hal 1-15. Putri, Sheranita Eka. 2006. ” Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan Perusahaan terhadap Agency Cost Pada Perusahaanperusahaan Go-Publik Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2004. Jakarta: Universitas Atmajaya. Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS untuk Analisis Data & Uji statistik. Cetakan 1. Yogyakarta : MediaKom. Raditya, Firmansyah. 2006. ”Analisis Hubungan Struktur Kepemilikan Dengan Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Persero Dan Perusahaan Perbankan Swasta Nasional Go Publik.” Jakarta: Universitas Islam Indonesia. Rangkuti, Freddy. 2005. Marketing Analisis Made Easy (Teknik Analisis Pemasaran dan Analisis Kasus Menggunakan Excel dan SPPS). Jakarta: Gramedia. Riyadi, Selamet. 2006. Banking Assets and Liability Management. Edisi 3. Jakarta : LP-FEUI Santoso, Singgih. 1999. SPPS Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo. Setiani, Gina Taqwa. 2007. Analisis Kinerja Kelompok Bank di Indonesia dalam Upaya Pencapaian Sistem Perbankan yang Sehat. Jakarta: Universitas Gunadarma. Sulaiman,Wahid. 2003. Statistik Non– Parametik (Contoh Kasus dan Pemecahannya) dengan SPSS. Yokyakarta : ANDI Swandari, Fifi. 2003. Pengaruh Perilaku Risiko dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kebangkrutan Bank di Indonesia: Kasus Krisis Ekonomi Tahun 1997. Simposium Nasional Akuntansi VI. Hal 227248.