peningkatan kreativitas belajar siswa melalui model kontekstual

advertisement
PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI
MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELAS V SDN TEPISARI 02 KABUPATEN SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh:
RIKA PURWANTI
K7106037
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
i
PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI
MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELAS V SDN TEPISARI 02 KABUPATEN SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh :
Rika Purwanti
NIM K7106037
Skripsi
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul ”Peningkatan Kreativitas Belajar Siswa Melalui
Model Kontekstual Dalam Pembelajaran IPA Kelas V SDN Tepisari 02
Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010” , oleh:
NAMA
: RIKA PURWANTI
NIM
: K 7106037
Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Riyadi, M. Si.
Dra. Yulianti, M Pd.
NIP 196701161994021001
NIP. 195411161982032002
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul ”Peningkatan Kreativitas Belajar Siswa Melalui
Model Kontekstual Dalam Pembelajaran IPA Kelas V SDN Tepisari 02
Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010” , oleh:
NAMA
: RIKA PURWANTI
NIM
: K 7106037
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Prodi PGSD Jurusan Ilmu
Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Pada Hari : Rabu
Tanggal : 28 Juli 2010
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang
Ketua
: Drs. Kartono, M.Pd.Si
Sekretaris
: Drs. Hasan Mahfud, M.Pd.i
Anggota I
: Dr. Riyadi, M. Si
Anggota II
: Dra. Yulianti, M Pd.
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
iv
........................
.......................
........................
.......................
ABSTRAK
Rika Purwanti. NIM K7106037. Peningkatan Kreativitas Belajar Siswa
Melalui Model Kontekstual Dalam Pembelajaran IPA Kelas V SDN Tepisari
02 Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010 (Penelitian Tindakan
Kelas pada Siswa Kelas V SDN Tepisari 02, Polokarto, Sukoharjo). Skripsi.
Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Juli 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa
melalui model kontekstual dalam pembelajaran IPA kelas V Semester 2 SDN
Tepisari 02.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian
dilaksanakan dalam tiga siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa
kelas V SD Negeri Tepisari 02 Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/ 2010.
Sumber data berasal dari informasi guru dan siswa, hasil observasi dan
dokumentasi. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, tes dan
dokumentasi. Validitas data menggunakan teknik trianggulasi data dan
trianggulasi metode. Analisis data adalah deskriptif kualitatif dengan
menggunakan teknik analisis model interaktif. Prosedur penelitian adalah model
spiral yang saling berkaitan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kreativitas belajar
siswa dalam pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri Tepisari 02 Kabupaten
Sukoharjo mengalami peningkatan setelah dilaksanakan model pembelajaran
kontekstual yang ditunjukkan dari hasil tes kreativitas yaitu bahwa ketuntasan
klasikal sebelum dilaksanakannya model pembelajaran kontekstual hanya
mencapai 53% siswa saja. Kemudian setelah dilaksanakannya pembelajaran IPA
dengan model pembelajaran kontektual pada siklus I meningkat menjadi 67%,
siklus II meningkat lagi menjadi 87%, dan siklus III mencapai 93%. Dengan
demikian, maka dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran IPA
dengan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kreativitas belajar
siswa kelas V SD Negeri Tepisari 02 Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran
2009/2010.
v
ABSTRACT
Rika Purwanti. NIM K7106037. INCREASING STUDENT LEARNING
CREATIVITY THROUGH IN LEARNING SCIENCE USING CONTEXTUAL
MODEL IN THE FIFTH YEAR OF SDN TEPISARI 02 SUKOHARJO IN THE
ACADEMIC YEAR OF 2009/2010 (The Classroom Action Research Was
Conducted In The Fifth Year Of SDN Tepisari 02, Polokarto, Sukoharjo).
Research Paper. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas
MaretUniversity of Surakarta. July 2010.
The purpose of this research was to increase student learning creativity
through contextual model of learning science in the fifth year of Semester 2 of
SDN Tepisari 02.
This research was a classroom action research. The experiment was
conducted in three cycles, with each cycle consisting of planning, action,
observation, and reflection. The subjects were students of fifth year SDN Tepisari
02, Sukoharjo academic year of 2009/2010. Source of data derived from teacher
and student information, the results of observation and documentation. Data
collection technique was observervation, tests, and documentation. The validity of
the data used triangulation techniques and methods of data triangulation.
Descriptive data analysis was qualitative by using an interactive model analysis
techniques. Research procedure was a spiral model of inter-related.
Based on results of the research, it could be concluded that student's
creativity in science learning in fifth year of SDN Tepisari 02 Sukoharjo increased
after implemented contextual learning model of the test results indicated that the
creativity of classical completeness prior to implementation of contextual learning
models only reach 53% of students. Then after the implementation of learning
science with learning contextual model in the first cycle increased to 67%, the
second cycle increased to 87%, and the third cycle reached 93%. Finally, it should
be a recommendation in learning science by using contextual model could
increasing student learning creativity in the fifth year of SDN Tepisari 02
Sukoharjo in the academic year of 2009/2010.
vi
MOTTO
Sebaik-baiknya mauusia adalah yang patuh pada Tuhan dan yang mampu
memberikan kebahagiaan bagi orang lain
(Mario Teguh: Golden Ways)
Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengan keras adalah
kemenangan yang hakiki.
(Gandhi)
vii
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk :
 Ibu, Bapak, Adik-adikku tersayang,
 Kakakku, yang telah banyak mengajarkanku arti hidup ini
 Bapak dan Ibu Dosen Pembimbing yang senantiasa
membimbingku dalam penyusunan skripsi ini
 Teman-teman seperjuanganku
 Sahabat-sahabatku untuk persahabatan indah ini, maaf ku
sering mengecewakan
 Teman-teman angkatan 2006, aku akan merindukan kalian
 Almamater UNS tercinta
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan
BELAJAR
skripsi
SISWA
dengan
MELALUI
judul
”PENINGKATAN
MODEL
KREATIVITAS
KONTEKSTUAL
DALAM
PEMBELAJARAN IPA KELAS V SDN TEPISARI 02 KABUPATEN
SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2009/2010”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan dalam
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Pendidikan dan Keguruan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Rusdiana Indianto, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Kartono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD Jurusan Ilmu
Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
4. Dr. Riyadi, M. Si, selaku pembimbing I, yang selalu memberikan motivasi dan
bimbingan dalam menyelesaikan penelitian.
5. Dra. Yulianti, M Pd, selaku pembimbing II, yang selalu memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penelitian.
6. Kepala SD Negeri Tepisari 02, yang telah memberi kesempatan dan tempat
guna pengambilan data dalam penelitian.
7. Guru mata pelajaran IPA/ Sains SD Negeri Tepisari 02, yang telah memberi
bimbingan dan bantuan dalam mengadakan penelitian.
8. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini
ix
Penulis menyadari bahwa tiada yang sempurna selain Allah SWT, maka
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Harapan
penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Surakarta, Juli 2010
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PENGAJUAN................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..............................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
HALAMAN ABSTRAK ....................................................................................... v
HALAMAN MOTTO .......................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .........................................................................viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi
BAB I.
PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
BAB II.
LANDASAN TEORI ........................................................................... 7
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 7
B. Penelitian yang Relevan ............................................................... 27
C. Kerangka Berpikir ........................................................................ 28
D. Hipotesis ...................................................................................... 29
BAB III. METODE PENELITIAN................................................................... 30
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 30
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ..................................................... 30
C. Subjek dan Objek Penelitian ........................................................ 32
D. Sumber Data ................................................................................. 32
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 32
xi
F. Validitas Data ............................................................................... 33
G. Analisis Data ................................................................................ 34
H. Indikator Ketercapaian ................................................................. 34
I. Prosedur Penelitian ...................................................................... 35
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 39
A. Diskripsi Latar .......................................................................... 39
B. Diskripsi Pelaksanaan Penelitian ................................................. 40
C. Diskripsi Hasil Penelitian ............................................................ 83
D. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 88
BAB V.
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ........................................ 98
A. Simpulan ...................................................................................... 98
B. Implikasi ...................................................................................... 98
C. Saran ............................................................................................ 99
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 100
LAMPIRAN ....................................................................................................... 101
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.
Tabel Pra Siklus tes kreativitas siswa kelas V SDN Tepisari 02 ......... 3
Tabel 2.
Daftar Jadwal Kegiatan Penelitian ..................................................... 30
Tabel 3.
Indikator tes kreativitas ...................................................................... 40
Tabel 4.
Prosentase Tes Kreativitas Siswa Sebelum Tindakan........................ 40
Tabel 5.
Prosentase Tes Kreativitas Siswa Siklus I ........................................ 53
Tabel 6.
Prosentase Tes Kreativitas Siswa Siklus II ........................................ 67
Tabel 7.
Prosentase Tes Kreativitas Siswa Siklus III....................................... 81
Tabel 8.
Data peningkatan/ perbaikan kegiatan guru ....................................... 83
Tabel 9.
Data prosentase aktivitas siswa siklus I, siklus II, dan siklus III ....... 84
Tabel 10. Nilai rata-rata pada setiap siklus ....................................................... 85
Tabel 11. Prosentase kreativitas siswa sebelum tindakan dan setelah
tindakan pada siklus I......................................................................... 86
Tabel 12. Prosentase kreativitas siswa sebelum tindakan dan setelah
tindakan pada siklus II ....................................................................... 87
Tabel 13. Prosentase kreativitas siswa sebelum tindakan dan setelah
tindakan pada siklus III ...................................................................... 88
xiii
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1. Grafik Kreativitas Siswa Kelas V Sebelum Tindakan ....................... 41
Grafik 2. Grafik Kreativitas Siswa Kelas V SDN Tepisari 02 Pra Siklus dan
Siklus I ............................................................................................... 54
Grafik 3. Grafik Kreativitas Siswa Kelas V SDN Tepisari 02 Pra Siklus,
Siklus I, dan Siklus II ......................................................................... 68
Grafik 4. Grafik Kreativitas Siswa Kelas V SDN Tepisari 02 Pra Siklus,
Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ........................................................ 82
Grafik 5. Grafik Peningkatan Aktivitas Siswa Kelas V SDN Tepisari 02 ........ 85
Grafik 6. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Tepisari 02 .. 86
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.
Pemantulan Teratur ......................................................................... 18
Gambar 2.
Pemantulan Difus ............................................................................ 24
Gambar 3.
Peristiwa Pembiasan Cahaya .......................................................... 24
Gambar 4.
Diagram tahapan pembelajaran kontekstual ................................... 25
Gambar 5.
Bagan Model Kontekstual............................................................... 26
Gambar 6.
Bagan Kerangka Berfikir ................................................................ 29
Gambar 7.
Bagan Model Penelitian Tindakan dari Kurt Lewin ....................... 31
Gambar 8.
Bagan Analisis Data Secara Interaktif Model Milles dan Huberman
......................................................................................................... 34
Gambar 9.
Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ................................... 35
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Perijinan.................................................................................... 101
Lampiran 1a. Surat Keterangan Research dari SD ........................................... 102
Lampiran 1b. Surat Permohonan Ijin Research/ Try Out kepada Rektor ......... 103
Lampiran 1c. Surat Permohonan Ijin Research/ Try Out ke SD ...................... 104
Lampiran 1d. Surat Keputusan Dekan FKIP Tentang Ijin Penyusunan Skripsi105
Lampiran 1e. Surat Permohonan Ijin Penyusunan Skripsi ............................... 106
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ..................................... 107
Lampiran 2a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus I.............................. 108
Lampiran 2b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus II ............................ 117
Lampiran 2c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus III ........................... 125
Lampiran 3. Instrument Penelitian .............................................................. 134
Lampiran 3a. Lembar Observasi Kegiatan Guru ............................................. 135
Lampiran 3b. Lembar Observasi Kegiatan Siswa ............................................ 137
Lampiran 3c. Kisi-Kisi Tes Kreativitas Siswa ................................................. 139
Lampiran 3d. Tes Kreativitas Siswa ................................................................. 140
Lampiran 3e. Lembar Kerja Siswa ................................................................... 146
Lampiran 4. Data Hasil Observasi Guru Mengajar ................................... 156
Lampiran 4a. Hasil Observasi Guru Mengajar Siklus I Pertemuan 1 .............. 157
Lampiran 4b. Hasil Observasi Guru Mengajar Siklus I Pertemuan 2 .............. 159
Lampiran 4c. Hasil Observasi Guru Mengajar Siklus II Pertemuan 1 ............ 161
Lampiran 4d. Hasil Observasi Guru Mengajar Siklus II Pertemuan 2 ............ 163
Lampiran 4e. Hasil Observasi Guru Mengajar Siklus III Pertemuan 1........... 165
Lampiran 4f. Hasil Observasi Guru Mengajar Siklus III Pertemuan 2............ 167
Lampiran 5. Data Hasil Observasi Kegiatan Siswa .................................... 170
Lampiran 5a. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I Pertemuan 1 .............. 171
Lampiran 5b. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I Pertemuan 2 .............. 172
Lampiran 5c. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II Pertemuan 1 ........... 173
Lampiran 5d. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II Pertemuan 2 ........... 174
Lampiran 5e. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus III Pertemuan 1 .......... 175
xvi
Lampiran 5f. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus III Pertemuan 2 ........... 176
Lampiran 6. Data Hasil Belajar Siswa ......................................................... 178
Lampiran 6a. Tabel Data Hasil Belajar Siswa Siklus I .................................... 179
Lampiran 6b. Tabel Data Hasil Belajar Siswa Siklus II ................................... 180
Lampiran 6c. Tabel Data Hasil Belajar Siswa Siklus III ................................. 181
Lampiran 6d. Tabel Data Rata-rata Hasil Belajar Siswa Setiap Siklus ............ 182
Lampiran 7. Data Hasil Tes Kreativitas ...................................................... 183
Lampiran 7a. Tabel Data Hasil Tes Kreativitas Prasiklus, Siklus I, Siklus II,
dan Siklus III .............................................................................. 184
Lampiran 7b. Tabel Prosentase Tes Kreativitas Siswa Pra Siklus dan Grafik
Kreativitas Siswa Kelas V SDN Tepisari 02 pra siklus ............. 185
Lampiran 7c. Tabel Prosentase Tes Kreativitas Siswa Siklus I dan Grafik
Kreativitas Siswa Kelas V SDN Tepisari 02 pra siklus dan
siklus I ....................................................................................... 186
Lampiran 7d. Tabel Prosentase Tes Kreativitas Siswa Siklus II dan Grafik
Kreativitas Siswa Kelas V SDN Tepisari 02 pra siklus,
siklus I, dan siklus II .................................................................. 187
Lampiran 7e. Tabel Prosentase Tes Kreativitas Siswa Siklus III dan
Grafik Kreativitas Siswa Kelas V SDN Tepisari 02 pra
siklus, siklus I, siklus II, dan Siklus III ...................................... 188
Lampiran 7f. Tabel Data Prosentase Hasil Tes Kreativitas Siswa Siklus I,
Siklus II, dan Siklus III .............................................................. 189
Lampiran 8. Dokumentasi dan Contoh Hasil Pekerjaan Siswa................. 190
Lampiran 8a. Dokumentasi Siklus I ................................................................. 191
Lampiran 8b. Dokumentasi Siklus II................................................................ 192
Lampiran 8c. Dokumentasi Siklus III .............................................................. 194
Lampiran 8d. Contoh Hasil Pekerjaan Siswa ................................................... 197
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini kreativitas menjadi sorotan oleh berbagai pihak, khususnya di
dunia pendidikan. Berdasarkan hasil penulisan yang dilakukan oleh Hans Jellen
(dalam Andang Ismail, 2006: 285) dari Universitas Utah AS dan Klaus Urban dari
Universitas Hannover pada bulan Agustus 1987 terhadap siswa usia 10 tahun
dengan sampel 50 siswa di Jakarta, menunjukkan hasil yang sangat mengejutkan.
Ternyata kreativitas belajar siswa di Indonesia sangat rendah dibandingkan
dengan negara-negara yang lainnya. Padahal, kreativitas belajar sangat penting
bagi perkembangan siswa karena berpengaruh besar terhadap totalitas kepribadian
seseorang. Menurut Andang Ismail (2003: 133) menjelaskan bahwa kreativitas
dapat menjadi kekuatan (power) yang menggerakkan manusia dari yang tidak tahu
menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa, bodoh menjadi cerdas, pasif menjadi aktif,
dan sebagainya.
Walaupun saat ini masalah kreativitas belajar siswa sudah mendapat
perhatian begitu besar oleh pemerintah, seperti dengan adanya perbaikan
kurikulum pendidikan yang lebih memfokuskan pada keaktifan siswa dalam
pembelajaran sehingga dapat mengembangkan kreativitas belajar siswa. Namun,
dalam pelaksanaannya di sekolah-sekolah masih sangat memprihatinkan.
Pembelajaran masih cenderung menghambat pertumbuhan dan perkembangan
kreativitas belajar siswa, seperti sistem evaluasi yang terlalu menekankan pada
jawaban benar dan tidak benar tanpa memperhatikan prosesnya dan adanya mata
pelajaran yang disiswatirikan, padahal mata pelajaran tersebut sangat menunjang
terhadap perkembangan kreativitas belajar siswa.
Menurut Fadelis E. Waruwu yang diterjemahkan oleh Monti P Satiadarma
(2003: 109), "kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan
sesuatu yang baru berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam karya baru
maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada".
Menurut Utami Munandar (1997: 49-50), "....secara operasional,
pengertian kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan
1
2
kelancaran, keluwesan (flesibilitas), orisinilitas dalam berpikir, serta kemampuan
untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu
gagasan."
Apabila guru berupaya meningkatkan kreativitas, selain guru harus mampu
mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, juga harus menciptakan suasana
pembelajaran yang menarik bagi siswa. Sesuai dengan suasana seperti ini, siswa
selain dapat mengasah kemampuan kognitifnya, juga mendapatkan pengalaman
langsung, sehingga pembelajaran menjadi
lebih bermakna bagi siswa.
Pembelajaran bermakna membuat siswa dapat menemukan sendiri fakta dan
konsep serta menumbuhkembangkan nilai-nilai yang dituntut.
Upaya mewujudkan pembelajaran yang bermakna dapat menggunakan
model pembelajaran kontekstual yang sering disebut dengan istilah Contekstual
Teaching and Learning (CTL). CTL merupakan model pembelajaran yang
mengaitkan antara materi pelajaran dengan kehidupan nyata. Pengetahuan dan
keterampilan akan diperoleh siswa dengan membangun sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya tersebut ketika ia belajar. Sedangkan proses pembelajaran
kontekstual berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan yang dilakukan
siswa untuk bekerja dan mengalaminya sendiri, bukan transfer pengetahuan secara
instan oleh guru kepada siswa. Jadi, peran guru hanya sebatas pembimbing dan
fasilitator, sehingga pembelajaran yang mengaktifkan siswa dan bermakna bagi
siswa dapat dilaksakan. Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan kreativitas
belajar siswa dapat diperoleh melalui model kontekstual.
Menurut kurikulum 1994, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil
kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi
tentang alam sekitar yang diperoleh melalui pengalaman dengan serangkaian
proses ilmiah, antara lain penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasangagasan. Jadi tujuan pembelajaran IPA lebih mengarah pada keterampilan proses
yang berpengaruh terhadap munculnya suatu kreativitas dalam pengembangannya
di kehidupan nyata.
Pembelajaran IPA sangat terkait erat dengan hal-hal seperti 1)
pengembangan keterampilan proses, 2) pemahaman konsep-konsep IPA, 3)
2
3
pengembangan kemampuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi,
dan 4) pengembangan dasar kesadaran tentang adanya hubungan keterkaiatan
yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi dengan keadaan
lingkungan dan manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari.
Berdasar hasil pengamatan dan wawancara kepada guru bidang studi IPA
kelas V SDN Tepisari 02, diperoleh gambaran bahwa kreativitas belajar siswa di
kelas V sangat rendah dengan ditandai dengan (1) siswa cenderung monoton,
pengetahuan siswa hanya terbatas pada apa yang diperoleh dari guru, (2) siswa
kesulitan dalam mengembangkan pengetahuan yang diperoleh dari pembelajaran,
(3)siswa kurang berani mengungkapkan ide, gagasan, ataupun pendapat. Selain
dari hasil pengamatan serta wawancara terhadap guru, penulis juga melakukan tes
kreativitas terhadap siswa sehingga diperoleh data yang diperlihatkan pada tabel1.
Tabel 1. Tabel Pra Siklus tes kreativitas siswa kelas V SDN Tepisari 02
No
1
2
3
4
Nilai
21 – 40
41 – 60
61 – 80
81 - 100
Jumlah
Frekuensi
Prosentase
1
7%
6
40%
7
47%
1
7%
15
100%
Ketuntasan Klasikal = 54%
Rata-rata Kelas = 58,13
Kategori
tidak kreatif
kurang kreatif
kreatif
sangat kreatif
Berdasar data tersebut tampak bahwa hanya ada 54% siswa yang
menunjukkan kreativitasnya dan yang lainnya menunjukkan kategori kreativitas
kurang dan tidak kreatif. Hal tersebut membuktikan bahwa kreativitas siswa kelas
V di SDN Tepisari 02 masih rendah sehingga perlu adanya upaya untuk
meningkatkannya dengan perbaikan dalam proses pembelajaran.
Menurut pengamatan penulis, rendahnya kreativitas pada siswa kelas V
SDN Tepisari 02 disebabkan karena dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas,
penggunaan model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru
cenderung menggunakan model konvesional pada setiap pembelajaran yang
dilakukannya. Hal ini disebabkan kurangnya penguasaan guru terhadap modelmodel pembelajaran yang ada. Padahal penguasaan terhadap model-model
pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan profesional
3
4
guru, dan sangat sesuai dengan kurikulum KTSP. Selain itu, guru masih
cenderung hanya melatih siswa untuk berpikir konvergen, yang hanya berpikir
satu arah, yang benar atau satu jawaban paling tepat, atau satu pemecahan dari
suatu permasalahan. Sedangkan sikap kreatif siswa kurang mendapat perhatian.
Padahal, sikap kreatif menuntut siswa untuk berpikir divergen, yaitu berpikir
dalam arah yang berbeda-beda sehingga diperoleh banyak macam jawaban yang
unik tetapi benar.
Perlu kita ketahui bahwa apabila kreativitas siswa tidak ditingkatkan maka
akan berakibat pada kekurangmampuan siswa dalam penyelesaian masalah yang
mungkin akan ia hadapi karena siswa terbiasa mendapatkan segala sesuatu secara
instan. Kreativitas anak sangat penting untuk ditingkatkan karena dapat
menambah kepekaan anak terhadap lingkungan sekitar sehingga mampu
memberikan kontribusi perubahan ke arah yang lebih baik.
Menurut Peraturan Pemerintah no 22 tahun 2006 yang diunduh dari
Sarwanto (2009) menjelaskan bahwa “Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah”. Ini berarti
bahwa pelaksanaan pembelajaran IPA hendaknya lebih mengaktifkan siswa
dengan cara siswa mengalaminya sendiri dari menemukan permasalahan, mencari
solusi
permaslahan,
hingga
penyelesaian
masalahnya.
Sehingga
model
pembelajaran kontekstual sangat cocok digunakan dalam pembelajaran IPA.
Berdasarkan hal tersebut, penerapan model pembelajaran kontekstual
menjadi alternatif untuk dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam mata
pelajaran IPA. Salah satu kebaikan dari model pembelajaran kontekstual ini
adalah bahwa siswa belajar mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan
pertanyaan, dan mencoba menemukan jawaban terhadap pertanyaannya sendiri
dengan melakukan kegiatan observasi (penyelidikan). Berdasarkan cara seperti
itu, siswa akan menjadi kritis dan kreatif.
Berdasar penjelasan di atas, maka permasalahan yang diajukan penulis
terlalu luas sehingga kurang terarah. Oleh karena itu, penulis membatasinya pada
SDN Tepisari 02 kelas V semester dua pada pokok bahasan tentang siklus air.
Dengan pembatasan masalah sebagai berikut:
4
5
1. Kreativitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA yang dimaksudkan pada
penulisan ini adalah kreativitas dalam melakukan percobaan tentang sifat-sifat
cahaya dan kreatifitas siswa dalam membuat hasil karya berupa benda
sederhana dengan menerapkan pengetahuan tentang sifat cahaya.
2. Kontekstual dalam penulisan ini adalah suatu model pembelajaran yang
mengkaitkan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari dan melibatkan
pengalaman langsung siswa.
Berdasar uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan
tindakan kelas dengan judul "Peningkatkan Kreativitas Belajar Siswa Melalui
Model Kontekstual dalam Pembelajaran IPA Kelas V Semester 2 SDN Tepisari
02 Kabupaten SukoharjoTahun Pelajaran 2009/2010".
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan penelitian
dapat dirumuskan yaitu : “Apakah penerapan model kontekstual dapat
meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA kelas V Semester
2 SDN Tepisari 02?”.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan
kreativitas belajar siswa melalui model kontekstual dalam pembelajaran IPA kelas
V Semester 2 SDN Tepisari 02.
D. Manfaat Penulisan
Secara teoritis, hasil penulisan ini dapat memberikan masukan dan
referensi bagi penulisan berikutnya yang sejenis. Hasil penulisan ini diharapkan
memberi manfaat dalam rangka menunjang keputusan Mendikbud No.060/4/1993
tentang pendidikan dasar. Secara praktis penulisan/ pengenalan metode
kontekstual ini mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Bagi guru
a. Tercapainya tugas sebagai pengajar dan pendidik yang profesional,
5
6
b. Pembelajaran kontekstual menjadi alternatif bagi guru dalam
pembelajaran IPA,
c. Tumbuhnya kesadaran guru untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan, materi,
karakteristik siswa, dan kondisi pembelajaran,
d. Berkembangnya kemampuan diri secara kreatif dan fungsional.
2. Bagi siswa
a. Bertambahnya pengalaman baru yang mampu memberikan kontribusi
terhadap peningkatan kreativitas belajarnya,
b. Terlatihnya kemampuan siswa untuk dapat memecahkan masalah
dengan pendekatan ilmiah sehingga terdorong untuk aktif secara fisik,
mental, dan emosi dalam pembelajaran,
c. Bertambahnya pengetahuan dan wawasan siswa.
3. Bagi Sekolah
a. Masukkan kebijakan sekolah dalam upaya meningkatkan proses
belajar mengajar untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa.
b. Meningkatnya mutu dan kualitas sekolah.
6
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Kreativitas Belajar Siswa
a. Pengertian Kreativitas
Kreativitas merupakan suatu bidang kajian yang kompleks yang
menimbulkan berbagai pandangan yang berbeda. Perbedaan pandangan tersebut
bergantung pada bagaimana seseorang mendefinisikan arti kreativitas itu sendiri.
Sebagian orang berpendapat bahwa kreativitas merupakan sikap hidup dan
perilaku sebagai suatu cara untuk berpikir. Namun, ada yang mengkaitkan
kreativitas dengan gagasan-gagasan baru atau temuan-temuan baru yang terkait
dengan ilmu, teknologi, dan pemecahan atas suatu masalah.
Kreativitas dapat menjadikan sesorang tampak berbeda dari yang lain.
Perbedaan yang ada pada diri seseorang tersebut akan memberikan peluang
kesuksesan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang diunduh dari Rumah Cerdas
Kreatif (2009) yang menyatakan bahwa “….kreativitas menghasilkan perbedaan
dan orang yang kreatif bisa stand out of the crowd, tampil diantara kerumunan
orang. Perbedaan membuat peluang baru terbuka”.
Manusia kreatif adalah orang yang mampu berpikir kreatif. Orang
dikatakan mampu berpikir kreatif jika ia mampu menemukan ide dan gagasan
baru atas pengetahuan yang lama, dan juga mampu mengembangkan pengetahuan
yang sudah ada. Menurut Brown & Keeley (1990: 219) berpikir kreatif adalah
sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memperhatikan intuisi
menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru,
membuka sudut pandang yang menajubkan, dan membangkitkan ide-ide yang
tidak terduga.
Menurut Fidelis E Waruwu yang di terjemahkan oleh Monti P Satiadarma
(2003: 109), "kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan
sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam karya
baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada".
7
7
8
Selain itu, ada juga yang mengkaitkannya dengan tekanan sikap artistik,
artinya yang kreatif itu adalah berseni. Don Fanbus dalam Julius Candra (1994:
12) mengartikan kreativitas dalam arti yang luas yaitu: "semua cetusan daya
kerohanian, dan seluruh kepribadian, yang merupakan pernyataan (aktualisasi)
kehidupan, baik yang berasal dari seseorang maupun dari sekelompok orang".
Berikut ini merupakan beberapa pendapat ahli tentang pengertian
kreativitas yang diunduh dari Chietra (2008), antara lain:
1) Menurut Clark Moustakis (1967), ahli psikologi humanistic menyatakan
bahwa kreativitas
adalah pengalaman
mengekspresikan dan
mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam
hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain.
2) Menurut Rhodes, umumnya kreativitas didefinisikan sebagai Person,
Process, Press, Product. Keempat P ini saling berkaitan, yaitu Pribadi
(Person) kreatif yang melibatkan diri dalam proses (Process) kreatif, dan
dengan dorongan dan dukungan (Press) dari lingkungan, menghasilkan
produk (Product) kreatif.
3) Menurut Hulbeck (1945), “ Creative action is an imposing of one’s own
whole personality on the environment in an unique and characteristic
way”. Dimana tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan
kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya.
4) Menurut Sternberg (1988), kreativitas merupakan titik pertemuan yang
khas antara tiga atribut psikologis, yaitu intelegensi, gaya kognitif, dan
kepribadian/motivasi.
5) Menurut Baron (1969) yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan
untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru.
6) Menurut Haefele (1962), kreativitas adalah kemampuan untuk membuat
kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial.
7) Menurut Torrance (1988), kreativitas adalah proses merasakan dan
mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan
(masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian
mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasilhasilnya.
Jadi kreativitas dapat diartikan dengan suatu kemampuan yang dimiliki
individu untuk menghasilkan sesuatu yang baru ataupun suatu kombinasi dari
sesuatu yang sudah ada sebelumnya baik berupa ide atau gagasan maupun suatu
benda atau hasil karya tertentu melalui suatu proses kreatif yang peka terhadap
berbagai kondisi sekitar sehingga memunculkan keunikan pada dirinya yang
tampak berbeda dengan yang lainnya. Keunikan tersebut memungkinkan peluang
kesuksesan pada diri seseorang.
8
9
Pengembangan kreativitas dalam pembelajaran, menurut Gordon dalam
Joice & Weill (dalam E. Mulyana 2005: 163) mengemukakan empat prinsip dasar
tentang kreativitas, antara lain:
“…. Pertama, kreativitas merupakan sesuatu yang penting dalam kegiatan
sehari-hari. Hampir semua manusia berhubungan dengan proses kreativitas,
yang dikembangkan melalui seni atau penemuan-penemuan baru. Lebih jauh
Gordon menekankan bahwa kreativitas merupakan bagian dari kehidupan kita
sehari-hari dan berlangsung sepanjang hayat. Kedua, proses kreatif bukanlah
sesuatu yang misterius. Hal tersebut dapat diekspresikan dan mungkin
membantu orang secara langsung untuk meningkatkan kreativitasnya. Secara
tradisional, kreativitas didorong oleh kesadaran yang memberi petunjuk untuk
mendeskripsikan dan menciptakan prosedur latihan yang dapat diterapkan di
sekolah atau lingkungan lain. Ketiga, penemuan kreatif sama dalam semua
bidang, baik dalam bidang seni, ilmu, maupun dalam rekayasa. Selain itu,
penemuan kreatif ditandai oleh beberapa proses intelektual. Keempat, berpikir
kreatif baik secara individu maupun kelompok adalah sama. Individu dan
kelompok menurunkan ide-ide dan produk dalam berbagai hal."
Berdasarkan prinsip-prinsip kreativitas tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa kreativitas merupakan bagian dari kehidupan manusia yang dapat
berkembang sepanjang hidup dan untuk meningkatkannya perlu adanya suatu
kesadaran terhadap lingkungan. Pada umumnya penemuan kreatif pada semua
bidang adalah sama yang ditandai dengan proses intelektual dan berfikir kreatif
individu dan kelompok adalah sama yaitu sama-sama menurunkan suatu ide
maupun produk tertentu.
Pengukuran kreativitas seseorang dapat dilakukan dengan berbagai macam
tes, seperti yang dikemukaan secara ringkas oleh Utami Munandar (1999: 65-67),
sebagai berikut:
1) Tes Guilford; untuk mengukur kemampuan berpikir divergen.
2) Tes Torrance; untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif dengan
memicu ungkapan secara simultan operasi mental, khususnya kelancaran,
kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi. Tes ini ada dua bentuk, yaitu verbal
dan vigural.
3) Test for Creative Thinking- Drawing production (TCT-DP) oleh Jellen and
Urban; tes dengan menyuruh responden untuk melengkapi gambar.
4) Tes berpikir kreatif dengan bunyi dan kata (oleh Torrance, Kathena, dan
Cunnington); dengan menampilkan rangsangan dalam bentuk suara bunyi
dari yang sederhana hingga yang rumit.
5) Tes persepsi kreatif dan inventory (oleh Torrance- Khatena); dengan cara
pengamatan diri sendiri dalam bentuk daftar periksa, kuesioner, dan
inventory.
9
10
Menurut pendapat yang diunduh dari Basti (2008), seseorang yang
memiliki kreativitas yang tinggi menunjukkan beberapa ciri, diantaranya adalah:
1) Selalu ingin tahu atau memiliki dorongan ingin tahu yang kuat (Munandar,
1985 & 1995), mencakup keinginan untuk mendapatkan pengalaman baru,
keinginan bertanya dan mencoba, tertarik pada sesuatu yang belum jelas
(misteri), avonturisme, sifat penuh semangat, optimis, ambisius, minat
yang luas, toleransi terhadap kemajemukan, serta setuju dalam perbedaan,
tekun, dan pantang menyerah/ energik dan aktif, kritis dan berani
berpendapat.
2) Memiliki harga diri dan percaya diri yang tinggi, akan menyebabkan
individu lebih mantap dalam melakukan pemerkayaan informasi dan lebih
berinovasi, serta dapat menghargai dan memanfaatkan kesempatan.
3) Memiliki sifat mandiri atau independen. Sifat mandiri berkaitan dengan
keberanian dalam mengambil resiko dan berani mencoba, tetapi salah satu
sifat orang kreatif adalah kurang suka pada konformitas.
4) Memiliki sifat asretif (berani berpendapat), dapat dilihat dari sikap/ cara
kerja individu melakukan aktivitas yang cenderung lebih berpegang pada
tugas dan permasalahannya (task oriented) dan tidak berorientasi pada
erson (self oriented). Dalam penampakannya, sifat asertif sering berupa
berani berpendapat, kedisiplinan, dan ketegasan.
5) Keberanian dalam mengambil resiko atau berani mencoba. Bentuk
perwujudan sifat berani mengambil resiko, diantaranya suka berinisiatif,
berani mempertahankan pendapat dan berani mengakui kesalahan, tidak
teralu takut, ragu, atau malu dikritik, bahkan tidak terlalu takut berbuat
salah.
Utami Munandar (1992: 34) mengungkapkan beberapa matra dari ciri-ciri
kreativitas, sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Dorongan rasa ingin tahu
Sering mengajukan pertanyaan yang baik
Memberikan banyak gagasan dan usulan terhadap suatu masalah
Bebas dalam menyatakan pendapat
Mempunyai rasa keindahan
Menonjol dalam salah satu bidang seni
Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah
terpengaruh orang lain
8) Rasa humor tinggi
9) Daya imajinasi kuat
10) Keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan,
dan sebagainya; dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara
orisinal, yang jarang diperlihatkan kepada anak-anak yang lain)
11) Dapat bekerja sendiri
12) Senang mencoba hal-hal baru
13) Kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan
elaborasi)
10
11
Setiap individu mempunyai kreativitas, tetapi ada kecenderungan
kreativitas seseorang lebih tinggi dari pada orang yang lain. Hal ini disebabkan
adanya penghalang (aral) kreativitas tersebut. Jadi, perkembangan kreativitas
seseorang sangat dipengaruhi oleh kemampuan seseorang tersebut dalam
menghadapi penghalang tersebut. Menurut pendapat yangm diunduh dari Hendry
Risjawan (2008) “...aral kreatifitas (creativity block) adalah kondisi internal
maupun eksternal (lingkungan) yang menghalangi proses kreatif”. Aral internal
berasal dari dalam diri individu sendiri dan bisa berbentuk pola pikir, paradigma,
keyakinan, ketakutan, motivasi, dan kebiasaan. Sedangkan aral eksternal berasal
dari lingkungan sekitar yang berupa aral sosial, aral organisasi, dan aral
kepemimpinan.
Berdasarkan definisi dan ciri kreativitas yang dikemukakan Basti dan
Utami Munandar tersebut, maka kreativitas belajar siswa dapat diketahui dari 1)
rasa keingintahuan tinggi yang ditunjukkan dengan tertarik terhadap banyak hal,
senang mencari tahu/ informasi, dan banyak mengajukan pertanyaan yang
berhungan dengan hal yang ingin diketahuinya tersebut. 2) Mampu memecahkan
masalah yang dihadapi, dengan ditunjukkan mampu menentukan tujuan dan objek
dari permasalahan tersebut, mampu mencari dan merinci penyebab dari
permasalahan tersebut, mampu mengusulkan solusi, dan mampu mengantisipasi
tantangan baru dari kegiatan yang telah dilakukannya. 3) Mampu memunculkan
gagasan asli, dengan menunjukkan kemampuan dalam berpendapat, berimajinasi,
dan berani mencoba sesuatu yang baru.
Menurut Horng yang diunduh dari Ridwan Saptoto (2008) menyatakan ada
lima strategi pengajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru untuk meningkatkan
kreativitas siswa, yaitu:1) pembelajaran yang berpusat pada siswa, 2) penggunaan
berbagai peralatan bantu dalam pengajaran, 3) strategi manajemen kelas, 4)
menghubungkan isi pengajaran dengan konteks kehidupan nyata, 5) menggunakan
pertanyaan terbuka dan mendorong para siswa untuk berfikir kreatif.
Pembelajaran yang berpusat pada guru (student-centered learning), pada
pembelajaran ini fungsi guru hanya sebagai fasilitator bagi siswa untuk belajar.
Tugas guru adalah menciptakan suasana pembelajaran yang menarik bagi siswa
11
12
untuk mengeksplorasi berbagai ide yang dimilikinya sehingga timbul pemikiranpemikran yang kreatif dari siswa. Guru hendaknya memberikan ruang gerak bagi
siswa dalam belajar sehingga pembelajaran tidak tampak monoton.
Penggunaan berbagai peralatan bantu dalam pengajaran (multi-teaching
aids assisstance), guru hendaknya memanfaatkan berbagai alat yang ada di sekitar
yang memungkinkan pembelajaran menjadi menarik bagi siswa. Penggunaan alat
bantu pengajaran tidaklah harus mahal, tetapi bisa memanfaatkan benda-benda
sekitar yang ada misalnya bisa memanfaatkan sendok sebagai pengganti cermin
cembung-cekung, hasil karya siswa, kotak pensil, atau yang lainnya yang
memungkinkan siswa bergairah dalam berfikir, memperluas sudut pandangnya,
dan memicu diskusi yang lebih mendalam.
Strategi manajemen kelas (class management strategies), strategi ini
mencakup dalam penciptaan interaksi kelas yang bersahabat. Guru hendaknya
mempercayai siswa bahwa siswa mempunyai kreativitas yang tinggi yang mampu
memunculkan gagasan-gagasan di luar dugaan sehingga dalam pembelajaran tidak
perlu adanya pembatasan-pembatasan yang memungkinkan siswa tidak kreatif.
Menghubungkan isi pengajaran dengan konteks kehidupan nyata
(contextual), pada umumnya siswa menyukai segala sesuatu yang berhubungan
dengan kehidupan nyata. Guru yang melaksanakan pembelajaran kontekstual
berarti telah membagikan pengalamannya untuk siswa. Hal tersebut dapat memicu
siswa untuk berfikir tingkat tinggi. Proses pembelajaran kontekstual ini dapat
memicu
siswa
dalam
mengembangkan
keterampilannya
yang
mampu
mengekspresikan dan merealisasikan dalam kehidupan sehari-harinya sehingga
siswa menjadi peka terhadap segala sesuatu yang ada di sekitar. Sesuatu yang ia
temukan atau ia peroleh dari guru akan menimbulkan rasa ingin tahu pada siswa
untuk membuktikannya atau menghubungkannya dengan berbagai pengalaman
yang telah ia peroleh sebelumnya. Dengan demikian, maka pembelajaran yang
baik adalah pembelajaran yang membebaskan kreativitas siswa.
Menggunakan pertanyaan terbuka dan mendorong para siswa untuk
berfikir kreatif (open questions and encouragement of creative thinking),
pertanyaan terbuka akan mendorong siswa untuk berfikir kreatif. Pertanyaan
12
13
terbuka memiliki jawaban yang bebas dan bersifat konvergen sehingga sangat
kecil kemungkinan bagi siswa yang memiliki jawaban sama. Dengan kebebasan
dalam
menjawab
akan
menuntun
siswa
untuk
berfikir
kreatif
dalam
menyelesaikan masalah yang ditimbulkan dalam pertanyaan tersebut. Siswa yang
berfikir kreatif berarti telah mengasah kreativitasnya.
b. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu usaha perubahan tingkah laku siswa ke arah yang
lebih baik melalui latihan dan pengalaman. Hal ini sesuai dengan pendapat
Aunurahman (2009: 35) yang menyatakan "belajar adalah suatu proses yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam
interaksi dengan lingkungan”.
