LAPORAN FIELDTRIP DASAR ILMU TANAH DI COBAN PELANGI Disusun Oleh: KELOMPOK L 1 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011 LAPORAN FIELDTRIP DASAR ILMU TANAH DI CUBAN PELANGI Disusun Oleh: KELOMPOK L NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 NAMA KELAS Wiranata Abdi Sukmana Derra Mahendar M. Intan Kartika Agnestika Risda Felia Nurul Jannah Rizkyna N.D Raditya Dwi Saputra Guindahnawangningtyas Selgis Aprillia Hikmah Nuroniah Putra Pratama Rochmat Mulyadi Bergas Redityo Sendi Puspa Sari Ken Savira Parassayu Riza Anissatul fitriani Petandri Naibaho Mahendra Putra Atik Winarsih Novi Bagus Pratama Fadhila Inggita Hardiningtyas Rud Biondy L L L L L L L ASSISTEN PRATIKUM Silvy Endichristina Silvy Endichristina Silvy Endichristina Sipyanti Sipyanti Silvy Endichristina Silvy Endichristina L L L L L L L L L L L L L Silvy Endichristina Sipyanti Sipyanti Sipyanti Sipyanti Sipyanti Silvy Endichristina Sipyanti Sipyanti Silvy Endichristina Sipyanti Silvy Endichristina Sipyanti PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah dengan lancar. Laporan ini merupakan tugas terstruktur praktikumDasar Ilmu Tanah, Kami selaku penulis mengucapkan terima kasih atas selesainya makalah ini kepada : 1. Mba Selvy selaku asisten pendamping Dasar Ilmu Tanah 2. Mba Sipyanti selaku asisten pratikum Dasar Ilmu Tanah 3. Rekan - rekan Mahasiswa praktikan Dasar Ilmu Tanah Kelas L Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dalam laporan ini guna mencapai hasil yang lebih baik di masa mendatang. Semoga apa yang penulis sampaikan dalam tugas ini dapat bermanfaat bagi semua Mahasiswa Pertanian khususnya Mahasiswa kelas L1, Fakultas Pertanian. Malang, 27 Desember 2011 Tim Penulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan suatu benda yang berbentuk tiga dimensi, yang tersusun dari masa padat, cair dan gas yang terdapat di permukaan bumi. Tanah juga merupakan hasil pelapukan batuan. Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan dan keberadaannya yaitu bahan induk, iklim, topografi, organisme, waktu, vegetasi, dan lain-lain. Untuk mendeskripsikan suatu tanah dapat dilihat dari sifatnya. Sifat tanah sendiri dapat digolongkan menjadi tiga kategori diantaranya sifat fisik, sifat kimia dan biologi tanah. dengan pengujian dari ketiga kategori tersebut akan diketahui ciri-ciri suatu tanah dan tingkat kesuburannnya. Pada fieldtrip kali ini dilakukan pengamatan di Cobaan Pelangi. Pengamatan dilakukan pada semua kategori sifat tanah mulai dari sifat fisik, kimia, biologi, begitu juga dengan pedologi dan penggunaan serta pengolahan lahan. Hal ini dimaksudkan setelah mengetahui seluruh kategori sifat tanah, pedologi, penggunaan serta pengolahan tanah tersebut, akan dapat diketahui pula tingkat kesuburan tanah, sehingga bisa mengetahui potensial lahan tersebut dalam pemanfaatan serta pengolahannya. Apabila potensial lahan tersebut telah diketahui, maka diharapkan dalam pemanfaatannya dapat dilakukan secara bijaksana dan tidak merusak ekosistem yang ada. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dengan disusunnya laporan praktikum ini yaitu, diantaranya: 1. Untuk mendalami teori yang telah didapatkan pada waktu praktikum. 2. Untuk mengetahui unsur-unsur fisika yang terdapat di daerah Coban Pelangi. 3. Untuk mengetahui unsur-unsur biologi yang terdapat di daerah Coban Pelangi. 4. Untuk mengetahui unsur-unsur kimia yang terdapat di daerah Coban Pelangi. 5. Untuk mengetahui unsur-unsur pedologi yang terdapat di daerah Coban Pelangi. 6. Untuk mengetahui deskripsi tanah di daerah Coban Pelangi. BAB II METODOLOGI 2.1 Tempat dan Waktu Tempat : Coban Pelangi Waktu : tanggal 18 Desember 2011 Pukul : 07.00 – selesai 2.2 Alat, Bahan dan Fungsi 1) Pos Biologi 1. Tali rafia, untuk membuat batasan frame yang akan diamati 2. Kayu kecil atau ranting, untuk membuat batasan frame yang akan diamati 3. Cetok, untuk melihat organisme yang ada di dalam tanah. 