Nama : Eka Ratna Cahyani NIM : D0314023 Kelas : Sosiologi A KONSEP DASAR DIRI Diri (self) adalah kesadaran seseorang tentang, dan sikap terhadap dirinya sendiri. Pada awal kehidupan tidak ditemukan apa yang disebut diri, terdapat organisme fisik tetapi tidak ada rasa pribadi. Awal kehidupan saat seseorang masih menjadi bayi ia sebagai organisme kecil yang egois, penuh dengan segala macam kebutuhan fisik. Kemudian ia menjadi seorang manusia dengan seperangkat sikap dan nilai, kesukaan dan ketidaksukaan, tujuan serta maksud, pola reaksi dan konsep mendalam mengenai dirinya. Setiap orang memperoleh semua itu melalui suatu proses yang disebut proses sosialisasi yakni, proses belajar yang mengubahnya dari seekor binatang menjadi seorang pribadi dengan kepribadian manusiawi. Lebih tepatnya, sosialisasi adalah suatu proses dengan mana seseorang menghayati (mendarah dagingkan-internalize) norma-norma kelompok dimana ia hidup sehingga timbullah “diri” yang unik. Diri dibentuk dan diubah melalui interaksi dengan orang lain. Konsep diri berkembang melalui proses bertahap dan rumit yang berlangsung seumur hidup, konsep tersebut adalah suatu gambaran bahwa seseorang hanya bisa berkembang dengan bantuan orang lain. Faktor pembentuk konsep diri: (1) peran orang tua, (2) Peran faktor sosial, (3) Belajar. Misalkan seorang orang tua dan keluarganya mengatakan bahwa anak laki-lakinya anak yang baik dan hal ini terus diulang secara konsisten oleh orang yang cukup berbeda, akhirnya anak laki-laki itu akan merasa ia adalah anak yang baik dan bertindak seperti anak yang baik. Gambaran diri seseorang tidak perlu dengan fakta-fakta yang obyektif. Seorang anak yang amat biasa yang usahannya dihargai dan diimbali akan mengembangkan perasaan diterima dan percaya diri, sementara anak yang sangat hebat yang usahanyan sering dianggap sebagai kegagalan mungkin merasa dihantui oleh perasaan tak mampu dan kemampuannya secara praktis lumpuh. Seseorang melalui pandangan orang lain bisa menentukan pribadinya misalnya seorang anak melalui tanggapan orang lain bisa menentukan baik, berbudi, berharga dan lain sebagainya. Diri ini yang ditemukan melalui tanggapan orang lain dinamakan “diri cerminan orang lain” (cermin diri) oleh Cooley [1902, hal. 102-103]. Ada tiga langkah proses pembentukan cermin diri: (1) Persepsi kita tentang bagaimana kita memandang orang lain. (2) Persepsi kita tentang penampilan mereka mengenai bagaimana kita memandang. (3) Perasaan kita tentang penilaian-penilaian ini. Oleh karena itu, kita terus-menerus memperbarui presepsi kita tentang bagaimana kita memandang. Cermin diri atau gambaran diri pribadi adalah faktor yang aktif sekali dalam menentukan perilaku yang kemudian berkembang membentuk pribadi. Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seseorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi. Ungkapan “sistem kecenderungan tertentu” menyatakan bahwa setiap orang mempunyai cara berperilaku yang khas dan bertindak sama setiap hari. Kepribadian seseorang setiap harinya berkembang, berikut beberapa faktor dalam perkembangan kepribadian: (1) warisan biologis, (2) Lingkungan fisik, (3) Kebudayaan, (4) Pengalaman kelompok, dan (5) Pengalaman unik. Namun dari semua faktor tersebut yang paling berperan dalam membentuk karakteristik kepribadian adalah pengalaman. Sebenarnya perbedaan individual dalam kemampuan, prestasi dan perilaku hampir semuannya berhubungan dengan lingkungan dan bahwa perbedaan individu dalam warisan biologis tidak begitu penting. Daftar Pustaka Soekanto, Prof.Dr. Soerjono. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Paul B. Horton dan Chester L. Hunt. 1996. Sosiologi. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.