Beberapa ciri umum kegiatan belajar menurut Wragg (dalam Aunurahman,
2009: 35-37) antara lain, 1) belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri
seseorang yang disadari atau disengaja, 2)belajar merupakan interaksi individu
dengan lingkungan, 3) hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.
Menurut Slameto (dalam Kartono, 2004: 5) mengatakan bahwa “belajar
ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sehingga hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Jadi, belajar merupakan suatu proses perubahan baik tingkah laku maupun
pengetahuan individu secara keseluruhan yang diperoleh melalui proses interaksi
dengan lingkungan sekitar baik mental maupun fisik.
Ada banyak faktor pendukung yang mempengaruhi belajar anak antara
lain faktor keluarga, sekolah, masyarakat, dan faktor pribadi anak. Berdasar ke
empat faktor tersebut dapat diperinci menjadi faktor eksternal dan faktor internal.
Menurut pendapat yang diunduh dari Radix Hidayat (2008) menjelaskan
pengertian dari faktor internal dan faktor eksternal sebagai berikut:
1) Faktor internal merupakan motivasi idealis yang membantu seseoarang
dalam belajar. Seseorang yang memiliki motif internal akan lebih kuat
dalam proses belajarnya dan tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan
13
14
di sekitarnya. Motif internal lahir dari perenungan tentang konsep diri
(filosofis) yang mempertanyakan manfaat belajar itu sendiri.
2) Faktor eksternal adalah seluruh faktor yang mendukung proses belajar di
luar motif idealis yang dibahas di atas. Faktor eksternal meliputi peran
dari orang tua, pengajar, dan lingkungan sekitar. Faktor ini sering
terabaikan yang diakibatkan oleh sifatnya hanya tekanan atau paksaan
yang diterima oleh murid. Kondisi yang dapat mengurangi motivasi
belajar murid adalah ketika guru mendominasi proses belajar maka
murid dijadikan sebagai objek pasif yang hanya mendengarkan dan
mentaati semua perintah guru.
Berdasar penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
kegiatan anak dalam belajar sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. 1) Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri
anak yang terdiri dari psikologi anak dan jasmani anak. Psikologi lebih mengarah
pada motivasi, intelegensi, kesiapan, bakat, dan kreativitas. Sedangkan jasmani
anak lebih mengarah pada kesehatan dan kondisi fisiknya. 2) Faktor Eksternal
adalah faktor yang mempengaruhi berasal dari luar anak yang terdiri dari faktor
keluarga, faktor pergaulan/ masyarakat, dan faktor pola pendidikan dari sekolah.
c. Pengertian Kreativitas Belajar Siswa
Kreativitas belajar siswa merupakan faktor yang sangat penting dalam
pembelajaran. Devinisi Renzulli tentang keberbakatan (dalam Utami Munandar,
1999: 6) mengatakan "Sekarang makin disadari bahwa yang menentukan
keberbakatan bukan hanya intelegen (kecerdasan) melainkan juga kreativitas dan
motivasi untuk berprestasi". Saat ini, kreativitas menjadi sorotan oleh berbagai
pihak karena mereka sudah mulai menyadari betapa pentingnya kreativitas. Untuk
itulah, kreativitas mulai dikembangkan di lembaga-lembaga pendidikan. Hal
tersebut dilakukan dengan membuat inovasi-inovasi model pembelajaran baru
yang lebih mengaktifkan siswa sehingga dapat meningkatkan kreativitasnya.
Tugas utama pendidik adalah menciptakan manusia kreatif, dan melalui
kreativitasnya tersebut diharapkan manusia dapat memperbaiki kehidupan. Hal ini
dinyatakan oleh Piaget (dalam Mulyasa, 2006: 126) sebagai berikut "the principal
goal of education is to create men who are capabe of doing new things, not simply
of repeating what other generations have done-men who are create, inventive, and
discoverers”.
14
15
Berdasarkan penjelasan tentang kreativitas dan belajar di atas, maka dapat
diketahui bahwa kreativitas belajar siswa adalah suatu proses perubahan pada diri
individu melalui interaksi dengan lingkungan sekitar sehingga mampu memahami
segala sesuatu di sekitar dan menghasilkan sesuatu yang baru dan mampu
memberikan konstribusi terhadap perubahan yang lebih baik.
Upaya menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas belajar siswa dapat
dilakukan dengan mendorong siswa untuk mengekspresikan dirinya melalui
berbagai cara seperti dengan memberikan kesempatan siswa untuk menyampaikan
perasaan, keinginan, dan gagasannya, memberikan pengakuan terhadap proses
kreatifnya dengan memberi pujian ataupun menempel/ membingkai hasil
karyanya, menciptakan lingkungan kelas sebagai sumber belajar yang
menyenangkan, dan menanyakan penilaian atas hasil karyanya sebelum orang lain
memberikan penilaian.
2. Model Pembelajaran Kontekstual dalam Pembelajaran IPA di SD
a. Model Pembelajaran Kontekstual
Menurut Winataputra dalam Sugiyanto (2008: 7), model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembeajaran dan para
pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
Ada banyak model pembelajaran yang dikembangkan oleh pakar, tetapi
tidak setiap model dapat pakai untuk semua mata pelajaran. Oleh karena itu,
diperlukan perencanaan yang matang dalam merencanakan pembelajaran dan
pemilihan model pembelajaran yang tepat dengan berbagai pertimbangan, seperti
tujuan utama pembelajaran, materi ajar, kondisi dan kemampuan siswa, kondisi
lingkungan atau kelas, dan waktu pelaksanaan.
Menurut Sugiyanto (2008: 9), kontekstual adalah model pembelajaran
yang mendorong guru untuk menghubungkan dengan situasi dunia nyata siswa,
selain itu juga mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri.
15
16
Model pembelajaran kontekstual merupakan suatu model pembelajaran yang
memayungi model-model pembelajaran yang lainnya. Sedangkan menurut Diah
Nugraheni (2007: 12), CTL adalah konsep belajar yang membantu guru dalam
mengaitkan antara pokok bahasan yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Menurut pendapat yang diunduh dari Ifraj Shamsid-Deen (2006)
menyatakan “Although these practices have been identified in the literature as
characterizing contextual teaching and learning, they are not exclusive to the
concept; these practices are also present in other instructional processes”. Ini
berarti bahwa dalam pelaksanaan kontekstual tidak hanya berfokus pada konsep
tetapi juga prakteknya. Praktek dalam hal ini mengacu pada kegiatan siswa dalam
proses pembelajaran untuk memperoleh konsep tertentu sehingga siswa mampu
mencari, menemukan, dan mengalaminya sendiri bukan semata-mata memperoleh
suatu konsep secara instan.
Indrawati dan Wawan Setiawan (2009: 14) menyatakan bahwa
“pembelajaran kreatif adalah pembelajaran yang menstimulasi siswa untuk
mengembangkan gagasannya dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada”. Ini
berarti bahwa pembelajaran kreatif akan tercipta apabila dalam pelaksanaan
pembelajaran, guru memberikan kebebasan yang penuh terhadap siswa untuk
mengembangkan gagasannya atau pengetahuannya. Bersikap respek atau
menghargai ide atau gagasan siswa merupakan motivasi yang mampu membangun
dan mengembangkan kreativitas siswa. Jadi, pembelajaran yang kreatif tidak
menekankan pada penilaian akhir hasil karya siswa tetapi pada prosesnya. Hal ini
sesuai dengan pembelajaran model kontekstual yang memfokuskan pada
pengalaman siswa dalam proses memperoleh pengetahuan yang baru tersebut.
Menurut Sanjaya (2008: 118-122) secara ringkas terdapat tujuh asas-asas
yang melandasi pelaksanaan pembelajaran kontekstual yaitu (1)
Konstruksivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan
baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman; (2) Inkuiri
artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan
melalui proses berpikir secara sistematis; (3) Bertanya dipandang sebagai
refleksi dari keingintahuan siswa, sedangkan menjawab pertanyaan
16
17
mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir; (4) Masyarakat
belajar merupakan perwujudan bahwa kerja sama sangat dibutuhkan dalam
memecahkan suatu masalah; (5) Asas modeling adalah proses pembelajaran
dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru siswa; (6)
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang
dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian atau peristiwa
pembelajaran yang telah dilalui; (7) Penilaian nyata adalah proses
pengumpulan informasi tentang perkembangan belajar siswa.
1) Konstruksivisme (Construktivism)
Berdasarkan asas ini, model pembelajaran kontekstual dapat mendorong
siswa
mengkonstruksi
pengetahuannya
melalui
proses
pengamatan
dan
pengalaman sehingga terjadi penggabungan antara pengetahuan dasar yang
dimiliki siswa dengan pengalaman nyata hingga diperoleh pengetahuan baru yang
komplek.
2) Inkuiri (Inquiry)
Penerapan asas ini dalam model pembelajaran kontekstual, dimulai dari
kesadaran siswa terhadap masalah, mengajukan hipotesis berdasarkan rumusan
masalah, melakukan observasi dalam pengumpulan data, kemudian siswa dituntun
untuk mengujikan hipotesis sebagai dasar merumuskan kesimpulan. Melalui
proses berpikir sistematis tersebut, siswa akan memiliki sikap ilmiah, rasional, dan
logis, yang kesemuanya diperlukan sebagai dasar pembentukan kreativitas belajar
siswa.
3) Bertanya (Quationing)
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.. Dalam
model pembelajaran kontekstual, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja,
tetapi memancing agar siswa mencari sendiri. Kegiatan bertanya dalam
pembelajaran sangat berguna dalam menggali informasi tentang kemampuan
penguasaan materi siswa, membangkitkan motivasi belajar, merangsang rasa ingin
tahu, memfokuskan keinginan siswa, dan membimbing siswa untuk menemukan
dan menyimpulkan sesuatu.
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
17
18
Konsep masyarakat belajar dalam model
pembelajaran kontekstual
mengarahkan agar hasil belajar diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain
dalam kelompok belajar baik secara formal maupun alamiah.
5) Pemodelan (Modelling)
Dalam model pembelajaran kontekstual, modeling sangat penting karena
dapat
menghindarkan
siswa
dari
pembelajaran
teoretis-abstrak
yang
memungkinkan terjadinya verbalisme.
6) Refleksi (Reflektion)
Dalam model pembelajaran kontekstual, setiap akhir pembelajaran, guru
memberikan kesempatan siswa untuk mengingat kembali apa yang telah
dipelajari, dan membiarkan siswa bebas dalam menafsirkan pengalamannya
sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkan sendiri pengalaman belajarnya.
7) Penilaian Nyata (Authentic Assesment)
Dalam model pembelajaran kontekstual, penilaian nyata dilakukan secara
terintegrasi dengan proses pembelajaran, sehingga penekanannya bukan terhadap
hasil melainkan proses.
Tujuh asas dasar model pembelajaran kontekstual tersebut dapat diperinci
lagi ke dalam empat tahapan pelaksanaan pembelajaran yang harus dilaksanakan
siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Udin Saefudin Saud (2008: 173) yang
mengatakan bahwa tahapan model pembelajaran kontekstual meliputi empat
tahapan, yaitu: invitasi, eksplorasi, penjelasan dan solusi, dan pengambilan
tindakan. Dari keempat tahapan tersebut belum tampak asas penilaian nyata
karena penilaian nyata termasuk dalam kegiatan yang dilakukan guru untuk
menilai perkembangan belajar siswa dari awal pembelajaran hingga akhir
pembelajaran. Tahapan tersebut dapat digambarkan dalam diagram berikut:
Invitasi
Eksplorasi
Penjelasan dan solusi
Pengambilan tindakan
Gambar 1. diagram tahapan pembelajaran kontekstual
18
19
Berdasarkan pendapat Sanjaya dan Udin Saefudin Sa’ud tersebut, maka
penulis memperinci kegiatan model pembelajaran kontekstual sebagai berikut:
Tahap invitasi, mendorong siswa mengemukakan pengetahuan awalnya
tentang konsep yang dibahas dengan memberikan persoalan yang terkait dengan
kehidupan nyata siswa (Construktivism dan Quationing ).
Tahab Eksplorasi, guru menjelaskan garis besar kegiatan dan memberi
kesempatan siswa untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui
pengumpulan, pengorganisasian, menginterpretasi data dalam kegiatan yang telah
dirancang atau dijelaskan guru tersebut. Dalam pelaksanaannya dilakukan dengan
berdiskusi atau kerja kelompok (Modelling, Inquiry,dan Learning Community).
Tahap penjelasan dan solusi, siswa memberikan penjelasan tentang
persoalan yang dibahas berdasarkan observasi dan praktek ditambah penguatan
dari guru sehingga siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat model, dan
merangkum (Inquiry).
Tahap
pengambilan
tindakan,
siswa
dapat
membuat
keputusan,
menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagai informasi dan gagasan,
mengajukan pertanyaan lanjutan, serta memberi saran atas persoalan yang dibahas
(Reflektion).
Pembelajaran kontekstual akan sangat efektif untuk mengembangkan
kreativitas dan kompetensi siswa karena model pembelajaran kontekstual ini
menganggap bahwa proses pembelajaran akan menjadi peristiwa yang aktual jika
siswa dapat menemukan sendiri hubungan kebermaknaan antara pemikiran
abstrak dalam hal ini adalah konsep pada materi pelajaran dengan penerapannya
di dunia nyata. Hal ini sesuai dengan pendapat Kokom Kumalasari (2009) yang
menyatakan “Contextual Teaching and Learning approach is effective because it
assumes that learning process would be actually occurring if the students could
find meaningful correlation between abstract thinking and practical application in
the real world context”.
Oleh karena itu, pelaksanaan model
pembelajaran kontekstual cukup
mudah dan dapat diterapkan dalam berbagai kurikulum, berbagai bidang studi,
dan berbagai model kelas. Pelaksanaan model kontekstual dalam pembelajaran
19
20
dapat dilakukan dengan cara 1) mengembangkan pemikiran siswa, 2)
membimbing siswa untuk mencari dan menemukan pemecahan atas suatu masalah
secara mandiri, 3) menciptakan masyarakat belajar dengan diskusi dan kerja
kelompok, 4) menghadirkan model pembelajaran, 5) merefleksi dari kegiatan
yang telah dilakukan, dan 6) penilaian proses dan hasil.
b. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD)
Menurut Aunurahman (2009: 123), mengajar pada hakikatnya adalah
membentuk suatu kebiasaan sehingga melalui pengulangan-penguangan siswa
akan terbiasa melakukan sesuatu dengan baik sesuai periaku yang diharapkan.
Pembiasaan akan menjadi efektif, apabila seseorang tersebut sudah memiliki
pengetahuan
yang
berkenaan
sesuatu
yang
dilkukan.
Dengan
prinsip
konstruksifistis yang mengkonstruksi antara kehidupan nyata dalam hal ini adalah
pengalaman nyata, yang dihubungkan dengan materi pembelajaran, maka proses
mengajar akan lebih berhasil diterima siswa.
Menurut Rochman Natawidjaya (1992: 73) membelajarkan adalah
pekerjaan yang dilakukan seorang guru atau oleh suatu tim dalam rangka
pencapaian setinggi-tingginya terkait kematangan dan tujuan belajar anak didik.
Dalam hal ini, tugas utama seorang guru bukanlah mengajar melainkan
membelajarkan. Mengajar lebih memfokuskan pada kegiatan transfer ilmu,
sedangkan membelajarkan merupakan kegiatan untuk membuat siswa belajar. Jadi
fungsi guru adalah sebagai motivator dan fasilitator.
Berdasarkan UU sistem pendidikan Nasional no 20 tahun 2003,
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Oleh karena itu, pembelajaran akan lebih
efektif, jika semua unsur dalam pembelajaran dapat diaktifkan oleh guru. Di
dalam proses pembelajaran, terjadi interaksi antara keterampilan dan konsep yang
sekaligus di dalam interaksi tersebut berkembang sikap dan nilai dari siswa.
Menurut Kasmanto (2007:3), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan
suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakana metodemetode yang didasarkan pada observasi dan tersusun secara sistematik yang
dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
20
21
Pembelajaran
Ilmu
Pengetahuan
Alam
di
Sekolah
Dasar
lebih
menitikberatkan pada kegiatan observasi dan mendeskripsikan kejadian,
memanipulasi objek dan sistem, serta melakukan identifikasi terhadap pola yang
ada di alam yang berhubungan dengan cakupan bidang studi IPA. Selain itu,
menurut pendapat yang diunduh dari Andy (2008) guru-guru SD juga harus
melibatkan siswa dalam memanipulasi kegiatan yang mengarahkan pada
pengembangan konsep melalui kegiatan investigasi dan analisis terhadap
pengalaman.
IPA di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan
mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa
serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan
IPA secara umum membantu agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan
keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, memiliki keterampilan untuk
mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar maupun menerapkan berbagai
konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam yang harus dibuktikan
kebenarannya di laboratorium, dengan demikian IPA tidak saja sebagai produk
tetapi juga sebagai proses.
Hal tersebut sesuai dengan kurikulum 2006 yang mengamanatkan bahwa
IPA di SD/ MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan antara lain: 1)
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat
dan
dapat
diterapkan
dalam
kehidupan
sehari-hari,
2)
mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat, 3) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, 4) meningkatkan
kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan
lingkungan alam.
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar berfungsi untuk menguasai konsep
dan manfaat sains dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran sains perlu
memadukan antara prinsip IPA dan metode pembelajarannya. Hal ini sesuai
pendapat yang diunduh dari Hindun (2008) menyatakan “….guru perlu memiliki
21
22
penguasaan "Content specific paedagogy" yang memadukan prinsip belajar
mengajar dengan subject matter”.
Menurut Hendro Darmodjo & Jenny R. E. Kligis (1992/1993: 3-5), hakikat
IPA dapat dipandang sebagai suatu proses, produk,dan fungsi. IPA sebagai proses,
maksudnya untuk mendapatkan ilmu atau memahami gejala alam maka perlu
melakukan tahapan-tahapan metode ilmiah yang berkesinambungan dari
observasi, klasifikasi, interpretasi, prediksi, hipotesis, mengendalikan variabel,
merencanakan dan melaksanakan penulisan, inferesi, aplikasi, serta komunikasi.
IPA sebagai produk, maksudnya IPA yang berupa prinsip, teori, hukum, konsep,
dan fakta yang mampu menjelaskan kegiatan alam merupakan hasil/ produk dari
kegiatan metode ilmiah yang telah dilakukan. Sedangkan IPA sebagai fungsi,
maksudnya IPA berfungsi sebagai faktor yang mampu mengubah sikap dan
pandangan manusia terhadap alam semesta, dari sudut pandang mitoogi menjadi
pandangan ilmiah.
Menurut Leo Sutrisno, Hery Kresnadi, dan Kartono (2007: 5-3 s/d 5-5)
menyebutkan beberapa prinsip-prinsip pembelajaran IPA sebagai berikut:
a. Pemahaman tentang dunia sekitar melalui pengamatan baik secara
indrawi maupun non-indrawi,
b. Pengetahuan diperoleh tidak terlihat secara langsung sehingga perlu
diungkap selama proses pembelajaran,
c. Pengetahuan pengalaman siswa pada umumnya kurang konsisten
dengan pengetahuan para ilmuan,
d. Dalam setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep, lambang,
dan relasi dengan konsep yang lainnya,
e. IPA terdiri atas produk, proses, dan prosedur.
Berdasarkan hal di atas, ada tiga hal yang berkaitan dengan sasaran IPA di
Sekolah Dasar adalah IPA tidak semata berorientasi kepada hasil tetapi juga
proses, sasaran pembelajaran IPA harus utuh menyeluruh, dan pembelajaran IPA
akan lebih berarti apabila dilakukan secara berkesinambungan dan melibatkan
siswa secara aktif. Jadi, pembelajaran IPA sangat terkait dengan pengalaman
langsung oleh siswa.
Selama ini, pembelajaran IPA lebih menekankan pada penguasaan hasil
belajar dengan mengenyampingkan pengalaman dan proses. Maka akibatnya
pengetahuan yang diperoleh siswa tidak akan bertahan lama, karena pada
22
23
dasarnya siswa belum paham benar dengan materi tersebut. Menurut Kartono
(2004: 15) mengatakan bahwa pembelajaran IPA harus menyediakan pengalaman
belajar bagi siswa yang mencakup materi dan proses sehingga ada keseimbangan
kemampuan konseptual dan procedural. Jadi, mempelajari IPA berarti belajar cara
untuk mencari tahu dan cara melakukan sesuatu sehingga dapat lebih paham
terhadap lingkungan alam sekitar. Dengan demikian, maka pembelajaran IPA
akan
lebih
bermakna
jika
menggunakan
model
pembelajaran
yang
mengkaitkannya dengan kehidupan dan pengalaman nyata yaitu salah satunya
menggunakan model kontekstual.
c. Tinjauan Pokok Bahasan “Cahaya”
Cahaya sangat penting dalam kehidupan kita. Dengan cahaya, kita dapat
melihat benda sekitar kita dan menikmati keindahan alam semesta ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa. Sebuah benda dapat terlihat karena adanya cahaya yang
mengenai benda dan memantulkannya hingga akhirnya mengenai mata.
Berdasarkan dapat atau tidaknya suatu benda memancarkan cahaya sendiri
dikelompokkan menjadi benda tidak tembus cahaya, benda tembus cahaya. Benda
sumber cahaya dapat memancarkan cahaya sendiri, contohnya: matahari, senter,
nyala api. Sedangkan, benda gelap tidak dapat memancarkan cahaya sendiri,
misalnya batu kayu dan kertas.
Berdasarkan dapat tidaknya meneruskan cahaya, benda dibedakan menjadi
benda tidak tembus cahaya dan benda tembus cahaya. Benda tidak tembus cahaya
tidak dapat meneruskan cahaya yang mengenainya. Apabila dikenai cahaya, benda
ini akan membentuk bayangan. Contoh benda tidak tembus cahaya yaitu kertas,
karton, tripleks, kayu, dan tembok. Sedangkan, benda tembus cahaya dapat
meneruskan cahaya yang mengenainya. Contoh benda tembus cahaya yaitu kaca.
Cahaya mempunyai sifat-sifat tertentu. Seperti yang diutarakan oleh
Munawar Kholil & Dini Prowida (2009: 145) mengatakan bahwa cahaya yang
dipancarkan oleh sumber cahaya mempunyai sifat merambat lurus, menembus
benda bening, dapat dipantulkan, dan dapat dibiaskan. Sifat-sifat cahaya tersebut
banyak dimanfaatkan bagi kehidupan sehari-hari, di antaranya adalah:
1) Cahaya Merambat Lurus
23
24
Cahaya matahari yang masuk ke rumah melalui celah-celah atau jendela
rumah, maka cahaya yang masuk tampak merambat lurus.
2) Cahaya Dapat Menembus Benda Bening
Cahaya matahari dapat masuk ke rumah melalui jendela kaca bening. Kaca
merupakan benda bening sehingga dapat ditembus cahaya. Jika jendela ditutup
dengan tirai maka cahaya tidak dapat masuk ke rumah karena tirai merupakan
benda tidak tembus cahaya.
3) Cahaya dapat dipantulkan
Semua benda disekitar kita bersifat memantulkan cahaya. Itulah sebabnya
kita dapat melihatnya. Menurut Wiwik Winarti, Joko Winarto, dan Widha
Sunarno (2009: 82) bahwa pemantulan cahaya ada dua jenis yaitu pemantulan
baur (pemantulan difus) dan pemantulan teratur.
Pemantulan baur terjadi apabila cahaya mengenai permukaan yang kasar
atau tidak rata sehingga sinar pantul arahnya tidak beraturan. Sedangkan,
pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai permukaan yang rata, licin, dan
mengilap. Permukaan yang mempunyai sifat seperti ini misalnya cermin. Pada
pemantulan ini sinar pantul memiliki arah yang teratur dan bayangan anak terjadi
karena pemantulan teratur.
Gambar 2. Pemantulan Teratur
Gambar 3. Pemantulan Difus
Cermin merupakan salah satu benda yang memantulkan cahaya. Menurut
pendapat Wiwik Winarti, Joko Winarto, dan Widha Sunarno (2009: 83),
berdasarkan tipe permukaannya cermin digolongkan menjadi tiga, yaitu cermin
datar, cermin cembung, dan cermin cekung.
1) Cermin datar memiliki permukaan datar, rata dan tidak melengkung. Sifat
bayangan yang tampak antara lain ukuran bayangan sama dengan ukuran
benda, jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin,
posisinya tegak, arah kana dan kiri tertukar, dan maya (benda seolah dari
dalam cermin dan tidak dapat ditangkap layar).
24
25
2) Cermin cembung memiliki permukaan bidang pantul melengkung ke arah
luar. Sifat bayangannya antara lain maya, tegak, dan ukuran bayangan lebih
kecil dibandingkan ukuran benda/ diperkecil.
3) Cermin cekung memiliki permukaan bidang pantul melengkung ke arah
dalam. Sifat bayangan yang dibentuk pada cermin cekung bergantung pada
letak benda ke cermin. Jika jarak benda dekat dengan cermin, sifat bayangan
yang terbentuk adaah tegak, lebih besar, dan maya. Sedangkan jika jarak
benda jauh ke cermin cekung, maka sifat bayangannya nyata dan terbalik.
d. Cahaya Dapat Dibiaskan
Apabila cahaya merambat melalui dua zat yang memiliki kerapatan yang
berbeda, maka cahaya akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan arah rambatan
cahaya setelah melewati medium rambatan berbeda di sebut pembiasan. Contoh
peristiwa ini tampak ketika kita masukkan sendok ke dalam gelas bening berisi
air. Apabila kita amati, maka sendok tampak seperti patah.
(n)
Udara
i
Kaca
r
i'
r'
(n)
Gambar 4. Peristiwa Pembiasan Cahaya
Keterangan:
n = garis normal
i/i' = sinar datang
r/r' = sinar bias
Apabila cahaya merambat dari medium kurang rapat ke medium lebih
rapat, maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Apabila cahaya
merambat dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat, maka cahaya akan
dibiaskan menjauhi garis normal.
e. Cahaya Dapat Diuraikan (Dispersi)
Pelangi terjadi karena peristiwa penguraian cahaya (dispersi). Dispersi
merupakan penguraian cahaya putih menjadi berbagai cahaya berwarna. Cahaya
putih dapat diuraikan menjadi beberapa warna. Hal ini sesuai dengan pendapat
25
26
Sulistyowati dan Sukarno (2009: 99) yang menyatakan bahwa cahaya putih dapat
terurai menjadi cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Susunan
warna-warna seperti ini disebut spektrum cahaya.
Cahaya matahari yang kita lihat tampak berwarna putih. Namun,
sebenarnya cahaya matahari tersusun atas banyak cahaya berwarna. Cahaya
matahari diuraikan oleh titik-titik air di awan setelah terjadi hujan dari arah yang
berlawanan dengan arah datangnya cahaya akan membentuk warna-warna
pelangi.
d. Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual pada Materi Cahaya
Berdasarkan penjelasan di atas, maka pembelajaran IPA dengan
menggunakan model pembelajaran kontekstual pada materi cahaya dapat
dirumuskan dalam bentuk skema yang diperlihatkan pada gambar 5.
Guru menggali pengetahuan awal siswa dan mengkaitkannya
dengan materi “Cahaya”
Konstruksivisme
Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil yang
terdiri dari 5 siswa setiap kelompok dan siswa melakukannya
Masyarakat belajar
Guru menjelaskan petunjuk pelaksanaan kegiatan yang harus
dilakukan siswa yang berkenaan tentang percobaan cahaya
atau pembuatan model sederhana
Pemodelan
Guru memberikan masalah dalam bentuk lembar kerja
berkenaan “Cahaya” yang harus diselesaikan siswa dan siswa
e. mencari dan menemukan penyelesaiannya, kemudian
menyimpulkan
Menemukan
Siswa mempresentasikan hasil kegiatan kelompok berkenaan
praktek cahaya dan pembuatan model sederhana, dilanjutkan
diskusi klasikal dan penyimpulan secara bersama
f.
Bertanya
Guru melakukan penilaian yang sudah dimulai dari awal
pembelajaran hingga akhir
Refleksi atas kegiatan yang telak dilakukan
Gambar 5. Bagan Model Kontekstual
26
Penilaian Autentik
Refleksi
27
B. Penelitian yang Relevan
1. Atit
Suryati.
2007.
Implementasi
Pendekatan
Kontekstual
Untuk
Meningkatkan Kemampuan Kreativitas Siswa kelas V SD Negeri Cangkuang
kecamatan Dayeuhkolot kabupaten Bandung tahun pelajaran 2006-2007.
Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa implementasi
pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan kreativitas siswa
dalam menulis dan mempresentasikan puisi. Penelitian yang dilakukan penulis
relevan dengan penelitian yang Atit Suryati lakukan karena adanya persamaan
variabel yaitu
dengan pendekatan kontekstual mampu meningkatkan
kreativitas siswa. Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Atit Suryati
dengan penulis adalah pada mata pelajaran dan pokok bahasan yang diajarkan.
Atit Suryati melakukan penelitian pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas
V di SDN Cangkuang pokok bahasan “puisi”. Sedangkan dalam penelitian
yang akan dilakukan penulis adalah dalam mata pelajaran IPA kelas V di SDN
Tepisari II pokok bahasan “cahaya”.
2. Rahma Fibriyanti. 2006. Implementasi Modul Model Siklus Belajar untuk
Meningkatkan Kreativitas dan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP
Laboratorium UM tahun pelajaran 2006-2007.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa implementasi
modul model siklus belajar memiliki keterlaksanaan 100% dan ketercapaian
95,97%. Kreativitas siswa mengemukakan gagasan semakin meningkat.
Peningkatan kreativitas siswa ini dapat dilihat dari kelancaran, keluwesan,
keaslian dan keterperincian siswa mengemukakan gagasan dalam pemecahan
masalah. Prestasi belajar siswa juga meningkat, yaitu ditinjau dari ulangan
harian/ gain score yang disimbolkan dengan g. Hasil ulangan harian sebelum
siklus menunjukan g = 0,24 masih dalam kategori rendah. Sedangkan hasil
pre-tes, post-test pada siklus I adalah g = 0,25 dan pada siklus II g= 0,28
masih
dalam
kategori
rendah.
Kerelevanan
antara
penelitian
yang
dilaksanakan penulis dengan penelitian dari Rahma Febrianti adalah pada
variable Y yaitu untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran
IPA fisika. Sedangkan perbedaannya terletak pada variable x yaitu Rahma
27
28
Febrianti menggunakan modul model siklus belajar. Namun, dalam
pembelajaran modul model siklus belajar sebenarnya hampir mirip dengan
pembelajaran kontekstual yang terdiri atas beberapa komponen kontekstual
yang lebih memfokuskan pada fase/ tahapan-tahapannya.
C. Kerangka Berpikir
Pada saat ini, kebanyakan pembelajaran IPA SD dilaksanakan secara
konvensional dengan metode ceramah yang berkesan membosankan dan membuat
siswa tidak aktif sehingga hal tersebut dapat menghambat kreativitas belajar
siswa. Padahal, yang seharusnya pembelajaran IPA harus mampu menyediakan
pengalaman belajar bagi siswa yang mencakup teori/ materi maupun proses IPA
sehingga terjadi keseimbangan kemampuan konseptual maupun prosedural.
Dengan penggunaan model kontekstual diharapkan
pembelajaran IPA di SD
menjadi lebih menarik, bermakna karena melibatkan pengalaman langsung siswa
yang dapat mengaktifkan siswa sehingga mampu meningkatkan kreativitas belajar
siswa.
Pembelajaran IPA kelas V di SDN Tepisari 02 masih menerapkan model
pembelajaran
konvensional
yang
didominasi
oleh
guru
dengan
hanya
menggunakan metode ceramah dan guru masih cenderung hanya melatih siswa
untuk berpikir konvergen, yang hanya berpikir satu arah, yang benar atau satu
jawaban paling tepat, atau satu pemecahan dari suatu permasalahan. Sedangkan
sikap kreatif siswa kurang mendapat perhatian. Padahal, sikap kreatif menuntut
siswa untuk berpikir divergen, yaitu berpikir dalam arah yang berbeda-beda
sehingga diperoleh banyak macam jawaban yang unik tetapi benar. Hal inilah
yang menyebabkan kreativitas siswa kelas V rendah.
Berdasar paparan di atas maka untuk meningkatkan kreativitas siswa dapat
dilakukan dengan melaksanakan perbaikan proses pembelajaran IPA dengan
menerapkan model pembelajaran kontekstual yang lebih mengaktifkan siswa.
Penerapan model pembelajaran kontekstual ini dilakukan dengan cara siswa
belajar mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan, dan mencoba
menemukan jawaban terhadap pertanyaannya sendiri dengan melakukan kegiatan
observasi (penyelidikan). Berdasarkan cara seperti itu, siswa akan menjadi kritis
28
29
dan kreatif sehingga kreativitas siswa akan meningkan dengan menerapkan model
kontekstual pada pembelajaran IPA.
Untuk memperjelas kerangka berpikir di atas, berikut ini digambarkan
kerangka pemikiran sebagai berikut:
Guru menggunakan model
konvensional
Kondisi awal
kreativitas belajar siswa rendah
Siklus I
 Mendemonstrasikan
sifat-sifat
cahaya,
 Mengidentifikasi sifat bayangan
pada cermin datar dan lengkung
dengan berkelompok,
 Membuat model sederhana
Tindakan
Siklus II
 Membuktikan sifat-sifat cahaya
dan
mengidentifikasi
sifat
bayangan pada cermin datar dan
lengkung dengan berkelompok,
 Membuat model sederhana
 Presentasi
Dalam pembelajaran guru
menggunakan model
kontekstual
Siklus III
 Mengidentifikasi
sifat-sifat
cahaya dan sifat bayangan pada
cermin datar dan lengkung dengan
berkelompok, kemudian membuat
main mapping.
 Membuat model sederhana
 Presentasi
Kondisi akhir
kreativitas belajar siswa dapat meningkat
Gambar 6. Bagan Kerangka Berfikir
D. Hipotesis
Berdasarkan hasil kajian teori dan kerangka berpikir tersebut di atas dapat
ditarik suatu hipotesis, yaitu: “Penggunaan model pembelajaran kontekstual
diduga dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas
V SDN Tepisari 02”.
29
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di SDN II Tepisari, Polokarto, Sukoharjo. Tempat
tersebut dipilih dengan beberapa pertimbangan. Diantaranya waktu, biaya dan
keberadaan sampel yang memudahkan peneliti memperoleh data. Disamping itu
tempat lokasinya mudah terjangkau oleh peneliti.
2. Waktu Penelitian
Rencananya tahap persiapan hingga pelaporan hasil pengembangan akan
dilakukan selama 6 bulan, yakni mulai bulan Februari sampai dengan Juli 2010.
Tahap perencanaan akan dilaksanakan pada bulan Februari, tahap pelaksanaan
dimulai bulan Februari.
Tabel 2. Daftar Jadwal Kegiatan Penelitian
Bulan
Jenis
kegiatan
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pembuatan
proposal
Persiapan
penelitian
Pelaksanaan
siklus I
Pelaksanaan
Siklus II
Pelaksanaan
Siklus III
Menyusun
laporan
Revisi
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut I
G.A.K. Wardhani dkk (2008:1.4) “Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian
yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa
30
30
31
menjadi meningkat”. Sedangkan bentuk pendekatan yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah diskriptif kualitatif karena data yang akan diperoleh/
dikumpulkan berupa data yang langsung tercatat dari kegiatan di lapangan.
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam serangkaian langkah berbentuk
spiral yang terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan (planning), tindakan
(acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting). Secara visual, empat
tahapan tersebut menurut Slamet dan Suwarto (2007: 65) dapat disajikan dalam
bentuk gambar 7.
Planning
Reflecting
Acting
Observing
Gambar 7. Bagan Model Penelitian Tindakan dari Kurt Lewin
2. Strategi Penelitian
Pada strategi penelitian ini, langkah-langkah yang diambil adalah strategi
penelitian tindakan kelas model siklus karena objek penelitian yang diteliti hanya
satu kelas dalam satu sekolah. Pelaksanaan penelitian ini terdiri atas 4 tahapan
yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan
refleksi (reflecting).
a. Perencanaan: peneliti (guru) menyusun rencana skenario pembelajaran dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berkenaan tentang kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan dan perilaku yang diharapkan dari
subjek penelitian.
b. Tindakan: peneliti (guru) melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario
yang telah dirancang.
c. Pengamatan: peneliti (guru) melakukan pengamatan terhadap perilaku/
aktivitas siswa dalam pembelajaran
d. Refleksi: peneliti (guru) melakukan renungan atau evaluasi terhadap hasil
tindakan, ketercapaian tujuan penelitian, kelemahannya, dan solusi untuk
mengatasi permasalahan tersebut. Jika setelah pelaksanaan tindakan ternyata
belum mencapai hasil optimal, maka perlu adanya revisi dan perencanaan
31
32
ulang untuk memperbaiki tindakan pada siklus sebelumnya untuk diterapkan
pada siklus berikutnya.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas 5 SDN Tepisari 02. Jumlah
subjek penelitiannya ada 15 siswa yang terdiri atas 6 siswa perempuan dan 9
siswa laki-laki. Sedangkan objek yang akan diteliti penulis adalah kreativitas anak
khusunya dalam pembelajaran IPA di semester 2 pokok bahasan Cahaya.
D. Sumber Data
Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji
dalam penelitian ini diperoleh dari data kualitatif. Informasi data ini akan digali
dari berbagai macam sumber data. Adapun sumber data yang akan dimanfaatkan
dalam penelitian ini antara lain:
1. Informasi data dari nara sumber yang terdiri siswa kelas V dan guru SDN II
Tepisari khususnya guru mata pelajaran IPA kelas V.
2. Hasil pengamatan proses pembelajaran dengan menggunakan lembar
observasi aktivitas siswa yang telah disediakan peneliti.
3. Hasil tes yang digunakan berdasar tes hasil belajar dan tes kreativitas yang
disediakan peneliti.
4. Hasil dokumentasi yang digunakan berupa foto kegiatan siswa dalam proses
pembelajaran ketika tindakan penelitian dilaksanakan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penelitian ini peneliti menggunakan metode
pengamatan (observasi), Tes, dan dokumentasi, yaitu dengan cara:
1. Observasi
Observasi adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk mengenali,
merekam, dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses hasil yang dicapai/
perubahan yang terjadi baik yang ditimbulkan oleh tindakan terencana akibat
sampingnya. Pada penelitian ini observasi ditujukan untuk mengetahui
32
33
peningkatan kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa ketika pembelajaran
berlangsung.
2. Tes
Tes merupakan soal-soal yang harus dijawab dan dikerjakan oleh orang
atau anak yang ingin diselidiki, yang disebut responden. Pada tes ini, peneliti
menggunakan tes kreativitas yang mengacu pada Tesis Kartono yang berjudul
“Pembelajaran Penemuan IPA Terbimbing Ditinjau dari Kreativitas dan
Kemandirian Belajar Siswa SD (Studi Eksperimentasi Pembelajaran Penemuan
IPA kelas IV SD di Kecamatan Laweyan Surakarta 2004)”. Tes yang
dilaksanakan dalam penelitian ini ditujukan untuk siswa yang meliputi tes
evaluasi belajar untuk mengetahui perkembangan pemahaman siswa mengenai
materi “cahaya”, dan tes kreativitas untuk mengetahui perkembangan kreativitas
siswa. Pelaksanaan tes evaluasi belajar dilasaksanakan setiap pembelajaran
berlangsung. Sedangkan tes kreativitas dilaksanakan setelah pembelajran setiap
siklus dilaksanakan.
3. Dokumentasi
Teknik Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data
yang
bersumber dari arsip atau dokumen berupa foto atau yang lainnya. Dokumentasi
yang digunakan berupa foto kegiatan siswa ketika pembelajaran berlangsung.
Dokumen dimanfaatkan untuk mengadakan verivikasi data yang terkumpul.
F. Validitas Data
Di dalam penelitian diperlukan adanya validitas data, maksudnya adalah
semua data yang dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya
diukur atau diteliti. Validitas data yang dipilih peneliti dalam penelitian ini adalah
dengan triangulasi. Lexy J Moleong dalam Sarwiji Suwandi (2008: 69)
mengatakan bahwa triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan
memanfaatkan sarana di luar data itu untuk kepentingan pengecekkan atau
perbandingan data tersebut. Triangulasi yang digunakan yakni:
1. Triangulasi data yaitu dengan cara mengumpulkan data sejenis dari sumber
berbeda. Dengan teknik ini diharapkan dapat memberi informasi yang lebih
33
34
tepat sesuai keadaan siswa. Sumber data yang dimaksudkan dalam penelitian
ini bersumber dari guru yang berupa penjelasan berkenaan tentang siswa dan
juga informasi dari siswa sendiri yang dapat diketahui kegiatan siswa selama
pembelajaran berlangsung.
2. Triangulasi metode dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis tetapi
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. Misalnya
observasi, tes, dan dokumentasi. Penggunaan metode pengumpulan data yang
berbeda ini diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji
kemantapan informasinya.
G. Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan analisis data interaktif reduksi dengan
teknik diskriptif kualitatif sesuai model Milles dan Hubermen dalam Iskandar
(2008: 222-223) yang meliputi tahap penyediaan data, reduksi data, data display/
sajian data, dan data collection/ penarikan kesimpulan.
a. Penyediaan data dengan pelaksanaan penggunaan model kontekstual untuk
meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA kelas V SDN
II Tepisari.
b. Reduksi data/ pengumpulan data meliputi penyeleksian, penyerdeharnaan, dan
meringkas data yang terkumpul.
c. Penyajian data yang dilaksanakan ke dalam bentuk narasi, tabel dan grafik.
d. Penarikan kesimpulan baik sementara maupun penarikan simpulan dalam
bentuk diskriptif sebagai laporan penelitian.