4. Alat tulis, untuk mencatat hasil pengamatan 5. Frame : untuk menentukan vegetasi yang berada di lahan tersebut. 2) Pos Pedologi Survei set, berisi alat-alat yang diperlukan dalam pengamatan pedologi tanah. Di antaranya: 1. Air bersih (dalam botol plastik) untuk membasahi massa tanah guna penetapan tekstur dan konsistensi dalam keadaan lembap dan basah, dan untuk melembapkan penampang tanah jika terlalu kering. 2. Sekop untuk menggali lubang penampang/profil tanah dengan membuat sisi penampang tegak lurus ke bawah tergantung dari penampang profil yang digunakan. 3. Meteran ban bentuknya agak lebar dan besar, digunakan selain untuk mengukur ketebalan Horizon, juga untuk pengambilan dokumentasi (foto penampang) agar angka-angka kedalamannya terlihat jelas. 4. Sabuk profil, untuk dapat membedakan horizon yang satu dengan yang lainnya. 5. Pisau lapang, untuk menarik garis atau menandai batas lapisan, perbedaan warna, mengambil gumpalan tanah untuk melihat struktur, tekstur; gumpalan bahan kasar (konkresi), selaput liat; mengiris perakaran, dan mengambil contoh tanah. 6. Buku Munsell Soil Color Chart sebagai pedoman untuk menetapkan warna tanah dan semua gejala karatan yang terdapat di dalam penampang. 7. Botol semprot berisi air, untuk membasahi tanah yang akan ditentukan kelas tekstur dan konsistensi tanahnya secara manual di lapangan serta warna tanah. 8. Kompas, untuk menentukan arah penampang terhadap lereng atau letak penampang terhadap sesuatu tanda tetap di lapangan, juga untuk menentukan posisi dan arah di lapangan. 9. Klinometer, untuk menentukan besar sudut elevasi dalam mengukur tinggi obyek secara tidak langsung. 10. Kamera, untuk pengambilan dokumentasi penampang profil. 11. Alat tulis, untuk mencatat hasil praktikum. 3) Pos Fisika Alat tulis, untuk mencatat hasil pengamatan dan penjelasan dari asisten pendamping 4) Pos Kimia Alat tulis, untuk mencatat hasil pengamatan dan penjelasan dari asisten pendamping 2.3 Langkah – Langkah Deskripsi Tanah 1. Pos Pedologi Siapkan alat-alat yang akan digunakan (survey set), buat singkapan atau minipit. Tentukan horizon dari minipit atau singkapan itu. 1. Pertama dengan melihat warna tanahnya, apabila ada perbedaan tanah langsung di berikan garis. 2. Setelah menentukan dengan warna kemudian tentukan dengan merasakan konsistensinya, dengan cara ditususk-tusuk menggunakan pisau. Ambil sebongkah tanah untuk sampel. Pengambilannya dengan cara mencongkelnya dari bawah keatas dan dilakukan pada setiap horizon. Sampel tanah yang diambil, ditentukan strukturnya dengan cara dikocok menggunakan kedua tangan, kemudian ditentukan strukturnya. Setelah menentukan struktur kemudian tentukan tekstur dari tanah dengan cara dirasakan menggunakan tangan atau pangkal lidah dan langit-langit mulut. Setelah menentukan teksturnya, tentukan konsistensi tanah tersebut. Penentuan konsistensi tanah dalam keadaan lembab. Pijit tanah dengan jari telunjuk dan ibu jari. Penentuan konsistensi tanah dalam keadaan basah. Untuk kelekatan: tambahkan air hingga tanah basah kemudian rasakan kelekatannya. Apakah lekat, agak lekat, atau tidak lekat. Setelah mengukur kelekatan kemudian ukur plastisitasnya, dengan cara membuat lingkaran membentuk cincin. Amati apakah tanah itu memiliki plastisitas yang sangat plastis, plastis, atau tidak plastis. Pada pos pedologi yang pertama dilakukan adalah mencari horizon-horizon yang ada pada singkapan yang telah ada sebelumnya. Untuk menemukan horizonhorizon ini dilakukan dengan melihat perbedaan warna pada singkapan serta menusuk-nusuk singkapan sampai ditemukan perbedaan. Kemudian mendeskripsikan tanah mulai dari warnanya menggunakan Munsell Soil Color Chart . kemudian mencari struktur tanahnya dengan cara dikocok dengan kedua tangan, kemudian dilihat bentuknya. Kemudian tekstur, konsistensi lembab dan basah tanah. 