Untuk memperjelas proses analisis interaktif diperlihatkan pada gambar 8.
Display Data
Penyediaan Data
Reduksi Data
Data Collection
Gambar 8. Bagan Analisis Data Secara Interaktif Model Milles dan Huberman
H. Indikator Ketercapaian
Rumusan ketercapaian kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
peningkatan kreativitas belajar siswa sehingga siklus dalam penelitian ini akan
34
35
berakhir apabila sudah memenuhi target yaitu 75% atau lebih dari lima belas
siswa di kelas V SDN 2 Tepisari atau sekitar sebelas siswa, kreativitasnya
minimal dalam kategori kreatif. Pada setiap siklus, peneliti mentargetkan siklus
pertama 65% dari lima belas siswa atau sekitar sembilan siswa, kreativitasnya
minimal dalam kategori kreatif, siklus kedua 70% siswa atau sekitar sepuluh
siswa, kreativitasnya minimal dalam kategori kreatif, dan siklus ketiga 75% dari
lima belas siswa atau sekitar sebelas siswa, kreativitasnya minimal dalam kategori
kreatif.
I. Prosedur Penelitian
Dalam pelaksanaan PTK ini, mekanisme kerjanya diwujudkan dalam
bentuk siklus yang tercakup empat kegiatan, yaitu rencana, tindakan, observasi,
evaluasi, dan refleksi. Siklus yang akan dilaksanakan lebih dari dua siklus,
bergantung dengan tingkat keberhasian target yang akan dicapai. Untuk setiap
siklus bisa terdiri dari dua atau lebih pertemuan. Model penelitian yang akan
digunakan dalam penelitian ini dapar diperlihatkan pada gambar 9.
Perencanaan
Refleksi
Siklus I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
Siklus II
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
Siklus III
Pelaksanaan
Pengamatan
?
Gambar 9. Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
35
36
Berdasarkan bagan prosedur penelitian tindakan kelas di atas maka dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Rancangan Siklus I
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Merencanakan pembelajaran kontekstual yang akan diterapkan dalam
pembelajaran
2) Menentukan pokok bahasan yaitu tentang “Cahaya”
3) Mengembangkan skenario pembelajaran
4) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS)
5) Menyiapkan sumber belajar
6) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
1) Guru menerapkan pembelajaran dengan model kontekstual.
Guru membelajarkan siswa dengan memandang siswa sebagai subjek
belajar, yaitu dengan cara memulai pembelajaran dengan mengkaitkan dengan
dunia nyata, seperti bercerita maupun tanya jawab lisan tentang kondisi aktual
dalam kehidupan siswa (daily life), kemudian mengarahkannya melalui
modeling
agar
siswa
termotivasi,
quationing
agar
siswa
berpikir,
construktivism agar siswa membangun pengertian, inquiry agar siswa bisa
menemukan konse dengan bimbingan guru, learning community agar siswa
bisa berbagi pengetahuan dan pengalaman serta terbiasa berkolaborasi,
reflection agar siswa dapat merevieu kembali pengalaman belajarnya, dan
authentic assesment agar penilaian yang diberikan guru lebih objektif.
2) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan model kontekstual
3) Memantau perkembangan kreativitas belajar IPA siswa kelas V
c. Tahap Observasi
Pada tahap ini terdiri dari pengumpulan data serta mencatat setiap aktivitas
siswa dan kinerja guru saat pelaksanaan tindakan. Observer bertugas mengamati
aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung dengan
mengacu pada lembar observasi yang disediakan. Observasi ini dilakukan peneliti
36
37
pada saat pembelajaran IPA khususnya pada materi "Cahaya" dari awal hingga
akhir pembelajaran.
d. Tahap Refleksi
Refleksi merupakan pengkajian hasil data yang telah diperoleh saat
observasi oleh peneliti, praktikan, dan pembimbing. Refleksi berguna untuk
memberikan makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang telah dilakukan.
Hasil refleksi yang diperoleh dijadikan bahan pertimbangan untuk membuat
perencanaan tindakan dalam siklus selanjutnya yang berkelanjutan sampai
pembelajaran dinyatakan berhasil.
2. Rancangan Siklus II
a. Tahap Perencanaan Tindakan
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan
masalah
2) Merencanakan kegiatan pembelajaran berikutnya
3) Mengembangkan skenario pembelajaran
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
1) Memperbaiki tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah
disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
2) Guru menerapkan pembelajaran dengan model kontekstual
3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan model kontekstual
4) Memantau perkembangan kreativitas belajar IPA siswa kelas V
c. Tahap Observasi
Pada tahap ini terdiri dari pengumpulan data serta mencatat setiap
aktivitas siswa dan kinerja guru saat pelaksanaan tindakan. Observer bertugas
mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran
berlangsung dengan mengacu pada lembar observasi yang disediakan. Observasi
ini dilakukan peneliti pada saat pembelajaran IPA khususnya pada materi
"Cahaya" dari awal hingga akhir pembelajaran.
d. Tahap Refleksi
Merefleksi dan mengevaluasi hasil temuan yang telah di dapat. Hasil
refleksi digunakan sebagai acuan untuk membuat perencanaan tindakan di siklus
yang ke III.
37
38
3. Rancangan Siklus III
a. Tahap Perencanaan Tindakan
1) Identifikasi masalah pada siklus II dan penetapan alternatif pemecahan
masalah
2) Merencanakan kegiatan pembelajaran berikutnya
3) Mengembangkan skenario pembelajaran
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
1) memperbaiki tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah
disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus II
2) Guru menerapkan pembelajaran dengan model kontekstual
3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan model kontekstual
4) Memantau perkembangan kreativitas belajar IPA siswa kelas V
c. Tahap Observasi
Pada tahap ini terdiri dari pengumpulan data serta mencatat setiap aktivitas
siswa dan kinerja guru saat pelaksanaan tindakan. Observer bertugas mengamati
aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung dengan
mengacu pada lembar observasi yang disediakan. Observasi ini dilakukan peneliti
pada saat pembelajaran IPA khususnya pada materi "Cahaya" dari awal hingga
akhir pembelajaran.
d. Tahap Refleksi
Hasil analisis data dari siklus III ini digunakan sebagai bahan acuan untuk
menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru dalam meningkatkan
kreativitas belajar IPA siswa kelas V dengan model kontekstual. Apabila hasil
pada siklus tiga belum mencapai target, maka penelitian akan dilanjutkan pada
siklus IV.
38
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Latar
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Tepisari 02
Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. SDN Tepisari 02 ini terletak di
dukuh Karang Winangun RT 02 RW 06, Desa Tepisari, Kecamatan Polokarto,
Kabupaten Sukoharjo. Jumlah kelas yang dimiliki sebanyak 6 kelas yang terdiri
dari kelas I hingga kelas VI. Jumlah siswa dari kelas I-VI sebanyak 98 siswa. Data
personil ketenaga pendidikan terdiri dari 1 Kepala Sekolah, 3 guru kelas (kelas IIII), 7 guru mata pelajaran (mata pelajaran khusus dan guru kelas IV-VI), 1
penjaga sekolah.
Pembelajaran yang dilaksanakan di SDN Tepisari 02 masih bersifat
konvensional. Guru belum mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Pada
umumnya, guru masih menggunakan metode ceramah sehingga siswa terkesan
pasif atau DDCH (Duduk, Diam, Catat, Hafal). Selain itu, guru masih cenderung
hanya melatih siswa untuk berpikir konvergen, yang hanya berpikir satu arah,
yang benar atau satu jawaban paling tepat, atau satu pemecahan dari suatu
permasalahan. Sedangkan sikap kreatif siswa kurang mendapat perhatian.
Padahal, sikap kreatif menuntut siswa untuk berpikir divergen, yaitu berpikir
dalam arah yang berbeda-beda sehingga diperoleh banyak macam jawaban yang
unik tetapi benar. Hal tersebut menyebabkan kreativitas siswa cenderung rendah
khususnya pada mata pelajaran IPA kelas V pada pokok bahasan “Cahaya” yang
sangat memerlukan kejelasan secara kongkrit dengan cara siswa mengalaminya
sendiri bukan gambaran abstraknya. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka
peneliti mangadakan penelitian di kelas V dengan menggunakan model
pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kreativitas siswa. Model
pembelajaran kontekstual sangat cocok untuk mengatasi permasalahan ini karena
model ini lebih memfokuskan pada aktivitas siswa dalam pembelajaran. Jadi
siswa tahu karena mengalaminya sehingga kreativitas siswa dapat tergali dan
pembelajaran menjadi lebih bermakna.
39
39
40
B. Diskripsi Pelaksanaan Penelitian
1. Tindakan Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan sebanyak 3 kali petemuan (6 × 35 menit)
selama 1 minggu yaitu pada tanggal 13, 15, dan 16 april 2010. Setiap pertemuan
dilaksanakan selama 2 x 35 menit. Tahapan yang di lakukan pada siklus I adalah
sebagai berikut :
a. Perencanaan
Pada tahapan ini dilakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran IPA
di kelas V, tetapi belum menerapkan model pembelajaran kontekstual. Setelah itu,
peneliti melakukan kegiatan tes awal untuk mengetahui kreativitas siswa.
Berdasarkan pendapat Kartono (2004) mengenai ciri kreativitas, maka
diperoleh beberapa indikator kreativitas siswa yang disajikan dalam tabel 3.
Tabel 3. Indikator tes kreativitas
1.
Aspek yang Diamati
Kemauan Rasa Ingin
Tahu
2.
Pemecahan Masalah
3.
Memunculkan gagasan
Asli
Indikator
a.
b.
c.
a.
b.
c.
d.
Tertarik terhadap banyak hal
Senang mencari informasi
Mengajukan banyak pertanyaan
Menentukan tujuan dan objek
Mencari dan merinci penyebab
Mengusulkan solusi
Mengantisipasi tantangan baru dari kegiatan yang telah
dilakukan
a.
b.
c.
Berpendapat
Imajinasi
Mencoba sesuatu yang baru
Berdasarkan hasil tes awal untuk mengetahui kreativitas siswa sebelum
menggunakan model kontekstual, maka diperoleh hasil yang diperlihatkan pada
tabel 4.
Tabel 4. Persentase Tes Kreativitas Siswa Sebelum Tindakan
No
1
2
3
4
Nilai
Frekuensi
21 – 40
41 – 60
61 – 80
81 - 100
Jumlah
1
6
7
1
15
Nilai
Tengah (xi)
31.5
51.5
71.5
91.5
fixi
Persentase
Kategori
Keterangan
31.50
7%
tidak kreatif
tidak tuntas
309.00
40%
kurang kreatif tidak tuntas
500.50
47%
kreatif
tuntas
91.50
7%
sangat kreatif
tuntas
932.50
100%
Nilai rata-rata= 932.5 : 15 = 62.17
Ketuntasan Klasikal = 8: 15 x 100% = 53%
7% tidak kreatif, 40% kurang kreatif, 47% kreatif, dan 7% sangat kreatif
40
41
Berdasarkan hasil tes kreativitas tersebut maka diperoleh data bahwa
siswa kelas V SDN Tepisari 02 terdiri dari 7% siswa tidak kreatif, 40% kurang
kreatif, 47% kreatif, dan 7% sangat kreatif dengan hasil rata-rata nilai tes
kreativitas adalah 58,13. Ini berarti kreativitas siswa masih dalam kategori rendah
sehingga perlu ditingkatkan. Untuk memperjelas tabel di atas, maka dapat dilihat
dalam grafik berikut ini.
Hasil Tes Kreativitas
50%
Tidak Kreatif
frekuensi
40%
Kurang Kreatif
30%
Kreatif
20%
Sangat Kreatif
10%
0%
pra siklus
Kreativitas siswa
Grafik 1. Grafik Kreativitas Siswa Kelas V Sebelum Tindakan
Berdasar data tersebut, maka peneliti mengadakan konsultasi dengan
kepala sekolah dan guru bidang studi IPA kelas V untuk mengadakan penelitian di
SD
tersebut
dengan
melaksanakan
pembelajaran
IPA
dengan
model
kontekstual.Pelaksanaan penelitian ini, peneliti berpedoman pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kelas V dengan Standar Kompetensi
“Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/ model”.
Adapun perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi kegiatankegiatan sebagai berikut:
1) Menentukan pokok bahasan atau memilih Kompetensi Dasar atau indikator
yang sesuai yaitu materi tentang “cahaya”. Alasan memilih Kompetensi Dasar
atau indikator tersebut adalah:
a) Peneliti ingin meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA
mengenai konsep sifat cahaya.
b) Kompetensi Dasar atau indikator pada materi sifat cahaya dianggap siswa
paling sulit pada mata pelajaran IPA di kelas V.
41
42
c) Pemilihan Kompetensi Dasar atau indikator pada materi sifat cahaya
merupakan konsep yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan pembelajaran disusun 3 × petemuan. Masingmasing pertemuan 70 menit. Pada siklus pertama dilaksanakan selama 1
minggu. Perencanaan RPP mencakup penentuan: Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar, indikator, langkah-langkah pembelajaran, media, metode
dan sumber pembelajaran serta sistem penilaian. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran terlampir pada lampiran 1b.
3) Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahapan ini, guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kontekstual dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang
telah disusun. Siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan.
1) Pertemuan I
Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah sifat-sifat cahaya dan sifat
bayangan hasil pencerminan pada cermin datar dan cermin lengkung. Siklus I
dilaksanakan 2x35 menit dalam satu kali pertemuan. Pembelajaran dilaksanakan
dengan menerapkan model kontekstual. Indikator ketercapaian pada pertemuan
pertama ini adalah mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya dan mengidentifikasi
sifat bayangan hasil pencerminan pada cermin datar dan cermin lengkung.
Kegiatan ini diawali dengan berdoa bersama, mengabsen siswa, dan
apersepsi dengan menyuruh siswa memejamkan mata dan membukanya kembali.
Dari kegiatan ini, siswa telah sedikit mendapat gambaran tentang alasan kita dapat
melihat benda di sekitar kita (construktivism).
Guru melakukan tanya jawab
dengan siswa sambil siswa melaksanakan perintah guru tersebut. “Apa yang
kalian rasakan ketika kalian memejamkan mata?” dan “Apa pula yang kalian
rasakan ketika membuka mata?. Dari pertanyaan tersebut, diperoleh berbagai
jawaban bervariasi dari anak seperti ketika memejamkan mata: semuanya tampak
hitam, gelap, tidak dapat melihat apa-apa, dan ketika membuka mata: anak-anak
menjawab bisa melihat sekitar dengan jelas. Selanjutnya, guru bertanya “Mengapa
42
43
kita bisa melihat benda di sekitar kita ketika membuka mata?”. Berdasar
pertanyaan tersebut diperoleh pula jawaban yang beraneka ragam seperti karena
tidak buta, karena tidak gelap, dan karena ada cahaya (questioning).
Kegiatan inti, guru menjelaskan pentingnya mempelajari sifat-sifat cahaya.
Cahaya sangat penting dalam kehidupan. Coba kalian bayangkan jika di dunia ini
tidak ada cahaya, apa yang akan terjadi? Siswa menjawab bahwa bumi akan gelap
dan kita tidak akan dapat melihat segala sesuatu yang ada di sekitar.
Kegiatan ini dilanjutkan dengan pembagian kelas menjadi 3 kelompok
dengan tiap kelompok terdiri dari lima siswa (learning community). Setiap
kelompok mewakilkan seorang siswa secara bergiliran untuk mendemonstrasikan
berbagai sifat cahaya dengan berbagai alat percobaan yang disediakan sesuai
dengan petunjuk guru (modelling). Setiap perwakilan kelompok yang maju setelah
selesai mendemonstrasikan satu sifat cahaya, selanjutnya menjelaskan hasil
pengamatan yang diperoleh di depan kelas. Siswa yang tidak maju mendengarkan
dan mencatat yang dirasa penting. Setelah demonstrasi selesai, guru bersama
siswa menyimpulkan secara singkat tentang sifat-sifat cahaya antara lain
merambat lurus, dapat dipantulkan, dapat dibiaskan, dan menembus benda bening.
Kegiatan berikutnya adalah percobaan secara kelompok untuk menyelidiki
sifat bayangan hasil pencerminan pada cermin datar dan lengkung. Sebelum
kegiatan, setiap kelompok diberi lembar kerja yang berisi tentang langkah
kegiatan yang harus siswa kerjakan dan beberapa pertanyaan berkenaan tentang
hasil percobaan tersebut. Perwakilan kelompok maju mengambil cermin datar dan
sendok mengkilat yang sudah disediakan guru. Siswa bersama kelompok
melakukan percobaan dengan cara mengamati bayangan yang dihasilkan dari
pencerminan gambar orang pada cermin datar yang mencakup bagaimanakah sifat
bayangan yang tampak dalam cermin dibandingkan dengan gambar yang
sesungguhnya. Kemudian siswa mengamati bayangan hasil pencerminan pada
cermin lengkung yaitu untuk cermin cembung menggunakan sendok yang arah
lengkungnya ke luar. Sedangkan untuk cermin cekung menggunakan sendok yang
arah lengkungnya ke dalam (inqury). Setelah melakukan percobaan dan
43
44
pengamatan, siswa bersama kelompok berdiskusi untuk menjawab pertanyaan
yang terdapat pada lembar kerja (learning community).
Selama pembelajaran berlangsung, guru tidak tinggal diam membiarkan
siswa melakukan kegiatan sendiri, tetapi guru berkeliling mengamati siswa dan
membantu siswa yang mengalami kesulitan saat proses pembelajaran berlangsung.
Selain itu, sambil membantu siswa yang mengalami kesulitan, guru juga
melakukan pengamatan dan penilaian proses terhadap aktivitas siswa tersebut
(authentic assesment).
Kegiatan akhir, siswa mengumpulkan lembar kerja yang telah dibagikan
guru. Kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan halhal yang belum dipahami. Berdasarkan kegiatan ini, guru memberikan bimbingan
kepada siswa untuk menyimpulkan seluruh materi yang telah dibahas melalui
kegiatan yang telah dilakukannya sendiri (reflection).
2) Pertemuan II
Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah membuat model
sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya (periskop, kamera lubang
jarum, dan kaleidoskop). Pertemuan II dilaksanakan 2 x 35 menit dalam satu kali
pertemuan. Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model kontekstual.
Kegiatan awal, guru membuka pembelajaran dengan berdoa bersama,
presensi, dan apersepsi. Apersepsi yang dilakukan guru adalah guru menunjukkan
sebuah kaca spion. Saat menunjukkan kaca spion, perhatian siswa tertuju pada
guru. Guru menggali pengetahuan siswa tentang kaca spion dengan mengajukan
pertanyaan kepada siswa “Benda apakah yang Ibu bawa?” “Dimana saja kalian
temukan benda ini” “Apa fungsi dari benda ini?” dan “kaca jenis apa yang
terdapat pada kaca spion? (questioning). Siswa secara serempak menjawab bahwa
nama benda yang ditunjukkan tersebut adalah kaca spion dan mereka memberikan
jawaban yang beraneka ragam tentang kaca spion, ada yang mengatakan kaca
spion di temukan pada sepeda motor, mobil, truk. Siswa juga menjawab bahwa
kaca spion berfungsi untuk melihat kendaraan yang ada dibelakang sehingga
terjadi kecelakaan. Sedangkan kaca yang dipakai, ada yang mengatakan kaca dari
cermin, cermin cekung, cermin datar, dan cermin cembung. Guru meminta salah
44
45
seorang murid untuk mencoba meraba dan merasakan bentuk permukaan cermin/
kaca spion (modelling). Salah seorang siswa meraba permukaan kaca spion dan
mengatakan bahwa bentuknya agak melengkung ke depan sehingga kaca spion
menggunakan cermin cembung. Guru selanjutnya menyuruhnya untuk bercermin
dan mengamati bayangan yang tampak. Siswa menjelaskan bahwa ukurannya
diperkecil (constructisivism).
Berdasar kegiatan tersebut guru menjelaskan bahwa dengan mengenali
sifat cahaya khususnya pemantulan bayangan pada cermin, kita dapat
memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari seperti pada kaca spion yang
menggunakan cermin cembung. Sesuai percobaan pertemuan sebelumnya bahwa
hasil pencerminan pada cermin cembung diperoleh sifat bayangan diperkecil,
tegak, dan maya, maka sifat tersebut sangat berguna dalam pembuatan kaca spion
yang dapat membantu pengendara sepeda motor untuk mengetahui kondisi di
belakang tanpa harus melihat ke belakang. Penggunaan cermin cembung pada
kaca spion selain diperoleh sifat bayangan yang jelas juga mampu menangkap
bayangan dari benda yang jarak atau jangkauannya luas dibandingkan jenis
cermin yang lainnya.
Setelah penjelasan secara singkat tentang pemanfaatan sifat cahaya pada
kaca spion, guru juga menjelaskan bahwa selain pada kaca spion masih banyak
benda lain yang memanfaatkan sifat cahaya seperti pada periskop, kamera, dan
teleskop. Namun, dalam pembelajaran, guru hanya akan memperkenalkan tentang
cara pembuatan sederhana model periskop, kamera lubang jarum, dan
kaleidoskop.
Kegiatan inti, siswa berkumpul dengan kelompok yang telah ditentukan
pada pertemuan pertama. Guru meminta perwakilan kelompok maju untuk
mengambil tugas yang terdapat dalam amplop. Siswa bersama kelompok
membaca tugas kelompok untuk membuat model yang telah ditentukan.
Perwakilan kelompok kembali maju dan mengambil alat atau bahan yang belum
disediakan dalam kelompoknya masing-masing. Siswa mendiskusikan cara
pembuatan model sederhan sesuai tugas kelompok yang telah diterimanya. Siswa
bekerjasama dengan kelompoknya masing-masing (learning community).
45
46
Kelompok I mendapat tugas membuat kamera lubang jarum. Alat dan
bahan yang digunakan antara lain kotak pasta gigi, kertas minyak warna putih,
kertas emas sebagai pembungkus, lem, dan lakban sebagai perekat, dan gunting
atau cutter sebagai pemotong. Langkah yang dikerjakan siswa antara lain: (1)
menghilangkan salah satu tutup kotak pasta gigi, (2) membuat lubang pada tutup
yang lain pada kotak pasta gigi, (3) memotong kotak pasta gigi menjadi dua
bagian sama panjang, (4) memberi sekat berupa kertas minyak pada bagian tengah
kotak pasta gigi sebagai layar, (5) menyambung kembali kedua bagian tersebut
dengan menggunakan lakban, (6) menutupi bagian permukaan luar kotak dengan
kertas minyak sehingga tidak ada celah yang memungkinkan cahaya masuk ke
dalam kotak pasta gigi selain dari ke dua bagian ujung kotak pasta gigi. Setelah
selesai membuat siswa bersama kelompok mengujikan alat yang telah dibuat
dengan mengamati bayangan yang tampak pada layar yang terdapat di tengah
kamera lubang jarum.
Kelompok II, mendapat tugas membuat periskop sederhana. Alat dan
bahan yang digunakan antara lain Karton dengan ukuran 28 cm x 50 cm, 2 cermin
datar ukuran 6,5 cm x 6,5 cm, lem, penggaris, pensil, dan pisau atau cutter.
Langkah yang dikerjakan siswa antara lain (1) membagi karton menjadi empat
bagian yang sama, (2) membuat dua buah lubang kecil pada bagian seperti gambar
di bawah ini
(3) membuat celah untuk penempatan cermin membentuk sudut
pada sisi
yang lain, (4) melipat karton membentuk bangun balok dan merekatkan dengan
lakban, (5) memasukkan cermin pada celah bersudut menghadap ke atas dan ke
bawah, kemudian merekatkannya dengan lakban. Setelah selesai membuat siswa
bersama kelompok mengujikan alat yang telah dibuat dengan mengamati benda di
sekeliling.
Kelompok III mendapat tugas membuat kaleidoskop. Alat dan bahan yang
digunakan antara lain cutter/ gunting, kotak pasta gigi, kertas mengkilap warna
46
47
putih, kertas HVS, potongan kertas emas warna-warni, plastik bening/ mika
bening, dan lem. Langkah yang dikerjakan siswa antara lain (1) membuka kotak
pasta gigi menjadi lembaran dengan 4 tekukan, dan salah satu lembaran tekukan
dan bagian tutup dihilangkan, (2) melekatkan kertas mengkilap putih pada
lembaran kotak pasta gigi, (3) membentuk lembaran tadi menjadi bentuk prisma
segitiga, (4) menutup salah satu ujung prisma dengan kertas HVS, (5)
memasukkan potongan kertas warna-warni ke dalam prisma, (6) menutup lubang
pada ujung yang lain dengan plastik bening/ mika bening. Setelah selesai
membuat siswa bersama kelompok mengujikan alat yang telah dibuat dengan
mengamati melalui lubang yang ditutupi plastik bening sambil mengetok-ketok
prisma (inqury).
Kegiatan selanjutnya adalah siswa berdiskusi dengan kelompok untuk
menjawab pertanyaan yang telah tersedia di bawah lembar kerja cara membuat
model sederhana yang terdapat pada tugas kelompoknya masing-masing.
Selama pembelajaran berlangsung, guru tidak tinggal diam membiarkan
siswa melakukan kegiatan sendiri, tetapi guru berkeliling mengamati siswa dan
membantu siswa yang mengalami kesulitan saat proses pembelajaran berlangsung.
Selain itu, sambil membantu siswa yang mengalami kesulitan, guru juga
melakukan pengamatan dan penilaian proses terhadap aktivitas siswa tersebut
(authentic assesment).
Kegiatan akhir, siswa mengumpulkan lembar kerja yang telah dibagikan
guru. Kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan halhal yang belum dipahami. Berdasarkan kegiatan ini, guru memberikan bimbingan
kepada siswa untuk menyimpulkan seluruh materi yang telah dibahas melalui
kegiatan yang telah dilakukannya sendiri (reflection).
3) Pertemuan III
Pada pertemuan ke III ini tidak dilakukan kegiatan pembelajaran hanya
mengulas materi yang teah dipelajari sebelumnya. Selain kegiatan tersebut juga
diadakan evaluasi kegiatan dengan cara menanyakan kepada siswa tentang
pembelajaran yang telah dilakukan. Kemudian diadakan tes evaluasi tentang
materi dan tes kreativitas yang telah disediakan peneliti sebelumnya.
47
48
c. Observasi
Dalam tahap ini dilaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual, yang dilaksanakan dengan
menggunakan alat bantu berupa lembar observasi dan perekaman dengan kamera
foto. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian
pelaksanaan pembelajaran model kontekstual dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk mengetahui seberapa besar
pembelajaran dengan model kontekstual yang dilaksanakan menghasilkan
perubahan pada kreativitas siswa kelas V SDN Tepisari 02 pada mata pelajaran
IPA tentang “cahaya”. Oleh karena itu, pengamatan tidak hanya ditujukan pada
aktivitas atau partisipasi dalam proses pembelajaran, tetapi juga pada aspek
tindakan guru dalam melaksanakan pembelajaran termasuk suasana kelas pada
setiap pertemuan.
Uraian observasi tiap pertemuan pada Siklus I sebagai berikut :
Pertemuan : I (satu)
Indikator
: mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya dan mengidentifikasi sifat
bayangan hasil pencerminan pada cermin datar dan cermin
lengkung
Hasil Observasi Kegiatan Guru Berdasarkan Lampiran 4a:
a) Kegiatan pra pembelajaran yang dilakukan guru dalam kategori cukup
b) Guru membuka pembelajaran dengan baik
c) Strategi pembelajaran yang digunakan guru dalam kategori baik
d) Kesesuaian media yang digunakan guru dengan materi dalam kategori sangat
baik
e) Guru mampu mengendalikan kelas dengan baik sehingga aktivitas dan
ketertiban siswa tetap terkontrol
f) Guru menilai siswa tidak hanya hasil tetapi juga prosesnya dengan baik,
g) Penggunaan bahasa oleh guru dalam pembelajaran sudah baik sehingga siswa
paham dengan penjelasan guru, meskipun bahsa yang digunakan masih
campuran antara Bahasa Indonesia dengan Bahasa Daerah.
48
49
h) Guru menutup pembelajaran dengan baik yaitu dengan mengajak siswa untuk
terlibat dalam merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dan
memberikan tindak lanjut atas pembelajaran tersebut dengan pengarahan
materi berikutnya.
i) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap guru selama pembelajaran dengan
menggunakan model kontekstual dapat dilihat pada lampiran 4a menunjukkan
bahwa rata-rata penilaian total dari hasil pengamatan terhadap guru pada
siklus I pertemuan I adalah 3,08 dalam kategori baik.
Hasil Observasi Kegiatan Siswa Berdasarkan Lampiran 5a:
a) Perhatian siswa dalam pembelajaran sangat baik dengan ditunjukkan sikap
menyimak penjelasan guru maupun teman yang maju dalam kriteria sangat
baik, antusiasme dalam pembelajaran sangat baik, dan menunjukkan rasa
senang mengikuti kegiatan pembelajaran dalam kriteria sangat baik.
b) Kerjasama dalam kelompok ketika pembelajaran dalam kriteria cukup dengan
ditunjukkan sikap siswa memberi bantuan kepada teman masih cukup,
menghargai pendapat orang lain/ teman dalam kriteria cukup, dan
menunjukkan kekompakkan dalam tim/ kelompok masih dalam kriteria cukup.
c) Ketekunan siswa dalam pembelajaran menunjukkan sikap mengerjakan tugas
dengan teliti dalam kriteria cukup, tidak mengobrol dengan teman dalam
kriteria kurang, tidak mengganggu kelompok lain dalam kriteria sangat baik.
d) Keaktifan siswa dalam pembelajaran menunjukkan sikap menyatakan
pendapat dalam kriteria baik, mengajukan pertanyaan dalam kriteria kurang,
dan mengerjakan tugas dengan baik dalam kriteria cukup.
e) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap siswa selama pembelajaran dengan
menggunakan model kontekstual yang dapat dilihat pada lampiran 5a
menunjukkan bahwa rata-rata persentase penilaian total dari hasil pengamatan
terhadap siswa pada siklus I pertemuan I adalah 58% dalam kategori cukup.
Pertemuan : II (dua)
Indikator
: Membuat model sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya
Hasil Observasi Kegiatan Guru Berdasarkan Lampiran 4b:
a) Kegiatan pra pembelajaran yang dilakukan guru dalam kategori baik
49
50
b) Guru membuka pembelajaran dengan baik
c) Guru melaksanakan strategi pembelajaran dalam kategori baik
d) Kesesuaian media yang digunakan guru dengan materi dalam kategori baik
e) Guru
mampu mengendalikan kelas dengan baik sehingga aktivitas dan
ketertiban siswa tetap terkontrol
f) Guru menilai siswa tidak hanya hasil tetapi juga prosesnya dengan baik
g) Penggunaan bahasa dalam pembelajaran sudah baik sehingga siswa menjadi
paham dengan penjelasan guru, meskipun bahasa yang digunakan masih
campuran antara Bahasa Indonesia dengan Bahasa Daerah.
h) Guru menutup pembelajaran dengan baik yaitu dengan mengajak siswa untuk
terlibat dalam merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dan
memberikan tindak lanjut atas pembelajaran tersebut dengan pengarahan
materi berikutnya.
i) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap guru selama pembelajaran dengan
menggunakan model kontekstual yang dapat dilihat pada lampiran 4b
menunjukkan bahwa rata-rata penilaian total dari hasil pengamatan terhadap
guru pada siklus I pertemuan II adalah 3,30 dalam kategori baik.
Hasil Observasi Kegiatan Siswa Berdasarkan Lampiran 5b:
1)
Perhatian siswa dalam pembelajaran sangat baik dengan ditunjukkan sikap
menyimak penjelasan guru maupun teman yang maju dalam kriteria sangat
baik, antusiasme dalam pembelajaran sangat baik, dan menunjukkan rasa
senang mengikuti kegiatan pembelajaran dalam kriteria sangat baik.
2)
Kerjasama dalam kelompok ketika pembelajaran dalam kriteria baik dengan
ditunjukkan sikap siswa memberi bantuan kepada teman masih cukup,
menghargai pendapat orang lain/ teman dalam kriteria baik, dan
menunjukkan kekompakkan dalam tim/ kelompok masih dalam kriteria
sangat baik.
3)
Ketekunan siswa dalam pembelajaran menunjukkan sikap mengerjakan tugas
dengan teliti dalam kriteria cukup, tidak mengobrol dengan teman dalam
kriteria cukup, tidak mengganggu kelompok lain dalam kriteria sangat baik.
50
51
4)
Keaktifan siswa dalam pembelajaran menunjukkan sikap menyatakan
pendapat dalam kriteria sangat baik, mengajukan pertanyaan dalam kriteria
kurang, dan mengerjakan tugas dengan baik dalam kriteria cukup.
5)
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap siswa selama pembelajaran dengan
menggunakan model kontekstual yang dapat dilihat pada lampiran 5b
menunjukkan bahwa rata-rata persentase penilaian total dari hasil
pengamatan terhadap siswa pada siklus I pertemuan II adalah 66% dalam
kategori cukup.
Pertemuan : III (tiga)
Pada pertemuan III ini tidak ada kegiatan pembelajaran hanya berupa
evaluasi dan tes kreativitas. Jadi pada pertemuan III tidak ada observasi terhadap
kegiatan siswa maupun kegiatan guru.
d. Analisis dan Refleksi
Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan untuk dianalisis.
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan
tindakan baru pada indikator mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya dan
mengidentifikasi sifat bayangan hasil pencerminan pada cermin datar dan cermin
lengkung telah menunjukkan perubahan, baik pada aktivitas siswa maupun pada
pencapaian hasil belajar. Sedangkan untuk indikator membuat model sederhana
dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya, belum menunjukkan perubahan yang
berarti.
Hasil refleksi selengkapnya dapat duiraikan sebagai berikut :
Pertemuan : I (satu)
Indikator
: Mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya dan mengidentifikasi sifat
bayangan hasil pencerminan pada cermin datar dan cermin
lengkung
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung,
siswa cukup aktif memperhatikan panjelasan guru dan menjawab pertanyaan guru,
siswa melakukan diskusi dengan kelompoknya dengan baik, siswa secara
berkelompok telah mengerjakan pertanyaan yang terdapat dalam lembar kerja
dengan baik. Siswa telah menunjukkan nilai kelompok yang baik dengan nilai
51
52
rata-rata 81,67. 100% siswa dalam kelompok mendapatkan nilai lebih dari sama
dengan 75. Data nilai siswa pada pertemauan ke 1 siklus I selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 6a.
Pertemuan : II (dua)
Indikator
: Membuat model sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat
cahaya
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung,
siswa cukup aktif memperhatikan panjelasan guru dan melaksanakan tugas guru
untuk membuat model dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya dengan baik. Pada
umumnya mereka masih mengalami kebingungan dalam memahami petunjuk
yang terdapat dalam lembar kerja. Guru secara bergiliran menemui setiap
kelompok untuk menerangkan kembali petunjuk yang ada. Saat menerangkan
ternyata ketidak pahaman siswa disebabkan karena siswa kurang begitu paham
dengan maksud dalam penggunaan Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, saat
menerangkan kepada siswa, guru menggunakan bahasa campuran antara Bahasa
Indonesia dengan Bahasa Jawa. Akhirnya siswa paham dengan petunjuk yang ada
dan
kembali
mendiskusikan
dengan
kelompoknya
masing-masing
dan
bekerjasama membuat model dengan baik. Pembelajaran berlangsung sangat baik
walaupun ada saja siswa yang tidak mau bekerjasama dengan kelompoknya
karena mereka baru pertama kalinya merasakan pembelajaran yang dilakukan
secara berkelompok sehingga memerlukan penyesusian dengan hal yang baru
tersebut.
Setelah membuat model, siswa kembali berdiskusi untuk menjawab
pertanyaan yang terdapat dalam lembar kerja. Nilai yang diperoleh siswa secara
berkelompok ini mengalami peningkatan dengan rata-rata kelas 82.67.
Berdasarkan hal tersebut maka pembelajaran dengan model kontekstual sangat
cocok untuk pembelajaran IPA. Data nilai siswa pada pertemuan II siklus I
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6a.
Pertemuan : III (tiga)
Indikator
: evaluasi pertemuan I dan II dengan tes hasil belajar dan tes
kreativitas.
52
53
Berdasarkan hasil tes hasil belajar diperoleh data bahwa sebagian besar
menunjukkan nilai kelompok lebih bagus dari pada nilai individu. Walaupun
terjadi penurunan rata-rata kelas dibandingkan pertemuan I dan II, tetapi nilai
siswa termasuk dalam kategori cukup karena nilai rata-rata kelas telah mencapai
70,00 dan siswa yang memperoleh nilai lebih dari sama dengan70 sebanyak 10
siswa atau 67% dari 15 siswa. Data nilai hasil belajar siswa pada pertemuan III
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6a.
Pada pertemuan ketiga ini, selain diadakan tes evaluasi hasil belajar juga
diadakan tes kreativitas dan data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Persentase Tes Kreativitas Siswa Siklus I
No
1
2
3
4
Nilai
Frekuensi
21 – 40
41 – 60
61 – 80
81 - 100
Jumlah
0
5
8
2
15
Nilai
Tengah (xi)
31.50
51.50
71.50
91.50
fixi
Persentase
Kategori
Keterangan
0.00
0%
tidak kreatif
tidak tuntas
257.50
33%
kurang kreatif tidak tuntas
572.00
53%
kreatif
Tuntas
183.00
13%
sangat kreatif
Tuntas
1012.50
100%
Nilai rata-rata= 1012.50 : 15 = 67.50
Ketuntasan Klasikal = 10: 15 x 100% = 67%
0% tidak kreatif, 33% kurang kreatif, 53% kreatif, dan13% sangat kreatif
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa hasil tes kreativitas
siswa menunjukkan terjadi peningkatan jika dibandingkan dengan hasil tes
kreativitas sebelum tindakan. Nilai rata-rata tes kreativitas sebelum tindakan
adalah 58,13 dengan siswa yang mendapat nilai 21-40 ada 7% dalam kategori
tidak kreatif, 41-60 ada 40% dalam kategori kurang kreatif, 61-80 ada 47% dalam
kategori kreatif, dan nilai 80-100 adalah 7 % dari 15 siswa. Sedangkan hasil tes
kreativitas siklus I menunjukkan nilai rata-rata hasil tes meningkat menjadi 67,73
dengan ketuntasan 67%. Data siswa yang mendapat nilai 21-40 tidak ada, nilai 4160 ada 33% dalam kategori kurang kreatif, nilai 61-80 ada 53% dalam kategori
kreatif, dan nilai 81-100 ada 13% dalam kategori sangat kreatif. Untuk
memperjelas adanya peningkatan kreativitas siswa pada siklus I ini dibandingkan
pada prasiklus dapat dilihat pada grafik 2.
53
54
60%
Hasil tes kreativitas siswa
frekuensi
50%
Tidak kreatif
40%
Kurang kreatif
30%
Kreatif
20%
Sangat Kreatif
10%
0%
Pra siklus
kreativitas
Siklus I
Grafik 2. Grafik kreativitas siswa kelas V SDN Tepisari 02 pra siklus dan siklus I
Setelah dianalisis dapat disimpulkan bahwa pada saat proses pembelajaran
siklus I terjadi hambatan antara lain:
1) Kemampuan guru mengelola waktu masih kurang, disebabkan karena guru
harus menyiapkan segala peralatan untuk praktek dan pembagian kelompok.
2) Ada beberapa siswa yang nilainya rendah, tertinggal dengan temannya,
disebabkan karena kurang memahami materi pada saat guru menerangkan
materi yang telah dipelajari di kelas, seperti siswa yang bergurau sendiri.
3) Pada saat diskusi terlihat ada siswa yang pasif dan diam, disebabkan karena
belum terbiasa diajak untuk belajar berkelompok. Selain itu adanya
ketidakcocokan dengan anggota kelompok yang diperoleh.
4) Suasana kelas sedikit ramai saat kerja kelompok berlangsung, karena siswa
lebih banyak bergurau daripada mengerjakan tugas kelompoknya. Hal ini
disebabkan karena kurangnya pembagian tugas dalam kelompok.
5) Adanya pemprotesan siswa terhadap pembuatan model kaleidoskop yang
dirasa kurang menarik tidak seperti pada model periskop dan kamera lubang
jarum.
Beradasar analisis, tampak munculnya hambatan pada saat penelitian,
maka perlu adanya perbaikan yang dilanjutkan pada penelitian dalam siklus II.
2. Tindakan Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan dengan 2
pertemuan untuk pelaksanaan pembelajaran model kontekstual yaitu pada tanggal
54
55
19 dan 21 April 2010 dan 1 pertemuan untuk pelaksanaan evaluasi materi dan tes
kreativitas pada tanggal 22 April 2010. Tiap-tiap pertemuan terdiri dari dua jam
pelajaran (2 X 35 menit) yang dilaksanakan selama 1 minggu. Pada siklus II ini
peneliti mengkaji hasil refleksi dari siklus I. Adapun tahapan-tahapan yang
dilaksanakan dalam siklus II adalah sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan pada siklus I telah diketahui bahwa
ada peningkatan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA pada materi “cahaya”
tetapi belum maksimal. Hal tersebut ditunjukkan pada persentase nilai tes
kreativitas siswa yang menunjukkan ada 33% siswa masih tergolong dalam
kategori kreativitas kurang.
Perencanaan pada siklus yang kedua ini adalah dengan melakukan
identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan materi dan informasi pembelajaran dengan jelas dan
memberikan arahan kembali kepada siswa tentang pelaksanaan kerja
kelompok yang baik seperti dengan adanya pembagian tugas dalam anggota,
setiap kelompok terdapat seorang siswa yang menjadi ketua yang harus
bertanggung jawab terhadap anggotanya dan mengerjakan secara bekerjasama.
2) Memberikan
motivasi
kepada
siswa
misalnya
dengan
memberikan
penghargaan baik verbal maupun non verbal. Penghargaan verbal yang
diberikan berupa pujian dan tepuk tangan oleh guru terhadap siswa yang aktif
atau mampu menjawab atau memberikan pertanyaan. Sedangkan penghargaan
non verbal dengan memberikan bintang atau smell.
3) Guru memperbaiki pengelolaan kelas dengan membuat pembelajaran yang
menarik siswa seperti pada awal pelajaran siswa diajak bernyanyi dan
bertepuk atau mengadakan permainan.
4) Guru mengganti salah satu model yang harus dibuat siswa yaitu kaleidoskop
diganti dengan cakram warna.
Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun
2008 kelas V SD, peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran
IPA dengan model kontekstual sebagai berikut:
55
56
1) Mempelajari KTSP dan silabus SD kelas III
Standar Kompetensi
Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya atau
model.
Kompetensi Dasar
6.1. Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.
6.2. Membuat karya/ model dengan bahan sederhana dengan memanfaatkan
sifat-sifat cahaya.
2) Merencanakan pembelajaran dengan model kontekstual untuk 2 kali
pertemuan dengan indikator: menyebutkan sifat-sifat cahaya (merambat lurus,
menembus benda bening, dapat dipantulkan, dibiaskan, dan diuraikan),
mengidentifikasi sifat-sifat cahaya yang mengenai berbagai jenis cermin
(cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung), menyebutkan berbagai
alat/ benda dalam kehidupan sehari-hari yang memanfaatkan sifat-sifat
cahaya. membuat karya/ model sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat
cahaya(periskop, kamera lubang jarum, dan cakram warna).
3) Menentukan pokok bahasan dan memberikan informasi kepada siswa
mengenai materi pelajaran yang akan dibahas dengan tujuan agar siswa lebih
mempersiapkan diri lagi dalam melakukan kegiatan pembelajaran .
4) Menyiapkan alat praktek dan media yang sesuai.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti mengulang materi pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran IPA.
Pembelajaran yang telah disusun pada siklus II dilaksanakan tiga kali pertemuan
dengan dua pertemuan pembelajaran kontekstual dan satu pertemuan pelaksanaan
tes evaluasi belajar dan tes kreativitas.
1) Pertemuan I
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 19
April 2010. Pada
pertemuan ini materi yang diajarkan adalah sifat-sifat cahaya dan sifat bayangan
pada cermin datar dan lengkung.
56
57
Kegiatan awal, guru dan siswa berdoa bersama, presensi siswa. Agar siswa
bersemangat, guru mengajari siswa bertepuk dan dilanjutkan apersepsi dengan
mengajak siswa menyanyikan lagu “Ambilkan Bulan Bu”. Berdasarkan lagu
tersebut, maka siswa akan mendapatkan gambaran tentang kondisi di malam hari.
Kemudian guru melakukan tanya jawab dengan siswa berdasarkan lagu tersebut
seperti “bagaimanakah kondisi pada malam hari ketika langit mendung dan terjadi
pemadaman listrik?”, “apakah kalian bisa melihat dan belajar dengan kondisi
tersebut?”, “apa yang kalian perlukan dalam kondisi tersebut agar tetap belajar”.
Bedasarkan lagu yang telah dinyanyikan dan hasil tanya jawab tentang
pengalaman siswa di malam hari tersebut, siswa telah sedikit mendapat gambaran
tentang pentingnya cahaya bagi kehidupan(constructivism dan questioning).
Kegiatan inti, guru memberikan sedikit pengarahan kepada siswa cara
bekerjasama dalam kelompok yang baik. Guru menjelaskan gambaran
pelaksanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan bahwa materi yang akan
dibahas masih sama dengan materi yang sebelumnya hanya saja kegiatannya
sedikit berubah yaitu kegiatan praktek dilakukan dengan cara tiap kelompok
mendatangi tempat praktek yang telah disediakan berbagai alat praktek. Pada
setiap tempat ada 2-3 kegiatan praktek yang harus dilakukan siswa dan lembar
kerja yang harus dikerjakan setiap kelompok. Kelompok secara bergiliran
mendatangi tempat tersebut(modelling).
Siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Mereka membagi
tugas pada setiap anggota kelompok. Siswa bersama kelompok mendatangi
tempat praktek yang ingin dikerjakan terlebih dahulu. Siswa bekerjasama
melakukan praktek kemudian berdiskusi mengerjakan lembar kerja yang telah
disediakan. Setelah selesai mengerjakan tugas pada tempat tersebut, siswa
bersama kelompoknya berpindah ke tempat yang kelompok lainnya juga telah
selesai mengerjakan. Apabila semua kelompok lain belum selesai, kelompok
tersebut harus menunggu hingga keompok lain tersebut selesai (inquiri dan
learning community).
Selama pembelajaran berlangsung, guru tidak tinggal diam membiarkan
siswa melakukan kegiatan sendiri, tetapi guru berkeliling mengamati siswa dan
57
58
membantu siswa yang mengalami kesulitan saat proses pembelajaran berlangsung.
Selain itu, sambil membantu siswa yang mengalami kesulitan, guru juga
melakukan pengamatan dan penilaian proses terhadap aktivitas siswa tersebut
(authentic assesment).
Setelah selesai mengerjakan praktek untuk membuktikan sifat-sifat cahaya
dan mengidentifikasi sifat bayangan yang mengenai cermin lengkung dan datar,
siswa berdiskusi bersama kelompoknya untuk mempresentasikan hasil yang ia
peroleh bersama kelompoknya di hadapan guru dan kelompok lainnya. Sebelum
kegiatan presentasi dimulai, seluruh kelompok mengumpulkan lembar kerja yang
telah dikerjakan. Guru mengundi nomor kelompok yang harus mempresentasikan
hasil kerja kelompoknya. Siswa bersama kelompoknya yang terpilih
maju
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Kelompok yang tidak
mendapat giliran memberikan tanggapan kepada kelompok yang presentasi.
Kemudian, guru memberikan penguatan tentang materi yang telah dibahas.
Kegiatan akhir, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Berdasarkan kegiatan ini, guru
memberikan bimbingan kepada siswa untuk menyimpulkan seluruh materi yang
telah dibahas melalui kegiatan yang telah dilakukannya sendiri (reflection).
2) Pertemuan II
Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah membuat model
sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya (periskop, kamera lubang
jarum, dan cakram warna). Pertemuan II dilaksanakan 2 x 35 menit pada tanggal
21 April 2010. Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model
kontekstual.
Kegiatan awal, guru membuka pembelajaran dengan berdoa bersama,
presensi, dan apersepsi. Apersepsi yang dilakukan guru adalah dengan menyuruh
seorang siswa untuk bercermin dengan cermin yang terpasang didinding kelas
kemudian merabanya (modeling). Selanjutnya menanyakan “jenis cermin apa
yang kamu gunakan bercermin itu?. Siswa menjawab bahwa cermin yang ia
gunakan bercermin itu adalah cermin datar karena permukaannya rata. Siswa
kembali ke tempat duduk. “Anak-anak, jika di rumah kalian ada tiga jenis cermin
58
59
yaitu cermin cembung, cermin datar, dan cermin lengkung, cermin mana yang
akan kalian gunakan untuk bercermin?”. Secara serentak, siswa menjawab
“cermin datar”. Guru kemudian menanyakan alasan memilih menggunakan
cermin datar untuk bercermin. Ada banyak jawaban dari siswa yang berbeda
diantaranya adalah “karena biar jelas”, “ karena sifat bayangan pada cermin datar
sama persis dengan aslinya hanya posisi kanan-kirinya saja yang beda”, “kalau
pake cermin cekung nanti kebingungan karena kayak di sendok kemarin jadi
terbalik”. Berdasarkan kegiatan tersebut tampak bahwa siswa telah memahami
tentang pemanfaatan cermin sesuai dengan jenisnya (construcsivism).
Kegiatan inti, guru menjelaskan secara singkat bahwa pada umumnya ada
jenis cermin yang serring ditemui di sekitar kita yaitu cermin cembung, cekung
dan datar. Seperti percobaan sebelumnya bahwa dari ketiga jenis cermin tersebut
memiliki sifat bayangan yang berbeda-beda sehingga pemanfaatannya pun
berbeda-beda seperti cermin datar sangat cocok untuk kita bercermin ketikan
berdandan, cermin cembung cocok untuk kaca spion kendaraan atau kaca yang
terdapat di tikungan jalan yang terjal karena sifat bayangannya yang diperkecil,
tegak, dan maya tersebut sehingga walaupun ada benda atau kendaraan lain yang
jauh tetap terlihat jelas, sedangkan cermin cekung cocok untuk cermin yang
terdapat pada senter karena dapat menyebarkan cahaya pada senter.
Setelah penjelasan secara singkat tentang pemanfaatan penggunaan
berbagai jenis cermin di kehidupan sehari-hari, guru menjelaskan bahwa dalam
pembelajaran kali ini siswa kembali akan membuat model sederhana periskop,
kamera lubang jarum, dan cakram warna. Pembagian kelompoknya, kelompok I
yang sebelumnya membuat kamera lubang jarum mendapat tugas membuat
periskop. Kelompok II yang sebelumnya membuat periskop mendapat tugas
membuat cakram warna. Sedangkan kelompok III yang sebelumnya mendapat
tugas membuat kaleidoskop mendapat tugas membuat kamera lubang jarum.
Kelompok I mendapat tugas membuat periskop sederhana. Alat dan bahan
yang digunakan antara lain Karton dengan ukuran 28 cm x 50 cm, 2 cermin datar
ukuran 6,5 cm x 6,5 cm, lem, penggaris, pensil, dan pisau atau cutter. Langkah
yang dikerjakan siswa antara lain (1) membagi karton menjadi empat bagian yang
59
60
sama, (2) membuat dua buah lubang kecil pada bagian seperti gambar di bawah
ini
(3) membuat celah untuk penempatan cermin membentuk sudut
pada sisi
yang lain, (4) melipat karton membentuk bangun balok dan merekatkan dengan
lakban, (5) memasukkan cermin pada celah bersudut menghadap ke atas dan ke
bawah, kemudian merekatkannya dengan lakban. Setelah selesai membuat siswa
bersama kelompok mengujikan alat yang telah dibuat dengan mengamati benda di
sekeliling.
Kelompok II mendapat tugas membuat cakram warna. Alat dan bahan
yang digunakan antara lain kardus, kertas emas dengan berbagai warna, benang
kenur, lem atau perekat yang lain, penggaris, pensil, dan pisau/cutter. Langkah
yang dikerjakan siswa antara lain: (1) membuat potongan melingkar pada kardus,
(2) membagi lingkaran kardus menjadi 6 bagian sama besar, (3) menempelkan
berbagai kertas warna pada setiap bagian sehingga tampak berwarna-warni, (4)
membuat 2 lubang kecil pada bagian tengah lingkaran, (5) memasukkan benang
kenur pada ke dua lubang, kemudian sambung kenur menjadi 1 lingkaran,
sehingga cakram warna seperti gansing, (7) memainkan cakram warna seperti
gangsing, (8) mengamati warna cakram warna saat berputar dan membandingkan
dengan warna sebelum berputar.
Kelompok III mendapat tugas membuat kamera lubang jarum. Alat dan
bahan yang digunakan antara lain kotak pasta gigi, kertas minyak warna putih,
kertas emas sebagai pembungkus, lem dan lakban sebagai perekat, dan gunting
atau cutter sebagai pemotong. Langkah yang dikerjakan siswa antara lain: (1)
menghilangkan salah satu tutup kotak pasta gigi, (2) membuat lubang pada tutup
yang lain pada kotak pasta gigi, (3) memotong kotak pasta gigi menjadi dua
bagian sama panjang, (4) memberi sekat berupa kertas minyak pada bagian tengah
kotak pasta gigi sebagai layar, (5) menyambung kembali kedua bagian tersebut
dengan menggunakan lakban, (6) menutupi bagian permukaan luar kotak dengan
60
61
kertas minyak sehingga tidak ada celah yang memungkinkan cahaya masuk ke
dalam kotak pasta gigi selain dari ke dua bagian ujung kotak pasta gigi. Setelah
selesai membuat siswa bersama kelompok mengujikan alat yang telah dibuat
dengan mengamati bayangan yang tampak pada layar yang terdapat di tengah
kamera lubang jarum (inqury).
Kegiatan selanjutnya adalah siswa berdiskusi dengan kelompok untuk
menjawab pertanyaan yang telah tersedia di bawah lembar kerja cara membuat
model sederhana yang terdapat pada tugas kelompoknya masing-masing. Selesai
mengerjakan lembar kerja, siswa kembali berdiskusi untuk menampilkan hasil
karyanya di depan kelas secara bergiliran dengan kelompok lain. Presentasi siswa
yang terbaik akan mendapat rewort berupa bintang. Secara bergiliran siswa
bersama kelompoknya
masing-masing mempresentasikan hasil karyanya.
Kelompok yang lainnya memberikan pertanyaan dan menanggapi hasil presentasi
dan hasil karya kelompok yang maju. Kelompok yang presentasi berdiskusi untuk
menjawab semua pertanyaan yang diajukan kelompok lain termasuk pertanyaan
dari guru. Pertanyaan yang tidak mampu dijawab dapat dilemparkan ke siswa lain
yang bisa menjawabnya atau dijelaskan oleh guru (questioning).
Selama pembelajaran berlangsung, guru tidak tinggal diam membiarkan
siswa melakukan kegiatan sendiri, tetapi guru berkeliling mengamati siswa dan
membantu siswa yang mengalami kesulitan saat proses pembelajaran berlangsung.
Selain itu, sambil membantu siswa yang mengalami kesulitan, guru juga
melakukan pengamatan dan penilaian proses terhadap aktivitas siswa tersebut
(authentic assesment).
Kegiatan akhir, siswa mengumpulkan lembar kerja yang telah dibagikan
guru. Kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan halhal yang belum dipahami. Berdasarkan kegiatan ini, guru memberikan bimbingan
kepada siswa untuk menyimpulkan seluruh materi yang telah dibahas melalui
kegiatan yang telah dilakukannya sendiri (refction).
3) Pertemuan III
Pada pertemuan ke III ini tidak dilakukan kegiatan pembelajaran hanya
mengulas materi yang telah dipelajari. Selain kegiatan tersebut juga diadakan
61
62
evaluasi kegiatan dengan cara menanyakan kepada siswa tentang pembelajaran
yang telah dilakukan. Kemudian diadakan tes evaluasi hasil belajar tentang materi
dan tes kreativitas yang disediakan peneliti sebelumnya untuk mengetahui
keberhasilan pelaksanaan pembelajaran model kontekstual yang dilaksanakan.
c. Observasi
Dalam tahap ini dilaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual, yang dilaksanakan dengan
menggunakan alat bantu berupa lembar observasi dan perekaman dengan kamera
foto. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian
pelaksanaan model kontekstual dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang telah disusun serta untuk mengetahui seberapa besar pembelajaran dengan
model kontekstual yang dilaksanakan menghasilkan perubahan pada kreativitas
siswa kelas V. Oleh karena itu, pengamatan tidak hanya ditujukan pada aktivitas
atau partisipasi dalam proses pembelajaran, namun juga pada aspek tindakan guru
dalam melaksanakan pembelajaran termasuk suasana kelas pada setiap pertemuan.
Uraian observasi setiap pertemuan pada Siklus II sebagai berikut :
Pertemuan : I (satu)
Indikator
: mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya dan mengidentifikasi sifat
bayangan hasil pencerminan pada cermin datar dan cermin
lengkung
Hasil Observasi Kegiatan Guru Berdasarkan Lampiran 4c:
a) Kegiatan pra pembelajaran yang dilakukan guru dalam kategori baik
b) Guru membuka pembelajaran dengan sangat baik
c) Strategi pembelajaran yang dilaksanakan guru dalam kategori baik,
d) Kesesuaian media dengan materi dalam kategori sangat baik
e) Guru mampu mengendalikan kelas dengan baik sehingga aktivitas dan
ketertiban siswa tetap terkontrol
f) Guru menilai siswa tidak hanya hasil tetapi juga prosesnya dengan baik
g) penggunaan bahasa dalam pembelajaran sudah baik sehingga siswa paham
dengan penjelasan guru.
62
63
h) Guru menutup pembelajaran dengan sangat baik yaitu dengan mengajak siswa
untuk terlibat dalam merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
dan memberikan tindak lanjut atas pembelajaran tersebut dengan pengarahan
materi berikutnya.
i) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap guru selama pembelajaran dengan
menggunakan model kontekstual yang dapat dilihat pada lampiran 4c
menunjukkan bahwa rata-rata penilaian total dari hasil pengamatan terhadap
guru pada siklus II pertemuan I adalah 3,47 dalam kategori baik.
Hasil Observasi Kegiatan Siswa Berdasarkan Lampiran 5c:
a) Perhatian siswa dalam pembelajaran sangat baik dengan ditunjukkan sikap
menyimak penjelasan guru maupun teman yang maju dalam kriteria sangat
baik, antusiasme dalam pembelajaran sangat baik, dan menunjukkan rasa
senang mengikuti kegiatan pembelajaran dalam kriteria sangat baik.
b) Kerjasama dalam kelompok ketika pembelajaran dalam kriteria cukup dengan
ditunjukkan sikap siswa memberi bantuan kepada teman masih cukup,
menghargai pendapat orang lain/ teman dalam kriteria baik, dan menunjukkan
kekompakkan dalam tim/ kelompok masih dalam kriteria sangat baik.
c) Ketekunan siswa dalam pembelajaran menunjukkan sikap mengerjakan tugas
dengan teliti dalam kriteria cukup, tidak mengobrol dengan teman dalam
kriteria cukup, tidak mengganggu kelompok lain dalam kriteria sangat baik.
d) Keaktifan siswa dalam pembelajaran menunjukkan sikap menyatakan
pendapat dalam kriteria sangat baik, mengajukan pertanyaan dalam kriteria
cukup, dan mengerjakan tugas dengan baik dalam kriteria cukup.
e) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap siswa selama pembelajaran dengan
menggunakan model kontekstual yang dapat dilihat pada lampiran 5c
menunjukkan bahwa rata-rata persentase penilaian total dari hasil pengamatan
terhadap siswa pada siklus II pertemuan I adalah 73% dalam kategori baik.
Pertemuan : II (dua)
Indikator
: Membuat model sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat
cahaya
Hasil Observasi Kegiatan Guru Berdasarkan Lampiran 4d:
63
64
a) Kegiatan pra pembelajaran yang dilakukan guru dalam kategori baik
b) Guru membuka pembelajaran dengan sangat baik
c) Strategi pembelajaran yang dilaksanakan guru dalam kategori baik
d) Kesesuaian media dengan materi dalam kategori sangat baik
e) Guru mampu mengendalikan kelas dengan sangat baik sehingga aktivitas dan
ketertiban siswa tetap terkontrol
f) Guru menilai siswa tidak hanya hasil tetapi juga prosesnya dengan baik
g) Penggunaan bahasa dalam pembelajaran sudah baik sehingga siswa paham
dengan penjelasan guru.
h) Guru menutup pembelajaran dengan sangat baik yaitu dengan mengajak siswa
untuk terlibat dalam merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
dan memberikan tindak lanjut atas pembelajaran tersebut dengan pengarahan
materi berikutnya.
i) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap guru selama pembelajaran dengan
menggunakan model kontekstual yang dapat dilihat pada lampiran 4d
menunjukkan bahwa rata-rata penilaian total dari hasil pengamatan terhadap
guru pada siklus II pertemuan II adalah 3,56 dalam kategori baik.
Hasil Observasi Kegiatan Siswa Berdasarkan Lampiran 5d:
1) Perhatian siswa dalam pembelajaran sangat baik dengan ditunjukkan sikap
menyimak penjelasan guru maupun teman yang maju dalam kriteria sangat
baik, antusiasme dalam pembelajaran sangat baik, dan menunjukkan rasa
senang mengikuti kegiatan pembelajaran dalam kriteria sangat baik.
2) Kerjasama dalam kelompok ketika pembelajaran dalam kriteria baik dengan
ditunjukkan sikap siswa memberi bantuan kepada teman masih cukup,
menghargai pendapat orang lain/ teman dalam kriteria sangat baik, dan
menunjukkan kekompakkan dalam tim/ kelompok masih dalam kriteria sangat
baik.
3) Ketekunan siswa dalam pembelajaran menunjukkan sikap mengerjakan tugas
dengan teliti dalam kriteria cukup, tidak mengobrol dengan teman dalam
kriteria cukup, tidak mengganggu kelompok lain dalam kriteria sangat baik.
64
65
4) Keaktifan siswa dalam pembelajaran menunjukkan sikap menyatakan
pendapat dalam kriteria sangat baik, mengajukan pertanyaan dalam kriteria
cukup, dan mengerjakan tugas dengan baik dalam kriteria baik.
5) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap siswa selama pembelajaran dengan
menggunakan model kontekstual yang dapat dilihat pada lampiran 5d
menunjukkan bahwa rata-rata persentase penilaian total dari hasil pengamatan
terhadap siswa pada siklus II pertemuan II adalah 82% dalam kategori baik.
d. Analisis dan Refleksi
Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan untuk dianalisis.
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan
tindakan baru pada indikator mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya dan
mengidentifikasi sifat bayangan hasil pencerminan pada cermin datar dan cermin
lengkung telah menunjukkan perubahan, baik pada aktivitas siswa maupun pada
pencapaian hasil belajar. Sedangkan untuk indikator membuat model sederhana
dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya, belum menunjukkan perubahan yang
berarti.
Hasil refleksi selengkapnya dapat duiraikan sebagai berikut :
Pertemuan : I (satu)
Indikator
: Mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya dan mengidentifikasi sifat
bayangan hasil pencerminan pada cermin datar dan cermin
lengkung
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung,
siswa cukup aktif memperhatikan panjelasan guru dan menjawab pertanyaan guru,
siswa melakukan diskusi dengan kelompoknya dengan baik, siswa secara
berkelompok telah mengerjakan pertanyaan yang terdapat dalam lembar kerja
dengan baik. Siswa telah menunjukkan nilai kelompok yang baik dengan nilai
rata-rata 84,67. Data nilai siswa pada siklus II pertemauan ke 1 selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 6b.
Pertemuan : II (dua)
Indikator
: Membuat model sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat
cahaya
65
66
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung,
siswa cukup aktif memperhatikan panjelasan guru dan melaksanakan tugas guru
untuk membuat model dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya dengan baik. Pada
umumnya siswa sudah mengalami sedikit kemajuan dengan ditandai siswa sudah
mampu memahami petunjuk yang terdapat dalam lembar kerja. Walaupun
demikian, guru tetap menemui setiap kelompok untuk memantau kegiatan siswa
dan mengarahkannya kembali jika terdapat kesalahan dalam pemahaman siswa.
Selama kegiatan pembelajaran, siswa bersama kelompoknya telah banyak
kemajuan terutama dalam bekerjasama. Pembagian tugas dalam kelompok sudah
mulai tampak. Walaupun, terkadang ada siswa yang sulit diatur oleh ketua
kelompoknya. Hal tersebut disebabkan karena siswa merasa tidak diperlakukan
adil dalam kelompoknya. Dengan kejadian tersebut, guru tampil sebagai penengah
sehingga kerja dan diskusi kelompok kembali berjalan.
Setelah membuat model sederhana seperti periskop, kamera lubang jarum,
dan cakram warna, siswa kembali berdiskusi untuk menjawab pertanyaan yang
terdapat pada lembar kerja yang telah disediakan guru dan juga siswa berdiskusi
untuk
mempersiapkan
kelompok
dalam
mempresentasikan
hasil
karya
kelompoknya di depan kelas yang akan dilaksanakan. Pada saat presentasi hasil
karya kelompok, siswa sangat bersemangat dalam menanggapi presentasi
kelompok yang tampil dengan memberi pertanyaan-pertanyaan yang tidak terduga
berkenaan dengan presentasi. Kelompok presentasi juga menunjukkan antusiasme.
Walaupun, ada pertanyaan yang belum diterangkan guru, kelompok presentasi
berusaha untuk menjawabnya dan yang mengagumkan jawaban yang diberikan
hampir mendekati benar.
Nilai yang diperoleh siswa secara berkelompok ini mengalami
peningkatan dengan rata-rata kelas 86,67 jika dibandingkan pada pertemuan ke 2
siklus I yang hanya mencapai 82,67. Data nilai siswa pada siklus II pertemuan II
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6b.
Pertemuan : III (tiga)
Indikator
: evaluasi pertemuan I dan II dengan tes hasil belajar dan tes
kreativitas.
66
67
Berdasarkan hasil tes evaluasi hasil belajar diperoleh data bahwa sebagian
besar menunjukkan nilai kelompok lebih bagus dari pada nilai individu. Walaupun
terjadi penurunan rata-rata kelas dibandingkan pertemuan I dan II, tetapi nilai
siswa termasuk dalam kategori cukup dan terdapat peningkatan dibandingkan
dengan nilai rata-rata kelas hasil tes evaluai belajar pada siklus I pertemuan ke
tiga karena nilai rata-rata kelas pada siklus II pertemuan ketiga ini telah mencapai
78,33 dan siswa yang memperoleh nilai lebih dari sama dengan70 sebanyak 11
siswa atau 77% dari 15 siswa. Data nilai hasil belajar siswa pada siklus II
pertemuan III selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6b.
Pada siklus II pertemuan kedua ini selain dilaksanakan tes evaluasi hasil
belajar juga dilaksanakan tes kreativitas dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Persentase Tes Kreativitas Siswa Siklus II
No
Nilai
Frekuensi
1
21 – 40
0
Nilai
Tengah (xi)
31.50
2
41 – 60
2
3
61 – 80
4
81 - 100
Jumlah
fixi
Persentase
Kategori
Keterangan
0.00
0%
tidak tuntas
51.50
103.00
13%
9
71.50
643.50
60%
tidak kreatif
kurang
kreatif
kreatif
4
91.50
tidak tuntas
Tuntas
366.00
27%
sangat kreatif
Tuntas
1112.50
100%
Nilai rata-rata= 1112.50 : 15 = 74.17
Ketuntasan Klasikal = 13: 15 x 100% = 87%
0% tidak kreatif, 13% kurang kreatif, 60% kreatif, dan 27% sangat kreatif
15
Berdasar tabel di atas maka dapat diketahui bahwa hasil tes kreativitas
siswa pada siklus II ini menunjukkan terjadi peningkatan jika dibandingkan
dengan hasil tes kreativitas pada siklus I. Hasil tes kreativitas siklus I
menunjukkan nilai rata-rata hasil tes sebesar 67,73 dengan ketuntasan 67%. Data
siswa yang mendapat nilai 21-40 tidak ada, nilai 41-60 ada 33% dalam kategori
kurang kreatif, nilai 61-80 ada 53% dalam kategori kreatif, dan nilai 81-100 ada
13% dalam kategori sangat kreatif. Setelah dilaksanakan siklus II, maka diperoleh
hasil tes kreativitas yang menunjukkan nilai rata-rata hasil tes meningkat menjadi
73,33 dengan ketuntasan 87%. Data siswa yang mendapat nilai 21-40 tidak ada,
nilai 41-60 ada 13% dalam kategori kurang kreatif, nilai 61-80 ada 60% dalam
kategori kreatif, dan nilai 81-100 ada 27% dalam kategori sangat kreatif. Data
67
68
selengkapnya mengenai adanya peningkatan nilai tes kreativitas dapat dilihat pada
grafik 3.
Hasil Tes Kreativitas
frekuensi
80%
60%
Tidak Kreatif
Kurang Kreatif
40%
Kreatif
Sangat Kreatif
20%
0%
pra siklus
siklus I
siklus II
Kreativitas
siswa
Grafik 3. Grafik kreativitas siswa kelas V SDN Tepisari 02 pra siklus, siklus I,
dan siklus II
Setelah dianalisis dapat disimpulkan bahwa pada saat proses pembelajaran
siklus II terjadi hambatan antara lain:
1)
Kemampuan guru mengelola waktu masih kurang saat presentasi, disebabkan
karena siswa masih belum mengenal kegiatan presentasi sehingga guru harus
menerangkannya terlebih dahulu.
2)
Masih terdapat siswa yang nilainya rendah, tertinggal dengan temannya,
disebabkan karena kurang memahami materi pada saat guru menerangkan
materi yang telah dipelajari di kelas, seperti siswa yang bergurau sendiri.
3)
Pada saat presentasi kelompok, kelas tampak ramai karena siswa yang
berebut untuk bertanya atau menanggapi hasil presentasi kelompok yang lain.
4) Adanya pemprotesan siswa terhadap pembagian tugas dalam kelompok
sehingga menimbulkan pertengkaran kecil dalam kelompok.
Beradasar analisis, tampak munculnya hambatan pada saat penelitian,
maka perlu adanya perbaikan yang dilanjutkan pada penelitian dalam siklus III.
3. Tindakan Siklus III
Tindakan siklus III dilaksanakan selama 3 kali pertemuan dengan 2
pertemuan untuk pelaksanaan pembelajaran model kontekstual yaitu pada tanggal
26 dan 28 April 2010 dan 1 pertemuan untuk pelaksanaan evaluasi materi dan tes
kreativitas pada tanggal 29 April 2010. Tiap-tiap pertemuan terdiri dari dua jam
68
69
pelajaran (2 X 35 menit) yang dilaksanakan selama 1 minggu. Pada siklus III ini
peneliti mengkaji hasil refleksi dari siklus II. Adapun tahapan-tahapan yang
dilaksanakan dalam siklus II adalah sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan pada siklus I telah diketahui bahwa
ada peningkatan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA pada materi “cahaya”
tetapi belum maksimal. Hal tersebut ditunjukkan pada persentase nilai tes
kreativitas siswa yang menunjukkan ada 13% siswa masih tergolong dalam
kategori kreativitas kurang.
Perencanaan pada siklus yang ketiga ini adalah dengan melakukan
identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan materi dan informasi pembelajaran dengan jelas dan
memberikan arahan kembali kepada siswa tentang pelaksanaan kerja
kelompok dan presentasi hasil kelompok yang baik.
2) Guru memberikan motivasi kepada siswa bahwa yang akan mendapatkan
smell dan bintang bukan hanya individu tetapi juga kelompok yang paling
kompak dan aktif.
Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun
2008 kelas V SD, peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran
IPA dengan model kontekstual sebagai berikut:
1) Mempelajari KTSP dan silabus SD kelas III
Standar Kompetensi
Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya atau
model.
Kompetensi Dasar
6.1. Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.
6.2. Membuat karya/ model dengan bahan sederhana dengan memanfaatkan
sifat-sifat cahaya.
2) Merencanakan pembelajaran dengan model kontekstual untuk 2 kali
pertemuan dengan indikator: menyebutkan sifat-sifat cahaya (merambat lurus,
menembus benda bening, dapat dipantulkan, dibiaskan, dan diuraikan),
69
70
mengidentifikasi sifat-sifat cahaya yang mengenai berbagai jenis cermin
(cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung), menyebutkan berbagai
alat/ benda dalam kehidupan sehari-hari yang memanfaatkan sifat-sifat
cahaya. membuat karya/ model sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat
cahaya(periskop, kamera lubang jarum, dan cakram warna).
3) Menentukan pokok bahasan dan memberikan informasi kepada siswa
mengenai materi pelajaran yang akan dibahas dengan tujuan agar siswa lebih
mempersiapkan diri lagi dalam melakukan kegiatan pembelajaran .
4) Menyiapkan alat praktek dan media yang sesuai.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti mengulang materi pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran kontekstual. Pembelajaran yang telah disusun
pada siklus III dilaksanakan tiga kali pertemuan yaitu pertemuan pertama dan
kedua adalah pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual
dan pertemuan ketiga adalah pelasanaan evaluasi pembelajaran dan tes kreativitas
siswa.
1) Pertemuan I
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 26
April 2010. Pada
pertemuan ini materi yang diajarkan adalah sifat-sifat cahaya dan sifat bayangan
pada cermin datar dan lengkung, dan siswa mencoba membuatnya dalam bentuk
mind mapping.
Kegiatan awal, guru dan siswa berdoa bersama, presensi siswa. Agar siswa
bersemangat, guru mengajari siswa gerakan senam otak seperti gerakan
menggeserkan tangan ke kiri-kanan dengan posisi ibu jari dan kelingking berbeda.
Kegiatan dilanjutkan apersepsi dengan menyuruh tiga siswa yang masing-masing
diminta untuk mencoba berdiri di halaman yang terkena cahaya langsung
matahari, berdiri di teras, dan
di dalam kelas. Kemudian perwakilan siswa
tersebut diminta untuk menceritakan dari kegiatan yang telah dilakukan dan
hasilnya antara lain “di halaman tampak silau dan panas”, “di teras melihatnya
tampak jelas dan terang”, “di dalam kelas melihatnya jelas tetapi lebih terang di
teras. Guru selanjutnya melakukan dengan tanya jawab seperti “Mengapa kalian
70
71
bisa melihat sekitar walaupun kita berada di dalam ruangan yang tidak terkena
cahaya matahari secara langsung seperti di dalam kelas ini?. Bardasarkan
pertanyaan tersebut muncul banyak jawaban dari siswa, seperti “karena cahaya
matahari bisa menembus genting sebab di genting ada celah-celahnya kecil-kecil
terus terkumpul dan jadi terang”, “karena cahaya matahari merambat lurus
sehingga masuk ke dalam ruangan”, “karena cahayanya dipantul-pantulkan”
(constructivism dan questioning).
Guru menjelaskan atas pertanyaan tersebut bahwa kita dapat melihat di
tempat atau ruangan yang tidak terkena cahaya secara langsung disebabkan karena
sifat cahaya dapat di pantulkan. Pemantulan yang dimanfaatkan adalah
pemantulan baur. Cahaya matahari yang menyinari bumi mengenai halaman,
tembok, pohon, batu, dan sebagainya yang ada di sekitar kemudian memantul
secara berulang ke teras sehingga tampak terang kemudian memantul lagi masuk
ke dalam kelas dan memantul mengenai meja tembok dan benda-benda yang ada
di dalam ruangan sehingga ketika kita melihatnya hasil pemantullan tersebut
masuk ke dalam mata kita sehingga kita dapat melihatnya.
Kegiatan inti, guru menjelaskan gambaran pelaksanaan pembelajaran yang
akan dilaksanakan bahwa materi yang akan dibahas masih sama dengan materi
yang sebelumnya hanya saja kegiatannya sedikit berubah yaitu kegiatan praktek
tidak seluruhnya harus dikerjakan dalam kelompok, tetapi terdapat pembagian
kerja kelompok yang akan diundi. Minimal setiap kelompok mendapatkan 2 jenis
praktek cahaya. Hasil kegiatan praktek kemudian disimpulkan dan dibuat ke
dalam bentuk mind mapping. Sebelum kegiatan dimulai siswa menyimak
penjelasan guru tentang cara membuat mind mapping, antara lain 1) menyimpulan
hasil kegiatan praktek, 2) menyusun hasil kesimpulan ke dalam bentuk bagan
sederhana, 3) membuat bentuk-bentuk benda atau yang lainnya dengan
menggunakan kertas warna, 4) menuliskan isi pada bagan yang telah dibuatnya ke
dalam bentuk-bentuk benda pada kertas warna yang telah dibuat, 5) menempelkan
kertas warna dengan berbagai bentuk tersebut pada kertas asturo atau karton yang
telah disediakan guru, 6) menghubungkan dengan panah pada setiap tempelan
sehingga jelas maksud dari mind mapping yang telah dibuat(modelling).
71
72
Siswa
berkumpul
dengan
kelompoknya
masing-masing.
Siswa
mengerjakan praktek secara bersama-sama dan berdiskusi membuat kesimpulan
dan bagan yang akan dibuat mind mapping berdasarkan praktek yang telah
dilakukan. Siswa membagi tugas pada setiap anggota kelompok. Siswa
bekerjasama melakukan praktek kemudian berdiskusi mengerjakan lembar kerja
yang telah disediakan. Selesai praktek dan mengerjakan lembar kerja. Siswa
berdiskusi dan bekerjasama kembali untuk membuat mind mapping. (inquiri dan
learning community).
Selama pembelajaran berlangsung, guru tidak tinggal diam membiarkan
siswa melakukan kegiatan sendiri, tetapi guru berkeliling mengamati siswa dan
membantu siswa yang mengalami kesulitan saat proses pembelajaran berlangsung.
Selain itu, sambil membantu siswa yang mengalami kesulitan, guru juga
melakukan pengamatan dan penilaian proses terhadap aktivitas siswa tersebut
(authentic assesment).
Setelah selesai membuat mind mapping, siswa bersama kelompoknya
bergiliran untuk mempresentasikan mind mapping hasil kerja kelompoknya di
hadapan guru dan kelompok lainnya. Sebelum kegiatan presentasi dimulai,
seluruh kelompok mengumpulkan lembar kerja yang telah dikerjakan. Kelompok
yang telah atah belum presentasi memberikan tanggapan atau pertanyaan kepada
kelompok yang presentasi. Kemudian, guru memberikan penguatan tentang materi
yang telah dibahas.
Kegiatan akhir, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Berdasarkan kegiatan ini, guru
memberikan bimbingan kepada siswa untuk menyimpulkan seluruh materi yang
telah dibahas melalui kegiatan yang telah dilakukannya sendiri (reflection).
2) Pertemuan II
Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah membuat model
sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya (periskop, kamera lubang
jarum, dan cakram warna). Pertemuan II dilaksanakan 2 x 35 menit pada tanggal
28 April 2010. Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model
kontekstual.
72
73
Kegiatan awal, guru membuka pembelajaran dengan berdoa bersama,
presensi, dan apersepsi. Apersepsi yang dilakukan guru adalah dengan permainan
tebak kata. Guru menyediakan 3 kertas yang masing-masing berisi 10 kata.
Perwakilan kelompok maju memilih kertas tebakan. Secara bergiliran kelompok
menebak kata. Perwakilan kelompok harus memberikan pertanyaan kepada
anggotanya yang jawaban dari pertanyaan tersebut harus sesuai dengan kata yang
dimaksud dalam waktu satu menit. Kelompok yang belum mendapat giliran
mengamati waktu dengan menggunakan stopwatch. Selesai kegiatan, guru
mengumumkan kelompok yang menebak paling banyak kata yang telah
disediakan guru. Kemudian guru memberikan rewort berupa bintang.
Kegiatan inti, guru menunjukkan sebuah lup. Guru meminta salah satu
siswa maju untuk menggunakan lup melihat tulisan pada kertas kemudian meraba
permukaan lup (modeling). Siswa maju melaksanakan perintah guru, kemudian
menjelaskan tentang sifat bayangan yang ditampilakan dan lup menggunakan
lensa cembung karena permukaannya menonjol ke luar (construcsivism). Siswa
kembali ke tempat duduk. Guru menjelaskan bahwa untuk pemanfaatan sifat-sifat
pada cahaya dapat dimanfaatkan dalam pembuatan alat optik. Alat optik
merupakan berbagai benda yang menggunakan prinsip sifat-sifat cahaya, misalnya
cermin, lensa, kacamata, kamera, teleskop, dan yang lainnya, termasuk mata yang
kita miliki.
Setelah penjelasan secara singkat tentang pemanfaatan sifat cahaya yaitu
pada benda optik, guru menjelaskan bahwa dalam pembelajaran kali ini siswa
kembali akan membuat model sederhana periskop, kamera lubang jarum, dan
cakram warna. Pembagian kelompoknya, kelompok I yang sebelumnya membuat
kamera lubang jarum mendapat tugas membuat periskop. Kelompok II yang
sebelumnya membuat periskop mendapat tugas membuat cakram warna.
Sedangkan kelompok III yang sebelumnya mendapat tugas membuat kaleidoskop
mendapat tugas membuat kamera lubang jarum.
Kelompok I mendapat tugas membuat cakram warna. Alat dan bahan yang
digunakan antara lain kardus, kertas emas dengan berbagai warna, benang kenur,
lem atau perekat yang lain, penggaris, pensil, dan pisau/cutter. Langkah yang
73
74
dikerjakan siswa antara lain: (1) membuat potongan melingkar pada kardus, (2)
membagi lingkaran kardus menjadi 6 bagian sama besar, (3) menempelkan
berbagai kertas warna pada setiap bagian sehingga tampak berwarna-warni, (4)
membuat 2 lubang kecil pada bagian tengah lingkaran, (5) memasukkan benang
kenur pada ke dua lubang, kemudian sambung kenur menjadi 1 lingkaran,
sehingga cakram warna seperti gansing, (7) memainkan cakram warna seperti
gangsing, (8) mengamati warna cakram warna saat berputar dan membandingkan
dengan warna sebelum berputar.