2. Pos Biologi Pemberian Materi oleh pemateri Siapkan alat dan bahan Cari tempat dengan permukaan yang rata Lemparkan frame secara acak untuk menentukan vegetasi yang akan diamati Analisis vegetasi dalam frame untuk mengetahui biodiversitas Mengambil sampel tumbuhan yang ada dalam frame, diamati dan dianalisis. Gali 10 cm dan analisis fauna tanah yang ada ambil sampel Pada pos biologi dilakukan dua pengamatan. Pengamatan pertama pada biologi tanah, dengan cara mengambil sampel tanah pada lahan, kemudian menganalisis organiame apa saja yang terdapat di dalamnya. Pengamatan kedua adalah pengamatan vegetasi tanaman dalam frame yang telah tersedia. Kemudian melihat apa saja yang terdapat dalam frame tersebut mulai dai tanaman, hewan maupun seresahnya. Kemudian diambil sampelnya dan dianalysis. 3. Pos Fisika Pemberian Materi oleh Pemateri Siapkan Alat dan Bahan Pada pos fisikaLand yanguse, kitaLand lakukan mengamati kondisi penggunaan Analisis Coveradalah dan Erosi lahan di sekitar, menggambar sketsa lahan rekomendasi 4. Pos Kimia Pemberian Materi oleh Pemateri Siapkan Alat dan Bahan Analisis defisiensi tanah Pada pos kimia tanah yang kita lakukan adalah mengamati vegetasi yang ada di pos tersebut dan menghubungkannya dengan defisisensi unsur hara. BAB III KONDISI UMUM WILAYAH 3.1 Kondisi Biofisik 1. Track 1 a. Land Use Land use atau penggunaan lahan di daerah Coban Pelangi, Malang, Jawa Timur adalah sebagai daerah hutan produksi untuk tanaman tahunan berupa pohon pinus yang diambil getahnya. Selain itu pada lahan ini juga ditanami tanaman semusim sebagai tanaman selipan, berupa tanaman semusim monokultur pada lahan yang agak kosong. Tanaman semusim yang ada diantaranya wortel , bawang, cabai dn lain-lain. b. Land Cover Land cover atau penutupan lahan di daerah Coban Pelangi, Malang, Jawa Timur secara garis besar di dominasi oleh pohon–pohon besar berupa pohon pinus, semak dan tanaman penutup tanah sebangsa rerumputan, tetapi pada beberapa teras ditnami tanaman semusim. Sebagian besar lahannya tertutup oleh vegetasi tersebut. Hal itu membuktikan bahwa pada daerah tersebut tanahnya mempunyai kandungan bahan mineral dan organik dalam jumlah yang banyak yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan agar tumbuh dengan baik. c. Tingkat pengolahan Tingkat Pengolahan di lahan Coban Pelangi, Malang, Jawa Timur pada track 1 tidak terlalu intensif. Pada lahan ini mayoritas tanamannya adalah pohon pinus yang merupakan tanaman tahunan. Sehingga pengolahannya tidak terlalu intensif seperti pada tanaman monokultur. Meskipun pada sebagian kecil lahan ditanami tanaman semusim monokultur, tetapi hal ini tidak menunjukkan keintensifan pengolahan lahan. Karena tanaman utama masih berupa pohon pinus. Track 2 a. Land Use Penggunaan lahan pada daerah Coban Pelangi sebagian besar adalah sebagai daerah tegalan sebagai contoh tanaman jagung. b. Land Cover Land cover di daerah Coban Pelangi secara garis besar di dominasi oleh tanaman budidaya berupa jagung, kubis,tomat dan lain-lain. Selain itu banyak juga tumbuh rumput, ilalang dan juga pohon mahoni di sela rerumputan. c. Tingkat pengolahan Tingkat pengolahan di daerah Coban Pelangi pada track 2 yang di dominansi tegalan relatif lebih intensif dibandingkan track 1. Hal ini dikarenakan tanaman budidaya berupa tanaman semusim, sehingga pengolahan lahannya lebih sering dibandingkan tanaman tahunan. Pada lahan dengan tanaman semusim, masa tanam lebih singkat, hanya beberapa bulan saja, kemudian diganti tanaman baru yang tentusaja pada perpindahan tanaman ini dilakukan pengolahan. Dan hal ini dilakukan setiap usai panen sebelum masa tanam. 