Kelompok II mendapat tugas membuat kamera lubang jarum. Alat dan
bahan yang digunakan antara lain kotak pasta gigi, kertas minyak warna putih,
kertas emas sebagai pembungkus, lem dan lakban sebagai perekat, dan gunting
atau cutter sebagai pemotong. Langkah yang dikerjakan siswa antara lain: (1)
menghilangkan salah satu tutup kotak pasta gigi, (2) membuat lubang pada tutup
yang lain pada kotak pasta gigi, (3) memotong kotak pasta gigi menjadi dua
bagian sama panjang, (4) memberi sekat berupa kertas minyak pada bagian tengah
kotak pasta gigi sebagai layar, (5) menyambung kembali kedua bagian tersebut
dengan menggunakan lakban, (6) menutupi bagian permukaan luar kotak dengan
kertas minyak sehingga tidak ada celah yang memungkinkan cahaya masuk ke
dalam kotak pasta gigi selain dari ke dua bagian ujung kotak pasta gigi. Setelah
selesai membuat siswa bersama kelompok mengujikan alat yang telah dibuat
dengan mengamati bayangan yang tampak pada layar yang terdapat di tengah
kamera lubang jarum.
Kelompok III mendapat tugas membuat periskop sederhana. Alat dan
bahan yang digunakan antara lain Karton dengan ukuran 28 cm x 50 cm, 2 cermin
datar ukuran 6,5 cm x 6,5 cm, lem, penggaris, pensil, dan pisau atau cutter.
Langkah yang dikerjakan siswa antara lain (1) membagi karton menjadi empat
bagian yang sama, (2) membuat dua buah lubang kecil pada bagian seperti gambar
di bawah ini.
(3) membuat celah untuk penempatan cermin membentuk sudut
pada sisi
yang lain, (4) melipat karton membentuk bangun balok dan merekatkan dengan
74
75
lakban, (5) memasukkan cermin pada celah bersudut menghadap ke atas dan ke
bawah, kemudian merekatkannya dengan lakban. Setelah selesai membuat siswa
bersama kelompok mengujikan alat yang telah dibuat dengan mengamati benda di
sekeliling (inqury).
Kegiatan selanjutnya adalah siswa berdiskusi dengan kelompok untuk
menjawab pertanyaan yang telah tersedia di bawah lembar kerja cara membuat
model sederhana yang terdapat pada tugas kelompoknya masing-masing. Selesai
mengerjakan lembar kerja, siswa kembali berdiskusi untuk menampilkan hasil
karyanya di depan kelas secara bergiliran dengan kelompok lain. Presentasi siswa
yang terbaik akan mendapat rewort berupa bintang. Secara bergiliran siswa
bersama kelompoknya
masing-masing mempresentasikan hasil karyanya.
Kelompok yang lainnya memberikan pertanyaan dan menanggapi hasil presentasi
dan hasil karya kelompok yang maju. Kelompok yang presentasi berdiskusi untuk
menjawab semua pertanyaan yang diajukan kelompok lain termasuk pertanyaan
dari guru. Pertanyaan yang tidak mampu dijawab dapat dilemparkan ke siswa lain
yang bisa menjawabnya atau dijelaskan oleh guru (questioning).
Selama pembelajaran berlangsung, guru tidak tinggal diam membiarkan
siswa melakukan kegiatan sendiri, tetapi guru berkeliling mengamati siswa dan
membantu siswa yang mengalami kesulitan saat proses pembelajaran berlangsung.
Selain itu, sambil membantu siswa yang mengalami kesulitan, guru juga
melakukan pengamatan dan penilaian proses terhadap aktivitas siswa tersebut
(authentic assesment).
Kegiatan akhir, siswa mengumpulkan lembar kerja yang telah dibagikan
guru. Kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan halhal yang belum dipahami. Berdasarkan kegiatan ini, guru memberikan bimbingan
kepada siswa untuk menyimpulkan seluruh materi yang telah dibahas melalui
kegiatan yang telah dilakukannya sendiri (refction).
3) Pertemuan III
Pada pertemuan ke III ini tidak dilakukan kegiatan pembelajaran hanya
mengulas materi yang teah dipelajari sebelumnya. Selain kegiatan tersebut juga
diadakan evaluasi kegiatan dengan cara menanyakan kepada siswa tentang
75
76
pembelajaran yang telah dilakukan. Kemudian diadakan tes evaluasi tentang
materi dan tes kreativitas yang telah disediakan peneliti sebelumnya.
c. Observasi
Dalam tahap ini dilaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual, yang dilaksanakan dengan
menggunakan alat bantu berupa lembar observasi dan perekaman dengan kamera
foto. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian
pelaksanaan model kontekstual dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang telah disusun serta untuk mengetahui seberapa besar pembelajaran dengan
model kontekstual yang dilaksanakan menghasilkan perubahan pada kreativitas
siswa kelas V. Oleh karena itu pengamatan tidak hanya ditujukan pada aktivitas
atau partisipasi dalam proses pembelajaran, namun juga pada aspek tindakan guru
dalam melaksanakan pembelajaran termasuk suasana kelas pada setiap pertemuan.
Uraian observasi tiap pertemuan pada Siklus III sebagai berikut :
Pertemuan : I (satu)
Indikator
: mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya dan mengidentifikasi sifat
bayangan hasil pencerminan pada cermin datar dan cermin
lengkung
Hasil Observasi Kegiatan Guru Berdasarkan Lampiran 4e:
a) Kegiatan pra pembelajaran yang dilakukan guru dalam kategori baik
b) Guru membuka pembelajaran dengan sangat baik
c) Strategi pembelajaran yang dilaksanakan guru dalam kategori baik
d) Kesesuaian media dengan materi dalam kategori sangat baik
e) Guru mampu mengendalikan kelas dengan sangat baik sehingga aktivitas dan
ketertiban siswa tetap terkontrol
f) Guru menilai siswa tidak hanya hasil tetapi juga prosesnya dengan baik,
g) Penggunaan bahasa dalam pembelajaran sudah baik sehingga siswa paham
dengan penjelasan guru.
h) Guru menutup pembelajaran dengan sangat baik yaitu dengan mengajak siswa
untuk terlibat dalam merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
76
77
dan memberikan tindak lanjut atas pembelajaran tersebut dengan pengarahan
materi berikutnya.
i) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap guru selama pembelajaran dengan
menggunakan model kontekstual dapat dilihat pada lampiran 4e menunjukkan
bahwa rata-rata penilaian total dari hasil pengamatan terhadap guru pada
siklus III pertemuan I adalah 3,64 dalam kategori baik.
Hasil Observasi Kegiatan Siswa Berdasarkan Lampiran 5e :
1) Perhatian siswa dalam pembelajaran sangat baik dengan ditunjukkan sikap
menyimak penjelasan guru maupun teman yang maju dalam kriteria sangat
baik, antusiasme dalam pembelajaran sangat baik, dan menunjukkan rasa
senang mengikuti kegiatan pembelajaran dalam kriteria sangat baik.
2) Kerjasama dalam kelompok ketika pembelajaran dalam kriteria cukup dengan
ditunjukkan sikap siswa memberi bantuan kepada teman masih cukup,
menghargai pendapat orang lain/ teman dalam kriteria sangat baik, dan
menunjukkan kekompakkan dalam tim/ kelompok masih dalam kriteria sangat
baik.
3) Ketekunan siswa dalam pembelajaran menunjukkan sikap mengerjakan tugas
dengan teliti dalam kriteria baik, tidak mengobrol dengan teman dalam kriteria
baik, tidak mengganggu kelompok lain dalam kriteria sangat baik.
4) Keaktifan siswa dalam pembelajaran menunjukkan sikap menyatakan
pendapat dalam kriteria sangat baik, mengajukan pertanyaan dalam kriteria
cukup, dan mengerjakan tugas dengan baik dalam kriteria sangat baik.
5) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap siswa selama pembelajaran dengan
menggunakan model kontekstual yang dapat dilihat pada lampiran 5e
menunjukkan bahwa rata-rata persentase penilaian total dari hasil pengamatan
terhadap siswa pada siklus III pertemuan I adalah 88% dalam kategori sangat
baik.
Pertemuan : II (dua)
Indikator
: Membuat model sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya
Hasil Observasi Kegiatan Guru Berdasarkan Lampiran 4f:
a) Kegiatan pra pembelajaran yang dilakukan guru dalam kategori baik
77
78
b) Guru membuka pembelajaran dengan sangat baik
c) Strategi pembelajaran yang dilaksanakan guru dalam kategori baik
d) Kesesuaian media dengan materi dalam kategori sangat baik
e) Guru mampu mengendalikan kelas dengan sangat baik sehingga aktivitas dan
ketertiban siswa tetap terkontrol
f) Guru menilai siswa tidak hanya hasil tetapi juga prosesnya dengan baik
g) Penggunaan bahasa dalam pembelajaran sangat baik sehingga siswa paham
dengan penjelasan guru.
h) Guru menutup pembelajaran dengan sangat baik yaitu dengan mengajak siswa
untuk terlibat dalam merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
dan memberikan tindak lanjut atas pembelajaran tersebut dengan pengarahan
materi berikutnya.
i) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap guru selama pembelajaran dengan
menggunakan model kontekstual yang dapat dilihat pada lampiran 4f
menunjukkan bahwa rata-rata penilaian total dari hasil pengamatan terhadap
guru pada siklus III pertemuan II adalah 3,77 dalam kategori sangat baik.
Hasil Observasi Kegiatan Siswa Berdasarkan Lampiran 5f:
1) Perhatian siswa dalam pembelajaran sangat baik dengan ditunjukkan sikap
menyimak penjelasan guru maupun teman yang maju dalam kriteria sangat
baik, antusiasme dalam pembelajaran sangat baik, dan menunjukkan rasa
senang mengikuti kegiatan pembelajaran dalam kriteria sangat baik.
2) Kerjasama dalam kelompok ketika pembelajaran dalam kriteria baik dengan
ditunjukkan sikap siswa memberi bantuan kepada teman masih baik,
menghargai pendapat orang lain/ teman dalam kriteria sangat baik, dan
menunjukkan kekompakkan dalam tim/ kelompok masih dalam kriteria baik.
3) Ketekunan siswa dalam pembelajaran menunjukkan sikap mengerjakan tugas
dengan teliti dalam kriteria sangat baik, tidak mengobrol dengan teman dalam
kriteria baik, tidak mengganggu kelompok lain dalam kriteria sangat baik.
4) Keaktifan siswa dalam pembelajaran menunjukkan sikap menyatakan
pendapat dalam kriteria sangat baik, mengajukan pertanyaan dalam kriteria
baik, dan mengerjakan tugas dengan baik dalam kriteria sangat baik.
78
79
5) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap siswa selama pembelajaran dengan
menggunakan model kontekstual yang dapat dilihat pada lampiran 5f
menunjukkan menunjukkan bahwa rata-rata persentase penilaian total dari
hasil pengamatan terhadap siswa pada siklus III pertemuan II adalah 89%
dalam kategori sangat baik.
d. Analisis dan Refleksi
Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan untuk dianalisis.
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan
tindakan baru pada indikator mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya dan
mengidentifikasi sifat bayangan hasil pencerminan pada cermin datar dan cermin
lengkung telah menunjukkan perubahan, baik pada aktivitas siswa maupun pada
pencapaian hasil belajar. Sedangkan untuk indikator membuat model sederhana
dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya, belum menunjukkan perubahan yang
berarti.
Hasil refleksi selengkapnya dapat duiraikan sebagai berikut :
Pertemuan : I (satu)
Indikator
: Mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya dan mengidentifikasi sifat
bayangan hasil pencerminan pada cermin datar dan cermin
lengkung
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung,
siswa cukup aktif memperhatikan panjelasan guru dan menjawab pertanyaan guru,
siswa melakukan diskusi dengan kelompoknya dengan baik, siswa secara
berkelompok telah mengerjakan pertanyaan yang terdapat dalam lembar kerja
dengan baik. Siswa telah menunjukkan nilai kelompok yang baik dengan nilai
rata-rata 86,67. Data nilai siswa pada siklus III pertemauan ke 1 selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 6c.
Pertemuan : II (dua)
Indikator
: Membuat model sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung,
siswa cukup aktif memperhatikan panjelasan guru dan melaksanakan tugas guru
untuk membuat model dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya dengan baik. Pada
79
80
umumnya siswa sudah mengalami sedikit kemajuan dengan ditandai siswa sudah
mampu memahami petunjuk yang terdapat dalam lembar kerja. Walaupun
demikian, guru tetap menemui setiap kelompok untuk memantau kegiatan siswa
dan mengarahkannya kembali jika terdapat kesalahan dalam pemahaman siswa.
Selama kegiatan pembelajaran, siswa bersama kelompoknya telah banyak
kemajuan terutama dalam bekerjasama. Pembagian tugas dalam kelompok sudah
mulai tampak. Walaupun, terkadang ada siswa yang sulit diatur oleh ketua
kelompoknya. Hal tersebut disebabkan karena siswa merasa tidak diperlakukan
adil dalam kelompoknya. Dengan kejadian tersebut, guru tampil sebagai penengah
sehingga kerja dan diskusi kelompok kembali berjalan.
Setelah membuat model, siswa kembali berdiskusi untuk menjawab
pertanyaan yang terdapat dalam lembar kerja dan mempersiapkan diri untuk
presentasi hasil karyanya di depan kelas. Pada saat presentasi hasil karya
kelompok, siswa sangat bersemangat dalam menanggapi presentasi kelompok
yang tampil dengan memberi pertanyaan-pertanyaan yang tidak terduga
berkenaan dengan presentasi. Kelompok presentasi juga menunjukkan antusiasme.
Walaupun, ada pertanyaan yang belum diterangkan guru, kelompok presentasi
berusaha untuk menjawabnya dan yang mengagumkan jawaban yang diberikan
hampir mendekati benar.
Nilai yang diperoleh siswa secara berkelompok ini telah mengalami
penurunan pada pertemuan ke 2 siklus II dengan rata-rata kelas 82,67
dibandingkan pada pertemuan ke 2 siklus I yang mencapai 86,67. Pada pertemuan
ke 2 siklus III ini kembali naik dengan rata-rata mencapai 88,33. Data nilai siswa
pada pertemuan II siklus III selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6c.
Pertemuan : III (tiga)
Indikator
: evaluasi pertemuan I dan II dengan tes hasil belajar dan tes
kreativitas.
Berdasarkan hasil tes hasil belajar diperoleh data bahwa sebagian besar
menunjukkan nilai kelompok lebih bagus dari pada nilai individu. Walaupun
terjadi penurunan rata-rata kelas dibandingkan pertemuan I dan II, tetapi nilai
siswa termasuk dalam kategori cukup karena nilai rata-rata kelas telah mencapai
80
81
78,33 dan siswa yang memperoleh nilai lebih dari sama dengan70 sebanyak 11
siswa atau 77% dari 15 siswa. Data nilai hasil belajar siswa pada pertemuan III
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6c.
Pada siklus III pertemuan III ini diadakan tes kreativitas siswa yang
terakhir dan hasilnya cukup memuaskan karena menunjukkan adanya peningkatan
dibandingkan hasil tes sebelumnya. Data tersebut diperlihatkan pada tabel 7.
Tabel 7. Persentase Tes Kreativitas Siswa Siklus III
No
1
2
3
4
Nilai
Frekuensi
21 – 40
41 – 60
61 – 80
81 - 100
Jumlah
Nilai Tengah
(xi)
31.50
51.50
71.50
91.50
fixi
Persentase
Kategori
Keterangan
tidak kreatif
tidak tuntas
0.00
0%
51.50
7%
kurang kreatif tidak tuntas
500.50
47%
kreatif
Tuntas
640.50
47%
sangat kreatif
Tuntas
1192.50
100%
Nilai rata-rata= 1192.50 : 15 = 79.50
Ketuntasan Klasikal = 14: 15 x 100% = 93%
0% tidak kreatif, 7% kurang kreatif, 47% kreatif, dan 47% sangat kreatif
0
1
7
7
15
Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa hasil tes kreativitas
siswa pada siklus III ini menunjukkan terjadi peningkatan jika dibandingkan
dengan hasil tes kreativitas pada siklus II. Hasil tes kreativitas siklus II
menunjukkan nilai rata-rata hasil tes meningkat menjadi 73,33 dengan ketuntasan
87%. Data siswa yang mendapat nilai 21-40 tidak ada, nilai 41-60 ada 13% dalam
kategori kurang kreatif, nilai 61-80 ada 60% dalam kategori kreatif, dan nilai 81100 ada 27% dalam kategori sangat kreatif. Sedangkan hasil tes kreativitas siklus
III menunjukkan nilai rata-rata hasil tes meningkat menjadi 78,40 dengan
ketuntasan 93%. Data siswa yang mendapat nilai 21-40 tidak ada, nilai 41-60 ada
7% dalam kategori kurang kreatif, nilai 61-80 ada 47% dalam kategori kreatif, dan
nilai 81-100 ada 47% dalam kategori sangat kreatif. Untuk memperjelas adanya
peningkatan hasil tes kreativitas pada setiap siklus dari pra siklus hingga siklus III,
maka dapat dilihat pada grafik 4.
81
82
Hasil Tes Kreativitas
70%
frekuensi
60%
Tidak Kreatif
50%
Kurang Kreatif
40%
Kreatif
30%
Sangat Kreatif
20%
10%
0%
pra siklus
siklus I
siklus II
Kreativitas siswa
siklus III
Grafik 4. Grafik kreativitas siswa kelas V SDN Tepisari 02 pra siklus, siklus I,
siklus II, dan siklus III
Data selengkapnya mengenai nilai tes kreativitas pra siklus, siklus I, siklus
II, dan siklus III yang menunjukkan adanya peningkatan dapat dilihat dalam
lampiran 7a.
Setelah dianalisis dapat disimpulkan bahwa pada saat proses pembelajaran
siklus III secara umum telah menunjukkan perubahan yang baik. Namun, guru
masih kurang mampu dalam kontrol waktu. Persentase aktivitas atau partisipasi
siswa dalam pembelajaran meningkat. Partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
semakin meningkat, suasana kelas menjadi lebih hidup dan menyenangkan.
Prestasi belajar siswa pada pokok bahasan cahaya mengalami peningkatan.
Kreativitas siswa juga menunjukkan peningkatan terutama dalam mengungkapkan
ide atau gagasan-gagasan yang tampak pada saat pembelajaran dengan munculnya
pertanyaan-pertanyaan yang kritis dan jawaban yang kritis pula. Berdasarkan
peningkatan kreativitas yang telah dicapai siswa, maka pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas ( PTK ) dianggap cukup dan diakhiri pada Siklus III.
Berdasarkan keseluruhan tindakan pada setiap siklus yang telah
dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model keterampilan
proses pada pembelajaran IPA pokok bahasan cahaya dapat meningkatkan
kreativitas belajar siswa kelas V SDN Tepisari 02 Kabupaten Sukoharjo. Hal ini
terbukti dengan adanya peningkatan kemampuan dalam mencetuskan idea tau
82
83
gagasan baik berupa pertanyaan, jawaban, atau tanggapan atas suatu masalah
tertentu.
C. Diskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data dari pelaksanaan siklus I,
II, dan III, dapat dilihat adanya peningkatan kegiatan guru, peningkatan aktivitas
siswa dalam pembelajaran, peningkatan hasil belajar dan peningkatan kreativitas
siswa pada pembelajaran IPA kelas V SDN Tepisari 02 Kabupaten Sukoharjo.
Kegiatan guru menunjukkan adanya perbaikan dengan ditunjukkan
adanya peningkatan skor pada setiap pertemuan. Untuk memperjelas adanya
perbaikan kegiatan guru dalam pembelajaran dapat diperlihatkan dalam tabel 8.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Aspek yang diamati
I
Pra Pembelajaran
Membuka Pembelajaran
Penguasaan Materi Pelajaran
Pendekatan/ Strategi Pembelajaran
Pemanfaatan Sumber Belajar/ Media Pembeajaran
Pembelajaran yang Memicu Keterlibatan Siswa
Penilaian Proses dan Hasil
Pengguanaan Bahasa
Penutup
Skor Rata-rata
1
2.50
3.00
3.50
3.00
3.75
3.00
3.00
3.00
3.00
3.08
2
3.00
3.50
3.50
3.17
3.50
3.50
3.00
3.50
3.50
3.35
Skor Tiap siklus
II
1
2
3.00 3.50
4.00 4.00
3.50 3.50
3.00 3.30
4.00 4.00
3.25 3.75
3.50 3.00
3.00 3.00
4.00 4.00
3.47 3.56
III
1
3.50
4.00
3.75
3.30
4.00
3.75
3.00
3.50
4.00
3.64
2
3.50
4.00
3.75
3.67
4.00
4.00
3.00
4.00
4.00
3.77
Tabel 8. Data peningkatan / perbaikan kegiatan guru
Berdasarkan tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa dengan pelaksanaan
model pembelajaran kontekstual, guru mengalami peningkatan dan perbaikan
pada setiap pertemuannya dalam pembelajaran dengan ditunjukan adanya
peningkatan skor yang diperoleh guru dari siklus I pertemuan pertama hingga
siklus III pertemuan kedua yaitu siklus I pertemuan pertama sebesar 3,08
meningkat pada pertemuan kedua sebesar 3,35. Pada siklus II pertemuan pertama
meningkat menjadi 3,47 dan pertemuan kedua sebesar 3,56. Pada siklus III juga
terjadi peningkatan yaitu pertemuan pertama sebesar 3,64 dan pertemuan ketiga
menjadi 3,77.
Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran antara lain:
a. Perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran semakin meningkat dengan
menunjukkan sikap menyimak setiap penjelasan guru, antusiasme dalam
83
84
pembelajaran,
dan
menunjukkan
rasa
senang
ketika
pembelajaran
berlangsung.
b. Siswa belajar bekerjasama dalam tim yang menunjukkan adanya peningkatan
dalam hal memberi bantuan kepada teman yang belum bisa, menghargai
pendapat teman, dan menunjukkan kekompakan tim. Walaupun demikian,
sikap individual siswa masih tampak terutama dalam hal memberi bantuan
kepada teman yang belum bisa masih rendah.
c. Ketekunan siswa dalam mengerjakan tugas semakin meningkat yang
ditunjukkan dengan sikap teliti dalam pengerjaan tugas, tidak mengobrol
ketika dijelaskan guru, dan tidak mengganggu kelompok lain ketika diskusi
dan kerja kelompok.
d. Keaktifan dalam mengikuti pembelajaran semakin meningkat dengan
menunjukan sikap menyatakan pendapat, mengajukan pertanyaan, dan
sungguh-sungguh mengerjakan tugas.
Untuk memperjelas terjadinya peningkatan aktivitas siswa dari siklus I, II,
hingga siklus III dapat diperlihatkan pada tabel 9.
Tabel 9. Data prosentase aktivitas/kegiatan siswa siklus I, siklus II, dan siklus III
No
1
2
Perhatian
a. Menyimak penjelasan guru
b. Antusias dalam pembelajaran
c. Menunjukkan rasa senang
1
100%
100%
93%
Persentase tiap siklus
II
III
2
1
2
1
2
100% 100% 100% 100% 100%
100% 100% 100% 100% 100%
100% 100% 100% 100% 100%
Kerja sama
a. Memberi bantuan kepada teman
33%
33%
40%
47%
53%
67%
b. Menghargai pendapat teman
c. Memnunjukkan kekompakkan
a. Mengerjakan tugas dengan teliti
b. Tidak mengobrol dengan teman
c. Tidak mengganggu kelompok lain
a. Menyatakan pendapat
b. Mengajukan pertanyaan
c. Mengerjakan tugas dengan baik
53%
53%
53%
20%
80%
60%
0%
47%
58%
67%
80%
47%
40%
80%
87%
0%
53%
66%
73%
80%
47%
53%
93%
100%
40%
53%
73%
100%
93%
60%
60%
93%
100%
53%
80%
82%
100%
93%
73%
80%
100%
100%
60%
93%
88%
100%
80%
87%
73%
100%
100%
73%
93%
89%
Aspek yang
diamati
3
Ketekunan
4
keaktifan
Indikator
Jumlah rata-rata
I
Berdasarkan tabel 9 di atas dapat diketahui bahwa dengan pelaksanaan
model pembelajaran kontekstual mampu meningkatkan aktivitas siswa dalam
pembelajaran dari siklus I pertemuan pertama hingga siklus III pertemuan kedua
yaitu siklus I pertemuan pertama sebesar 58% meningkat pada pertemuan kedua
84
85
sebesar 66%. Pada siklus II pertemuan pertama meningkat menjadi 73% dan
pertemuan kedua sebesar 82%. Pada siklus III juga terjadi peningkatan yaitu
pertemuan pertama sebesar 88% dan pertemuan ketiga menjadi 89%. Dengan
peningkatan aktivitas siswa akan
memicu kreativitas siswa terutama pada
gagasan atau idenya. Untuk memperjelas adanya peningkatan aktivitas setiap
pertemuan maka dapat ditunjukkan dalam grafik 5.
Aktivitas Siswa
100%
frekuensi
80%
Pertemuan I
60%
Pertemuan II
40%
20%
0%
siklus I
siklus II
siklus III
Aktivitas siswa
Grafik 5. grafik peningkatan aktivitas siswa kelas V SDN Tepisari 02
Selain berpengaruh terhadap aktivitas siswa, pelaksanaan model
pembelajaran kontekstual juga berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar
siswa yang dapat ditunjukkan pada tabel 10.
Tabel 10. Nilai rata-rata pada setiap siklus
Siklus
I
II
III
Nilai rata-rata kelas
77,78
81,89
87,39
Berdasarkan tabel 10 di atas maka dapat diketahui bahwa terjadi
peningkatan hasil belajar siswa ditunjukkan dengan peningkatan perolehan ratarata nilai dari siklus I, siklus II, dan siklus III. Rata-rata nilai pada siklus I
mencapai 77,78. Rata-rata nilai pada siklus II mencapai 81,89. Sedangkan pada
siklus III, rata-rata meningkat mencapai 87,39. Untuk memperjelas adanya
peningkatan hasil belajar pada setiap siklusnya maka dapata dilihat pada grafik 6.
85
86
Nilai Hasil Belajar
100.00
Nilai
80.00
Siklus I
Siklus II
Siklus III
60.00
40.00
20.00
0.00
Pelaksanaan Siklus
Grafik 6. grafik peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDN Tepisari 02
Pada siklus I pertemuan pertama, pembelajaran kontekstual dilaksanakan
dengan kegiatan mendemonstrasikan pembuktian sifat-sifat cahaya oleh
perwakilan setiap ppertemuan yang dilanjutkan dengan mengidentifikasi sifat
bayangan pada cermin datar dan lengkung secara berkelompok. Pertemuan kedua,
siswa secara berkelompok berdiskusi dan bekerjasama untuk membuat model
sederhana yang menerapkan sifat-sifat cahaya seperti periskop, cakram warna, dan
kamera lubang jarum yang dilanjutkan dengan mengerjakan lembar kerja yang
teah disediakan guru secara berkelompok. Untuk memperjelas adanya
peningkatan maka dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Persentase kreativitas siswa sebelum tindakan dan setelah tindakan pada
siklus I
No
1
2
3
4
Nilai
21 – 40
41 – 60
61 – 80
81 - 100
Sebelum Tindakan Setelah Tindakan
7%
0%
40%
33%
47%
53%
7%
13%
Berdasarkan tabel 11 di atas diketahui adanya peningkatan kreativitas
siswa ditunjukkan dengan hasil tes kreativitas siswa yang mengalami peningkatan.
Sebelum tindakan dilaksanakan tes awal yang diperoleh hasil bahwa ada 1 (7%)
siswa kategori tidak kreatif, 6 (40%) siswa kategori kurang kreatif, 7 (47%) siswa
kategori kreatif, dan 1 (7%) siswa kategori sangat kreatif. Pada siklus I,
86
87
pembelajaran kontekstual dilaksanakan dengan kegiatan demonstrasi sifat-sifat
cahaya oleh perwakilan siswa tiap kelompok dihadapan siswa-siswa yang lainnya,
mengidentifikasi sifat bayangan pada cermin datar dan lengkung secara
berkelompok, dan membuat model sederhana yang menerapkan sifat-sifat cahaya
seperti periskop, kaleidoskop, dan kamera lubang jarum. Setelah dilaksanakan
tindakan siklus I diperoleh hasil bahwa tidak ada siswa (0%) kategori tidak
kreatif, 5 siswa (33%) kategori kurang kreatif, 8 siswa (53%) kategori kreatif, dan
2 (13%) siswa kategori sangat kreatif.
Pada siklus II pertemuan pertama, pembelajaran kontekstual dilaksanakan
dengan kegiatan membuktikan sifat-sifat cahaya dan mengidentifikasi sifat
bayangan pada cermin datar dan lengkung secara berkelompok kemudian
dilanjutkan presentasi kerja kelompok oleh salah satu kelompok dihadapan
kelompok yang lain. Pada pertemuan kedua membuat model sederhana yang
menerapkan sifat-sifat cahaya seperti periskop, cakram warna, dan kamera lubang
jarum yang dilanjutkan dengan presentasi oleh setiap kelompok secara bergilir.
Untuk memperjelas adanya peningkatan maka dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Persentase kreativitas siswa sebelum tindakan dan setelah tindakan pada
siklus II
No
1
2
3
4
Nilai
21 – 40
41 – 60
61 – 80
81 - 100
Sebelum Tindakan
0%
33%
53%
13%
Setelah Tindakan
0%
13%
60%
27%
Berdasarkan tabel 12 di atas maka dapat diketahui bahwa setelah
dilaksanakan tindakan siklus II diperoleh hasil bahwa tidak ada siswa (0%)
kategori tidak kreatif, 2 siswa (13%) kategori kurang kreatif, 9 siswa (60%)
kategori kreatif, dan 4 siswa (27%) kategori sangat kreatif.
Pada siklus III pertemuan pertama, pembelajaran kontekstual pada
pertemuan pertama dilaksanakan dengan kegiatan membuktikan sifat-sifat cahaya
dan mengidentifikasi sifat bayangan pada cermin datar dan lengkung secara
berkelompok dengan pembagian tugas tiap kelompok berbeda. Kemudian hasil
kerja kelompok dibuat mind mapping dan ditampilkan dalam presentasi tiap
87
88
kelompok dihadapan kelompok lain yang siap untuk menanggapi dan mengajukan
pertanyaan berdasarkan presentasi tersebut. Pertemuan kedua membuat model
sederhana yang menerapkan sifat-sifat cahaya seperti periskop, cakram warna, dan
kamera lubang jarum yang dilanjutkan dengan presentasi oleh setiap kelompok
secara bergilir. Untuk memperjelas adanya peningkatan maka dapat dilihat pada
tabel 13.
Tabel 13. Persentase kreativitas siswa sebelum tindakan dan setelah tindakan pada
siklus III
No
1
2
3
4
Nilai
21 – 40
41 – 60
61 – 80
81 - 100
Sebelum Tindakan
0%
13%
60%
27%
Setelah Tindakan
0%
7%
47%
47%
Berdasarkan tabel 13 di atas dapat diketahui bahwa setelah dilaksanakan
tindakan siklus III diperoleh hasil bahwa tidak ada siswa (0%) kategori tidak
kreatif, 1 siswa (7%) kategori kurang kreatif, 7 siswa (47%) kategori kreatif, dan 7
siswa (47%) kategori sangat kreatif.
Berdasarkan keseluruhan tidakan pada setiap siklus yang telah
dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model kontekstual
pada pembelajaran IPA khususya materi “cahaya” dapat meningkatkan kreativitas
siswa kelas V SDN Tepisari 02 Kabupaten Sukoharjo.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Sebelum pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan model kontekstual,
penulis sekaligus pelaksana tindakan melakukan observasi dan wawancara
terbuka dengan guru bidang studi IPA kelas V SDN Tepisari 02, yang diperoleh
gambaran bahwa kreativitas belajar siswa di kelas V sangat rendah dengan
ditandai dengan 1) siswa cenderung monoton, pengetahuan siswa hanya terbatas
pada apa yang diperoleh dari guru, 2) siswa kesulitan dalam mengembangkan
pengetahuan yang diperoleh dari pembelajaran, 3) siswa kurang berani
mengungkapkan ide, gagasan, ataupun pendapat. Selain dari hasil pengamatan
serta wawancara terhadap guru, penulis juga melakukan tes kreativitas terhadap
siswa yang diperoleh hasil 7% siswa dalam kategori tidak kreatif, 40% siswa
88
89
kurang kreatif, 47% siswa kreatif, dan 7% siswa dalam kategori sangat kreatif.
Sehingga hanya ada 54% siswa yang menunjukkan kreativitasnya dan yang
lainnya menunjukkan kategori kreativitas kurang dan tidak kreatif. Hal tersebut
membuktikan bahwa kreativitas siswa kelas V di SDN Tepisari 02 masih rendah
sehingga perlu adanya upaya untuk meningkatkannya dengan perbaikan dalam
proses pembelajaran.
Menurut pengamatan penulis, rendahnya kreativitas pada siswa kelas V
SDN Tepisari 02 disebabkan karena dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas,
penggunaan model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru
cenderung menggunakan model konvesional pada setiap pembelajaran yang
dilakukannya. Interaksi antara guru dengan siswa belum optimal, hal tersebut
dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran pola komunikasi yang diterapkan oleh
guru masih cenderung pola komunikasi dari guru ke siswa belum ada balikan dari
siswa secara optimal. Siswa belum sepenuhnya dilibatkan dalam pembelajaran,
metode yang diterapkan oleh guru antara lain ceramah, penugasan, dan tanya
jawab. Selain itu, guru masih cenderung hanya melatih siswa untuk berpikir
konvergen, yang hanya berpikir satu arah, yang benar atau satu jawaban paling
tepat, atau satu pemecahan dari suatu permasalahan. Sedangkan sikap kreatif
siswa kurang mendapat perhatian. Padahal, sikap kreatif menuntut siswa untuk
berpikir divergen, yaitu berpikir dalam arah yang berbeda-beda sehingga
diperoleh banyak macam jawaban yang unik tetapi benar.
Pada siklus 1 setelah dilaksanakan pembelajaran dengan model
kontekstual, komponen-komponen model kontekstual yang tampak selama proses
pembelajaran berlangsung antara lain:
a. Konstruktivisme muncul ketika siswa memperoleh ilmu dan pengalaman awal
dari mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, memberi makna melalui
pengalaman
nyata
maupun
keterlibatan
aktif
siswa
selama
proses
pembelajaran dan mengkaitkan pengetahuan awal dengan materi yang akan
dibahas.
89
90
b. Bertanya muncul ketika siswa mengamati benda-benda yang dapat digunakan
untuk membuktikan sifat-sifat cahaya dan ketika siswa sedang melakukan
presentasi maupun diskusi secara klasikal.
c. Inkuiri muncul ketika siswa diberi suatu permasalahan untuk dapat
mengidentifikasi sifat bayangan yang mengenai cermin datar dan lengkung.
d. Masyarakat belajar muncul ketika siswa bekerjasama dalam kelompok dan
berdiskusi dengan teman kelompoknya maupun berdiskusi secara klasikal.
e. Pemodelan muncul ketika guru mengarahkan perwakilan siswa ke depan
untuk mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya, misalnya cara memperagakan
bahwa cahaya menembus benda bening tapi tidak dapat menembus benda
gelap dengan baik dan benar.
f. Refleksi muncul ketika siswa bersama guru menyimpulkan secara singkat
pembelajaran yang telah dilakukan di akhir pembelajaran.
g. Penilaian yang sebenarnya dari kegiatan itu adalah interaksi siswa selama
pembelajaran berlangsung dan nilai dari lembar kerja siswa yang telah
diberikan.
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus 1, dapat dijelaskan bahwa:
d. Aktivitas siswa cukup baik dengan menunjukkan perhatian dan ketekunan
siswa sangat baik dalam mengikuti pembelajaran. Akan tetapi kerjasama
dalam kelompok dan keaktifan siswa dalam hal berpendapat masih dalam
kategori cukup. Hal ini terjadi karena siswa baru pertama kali merasakan
pembelajaran dengan berdiskusi sehingga perlu adanya adaptasi.
e. Dari lampiran 6d (hasil belajar siswa siklus 1) dapat dilihat bahwa setelah
dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual pada siklus
1 nilai rata-rata hasil belajar siswa cukup baik, yaitu 77,78.
f. Dari lampiran 7c (hasil tes kreativitas siswa siklus 1) dapat dilihat bahwa
setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual pada
siklus 1 nilai rata-rata hasil tes kreativitas siswa mengalami peningkatan dari
58,13 menjadi 67,73 dan ketuntasan klasikal juga meningkat dari 53%
menjadi 67%.
90
91
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus 2 setelah dilaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual, yang tampak selama
proses pembelajaran berlangsung antara lain:
a. Konstruktivisme muncul ketika siswa memperoleh ilmu dan pengalaman dari
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan memberi makna melalui
pengalaman
nyata
maupun
keterlibatan
aktif
siswa
selama
proses
pembelajaran.
b. Bertanya muncul ketika apersepsi dan presentasi kelompok berlangsung.
c. Inkuiri muncul ketika siswa dapat membuktikan sifat cahaya, mengidentifikasi
sifat bayangan benda yang mengenai cermin datar dan lengkung.
d. Masyarakat belajar muncul ketika siswa bekerjasama dalam kelompok ketika
praktek maupun membuat model dan berdiskusi dengan teman kelompoknya
saat mengerjakan lembar kerja maupun saat presentasi.
e. Pemodelan muncul ketika guru mengarahkan kegiatan yang harus dilakukan
siswa.
f. Refleksi
muncul
diakhir
pembelajaran
ketika
guru
bersama
siswa
menyimpulkan kegiatan yang telah dilaksanakan.
g. Penilaian yang sebenarnya dari kegiatan itu adalah interaksi siswa selama
pembelajaran berlangsung dan nilai dari tes yang telah diberikan.
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus 2, dapat dijelaskan bahwa:
a. Aktivitas siswa dalam kategori baik dengan menunjukkan perhatian dan
ketekunan siswa sangat baik dalam mengikuti pembelajaran. Akan tetapi
kerjasama dalam kelompok dan keaktifan siswa dalam hal berpendapat masih
dalam kategori baik. Hal ini terjadi karena siswa sudah mulai terbiasa dengan
situasi belajar kontekstual. Siswa mulai berani untuk mengemukakan
pendapatnya ketika diberi permasalahan tertentu, tetapi untuk mengajukan
pertanyaan siswa masih kurang.
b. Dari lampiran 6d (hasil belajar siswa siklus 2) dapat dilihat bahwa setelah
dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual pada siklus
1 dan siklus 2, nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan, yaitu
dari 77,78 menjadi 83,22.
91
92
c. Dari lampiran 7d (hasil tes kreativitas siswa siklus 2) dapat dilihat bahwa
setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual pada
siklus 1 dan siklus 2, nilai rata-rata hasil tes kreativitas siswa mengalami
peningkatan dari 67,73 menjadi 73,33 dan ketuntasan klasikal juga meningkat
dari 67% menjadi 87%.
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus 3 setelah dilaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual, yang tampak selama
proses pembelajaran berlangsung antara lain:
a. Konstruktivisme muncul ketika siswa memperoleh ilmu dan pengalaman dari
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan memberi makna melalui
pengalaman
nyata
maupun
keterlibatan
aktif
siswa
selama
proses
pembelajaran.
b. Bertanya muncul ketika siswa mulai mencoba membuat mind mapping, dan
presentasi berlangsung.
c. Inkuiri muncul ketika siswa dapat membuktikan sifat cahaya, mengidentifikasi
sifat bayangan benda yang mengenai cermin datar dan lengkung.
d. Masyarakat belajar muncul ketika siswa bekerjasama dalam kelompok ketika
praktek maupun membuat model dan berdiskusi dengan teman kelompoknya
saat mengerjakan lembar kerja maupun saat presentasi.
e. Pemodelan muncul ketika guru menjelaskan cara pembuatan mind mapping
dan mengarahkan kegiatan yang harus dilakukan siswa.
f. Refleksi
muncul
diakhir
pembelajaran
ketika
guru
bersama
siswa
menyimpulkan kegiatan yang telah dilaksanakan.
g. Penilaian yang sebenarnya dari kegiatan itu adalah interaksi siswa selama
pembelajaran berlangsung dan nilai dari tes yang telah diberikan.
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus 3, dapat dijelaskan bahwa:
a. Aktivitas siswa dalam kategori sangat baik dengan menunjukkan perhatian
dan ketekunan siswa sangat baik dalam mengikuti pembelajaran. Siswa sudah
bisa bekerjasama dengan teman dalam kelompok dengan baik dan keaktifan
siswa dalam hal berpendapat dalam kategori sangat baik. Siswa yang
mengajukan pertanyaan semakin banyak.
92
93
b. Dari lampiran 6d (hasil belajar siswa siklus 3) dapat dilihat bahwa setelah
dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual pada siklus
2 dan siklus 3, nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan, yaitu
dari 83,22 menjadi 87,39.
c. Dari lampiran 7e (hasil tes kreativitas siswa siklus 3) dapat dilihat bahwa
setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual pada
siklus 2 dan siklus 3, nilai rata-rata hasil tes kreativitas siswa mengalami
peningkatan dari 73,33 menjadi 78,40 dan ketuntasan klasikal juga meningkat
dari 87% menjadi 93%.