3.2 Kondisi Fisiografis 1. Track 1 Kemiringan lereng : 59 0 Relief /topografi 2. : Miring Track 2 Kemiringan lereng : 450 Relief/ topografi : landai Telah diketahui bahwa kemiringan track 1 sebesar 590 dan dikategorikan miring sedangkan pada track 2 sebesar 450 dan dikategorikan landai. Dari segi derajat kemiringannya saja terbukti bahwa lahan pada track 1 lebih miring daripada track 2. Hal ini berarti bentuk lahan track 1 lebih berbentuk lereng daripada track 2. Pemanfaatan pada kedua lahan ini pun akan mempunyai perbedaan akibat besar kemiringan lahannnya. Oleh karena kondisi topografi seperti ini, maka lahan pertanian akan terbatas. Di sini sulit sekali mengembangkan pertanian secara besar-besaran. Demikian pula untuk pengembangan sarana dan prasarana pembangunan seperti jalan atau tempat pemukiman. Mungkin untuk track 2 masih bisa dipakai lahan pertanian, namun mungkin tidak seproduktif di lahan datar. Namun juga harus diikuti dengan pembuatan guludan atau terasiring. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Deskripsi Lingkungan dan Sketsa Lokasi Lingkungan di coban pelangi ini memiliki kemiringan lahan yang curam, karena memiliki kemiringan 59o. Lahan miring memang mempunyai potensi erosi lebih besar daripada lahan datar. Tetapi dikarenakan vegetasi utamanya berupa pohon, kemungkinan erosi yang besar akan terimbangi oleh perakaran pohon yang mampu menahan laju air, sehingga kemunkinan erosi lebih terminimalisir. Meskipun pergerakan air ini membawa partikel-partikel tanah sehingga terjadi erosi sedikit demi sedikit. Penggunaan lahan pada daerah ini digunakan sebagai lahan agroforesti pertanian yang tutupan lahannya berupa pohon pinus, wortel,bawang,tembakau , rerumputan dll. Gambar 2 : Lahan sebenarnya 4.2 Hasil Pengamatan Biodiversitas Tanah Pada fieldtrip Dasar Ilmu Tanah yang diadakan di Coban Pelangi, Malang. Dapat diketahui bahwa tanah di daerah Coban Pelangi relatif subur, sehingga vegetasi yang terdapat di daerah Coban Pelangi juga banyak, sehingga organisme yang hidup di tanahnya juga banyak. Pada frame pengamatan yang berukuran 50 cm x 50 cm, ditemukan beberapa vegetasi rumput-rumputan dan sintrong. Sedangkan organisme yang ditemukan di permukaan tanah dan yang berada di dalam tanah adalah semut, cacing, dan serangga yang tergolong Filum Arthropoda. 4.3 Hasil Pengamatan Tingkat Kesuburan Tanah Dari hasil pengamatan dapat diketahui pada lahan tanaman tahunan yang memiliki jenis vegetasi tanaman pinus dengan tanaman selipan seperti tanaman bawang dan tanaman jahe-jahean. Selain itu juga ditemukan beberapa macam fauna tanah yang juga menentukan tinggi rendahnya tingkat kesuburan tanah atau biologi tanah dan dalam pengamatan ini kita menemukan mikro dan makro fauna tanah seperti cacing yang sangat berperan untuk menyuburkan tanah selain fauna dan vegetasi tanah, kita juga melihat banyaknya seresah yang terdapat diatas tanah. Seresah juga merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi tingkat kesuburan tanah atau biologi tanah karena kandungan karbon yan terdapat didalamnya.Pada Lahan yang diamati kandungan bahan kimia pada tanah yang di butuhkan tanaman yaitu Mg,Na,Fe,K,Ca,P, Yang di butuhkan oleh tanaman Untuk Pertumbuhan . Dapat disimpulkan bahwa, semakin beragam jenis vegetasi dan fauna yang ada dalam tanah, maka akan semakin tinggi pula tingkat kesuburan tanah. 4.4 Hasil Deskripsi Profil Tanah atau Pedologi Tanah pada lokasi tersebut diperngaruhi abu vulkanisme komplek gunung berapi. Epipedon: Umbrik, Endopedon: Cambrik, Ordo: Inceptisol. Horizon Kedalaman Deskripsi Warna :10 YR ¾, struktur:gumpal bersudut,tekstur:liat 1 1-30 cm berdebu, dengan konsistensi lembab gembur dan konsistensi basah agak Perakaran lekat. mikronya banyak, sedangkan perakaran mesonya sedang. Warna : 10 YR ¾, struktur:gumpal besudut , tekstur:lempung, 2 30-40 cm dengan konsistensi lembab gembur dan konsistensi basah agak lekat. Perakaran mikronya sedikit begitu dengan juga perakaran meso. Warna : 10 YR 3/3 struktur:gumpal bersudut , tekstur: lempun, dengan konsistensi lembab 3 40-50 cm gembur dan konsistensi basah agak Perakaran lekat. mikronya sedikit. Warna : 10 YR 3/3 struktur:gumpal bersudut, tekstur liat 4 50-77 cm berpasir, dengan konsistensi lembab gembur dan konsistensi basah lekat BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap Sifat Biofisik Lahan Adanya seresah dan Bahan Organik Tanah menunjukkan adanya aktivitas biologi di tanah. Semakin beragam dan rapatnya vegetasi, akan banyak terdapat organisme baik makro maupun mikro yang ada di permukaan dan atau dalam tanah. Hal ini dikarenakan semakin tersedianya bahan makanan bagi organisme, sehingga banyak seresah dan juga sisa-sisa makhluk hidup yang terdekomposisi. Aktivitas biologi tanah akan memengaruhi sifat fisik tanah seperti tekstur tanah, struktur tanah dsb. Jika ada penggunaan lahan yang sekiranya tidak berhubungan dengan pertanian atau penghijauan, akan mengurangi bahkan bisa merusak keseimbangan antara kondisi biofisik tanah. Karena antara sifat biologi dan sifat fisika tanah saling mempengaruhi. Contohnya Alih fungsi hutan ke pertanian, banyaknya pohon yang ditebang sebagai penyangga dan serapan air hujan dan diganti dengan lahan pertanian akan menyebabkan erosi, longsor, dan degredasi tanah. Berdasarkan literatur, Perubahan penggunaan lahan selain menambah proporsi luas lahan terbangun, juga mengubah tutupan lahan/vegetasi pada lahan terbuka yaitu dari lahan sawah/tegalan menjadi rumput/pekarangan. Perubahan tutupan lahan ini mengakibatkan perubahan sifat biofisik tanah, karena setiap jenis vegetasi memiliki sistem perakaran yang berbeda (Winanti, 1996). Hasil penelitian Widianto et al. (2004) menunjukkan bahwa alih guna lahan hutan menjadi kopi monokultur di Lampung mengakibatkan perubahan sifat tanah permukaan berupa penurunan bahan organic dan jumlah ruang pori. Alih guna lahan tersebut juga mengakibatkan penurunan makroporositas tanah (Suprayogo et al., 2004) dan menurunkan ketebalan seresah dan jumlah pori makro tanah (Hairiah et al., 2004). Terkait dengan perubahan sifat biofisik tanah tersebut, Liedloff (2003) menyatakan bahwa perubahan tutupan lahan mempengaruhi keberadaan biota tanah berupa penyusutan jumlah makroinvertebrata di dalam tanah. 5.2 Pengaruh Penggunaan Lahan Pengelolaan Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah Pada fieldtrip Dasar Ilmu Tanah yang diadakan di Coban Pelangi, Malang. Dapat diketahui bahwa tanah di daerah Coban Pelangi relatif subur, sehingga vegetasi yang terdapat di daerah Coban Pelangi juga banyak, sehingga organisme yang hidup di tanahnya juga banyak. Pada frame pengamatan yang berukuran 50 cm x 50 cm, ditemukan beberapa vegetasi rumput-rumputan dan tanaman sentrong. Sedangkan organisme yang ditemukan di permukaan tanah dan yang berada di dalam tanah adalah semut, cacing, dan serangga yang tergolong Filum Arthropoda. 5.3 Pengaruh Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Terhadap Tingkat Biodiversitas FaunaTanah Keanekaragaman alami atau keanekaragaman hayati, atau biodiversitas, adalah semua kehidupan di atas bumi ini (tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme) serta berbagai materi genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman sistem ekologi di mana mereka hidup. Termasuk didalamnya kelimpahan dan keanekaragaman genetik relatif dari organisme-organisme yang berasal dari semua habitat baik yang ada di darat, laut maupun sistem-sistem perairan lainnya. Tipe penggunaan lahan sangat mempegaruhi komposisi dan kemelimpahan komunitas fauna tanah. Vegetasi akan mempengaruhi fauna tanah melalui sumbangan bahan