Berdasarkan
penjelasan-penjelasan
di
atas,
sebelum
dilaksanakan
pembelajaran IPA kelas V dengan menggunakan model kontekstual, terdapat
siswa yang termasuk kategori tidak kreatif dan kurang kreatif sekitar 47%. Jadi
hampir 50% siswa memiliki kreativitas rendah. Hal ini disebabkan guru masih
melakukan pembelajaran dengan model konvensional yang kurang mengajak
siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran. guru lebih cenderung berceramah,
sedangkan siswa hanya duduk, diam, mencatat, dan menghafal materi yang
diberikan guru. Siswa dituntut untuk memahami materi secara instan dan abstrak,
sehingga siswa merasa malas ataupun bosan setiap kali pelajaran berlangsung dan
pemahaman konsep siswa sangat kurang. Selain itu, guru masih menuntut siswa
pada satu jawaban yang pasti yaitu benar atau salah. Pembelajaran yang demikian
mampu menghambat kreativitas siswa. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan
dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa
sehingga siswalah yang aktif dalam pembelajaran baik tahu konsep maupun
prosesnya, penggunaan alat bantu dalam pengajaran sehingga siswa mendapatkan
gambaran secara kongrit dan mudah untuk dipahami, strategi manajemen kelas
yang
memungkinkan
pengoptimalan
pembelajaran,
menghubungkan
isi
pengajaran dengan konteks kehidupan nyata sehingga pembelajaran menjadi lebih
bermakna, dan menggunakan pertanyaan terbuka dan mendorong para siswa
untuk berfikir kreatif. Pembelajaran yang demikian sesuai dengan pendapat yang
diunduh dari Ridwan Saptoto (2008) yang menyatakan ada lima strategi
pengajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru untuk meningkatkan kreativitas
93
94
siswa, yaitu:1) pembelajaran yang berpusat pada siswa, 2) penggunaan berbagai
peralatan
bantu
dalam
pengajaran,
3)
strategi
manajemen
kelas,
4)
menghubungkan isi pengajaran dengan konteks kehidupan nyata, 5) menggunakan
pertanyaan terbuka dan mendorong para siswa untuk berfikir kreatif. Sehingga
dalam penelitian ini digunakanlah pembelajaran dengan model kontekstual untuk
mengatasi permasalahan tersebut yang berkenaan dengan upaya meningkatkan
kreativitas siswa.
Setelah
dilaksanakan
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
kontekstual pada siklus 1, siklus 2, dan siklus 3, siswa mengalami peningkatan
kreativitas pada saat pembelajaran Sains (IPA) kelas V. Hal ini ditunjukkan pada
siklus 1, yang tidak adanya siswa dalam kategori tidak kreatif dan 5 siswa dalam
kategori kurang kreatif dari 1 siswa dalam kategori tidak kreatif dan 6 siswa yang
kurang kreatif sebelum dilaksanakan tindakan dengan menggunakan model
kontekstual. Pada siklus 2, masih ada 2 siswa yang kurang kreatif. Sedangkan
pada siklus 3, hanya ada 1 siswa yang masih kurang kreatif. Hal ini sangat
dipengaruhi oleh komponen-komponen yang ada dalam model kontekstual yaitu
konsruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), inkuiri (inquiry),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi
(reflection), dan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) sehingga
memungkinkan siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, siswa
belajar dari teman melalui kerja kelompok, maupun diskusi yang sesuai dengan
pendapat Sanjaya (2008: 118-122) yang menyatakan bahwa ada tujuh komponen
yang terdapat pada model pembelajaran kontekstual. Selain itu, siswa juga dapat
melakukan praktikum dengan alat dan bahan yang sederhana yang dapat dijumpai
di kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang demikian mampu memicu siswa
untuk dapat mengembangkan gagasan-gagasannya dalam memanfaatkan berbagai
sumber belajar yang ada di sekitar, sehingga pembelajaran kreatif dapat tercipta.
Hal ini sesuai pendapat Indrawati dan Wawan Setiawan (2009: 14) yang
menyatakan “pembelajaran kreatif adalah pembelajaran yang menstimulasi siswa
untuk mengembangkan gagasannya dengan memanfaatkan sumber belajar yang
94
95
ada”. Pembelajaran kreatif dapat meningkatkan kreativitas siswa. Model
kontekstual merupakan salah satu contoh dari pembelajaran kreatif.
Selama
pelaksanaan
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
kontekstual (CTL), masih terdapat banyak kekurangan yang perlu diperbaiki pada
siklus 1, siklus 2, dan siklus 3. Kesulitan yang dihadapi guru pada siklus 1 yaitu
disebabkan karena siswa baru mengalami pembelajaran dengan berkelompok, dan
siswa kurang bisa menerima pembagian kelompok secara heterogen sehingga
menyebabkan siswa kurang dapat bekerjasama dan kurang bisa menyesuaikan diri
dengan baik dalam pelaksanaan pembelajaran, guru masih kurang mampu dalam
mengontrol waktu disebabkan karena guru harus menyiapkan segala peralatan
untuk praktek dan pembagian kelompok, pada saat diskusi terlihat ada siswa yang
pasif dan diam, disebabkan karena belum terbiasa diajak untuk belajar
berkelompok, suasana kelas sedikit ramai saat kerja kelompok berlangsung,
karena siswa lebih banyak bergurau daripada mengerjakan tugas kelompoknya
yang disebabkan karena kurangnya pembagian tugas dalam kelompok, adanya
pemprotesan siswa terhadap pembuatan model kaleidoskop yang dirasa kurang
menarik tidak seperti pada model periskop dan kamera lubang jarum.
Berdasarkan kekurangan-kekurangan yang dilakaukan guru dalam proses
pembelajaran di siklus 1 tersebut, maka guru melakukan perbaikan di siklus ke 2,
diantaranya adalah guru menyampaikan materi dan informasi pembelajaran
dengan jelas dan memberikan arahan kembali kepada siswa tentang pelaksanaan
kerja kelompok yang baik seperti dengan adanya pembagian tugas dalam anggota,
setiap kelompok terdapat seorang siswa yang menjadi ketua yang harus
bertanggung jawab terhadap anggotanya dan mengerjakan secara bekerjasama,
memotivasi siswa misalnya dengan memberikan penghargaan baik verbal maupun
non verbal, memperbaiki pengelolaan kelas dengan membuat pembelajaran yang
menarik siswa seperti pada awal pelajaran siswa diajak bernyanyi dan bertepuk
atau mengadakan permainan, dan guru mengganti salah satu model yang harus
dibuat siswa yaitu kaleidoskop diganti dengan cakram warna.
Pada saat pelaksanaan siklus 2, pada umumnya kesulitan atau kekurangan
yang terdapat pada siklus 1 dapat teratasi. Namun, di siklus 2 ini, guru juga masih
95
96
menemui beberapa kendala, diantaranya adalah guru masih kesulitan dalam
pengelolaan waktu yang
disebabkan karena siswa masih belum mengenal
kegiatan presentasi sehingga guru harus menerangkannya terlebih dahulu, pada
saat presentasi kelompok, kelas tampak ramai karena siswa yang berebut untuk
bertanya atau menanggapi hasil presentasi kelompok yang lain, dan adanya
pemprotesan siswa terhadap pembagian tugas dalam kelompok sehingga
menimbulkan pertengkaran kecil dalam kelompok.
Pada siklus ke 3 yang sekaligus merupakan siklus terakhir pada penelitian
ini, guru berusaha untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran yang telah
dilaksanakan pada siklus ke 2 sebelumnya, antara lain dengan cara guru
menyampaikan materi dan informasi pembelajaran dengan jelas dan memberikan
arahan kembali kepada siswa tentang pelaksanaan kerja kelompok dan presentasi
hasil kelompok yang baik, guru memberikan motivasi kepada siswa bahwa yang
akan mendapatkan smell dan bintang bukan hanya individu tetapi juga kelompok
yang paling kompak dan aktif.
Berdasarkan penjelasan
tersebut,
tampak bahwa pada umumnya
permasalahan yang dihadapi guru adalah ketidakmampuan guru dalam mengelola
waktu. Sehingga terkadang proses pembelajaran terkesan lama. Selain itu, guru
masih perlu mengenalkan pembelajaran berdiskusi dengan anggota kelompok
terlebih dahulu. Jadi, selama pelaksanaan siklus 2 permasalahan-permasalahan
yang ada di siklus 1 sudah tidak ada lagi. Hal ini membuat hasil belajar siswa
setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL meningkat
menuju ke arah yang lebih baik.
Pada prinsipnya, seluruh rangkaian proses penelitian dengan menggunakan
model kontekstual (CTL) ini adalah membantu siswa untuk melihat makna dari
suatu teori atau bahan pelajaran dengan cara mengkaitkan antara pokok bahasan
yang diajarkannya yaitu cahaya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sehingga kreativitas siswa secara otomatis
dapat terasah dan meningkat.
96
97
Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus I, II, dan III dapat dinyatakan
bahwa pembelajaran IPA dengan menggunakan model kontekstual dapat
meningkatkan kreativitas siswa kelas V SDN Tepisari02 Kabupaten Sukoharjo
tahun ajaran 2009/2010. Peningkatan kreativitas siswa berdasarkan hasil tes
kreativitas diperoleh data bahwa nilai rata-rata tes kreativitas sebelum tindakan
adalah 58,13 dengan siswa yang mendapat nilai 21-40 ada 7% dalam kategori
tidak kreatif, 41-60 ada 40% dalam kategori kurang kreatif, 61-80 ada 47% dalam
kategori kreatif, dan nilai 80-100 adalah 7 % dari 15 siswa. Hasil tes kreativitas
siklus I menunjukkan nilai rata-rata hasil tes meningkat menjadi 67,73 dengan
ketuntasan 67%. Data siswa yang mendapat nilai 21-40 tidak ada, nilai 41-60 ada
33% dalam kategori kurang kreatif, nilai 61-80 ada 53% dalam kategori kreatif,
dan nilai 81-100 ada 13% dalam kategori sangat kreatif. Hasil tes kreativitas
siklus II menunjukkan nilai rata-rata hasil tes meningkat menjadi 73,33 dengan
ketuntasan 87%. Data siswa yang mendapat nilai 21-40 tidak ada, nilai 41-60 ada
13% dalam kategori kurang kreatif, nilai 61-80 ada 60% dalam kategori kreatif,
dan nilai 81-100 ada 27% dalam kategori sangat kreatif. Sedangkan hasil tes
kreativitas siklus III menunjukkan nilai rata-rata hasil tes meningkat menjadi
78,40 dengan ketuntasan 93%. Data siswa yang mendapat nilai 21-40 tidak ada,
nilai 41-60 ada 7% dalam kategori kurang kreatif, nilai 61-80 ada 47% dalam
kategori kreatif, dan nilai 81-100 ada 47% dalam kategori sangat kreatif. Data
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7f.
Berdasarkan data tersebut tampak adanya peningkatan ketuntasan klasikal
yang berhubungan dengan kreativitas siswa. Ketuntasan klasikal sebelum
dilaksanakannya pembelajaran kontekstual hanya mencapai 53%. Kemudian
setelah dilaksanakannya pembelajaran IPA dengan kontektual pada siklus I
meningkat menjadi 67%, siklus II meningkat lagi menjadi 87%, dan siklus III
mencapai 93%. Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran kontekstual
dapat meningkatkan kreaktifitas siswa pada pembelajaran IPA kelas V SDN
Tepisari 02 Kabupaten Sukoharjo.
97
98
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan
sebanyak tiga siklus dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual pada
pembelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri Tepisari 02, Kecamatan Polokarto,
Kabupaten Sukoharjo, dapat diketahui bahwa terjadi adanya peningkatan
kreativitas belajar siswa. Hal ini tampak dari kegiatan siswa dalam pembelajaran
yang menunjukkan bahwa perhatian siswa meningkat, kerjasama antar siswa
meningkat sehingga keterbukaan siswa dalam hal memperoleh pengetahuanpun
meningkat, ketekunan dalam memperoleh pembelajaran semakin meningkat, dan
keaktifan siswa meningkat dalam hal bertanya dan mengeluarkan pendapatnya.
Hal tersebut berpengaruh terhadap kreativitas siswa yang ditunjukkan dalam tes
kreativitas
yang
menunjukkan
bahwa
ketuntasan
klasikal
sebelum
dilaksanakannya pembelajaran kontekstual hanya mencapai 53% siswa.
Kemudian setelah dilaksanakannya pembelajaran IPA dengan kontektual pada
siklus I meningkat menjadi 67%, siklus II meningkat lagi menjadi 87%, dan siklus
III mencapai 93%. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa dengan
model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa
dalam pembelajaran IPA Kelas V Semester 2 SDN Tepisari 02 Kabupaten
Sukoharjo Tahun Pembelajaran 2009/2010.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan dari penelitian ini, dapat dikemukakan implikasi
teoritis dan praktis sebagai berikut:
1.
Implikasi Teoritis
Hasil penelitian dapat memperluas pengetahuan bagi pembaca tentang
inovasi pembelajaran serta dapat dijadikan referensi dalam penelitian lebih lanjut
sebagai upaya meningkatan kreativitas belajar siswa melalui model kontekstual
dalam pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar.
98
98
99
2.
Implikasi Praktis
Hasil penelitian dengan implementasi model kontekstual dapat
digunakan sebagai alternatif guru sebagai upaya meningkatkan kreativitas belajar
siswa melalui model kontekstual dalam pembelajaran IPA.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi, dapat dikemukakan saran yang
berkaitan dengan penelitian, yaitu:
1.
Kepada Guru
a. Guru hendaknya mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum menerapkan
pembelajaran model kontekstual, sehingga pembelajaran ini dapat berjalan
lancar.
b. Guru
hendaknya
lebih
memaksimalkan
kemampuannya
dalam
mengoptimalkan kemampuan maupun kreativitas siswa dalam pembelajaran
dengan cara siswalah yang harus aktif untuk mencari dan menemukan sendiri
dari pemecahan masalah yang dihadapinya.
c. Guru diharapkan untuk selalu mengadakan evaluasi pembelajaran, tidak hanya
evaluasi untuk siswa namun juga evaluasi terhadap kinerjanya sehingga upaya
untuk meningkatkan kreativitas siswa dapat tercapai.
2.
Kepada Siswa
a. Siswa hendaknya merespon pertanyaan yang disampaikan baik oleh guru
maupun siswa yang yang lain sehingga iklim kelas dapat lebih kondusif.
b. Siswa hendaknya dapat lebih berpartisipasi serta bekerja sama dalam
pembelajaran terutama ketika kegiatan diskusi berlangsung.
c. Siswa hendaknya lebih mandiri dalam kegiatan pembelajaran dengan tidak
saling mengandalkan siswa yang lain.
3.
Kepada Peneliti Lain
Perlu diadakan penelitian serupa dengan meninjau aspek lain dari kualitas
pembelajaran sehingga dapat diketahui sejauh mana efektivitas implementasi
model kontekstual dalam upaya meningkatan kreativitas siswa.
99
100
DAFTAR PUSTAKA
Andang Ismail.2006. Educations Games; Menjadi Cerdas dan Ceria dengan
Permaian Edukatif. Yogyakarta: Pilar Media-Anggota IKPJ.
Aunurahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Browne, M.N, & Keeley, S.M. 1990. Asking the Right Quations:A guide to
Critical Thinking. Englewoof Cliffs: Prentice Hall.
Diah Nugraheni. 2007. Meningkatkan Minat Belajar Sains (IPA) dengan
Menggunakan Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching And
Learning) pada Pokok Bahasan Cahaya Siswa Kelas V Semester II
Sekolah Dasar Negeri Kedungmundu 01 Semarang Tahun Pelajaran
2006/2007. Skripsi. Semarang: UNNES.
E Mulyana. 2005. Menjadi Guru Profesional : Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan. Remaja Rosdakarya: Bandung.
E. Mulyasa. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan
Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.
Indrawati dan Wawan Setiawan. 2009. Pembelajaran Afektif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan untuk Guru SD. Jakarta: Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tempat Kependidikan Ilmu Pengetahuan
Alam untuk Program Bermutu.
IGAK Wardhani dan Kuswaya Wihardit. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Julius Chandra. 1994. Kreativitas; Bagaimana Menanam, Membangun, dan
Mengembangkannya. Yogyakarta: Kanisius.
Kartono. 2004. Pembelajaran Penemuan IPA Terbimbing Ditinjau dari Kreativitas
dan Kemandirian Belajar Siswa SD (Studi Eksperimentasi Pembelajaran
Penemuan IPA kelas IV SD di Kecamatan Laweyan Surakarta 2004). Tesis.
Surakarta: UNS.
Kasmanto. 2007. Peningkatan Kreativitas melalui Pendekatan Proses pada Pokok
Bahasan Kinematika Gerak SMU Tahun Ajaran 2006/2007. Skripsi.
Surakarta: UNS.
Leo Sutrisno, Heri Kresnadi, dan Kartono. 2007. Pengembangan Pembelajaran
IPA SD. Jakarta: DEPDIKNAS.
100
100
101
Munawar Kholil dan Dini Prowida. 2009. Ilmu pengetahuan alam Untuk SD/ MI
kelas V. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Nurasih. 2008. Penerapan CTL dalam Meningkatkan Peran Serta dan Prestasi
Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI SMAN 8 Surakarta Tahun Pelajaran
2007/2008. Skripsi. Surakarta: UNS.
Rochman Natawidjaya dan Moein Moesa. 1992. Psikologi Pendidikan. Jakarta:
Depdikbud.
Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: UNS press.
Udin Saefudin Sa’ud. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: AlFABETA.
Utami Munandar. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah:
Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang tua. Jakarta: PT Gramedia
Widiasaran.
. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Wina Sanjaya. 2008. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana Perdana Media.
Wiwik Winarti, Joko Winarto, Widha Sunarno. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam 5
SD/ MI. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Andy. 2008. Pembelajaran Model Inquiry. http://www.Fromlearningtoteaching.
blogspot.com,2008/05/lesson-model-inquiry.html. Diunduh pada tanggal 2
Mei 2010.
Atit Suryati. 2007. Implementasi Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan
Kemampuan Kreativitas Siswa kelas V SD Negeri Cangkuang kecamatan
Dayeuhkolot kabupaten Bandung tahun pelajaran 2006-2007.
http://educare.e-kipunla.net/index.php?option=comcontent&task=view
&id=61&Itemid=7. Diunduh pada tanggal 8 April 2010.
Basti. 2008. Mengenali dan Mengembakan Kreativitas Peserta Didik.
http://elearn.bpplsp-reg5.go.id/index.php?pilih=news&aksi=lihat&id=20.
Diunduh pada tanggal 5 Januari 2010.
Chietra. 2008. Teori-Teori Kreativitas. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/
skripsi/index/assoc/HASH01d4.dir/doc.pdf. Diunduh pada tanggal 27 Mei
2010.
Generated: 16 Desember 2009. Perbedaan antara pintar, cerdas, kreatif dan
inovatif. http://www.rumahcerdaskreatif.com. Diunduh pada tanggal 15
Januari 2010.
101
102
Hendry Risjawan. 2008. Materi Training Kreativitas: Mengenal Aral Kreativitas.
http:// www. mail-archive.com/buni. Diunduh pada tanggal 12 Mei 2010.
Hindun.
2008.
Pembelajaran
IPA
di
Sekolah
Dasar.
http://localhost/?pilih=news& aksi= lihat&id=22. Diunduh pada tanggal
15 Januari 2010.
Ifraj Shamsid, Deen. 2006. Contextual Teaching And Learning Practices In The
Family And Consumer Sciences Curriculum. Journal of Family and
Consumer Sciences Education, Vol. 24, No. 1, Spring/Summer.
http://www.natefacs.org/JFCSEv24/no1v24/no1/Shamsid-Deen.pdf.
Diunduh pada tanggal 2 Mei 2010
Kokom Kumalasari. 2009. The Effect Of Contextual Learning in Civic Education
On Students' Civic Competence. Journal of Social Sciences 5(4): 261-270,
2009-ISSN 1549-3652. http://www.scipud.org/fulltext/jss/jss54261-270.
Diunduh pada tanggal 17 Juli 2010.
Rahma Fibriyanti. 2006. Implementasi Modul Model Siklus Belajar untuk
Meningkatkan
Kreativitas
dan
Prestasi
Belajar
Fisika.
http://www.infoskripsi.com/Artikel-Penelitian/Implementasi-ModulModel-Siklus-Belajar-Untuk-Meningkatkan-kreativitas-Dan-PrestasiBelajar-Fisika .html. Diunduh pada tanggal 8 Januari 2010.
Radix Hidayat, 2008. Faktor-faktor Pendukung Kegiatan Belajar. http://www.
rumahbelajaritb.wordpress.com/2008/07/17/faktor-faktor-pendukungkegiatan-belajar/. Diunduh pada tanggal 27 Mei 2010.
Ridwan Saptoto. 2008. Bagaimana Cara Mengajari Siswa agar Kreatif.
http://[email protected]. Diunduh pada tanggal 14
Mei 2010.
Sarwanto. 2009. Tinjauan Konten Buku Sains Syariah. http://www.sdmbirrulsrg.com/web/?pilih=news&aksi=pesan&id=22. Diunduh pada tanggal 23
Mei 2010.
Wang
Muba.
2009.
Konsep
Dasar
Kreativitas.
http://www.
wangmuba.com/2009/05/01/konsep-dasar-kreativitas/. Diunduh pada
tanggal 9 Januari. 2010.
102
103
103
104
Lampiran 1a
DINAS PENDIDIKAN
UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN POLOKARTO
SD NEGERI TEPISARI 02
Dukuh Melikan, Desa Tepisari, Polokarto, Sukoharjo
SURAT KETERANGAN
NOMOR :
Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Sekolah Dasar Negeri Tepisari
02 Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo, menerangkan bahwa:
Nama
: Rika Purwanti
NIM
: K 7106037
Tempat, tanggal lahir : Sukoharjo, 10 September 1987
Jurusan/Program
: IP / PGSD
Semester
: VIII
Alamat
: Karang Winangun Rt 02 Rw 06, Tepisari, Polokarto,
Sukoharjo
Telah mengadakan penelitian / try out di SD Negeri Tepisari 02
Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo pada bulan April s.d Mei 2010 dalam
rangka menyusun skripsi dengan judul: “Peningkatan Kreativitas Belajar Siswa
Melalui Model Kontekstual Dalam Pembelajaran IPA Kelas V SDN Tepisari
02 Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010”.
Demikian surat keterangan ini dibuat dan kepada yang berkentingan harap
menjadikan periksa.
Surakarta, Juli 2010
Kepala Sekolah
SD Negeri Tepisari 02
Ladiyo, S.Pd
NIP : 19581009197802 1 003
104
105
Lampiran1b
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. Ir. Sutami 36 A,Kotak Pos 56 Surakarta 57126 Telp./Fax. (0271) 648939-669124
Website: //www.fkip.uns.ac.id E-mail: [email protected]
Nomor
Lampiran
Hal
:
/H27.1.2/PP/2010
: 1 berkas proposal
: Permohonan ijin Research/Try Out
Yth. Rektor
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Dengan hormat,
Untuk menyelesaikan penyusunan skripsi, dengan ini kami melaporkan bahwa
Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta di bawah ini akan mengadakan penelitian :
Nama / NIM
: RIKA PURWANTI/ K 7106037
Tempat, Tanggal Lahir
: Sukoharjo, 10 September 1987
Pogram / Jurusan
: PGSD / IP
Tingkat / Semester
: VIII
Alamat
: Karang Winangun Rt.02 / IV, Tepisari,
Polokarto, Sukoharjo
Akan mengadakan Research di
: SD Negeri II Tepisari
Judul Skripsi / Penelitian / Objek
: Peningkatan Kreativitas Belajar Siswa
Melalui Model Kontekstual Dalam
Pembelajaran IPA Kelas V SDN II
Tepisari Kabupaten Sukoharjo Tahun
2009-2010
Mohon mendapatkan ijin ke Gubernur / C.Q. BAPPEDA Jawa Tengah di
Semarang dan kami lampirkan fotocopy kerangka penelitian.
Demikian harap menjadikan maklum dan terima kasih.
Surakarta, ..........................
a.n. Dekan
Pembantu Dekan III
Drs. H. Amir Fuady, M.Hum
NIP. 195207291980101001
105
106
Lampiran 1c
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. Ir. Sutami 36 A,Kotak Pos 56 Surakarta 57126 Telp./Fax. (0271) 648939-669124
Website: //www.fkip.uns.ac.id E-mail: [email protected]
Nomor
Lampiran
Hal
:
/H27.1.2/PP/2010
: 1 berkas proposal
: Permohonan ijin Research/Try Out
Yth. Kepala SD Negeri II Tepisari
Polokarto, Sukoharjo
Dengan hormat,
Kami beritahukan bahwa Mahasiswa di bawah ini :
Nama
NIM
Tempat, Tanggal Lahir
Semester / Pogram / Jurusan
Alamat
: RIKA PURWANTI
: K 7106037
: Sukoharjo, 10 September 1987
: VIII / IP / PGSD
: Karang Winangun Rt.02 / IV, Tepisari,
Polokarto, Sukoharjo
Telah kami ijinkan untuk menyusun Skripsi / Makalah guna melengkapi tugastugas studi tingkat Sarjana. Dengan judul : Peningkatan Kreativitas Belajar
Siswa Melalui Model Kontekstual Dalam Pembelajaran IPA Kelas V SDN II
Tepisari Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009-2010.
Sehubungan dengan hal tersebut kami mengharap kiranya saudara berkenan
mengijinkan mahasiswa kami mengadakan Research/Try Out pada sekolah /
instansi yang berada di bawah pimpinan saudara.
Atas perkenan dan perhatian Saudara kami sampaikan terima kasih.
Surakarta, ..........................
a.n. Dekan
Pembantu Dekan III
Drs. H. Amir Fuady, M.Hum
NIP. 195207291980101001
106
Lampiran 1d
107
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. Ir. Sutami 36 A,Kotak Pos 56 Surakarta 57126 Telp./Fax. (0271) 648939-669124
Website: //www.fkip.uns.ac.id E-mail: [email protected]
Lampiran : 1 berkas proposal
Surakarta,
.....................
Hal
: Permohonan Ijin Menyusun Skripsi
Yth. Dekan
c.q. Pembantu Dekan I
FKIP – Universitas Sebelas Maret
di Surakarta
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: RIKA PURWANTI
Nomor Induk Mahasiswa
: K 7106037
Tempat, Tanggal Lahir
: Sukoharjo, 10 September 1987
Pogram / Jurusan
: PGSD / IP
Tingkat / Semester
: VIII
Alamat
: Karang Winangun Rt.02 / IV, Tepisari,
Polokarto, Sukoharjo
Dengan ini kami mengajukan permohonan kepada Dekan Fakutas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, untuk menyusun Skripsi /
Makalah dengan judul sebagai berikut : Peningkatan Kreativitas Belajar Siswa
Melalui Model Kontekstual Dalam Pembelajaran IPA Kelas V SDN II
Tepisari Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009-2010.
Kami lampirkan pula kerangka minimal Skripsi / Makalah.
Adapun konsultan / pembimbing kami mohonkan :
1. Dr. Riyadi, M. Si
2. Dra. Yulianti, M.Pd
Atas terkabulnya permohonan ini, kami sampaikan terima kasih.
Persetujuan Konsultan,
1.
2.
_________________
_________________
Hormat kami,
Rika Purwanti
Mengetahui :
Ketua Program : PGSD
Ketua Jurusan : IP
Drs. Kartono, M.Pd
NIP. 195401021977031001
Drs. R. Indianto, M.Pd
NIP.195101151980031001
107
108
Lampiran 1e
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. Ir. Sutami 36 A,Kotak Pos 56 Surakarta 57126 Telp./Fax. (0271) 648939-669124
Website: //www.fkip.uns.ac.id E-mail: [email protected]
SURAT KEPUTUSAN DEKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PEDIDIKAN
Nomor
:
/H27.1.2/PP/2010
TENTANG
IJIN PENYUSUNAN SKRIPSI / MAKALAH
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta setelah menimbang pedoman menyusun Skripsi / Makalah Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Nomor:
02/PT40.FKIP/C/1991 Tanggal 25 Februari 1991.
Dengan persetujuan konsultan / pembimbing tanggal :_____________________
MEMUTUSKAN
Menetapkan kepada mahasiswa tersebut di bawah ini :
Nama
Nomor Induk Mahasiswa
Tempat, Tanggal Lahir
Pogram / Jurusan
Tingkat / Semester
Alamat
: RIKA PURWANTI
: K 7106037
: Sukoharjo, 10 September 1987
: PGSD / IP
: VIII
: Karang Winangun Rt.02 / IV, Tepisari,
Polokarto, Sukoharjo
diijinkan untuk menyusun Skripsi / Makalah dengan judul yang telah dirumuskan
sebagai berikut : Peningkatan Kreativitas Belajar Siswa Melalui Model
Kontekstual Dalam Pembelajaran IPA Kelas V SDN II Tepisari Kabupaten
Sukoharjo Tahun 2009-2010.
Dengan konsultan / pembimbing:
1. Dr. Riyadi, M. Si (Pembimbing Pertama)
2. Dra. Yulianti, M.Pd (Pembimbing Kedua)
Surat keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan dan akan ditinjau kembali jika
di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan.
Ditetapkan di : Surakarta
Pada Tanggal : ______________
a.n. dekan
Tim Skripsi
Pembantu Dekan I
Drs. R. Indianto, M.Pd
NIP.195101151980031001
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si
NIP. 196604151991031002
Tembusan :
Yth. Bp/Ibu Pembimbing Mohon dilaksanakan sebagaimana mestinya
108
109
109 109
110
Lampiran 2a
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Siklus I
SD
: SDN Tepisari II
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : V/2
Alokasi Waktu : 3 pertemuan
I. STANDAR KOMPETENSI
6.
Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya
atau model.
II. KOMPETENSI DASAR
6.1.
Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.
6.2.
Membuat
karya/
model
dengan
bahan
sederhana
dengan
memanfaatkan sifat-sifat cahaya.
III. INDIKATOR
6.1.1 Menyebutkan sifat-sifat cahaya (merambat lurus, menembus benda
bening, dapat dipantulkan, dibiaskan, dan diuraikan).
6.1.2 Menjelaskan sifat-sifat cahaya yang mengenai berbagai jenis cermin
(cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung).
6.2.1. Menyebutkan berbagai alat/ benda dalam kehidupan sehari-hari yang
memanfaatkan sifat-sifat cahaya.
6.2.2. Membuat karya/ model sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat
cahaya(periskop, kamera lubang jarum, dan kaleidoskop).
IV. TUJUAN PEMBELAJARAN
1.
Melalui demonstrasi siswa dapat menyebutkan sifat-sifat cahaya
(merambat lurus, menembus benda bening, dapat dipantulkan, dan
dibiaskan) dengan benar.
2.
Melalui pengamatan siswa dapat menjelaskan sifat-sifat cahaya yang
mengenai berbagai jenis cermin (cermin datar, cermin cekung, dan
cermin cembung) dengan benar.
110
111
3.
Melalui tanya jawab siswa dapat menyebutkan berbagai alat/ benda
dalam kehidupan sehari-hari yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya
dengan benar..
4.
Melalui praktek siswa dapat membuat karya/ model sederhana dengan
memanfaatkan sifat-sifat cahaya(periskop, kamera lubang jarum, dan
kaleidoskop) dengan benar.
V. MATERI
Cahaya sangat penting dalam kehidupan kita. Dengan cahaya, kita dapat
melihat benda sekitar kita dan menikmati keindahan alam semesta ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa. Sebuah benda dapat terlihat karena adanya cahaya yang
mengenai benda dan memantulkannya hingga akhirnya mengenai mata.
Berdasarkan dapat atau tidaknya suatu benda memancarkan cahaya sendiri
dikelompokkan menjadi benda tidak tembus cahaya, benda tembus cahaya. Benda
sumber cahaya dapat memancarkan cahaya sendiri, contohnya: matahari, senter,
nyala api. Sedangkan, benda gelap tidak dapat memancarkan cahaya sendir,
misalnya batu kayu dan kertas.
Berdasarkan dapat tidaknya meneruskan cahaya, benda dibedakan menjadi
benda tidak tembus cahaya dan benda tembus cahaya. Benda tidak tembus cahaya
tidak dapat meneruskan cahaya yang mengenainya. Apabila dikenai cahaya, benda
ini akan membentuk bayangan. Contoh benda tidak tembus cahaya yaitu kertas,
karton, tripleks, kayu, dan tembok. Sedangkan, benda tembus cahaya dapat
meneruskan cahaya yang mengenainya. Contoh benda tembus cahaya yaitu kaca.
Cahaya mempunyai sifat-sifat tertentu. Sifat-sifat cahaya banyak
manfaatnya bagi kehidupan, di antaranya adalah:
1) Cahaya merambat lurus
Cahaya matahari yang masuk ke rumah melalui celah-celah atau jendela
rumah, maka cahaya yang masuk tampak merambat lurus.
2) Cahaya dapat menembus benda bening
Cahaya matahari dapat masuk ke rumah melalui jendela kaca bening. Kaca
merupakan benda bening sehingga dapat ditembus cahaya. Jika jendela ditutup
111
112
dengan tirai maka cahaya tidak dapat masuk ke rumah karena tirai merupakan
benda tidak tembus cahaya.
3) Cahaya dapat dipantulkan
Semua benda disekitar kita bersifat memantulkan cahaya. Itulah sebabnya
kita dapat melihatnya. Pemantulan cahaya ada dua jenis yaitu pemantulan baur
(pemantulan difus) dan pemantulan teratur. Pemantulan baur terjadi apabila
cahaya mengenai permukaan yang kasar atau tidak rata sehingga sinar pantul
arahnya tidak beraturan. Sedangkan, pemantulan teratur terjadi jika cahaya
mengenai permukaan yang rata, licin, dan mengilap. Permukaan yang mempunyai
sifat seperti ini misalnya cermin. Pada pemantulan ini sinar pantul memiliki arah
yang teratur dan bayangan anak terjadi karena pemantulan teratur.
Gambar pemantulan teratur
Gambar Pemantulan difus
Cermin merupakan salah satu benda yang memantulkan cahaya.
Berdasarkan bentuk permukaannya, cermin dibagi menjadi tiga jenis yaitu cermin
datar dan cermin lengkung (cermin cekung dan aembung).
1) Cermin datar memiliki permukaan datar, rata dan tidak melengkung. Sifat
bayangan yang tampak antara lain ukuran bayangan sama dengan ukuran
benda, jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin,
posisinya tegak, arah kana dan kiri tertukar, dan maya (benda seolah dari
dalam cermin dan tidak dapat ditangkap layar).
2) Cermin cembung memiliki permukaan bidang pantul melengkung ke arah
luar. Sifat bayangannya antara lain maya, tegak, dan ukuran bayangan lebih
kecil dibandingkan ukuran benda/ diperkecil.
3) Cermin cekung memiliki permukaan bidang pantul melengkung ke arah
dalam. Sifat bayangan yang dibentuk pada cermin cekung bergantung pada
letak benda ke cermin. Jika jarak benda dekat dengan cermin, sifat bayangan
yang terbentuk adaah tegak, lebih besar, dan maya. Sedangkan jika jarak
benda jauh ke cermin cekung, maka sifat bayangannya nyata dan terbalik.
112
113
4) Cahaya dapat dibiaskan
Apabila cahaya merambat melalui dua zat yang memiliki kerapatan
yang berbeda, maka cahaya akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan arah
rambatan cahaya setelah melewati medium rambatan berbeda di sebut
pembiasan. Contoh peristiwa ini tampak ketika kita masukkan sendok ke
dalam gelas bening berisi air. Apabila kita amati, maka sendok tampak seperti
patah.
(n)
Udara
i
Kaca
r
i'
r'
(n)
Gambar peristiwa pembiasan cahaya
Keterangan:
n = garis normal
i/i' = sinar datang
r/r' = sinar bias
Apabila cahaya merambat dari medium kurang rapat ke medium lebih
rapat, maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Apabila cahaya
merambat dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat, maka cahaya
akan dibiaskan menjauhi garis normal.
5) Cahaya dapat diuraikan (dispersi)
Pelangi terjadi karena peristiwa penguraian cahaya (dispersi). Dispersi
merupakan penguraian cahaya putih menjadi berbagai cahaya berwarna.
Cahaya matahari yang kita lihat tampak berwarna putih. Namun, sebenarnya
cahaya matahari tersusun atas banyak cahaya berwarna. Cahaya matahari
diuraikan oleh titik-titik air di awan setelah terjadi hujan dari arah yang
berlawanan dengan arah datangnya cahaya akan membentuk warna-warna
pelangi.
113
114
VI. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
A. MODEL:
Kontekstual
B. METODE:
1. Ceramah
2. Tanya Jawab/ Quetioning
3. Kelompok/ Learning Community
4. Demonstrasi/ Modeling
5. Construksivism
6. Inquiry
7. Reflection
8. Authentic assessment
VII. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan I
A. Kegiatan Awal (10’)
1. Mengkondisikan siswa pada saat situasi belajar yang kondusif
2. Berdoa
3. Absensi
4. Apersepsi, dengan cara menyuruh siswa untuk memejamkan mata dan
menanyakan pada siswa
“Dapatkah kalian melihat dengan mata terpejam?”
“Mengapa kalian tidak bisa melihat dengan mata terpejam?”
5. Guru menginformasikan materi yang akan dibahas yaitu mengenai
cahaya.
B. Kegiatan Inti (50’)
1. Guru membagi siswa dalam 3 kelompok.
2. Siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing.
3. Guru
meminta
3
siswa
dari
perwakilan
kelompok
untuk
mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya (merambat lurus, menembus
benda bening, dipantulkan, dan dibiaskan) di depan kelas secara
114
115
bergilir. Sedangkan siswa yang tidak maju memperhatikan dan
mencatat hal yang penting.
4. Perwakilan kelompok kembali ke kelompoknya untuk tugas
berikutnya.
5. Guru membagikan sendok, cermin datar, dan gambar, serta lembar
kerja ke masing-masing kelompo, dan menjelaskan petunjuk tentang
kegiatan yang harus dilakukan siswa.
6. Siswa menyimak dengan baik penjelasan guru.
7. Siswabersama kelompok bekerja sama melaksanakan tugas guru untuk
mengamati sifat-sifat bayangan yang mengenai berbagai cermin
seperti cermin datar, cekung, dan cembung.
8. Guru mengamati kegiatan siswa dan memberikan bimbingan terhadap
siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan.
9. Siswaberdiskusi dengan kelompok mencatat hasil pengamatan dalam
lembar kerja yang telah di sediakan guru.
10. Siswa diminta melaporkan hasil kerja kelompoknya ke depan kelas.
11. Guru memberikan rewort berupa bintang bagi siswa yang maju.
C. Kegiatan Akhir (10’)
1. Siswa dan guru membuat kesimpulan mengenai kegiatan yang telah
dilakukan.
2. Guru memberi tugas rumah untuk membawa peralatan praktek untuk
pertemuan berikutnya (lem, gunting/ cutter, pensil, penghapus,
penggaris, 2 kotak pasta gigi, dan plastic bening) dan mencari contoh
pemanfaatan dari sifat-sifat cahaya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam
Pertemuan II
A. Kegiatan Awal (10’)
1. Mengkondisikan siswa pada saat situasi belajar yang kondusif
2. Berdoa
3. Absensi
115
116
4. Apersepsi, dengan cara menunjukkan kaca spion kendaraan dan
menanyakan pada siswa
“Benda apa yang ibu bawa ini?”
“Apa fungsinya?”
“Cermin jenis apa yang dipake dalam spion? Mengapa harus
menggunakan cermin jenis itu?”
5. Guru menginformasikan materi yang akan dibahas yaitu mengenai
pembuatan model/ karya berkenaan dengan pemanfaatan sifat-sifat
cahaya.
B. Kegiatan Inti (50’)
1. Guru membagi siswa dalam 3 kelompok.
2. Siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing.
3. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan.
4. Siswa menyimak penjelasan guru
5. Perwakilan kelompok maju mengambil tugas yang terdapat dalam
amplop.
6. Perwakilan kelompok maju untuk mengambil peralatan yang belum
disediakan kelompok yang telah tersedia di depan kelas.
7. Siswa bersama kelompoknya berdiskusi dan bekerjasama membuat
model/ karya yang menjadi tugasnya.
8. Guru mengamati kegiatan siswa dan memberikan bimbingan terhadap
siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan.
9. Siswaberdiskusi dengan kelompok tentang pemanfaatan sifat cahaya
yang terdapat pada karya yang dibuat/ cara kerjanya dan mencatatnya.
10. Siswa diminta melaporkan hasil kerja kelompoknya ke depan kelas.
11. Guru memberikan rewort berupa bintang bagi siswa yang maju.
C. Kegiatan Akhir (10’)
1. Siswa mengumpulkan hasil kaya kelompoknya kepada guru
2. Siswa dan guru membuat kesimpulan mengenai kegiatan yang telah
dilakukan.
116
117
3. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam
Pertemuan III
“Evaluasi siswa dan pelaksanaan tes kreativitas”
VIII. MEDIA DAN SUMBER
A. Media
1. Berbagai macam jenis cermin
2. Senter
3. Lingkungan (benda- benda sekitar)
B. Sumber
1. Silabus KTSP kelas V
2. Buku BSE IPA Saling Temas untuk SD kelas V karangan Choiril
Azmiyawati, Wigati Hadi Omegawati, dan Rohana Kusumawati.
3. Buku BSE IPA untuk SD/ MI kelas V karangan Heri Sulistyanto dan
Edy Wiyono.
4. Buku BSE Senang Belajar IPA 5 untuk SD/ MI kelas V karangan S.
Rositawaty dan Aris Muharam.
IX. PENILAIAN
A. Prosedur
: tes proses dan tes hasil
B. Jenis
: lisan dan tertulis
C. Bentuk
: Uraian
D. Instrumen
: soal
kriteria penilaian
Soal
1. Sebutkan 4 macam sifat–sifat cahaya?
2. Bagaimakah sifat–sifat bayangan yang terbentuk yang mengenai cermin
datar, cekung, dan cembung?
3. Sebutkan 2 contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan
sehari-hari?
117
118
4. Sebutkan 3 benda yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya dalam
kehidupan sehari-hari?
5. Tuliskan secara singkat salah satu cara pembuatan benda sederhana
yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya yang kamu ketahui?
Kriteria penilaian
Aspek Penilaian
Skor
1. Jawaban benar dan lengkap
4
2. Jawaban benar dan kurang lengkap
3
3. Jawaban salah tapi mendekati benar
2
4. Jawaban salah
1
NILAI= Jumlah skor semua nomor X 20
Guru Kelas
Praktikan
Margono, S. Pd
Rika Purwanti
NIP 19620415 198405 1 006
NIM K7106037
Mengetahui,
Kepala Sekolah SDN II Tepisari
Ladiyo, S. Pd
NIP 19581009 197802 1 003
118
119
Lampiran 2b
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Siklus II
SD
: SDN Tepisari II
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : V/2
Alokasi Waktu : 3 pertemuan
I.
STANDAR KOMPETENSI
6.
Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya
atau model.
II. KOMPETENSI DASAR
6.1.
Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.
6.2.
Membuat
karya/
model
dengan
bahan
sederhana
dengan
memanfaatkan sifat-sifat cahaya.
III. INDIKATOR
6.1.3 Menyebutkan sifat-sifat cahaya (merambat lurus, menembus benda
bening, dapat dipantulkan, dibiaskan, dan diuraikan).
6.1.4 Menjelaskan sifat-sifat cahaya yang mengenai berbagai jenis cermin
(cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung).
6.2.1. Menyebutkan berbagai alat/ benda dalam kehidupan sehari-hari yang
memanfaatkan sifat-sifat cahaya.
6.2.2. Membuat karya/ model sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat
cahaya(periskop, kamera lubang jarum, dan kaleidoskop).
IV. TUJUAN PEMBELAJARAN
1.
Melalui demonstrasi siswa dapat menyebutkan sifat-sifat cahaya
(merambat lurus, menembus benda bening, dapat dipantulkan, dan
dibiaskan) dengan benar.
2.
Melalui pengamatan siswa dapat menjelaskan sifat-sifat cahaya yang
mengenai berbagai jenis cermin (cermin datar, cermin cekung, dan
cermin cembung) dengan benar.
119
120
3.
Melalui tanya jawab siswa dapat menyebutkan berbagai alat/ benda
dalam kehidupan sehari-hari yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya
dengan benar..
4.
Melalui praktek siswa dapat membuat karya/ model sederhana dengan
memanfaatkan sifat-sifat cahaya(periskop, kamera lubang jarum, dan
kaleidoskop) dengan benar.
V. MATERI
Cahaya sangat penting dalam kehidupan kita. Dengan cahaya, kita dapat
melihat benda sekitar kita dan menikmati keindahan alam semesta ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa. Sebuah benda dapat terlihat karena adanya cahaya yang
mengenai benda dan memantulkannya hingga akhirnya mengenai mata.
Berdasarkan dapat atau tidaknya suatu benda memancarkan cahaya sendiri
dikelompokkan menjadi benda tidak tembus cahaya, benda tembus cahaya. Benda
sumber cahaya dapat memancarkan cahaya sendiri, contohnya: matahari, senter,
nyala api. Sedangkan, benda gelap tidak dapat memancarkan cahaya sendir,
misalnya batu kayu dan kertas.
Berdasarkan dapat tidaknya meneruskan cahaya, benda dibedakan menjadi
benda tidak tembus cahaya dan benda tembus cahaya. Benda tidak tembus cahaya
tidak dapat meneruskan cahaya yang mengenainya. Apabila dikenai cahaya, benda
ini akan membentuk bayangan. Contoh benda tidak tembus cahaya yaitu kertas,
karton, tripleks, kayu, dan tembok. Sedangkan, benda tembus cahaya dapat
meneruskan cahaya yang mengenainya. Contoh benda tembus cahaya yaitu kaca.
Cahaya mempunyai sifat-sifat tertentu. Sifat-sifat cahaya banyak
manfaatnya bagi kehidupan, di antaranya adalah:
1) Cahaya merambat lurus
Cahaya matahari yang masuk ke rumah melalui celah-celah atau jendela
rumah, maka cahaya yang masuk tampak merambat lurus.
2) Cahaya dapat menembus benda bening
Cahaya matahari dapat masuk ke rumah melalui jendela kaca bening. Kaca
merupakan benda bening sehingga dapat ditembus cahaya. Jika jendela ditutup
120
121
dengan tirai maka cahaya tidak dapat masuk ke rumah karena tirai merupakan
benda tidak tembus cahaya.
3) Cahaya dapat dipantulkan
Semua benda disekitar kita bersifat memantulkan cahaya. Itulah sebabnya
kita dapat melihatnya. Pemantulan cahaya ada dua jenis yaitu pemantulan baur
(pemantulan difus) dan pemantulan teratur. Pemantulan baur terjadi apabila
cahaya mengenai permukaan yang kasar atau tidak rata sehingga sinar pantul
arahnya tidak beraturan. Sedangkan, pemantulan teratur terjadi jika cahaya
mengenai permukaan yang rata, licin, dan mengilap seperti cermin. Pada
pemantulan ini sinar pantul memiliki arah yang teratur dan bayangan anak terjadi
karena pemantulan teratur
Gambar pemantulan teratur
Gambar Pemantulan difus
Cermin merupakan salah satu benda yang memantulkan cahaya.
Berdasarkan bentuk permukaannya, cermin dibagi menjadi tiga jenis yaitu cermin
datar dan cermin lengkung (cermin cekung dan cembung).
a.
Cermin datar memiliki permukaan datar, rata dan tidak melengkung. Sifat
bayangan yang tampak antara lain ukuran bayangan sama dengan ukuran benda,
jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin, posisinya tegak,
arah kana dan kiri tertukar, dan maya (benda seolah dari dalam cermin dan tidak
dapat ditangkap layar).
b.
Cermin cembung memiliki permukaan bidang pantul melengkung ke arah
luar. Sifat bayangannya antara lain maya, tegak, dan ukuran bayangan lebih kecil
dibandingkan ukuran benda/ diperkecil.
c.
Cermin cekung memiliki permukaan bidang pantul melengkung ke arah
dalam. Sifat bayangan yang dibentuk pada cermin cekung bergantung pada letak
benda ke cermin. Jika jarak benda dekat dengan cermin, sifat bayangan yang
121
122
terbentuk adaah tegak, lebih besar, dan maya. Sedangkan jika jarak benda jauh ke
cermin cekung, maka sifat bayangannya nyata dan terbalik.
4) Cahaya dapat dibiaskan
Apabila cahaya merambat melalui dua zat yang memiliki kerapatan yang
berbeda, maka cahaya akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan arah rambatan
cahaya setelah melewati medium rambatan berbeda di sebut pembiasan. Contoh
peristiwa ini tampak ketika kita masukkan sendok ke dalam gelas bening berisi
air. Apabila kita amati, maka sendok tampak seperti patah.
(n)
Udara
i
Kaca
r
i'
r'
(n)
Gambar peristiwa pembiasan cahaya
Keterangan:
n = garis normal
i/i' = sinar datang
r/r' = sinar bias
Apabila cahaya merambat dari medium kurang rapat ke medium lebih
rapat, maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Apabila cahaya
merambat dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat, maka cahaya akan
dibiaskan menjauhi garis normal.
5) Cahaya dapat diuraikan (dispersi)
Pelangi terjadi karena peristiwa penguraian cahaya (dispersi). Dispersi
merupakan penguraian cahaya putih menjadi berbagai cahaya berwarna. Cahaya
matahari yang kita lihat tampak berwarna putih. Namun, sebenarnya cahaya
matahari tersusun atas banyak cahaya berwarna. Cahaya matahari diuraikan oleh
122
123
titik-titik air di awan setelah terjadi hujan dari arah yang berlawanan dengan arah
datangnya cahaya akan membentuk warna-warna pelangi.
VI. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
A. MODEL:
Kontekstual
B. METODE:
1. Ceramah
2. Tanya Jawab/ Quetioning
3. Kelompok/ Learning Community
4. Demonstrasi/ Modeling
5. Construksivism
6. Inquiry
7. Reflection
8. Authentic assessment
VII. KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. Pertemuan I
1. Kegiatan Awal (10’)
a. Mengkondisikan siswa pada saat situasi belajar yang kondusif
b. Berdoa
c. Absensi
d. Memotivasi siswa dengan mengajak menyanyikan lagu “Ambilkan
Bulan Bu”
e. Apersepsi, dengan menanyakan pada siswa tentang lagu yang telah
dinyanyikan bersama sebelumnya
“Bagaimanakah kondisi malam hari ketika langit mendung dan
terjadi pemadaman listrik?”
“Apakah kalian bisa melihat atau belajar pada kondisi semacam
itu?”
“Apa yang kalian perlukan agar bisa melihat dan tetap bisa
belajar?”
123
124
2. Kegiatan Inti (50’)
a. Guru membagi siswa dalam 3 kelompok.
b. Siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing.
c. Guru menyediakan berbagai peralatan percobaan (sifat cahaya dan
sifat bayangan hasil pencerminan) dan lembar kerja di berbagai
tempat.
d. Siswa bersama kelompoknya masing-masing mendatangi tempat
percobaan untuk melakukan percobaan, dan mencatat hasil
pengamatan dari percobaan tersebut.
e. Guru mengamati kegiatan siswa dan memberikan bimbingan
terhadap siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan.
f. Siswa berdiskusi dengan kelompok mencatat hasil pengamatan
dalam lembar kerja yang telah di sediakan guru.
g. Siswa diminta melaporkan hasil kerja kelompoknya ke depan
kelas.
h. Guru memberikan rewort berupa bintang bagi siswa yang maju.
3. Kegiatan Akhir (10’)
a. Siswa dan guru membuat kesimpulan mengenai kegiatan yang
telah dilakukan.
b. Guru memberi tugas rumah untuk membawa peralatan praktek
untuk pertemuan berikutnya (lem, gunting/ cutter, pensil,
penghapus, penggaris, 2 kotak pasta gigi, dan plastic bening) dan
mencari contoh pemanfaatan dari sifat-sifat cahaya dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
B. Pertemuan II
1. Kegiatan Awal (10’)
a. Mengkondisikan siswa pada saat situasi belajar yang kondusif
b. Berdoa
c. Absensi
124
125
d. Apersepsi, dengan cara guru menyuruh seorang siswa untuk
bercermin dengan cermin yang terdapat di dinding kelas.
“Cermin jenis apa yang kamu gunakan bercermin itu?”
“Apa fungsinya?”
“Seandainya kamu bercermin bukan dengan jenis cermin itu
bagaimana?”
e. Guru menjelaskan tentang kegunaan dari setiap jenis cermin
berbeda-beda.
2. Kegiatan Inti (50’)
a. Guru membagi siswa dalam 3 kelompok.
b. Siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing.
c. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan.
d. Siswa menyimak penjelasan guru
e. Perwakilan kelompok maju mengambil tugas yang terdapat dalam
amplop. Perwakilan kelompok maju untuk mengambil peralatan
yang belum disediakan kelompok yang telah tersedia di depan
kelas.
f. Siswa bersama kelompoknya berdiskusi dan bekerjasama membuat
model/ karya yang menjadi tugasnya (model yang dibuat beda dari
yang telah dibuat kelompoknya pada siklus I).
g. Guru mengamati kegiatan siswa dan memberikan bimbingan
terhadap siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan.
h. Siswa bersama kelompoknya mempresentasikan hasil karyanya
dan siswa dari kelompok yang lain mendengarkan dan bertanya
tentang presentasi tersebut.
3. Kegiatan Akhir (10’)
1. Siswa mengumpulkan hasil karya kelompoknya kepada guru.
2. Siswa dan guru membuat kesimpulan mengenai kegiatan yang
telah dilakukan.
3. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam
125
126
C. Pertemuan III
“Evaluasi siswa dan pelaksanaan tes kreativitas”
VIII. MEDIA DAN SUMBER
A. Media
1. Berbagai macam jenis cermin
2. Senter
3. Lingkungan (benda- benda sekitar)
B. Sumber
1. Silabus KTSP kelas V
2. Buku BSE IPA Saling Temas untuk SD kelas V karangan Choiril
Azmiyawati, Wigati Hadi Omegawati, dan Rohana Kusumawati.
3. Buku BSE IPA untuk SD/ MI kelas V karangan Heri Sulistyanto dan
Edy Wiyono.
4. Buku BSE Senang Belajar IPA 5 untuk SD/ MI kelas V karangan S.
Rositawaty dan Aris Muharam.
IX. PENILAIAN
A. Prosedur
: tes proses dan tes hasil
B. Jenis
: lisan dan tertulis
C. Bentuk
: Uraian
D. Instrumen : soal
kriteria penilaian
Soal
1. Sebutkan 4 macam sifat–sifat cahaya?
2. Bagaimakah sifat–sifat bayangan yang terbentuk yang mengenai cermin
datar, cekung, dan cembung?
3. Sebutkan 2 contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan seharihari?
4. Sebutkan 3 benda yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya dalam kehidupan
sehari-hari?
126
127
5. Tuliskan secara singkat salah satu cara pembuatan benda sederhana yang
memanfaatkan sifat-sifat cahaya yang kamu ketahui?
Kriteria penilaian
Aspek Penilaian
Skor
1. Jawaban benar dan lengkap
4
2. Jawaban benar dan kurang lengkap
3
3. Jawaban salah tapi mendekati benar
2
4. Jawaban salah
1
NILAI=
Guru Kelas
Praktikan
Margono, S. Pd
Rika Purwanti
NIP 19620415 198405 1 006
NIM K7106037
Mengetahui,
Kepala Sekolah SDN II Tepisari
Ladiyo, S. Pd
NIP 19581009 197802 1 003
127
128
Lampiran 2c
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Siklus III
SD
: SDN Tepisari II
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : V/2
Alokasi Waktu : 3 pertemuan
I.
STANDAR KOMPETENSI
6.
Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya
atau model.
II.
KOMPETENSI DASAR
6.1.
Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.
6.2.
Membuat karya/ model dengan bahan sederhana dengan memanfaatkan
sifat-sifat cahaya.
III.
INDIKATOR
6.1.1
Menyebutkan sifat-sifat cahaya (merambat lurus, menembus benda
bening, dapat dipantulkan, dibiaskan, dan diuraikan).
6.1.2 Menjelaskan sifat-sifat cahaya yang mengenai berbagai jenis cermin
(cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung).
6.2.1. Menyebutkan berbagai alat/ benda dalam kehidupan sehari-hari yang
memanfaatkan sifat-sifat cahaya.
6.2.2. Membuat karya/ model sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat
cahaya (periskop, kamera lubang jarum, dan kaleidoskop).
IV.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui demonstrasi siswa dapat menyebutkan sifat-sifat cahaya (merambat
lurus, menembus benda bening, dapat dipantulkan, dan dibiaskan) dengan
benar.
2. Melalui pengamatan siswa dapat menjelaskan sifat-sifat cahaya yang
mengenai berbagai jenis cermin (cermin datar, cermin cekung, dan cermin
cembung) dengan benar.
128
129
3. Melalui tanya jawab siswa dapat menyebutkan berbagai alat/ benda dalam
kehidupan sehari-hari yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya dengan benar..
4. Melalui praktek siswa dapat membuat karya/ model sederhana dengan
memanfaatkan sifat-sifat cahaya(periskop, kamera lubang jarum, dan
kaleidoskop) dengan benar.
V.
MATERI
Cahaya sangat penting dalam kehidupan kita. Dengan cahaya, kita dapat
melihat benda sekitar kita dan menikmati keindahan alam semesta ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa. Sebuah benda dapat terlihat karena adanya cahaya yang
mengenai benda dan memantulkannya hingga akhirnya mengenai mata.
Berdasarkan dapat atau tidaknya suatu benda memancarkan cahaya sendiri
dikelompokkan menjadi benda tidak tembus cahaya, benda tembus cahaya. Benda
sumber cahaya dapat memancarkan cahaya sendiri, contohnya: matahari, senter,
nyala api. Sedangkan, benda gelap tidak dapat memancarkan cahaya sendir,
misalnya batu kayu dan kertas.
Berdasarkan dapat tidaknya meneruskan cahaya, benda dibedakan menjadi
benda tidak tembus cahaya dan benda tembus cahaya. Benda tidak tembus cahaya
tidak dapat meneruskan cahaya yang mengenainya. Apabila dikenai cahaya, benda
ini akan membentuk bayangan. Contoh benda tidak tembus cahaya yaitu kertas,
karton, tripleks, kayu, dan tembok. Sedangkan, benda tembus cahaya dapat
meneruskan cahaya yang mengenainya. Contoh benda tembus cahaya yaitu kaca.
Cahaya mempunyai sifat-sifat tertentu. Sifat-sifat cahaya banyak
manfaatnya bagi kehidupan, di antaranya adalah:
1)
Cahaya merambat lurus
Cahaya matahari yang masuk ke rumah melalui celah-celah atau jendela
rumah, maka cahaya yang masuk tampak merambat lurus.
2)
Cahaya dapat menembus benda bening
Cahaya matahari dapat masuk ke rumah melalui jendela kaca bening.
Kaca merupakan benda bening sehingga dapat ditembus cahaya. Jika jendela
ditutup dengan tirai maka cahaya tidak dapat masuk ke rumah karena tirai
merupakan benda tidak tembus cahaya.
129
130
3)
Cahaya dapat dipantulkan
Semua benda disekitar kita bersifat memantulkan cahaya. Itulah sebabnya
kita dapat melihatnya. Pemantulan cahaya ada dua jenis yaitu pemantulan baur
(pemantulan difus) dan pemantulan teratur. Pemantulan baur terjadi apabila
cahaya mengenai permukaan yang kasar atau tidak rata sehingga sinar pantul
arahnya tidak beraturan. Sedangkan, pemantulan teratur terjadi jika cahaya
mengenai permukaan yang rata, licin, dan mengilap seperti cermin. Pada
pemantulan ini sinar pantul memiliki arah yang teratur dan bayangan anak terjadi
karena pemantulan teratur
Gambar pemantulan teratur
Gambar Pemantulan difus
Cermin merupakan salah satu benda yang memantulkan cahaya.
Berdasarkan bentuk permukaannya, cermin dibagi menjadi tiga jenis yaitu cermin
datar dan cermin lengkung (cermin cekung dan cembung).
a.
Cermin datar memiliki permukaan datar, rata dan tidak melengkung. Sifat
bayangan yang tampak antara lain ukuran bayangan sama dengan ukuran benda,
jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin, posisinya tegak,
arah kana dan kiri tertukar, dan maya (benda seolah dari dalam cermin dan tidak
dapat ditangkap layar).
b.
Cermin cembung memiliki permukaan bidang pantul melengkung ke arah
luar. Sifat bayangannya antara lain maya, tegak, dan ukuran bayangan lebih kecil
dibandingkan ukuran benda/ diperkecil.
c.
Cermin cekung memiliki permukaan bidang pantul melengkung ke arah
dalam. Sifat bayangan yang dibentuk pada cermin cekung bergantung pada letak
benda ke cermin. Jika jarak benda dekat dengan cermin, sifat bayangan yang
130
131
terbentuk adaah tegak, lebih besar, dan maya. Sedangkan jika jarak benda jauh ke
cermin cekung, maka sifat bayangannya nyata dan terbalik.
4) Cahaya dapat dibiaskan
Apabila cahaya merambat melalui dua zat yang memiliki kerapatan yang
berbeda, maka cahaya akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan arah rambatan
cahaya setelah melewati medium rambatan berbeda di sebut pembiasan. Contoh
peristiwa ini tampak ketika kita masukkan sendok ke dalam gelas bening berisi
air. Apabila kita amati, maka sendok tampak seperti patah.
(n)
Udara
i
Kaca
r
i'
r'
(n)
Gambar peristiwa pembiasan cahaya
Keterangan:
n = garis normal
i/i' = sinar datang
r/r' = sinar bias
Apabila cahaya merambat dari medium kurang rapat ke medium lebih
rapat, maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Apabila cahaya
merambat dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat, maka cahaya akan
dibiaskan menjauhi garis normal.
5) Cahaya dapat diuraikan (dispersi)
Pelangi terjadi karena peristiwa penguraian cahaya (dispersi). Dispersi
merupakan penguraian cahaya putih menjadi berbagai cahaya berwarna. Cahaya
matahari yang kita lihat tampak berwarna putih. Namun, sebenarnya cahaya
matahari tersusun atas banyak cahaya berwarna. Cahaya matahari diuraikan oleh
131
132
titik-titik air di awan setelah terjadi hujan dari arah yang berlawanan dengan arah
datangnya cahaya akan membentuk warna-warna pelangi.
VI.
MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
A. MODEL:
Kontekstual
B. METODE:
1. Ceramah
2. Tanya Jawab/ Quetioning
3. Kelompok/ Learning Community
4. Demonstrasi/ Modeling
5. Construksivism
6. Inquiry
7. Reflection
8. Authentic assessment
VII.
KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. Pertemuan I
1. Kegiatan Awal (10’)
a. Mengkondisikan siswa pada saat situasi belajar yang kondusif
b. Berdoa
c. Presensi
d. Memotivasi siswa dengan mengajak siswa melakukan gerakan
senam otak seperti dengan menggeser tangan ke kiri ke kanan
dengan posisi ibu jari dan kelingking kedua tangan berlainan.
e. Apersepsi, dengan cara menyuruh perwakilan 2 siswa untuk berdiri
di halaman yang terkena cahaya langsung, dan berdiri di teras.
Kemudian perwakilan siswa tersebut menceritakan kondisi cahaya
yang diamati dan guru memberikan pertanyaan kepada siswa.
“Mengapa kalian bisa melihat sekitar walaupun kita berada di
tempat atau di dalam ruangan seperti di kelas ini yang tidak terkena
cahaya langsung matahari?”
132
133
f. Guru menjelaskan tentang pemanfaatan pemantulan baur sehingga
kita bisa melihat walaupun kita berada di tempat atau ruangan yang
tidak terkena cahaya langsung.
2. Kegiatan Inti (50’)
a. Guru membagi siswa dalam 3 kelompok, dan siswa berkumpul
dengan kelompoknya masing-masing.
b. Perwakilan kelompok maju untuk mengambil tugas percobaan (sifat
cahaya dan sifat bayangan hasil pencerminan) dan membuat mind
mapping berdasar percobaan yang tersebut.
c. Siswa bersama kelompok bekerja sama melaksanakan tugas guru
untuk melakukan percobaan (sifat cahaya dan sifat bayangan hasil
pencerminan), dan membuatnya ke dalam bentuk mind mapping.
d. Guru mengamati kegiatan siswa dan memberikan bimbingan
terhadap siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan.
e. Siswa
bersama
kelompok
mempresentasikan
hasil
mind
mappingnya di depan kelas. Sedangkan siswa dari kelompok lain
memperhatikan sambil menyediakan berbagai pertanyaan untuk
kelompok yang maju
f. Guru memberikan rewort berupa bintang bagi kelompok yang
presentasinya terbaik.
3. Kegiatan Akhir (10’)
a. Siswa dan guru membuat kesimpulan mengenai kegiatan yang telah
dilakukan.
b. Guru memberi
tugas rumah untuk membawa peralatan praktek
untuk pertemuan berikutnya.
c. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam
B.
Pertemuan II
1. Kegiatan Awal (10’)
a. Mengkondisikan siswa pada saat situasi belajar yang kondusif
b. Berdoa
c. Absensi
133
134
d. Memotivasi siswa dengan mengajak bernyanyi dan bertepuk.
e. Apersepsi, dengan permainan tebak kata oleh 3 kelompok yang
berhubungan dengan cahaya. Setiap kelompok mendapat sepuluh
kata yang harus ditebak oleh anggota kelompok selama 1 menit
dengan bantuan pertanyaan oleh siswa perwakilan kelompok.
2. Kegiatan Inti (50’)
a. Guru menunjukkan sebuah lup.
b. Siswa mendemonstrasikan penggunaan lup untuk melihat tulisan
pada kertas dan menjelaskan sifat bayangan yang ditampilkan pada
lup dan lensa yang digunakan pada lup.
c. Guru menjelaskan tentang pemanfaatan sifat cahaya pada
pembuatan alat optik.
d. Guru menginformasikan kegiatan yang akan dilakukan siswa untuk
membuat model sederhana periskop, kamera lubang jarum, dan
cakram warna.
e. Perwakilan kelompok maju mengambil tugas yang terdapat dalam
amplop.
f. Perwakilan kelompok maju untuk mengambil peralatan yang belum
disediakan kelompok yang telah tersedia di depan kelas.
g. Siswa bersama kelompoknya berdiskusi dan bekerjasama membuat
model/ karya yang menjadi tugasnya (model yang dibuat beda dari
yang telah dibuat kelompoknya pada siklus I dan II).
h. Guru mengamati kegiatan siswa dan memberikan bimbingan
terhadap siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan.
i. Siswa bersama kelompoknya mempresentasikan hasil karyanya dan
siswa dari kelompok yang lain mendengarkan dan bertanya tentang
presentasi tersebut.
3. Kegiatan Akhir (10’)
a. Siswa mengumpulkan hasil karya kelompoknya kepada guru.
b. Siswa dan guru membuat kesimpulan mengenai kegiatan yang telah
dilakukan.
134
135
c. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam
C.
Pertemuan III
“Evaluasi siswa dan pelaksanaan tes kreativitas”
VIII.
MEDIA DAN SUMBER
A. Media
1. Berbagai macam jenis cermin
2. Senter
3. Lingkungan (benda- benda sekitar)
B. Sumber
1. Silabus KTSP kelas V
2. Buku BSE IPA Saling Temas untuk SD kelas V karangan Choiril
Azmiyawati, Wigati Hadi Omegawati, dan Rohana Kusumawati.
3. Buku BSE IPA untuk SD/ MI kelas V karangan Heri Sulistyanto dan
Edy Wiyono.
4. Buku BSE Senang Belajar IPA 5 untuk SD/ MI kelas V karangan S.
Rositawaty dan Aris Muharam.
IX.
PENILAIAN
A.
Prosedur
: tes proses dan tes hasil
B.
Jenis
: lisan dan tertulis
C.
Bentuk
: Uraian
D.
Instrumen
: soal, kriteria penilaian
Soal
1. Sebutkan 4 macam sifat–sifat cahaya?
2. Bagaimakah sifat–sifat bayangan yang terbentuk yang mengenai cermin
datar, cekung, dan cembung?
3. Sebutkan 2 contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan seharihari?
4. Sebutkan 3 benda yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya dalam kehidupan
sehari-hari?
5. Tuliskan secara singkat salah satu cara pembuatan benda sederhana yang
memanfaatkan sifat-sifat cahaya yang kamu ketahui?
135
136
Kriteria penilaian
Aspek Penilaian
Skor
1. Jawaban benar dan lengkap
4
2. Jawaban benar dan kurang lengkap
3
3. Jawaban salah tapi mendekati benar
2
4. Jawaban salah
1
NILAI=
Guru Kelas
Praktikan
Margono, S. Pd
Rika Purwanti
NIP 19620415 198405 1 006
NIM K7106037
Mengetahui,
Kepala Sekolah SDN II Tepisari
Ladiyo, S. Pd
NIP 19581009 197802 1 003
136
137
137
138
Lampiran 3a
ALAT PENILAIAN KEMAMPUAN GURU II
(Lembar Observasi Kegiatan Guru)
Petunjuk
Berilah skor pada butir-butir perencanaan dengan memberi tanda (√ )!
1= tidak baik
2= cukup baik
3= baik
4= sangat baik
No
INDIKATOR/ ASPEK YANG DIAMATI
I
1.
2.
PRA PEMBELAJARAN
Mempersiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran
Memeriksa kesiapan siswa
Rata-rata butir I=A
MEMBUKA PEMBELAJARAN
Melakukan kegiatan absensi
Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan
rencana kegiatan
Rata-rata butir II = B
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
Penguasaan Materi Pelajaran
Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran
Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai hierarki belajar dan
karakteristik siswa
Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
Rata-rata butir III A = C
Pendekatan/ Strategi Pembelajaran
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan)
yang akan dicapai dan karakteristik siswa
Melaksanakan pembelajaran secara runtun
Menguasai kelas
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya
kebiasaan positif (dampak pengiring)
Melaksanakan pembelajaran
Rata-rata butir III B = D
Pemanfaatan Sumber Belajar/ Media Pembeajaran
Menggunakan media dan sumber yang efektif dan efisien
Menghasilakn pesan yang menarik
Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media/ sumber
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
Rata-rata butir III C = E
Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa
II
1.
2.
III
A.
1.
2.
3.
4.
B
1.
2.
3.
4.
5.
6.
C
1.
2.
3.
4.
D
138
SKOR
1 2 3 4
139
1.
2.
3.
4.
E
1.
2.
F
1.
2.
IV
1.
2.
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa
Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif
Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar
Rata-rata butir III D = F
Penilaian Proses dan Hasil
Memantau kemajuan belajar selama proses pembelajaran
Melakukan penilaian aktif sesuai kompetensi (tujuan)
Rata-rata butir III E = G
Pengguanaan Bahasa
Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, benar,
dan lancer
Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai
Rata-rata butir III F = H
PENUTUP
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa
Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau
kegiatan, atau tugas sebagai remidi/ pengayaan
Rata-rata butir IV = I
Nilai APKG II= A+B+C+D+E+F+G+H+I
9
Lampiran 3b
LEMBAR OBSERVASI KEGIATAN SISWA
No
Nama
Siswa
Aspek yang Diamati
Jumlah
Perhatian Kerjasama Ketekunan Keaktifan ceklis
139
Skor
( X 100)
Keterangan
140
a
b
c
a
b
c
a
b
c
a
b
c
(JC)
Jumlah
Rata-rata
SKOR
0 – 20
21 – 40
41 – 60
61 – 80
81- 100
KETERANGAN
KS = Kurang Sekali
K = Kurang
C = Cukup
B = Baik
A = Sangat Baik
DESKRIPTOR PENILAIAN KEGIATAN SISWA
1. Perhatian
a. Menyimak penjelasan guru dengan sungguh-sungguh
140
141
b. Menunjukkan antusias dalam pembelajaran
c. Menunjukkan rasa senang
2. Kerja sama
a. Memberi bantuan pada orang lain
b. Menghargai pendapat orang lain
c. Menunjukkan kekompakan
3. Ketekunan
a. Mengerjakan tugas dengan teliti
b. Tidak ngobrol dengan teman
c. Tidak mengganggu kelompok lain
4. Keaktifan
a. Menyatakan pendapat
b. Mengajukan pertanyaan
c. Mengerjakan tugas dengan baik
Keterangan:
Diisi dengan tanda ceklis (√)
Baik (B)
: Jika semua indikator dilaksanakan
Cukup (C)
: Jika hanya dua indikator dilaksanakan
Kurang (K)
: Jika hanya satu indikator dilaksanakan
Kurang Sekali (KS) : Jika tidak satupun indikator dilaksanakan
Lampiran 3c
KISI-KISI TES KREATIVITAS
No
1
Aspek Kreativitas
Kemauan Rasa Ingin Tahu
Nomor Soal
141
Jumlah Soal
7
142
a. Tertarik terhadap banyak hal
1, 3, 6
b. Mencari Informasi
2,4,7
c. Mengajukan pertanyaan
5
Pemecahan Masalah
a. Menentukan tujuan dan objek
b. Mencari dan merinci penyebab
2
c. Mengusulkan solusi
8, 16, 19
9, 14
10, 11, 13
9
d. Mengantisipasi tantangan baru
dari kegiatan yang telah dilakukan
Memunculkan Gagasan Asli
a. Berpendapat
3
12
15
b. Imajinasi
18, 20
c. Mencoba sesuatu yang baru
17
Jumlah
20
Lampiran 3d
TES KREATIVITAS SISWA
Nama Siswa
Waktu Tes
4
:
:
142
143
1. Binatang apa saja yang menarik perhatianmu dan hal apa yang membuamu
tertarik tersebut?
No
Nama Binatang
Hal yang menarik
1
2
3
4
2. Jika kamu mendapat tugas dari gurumu untuk menyelidiki pohon mangga,
bagian apa saja yang akan kamu perhatikan?
a. ………………………………………………………………………………
b. ………………………………………………………………………………
c. ………………………………………………………………………………
d. ………………………………………………………………………………
3. Hal apa sajakah yang ingin kamu ketahui jika diajak ke kebun binatang?
a. ………………………………………………………………………………
b. ………………………………………………………………………………
c. ………………………………………………………………………………
d. ………………………………………………………………………………
4. Bagaimanakah caramu mencari informasi yang ingin kamu ketahui jika kamu
diajak berkunjung ke kebun binatang?
a. ………………………………………………………………………………
b. ………………………………………………………………………………
c. ………………………………………………………………………………
d. ………………………………………………………………………………
5. Pertanyaan apa sajakah yang mungkin kamu ajukan jika kamu berkunjung ke
suatu waduk, misalnya waduk Gajah Mungkur?
a. ………………………………………………………………………………
b. ………………………………………………………………………………
c. ………………………………………………………………………………
d. ………………………………………………………………………………
143
144
6. Jenis tanaman apa sajakah yang membuatmu tertarik dan hal apa yang
membuatmu tertarik tersebut?
No
Nama Tanaman
Hal yang menarik
1
2
3
4
7. Jika kamu ingin menanam suatu jenis tanaman, tetapi kamu tidak tahu
caranya. Bagaimanakah kamu mencari tahu cara menanamnya?
a. ………………………………………………………………………………
b. ………………………………………………………………………………
c. ………………………………………………………………………………
d. ………………………………………………………………………………
8. Jika kamu disuruh ibumu untuk menanam tanaman di pekarangan rumah yang
dapat diambil manfaatnya untuk kehidupan sehari-hari, maka kamu akan
menanam tanaman apa sajakah? Apa manfaatnya?
a. ………………………………………………………………………………
b. ………………………………………………………………………………
c. ………………………………………………………………………………
d. ………………………………………………………………………………
9. Jika di suatu kamar, kamu mendapati banyak nyamuk, perkirakan apa saja
penyebab hal itu dapat terjadi?
a. ………………………………………………………………………………
b. ………………………………………………………………………………
c. ………………………………………………………………………………
d. ………………………………………………………………………………
10. Suatu hari kamu ingin membuatkan teh manis untuk ayahmu. Tetapi ternyata
gulanya dikerumuni banyak semut. Apa sajakah yang akan kamu lakukan jika
ada pada peristiwa tersebut?
a. ………………………………………………………………………………
b. ………………………………………………………………………………
c. ………………………………………………………………………………
144
145
d. ………………………………………………………………………………
11. Dari pagi hingga sore hari, hujan turun tiada henti. Usulkan caranya agar
pakaian cucian dapat kering?
a. ………………………………………………………………………………
b. ………………………………………………………………………………
c. ………………………………………………………………………………
d. ………………………………………………………………………………
12. Ayah membelikan kamu ikan dan aquarium. Apa yang akan kamu lakukan
terhadap ikan dan aquarium pemberian ayahmu tersebut?
a. ………………………………………………………………………………
b. ………………………………………………………………………………
c. ………………………………………………………………………………
d. ………………………………………………………………………………
13. Suatu hari kamu berkunjung ke rumah tetanggamu. Kamu melihat seekor
burung yang kurus di dalam sangkar. perkirakan apa penyebab hal tersebut?
a. ………………………………………………………………………………
b. ………………………………………………………………………………
c. ………………………………………………………………………………
d. ………………………………………………………………………………
14. Di samping kelasmu terdapat WC. Bau WC tersebut sangat menyengat
sehingga mengganggu proses pembelajaran. Apa yang akan kamu lakukan a
atau usulkan untuk mengatasi hal tersebut?
a. ………………………………………………………………………………
b. ………………………………………………………………………………
c. ………………………………………………………………………………
d. ………………………………………………………………………………
15. Bagaimakah pendaatmu jika kamu melihat ada orang yang membuang sampah
di sungai?
a. ………………………………………………………………………………
b. ………………………………………………………………………………
c. ………………………………………………………………………………
145
146
d. ………………………………………………………………………………
16. Sebutkan binatang karnivora yang kamu ketahui bermanfaat bagi manusia?
Apa manfaatnya?
a. ………………………………………………………………………………
b. ………………………………………………………………………………
c. ………………………………………………………………………………
d. ………………………………………………………………………………
17. Gambarkan suatu benda atau hewan yang mungkin kamu susun dari bentuk
bangun dan garis di bawah ini! Minimal 3 bangun atau garis yang dapat kamu
gunakan.
Contoh:
rumah
146
147
18. Hal apa yang akan kamu lakukan jika di pekaranganmu terdapat lahan/ kebun
yang luas?
a. ………………………………………………………………………………
b. ………………………………………………………………………………
c. ………………………………………………………………………………
d. ………………………………………………………………………………
19. Sebutkan jenis tanaman yang dapat dibuat suatu bahan makanan!
a. ………………………………………………………………………………
b. ………………………………………………………………………………
c. ………………………………………………………………………………
d. ………………………………………………………………………………
20. Seandainya kamu menjadi seorang ahli/ penemu suatu alat tertentu, alat apa
yang akan kamu ciptakan dan apa manfaatnya?
a. ………………………………………………………………………………
b. ………………………………………………………………………………
c. ………………………………………………………………………………
d. ………………………………………………………………………………
147
148
Diskriptor Penilaian Tes Kreativitas
Penilaian berdasarkan atas keseuaian jawaban/ solusi dengan pertanyaan/
permasalahan yang diajukan. Penyekoran setiap poin pertanyaan dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Keempat jawaban terisi
a. Jawaban benar semua
=
5
b. Jawaban benar 3
=
4
c. Jawaban benar 2
=
2
d. Jawaban benar 1
=
1
2. Jawaban tidak terisi penuh diberi skor berdasarkan jumlah jawaban yang
benar.
3. Jawaban salah semua diberi skor 0
Kriteria Penilaian
148
Lampiran 3e
149
LEMBAR KERJA SISWA
MENYELIDIKI SIFAT BAYANGAN PADA CERMIN
Tujuan
:
Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat cahaya yang mengenai
berbagai jenis cermin (cermin datar, cermin cekung, dan
cermin cembung).
Alat dan Bahan
:

Kertas HVS

Penggaris

Pensil

Gambar orang

Cermin datar dan cermin cekung – cembung (sendok yang masih mengkilap)
Langkah Percobaan :
Cermin Datar
1. Buat garis lurus pada kertas HVS dan beri angka sebagai skala dari 0
hingga10.
2. Letakkan cermin datar di atas angka 0 pada garis lurus sehingga tampak tegak
lurus terhadap garis.
3. Berdirikan gambar (gambar orang) pada angka tertentu yang terdapat pada
garis di depan cermin datar.
4. Amati bayangan gambar yang terdapat dalam cermin! Apa yang terjadi?
Yang diamati
Hasil bayangan
Ukuran
Diperbesar/ Diperkecil/ Sama
Posisi kanan-kiri
Tertukar/ Tetap
Posisi
Tegak/ Terbalik
Jarak bayangan ke cermin terhadap
jarak benda ke cermin
Sifat
Dipersempit/ Sama/ Diperjauh
Dapat ditangkap layar(nyata)/ tidak
dapat ditangkap layar (maya)
Cermin Cembung (sendok yang arahnya melengkung ke luar)
1.
Bercerminlah dengan sendok yang arahnya melengkung ke luar!
2. Amatilah bayangan yang terbentuk!
149
150
Yang diamati
Hasil bayangan
Ukuran
Diperbesar/ Diperkecil/ Sama
Posisi
Tegak/ Terbalik
Sifat
Dapat ditangkap layar(nyata)/ tidak
dapat ditangkap layar (maya)
Cermin Cekung (sendok yang melengkung ke dalam)
1.
Bercerminlah dengan sendok yang arahnya melengkung ke dalam.
2. Amati bayangan yang tampak di dalamnya! Apa yang tampak pada bayangan
di dalam cermin?
Anggap benda jauh dari cermin cekung
Yang diamati
Hasil bayangan
Ukuran
Diperbesar/ Diperkecil/ Sama
Posisi
Tegak/ Terbalik
Sifat
Dapat ditangkap layar(nyata)/ tidak
dapat ditangkap layar (maya)
3. Dekatkan ujung pulpen ke depan bagian sendok yang cekung. Amatilah
bayangan yang terbentuk!
Anggap benda dekat dari cermin cekung
Yang diamati
Hasil bayangan
Ukuran
Diperbesar/ Diperkecil/ Sama
Posisi
Tegak/ Terbalik
Sifat
Dapat ditangkap layar(nyata)/ tidak
dapat ditangkap layar (maya)
Pertanyaan:
1. Bagaimanakah sifat bayangan yang mengenai cermin datar, cermin cembung,
dan cermin cekung?
…………………..……………............................................................................
..............................................................................................................................
2. Sebutkan pemanfaatan berbagai jenis cermin tersebut dalam kehidupan seharihari! (Masing-masing 2)
…………………..……………............................................................................
..............................................................................................................................
150
151
MENYELIDIKI SIFAT-SIFAT CAHAYA
Tujuan
: Siswa dapat menyebutkan sifat-sifat cahaya (merambat lurus,
menembus benda bening, dapat dipantulkan, dibiaskan, dan
diuraikan).
Percobaan I: Cahaya merambat lurus
Alat dan Bahan
1. Senter
2. Tiga lembar karton tebal bagian tegah berlubang dengan ukuran sama
3. Satu karton dengan ukuran sama tanpa lubang
4. Benang
Cara Kerja
a. Tegakkan masing-masing karton dengan posisi lurus dan karton tanpa lubang
posisikan paling ujung.
b. Masukkan benang ke dalam ke tiga lubang karton untuk mengetahui
kelurusannya. Usahakan karton berada pada garis lurus.
c. Senterkan cahaya ke dalam lubang dari belakang karton yang ketiga.
d. Amati apakah cahaya mengenai karton tanpa lubang?