organik dan perbaikan iklim mikro, sementara itu aktivitas fauna tanah, kondisi tanah, dan iklim akan mendukung produktivitas dan struktur vegetasi. Penggunaan lahan yang baik maka akan mempengaruhi keadaan dan pertumbuhan biodiversitas fauna tanah. Pada daerah yang diamati kelompok kami, penggunaan lahan belum terlalu banyak mempengaruhi keberadaan biodiversitas fauna tanah di sekitar area tersebut. Pada umumnya area tersebut masih terlihat atau masih berupa hutan, dengan kata lain biodiversitas fauna tanah di area tersebut masih terjaga dan masih sangat beragam. Pada area pengamatan tersebut terdapat organisme-organisme tanah yang diantaranya adalah Cacing, Semut, Hifa Jamur, Laba-laba. Hal tersebut membuktikan bahwa penggunaan lahan dan pengolahannya sangat berpengaruh pada bidiversitas fauna tanah. Semakin sering digunakan lahan tersebut walaupung pengolahannya baik tetap akan mengurangi jumlah biodiversitas fauna tanah meskipun mereka tetap dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Semakin banyak bahan organic (sumber makanan mikroorganisme) maka jumlah mikroorganisme yang ada semakin banyak dan tanah menjadi semakin subur. Namun hal tersebut juga akan semakin baik jika lahan tetap pada keadaan alami atau terbentuk secara alami ataupun jika digunakan sebagai lahan pertanian ada baiknya jika menggunakan system ‘Agroforestry’. 5.4 Pengaruh Pengelolaan dan Fisiografi Lingkungan Terhadap Pembentukan dan Perkembangan Tanah Pada lahan di coban Pelangi memiliki ordo inceptisol, yaitu tanah yang pembentukannya melalui proses-proses pelapukan yang menghasilkan mineral-mineral dengan struktur kristal yang cukup rapi. Tanah ini umumnya dijumpai di daerah-daerah yang dingin (pada ketinggian di atas 1000 m dpl) dengan tingkat curah hujan yang sedang sampai tinggi, terutama daerah-daerah yang ada hubungannya dengan material vulkanik. Fisiografi merupakan faktor abiotik yang khas pada suatu habitat. Salah satu faktor ini adalah topografi yang berhubungan dengan bentuk permukaan daratan dan mencakup ketinggian, kemiringan lereng, serta lapisan geologi tanah. Bentuk permukaan tanah ini mempengaruhi sifat dan sebaran komunitas tumbuhan. Ketinggian yang lebih tinggi menyebabkan perbedaan iklim seperti angin, suhu yang lebih rendah dan kelembaban yang ekstrim, serta curah hujan. Bentuk bentang alam tertentu juga menentukan jumlah energi matahari yang mencapai tanah. Ini menerangkan terdapatnya komunitas yang khas yang hidup di tebing terjal, gua, alur dan lereng bukit yang curam. Keterjalan lereng juga mempengaruhi gerakan air dan tanah, sehingga pengikisan terjadi pada permukaan lereng yang miring dan paling sedikit dibagian lembahnya. Pengikisan yang hebat akan terjadi pada permukaan tanpa vegetasi sehingga menyebabkan terbentuknya alur pada tebing-tebing. Formasi tanah merupakan hasil pelapukan batuan dari proses geologi yang terbentuk akibat interaksi dari iklim, bahan induk, relief, organisme dan waktu. Tanah dapat dianggap sebagai lapisan tipis alami yang menutupi permukaan bumi yang menunjang kehidupan. Tanah terbentuk dari batuan atau bahan induk lainnya melalui proses pelapukan. Pelapukan awal dimulai melalui pelapukan mekanis batuan induk menjadi bahan induk yang dibantu oleh perubahan suhu dan hujan. Selanjutnya akar tumbuhan yang hidup berkoloni serta organisme lain seperti cacing tanah, semut dan serangga membantu pemecahan dan penghancuran bahan yang keras yang menghasilkan bahan yang lebih halus. Pada kondisi ini hanya sedikit senyawa terlarut dilepaskan, namun beberapa tumbuhan tertentu dapat hidup di bawah kondisi ini, seperti: lumut. Matinya tumbuhan, organisme lainnya, serta pelapukan bahan induk lebih lanjut menghasilkan humus dan lapisan tanah dan tumbuhan yang dapat tumbuh lebih banyak lagi. Akar tumbuhan yang lebih