Pertanyaan
a. Apakah kamu dapat melihat pantulan cahaya yang mengenai karton terakhir?
…………………………………………………………………………………
b.
Jika salah satu karton digeser, apakah kamu masih bisa melihat pantulan
cahaya yang mengenai karton terakhir?
…………………………………………………………………………………
c. Dari kegiatan ini, apa yang dapat kamu simpulkan?
…………………………………………………………………………………
Percobaan II: Cahaya dapat menembus benda bening
Alat dan Bahan
1. Lampu senter
4. Plastik mika bening
2. Potongan triplek
5. Gelas warna
3. Gelas bening
6. Kertas karton
151
152
7. Batu
8. Kertas HVS
Cara Kerja
a. Letakkan masing benda di atas meja.
b. Sorotkan cahaya dari lampu senter mengenai masing-masing benda secara
bergantian.
c. Amati dan catatlah yang terjadi ke dalam tabel berikut!
No
Nama Benda
1
Potongan triplek
2
Gelas bening
3
Plastik mika bening
4
Gelas warna
5
Kertas karton
6
Batu
Tidak
diteruskan
Kemungkinan Cahaya
Diteruskan
Diteruskan
sebagian
seluruhnya
7
Kertas HVS
Pertanyaan
a. Benda apa saja yang tidak dapat meneruskan cahaya?
…………………………………………………………………………………
b. Benda apa saja yang meneruskan cahaya sebagian?
…………………………………………………………………………………
c. Benda apa saja yang dapat meneruskan cahaya seluruhnya?
…………………………………………………………………………………
d. Dari kegiatan ini, apa yang dapat kamu simpulkan?
…………………………………………………………………………………
Percobaan III: Cahaya dapat dipantulkan
Alat dan Bahan: lampu senter dan cermin datar
Cara Kerja
a. Letakkan senter di depan cermin datar. Amatilah keadaan cahaya yang
mengenai cermin!
b. Lakukan hal yang sama terhadap benda yang permukaannya kasar, misalnya
tembok atau papan. Amatilah keadaan cahaya tersebut!
152
153
Pertanyaan
a. Bagaimanakah cahaya pantul pada cermin?
…………………………………………………………………………………
b. Bagaimanakah cahaya pantul pada papan/tembok?
…………………………………………………………………………………
c. Dari kegiatan tersebut, apa yang dapat kamu simpulkan?
…………………………………………………………………………………
Percobaan IV: Cahaya dapat dibiaskan
Alat dan Bahan
1. Gelas bening yang berisi air
2. Senter
3. Kertas yang dilubangi
Cara Kerja
a. Sorotkan senter yang ditutup kertas yang berlubang ke arah gelas yang berisi
air dengan posisi tegak lurus!
b. Ulangilah menyorot dengan posisi senter tidak tegak lurus dengan permukaan
gelas (ukur derajat kemiringannya)!
c. Amatilah berkas cahaya yang terjadi sebelum masuk air, ketika di air, dan
setelah keluar dari air!
No
Derajat kemiringan
Derajat kemiringan
Derajat kemiringan
sebelum masuk air
ketika masuk air
sesudah masuk air
Pertanyaan
Dari kegiatan tersebut, apa yang dapat kamu simpulkan?
………………………………………………………………………………………
153
154
Percobaan V: Cahaya dapat diuraikan (dispersi)
Alat dan Bahan
1. Baskom yang berisi air jernih
2. Cermin datar
3. Kertas putih
Cara Kerja
a. Masukkan cermin datar ke dalam baskom!
b. Aturlah posisi cermin sehingga dapat memantulkan cahaya matahari!
c. Gunakan selembar kertas putih untuk menangkap pantulan cahaya matahari,
amatilah hal yang terjadi!
Pertanyaan
a. Warna-warna apa saja yang dapat kamu lihat?
…………………………………………………………………………………
b. Apa kesimpulanmu?
…………………………………………………………………………………
154
155
MEMBUAT PERISKOP
Tujuan
:
Siswa dapat mengetahui pemanfaatan sifat cahaya pada
periskop secara sederhana
Alat dan Bahan
1. Karton dengan ukuran 28 cm x 50 cm
2. Dua cermin datar ukuran 6,5 cm x 6,5 cm
3. Lakban atau perekat yang lain
4. Penggaris, pensil, pisau/cutter
Cara Kerja
a. Bagilah karton menjadi empat bagian yang sama!
b. Buatlah dua buah lubang kecil pada bagian seperti gambar di bawah ini!
c. Buatlah celah untuk penempatan cermin membentuk sudut 450 pada sisi yang
lain!
d. Lipat karton membentuk bangun balok dan rekatkan dengan lakban!
e. Masukkan cermin pada celah bersudut menghadap ke atas dan ke bawah,
kemudian rekatkan dengan lakban!
f. Gunakan periskop yang kamu buat untuk melihat benda di sekelilingmu!
Pertanyaan
a. Berdasarkan hasil kegiatanmu, uraikan perinsip kerja periskop!
b. Apa kesimpulanmu?
155
156
MEMBUAT KAMERA LUBANG JARUM
Tujuan
:
Siswa dapat mengetahui pemanfaatan sifat cahaya pada
kamera lubang jarum.
Alat dan Bahan
1. Kertas (kotak) bekas bungkus pasta gigi
2. Gunting dan selotip
3. Kertas putih tipis
Cara Kerja
a. Siapkan kotak bekas bungkus pasta gigi!
b. Buatlah lubang pada salah satu tutupnya dengan ujung pensil/pulpen!
c. Biarkan salah satu tutupnya terbuka.Belahlah bagian tengah kotak, kemudian
masukkan kertas putih tipis yang berfungsi sebagai layar!
d. Tutuplah bekas belahan dengan selotip sampai rapat kembali, sehingga tidak
ada cahaya yang masuk, kecuali dari lubang kecil yang telah dibuat!
e. Arahkan lubang kecil ke objek benda yang berada di tempat yang terang,
kemudian lihatlah melalui lubang kotak yang terbuka!
Lubang tanpa tutup (tempat
untuk melihat)
Lubang kecil (tempat
cahaya masuk)
Sekat sebagai layar (tempat
terbentuknya bayangan)
Pertanyaan
a. Bagaimana bayangan benda yang ditangkap oleh layar?
b. Dari kegiatan ini, apa yang dapat kamu simpulkan?
156
157
MEMBUAT KALEIDOSKOP
Tujuan
:
Siswa dapat mengetahui pemanfaatan sifat cahaya pada
kaleidoskop
Alat dan Bahan
1. Cutter/ gunting
2. Kotak pasta gigi
3. Kertas mengkilap warna putih
4. Kertas HVS
5. Potongan kertas emas warna-warni
6. Plastic bening/ mika bening
7. Lem
Cara Kerja
a. Buka kotak pasta gigi menjadi lembaran dengan 4 tekukan, dan salah satu
lembaran tekukan dan bagian tutup dihilangkan!
b. Lekatkan kertas mengkilap putih pada lembaran kotak pasta gigi!
c. Bentuk lembaran tadi menjadi bentuk prisma segitiga!
d. Tutup salah satu ujung prisma dengan kertas HVS!
e. Masukkan potongan kertas warna-warni ke dalam prisma!
f. Tutup lubang pada ujung yang lain dengan plastik bening/ mika bening!
g. Amati melalui lubang yang ditutupi plastik bening!
h. Coba ketok-ketok prisma dan amati apa yang terjadi!
Ditutup kertas HVS
Ditutup dengan plastik bening dan tempat untuk
melihat.
Diisi potongan kertas
berwarna
Pertanyaan
a. Berdasarkan hasil kegiatanmu, uraikan perinsip kerja kaleodoskop!
b. Apa kesimpulanmu?
157
158
MEMBUAT CAKRAM WARNA
Tujuan
: Siswa dapat membuktikan bahwa cahaya putih terdiri atas
pencampuran/ gabungan dari berbagai warna
Alat dan Bahan
1. Kardus
2. Kertas emas
3. Benang kenur
4. Lem atau perekat yang lain
5. Penggaris, pensil, pisau/cutter
Cara Kerja
a. Buat potongan melingkar pada kardus!
b. Bagilah lingkaran kardus menjadi 6 bagian sama besar!
c. Tempelkan berbagai kertas warna pada setiap bagian sehingga tampak
berwarna-warni!
d. Buatlah 2 lubang kecil pada bagian tengah lingkaran!
e. Masukkan benang kenur pada ke dua lubang, kemudian sambung kenur
menjadi 1 lingkaran, sehingga cakram warna seperti gansing!
f. Mainkan cakram warna seperti gangsing!
g. Amati warna cakram warna saat berputar dan bandingkan dengan warna
sebelum berputar!
Pertanyaan
a. Bagaimanakah warna cakram warna sebelum dan sesudah cakram warna
diputar!
........................................................................................................................
b. Apa kesimpulanmu?
………………………………………………………………………………
158
159
159 159
160
Lampiran 4a
HASIL OBSERVASI GURU MENGAJAR
SIKLUS I PERTEMUAN 1
No
I
1
2
II
1
2
III
A.
1
2
3
4
B
1
2
3
4
5
6
INDIKATOR/ ASPEK YANG DIAMATI
PRA PEMBELAJARAN
Mempersiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran
Memeriksa kesiapan siswa
Rata-rata butir I=A
MEMBUKA PEMBELAJARAN
Melakukan kegiatan absensi
Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan
rencana kegiatan
Rata-rata butir II = B
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
Penguasaan Materi Pelajaran
Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran
Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai hierarki belajar
dan karakteristik siswa
Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
Rata-rata butir III A = C
Pendekatan/ Strategi Pembelajaran
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi
(tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa
Melaksanakan pembelajaran secara runtun
Menguasai kelas
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya
kebiasaan positif (dampak pengiring)
Melaksanakan pembelajaran
Rata-rata butir III B = D
C
Pemanfaatan Sumber Belajar/ Media Pembeajaran
1
2
3
4
Menggunakan media dan sumber yang efektif dan efisien
Menghasilakn pesan yang menarik
Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media/ sumber
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
Rata-rata butir III C = E
Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan
Siswa
160
D
SKOR
1 2 3 4
√
√
2.5/ C
√
√
3/ B
√
√
√
√
3.5/ B
√
√
√
√
√
√
3/ B
√
√
√
√
3.75/ A
161
1
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
2
3
4
Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa
Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif
Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar
Rata-rata butir III D = F
Penilaian Proses dan Hasil
Memantau kemajuan belajar selama proses pembelajaran
Melakukan penilaian aktif sesuai kompetensi (tujuan)
Rata-rata butir III E = G
Pengguanaan Bahasa
Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, benar,
dan lancar
E
1
2
F
1
2
IV
1
2
Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai
Rata-rata butir III F = H
PENUTUP
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa
Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau
kegiatan, atau tugas sebagai remidi/ pengayaan
Rata-rata butir IV = I
Nilai APKG II= A+B+C+D+E+F+G+H+I
9
√
√
√
3/ B
√
√
3/ B
√
√
3/ B
√
√
3/ B
3.08/ B
Observer
Margono, S. Pd
NIP 19620415 198405 1 006
161
Lampiran 4b
162
HASIL OBSERVASI GURU MENGAJAR
SIKLUS I PERTEMUAN 2
No
I
1
2
II
1
2
III
A.
1
2
3
4
B
1
2
3
4
5
6
C
1
2
3
4
INDIKATOR/ ASPEK YANG DIAMATI
PRA PEMBELAJARAN
Mempersiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran
Memeriksa kesiapan siswa
Rata-rata butir I=A
MEMBUKA PEMBELAJARAN
Melakukan kegiatan absensi
Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai
dan rencana kegiatan
Rata-rata butir II = B
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
Penguasaan Materi Pelajaran
Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran
Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang
relevan
Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai hierarki
belajar dan karakteristik siswa
Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
Rata-rata butir III A = C
Pendekatan/ Strategi Pembelajaran
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi
(tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa
Melaksanakan pembelajaran secara runtun
Menguasai kelas
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan
tumbuhnya kebiasaan positif (dampak pengiring)
Melaksanakan pembelajaran
Rata-rata butir III B = D
Pemanfaatan Sumber Belajar/ Media Pembeajaran
Menggunakan media dan sumber yang efektif dan
efisien
Menghasilakan pesan yang menarik
Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media/ sumber
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
Rata-rata butir III C = E
162
SKOR
1 2 3
4
√
√
3/ B
√
√
3.5/ B
√
√
√
√
3.5/ B
√
√
√
√
√
√
3.17/ B
√
√
√
√
3.5/ B
163
D
1
2
3
4
E
1
2
F
1
2
IV
1
2
Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara
Keterlibatan Siswa
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam
pembelajaran
Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa
Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif
Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam
belajar
Rata-rata butir III D = F
Penilaian Proses dan Hasil
Memantau kemajuan belajar selama proses pembelajaran
Melakukan penilaian aktif sesuai kompetensi (tujuan)
Rata-rata butir III E = G
Pengguanaan Bahasa
Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik,
benar, dan lancar
Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai
Rata-rata butir III F = H
PENUTUP
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa
Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan,
atau kegiatan, atau tugas sebagai remidi/ pengayaan
Rata-rata butir IV = I
Nilai APKG II= A+B+C+D+E+F+G+H+I
9
√
√
√
3/ B
√
√
3/ B
√
√
3.5/B
√
√
3.5/ B
3.30/ B
Observer
Margono, S. Pd
NIP 19620415 198405 1 006
163
Lampiran 4c
164
HASIL OBSERVASI GURU MENGAJAR
SIKLUS II PERTEMUAN 1
No
I
1
2
II
1
2
III
A.
1
2
3
4
B
1
2
3
4
5
6
C
1
2
3
4
D
INDIKATOR/ ASPEK YANG DIAMATI
PRA PEMBELAJARAN
Mempersiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran
Memeriksa kesiapan siswa
Rata-rata butir I=A
MEMBUKA PEMBELAJARAN
Melakukan kegiatan absensi
Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan
rencana kegiatan
Rata-rata butir II = B
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
Penguasaan Materi Pelajaran
Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran
Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai hierarki belajar
dan karakteristik siswa
Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
Rata-rata butir III A = C
Pendekatan/ Strategi Pembelajaran
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi
(tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa
Melaksanakan pembelajaran secara runtun
Menguasai kelas
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan
tumbuhnya kebiasaan positif (dampak pengiring)
Melaksanakan pembelajaran
Rata-rata butir III B = D
Pemanfaatan Sumber Belajar/ Media Pembeajaran
Menggunakan media dan sumber yang efektif dan efisien
Menghasilakn pesan yang menarik
Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media/ sumber
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
Rata-rata butir III C = E
Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan
164
SKOR
1 2 3
4
√
√
3/ B
√
√
4/ A
√
√
√
√
3.5/ B
√
√
√
√
√
√
3/ B
√
√
√
4/ A
165
Siswa
1
2
3
4
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa
Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif
Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar
Rata-rata butir III D = F
E Penilaian Proses dan Hasil
1 Memantau kemajuan belajar selama proses pembelajaran
2 Melakukan penilaian aktif sesuai kompetensi (tujuan)
Rata-rata butir III E = G
F Pengguanaan Bahasa
Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, benar,
1
dan lancar
2 Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai
Rata-rata butir III F = H
IV PENUTUP
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
1
melibatkan siswa
Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau
2
kegiatan, atau tugas sebagai remidi/ pengayaan
Rata-rata butir IV = I
Nilai APKG II= A+B+C+D+E+F+G+H+I
9
√
√
√
√
3.25/ B
√
√
3.5/ B
√
√
3/ B
√
√
4/ A
3.47/ B
Observer
Margono, S. Pd
NIP 19620415 198405 1 006
165
Lampiran 4d
166
HASIL OBSERVASI GURU MENGAJAR
SIKLUS II PERTEMUAN 2
No
I
1
2
II
1
2
III
A.
1
2
3
4
B
1
2
3
4
5
6
C
1
2
3
4
D
INDIKATOR/ ASPEK YANG DIAMATI
PRA PEMBELAJARAN
Mempersiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran
Memeriksa kesiapan siswa
Rata-rata butir I=A
MEMBUKA PEMBELAJARAN
Melakukan kegiatan absensi
Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan
rencana kegiatan
Rata-rata butir II = B
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
Penguasaan Materi Pelajaran
Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran
Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai hierarki belajar
dan karakteristik siswa
Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
Rata-rata butir III A = C
Pendekatan/ Strategi Pembelajaran
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi
(tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa
Melaksanakan pembelajaran secara runtun
Menguasai kelas
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya
kebiasaan positif (dampak pengiring)
Melaksanakan pembelajaran
Rata-rata butir III B = D
Pemanfaatan Sumber Belajar/ Media Pembeajaran
Menggunakan media dan sumber yang efektif dan efisien
Menghasilakn pesan yang menarik
Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media/ sumber
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
Rata-rata butir III C = E
Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan
166
SKOR
1 2 3
4
√
√
3.5/ B
√
√
4/ A
√
√
√
√
3.5/ B
√
√
√
√
√
√
3.3/ B
√
√
√
4/ A
167
Siswa
1
2
3
4
E
1
2
F
1
2
IV
1
2
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa
Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif
Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar
Rata-rata butir III D = F
Penilaian Proses dan Hasil
Memantau kemajuan belajar selama proses pembelajaran
Melakukan penilaian aktif sesuai kompetensi (tujuan)
Rata-rata butir III E = G
Pengguanaan Bahasa
Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, benar,
dan lancar
Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai
Rata-rata butir III F = H
PENUTUP
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa
Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau
kegiatan, atau tugas sebagai remidi/ pengayaan
Rata-rata butir IV = I
Nilai APKG II= A+B+C+D+E+F+G+H+I
9
√
√
√
√
3.75/ A
√
√
3/ B
√
√
3/ B
√
√
4/ A
3.56/ B
Observer
Margono, S. Pd
NIP 19620415 198405 1 006
167
Lampiran 4e
168
HASIL OBSERVASI GURU MENGAJAR
SIKLUS III PERTEMUAN 1
No
I
1
2
II
1
2
III
A.
1
2
3
4
B
1
2
3
4
5
6
C
1
2
3
4
INDIKATOR/ ASPEK YANG DIAMATI
PRA PEMBELAJARAN
Mempersiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran
Memeriksa kesiapan siswa
Rata-rata butir I=A
MEMBUKA PEMBELAJARAN
Melakukan kegiatan absensi
Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan
rencana kegiatan
Rata-rata butir II = B
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
Penguasaan Materi Pelajaran
Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran
Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai hierarki belajar
dan karakteristik siswa
Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
Rata-rata butir III A = C
Pendekatan/ Strategi Pembelajaran
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi
(tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa
Melaksanakan pembelajaran secara runtun
Menguasai kelas
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan
tumbuhnya kebiasaan positif (dampak pengiring)
Melaksanakan pembelajaran
Rata-rata butir III B = D
Pemanfaatan Sumber Belajar/ Media Pembeajaran
Menggunakan media dan sumber yang efektif dan efisien
Menghasilakn pesan yang menarik
Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media/ sumber
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
Rata-rata butir III C = E
168
SKOR
1 2 3
4
√
√
3.5/ B
√
√
4/ A
√
√
√
√
3.75/ A
√
√
√
√
√
√
3.3/ B
√
√
√
4/ A
169
Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan
Siswa
1 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
2 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa
3 Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif
4 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar
Rata-rata butir III D = F
E Penilaian Proses dan Hasil
1 Memantau kemajuan belajar selama proses pembelajaran
2 Melakukan penilaian aktif sesuai kompetensi (tujuan)
Rata-rata butir III E = G
F Pengguanaan Bahasa
Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, benar,
1
dan lancar
2 Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai
Rata-rata butir III F = H
IV PENUTUP
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
1
melibatkan siswa
Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau
2
kegiatan, atau tugas sebagai remidi/ pengayaan
Rata-rata butir IV = I
Nilai APKG II= A+B+C+D+E+F+G+H+I
9
D
√
√
√
√
3.75/ A
√
√
3/ B
√
√
3.5/ B
√
√
4/ A
3.64/ B
Observer
Margono, S. Pd
NIP 19620415 198405 1 006
169
Lampiran 4f
170
HASIL OBSERVASI GURU MENGAJAR
SIKLUS III PERTEMUAN 2
No
I
1
2
II
1
2
III
A.
1
2
3
4
B
1
2
3
4
5
6
C
1
2
3
4
INDIKATOR/ ASPEK YANG DIAMATI
PRA PEMBELAJARAN
Mempersiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran
Memeriksa kesiapan siswa
Rata-rata butir I=A
MEMBUKA PEMBELAJARAN
Melakukan kegiatan absensi
Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan
rencana kegiatan
Rata-rata butir II = B
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
Penguasaan Materi Pelajaran
Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran
Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai hierarki belajar
dan karakteristik siswa
Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
Rata-rata butir III A = C
Pendekatan/ Strategi Pembelajaran
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi
(tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa
Melaksanakan pembelajaran secara runtun
Menguasai kelas
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan
tumbuhnya kebiasaan positif (dampak pengiring)
Melaksanakan pembelajaran
Rata-rata butir III B = D
Pemanfaatan Sumber Belajar/ Media Pembeajaran
Menggunakan media dan sumber yang efektif dan efisien
Menghasilakn pesan yang menarik
Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media/ sumber
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
Rata-rata butir III C = E
170
SKOR
1 2 3
4
√
√
3.5/ B
√
√
4/ A
√
√
√
√
3.75/ A
√
√
√
√
√
√
3.67/ B
√
√
√
4/ A
171
D
1
2
3
4
E
1
2
F
1
2
IV
1
2
Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan
Siswa
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa
Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif
Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam
belajar
Rata-rata butir III D = F
Penilaian Proses dan Hasil
Memantau kemajuan belajar selama proses pembelajaran
Melakukan penilaian aktif sesuai kompetensi (tujuan)
Rata-rata butir III E = G
Pengguanaan Bahasa
Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, benar,
dan lancar
Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai
Rata-rata butir III F = H
PENUTUP
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa
Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau
kegiatan, atau tugas sebagai remidi/ pengayaan
Rata-rata butir IV = I
Nilai APKG II= A+B+C+D+E+F+G+H+I
9
√
√
√
√
4/ A
√
√
3/ B
√
√
4/ A
√
√
4/ A
3.77/ A
Observer
Margono, S. Pd
NIP 19620415 198405 1 006
171
172
KRITERIA PENILAIAN
SKOR
1
2
3
4
NILAI RATA-RATA
<2
2 – 2,8
2,9 – 3,7
> 3,7
KATEGORI
Kurang
Cukup
Baik
Sangat Baik
KRITERIA
D
C
B
A
172
KATEGORI
Kurang
Cukup
Baik
Sangat Baik
173
173
Lampiran 5a
174
Tabel pengamatan terhadap siswa selama mengikuti pembelajaran IPA dengan
model kontekstual siklus I pertemuan I
No
1
2
3
4
Aspek yang
diamati
Perhatian
Kerja sama
Ketekunan
keaktifan
Indikator
Menyimak
penjelasan guru
Antusias dalam
pembelajaran
Menunjukkan rasa
senang
Memberi bantuan
kepada teman
Menghargai
pendapat teman
Memnunjukkan
kekompakkan
Mengerjakan tugas
dengan teliti
Tidak mengobrol
dengan teman
Tidak mengganggu
kelompok lain
Menyatakan
pendapat
Mengajukan
pertanyaan
Mengerjakan tugas
dengan baik
Jumlah rata-rata
Jumlah
siswa
Prosentase
Skor
Kategori
Kriteria
15
100%
4
A
Sangat Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
14
93%
4
A
Sangat Baik
5
33%
1
D
Kurang
8
53%
2
C
Cukup
8
53%
2
C
Cukup
8
53%
2
C
Cukup
3
20%
0
D
Kurang
12
80%
3
B
Baik
9
60%
2
C
Cukup
0
0%
0
D
Kurang
7
47%
2
C
Cukup
8.67
58%
2.17
C
Cukup
174
Lampiran 5b
175
Tabel pengamatan terhadap siswa selama mengikuti pembelajaran IPA dengan
model kontekstual siklus I pertemuan II
No
1
2
3
4
Aspek yang
diamati
Perhatian
Kerja sama
Ketekunan
keaktifan
Indikator
Menyimak
penjelasan guru
Antusias dalam
pembelajaran
Menunjukkan rasa
senang
Memberi bantuan
kepada teman
Menghargai
pendapat teman
Memnunjukkan
kekompakkan
Mengerjakan tugas
dengan teliti
Tidak mengobrol
dengan teman
Tidak mengganggu
kelompok lain
Menyatakan
pendapat
Mengajukan
pertanyaan
Mengerjakan tugas
dengan baik
Jumlah rata-rata
Jumlah
siswa
Persentase
Skor
Kategori
Kriteria
15
100%
4
A
Sangat Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
5
33%
1
D
Kurang
10
67%
3
B
Baik
12
80%
3
B
Baik
7
47%
2
C
Cukup
6
40%
1
D
Kurang
12
80%
3
B
Baik
13
87%
4
A
Sangat Baik
0
0%
0
D
Kurang
8
53%
2
C
Cukup
9.83
66%
2.58
C
Cukup
175
Lampiran 5c
176
Tabel pengamatan terhadap siswa selama mengikuti pembelajaran IPA dengan
model kontekstual siklus II pertemuan I
No
1
2
3
4
Aspek
yang
diamati
Indikator
Menyimak
penjelasan guru
Antusias dalam
pembelajaran
Menunjukkan rasa
senang
Memberi bantuan
Kerja sama kepada teman
Menghargai
pendapat teman
Memnunjukkan
kekompakkan
Mengerjakan tugas
Ketekunan dengan teliti
Tidak mengobrol
dengan teman
Tidak mengganggu
kelompok lain
Menyatakan
keaktifan
pendapat
Mengajukan
pertanyaan
Mengerjakan tugas
dengan baik
Jumlah rata-rata
Perhatian
Jumlah
siswa
Persentase
Skor
Kategori
Kriteria
15
100%
4
A
Sangat Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
6
40%
2
C
Cukup
11
73%
3
B
Baik
12
80%
4
A
Sangat Baik
7
47%
2
C
Cukup
8
53%
2
C
Cukup
14
93%
4
A
Sangat Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
6
40%
2
C
Cukup
8
53%
2
C
Cukup
11
73%
3.08
B
Baik
176
177
Lampiran 5d
Tabel pengamatan terhadap siswa selama mengikuti pembelajaran IPA dengan
model kontekstual siklus II pertemuan II
No
1
2
3
4
Aspek yang
diamati
Perhatian
Kerja sama
Ketekunan
keaktifan
Jumlah rata-rata
Indikator
Menyimak
penjelasan guru
Antusias dalam
pembelajaran
Menunjukkan
rasa senang
Memberi bantuan
kepada teman
Menghargai
pendapat teman
Memnunjukkan
kekompakkan
Mengerjakan
tugas dengan teliti
Tidak mengobrol
dengan teman
Tidak
mengganggu
kelompok lain
Menyatakan
pendapat
Mengajukan
pertanyaan
Mengerjakan
tugas dengan baik
Jumlah
siswa
Persentase
Skor
Kategori
Kriteria
15
100%
4
A
Sangat Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
7
47%
2
C
Cukup
15
100%
4
A
Sangat Baik
14
93%
4
A
Sangat Baik
9
60%
2
C
Cukup
9
60%
2
C
Cukup
14
93%
4
A
Sangat Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
8
53%
2
C
Cukup
12
80%
3
B
Baik
12.33
82%
3.25
B
Baik
177
178
Lampiran 5e
Tabel pengamatan terhadap siswa selama mengikuti pembelajaran IPA dengan
model kontekstual siklus III pertemuan I
No
1
2
3
4
Aspek
yang
diamati
Perhatian
Kerja sama
Ketekunan
keaktifan
Indikator
Menyimak
penjelasan guru
Antusias dalam
pembelajaran
Menunjukkan rasa
senang
Memberi bantuan
kepada teman
Menghargai
pendapat teman
Menunjukkan
kekompakkan
Mengerjakan tugas
dengan teliti
Tidak mengobrol
dengan teman
Tidak mengganggu
kelompok lain
Menyatakan
pendapat
Mengajukan
pertanyaan
Mengerjakan tugas
dengan baik
Jumlah rata-rata
Jumlah
siswa
Persentase
Skor
Kategori
Kriteria
15
100%
4
A
Sangat Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
8
53%
2
C
Cukup
15
100%
4
A
Sangat Baik
14
93%
4
A
Sangat Baik
11
73%
3
B
Baik
12
80%
3
B
Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
9
60%
2
C
Cukup
14
93%
4
A
Sangat Baik
13.17
88%
3.50
A
Sangat Baik
178
179
Lampiran 5f
Tabel pengamatan terhadap siswa selama mengikuti pembelajaran IPA dengan
model kontekstual siklus III pertemuan II
No
1
2
3
4
Aspek yang
diamati
Perhatian
Kerja sama
Ketekunan
keaktifan
Indikator
Menyimak
penjelasan guru
Antusias dalam
pembelajaran
Menunjukkan rasa
senang
Memberi bantuan
kepada teman
Menghargai
pendapat teman
Memnunjukkan
kekompakkan
Mengerjakan tugas
dengan teliti
Tidak mengobrol
dengan teman
Tidak mengganggu
kelompok lain
Menyatakan
pendapat
Mengajukan
pertanyaan
Mengerjakan tugas
dengan baik
Jumlah rata-rata
Jumlah
siswa
Persentase
Skor
Kategori
Kriteria
15
100%
4
A
Sangat Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
10
67%
3
B
Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
12
80%
3
B
Baik
13
87%
4
A
Sangat Baik
11
73%
3
B
Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
11
73%
3
B
Baik
14
93%
4
A
Sangat Baik
13.42
89%
3.67
A
Sangat Baik
179
180
KRITERIA PENILAIAN
SKOR
1
2
3
4
NILAI RATA-RATA
<2
2 – 2,8
2,9 – 3,7
> 3,7
KATEGORI
Kurang
Cukup
Baik
Sangat Baik
KRITERIA
D
C
B
A
180
KATEGORI
Kurang
Cukup
Baik
Sangat Baik
181
181
181
182
Lampiran 6a
Tabel Data Hasil Belajar Siswa Siklus I
N
o
Nama Siswa
Nilai 1
1 Arif Febrianto
80
2 Arif Nugraha
90
3 Agus Widodo
90
4 Diah Ayu Wulandari
80
5 Eka Septi Oktaviana
80
6
E. M. Gilang G.
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Hesti Wulandari
Indah Sri Rahayu
Ludhfi Ubaidillah
Roni Saputra
Muhammad Wisnu P.
Nurma Kusuma R.
Yudi Mustofa
Yosi Hari Mardana
Yusuf Andrianto
Rata-rata kelas
Nilai 2
80
90
90
75
75
Nilai 3
50
85
90
40
40
Rata-rata
70.00
88.33
90.00
65.00
65.00
75
80
80
78.33
75
75
90
90
80
80
75
90
75
81.67
80
80
90
90
80
80
80
90
80
82.67
90
75
75
70
65
80
75
80
55
70.00
81.67
76.67
85.00
83.33
75.00
80.00
76.67
86.67
70.00
78.11
182
183
Lampiran 6b
Tabel Data Hasil Belajar Siswa Siklus II
No
1
2
3
4
5
Nama Siswa
Arif Febrianto
Arif Nugraha
Agus Widodo
Diah Ayu Wulandari
Eka Septi Oktaviana
Nilai 1
80
95
95
80
80
Nilai 2
80
100
100
80
80
Nilai 3
70
100
95
45
45
Rata-rata
76.67
98.33
96.67
68.33
68.33
6
E. M. Gilang G.
80
80
80
80.00
7
Hesti Wulandari
80
80
95
85.00
8
9
10
11
12
13
14
15
Indah Sri Rahayu
Ludhfi Ubaidillah
Roni Saputra
Muhammad Wisnu P.
Nurma Kusuma R.
Yudi Mustofa
Yosi Hari Mardana
Yusuf Andrianto
Rata-rata kelas
80
95
95
80
80
80
90
80
84.67
80
100
100
80
80
80
100
80
86.67
80
90
80
80
80
80
95
60
78.33
80.00
95.00
91.67
80.00
80.00
80.00
95.00
73.33
83.22
183
184
Lampiran 6c
Tabel Data Hasil Belajar Siswa Siklus III
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Nama Siswa
Arif Febrianto
Arif Nugraha
Agus Widodo
Diah Ayu Wulandari
Eka Septi Oktaviana
E. M. Gilang G.
Hesti Wulandari
Indah Sri Rahayu
Ludhfi Ubaidillah
Roni Saputra
Muhammad Wisnu P.
Nurma Kusuma R.
Yudi Mustofa
Yosi Hari Mardana
Yusuf Andrianto
Nilai 1
80
100
100
80
80
80
80
80
100
100
80
80
80
100
80
Nilai 2
80
100
100
80
80
85
85
85
100
100
80
80
85
100
85
Nilai 3
97.5
100
100
50
45
97.5
100
97.5
97.5
80
97.5
90
90
100
65
Rata-rata
85.83
100.00
100.00
70.00
68.33
87.50
88.33
87.50
99.17
93.33
85.83
83.33
85.00
100.00
76.67
Rata-rata kelas
86.67
88.33
87.17
87.39
184
185
Lampiran 6d
Tabel Data Rata-rata Hasil Belajar Siswa Setiap Siklus
No
Nama Siswa
SIKLUS 1 SIKLUS 2
1 Arif Febrianto
70.00
76.67
2 Arif Nugraha
88.33
98.33
3 Agus Widodo
90.00
96.67
4 Diah Ayu Wulandari
65.00
68.33
5 Eka Septi Oktaviana
65.00
68.33
6 E. M. Gilang G.
73.33
80.00
7 Hesti Wulandari
81.67
85.00
8 Indah Sri Rahayu
76.67
80.00
9 Ludhfi Ubaidillah
85.00
95.00
10 Roni Saputra
83.33
91.67
11 Muhammad Wisnu P.
75.00
80.00
12 Nurma Kusuma R.
80.00
80.00
13 Yudi Mustofa
76.67
80.00
14 Yosi Hari Mardana
86.67
95.00
15 Yusuf Andrianto
70.00
73.33
77.78
83.22
Rata-rata kelas
185
SIKLUS 3
85.83
100.00
100.00
70.00
68.33
87.50
88.33
87.50
99.17
93.33
85.83
83.33
85.00
100.00
76.67
87.39
Rata-rata
85.83
100.00
100.00
70.00
68.33
87.50
88.33
87.50
99.17
93.33
85.83
83.33
85.00
100.00
76.67
186
186
186
187
Lampiran 7a
Tabel Data Hasil Tes Kreativitas Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
Pra
No
Nama Siswa
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Rata-rata
Siklus
1 Arif Febrianto
65
73
82
84
76.00
2 Arif Nugraha
45
66
79
89
69.75
3 Agus Widodo
79
82
84
89
83.50
4 Diah Ayu Wulandari
40
58
62
67
56.75
5 Eka Septi Oktaviana
55
60
60
60
58.75
6 E. M. Gilang G.
62
73
74
76
71.25
7 Hesti Wulandari
82
84
86
88
85.00
8 Indah Sri Rahayu
67
71
76
88
75.50
9 Ludhfi Ubaidillah
10 Roni Saputra
68
41
75
50
80
60
89
64
78.00
53.75
11 Muhammad Wisnu P.
68
79
82
83
78.00
12 Nurma Kusuma R.
61
68
71
78
69.50
13 Yudi Mustofa
42
51
68
76
59.25
14 Yosi Hari Mardana
55
73
73
82
70.75
15 Yusuf Andrianto
42
53
63
63
55.25
58.13
67.73
73.33
78.40
69.40
Rata-rata Per Siklus
187
188
Lampiran 7b
Tabel Persentase Tes Kreativitas Siswa Pra Siklus
No
Nilai
Frekuensi
Nilai
Tengah
(xi)
1
21 – 40
1
31.5
31.50
7%
2
41 – 60
6
51.5
309.00
40%
3
61 – 80
7
71.5
500.50
47%
4
81 - 100
1
91.5
91.50
7%
932.50
100%
Jumlah
15
fixi
Persentase
Kategori
tidak
kreatif
kurang
kreatif
kreatif
sangat
kreatif
Keterangan
tidak tuntas
tidak tuntas
Nilai rata-rata= 932.5 : 15 = 62.17
Ketuntasan Klaksikal = 8: 15 x 100% = 53%
7% tidak kreatif, 40% kurang kreatif, 47% kreatif, dan 7% sangat kreatif
Grafik Kreativitas Siswa Kelas V SDN Tepisari 02 pra siklus
Lampiran 7c
Tabel Persentase Tes Kreativitas Siswa Siklus I
188
tuntas
tuntas
189
No
Nilai
Frekuensi
Nilai Tengah
(xi)
1
21 – 40
0
31.50
0.00
0%
2
41 – 60
5
51.50
257.50
33%
3
61 – 80
8
71.50
572.00
53%
kreatif
tuntas
4
81 - 100
2
91.50
183.00
13%
sangat
kreatif
tuntas
Jumlah
15
fixi
Persentase
Kategori
tidak
kreatif
kurang
kreatif
Keterangan
tidak tuntas
tidak tuntas
1012.50
100%
Nilai rata-rata= 1012.50 : 15 = 67.50
Ketuntasan Klasikal = 10: 15 x 100% = 67%
0% tidak kreatif, 33% kurang kreatif, 53% kreatif, dan13% sangat kreatif
Grafik Kreativitas Siswa Kelas V SDN Tepisari 02 Pra Siklus dan Siklus I
189
190
Lampiran 7d
Tabel Persentase Tes Kreativitas Siswa Siklus II
No
Nilai
Frekuensi
Nilai
Tengah
(xi)
1
21 – 40
0
31.50
0.00
0%
2
41 – 60
2
51.50
103.00
13%
3
61 – 80
9
71.50
643.50
60%
4
81 - 100
4
91.50
366.00
27%
Jumlah
15
fixi
Persentase
Kategori
tidak
kreatif
kurang
kreatif
kreatif
sangat
kreatif
Keterangan
tidak tuntas
tidak tuntas
tuntas
tuntas
1112.50
100%
Nilai rata-rata= 1112.50 : 15 = 74.17
Ketuntasan Klasikal = 13: 15 x 100% = 87%
0% tidak kreatif, 13% kurang kreatif, 60% kreatif, dan 27% sangat kreatif
Grafik Kreativitas Siswa Kelas V SDN Tepisari 02 Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus
II
190
191
Lampiran 7e
Tabel Persentase Tes Kreativitas Siswa Siklus III
No
Nilai
Frekuensi
Nilai
Tengah
(xi)
1
21 – 40
0
31.50
0.00
0%
2
41 – 60
1
51.50
51.50
7%
3
61 – 80
7
71.50
500.50
47%
4
81 - 100
7
91.50
640.50
47%
Jumlah
15
fixi
Persentase
Kategori
tidak
kreatif
kurang
kreatif
kreatif
sangat
kreatif
Keterangan
tidak tuntas
tidak tuntas
tuntas
tuntas
1192.50
100%
Nilai rata-rata= 1192.50 : 15 = 79.50
Ketuntasan Klasikal = 14: 15 x 100% = 93%
0% tidak kreatif, 7% kurang kreatif, 47% kreatif, dan 47% sangat kreatif
Grafik Kreativitas Siswa Kelas V SDN Tepisari 02 Pra Siklus, Siklus I, Siklus II,
dan Siklus III
191
192
Lampiran 7f
Tabel Data Persentase Hasil Tes Kreativitas Siswa Siklus I, Siklus II, dan Siklus
III
No
1
2
3
4
Nilai
Sebelum
tindakan
Setelah tindakan
Siklus Siklus
Siklus
I
II
III
Kategori
tidak
kreatif
kurang
41 – 60
40%
3%
13%
7%
kreatif
61 – 80
47%
53%
60%
47%
kreatif
sangat
81 - 100
7%
13%
27%
47%
kreatif
Ketuntasan Klasikal pra siklus = 8 : 15 x 100% = 53%
Ketuntasan Klasikal siklus I = 10: 15 x 100% = 67%
21 – 40
7%
0%
0%
0%
Ketuntasan Klasikal siklus II = 13 : 15 x 100% = 87%
Ketuntasan Klasikal siklus III = 14: 15 x 100% = 93%
192
Keterangan
tidak
tuntas
tidak
tuntas
tuntas
tuntas
193
193
193
194
Lampiran 8a
KEGIATAN SIKLUS I
Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk mengerjakan lembar kerja
Siswa bekerjasama dengan kelompok dalam membuat model sederhana yang
berkaitan dengan materi cahaya
194
Lampiran 8b
195
KEGIATAN SIKLUS II
Siswa berkerjasama dalam praktek cahaya
Siswa bekerjasama membuat model sederhana yang berkaitan dengan materi
cahaya
195
196
Siswa melakukan kegiatan diskusi kelompok dan presentasi atas kegiatan yang
telah dilakukan
196
Lampiran 8c
197
KEGIATAN SIKLUS III
Siswa bekerjasama dalam pembuatan mind mapping dan pembacaan hasil kepada
anggota kelompok
Presentasi mind mapping hasil praktek cahaya
197
198
Siswa bekerjasama membuat model sederhana yang berkaitan dengan materi
cahaya dan pengujian hasil di halaman sekolah
Presentasi dan demonstrasi hasil pembuatan model sederhana yang berkaitan
dengan materi cahaya
198
199
Siswa anggota kelompok lain memberikan pertanyaan dan tanggapan atas
presentasi kelompok yang lain
Siswa mengerjakan tes belajar dan tes kreativitas
199
Download