besar dapat menembus batuan dan bahan induk yang lebih dalam sehingga membatu dalam proses pelapukan mekanisnya. Selain proses pelapukan fisikan pelapukan kimia juga penting di mana keduanya saling berkaitan yang membantu kegiatan satu dengan lainnya. Akibat pelapukan fisika mendorong terjadinya pelapukan kimia yang melibatkan reaksi permukaan. CO2 dan asam-asam yang terlarut dalam air hujan dapat mengikis permukaan batuan. Asamasam karbonat bersama dengan asam lainnya yang terbentuk oleh dekomposisi bahan tumbuhan mati menghasilkan reaksi hidroksida sejumlah unsur. Beberapa sifat tanah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang tumbuh di atasnya terbagi atas sifat fisik, kima dan biologi tanah. Sifat fisik tanah mencakup warna tanah, tekstur, struktur, bulk density, permeabilitas dan stabilitas agregat. Warna tanah walaupun kegunaannya kecil namun dapat dijadikan petunjuk sifat-sifat tanah. Misalnya warna gelap mencirikan kandungan bahan organic yang tinggi, warna kelabu menunjukkan pengaruh air dominan, sedangkan warna merah menunjukkan tanah-tanah yang telah mengalami pelapukan lanjut. 5.5 Pengaruh Sifat Fisik, Kimia dan Biologi serta Morfologi Tanah Terhadap Bahaya Erosi Ditinjau dari hasil pengamatan di lokasi Coban Pelangi, sifat fisik, kimia,biologi, serta morfologi tanah dilokasi tersebut sangat berpengaruh terhadap terjadinya erosi. Sifat fisik yang terdapat dilokasi tersebut yaitu tanah yang bertekstur liat berdebu, berstruktur gumpal membulat, dengan konsistensi gembur dan agak lekat serta permeabilitas lambat. Kondisi fisik yang demikian membuat lahan tersebut tidak mudah terkena erosi. Karena tanah dengan kondisi fisik yang demikian memiliki daya menahan air yang kuat. Sifat kimia tanah pada lokasi tersebut terdapat unsur hara dalam jumlah cukup banyak karena jumlah vegetasi banyak. Jumlah vegetasi memepengaruhi jumlah unsur hara karena bagian tanaman tersebut dapat menghasilkan unsur hara antara lain dalam bentuk seresah yang akan didekomposisi oleh mikroorganisme dalam tanah. Jika unsur hara yang ada pada lahan tersebut banyak maka akan mempengaruhi sifat fisik tanah seperti tekstur, struktur serta porositas yang akan berpengaruh terhadap terjadinya erosi. Sifat biologi tanah pada lokasi tersebut adalah terdapat beragam vegetasi yang berupa pohon besar, tanaman budidaya serta semak atau tanaman penutup tanah. Sehingga bisa dikatakan lokasi tersebut bahaya erosinya ringan. Karena beragam vegetasi tersebut dapat menahan air sehingga dapat mengurangi bahaya erosi. Morfologi tanah pada lahan tersebut tergolong memiliki bahaya erosi yang cukup besar karena kemiringan lereng yang curam. 5.6 Perbandingan Pengaruh Penggunaan Lahan Pada Lokasi Berbeda Terhadap Kondisi Biofisik Lokasi Lahan pada track 1 yang mempunyai bentuk lereng, penggunaan lahannnya lebih kepada agroforesty , dengan tanaman utamanya berupa tanaman tahunan yaitu pohon pinus. Disamping itu pada beberapa teras lahan ditanami tanaman semusim monokultur berupa wortel, bawang, cabai dan lain-lain.pada lahan juga terdapat semak dan tanaman penutup tanah berupa rerumputan. Penanaman tanaman pangan pada daerah ini relative lebih sulit dikarenakan bentuknya yang lereng dan hanya terdapat sedikit teras sehinnga menyulitkan pengolahan lahan, meskipun begitu pada lahan ini juga ditnammai tanaman semusim seperti yang telah disebutkan diatas.. Sehinnga tanaman tahunan lebih cocok dikarenakan tidak perlu mengolah lahan secara intensif, dan kondisi ekosistem pada lahan inipun relative lebih baik daripada pada tanaman semusim monokultur. Sedangkan pada track 2 yang mempunyai bentuk landai, lahannya berupa tegalan yang dibentuk teras-teras. Sehingga pada lahan ini ditanami berbagai macam tanaman semusim. Diantara tanaman yang ditanam adalah jagung, kubis, tomat dan lain-lain yang ditanam pada tegalan berbeda. Selain itu banyak juga tumbuh rumput, ilalang dan juga pohon mahoni di sela rerumputan. Meskipun lahan ini berbentuk landai, pengusahaan pengolahan lahan agar dapat ditanami tanaman pangan maupun monokultur masih dapat dilakukan dengan membentuk sedikit teras pada lahan. Dikarenakan tanaman yang ada adalah tanaman semusim monokultur, pengolahan tanah pada terck 2 ini lebih intensif dibandingkan track 1. BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Pada lahan di coban Pelangi memiliki ordo inceptisol, yaitu tanah yang pembentukannya melalui proses-proses pelapukan yang menghasilkan mineral-mineral dengan struktur kristal yang cukup rapi. Tanah ini umumnya dijumpai di daerah-daerah yang dingin (pada ketinggian di atas 1000 m dpl) dengan tingkat curah hujan yang sedang sampai tinggi, terutama daerah-daerah yang ada hubungannya dengan material vulkanik. Pada track 1 yang mempunyai topografi lereng sebesar 590, sistem penanaman lebih mengarah pada agroforestry dengan tanaman utama berupa pohon pinus dan terdapat juga tanaman semusim monokultur berupa wortel, tembakau, cabai dan lain-lain. Sedangkan pada track 2 yang mempunyai topografi landai, system penanaman monokultur dengan lahan tegalan berteras. Tanaman budidaya yang ditanam berupa jagung, kubis, tomat dan lain-lain. DAFTAR PUSTAKA Anonymous.2010.Analisa Tekstur Tanah. http://www.gogle.com/ analisis tekstur tanah Diakses tanggal 29 desember 2011 Anonymous .2010. Definisi Konsistensi Tanah. http://dasar2ilmutanah.blogspot. com. sifatfisika-tanah bagian-5-konsistensi Diakses tanggal 29 desember 2011 Anonymous.2010. Sifat Fisik Tanah. http: sifat-fisik tanah.html Diakses tanggal 29 desember 2011 Hanafiah,K.A. 2010. Dasar – Dasar Ilmu Tanah.Rajawali Pers.Jakarta Diakses tanggal 29 desember 2011 Rayes, Luthfi M. 2006. Deskripsi Profil Tanah di Lapangan. Unit Penerbitan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang Diakses tanggal 29 desember 2011 Sutanto,R.2005.Dasar – Dasar Ilmu Tanah konsep dan kenyataan. Kanisius. Yogyakarta Diakses tanggal 29 desember 2011 Tim Dosen Jurusan Tanah FPUB. 2010. Panduan Praktikum Dasar Ilmu Tanah. Universitas Brawijaya . Malang Diakses tanggal 29 desember 2011 Lampiran DESKRIPSI DAN KLASIFIKASI Seri: Cuban Pelangi Lokasi: Desa Gubuk Klakah UTM: S7.804780-E112.516930 Jenis pengamatan: Singkapan Bahan induk, batuan: Vulkanik, Deposisi: Fisiografi: Berbukit Lereng: 59% Posisi: Lereng bawah Klasifikasi Iklim : Majemuk Drainase: Cepat Permeabilitas: Lambat Genangan/Banjir : Tanpa Pengelolaan air : Drainase Jenis Erosi : Permukaan Bahaya Erosi : Ringan Keadaan Permukaan : Kerikil Vegetasi Alami : Dominasi Pinus Sistem Penanaman : Tumpang sari Dideskripsi oleh: Minggu , Tanggal: 18 Desember 2011 No foto: Klasifikasi: Rejim kelembapan tanah: Rejim suhu tanah: Epipedon : Umbrik Endopedon : Cambrik Ordo : Inceptisol Sub ordo : Great group: Sub group : Horizon Kedalaman Deskripsi Warna :10 YR ¾, struktur:gumpal bersudut,tekstur:liat 1 1-30 cm berdebu, dengan konsistensi lembab gembur dan konsistensi basah agak Perakaran lekat. mikronya banyak, sedangkan perakaran mesonya sedang. Warna : 10 YR ¾, struktur:gumpal besudut , tekstur:lempung, 2 30-40 cm dengan konsistensi lembab gembur dan konsistensi basah agak lekat. Perakaran mikronya sedikit begitu dengan juga perakaran meso. Warna : 10 YR 3/3 struktur:gumpal bersudut 3 40-50 cm , tekstur: lempun, dengan konsistensi lembab gembur dan konsistensi basah agak Perakaran lekat. mikronya sedikit. Warna : 10 YR 3/3 struktur:gumpal bersudut, tekstur liat 4 50-77 cm berpasir, dengan konsistensi lembab gembur dan konsistensi basah lekat Dokumentasi alat: Dokunmentasi kondisi pos pengamatan Pos biologi Pos fisika Pos kimia Pos pedologi Gambar lahan rekomendasi